Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
PENGARUH VARIABEL MAKRO EKONOMI TERHADAP PENGANGGURAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Siti Maria Fakultas Ekonomi, Universitas Mulawarman Samarinda
ABSTRAK: Pengangguran baik secara terbuka maupun terselubung, menjadi pokok permasalahan dalam pembangunan ekonomi negara-negara berkembang. Berhasil tidaknya suatu usaha untuk menanggulangi masalah besar ini akan mempengaruhi kestabilan sosial politik dalam kehidupan masyarakat dan kontinuitas dalam pembangunan ekonomi jangka panjang. Penelitian ini didasari alasan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah pengangguran yang terjadi di Provinsi Kalimantan Timur. Dengan variabel independen PMDN, PMA, inflasi, dan pengeluaran pemerintah, dan variabel intervening PDRB, selain itu juga untuk menguji dan menganalisis seberapa besar pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen jumlah pengangguran baik langsung maupun tidak langsung. Alat analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif yang menggunakan analisis jalur (path analysis). Analisis jalur digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh PMDN (X 1), PMA (X2), Inflasi (X3 ), dan pengeluaran pemerintah (X4), terhadap PDRB (Y) serta dampaknya terhadap variabel jumlah penganggguran (Z) di Provinsi Kalimantan Timur. Berdasar hasil analisis, variabel PMDN, PMA, Inflasi dan Pengeluaran pemerintah secara bersama-sama berpengaruh terhadap jumlah pengangguran di Provinsi Kalimantan Timur baik secara langsung maupun secara tidak langsung melalui variabel antara PDRB. Variabel bebas yang mempunyai total pengaruh terbesar terhadap jumlah pengangguran di Provinsi Kalimantan Timur adalah variabel variabel pengeluaran pemerintah dengan total pengaruh sebesar 1,079914, diikuti oleh variabel inflasi dengan total pengaruh sebesar 0,166752. Sementara variabel PMDN dan PDRB mempunyai pengaruh yang negatif terhadap jumlah pengangguran dan variabel PMA, inflasi serta pengeluaran pemerintah mempunyai pengaruh yang positif terhadap jumlah pengangguran di Provinsi Kalimantan Timur. Kata Kunci: jumlah pengangguran, pengeluaran pemerintah, inflasi, analisis kuantitatif
ABSTRACT: Unemployment either openly or covertly, are at issue in the economic development of developing countries. Success or failure of an attempt to overcome this major problem will affect the socio-political stability and continuity in people's lives in the long-term economic development. This research is based on the reason for analyzing the factors that affect the amount of unemployment that 166
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
occurred in the province of East Kalimantan. With domestic independent variable, FDI, inflation, and government spending, and GDP intervening variables, and also to test and analyze how much influence each independent variable on the dependent variable number of unemployed, either directly or indirectly. The analytical tool used is a quantitative analysis using path analysis (path analysis). Path analysis is used to determine how much influence domestic investment (X1), PMA (X2), Inflation (X3), and government spending (X4), to the GDP (Y) and their impact on variable Unemploymen number (Z) in the province of East Kalimantan. Based on the analysis, domestic variables, FDI, inflation and government spending jointly affect the number of unemployed in the province of East Kalimantan, either directly or indirectly through a variable between GDP. The independent variables that have the greatest influence on the total number of unemployed in the province of East Kalimantan government expenditure variable is a variable with a total effect of 1.079914, followed by a variable inflation with a total effect of 0.166752. While domestic investment and GDP variables have a negative influence on the number of unemployed and PMA variables, inflation and government spending has a positive effect on the number of unemployed in the province of East Kalimantan. Key words: the number of unemployed, government spending, inflation, quantitative analysis
PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi adalah sebuah usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang di ukur melalui tinggi rendahnya pendapatan riil per kapita (Suparmoko, 1992). Pembangunan ekonomi sebuah negara dapat dilihat dari beberapa indikator perekonomian. Salah satu di antaranya adalah tingkat pengangguran. Melalui tingkat pengangguran dapat melihat tingkat kesejahteraan masyarakat serta tingkat distribusi pendapatan. Pengangguran terjadi sebagai akibat dari tingginya tingkat perubahan angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan penyerapan tenaga kerja yang disebabkan karena rendahnya pertumbuhan penciptaan lapangan kerja. Dalam pembangunan dan kegiatan berproduksi, peranan tenaga manusia banyak ditentukan oleh jumlah dan kualitas tenaga kerja yang tersedia di berbagai bidang kegiatan. Selain Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), Sumber Daya Alam (SDA) dan kapasitas produksi, salah satu faktor dinamika lainnya dalam pembangunan ekonomi jangka panjang yaitu sumber daya manusia (SDM). Berbagai bidang dalam pembangunan sumber daya manusia mencakup bidang 167
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
kesehatan, perbaikan gizi, pendidikan dan latihan serta penyediaan lapangan kerja, sehingga kualitas manusia dapat ditingkatkan. Besarnya angka pengangguran merupakan salah satu isu penting dalam pembangunan ekonomi di Provinsi Kalimantan Timur, hal ini terjadi karena pengangguran dapat digunakan sebagai indikator pembangunan suatu daerah. Pembangunan suatu daerah mencerminkan kondisi pertumbuhan ekonomi daerah tersebut, selain itu mencerminkan adanya peningkatan taraf hidup penduduk dan peningkatan pemerataan pendapatan sehingga kesejahteraan penduduk meningkat. Perkembangan jumlah pengangguran dalam 11 tahun terakhir
di Provinsi
Kalimantan Timur menunjukkan peningkatan rata-rata per tahun sebesar 3,20 persen. Pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 2005-2006 yaitu sebesar 60,10 persen, sedangkan penurunan pengangguran terbesar terjadi pada tahun 20062007 yaitu 15,84 persen. Dengan jumlah pengangguran di provinsi Kalimantan Timur masih cukup tinggi walaupun dalam perkembangannya menunjukkan penurunan selama tiga tahun terakhir, sementara dilihat dari sisi ekonomi makro pertumbuhan ekonomi yang dinilai cukup stabil dengan tingkat investasi yang cenderung meningkat dan laju inflasi yang tergolong tinggi serta besaran pengeluaran pembangunan pemerintah yang senderung meningkat, maka penelitian ini dipusatkan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi pengangguran selama kurun waktu tahun 1995-2011 di Provinsi Kalimantan Timur.
METODE Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder di mana keseluruhan data berupa PMDN, PMA, Inflasi, Pengeluaran Pemerintah dan PDRB, serta jumlah pengangguran yang diperoleh dari BPID dan BPS Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2005-2011. Sementara untuk data penunjang lainnya diperoleh dari Dirjen Perimbangan Keuangan Kementrian Keuangan RI.. Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan analisis jalur (Path Analysis) dengan dengan bantuan paket program SPSS 17. Dengan analisis Jalur dimungkinkan pengujian pengaruh simultan (pengaruh
168
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
langsung dan tidak langsung) sebuah variabel terhadap variabel-variabel lain. Pengujian asumsi klasik diperlukan sebelum dilakukan analisis struktural ini. Adapun uji asumsi yang digunakan adalah normalitas, outlier, autokorelasi dan multikolinearitas (Ferdinand, 2002; Ghozali, 2005). Pada penelitian ini variabel independent adalah PMDN, PMA, Inflasi dan Pengeluaran pemerintah, variabel dependent adalah jumlah penganguran dan PDRB sebagai variabel intervening. Variabel intervening merupakan variabel antara atau
mediasi,
fungsinya memediasi hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Pengujian secara keseluruhan untuk persamaan Ydengan hipotesis: PMDN, PMA, Inflasi dan pengeluaran pemerintah secara bersama-sama berpengaruh terhadap PDRB. Dari tabel Anovab diperoleh nilai F sebesar 11,069 dengan nilai probabilitas (sig.) = 0,001. Karena nilai sig. < 0,05 maka hipotesis diterima, artinya secara bersama-sama PMDN, PMA, Inflasi dan pengeluaran pemerintah secara bersama-sama berpengaruh terhadap PDRB. Model persamaan regresi persamaan Y tersebut signifikan (Riduwan dan Engkos, 2011). Pengujian secara individual ditunjukkan oleh Tabel 1 Coefficientsa, hipotesis yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut: 1.
Nilai PMDN berpengaruh terhadap PDRB. Dari tabel Coefficientsa diperoleh nilai statistik t untuk variabel nilai PMDN sebesar 0,089 dengan nilai probabilitas (sig.) = 0,930. Karena nilai sig. > 0,05 maka hipotesis ditolak pada tingkat kepercayaan 95 persen, artinya dalam penelitian ini nilai PMDN secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap PDRB.
2.
Nilai PMA berpengaruh terhadap PDRB. Dari tabel Coefficientsa diperoleh nilai statistik t untuk variabel nilai PMA sebesar -1,823 dengan nilai probabilitas (sig.) = 0,093. Karena nilai sig. > 0,05 maka hipotesis ditolak, artinya dalam penelitian ini nilai PMA secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap PDRB.
3.
Tingkat inflasi berpengaruh terhadap PDRB.
169
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
Dari tabel Coefficientsa diperoleh nilai statistik t untuk variabel tingkat inflasi sebesar -1,177 dengan nilai probabilitas (Sig.) = 0,262. Karena nilai sig. > 0,05 maka hipotesis ditolak, artinya dalam penelitian ini tingkat inflasi secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap PDRB. 4.
Pengeluaran pemerintah berpengaruh terhadap PDRB. Dari tabel Coefficientsa diperoleh nilai statistik t untuk variabel pengeluaran pemerintah sebesar 4,121 dengan nilai probabilitas (Sig.) = 0,001. Karena nilai sig. < 0,05 maka hipotesis diterima, artinya dalam penelitian ini pengeluaran pemerintah secara individual berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB. Pengujian secara keseluruhan persamaan Z dengan hipotesis: “PMDN,
PMA, inflasi, pengeluaran pemerintah dan PDRB secara bersama-sama berpengaruh terhadap Jumlah pengangguran”. Dari tabel Anovab diperoleh nilai F sebesar 16,047 dengan nilai probabilitas (sig.) = 0,000. Karena nilai sig. < 0,05 maka hipotesis diterima, artinya secara bersama-sama PMDN, PMA, inflasi, pengeluaran pemerintah dan PDRB secara bersama-sama berpengaruh terhadap Jumlah pengangguran, atau model persamaan regresi persamaan Z tersebut signifikan (Riduwan dan Engkos, 2011). Pengujian secara individual ditunjukkan oleh Tabel 2 Coefficientsa, hipotesis yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut: 1.
Nilai PMDN berpengaruh terhadap jumlah pengangguran. Dari tabel Coefficientsa diperoleh nilai statistik t untuk variabel nilai PMDN sebesar -1,310 dengan nilai probabilitas (sig.) = 0,217. Karena nilai sig. > 0,05 maka hipotesis ditolak, artinya dalam penelitian ini nilai PMDN secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah pengangguran.
2.
Nilai PMA berpengaruh terhadap jumlah pengangguran. Dari tabel Coefficientsa diperoleh nilai statistik t untuk variabel nilai PMA sebesar -0,124 dengan nilai probabilitas (sig.) = 0,903. Karena nilai sig. > 0,05 maka hipotesis ditolak, artinya dalam penelitian ini nilai PMA tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah pengangguran.
3.
Tingkat inflasi berpengaruh terhadap jumlah pengangguran.
170
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
Dari tabel Coefficientsa diperoleh nilai statistik t untuk variabel tingkat inflasi sebesar 0,997 dengan nilai probabilitas (sig.) = 0,340. Karena nilai sig. > 0,05 maka hipotesis ditolak, artinya dalam penelitian ini tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah penganguran. 4.
Pengeluaran pemerintah berpengaruh terhadap jumlah pengangguran. Dari tabel Coefficientsa diperoleh nilai statistik t untuk variabel pengeluaran pemerintah sebesar 5,626 dengan nilai probabilitas (sig.) = 0,000. Karena nilai sig. < 0,05 maka hipotesis diterima, artinya dalam penelitian ini pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah pengangguran.
5.
PDRB berpengaruh terhadap jumlah pengangguran. Dari tabel Coefficientsa diperoleh nilai statistik t untuk variabel PDRB sebesar -1,175 dengan nilai probabilitas (sig.) = 0,265. Karena nilai sig. > 0,05 maka hipotesis ditolak, artinya dalam penelitian ini PDRB secara individual berpengaruh tidak signifikan terhadap jumlah pengangguran.
HASIL DAN PEMBAHASAN Uji terhadap asumsi tidak adanya multikolinieritas pada persamaan Y dapat dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF). Jika nilainya kurang dari 10 maka dapat dianggap tidak terjadi multikolinieritas antar variabel bebas dalam model tersebut (Hair, dkk. dalam Azkiyah, 2003). Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa keseluruhan nilai VIF variabel bebas (2.082; 1.433; 1.202; dan 1.969) tidak ada yang melebihi angka 10, sehingga asumsi tidak ada multikolinieritas terpenuhi. Uji asumsi autokorelasi dilihat nilai statistik Durbin Watson, dari hasil analisis dapat dilihat nilai DW sebesar 1,966, nilai ini akan kita bandingkan dengan nilai tabel criteria pengambilan keputusan statistic durbin Watson menurut Algifari dalam Kasmawati (2010) nilai DW tersebut berada dalam kategori tidak ada autokorelasi (1,66 sampai dengan 2,34),
maka disimpulkan tidak terdapat
autokorelasi pada model regresi tersebut.
171
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
Asumsi normalitas dan homoskedastisitas dapat dilihat melalui dalam gambar Normal P-P plot, dan scatterplot. Dari hasil output SPSS menunjukkan bahwa asumsi normalitas dan homoskedastisitas model persamaan Y terpenuhi. Uji terhadap asumsi tidak adanya multikolinieritas pada persamaan Z dapat dilihat dari nilai variance inflation factor (VIF). Pada Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa keseluruhan nilai VIF variabel bebas (2.083; 1.830; 1.341; 4.756; dan 4.690) tidak ada yang melebihi angka 10, sehingga asumsi tidak ada multikolinieritas terpenuhi.. Untuk uji asumsi autokorelasi dilihat nilai statistik Durbin Watson, dari hasil analisis dapat dilihat nilai DW sebesar 2,715, nilai ini akan kita bandingkan dengan nilai tabel kriteria pengambilan keputusan statistik durbin Watson menurut Algifari dalam Kasmawati (2010). nilai DW tersebut berada dalam kategori tanpa keputusan antara ada atau tidak ada autokorelasi (2,34 sampai dengan 2,92), atau dapat disimpulkan bahwa dalam model persamaan regresi tersebut tidak ada keputusan mengenai ada atau tidaknya autokorelasi pada model persamaan regresi. Asumsi normalitas dan homoskedastisitas dapat dilihat melalui dalam gambar Normal P-P plot, dan scatterplot. Dari hasil output SPSS pada lampiran 3 menunjukkan bahwa asumsi normalitas dan homoskedastisitas model persamaan persamaan Z terpenuhi. Persamaan regresi persamaan Y1 yang telah distandarkan didapatkan persamaan dari Tabel Coefficientsa sebagai berikut: Y = 0.017 X1 - 0.291 X2 - 0.172 X3 + 0.771 X4 Dengan besarnya koefisien diterminan R square, atau R2
yx1x2x3x4
= 0,787 = 78,70 %
(Tabel Model summaryb) dan besarnya pengaruh variabel lain di luar model yaitu, 𝜌𝑦𝑒1 = 1 − 0,787 = 0,213 = 21,30%. Persamaan regresi persamaan Y2 yang telah distandarkan didapatkan persamaan dari Tabel Coefficientsa sebagai berikut: Z = - 0.198 X1 - 0.018 X2 + 0.121 X3 + 1.285 X4 - 0.266 Y
172
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
Dengan besarnya koefisien diterminan R square, atau R2
No. 1 Juni 2015
zx1x2x3x4y
= 0,879 = 87,90%
(Tabel Model summaryb) dan besarnya pengaruh variabel lain di luar model yaitu, 𝜌𝑧𝑒2 = 1 − 0,879 = 0,121 = 12,10%. Dari model persamaan regresi persamaan Y1 dan persamaan Y2 yang telah distandarkan, dapat diperoleh model persamaan regresi dengan koefisien jalur sebagai berikut: Y = 0.017 X1 - 0.291 X2 - 0.172 X3 + 0.771 X4 Z = - 0.198 X1 - 0.018 X2 + 0.121 X3 + 1.285 X4 - 0.266 Y Kemudian untuk Koefisien jalur tersebut dapat digambarkan beserta diagram jalurnya dalam Gambar 1. Dari hasil analisis tersebut akan dirangkum dalam bentuk tabel yang menggambarkan dekomposisi dari koefisien jalur, sehingga dapat dilihat pengaru h langsung, pengaruh tak langsung dan total pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel tak bebasnya, dimana pengaruh langsung dinyatakan dengan besaran nilai koefisien jalur. Nilai pengaruh tidak langsung merupakan nilai pengaruh variabel bebas melalui variabel antara yang diperoleh dengan mengalikan nilai koefisien jalur variabel bebas dengan nilai koefisien jalur dari variabel antara. Nilai total pengaruh merupakan penjumlahan dari nilai pengaruh langsung dan tidak langsung. Secara lengkap nilai dan perhitungan dekomposisi dari koefisien jalur yang tercipta dapat dilihat dalam tabel 3.
SIMPULAN Dari hasil analisis penelitian ini maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1.
Seluruh variabel bebas (PMDN, PMA, Inflasi dan Pengeluaran pemerintah) secara bersama-sama berpengaruh terhadap jumlah pengangguran di Provinsi Kalimantan Timur, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui variabel PDRB.
2.
Variabel PMDN yang digambarkan besaran nilai realisasi penanaman modal dalam negeri, mempunyai pengaruh yang positif namun tidak signifikan
173
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
terhadap PDRB, dan mempunyai pengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap jumlah pengangguran di Provinsi Kalimantan Timur. 3.
Variabel PMA yang digambarkan besaran nilai realisasi penanaman modal asing, mempunyai pengaruh yang negatif namun tidak signifikan terhadap PDRB dan jumlah pengangguran di Provinsi Kalimantan Timur.
4.
Variabel Inflasi yang digambarkan besaran laju inflasi tahunan, mempunyai pengaruh yang negatif namun tidak signifikan terhadap PDRB, dan mempunyai pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap jumlah pengangguran di Provinsi Kalimantan Timur.
5.
Variabel pengeluaran pengeluaran
pemerintah
pembangunan
yang
pemerintah
digambarkan Provinsi
besaran nilai
Kalimantan Timur,
mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap PDRB dan jumlah pengangguran di Provinsi Kalimantan Timur. 6.
Variabel PDRB mempunyai pengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap jumlah pengangguran di Provinsi Kalimantan Timur. Hasil ini sesuai
hasil
penelitian
sebelumnya,
namun
dalam
penelitian
ini
menghasilkan nilai pengaruh negatif yang tidak signifikan. Variabel bebas yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap jumlah pengangguran dalam penelitian ini adalah variabel pengeluaran pemerintah dengan total pengaruh sebesar 1,079914. Beberapa saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut: 1.
Berdasarkan variabel yang paling dominan mempengaruhi jumlah pengangguran adalah variabel pengeluaran pemerintah dengan besaran pengaruh 1,079914 dan berkorelasi positif, maka diharapkan peranan Pemerintah khususnya Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dapat lebih konsisten
dalam
peningkatan
peranan
pemerintah
dalam
kegiatan
perekonomian terutama dalam hal pembangunan infrastruktur sehingga dapat memperlancar kegiatan perekonomian daerah dan membuka akses terhadap penyediaan lapangan pekerjaan. 2.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur harus menyelaraskan dan meninjau kembali peraturan daerah yang dinilai menjadi penyebab biaya ekonomi
174
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
tinggi, dapat memberikan jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi investor dan menyediakan sarana dan prasarana infrastruktur yang lebih memadai bagi investor baik dalam negeri maupun asing sehingga dapat meningkatkan investasi di wilayah Provinsi Kalimantan Timur. 3.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur diharapkan dapat ketersedian stok barang/jasa terutama komoditi makanan, dimana kita ketahui sebagian besar barang/jasa yang dikonsumsi masyarakat berasal dari luar wilayah Provinsi Kalimantan Timur sehingga perkembangan harga barang/jasa di masyarakat tetap stabil, dan tingkat inflasi dapat terjaga.
4.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur melalui dinas terkait harus dapat mengoptimalkan sumber daya yang ada sebagai faktor produksi dalam perekonomian sehingga tercipta kondisi perekonomian yang dinamis sehingga dapat menambah kesempatan untuk membuka lapangan pekerjaan dan meyerap tenaga kerja yang lebih besar di wilayah Provinsi Kalimantan Timur.
5.
Walaupun terdapat pengaruh yang dominan dari pertumbuhan ekonomi terhadap jumlah pengangguran di Provinsi Kalimantan Timur, namun tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan kondisi pengangguran serta dampaknya terhadap peningkatan kehidupan sosial ekonomi masyarakat di Provinsi Kalimantan Timur, dengan melibatkan indikator-indikator lain maupun variabel-variabel lain yang belum dapat dimasukkan dalam penelitian ini.
6.
Karena keterbatasan konsep pengangguran yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah usia kerja dikurangi penduduk yang bekerja, sehingga tidak menutup kemungkinan untuk melaksanakan penelitian selanjutnya dengan variabel beberapa indikator ketenagakerjaan lainnya seperti TPT (tingkat Pengangguran Terbuka), tingkat kesempatan kerja, jumlah angkatan kerja serta perlu melibatkan sektor pekerjaan yang bersifat informal.
175
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
DAFTAR PUSTAKA Alghofari, Farid. (2010). “Analisis Tingkat Pengangguran di Indonesia”. Semarang: Universitas Diponegoro. Amir, Amri.
(2007). “Pengaruh inflasi dan pertumbuhan ekonomi terhadap
pengangguran di Indonesia”. Jurnal Inflasi dan Pengangguran Vol. 1 no. 1, 2007, Jambi. Andren
Thomas.
(2007).
“Econometrics.
Ventus
Publishing
Aps.
www.bookboon.com Anonim (2011). Kalimantan Timur Dalam Angka 2011 (beberapa terbitan). Samarinda: Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur Arsyad, Lincolin. (2010). Ekonomi Pembagunan Edisi Kelima. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Djojohadikusumo,S. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta: LP3ES. Gujarati, Damodar. (2000). Ekonometrika Dasar. Trans. Sumarno Zain. Jakarta: Erlangga. Kuncoro, Mudrajad. (2001). Metode Kuantitatif. Yogyakarta: AMP YKPN. Kusnendi. (2008). Model-Model Persamaan Struktural: Satu dan Multigroup sampel dengan LISREL. Bandung: Alfabeta. Mantra, Ida Bagus. (2000). Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mankiw, N. Gregory. (2000). Teori Makro Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Morgan, George A Et All. (2004). “SPSS For introductory Statistics, Use and Interpretation, 2nd Edition. London: Lawrence Erlbaum Associates Publisher. Nopirin. (2000). Ekonomi Moneter Buku II. Yogyakarta: BPFE. Payaman J. Simanjuntak. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE. Pollak, Robert A. (2002). Gary Becker’s Contributions to Family and Household Economics. Washington University.
176
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
Riduwan dan Engkos. (2011). Cara Menggunakan dan Memaknai Path Analysis (Analisis Jalur) Cetakan Ketiga. Bandung: Alfabeta. Rode,
Sanjay. (2012). “Advanced
Macroeconomics. Ventus
Publishing.
www.bookboon.com Rode, Sanjay. (2013). “Modern Microeconomics 1st Edition. Ventus Publishing. www.bookboon.com Rustiono, Deddy. (2008). Anailsis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan Penegeluaran Pemerintah Terhadap Pertmbuhan Ekonomi Di Provinsi Jawa Tengah. Semarang: UNDIP. Salvatore, Dominick. (1997). Ekonomi Internasional Edisi kelima. Jakarta: Erlangga. Samuelson, A. Paul & Nordhaus, D. William. (1992). Mikroekonomi Edisi Keempatbelas. Jakarta: Erlangga. Subri, Mulyadi. (2003). Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sukirno, Sadono. (1994). Pengantar Teori Makroekonomi. Edisi Ketiga. Jakarta: Rajawali Pers. Suparmoko, M. (1992). Ekonomika Pembangunan. Yogyakarta: BPFE. Suryadi, Ace. (1994). Pendidikan, Investasi SDM dan Pembangunan (isu, teori dan aplikasi). Jakarta: Balai Pustaka. Tambunan, Tulus. (2001). Perekonomian Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia. Todaro, P Michael. (2000). Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga. Wati, Heny Kartika. (2008). Dampak Investasi Terhadap Kinerja Perekonomian: Studi Komparasi Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing di Jawa Timur. Bogor: IPB. 177
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
http://www.bps.go.id http://djpk.depkeu.go.id
LAMPIRAN Tabel 1. Coefficientsa Model Persamaan Y Coefficientsa Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model
B
Std. Error
Beta
1 (Constant)
5.329E7
1.154E7
PMDN
.157
1.758
PMA
-15.523
8.516
Inflasi
Collinearity Statistics T
Sig.
4.616
.001
.017
.089
.930
.480
2.082
-.291
-1.823
.093
.698
1.433
-407665.143 346257.483 -.172
-1.177
.262
.832
1.202
4.121
.001
.508
1.969
Peng_Pemerintah 22424.473
5441.341
.771
Tolerance VIF
Tabel 2. Coefficientsa Model Persamaan Z Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
(Constant)
B
Std. Error
Standardized Coefficients Beta
63484.654 19263.968
Collinearity Statistics t 3.296
Sig. Tolerance
VIF
.007
PMDN
-.002
.002
-.198
-1.310 .217
.480
2.083
PMA
-.001
.010
-.018
-.124
.903
.547
1.830
Inflasi
365.354
366.329
.121
.997
.340
.746
1.341
Peng_Pemerintah
47.654
8.471
1.285
5.626
.000
.210
4.756
PDRB
.000
.000
-.266
-1.175 .265
.213
4.690
178
Jurnal EKSEKUTIF Volume 12
No. 1 Juni 2015
Gambar 1. Model Diagram Jalur dengan Nilai Koefisien Jalur -0,018 PMDN (X1)
0,213
0,121
-0,198 0,017
(PMA X2)
Jumlah Pengangguran (Z)
-0,291 PDRB (Y)
-0,266 Inflasi (X3)
-0,172
Pengeluaran Pemerintah(X4)
1,285
0,771 0,121
Tabel 3 Rangkuman Dekomposisi Koefisien Jalur Model Lengkap
Hubungan
Pengaruh Langsung
Pengaruh Tak Langsung
Total
Melalui Y 1
Pengaruh
1
2
3
4
X1Y
0,017
-
0,017
X2Y
-0.291
-
-0.291
X3Y
-0,172
-
-0,172
X4Y
0,771
-
0,771
X1Z
-0,198
(0,017 x -0,266) = -0,004522
-0,202522
X2 Z
-0,018
(-0, 172 x -0,266) = 0,077406
0,059406
X3 Z
0,121
(-0,291 x -0,266) = 0,045752
0,166752
X4Z
1,285
(0,771 x -0,266) = -0,205086
1,079914
Y Z
-0,266
-
-0,266
179