ANALISIS PENGARUH VARIABEL EKONOMI MAKRO TERHADAP NILAI JAKARTA ISLAMIC INDEX
Diajukan Oleh : WASTRIATI 106084003618
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
ANALISIS PENGARUH VARIABEL EKONOMI MAKRO TERHADAP NILAI JAKARTA ISLAMIC INDEX Periode Januari 2003-Desember 2009
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh WASTRIATI NIM: 106084003618
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
NIP: 150.409.504
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
Hari ini, Selasa tanggal 14 Bulan Desember Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan ujian skripsi atas nama Wastriati, NIM: 106084003618, dengan judul skripsi: Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Terhadap Nilai Jakarta Islamic Index Periode Januari 2003-Desember 2009. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung maka skripsi ini sudah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 14 Desember 2010 Tim Penguji Ujian Skripsi
Ketua
Sekretaris
Penguji Seminar Proposal
Hari ini, Selasa tanggal 28 Bulan September Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan ujian komprehensif atas nama Wastriati, NIM: 106084003618, dengan judul skripsi: Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Terhadap Nilai Jakarta Islamic Index Periode Januari 2003-Desember 2009. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung maka skripsi ini sudah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 28 September 2010
Tim Penguji Komprehensif
Ketua
Sekretaris
Penguji Ahli
SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama Mahasiswa
: Wastriati
NIM
: 106084003618
Jurusan
: Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri dan bukan merupakan rekapitulasi maupun saduran dari hasil karya atau penelitian orang lain. Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau rekapitulasi maka skripsi dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang ataupun menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian hari menjadi tanggung jawab saya. Jakarta, 13 Oktober 2010
(Wastriati)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI Nama
: Wastriati
Tempat, Tanggal Lahir
: Bukittinggi, 13 Februari 1987
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Jl. Anggrek Garuda VE Blok G no.93 Palmerah, Jakarta Barat
Agama
: Islam
Suku/Kebangsaan
: Minang/Indonesia
Email
:
[email protected],
[email protected]
Blog
: wastriaelok.blogspot.com
PENDIDIKAN TK Pembangunan V Surau Selatan
(1992-1993)
SD Negeri 38 V Surau Selatan
(1993-1999)
SMP Negeri 1 Tilatang Kamang, Kab. Agam
(1999-2002)
SMA Negeri 1 Tilatang Kamang, Kab. Agam
(2002-2005)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(2006-2010)
Abstract The purpose of this research is to analyze the short and long run relationship between four macro economic variables, exchange rate, money supply, inflation, GDP and JII. The data for assessing this research are acquired from the monthly financial reports published by Bank Indonesia and Indonesia Stock Exchange from January 2003 to December 2009. This research used Cointegration and Error Correction Model as econometric tool. The research shows that there are a relationship between exchange rate, money supply, inflation, and GDP to JII in the long term. It’s mean that exchange rate, money supply, inflation and GDP influence the JII. But in the short time, there are no relationship between exchange rate, money supply and inflation to JII. There is a relationship only on GDP to JII. It’s mean that GDP influence the JII in the short term. Key Word: Exchange Rate, Money Supply, Inflation, GDP, JII, Cointegration, Error Correction Model
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh dalam jangka pendek dan jangka panjang antara empat variabel makro yaitu: nilai tukar rupiah terhadap USD (kurs), jumlah uang beredar (M2), tingkat inflasi dan produk domestik bruto (PDB) terhadap Jakarta Islamic Index. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan dari Januari 2003 sampai Desember 2009 dari laporan bulanan Indikator Ekonomi Makro Bank Indonesia dan Laporan Statistik Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan uji Kointegrasi untuk melihat adanya indikasi hubungan jangka panjang dan Error Correction Model untuk melihat adanya hubungan jangka pendek. Hasil penelitian menunjukkan dalam jangka panjang terdapat pengaruh antara variabel kurs, M2, inflasi dan PDB terhadap nilai JII. Hal ini membawa implikasi bahwa dalam jangka panjang variabel makro dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan nilai JII. Sedangkan dalam jangka pendek tidak terdapat pengaruh antara kurs, M2 dan inflasi terhadap nilai JII, hanya variabel PDB yang mempengaruhi nilai JII dalam jangka pendek. Hal ini membawa implikasi bahwa dalam jangka pendek variabel kurs, M2 dan inflasi bukan merupakan indikator yang baik untuk memprediksi pergerakan nilai JII. Tetapi Variabel PDB dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan nilai JII dalam jangka pendek. Kata kunci: Kurs, M2, Inflasi, PDB, Indeks JII, Kointegrasi, Error Correction Model
Kata Pengantar Puji syukur penulis Panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam tidak lupa penulis ucapkan kepada Nabi besar Muhammad SAW. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan berbagai pihak dari mulai periode perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk dapat menyelesaikan dengan baik. Oleh karena itu ijinkanlah penulis untuk mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berjasa tersebut, antara lain: 1. Kedua orang tua saya. Mama dan Bapakku, Love you so much. I can stand if there are not you at my side every breath I take in these life. Terima kasih atas semua Doa dan Ridhanya sama Was, mulai dari lahir sampai selamanya. Terima kasih atas segala sesuatu dari Beliau yang telah dicurahkan seluruhnya bagi hidup saya, membiayai pendidikanku dari taman kanak-kanak sampai selesai studi saya di IESP FEB UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
ini.
Was
akan
menjadi
anak
yang
bisa
membanggakan mama dan bapak suatu saat nanti, seperti yang mama dan bapak cita-citakan. No one will replace you in these world. Love you Mamaku, Love you Bapakku. 2. Udaku Zulfitra yang telah memberikan dukungan dan bantuannya baik moril maupun materil. Kakakku Zulmayeti yang selalu memberikan dorongan dan semangat di waktu senang maupun sedih dan Adikku Reda Mulyati, kak Was akan selalu berusaha jadi kakak terbaik buat Reda, walau kita sering berbeda pendapat tapi kak Was saying sekali sama Reda.
3. Bapak Dr. Ir. H. Roikhan Mochamad Aziz, M.M, selaku dosen pembimbing satu, terima kasih telah membimbing dan memberikan support kepada saya selama ini, dari mulai awal penulisan sampai selesai. 4. Bapak M. Hartana I. Putra, M.Si, selaku pembimbing dua. Terima kasih telah membimbing dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada saya demi selesainya skripsi ini dengan baik. 5. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Bapak Dr. Lukman M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. 6. Semua Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmuilmu yang bermanfaat buat saya dan untuk kemajuan FEB UIN Jakarta, serta staff karyawan yang telah memberikan pelayanan kepada setiap mahasiswa. Terima kasih juga untuk Bapak Taufiq Rahman, SE., selaku humas BEI yang telah ikut membantu saya dalam memperoleh data. 7. Seluruh keluarga besar mama dan bapak. Mak En, Tek Oka, Mak Yas, Tek Rina, Tek Nof, Mak Adi, Abang, Kak Nita, Da En dan Ni Yad. Juga buat si kecil Wildan “Ponakannku” yang lucu dan baru satu-satunya. 8. Teman baikku Ifad, Yunita, Yanti, Titik dan Fitri, yang selalu memberikan semangat untuk terus maju dan tidak putus asa. 9. Teman-teman seperjuangan di kelas Ekonomi Islam, Lia, Sari, Saras, Yeni, Winda, Olit, Laras, Ovid an Friska. “Go Genk Syah”. Teman-teman IESP B Upi, Maria, Fera, Saphi, Zahra, Tunjung, Nia dan lainnya. 10. Teman-teman kosan yang selalu jadi tempatku bercerita. Yeni, Warsih, Yana dan Nita. Terima Kasih juga buat kak Santo, kak Tina, Dhika dan Ridho. Teman-teman dikosan baruku Dhini, Syauffa, Najwa, Roro, Erna, Icha, Nunu, Tiwi dan yang lainnya. Serta semua pihak yang namanya tidak dapat saya tulis satu persatu, terima kasih banyak.
Jakarta, 30 November 2010
Wastriati
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... i ABSTACT ............................................................................................................ ii ABSTRAK............................................................................................................ iii KATA PENGANTAR......................................................................................... iv DAFTARISI ......................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................... x DAFTAR GAMBAR........................................................................................... xi DAFTARLAMPIRAN ................................................................. xi BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1 A. Latar Belakang .............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................. 10 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 10 1. Tujuan Penelitian ................................................................... 10 2. Manfaat Penelitian .................................................................. 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 12 A. Konsep Dasar Ekonomi Dalam Islam.......................................................... 12 B. Pasar Modal Syariah .............................................................................. 13 C. Investasi dalam Perspektif Islam .................................................................. 14 D. Jakarta Islamic Index..................................................................................... 16
E. Saham Syariah ...................................................................................... 18 F. Analisis Fundamental Variabel Makro ....................................................... 21 G. Ilmu Ekonomi Makro Dalam Perspektif Islam........................................... 25 H. Variabel Makro Ekonomi...................................................................... 27 1. Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD (kurs) ........................................... 27 2. Jumlah Uang Beredar (M2).................................................................. 30 3. Tingkat Inflasi ................................................................................ 33 4. Produk Domestik Bruto (PDB) ............................................................ 38 I. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 42 J. Kerangka Pemikiran.............................................................................. 49 K. Hipotesis Penelitian ............................................................................... 52 BAB III METODOLOGJ PENELITIAN................................................................. 53 A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 53 B. Metode Penentuan Sampel .................................................................... 54 C. Metode Pengumpulan Data ................................................................... 54 D. Metode Analisis Data ............................................................................ 55 1. Uji Akar Unit Phillips-Perron (PP) test .................................................. 56 2. Uji Derajat Integrasi ......................................................................... 58 3. Uji Kointegrasi.................................................................................. 59 4. Uji Asumsi Klasik............................................................................. 60 a. Uji Autokorelasi ........................................................................... 60
b. Uji Heteroskedastisitas.................................................................. 61 c. Uji Linearitas ................................................................................ 62 d. Uji Normalitas .............................................................................. 63 5. Uji Error Corection Model (ECM) ......................................................... 63 6. Uji Error Corection Term (ECT)............................................................. 65 E. Operasional Variabel Penelitian ............................................................ 65 BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN ........................................................ 68 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................ 68 1. Sejarah Singkat Berdirinya Jakarta Islamic Index ................................. 68 2. Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD (Kurs) ............................................ 74 3. Jumlah Uang Beredar (M2) ................................................................... 76 4. Tingkat Inflasi ................................................................................. 78 5. Produk Domestik Bruto (PDB).............................................................. 80 B. Hasil Analisa dan Pembahasan ..................................................................... 83 1. Uji Akar Unit .................................................................................... 83 2. Uji Derajat Integrasi .......................................................................... 84 3. Uji Kointegrasi.................................................................................. 85 4. Uji Asumsi Klasik............................................................................. 87 a. Uji Autokorelasi............................................................................. 87 b. Uji Heteroskedastisitas .................................................................. 88 c. Uji Linearitas ................................................................................. 89
d. Uji Normalitas ........................................................................ 90 5. Uji Error Correction Model .............................................................. 91 C. Interpetasi Analisis Teknik..................................................................... 92 1. Kurs Rupiah Terhadap USD dan Indeks Syariah JII ............................. 93 2. Jumlah Uang Beredar (M2) dan Indeks Syariah JII................................ 94 3. Tingkat Inflasi dan Indeks Syariah JII ............................................... 95 4. Produk Domestik Bruto dan Indeks Syariah JII..................................... 95 D. Interpretasi Analisis Ekonomi ........................................................ 96 1. Analisis Jangka Pendek..................................................................... 96 2. Analisis Jangka Panjang .................................................................... 97 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI.............................................................. 101 A. Kesimpulan ................................................................................... 101 B. Implikasi dan Saran ..................................................................................... 103 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 104 LAMPIRAN ................................................................................... 107
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
Tabel 1.1
Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD dan IHSG
8
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
46
Tabel 3.1
Tabel Uji Durbin-Watson
60
Tabel 4.1
Nama 30 Emiten yang Terdaftar di JII
72
Tabel 4.2
Uji Akar Unit Phillips-Perron test pada Level
84
Tabel 4.3
Uji Akar Unit Phillips-Perron test first difference
85
Tabel 4.4
Uji Kointegrasi
86
Tabel 4.5
Uji Durbin-Watson
87
Tabel 4.6
Uji Lagrange Multiple Test
88
Tabel 4.7
Uji White Heteroskedasticity
88
Tabel 4.8
Uji Ramsey RESET Test
89
Tabel 4.9
Uji Normalitas Jarque-Bera
90
Tabel 4.10
Hasil Regresi Error Correction Model (ECM)
91
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
Gambar 1.1
Perkembangan Indeks Jakarta Islamic Index
4
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Penelitian
51
Gambar 4.1
Indeks Syariah Jakarta Islamic Index
73
Gambar 4.2
Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD
75
Gambar 4.3
Jumlah Uang Beredar (M2)
77
Gambar 4.4
Tingkat Inflasi
79
Gambar 4.5
Produk Domestik Bruto
81
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
Lamp. 1
Data Variabel Penelitian
107
Lamp. 2
Uji Stasioneritas LNJII tingkat Level
110
Lamp. 3
Uji Stasioneritas LNJII First Difference
110
Lamp. 4
Uji Stasioneritas LNKURS tingkat Level
111
Lamp. 5
Uji Stasioneritas LNKURS First Difference
111
Lamp. 6
Uji Stasioneritas LNM2 tingkat Level
112
Lamp. 7
Uji Stasioneritas LNM2 First Difference
112
Lamp. 8
Uji Stasioneritas LNINF tingkat Level
113
Lamp. 9
Uji Stasioneritas LNINF First Difference
113
Lamp. 10
Uji Stasioneritas LNPDB tingkat Level
114
Lamp. 11
Uji Stasioneritas LNPDB First Difference
114
Lamp. 12
Uji Kointegrasi
115
Lamp. 13
Uji Lagrange Multiple Test
116
Lamp. 14
Uji White Heteroskedasticity
116
Lamp. 15
Uji Ramsey RESET Test
116
Lamp. 16
Hasil Regresi Error Correction Model
117
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah suatu sistem dan jalan hidup yang utuh dan terpadu, memberikan panduan yang dinamis dan lugas terhadap semua aspek kehidupan termasuk sektor bisnis dan transaksi keuangan. Pemilikan kekayaan pribadi harus berperan sebagai harta produktif yang akan meningkatkan besaran produk nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Harta sebagai salah satu titipan Allah SWT harus dikelola dengan baik dan profesional. Firman Allah dalam surat Al-Hadid ayat 7 “Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah Telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar”. Aktifitas keuangan dalam Islam dipandang sebagai wahana bagi masyarakat modern untuk membawa mereka kepada paling tidak pelaksanaan dua hal. Pertama adalah prinsip at-ta’awun yaitu saling membantu dan saling bekerja sama di antara anggota masyarakat untuk kebaikan. Kedua adalah menghindari al-iktinaz yaitu menahan uang/dana dan membiarkannya menganggur atau idle dan tidak berputar dalam transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat umum. Oleh karena itu sistem ekonomi Islam menolak
terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh beberapa orang saja. Bagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam mengajarkan untuk melakukan investasi dengan prinsip syariah. Islam memperbolehkan pinjam meminjam tidak dengan bunga, melainkan dengan basis profit and loss sharing. Hal ini dapat diinterprestasikan bahwa Islam mendorong umatnya menjadi investor bukannya kreditor. Salah satu cara yang dapat digunakan supaya harta produktif dapat bermanfaat bagi masyarakat umum dan dapat mendorong masyarakat menjadi seorang investor yang prinsip-prinsipnya tidak bertentangan dengan ajaran Islam adalah dengan cara berinvestasi pada pasar modal syariah (Oom Komariyah, 2006) Pasar modal secara umum dapat diidentikkan dengan sebuah tempat dimana modal diperdagangkan antara pihak yang memiliki kelebihan modal (investor) dengan orang yang membutuhkan modal (issuer) untuk mengembangkan investasi. Dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1995, pasar modal didefinisikan sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek” (Nurul Huda, 2008) Pasar modal syariah (Islamic Stock Market) atau bursa efek syariah adalah kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengannya, dimana semua produk dan
mekanisme operasionalnya berjalan dengan hukum muamalat Islamiayah. (Abdul Hamid, 2009). Langkah awal perkembangan pasar modal syariah di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya reksa dana syariah pada 25 Juni 1997 diikuti dengan diterbitkannya obligasi syariah pada akhir 2002. Sedangkan untuk pasar saham syariah di Indonesia mulai dirintis sejak diluncurkannya indeks harga saham berdasarkan prinsip syariah pada tanggal 3 Juli 2000, yang disebut sebagai Jakarta Islamic Index (JII). (Nurul Huda, 2008) JII merupakan hasil kerjasama antara PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM). JII menggunakan tanggal awal perhitungan 1 Januari 1995 dengan nilai awal 100 dan metode perhitungan indeks dilakukan sesuai dengan ketetapan BEI. Saham-saham yang terdaftar dalam JII terdiri dari 30 saham yang telah lolos dari screening process yang dilakukan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional. Tetapi perlu diingat bahwa tidak berarti saham-saham di luar JII semuanya tidak sesuai dengan prinsip syariah. JII hanya menampung 30 saham dengan kinerja keuangan terbaik yang sudah sesuai dengan ketentuan syariah. Sehingga diluar JII pun masih ada saham syariah yang dapat dikategorikan sebagai saham yang termasuk dalam Islamic Stock Selection Index yang diluncurkan oleh Karim Business Consulting (KBC) yang berisi daftar semua saham dari emiten di BEI yang sesuai dengan syariah.
Sumber: Bursa Efek Indonesia, Pergerakan JII tahun 2003-2009 Gambar 1.1 Perkembangan Indeks Jakarta Islamic Index Berdasarkan Gambar 1.1 dapat diketahui bahwa indeks JII yang tertinggi terjadi pada awal tahun 2008, yaitu bulan Februari dimana indeks JII mencapai angka 508.945. Sedangkan indeks JII yang terendah terjadi pada awal tahun 2003, yaitu sebesar 62.347. Berdasarkan tabel dan gambar diatas dapat dilihat bahwa indeks syariah cenderung setiap bulannya mengalami peningkatan, walaupun di beberapa bulan tertentu terjadi penurunan. Hal ini dapat di katakan bahwa indeks syariah mempunyai perkembangan yang cukup baik. Peningkatan indeks JII diperkirakan karena adanya apresiasi kurs rupiah terhadap USD, sedangkan penurunan indeks JII diperkirakan karena kurs rupiah yang terdepresiasi terhadap USD. Jadi kondisi perekonomian
yang baik merupakan sentimen positif yang akan berdampak pada kenaikan harga di pasar saham. Keberadaan pasar modal di Indonesia merupakan salah satu faktor terpenting dalam ikut membangun perekonomian nasional, terbukti telah banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat posisi keuangannya. Bangkitnya ekonomi Islam di Indonesia dewasa ini menjadi fenomena yang menarik dan menggembirakan terutama bagi penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Praktek kegiatan ekonomi konvensional, khususnya dalam kegiatan pasar modal yang mengandung unsur spekulasi sebagai salah satu komponennya nampaknya masih menjadi hambatan psikologis bagi umat Islam untuk turut aktif dalam kegiatan investasi terutama di bidang pasar modal. Perbedaan secara umum antara pasar modal konvensional dengan pasar modal syariah dapat dilihat pada instrumen dan mekanisme transaksinya, sedangkan perbedaan nilai indeks saham syariah dengan nilai indeks saham konvensional terletak pada kriteria saham emiten yang harus memenuhi prinsip-prinsip dasar syariah. Secara umum konsep pasar modal syariah dengan pasar modal konvensional tidak jauh berbeda meskipun dalam konsep pasar modal syariah disebutkan bahwa saham yang diperdagangkan harus berasal dari perusahaan yang bergerak dalam sektor yang memenuhi kriteria syariah dan terbebas dari unsur ribawi, serta transaksi saham dilakukan dengan menghindarkan berbagai praktik spekulasi.
Untuk mendapatkan keuntungan yang optimal, maka seorang pelaku pasar harus memilih strategi portfolio yang tepat. Pada dasarnya terdapat dua strategi besar yang dapat digunakan dalam mengelola portfolio yang dimiliki, yaitu strategi pasif dan aktif. Dalam melakukan analisis portfolionya, strategi aktif ini dapat dipilah lagi menjadi analisis tehnikal dan fundamental. Analisis
tehnikal
dapat
didefinisikan
sebagai
metode
untuk
memprediksi (forecasting) terhadap fluktuasi pada harga saham, baik saham individu maupun pasar secara keseluruhan. Analisis ini menggunakan data pasar spesifik, terutama harga dan volume perdagangan. Fokus dari analisis tehnikal adalah penentuan timing yang memberi arahan kapan saat yang tepat melakukan transaksi pembelian dan penjualan saham dengan memperhatikan trend pergerakan harga yang diyakini memilki pola-pola tertentu yang cenderung berulang. Untuk mendapatkan beat the market, para analisis tehnikal memanfaatkan pola trend ini untuk pengambilan keputusan investasi yang dikenal sebagai market timing. (Reni Maharani, 2006) Metode analisis yang kedua adalah analisis fundamental. Analisis ini memanfaatkan informasi yang tersedia sebagai bahan analisis untuk sampai kepada nilai intrinsik suatu sekuritas. Perbedaan antara harga berlaku dengan nilai intrisik ini dijadikannya sebagai prinsip dalam menilai sekuritas. Dimana hal ini merupakan dasar bagi pengambilan keputusan investasinya. Informasi yang sering digunakan dalam melakukan analisis ini antara lain adalah kondisi makro ekonomi, kinerja industri dan kondisi perusahaan emiten. Dalam
analisis fundamental,
kondisi variabel makro
sangat mempengaruhi
keputusan-keputusan investasi yang diambil oleh pemodal. Saat terjadi gejolak pada kondisi moneter dimana indikator ekonomi makro menunjukkan trend penurunan atau perlambatan, maka harga-harga saham akan menurun. (Reni Maharani, 2006). Menurut Mankiw (2002) analisis fundamental adalah ilmu yang mempelajari
pernyataan-pernyataan
akuntansi
suatu
perusahaan
dan
prospeknya di masa mendatang dalam jangka menentukan nilai perusahaan tersebut. Pada dasarnya analisis fundamental adalah analisis yang dilakukan terhadap perusahaan itu sendiri yang berhubungan dengan prospek pertumbuhan dan kemampuan memperoleh keuntungan meliputi tiga tahap analisis, yaitu ekonomi makro, indsutri dan perusahaan (Ahmad Rodoni, 2005) Kondisi perekonomian
yang
diharapkan
membaik merupakan
sentimen positif yang berdampak pada kenaikan harga saham. Kondisi perekonomian akan mempengaruhi kondisi pasar, dimana kondisi pasar kemudian juga akan mempengaruhi keuntungan yang diperoleh para pemodal. Selain mempengaruhi para pemodal, kondisi perekonomian juga akan mempengaruhi
perusahaan
mempengaruhi
kondisi
dalam
memperoleh
perusahaan,
kondisi
laba.
Di
samping
perekonomian
juga
mempengaruhi kondisi industri. Oleh karena itu, dalam melakukan analisis
fundamental, sebelum melakukan analisis kondisi industri dan perusahaan terlebih dahulu dimulai dengan menganalisis kondisi perekonomian. Berdasarkan data empiris, pergerakan variabel ekonomi makro dan harga saham sering memiliki pola yang kontradiktif atau berlawanan dengan teori ekonomi. Sebagai contoh, pada bulan Juni-Juli 2005, dimana nilai tukar rupiah terhadap USD terus melemah, seharusnya harga saham di BEI mengalami penurunan. Tetapi yang terjadi justru menguat, bahkan IHSG mencatat rekor tertinggi dalam sejarahnya.
Bulan Juni Juli
Tabel 1.1 Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD dan IHSG Nilai Tukar Rupiah Indeks Harga Terhadap USD Saham Gabungan 9713 1122.38 9819
1182.3
Sumber: Bursa Efek Indonesia, tahun 2005 Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa nilai tukar rupiah terdepresiasi/melemah terhadap USD, yaitu pada bulan Juni 9713 menjadi 9819. Tetapi IHSG justru menguat dari 1122.38 menjadi 1182.3. Data ini dapat dijadikan landasan awal untuk melihat pengaruh variabel makro terhadap Jakarta Islamic Index. Hermanto dan Manurung (2002) dalam Oksiana Jatiningsih (2007), dalam penelitiannya tentang pengaruh variabel makro, investor, dan bursa yang telah maju terhadap indeks BEJ mengungkapkan bahwa bahwa variabel jumlah uang beredar (dalam arti M2) mempunyai pengaruh yang positif terhadap indeks BEJ.
Karena dana yang dipegang oleh masyarakat semakin banyak maka semakin banyak pula dana yang akan digunakan untuk melakukan investasi di bursa saham. Sehingga akan menaikkan harga saham-saham yang nantinya akan berpengaruh pada kenaikan IHSG. Penelitian ini dapat di jadikan landasan awal untuk melihat pengaruh jumlah yang beredar terhadap Jakarta Islamic Index. Menurut Reilly (1992) dalam Oksiana Jatiningsih (2007) mengemukakan ada dua pendapat mengenai hubungan antara tingkat inflasi dengan harga saham. Pendapat pertama menyatakan bahwa ada korelasi positif antara inflasi dengan harga saham. Pendapat ini didasarkan pada asumsi bahwa inflasi yang terjadi adalah demand pull inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena adanya kelebihan permintaan atas penawaran barang yang tersedia. Pada keadaan ini, perusahaan dapat membebankan peningkatan biaya kepada konsumen dengan proporsi yang lebih besar sehingga keuntungan perusahaan meningkat. Dengan demikian, akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk membayar deviden dan akan memberikan penilaian positif pada harga saham. Pendapat yang kedua menyatakan bahwa ada korelasi negatif antara inflasi dengan harga saham. Pendapat ini didasarkan pada asumsi bahwa inflasi yang terjadi adalah cost push inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena kenaikan biaya produksi. Dengan adanya kenaikan harga bahan baku dan tenaga kerja, sementara perekonomian dalam keadaan inflasi maka produsen tidak rnetnpunyai keberanian untuk menaikkan harga produknya. Hal ini akan mengakibatkan keuntungan perusahaan untuk membayar deviden pun menurun yang akan berdampak pada penilaian harga saham yang negatif.
Untuk mengetahui apakah
terdapat pengaruh pergerakan variabel
ekonomi makro terhadap indeks syariah maka penulis mengambil judul ”Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Terhadap Nilai Jakarta Islamic Index Periode Januari 2003-Desember 2009 ”. B. Rumusan Masalah Adanya pengaruh variabel ekonomi makro terhadap pergerakan harga saham, menjadikan variabel makro sebagai salah satu indikator yang dapat digunakan untuk memprediksi indeks saham. Berdasarkan uraian di atas pokok permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek nilai tukar rupiah terhadap USD (Kurs) terhadap Jakarta Islamic Index? 2. Apakah terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek jumlah uang beredar (M2) terhadap Jakarta Islamic Index? 3. Apakah terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek tingkat inflasi terhadap Jakarta Islamic Index? 4. Apakah terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek produk domestik bruto (PDB) terhadap Jakarta Islamic Index? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh jangka panjang dan jangka pendek nilai tukar rupiah terhadap USD (kurs) terhadap Jakarta Islamic Index.
2. Untuk mengetahui pengaruh jangka panjang dan jangka pendek jumlah uang beredar (M2) terhadap Jakarta Islamic Index. 3. Untuk mengetahui pengaruh jangka panjang dan jangka pendek tingkat inflasi terhadap Jakarta Islamic Index. 4. Untuk mengetahui pengaruh jangka panjang dan jangka pendek produk domestik bruto (PDB) terhadap Jakarta Islamic Index. 2. Manfaat Penelitian 1. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan tentang bagaimana dan seberapa besar pengaruh dan hubungan antara variabel makro ekonomi dan indeks JII. 2. Sebagai bahan pengetahuan tentang pentingnya keberadaan Jakarta Islamic Index dalam meningkatkan kesejahteraan para investor, masyarakat dan ikut membangun perekonomian nasional. 3. Sebagai bahan pertimbangan bagi para investor pemula, khususnya penulis sendiri dalam melakukan investasi syariah pada pasar modal syariah dengan melihat indikator variabel makro.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Ekonomi dalam Islam Islam merupakan sistem kehidupan yang bersifat komprehensif, yang mengatur semua aspek, baik dalam sosial, ekonomi, dan politik maupun kehidupan yang bersifat spiritual. Allah berfirman dalam QS. Al-Maidah ﴾5﴿ ayat 3 sebagai berikut: “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agama-mu, dan telah Ku-cukupkan nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” Islam adalah agama yang sempurna dan mempunyai sistem tersendiri dalam menghadapi permasalahan kehidupan, baik yang bersifat material maupun non material. Karena itu ekonomi sebagai satu aspek kehidupan, tentu juga sudah di atur oleh Islam. Ini bisa dipahami, sebagai agama yang sempurna, mustahil Islam tidak dilengkapi dengan sistem dan konsep ekonomi. Suatu sistem yang dapat digunakan sebagai panduan bagi manusia dalam menjalankan kegiatan ekonomi. Suatu sistem yang garis besarnya sudah diatur dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Ekonomi Islam sesungguhnya secara inheren merupakan konsekuensi logis dari kesempurnaan islam itu sendiri. Islam haruslah dipeluk secara kaffah dab komprehensif oleh umat-nya. Islam menuntut kepada umatnya untuk mewujudkan keislamannya dalam seluruh aspek kehidupannya.
Sangatlah tidak masuk akal, seorang muslim yang menjalankan shalat lima waktu, lalu dalam kesempatan lain ia juga melakukan transaksi keuangan yang menyimpang dari ajaran Islam. B. Pasar Modal Syariah Pasar modal syariah (Islamic Stock Exchange) adalah kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengannya, dimana semua produk dan mekanisme operasionalnya berjalan tidak bertentangan dengan hukum muamalat Islamiyah. Pasar modal syariah dapat juga diartikan adalah pasar modal yang menerapkan prinsipprinsip syariah. (Abdul Hamid, 2009) Langkah awal perkembangan pasar modal syariah di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya reksa dana syariah pada 25 Juni 1997 diikuti dengan diterbitkannya obligasi syariah pada akhir 2002. Sedangkan untuk pasar saham syariah di Indonesia mulai dirintis sejak diluncurkannya indeks harga saham berdasarkan prinsip syariah pada tanggal 3 Juli 2000, yang disebut sebagai Jakarta Islamic Index (JII). JII merupakan hasil kerjasama antara PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM). JII menggunakan tanggal awal perhitungan 1 Januari 1995 dengan nilai awal 100 dan metode perhitungan indeks dilakukan sesuai dengan ketetapan BEI. Saham-saham yang terdaftar dalam JII terdiri dari 30 saham yang telah lolos dari screening process yang dilakukan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional.
Fungsi dari keberadaan pasar modal syariah adalah sebagai berikut: (Abdul Hamid, 2009) 1. Memungkinkan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan bisnis dengan memperoleh bagian dari keuntungan dan resikonya. 2. Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna mendapatkan likuiditas. 3. Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk membangun dam mengembangkan lini produksinya. 4. Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek pada harga saham yang merupakan ciri umum pada pasar modal konvensional. 5. Memungkinkan investasi pada ekonomi yang ditentukan oleh kinerja kegiatan bisnis sebagaimana tercermin pada harga saham. C. Investasi dalam Perspektif Islam Islam sebagai din yang komprehansif (syumul) dalam ajaran dan norma mengatur seluruh aktifitas manusia di segala bidang. Investasi sebagai salah satu bagian dari aktifitas perekonomian tidak dapat mengabaikan aspek postulat, konsep, serta diskursus yang menjadikan background dalam pembentukan sebuah pengetahuan yang memiliki multidimensi yang mendasar dan mendalam. Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan yang memiliki gradasi (tadrij), dari tahapan diskursus (‘ilmu al yaqin), implementasi (‘ain al yaqin), serta hakikat akan sebuah ilmu (haqq al yaqin).
Scheller
dalam
(herrschafswissen),
trichotomy
pengetahuan
pengetahuan
intelektual
menjelaskan
instrumental
(beldungswissen),
dan
pengetahuan spiritual (erlosungswissen) sebagaimana dituangkan oleh Rich dalam bukunya the knowledge cycle. (Nurul Huda, 2007) Investasi merupakan salah satu ajaran dari konsep Islam yang memenuhi tadrij dari trichotomy pengetahuan tersebut. Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa konsep investasi selain sebagai pengetahuan juga bernuansa spiritual karena menggunakan norma syariah, sekaligus merupakan hakikat dari sebuah ilmu dan amal, oleh karenanya investasi sangat dianjurkan bagi setiap muslim. Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang. Menurut Tandelilin (2001), investasi dapat diartikan sebagai komitmen atas sejumlah dana/ sumber dana lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan dimasa yang akan datang. Pada dasarnya tujuan orang melakukan investasi adalah untuk menghasilkan sejumlah uang. Tujuan investasi yang lain secara lebih khusus lagi adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa yang akan datang, mengurangi tekanan inflasi dan dorongan untuk menghemat pajak (Tandelilin, 2001).
D. Jakarta Islamic Index Indeks syariah atau biasa dikenal dengan Jakarta Islamic Index merupakan kumpulan indeks saham beberapa perusahaan yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah. Perhitungan saham syariah pada JII dilakukan PT Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan metode perhitungan indeks yang ditetapkan dengan
bobot
kapitalisasi
pasar
(Market
Capitalization
Weighted).
Perhitungan indeks ini juga mencakup penyesuaian-penyesuaian (adjustment) yang dilakukan oleh adanya perubahan terhadap data emiten yaitu corporate action. JII menggunakan tanggal perhitungan 1 Januari 1995 dengan nilai awal 100. Dengan indeks ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi secara syariah. Ruang lingkup kegiatan usaha emiten yang bertentangan dengan prinsip hukum syariah Islam adalah: 1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang. 2. Usaha lembaga keuangan konvensional yang mengandung unsur ribawi termasuk perbankan dan asuransi konvensional. 3. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram. 4. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
Sesuai dengan pedoman yang ditetapkan dalam menentukan kriteria saham-saham emiten yang menjadi komponen daripada Jakarta Islamic Index tersebut adalah: a.
Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip hukum syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 (tiga) bulan (kecuali bila termasuk di dalam sahamsaham 10 berkapitalisasi besar)
b.
Memilih saham berdasrkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahunan berakhir yang memiliki kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar 90% (sembilan puluh persen)
c.
Memilih 60 (enam puluh) saham dari susunan di atas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama satu tahun terakhir.
d.
Memilih 30 (tiga puluh) saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan selama satu tahun terakhir. Tiga puluh saham ini yang menjadi saham yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index.
Pengkajian ulang akan dilakukan 6 (enam) bulan sekali dengan penentuan komponen indeks pada awal bulan juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan di-monitoring secara terus-menerus berdasarkan data publik yang tersedia.
E. Saham Syariah Saham adalah surat tanda bukti atau tanda kepemilikan terhadap suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Saham syariah merupakan salah satu bentuk dari saham biasa yang memiliki karakteristik khusus berupa kontrol yang ketat dalam hal kehalalan ruang lingkup kegiatan usaha. Menurut Mankiw (2002) saham (stock) adalah hak kepemilikan sebagian atas suatu perusahaan dan karenanya mewakili hak atas sebagian keuntungan perusahaan. Sebagai contoh jika Indofood menjual total 1.000.000 lembar saham, maka setiap lembar saham mewakili bagian kepemilikan atas Indofood sebesar 1/1.000.000. Dari segi hak dan keistimewaan saham dapat dibedakan menjadi: 1. Saham biasa (Ordinary Share) Saham biasa adalah saham yang tidak tercantum nama pemilik dan kepemilikannya melekat pada pemegang sertifikat tersebut. Saham biasa menanggung resiko terbesar karena pemegang saham biasa menerima deviden hanya setelah pemegang saham preferen menerima deviden. Semua ahli fikih kontemporer memandang saham biasa boleh, karena tidak memiliki keistimewaan dari yang lain, baik hak maupun kewajibannya.
2. Saham preferen Saham preferen adalah saham yang memberikan hak untuk mendapatkan deviden dari saham biasa yang besarnya tetap. Biasanya saham preferen memberikan pilihan tertentu atas hak pembagian deviden. Jika suatu ketika emiten mengalami kerugian, maka pemegang saham preferen bisa tidak menerima pembayaran deviden yang sudah ditetapkan sebelumnya. Saham ini memiliki keistimewaan khusus dari segi perlakuan maupun dari segi finansial. Para ahli fikih kontemporer memandang saham jenis ini harus dihindari karena tidak sesuai dengan ketentuan syariah, karena pemilik saham ini mempunyai hak mendapatkan bagian dari kelebihan yang dapat dibagikan sebelum dibagikan kepada pemilik saham biasa. Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham. a. Dividen Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen.
Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunaiartinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham - atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut. b. Capital gain Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Misalnya Investor membeli saham ABC dengan harga per saham Rp 3.000 kemudian menjualnya dengan harga Rp 3.500 per saham yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 500 untuk setiap saham yang dijualnya. Nilai sebuah saham bagi pemegang saham adalah apa yang di dapatkannya dari kepemilikan, yang mencakup nilai sekarang dari cicilan pembayaran dividen dan harga jual akhir. Dividen merupakan pembagian keuntungan yang dilakukan oleh perusahaan kepada para pemegang sahamnya. Kemampuan suatu perusahaan untuk membayar dividen, dan juga nilai dari saham itu saat si pemegang saham menjualnya, bergantung pada kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan. (Mankiw, 2002) Menurut Abdul Hamid (2009) Pergerakan harga saham merupakan sesuatu yang dinamis, perubahannya dipengaruhi oleh banyak faktor internal
maupun eksternal. Kemampuan dalam memilih waktu yang tepat, baik dalam membeli ataupun menjual saham tentunya sangat berpengaruh terhadap keuntungan yang akan diperoleh. Prinsip dasar dari transaksi perdagangan yang menguntungkan ialah membeli pada harga yang rendah dan menjual pada harga yang tinggi (buy low and sell high). Karena banyak faktor yang mempengaruhi harga saham, maka tentunya sulit untuk menilai apakah harga saham saat ini rendah atau tinggi, terutama untuk memprediksi harga pada waktu yang akan datang. Harga saham yang diperdagangkan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham tersebut. Karena saham mewakili kepemilikan sebuah perusahaan, permintaan saham (dan harganya) mencerminkan persepsi publik mengenai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan di masa yang akan datang, maka perhitungan saham ditingkatkan dan harga saham juga ikut naik. Sebaliknya, jika investor merasa perusahaan akan mengalami penurunan keuntungan atau bahkan merugi, harga saham juga akan turun (Mankiw, 2002) F. Analisis Fundamental Variabel Makro dan Indeks Syariah Dalam melakukan transaksi mata uang tidak terlepas dari kepiawaian pelaku pasar untuk menganalisis pergerakan indek saham. Analisis ini penting dilakukan untuk menentukan arah pergerakan dari indeks saham tersebut. Ada dua metode analisis yaitu, analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis tekninal hanya mengandalkan tren harga kedepan berdasar perkembangan harga masa lalu. Sedangkan analisis fundamental
adalah analisis terhadap fundamental suatu negara pemilik indeks saham, untuk JII misalnya, akan dianalisis kondisi ekonomi, sosial dan politik Indonesia. Secara umum analisis fundamental merupakan satu proses yang memerlukan waktu yang lama dengan menyelidiki keadaan ekonomi, politik, sosial, industri dan laporan keuangan perusahaan. Pada dasarnya analisis fundamental adalah analisis yang dilakukan terhadap perusahaan itu sendiri yang berhubungan dengan prospek pertumbuhan dan kemampuan memperoleh keuntungan yang meliputi tiga tahap analisis: (Ahmad Rodoni, 2005) 1. Ekonomi Makro : analisis ini bertujuan untuk melihat faktor yang menguntungkan dalam ekonomi makro dalam kaitannya dengan kegiatan perusahaan itu sendiri. Misal, apakah berita yang up to date tentang kebijakan moneter, surplus/defisit, anggaran/cadangan devisa, tax holiday, political news, dan lain-lain yang mempengaruhi. 2. Industri : analisis ini lebih spesifik dan bertujuan untuk melhat kaitan industri dengan perusahaan, seperti perkembangan perusahaan pesaing, standar industri dan pertumbuhan pasar. 3. Perusahaan : analisis yang bertujuan untuk melihat situasi perusahaan yang meliputi berbagai aspek perusahaan, seperti keadaan keuangan perusahaan, situasi pemasaran, produksi dan manajemen. Di dalam analisis fundamental terdapat dua pendekatan yang biasa dilakukan, yaitu : (Ahmad Rodoni, 2005)
a. Pendekatan top down. Pendekatan yang dimulai dari tingkatan makro ekonomi kemudian kepada situasi dan pertumbuhan industri dan terakhir adalah situasi dan pertumbuhan perusahaan itu sendiri. Pada tahap analisis ekonomi dan pasar modal, investor melakukan analisis terhadap berbagai alternatif keputusan tentang alokasi investasi yang akan dilakukan (saham, obligasi, produk derivatif dan lainnya). Tahap kedua, yaitu analisis industri meliputi analisis berdasarkan hasil analisis ekonomi dan pasar untuk menentukan jenis-jenis industri mana saja yang akan dipilih (tentu saja yang memilki prospek baik dan menguntungkan). Tahap ketiga, yang didasari tahap sebelumnya bertujuan untuk menentukan perusahaan-perusahaan mana saja yang menguntungkan sehingga layak dijadikan pilihan investasi. b. Pendekatan bottom up. Pendekatan yang dimulai dari tingkatan mikro (perusahaan) yang kemudian berkembang kepada analisis industri dan terakhir adalah analisis makro ekonomi. Analisis fundamental berhubungan dengan estimasi penentu dasar nilai sekuritas, seperti penjualan masa depan, pengeluaran dan pendapatan perusahaan. Fundamentalis cenderung melihat ke depan, memperhatikan hal seperti pendapatan, dan dividen masa depan. Para fundamentalis sangat mengandalkan analisis jenis ini karena menurut mereka analisis ini bebas dari bias karena mempergunakan data-data yang valid.
Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan : 1) Mengestemasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa datang. 2) Menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Model ini sering disebut sebagai share price forecasting model. (Suad Husnan, 2001). Analisis fundamental digunakan untuk memperoleh nilai intrinsik (control value) suatu saham, dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat ini (current market price). Pedoman yang dipergunakan adalah sebagi berikut ; (a) Apabila nilai intrinsik lebih besar dari harga saham saat ini, maka saham tersebut dinilai undervalued (harganya terlalu rendah), dan karenanya harus dibeli atau ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki. (b) Apabila nilai intrinsik lebih kecil dari harga pasar saat ini, maka saham tersebut overvalued (harganya terlalu tinggi), dan karenanya harus dijual. (c) Apabila nilai intrinsik sama dengan pasar saat ini, maka saham tersebut
dinilai
keseimbangan.
wajar
harganya
dan
berada
dalam
kondisi
Para pelaku pasar umumnya selalu memperhitungkan kondisi makro ekonomi dalam proses pengambilan keputusan, sehingga keadaan ekonomi berpengaruh terhadap pergerakan saham. G. Ilmu Ekonomi Makro dalam Perspektif Islam Ilmu ekonomi makro yaitu ilmu yang mempelajari fenomenafenomena dalam perekonomian secara luas, seperti inflasi, pengangguran, dan pertumbuhan ekonomi. Tujuan dari ilmu ekonomi makro adalah menjelaskan perubahan perekonomian yang memengaruhi banyak rumah tangga, perusahaan, dan pasar secara serentak (Mankiw, 2002). Dalam perspektif ekonomi Islam, menurut M. Umer Chapra (2006) ekonomi Islam adalah sebuah pengetahuan yang membantu upaya realisasi kebahagian manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas yang berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran islam tanpa memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro ekonomi yang berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan. Menurut Roikhan (2008) filosofi Ekonomi Islam dimulai dari ontologi yang merupakan alasan besar mengapa Ekonomi Islam menjadi suatu ilmu yang menjadi latar belakang dari sistem ekonomi. Islam adalah dasar dari seluruh aspek, dan konsep besar dari Ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang menyeluruh atau kaffah, sebagai epistimologi dalam filosofi ekonomi. Dan untuk menjadikan filosofi mampu di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari maka perlu aksiologi sebagai implementasi berupa keseimbangan antara dua variabel yang bertolak belakang sperti naik dan turun.
Ekonomi Islam secara mendasar berbeda dari sistem ekonomi yang lain dalam hal tujuan, bentuk dan coraknya. Sistem ekonomi Islam berusaha memecahkan masalah ekonomi manusia dengan cara menempuh jalan tengah antara pola yang ekstrem yaitu kapitalis dan komunis. Singkatnya, ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang berdasarkan pada Al-Qur’an dan Hadis yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia di dunia dan akhirat (alFalah). Ada tiga asas filsafat ekonomi Islam yaitu: 1. Semua yang ada di dalam alam semesta ini adalah milik Allah SWT, manusia hanyalah khalifah yang memegang milik-Nya. Sehingga segala sesuatunya harus tunduk pada Allah sang pencipta dan pemilik. Firman Allah dalam QS. An-Najm ayat 31 “Dan Hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang Telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (syurga)”. 2. Untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah, manusia wajib tolong-menolong dan saling membantu dalam melaksanakan kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk beribadah kepada Allah. 3. Beriman kepada hari kiamat, yang merupakan asas penting dalam suatu sistem ekonomi Islam karena dengan keyakinan ini tingkah laku
ekonomi manusia akan dapat terkendali sebab ia sadar bahwa semua perbuatannya akan dimintai pertanggung jawaban kelak oleh Allah. Ekonomi Makro Islam menurut pendekatan Tiga Dimensi terbagi dalam tiga tingkatan yang segitiga (Roikhan Mochamad, 2008): Tingkat pertama adalah ibadah yang merupakan landasan bagi sistem ekonomi makro, tingkatan kedua adalah teori ekonomi secara umum yang bisa mengacu dari teori barat. Dan tingkatan ketiga adalah penerapan antara ibadah dengan teori umum yang menghasilkan aktifitas ekonomi secara dinamis, yang dapat disebut sebagai Ekonomi Islam, baik secara makro maupun mikro. H. Variabel Ekonomi Makro Beberapa variabel yang akan penulis gunakan dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi indeks syariah JII adalah, nilai tukar rupiah terhadap USD, jumlah uang yang beredar (M2), tingkat inflasi dan produk domestik bruto. 1. Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD (Kurs) Nilai tukar (exchange rate) adalah perbandingan antara mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Setiap negara mempunyai mata uang masing-masing, bank adalah pusat pasar valuta asing berperan sebagai agen yang mempertemukan pembeli dan penjual valuta asing. Sifat kurs valuta asing tergantung dari sifat pasar. Bila transaksi jual beli valuta asing dapat dilakukan secara bebas dipasar, maka kurs valas berubah sesuai dengan perubahan permintaan dam penawaran (Nopirin, 2001). Menurut Mankiw (2003) kurs (exchange rate) antara dua negara adalah tingkat harga
yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Mankiw membedakan kurs menjadi dua, yaitu kurs nominal (nominal exchange rate) dan kurs rill (real exchange rate). a. Kurs nominal (nominal exchange rate) Adalah harga relatif dari mata uang dua negara simbolnya e. Sebagai contoh, jika kurs antara dolar AS dan rupiah indonesia adalah 9000 rupiah per dolar, maka kita bisa menukar 1 dolar untuk 9000 rupiah di pasar uang. b. Kurs rill (real exchange rate) Adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang yang diproduksi dari suatu negara untuk barangbarang dari negara lain. Untuk melihat hubungan antara kurs riil dan kurs nominal, secara umum perhitungannya sebagai berikut: Kurs Riil = Kurs Nominal x Harga Barang Domestik
Harga Barang Luar Negeri
Tingkat harga dimana kita memperdagangkan barang domestik dengan barang luar negeri tergantung pada harga dalam mata uang lokal dan pada tingkat kurs yang terjadi. Apabila suatu barang ditukar dengan barang lain, didalamnya terdapat perbandingan nilai tukar, nilai tukar itulah
sebenarnya semacam harga bagi pertukaran tersebut. Demikian juga pertukaran antar dua mata uang berbeda, akan terdapat perbandingan nilai atau harga antar kedua mata uang tersebut. Hubungan antara nilai tukar mata uang asing dengan harga saham dapat dilihat melalui dua pendekatan. (Reni Maharani, 2006) Pendekatan pertama dikenal dengan pendekatan pasar barang (good market approach), dimana perubahan pada kurs akan mempengaruhi tingkat kompetitif suatu perusahaan, kemudian akan mempengaruhi pendapatan perusahaan atau struktur cost of fund-nya. Hal tersebut akan berpengaruh pada harga saham suatu perusahaan. Pada saat kurs rupiah terdepresiasi, maka biaya bahan baku impor atau produk yang memiliki kaitan dengan produk impor akan mengalami kenaikan. Hal ini menyebabkan biaya produksi meningkat dan laba perusahaan menjadi turun sehingga tingkat dividen yang dapat dibagikan dan return yang ditawarkan akan menurun pula. Penurunan return yang ditawarkan mengakibatkan permintaan terhadap saham tersebut berkurang sehingga harga saham tersebut turun. Jadi korelasi antara kurs dengan harga saham bersifat positif. Pendekatan
kedua adalah pendekatan keseimbangan portfolio
(portfolio balance approach) yang menilai sejauh mana harga saham menyebabkan perubahan pada nilai tukar. Kenaikan harga saham di suatu bursa akan menarik capital inflow, akibatnya nilai tukar domestik akan terdepresiasi.
2. Jumlah Uang Beredar (M2) Uang adalah persediaan aset yang dapat segera digunakan untuk melakukan transaksi (Mankiw, 2003). Uang selalu didefinisikan sebagai benda-benda yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat perantara untuk tukar menukar atau perdagangan. Yang dimaksud dengan kata “disetujui” dalam definisi ini adalah terdapat di antara anggota-anggota masyarakat untuk menggunakan satu atau beberapa benda sebagai alat perantara dalam kegiatan tukar menukar. Agar masyarakat menyetujui penggunaan suatu benda sebagai uang, haruslah benda itu memenuhi syarat-syarat berikut: (Sukirno, 2004) b. Nilainya tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu c. Mudah dibawa-bawa d. Mudah disimpan tanpa mengurangi nilainya e. Tahan lama f. Jumlahnya terbatas (tidak berlebih-lebihan) g. Bendanya mempunyai mutu yang sama Emas dan perak merupakan dua benda yang dapat memenuhi syaratsyarat ini pada masa yang lalu. Oleh sebab itu benda yang dapat menjadi alat perantara dalam kegiatan perdagangan di berbagai negara di dunia sejak berabad-abad yang lalu. Kemajuan ekonomi dunia yang bertambah pesat sejak berlakunya Revolusi Industri di negara-negara maju menyebabkan perdagangan berkembang dengan pesat sekali. Transaksi-transaksi yang dijalankan telah
menjadi berkali lipat nilainya. Uang emas dan perak tidak dapat ditambah secepat seperti perkembangan pedagangan yang telah berlaku tersebut. Sebagai akibatnya bertambah lama bertambah banyak negara menggantikan uang emas dan perak dengan uang kertas sebagai alat untuk tukar menukar. Pada masa ini uang kertas dan uang bank atau uang giral, yaitu uang yang diciptakan oleh bank-bank umum/bank perdagangan, adalah alat tukar menukar yang terutama di semua negara di dunia ini. Money Supply yaitu persediaan uang total dalam ekonomi terutama terdiri dari: (1) mata uang dalam peredaran dan (2) deposito dalam perkiraaan tabungan dan giro (Nurul Huda, 2008). Menurut Sadono Sukirno (2004), uang beredar adalah semua jenis uang yang berada di perekonomian yaitu, adalah jumlah dari mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral dalam bank-bank umum. Definisi jumlah uang beredar terbagi menjadi dua yaitu : 1) Uang dalam arti sempit (M1). M1 diartikan sebagai uang tunai (uang kartal dan logam) yang dipegang oleh masyarakat, tidak termasuk uang yang ada di kas bank serta kas negara. Uang tersebut dikenal dengan uang kartal. Kemudian ditambah uang yang berada dalam rekening giro perbankan yang dapat langsung digunakan untuk menguangkan cek, dan biasa disebut dengan uang giral, sehingga bentuk persamaan M1 adalah : M1 = C + DD
Dimana : M1 = uang dalam arti sempit C = currency, uang kartal DD = Demand deposit, uang kartal Pengertian uang giral (DD) di atas hanya mencakup saldo rekening koran atau giro milik masyarakat umum yang disimpan di bank dan belum digunakan pemiliknya untuk berbelanja atau membayar. 2) Uang dalam arti luas (M 2) M2 merupakan perluasan dari definisi M1 dengan uang kuasi. Uang kuasi adalah bentuk kekayaan yang sangat likuid yang terdiri dari deposito berjangka atau rekening tabungan pada bank, sehingga persamaan M 2 adalah : M2 = M1+ TD + SD Dimana: M2 = uang dalam arti luas M1= uang dalam arti sempit TD = time deposits (deposito berjangka) SD = saving deposits (saldo tabungan) Penciptaan uang / besarnya uang beredar dalam masyarakat dapat digambarkan sebagai proses pasar. Jumlah Uang Beredar juga mempunyai keterikatan dengan suku bunga deposito. Semakin banyak jumlah uang yang beredar dimasyarakat, investasi menjadi lebih menarik bila dibandingkan dengan menyimpan dalam bentuk tabungan.
Kebijakan mengenai jumlah uang beredar ditentukan oleh Bank Sentral yang dalam hal ini adalah Bank Indonesia. Namun jumlah uang beredar tidak hanya ditentukan oleh bank sentral tetapi juga oleh perilaku rumah tangga (yang memegang uang) dan bank (dimana uang disimpan). Untuk memahami jumlah uang beredar, kita harus memahami interaksi antara mata uang, dan rekening giro serta bagaimana kebijakan Bank Sentral mempengaruhi kedua komponen jumlah uang beredar (Mankiw, 2003). Untuk meningkatkan money supply. Bank sentral dapat menerbitkan surat berharga yang berdampak pada penurunan suku bunga (pada kegiatan ekonomi konvensional). Ketika tingkat bunga mengalami penurunan, maka return yang dapat diberikan oleh obligasi akan menurun pula (monetary portfolio hypothesis). Hal tersebut mengakibatkan investasi pada saham menjadi lebih menarik sehingga harga saham akan meningkat. Jadi, peningkatan money supply akan berdampak pada peningkatan harga saham (Reni Maharani, 2006) 3. Tingkat Inflasi Dalam banyak literatur disebutkan bahwa inflasi di definisikan sebagai kenaikan harga umum secara terus menerus dari suatu perekonomian. Sedangkan menurut Rahardja dan Manurung dalam Nurul Huda (2008) mengatakan bahwa inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Sedangkan menurut Sadono Sukirrno (2004) inflasi yaitu, kenaikan dalam barang dan jasa yang
terjadi karena permintaan bertambah besar dibandingkan dengan penawaran barang di pasar. Menurut Tajul Khalwaty (2000) secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Inflasi juga merupakan salah satu ukuran aktifitas ekonomi yang sering digunakan untuk menggambarkan kondisi ekonomi nasional. Indikator yang sering digunakan untuk menghitung tingkat inflasi salah satunya adalah Indeks Harga Konsumen. Menurut Mankiw (2002) Indeks Harga Konsumen merupakan suatu ukuran atas keseluruhan biaya pembelian barang dan jasa oleh rata-rata konsumen. Laju inflasi juga merupakan penghitungan lain yang sering digunakan untuk menghitung tingkat inflasi. Menurut Mankiw (2003) laju inflasi (inflation rate) adalah perubahan presentase dalam indeks harga dari jangka waktu yang sebelumnya. Artinya laju inflasi antara dua tahun berurutan dapat dihitung sebagai berikut: Laju inflasi tahun kedua = CPI tahun kedua – CPI tahun pertama Cp
CPI tahun pertama
CPI = Consumer Price Index / Indeks Harga Konsumen (IHK) Berdasarkan besarnya laju inflasi, kategori inflasi dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :
a. Inflasi Merayap (creeping inflation) Ditandai dengan laju inflasi yang rendah, yaitu kurang dari 10 % per tahun. b. Inflasi Menengah (galloping inflation) Ditandai dengan meningkatnya harga yang cukup besar dan kondisi tersebut berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi, artinya harga pada bulan / minggu berikutnya selalu lebih tinggi dari waktu sebelumnya dan seterusnya. c. Inflasi Tinggi (hyper inflation) Adalah inflasi yang sangat mengkhawatirkan, karena harga-harga barang meningkat sampai dengan lima atau enam kali, sehingga nilai uang turun secara tajam (Nopirin, 2001). Menururt Sadono Sukirno (2004) ada beberapa penyebab terjadinya inflasi yaitu terdiri dari: 1) Inflasi tarikan permintaan (demand-full inflation)
merupakan
bentuk inflasi yang diakibatkan oleh perkembangan yang tidak seimbang antara permintaan dan penawaran barang dalam perekonomian. Jenis inflasi ini yang mengakibatkan ekonomi menghadapi pengangguran yang tinggi pada kesempatan penuh. Seperti terjadi defisit naik sehingga tidak mampu menaikkan produksi
maka agregat permintaan naik dan harga juga naik.
Selain itu adalah tingkat ekspor tinggi menyebabkan pendapatan naik terus menerus, konsumsi dan belanja negara juga naik.
Sehingga berakibat perusahaan investasi semakin meningkat pada kesempatan kerja penuh. 2) Inflasi desakan biaya merupakan jenis inflasi yang terjadi pada kegiatan ekonomi mencapai tingkat kesempatan kerja penuh pada saat perusahaan beroperasi pada kapasitas
maksimal dan
pengangguran tenaga kerja rendah. Sehingga menyebabkan peningkatan
biaya
produksi.
Biaya
produksi
tersebut
mengakibatkan kenaikan harga input seperti biaya pengangutan, bahan baku dan mahan mentah sehingga menaikkan harga produktifitas. 3) Inflasi di impor merupakan bentuk inflasi yang disebabkan karena kenaikan harga minyak 3x lipat tahun 1973 yang dilakukan untuk negara Timur Tengah. Minyak Petroleum merupakan sumber enegri terpenting dalam industri negara barat yang secara mendadak biaya industri meningkat menyebabkan inflasi. Menurut Milton Friedman, Inflasi akan selalu terjadi karena hal tersebut merupakan fenomena moneter yaitu teori kuantitas uang menyetakan bahwa pertumbuhan dalam kauntitas uang adalah determinan dalam tingkat inflasi, tetapi teori ini hanya bersifat empiris bukan teoritis (uang dan harga). Teori kuantitas dan persamaan Fisher sama-sama menyatakan bahwa pertumbuhan uang mempengaruhi tingkat bunga nominal. Menurut teori kuantitas, kenaikan dalam pertumbuhan uang
sebesar 1 persen memyebabkan kenaikan 1 persen dalam tingkat inflasi (Mankiw, 2003). Dan menurut persamaan Fisher pada teori persamaan kuantitas dan persamaan Fisher, kenaikan dalam tingkat pertumbuhan uang sebesar 1 persen menyebabkan kenaikan 1 persen dalam tingkat inflasi. Menurut persamaan Fisher, kenaikan 1 persen dalam tingkat inflasi sebaliknya menyebabkan kenaikan 1 persen dalam tingkat bunga nominal. Hubungan satu-untuk-satu antara tingkat inflasi dan tingkat bunga nominal disebut efek Fisher (Fisher effect) (Mankiw, 2003). Inflasi dalam perspektif ekonomi Islam adalah dalam Islam tidak dikenal dengan inflasi karena mata uang yang dipakai adalah dinar dan dirham, yang mana mempunyai nilai yang stabil dan dibenarkan oleh Islam. Adhiwarman Karim mengatakan bahwa, Syekh An-Nabhani (2001) memberikan beberapa alasan mengapa mata uang yang sesuai itu adalah dengan menggunkan emas. Ketika Islam melarang praktek penimbunan harta, Islam hanya mengkhususkan larangan tersebut untuk emas dan perak, padahal harta itu mencakup semua barang yang bisa dijadikan sebagai kekayaan (Nurul Huda, 2008). Meningkatnya inflasi merupakan signal negatif bagi investor di pasar modal dan pasar uang. Tingkat inflasi yang tinggi akan mengakibatkan harga input produksi naik sehingga biaya produksi meningkat. Akibatnya keuntungan yang diperoleh perusahaan akan turun. Penurunan keuntungan
perusahaan akan mengakibatkan jumlah deviden yang dapat dibagikan pada pemegang saham akan berkurang, sehingga saham emiten menjadi kurang menarik minat pembeli. Berdasarkan pemaparan di atas dapat dikatakan bahwa inflasi mempunyai hubungan negatif dengan harga saham (Reni Maharani, 2006) 4. Produk Domestik Bruto Pendapatan Nasional adalah jumlah barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara pada periode tertentu biasanya satu tahun. Istilah lain pendapatan nasional antara lain: produk domestik bruto/PDB (gross domestic
product/GDP),
produk
nasional
bruto
(gross
national
product/GNP ) serta pendapatan nasional netto (net national product/NNP). (Nurul Huda, 2008) Ada beberapa pendekatan dalam menghitung pendapatan nasional adalah sebagai berikut: (Nurul Huda, 2008) a.
Pendekatan produksi/GDP adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu. (Mankiw, 2003). Pengitungan
pendapatan dengan
menjumlahkan nilai tambah bruto (gross value added) dari semua sektor produksi seperti: sektor produksi pertanian, sektor produksi pertambangan dan penggalian, sektor industri manufaktur, sektor industri listrik, gas, dan air minum, sektor produksi bangunan, sektor produksi perdagangan, hotel dan restoran dan lain-lain.
Penghitungan pendapatan dengan konsep nilai tambah bertujuan agar terhidar dari penghitungan ganda (double-count). GDP nominal (nominal GDP) adalah nilai barang dan jasa yang diukur dengan harga yang berlaku. GDP Nominal = GDP Rill x Deflator GDP Sedangkan GDP Rill (rill GDP) adalah nilai barang dan jasanya diukur dengan menggunakan harga konstan. GDP Rill = GDP Nominal GDP Deflator
b. Pendekatan pengeluaran/GNP adalah penghitungan pendapatan nasional dengan melakukan penjumlahan permintaan akhir unitunit
ekonomi,
yaitu:
rumah
tangga
berupa
konsumsi
(consumption/C), perusahaan berupa Investasi (investment/I), pengeluaran pemerintah (government /G), pengeluaran ekspor dan impor (export-import/X-M). Penghitungan pendapatan nasional umumnya ditulis dalam bentuk persamaan sebagai berikut: Y = C + I + G + NX Dimana:
Y = Pendapatan C = Konsumsi I = Investasi G = Pengeluaran Pemerintah
X – M = Eksport Netto GDP adalah nilai barang jadi yang diproduksi di dalam negeri, sedangkan GNP adalah nilai barang yang diproduksi baik di dalam negeri dan di luar negeri. c. Pendekatan pendapatan/NNP adalah GNP yang dikurangi dengan penyusutan dari stock modal yang ada selama periode tertentu. Penyusutan
modal
adalah
biaya
dari
memproduksi
output
perekonomian. Produk Domestik Bruto sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian. PDB adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir (final) produksi dalam sebuah negara pada suatu periode. PDB merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung besarnya pendapatan masyarakat suatu negara (termasuk warga negara asing) dalam satu tahun tertentu. Di dalam suatu perekonomian, di negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang, barang dan jasa diproduksi bukan saja oleh perusahaan milik penduduk negara tersebut tetapi oleh penduduk negara lain. Selalu didapati produksi nasional diciptakan oleh faktor-faktor produksi yang berasal dari luar negeri. Perusahaan multinasional beroperasi di berbagai negara dan membantu menaikkan nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh negara-negara tersebut. Perusahaan multinasional tersebut menyediakan modal, teknologi dan tenaga ahli kepada negara dimana perusahaan itu beroperasi. Operasinya membantu menmbah barang dan jasa
yang diproduksikan di dalam negara, menambah penggunaan tenaga kerja dan pendapatan dan sering sekali juga membantu menmbah ekspor. Operasi mereka merupakan bagian yang cukup penting dalam kegiatan ekonomi suatu negara dan nilai produksi yang disumbangkannya perlu dihitung dalam pendapatan nasional. Dengan demikian, Produk Domestik Bruto atau dalam istilah Inggrisnya Gross Domestic Product, adalah nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor milik warga negara, negara tersebut dan warga negara asing. Pendapatan nasional dalam perspektif ekonomi Islam menurut Nordhaus dan Tobin dari Yale bersama-sama dalam tahun 1972 mengajukan konsep MEW (Measure of Economic Welfare) yang secara sederhana formulasi konsep MEW: MEW: C – public expenditure – durable goods consumption – loss of welfare due to pollution, urbanization and congestion + value of durables actually consumed during the year + value of non-market services + value of lesure. Tetapi konsep ini tidak berkembang dan sampai saat ini cenderung penggunaan GDP rill/kapita sebagai ukuran kesejahteraan suatu negara masih digunakan. (Nurul Huda, 2008). Ketika pendapatan masyarakat naik, maka masyarakat memiliki uang yang lebih banyak untuk kebutuhan konsumsi dan berjaga-jaga. Kelebihan uang tersebut dapat digunakan untuk berinvestasi dan mendapatkan return pada berbagai instrumen yang tersedia, seperti deposito, obligasi, reksadana
maupun pada pasar saham. Bila terjadi kenaikan permintaan pada saham, maka harga saham akan mengalami peningkatan. Sehingga kenaikan pendapatan masyarakat, yang notabene merupakan salah satu tolak ukur peningkatan ekonomi, akan berdampak pada harga saham (Reni Maharani, 2006). I. Penelitian Terdahulu 1. Reny Maharani (2006). Penelitian mengenai hubungan kausalitas antara variabel makro dengan harga saham syariah Jakarta Islamic Index telah dilakukan oleh Reny dengan menggunakan metode Error Correction Model. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan kausalitas jangka panjang dan jangka pendek antara suku bunga, nilai tukar mata uang asing (kurs), dan jumlah uang beredar (M2) dengan harga saham syariah JII periode Januari 2001 sampai dengan Mei 2005. Hasil penelitiannya menunjukkan terdapat adanya hubungan kausalitas antara money supply (M2) dengan harga saham syariah JII. Dalam jangka panjang M2 berpengaruh terhadap harga saham syariah JII dan harga saham syariah JII juga berpengaruh terhadap M2. Tetapi dalam jangka pendek hanya variable makro M2 yang berpengaruh terhadap harga saham syariah JII. 2. Aktham Maghayereh (2005). Penelitian mengenai hubungan kausalitas lainnya dilakukan oleh Aktham Maghayereh dengan menggunakan uji kointegrasi Johansen’s dan Error
Correction Model. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan jangka panjang antara variabel makro yang terdiri dari inflasi, suku bunga, produksi industri/IP, eksport, kurs, harga minyak dan jumlah uang berdedar dengan Amman Stock Price Index (SPI) periode Januari 1987 sampai dengan Desember 2000. Hasil penelitian menunjukkan variabel makro dalam penelitiannya yang terdiri dari inflasi, suku bunga, produksi industri/IP, eksport, kurs, harga minyak dan jumlah uang beredar mempunyai hubungan kausalitas dalam jangka panjang dan jangka pendek. Untuk itu variable makro dapat digunakan dalam memprediksi naik turunnya Amman Stock Price Index (SPI). Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi dalam melihat keadaan ekonomi dan politik khususnya di Negara-Negara Timur Tengah. 3. Ruby Ahmad dan Mohamed Albaity (2005). Penelitian mengenai hubungan jangka panjang dan jangka pendek lainnya dilakukan oleh Ruby Ahmad dan Mohamed Albaity. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kinerja Kuala Lumpur Syariah Index (KLSI) dan Kuala Lumpur Composite Index (KLCI). Penelitian ini menggunakan uji kointegrasi dan VECM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka pendek KLSI dan KLCI saling mempengaruhi satu sama lain. Hal ini dapat dilihat dari pergerakan dua arah dari masing-masing indeks pada arah yang sama, dan dalam jangka panjang KLCI adalah menyesuiakan diri dengan KLSI
artinya terdapat pengaruh KLSI terhadap KLCI dalam jangka panjang tetapi tidak sebaliknya. 4. Muhammad Fahrudin Z. (2005). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh variabel makro ekonomi yang terdiri dari inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar mata uang dan suku bunga terhadap indek JII. Penelitian ini menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) . Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variabel makro yang terdiri dari inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar mata uang asing, dan suku bunga berpengaruh terhadap indeks JII. 5. Deddy Marciano dan Suryanto (2004). Penelitian mengenai hubungan kausalitas lainnya dilakukan oleh Deddy Marciano dan Suryanto. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan jangka panjang dan jangka pendek dan pasar modal di Indonesia. Variabel makro ekonomi yang digunakan meliputi ekspor, inflasi, tingkat suku bunga, kurs, dan jumlah uang beredar. Periode penelitian adalah sebelum krisis ekonomi. Penelitian ini menggunakan model Error Correction Model (ECM) dari Engel-Granger. Hasil penelitian menunjukkan kebijakan tingkat suku bunga sebagai salah satu instrument moneter memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang terhadap harga-harga saham di pasar modal Indonesia. Kebijakan moneter selain tingkat suku bunga (penjualan/pembelian surat berharga) hanya akan berpengaruh pada harga-harga saham di pasar modal Indonesia
dalam jangka pendek. Inflasi dan kinerja ekspor hanya berpengaruh secara jangka panjang dan positif terhadap perilaku harga-harga saham di Indonesia. Secara keseluruhan kinerja ekonomi makro dicerminkan pada harga-harga saham Indonesia dalam jangka panjang. 6. Siti Zubaidah (2004). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh tingkat inflasi dan perubahan Nilai kurs secara simultan dan parsial terhadap beta saham yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII). Periode data yang di ambil adalah tiga tahun 2001, 2002, dan 2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara tahun 2001 sampai dengan 2003, kondisi tingkat inflasi di Indonesia terjadi perubahan yang tidak mencolok, sedang perubahan kurs terutama antara rupiah dan nilai dollar juga ada perubahan yang tidak jauh, dapat dikatakan bahwa perubahan nilai kurs juga cukup stabil. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi bangsa Indonesia antara tahun 2001 sampai dengan 2003 cukup stabil, baik dari segi politik, ekonomi dan sosialnya. Demikian juga dipengaruhi oleh kondisi dunia yang cukup aman sehingga mempengaruhi tingkat inflasi dan perubahan kurs yang relatif cukup stabil. Hal ini berdampak pada risiko saham (Beta saham) terutama untuk saham-saham perusahaan yang tergolong dalam JII (Jakarta Islamic Index) juga mengalami perubahan yang tidak berarti.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama Penulis
Judul
Metodologi
Hasil Penelitian
1
Reni Maharani (2006)
Analisis Hubungan Kausalitas Antara Variabel Makro dan Harga Saham Syariah Jakarta Islamic Index
Error Correction Model
Hasil penelitiannya menunjukkan terdapat adanya hubungan kausalitas antara money supply (M2) dengan harga saham syariah JII. Dalam jangka panjang M2 berpengaruh terhadap harga saham syariah JII dan harga saham syariah JII juga berpengaruh terhadap M2. Tetapi dalam jangka pendek hanya variable makro M2 yang berpengaruh terhadap harga saham syariah JII.
2
Aktham Maghareyeh (2005)
Causal Error Relation Correction Among Stock Model Prices and Macroeconomi c Variabels in The Small, Open Economy of Jordan
Hasil penelitian menunjukkan variabel makro dalam penelitiannya yang terdiri dari inflasi, suku bunga, produksi industri/IP, eksport, kurs, harga minyak dan jumlah uang beredar mempunyai hubungan kausalitas dalam jangka panjang dan jangka pendek. Untuk itu variable makro dapat digunakan dalam memprediksi naik turunnya Amman Stock Price Index (SPI). Hasil penelitian ini juga dapat
digunakan sebagai referensi dalam melihat keadaan ekonomi dan politik khususnya di NegaraNegara Timur Tengah. 3
Ruby Ahmad dan Mohamed Albaity (2005)
The Performance of Syariah and Composite Indices: Evidence From Kuala Lumpur Stock Market
Vector Error Correction Model
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka pendek KLSI dan KLCI saling mempengaruhi satu sama lain. Hal ini dapat dilihat dari pergerakan dua arah dari masing-masing indeks pada arah yang sama, dan dalam jangka panjang KLCI adalah menyesuiakan diri dengan KLSI artinya terdapat pengaruh KLSI terhadap KLCI dalam jangka panjang tetapi tidak sebaliknya.
4
Muhammad Fahrudin Z. (2005)
Analisis Pengaruh Inflasi, Jumlah Uang Beredar, Exchange Rate dan Interest Rate Terhadap Index JII (Jakarta Islamic Index) Pada Tahun 2002-2005
Ordinary Least Square
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variabel makro yang terdiri dari inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar mata uang asing, dan suku bunga berpengaruh terhadap indeks JII.
5
Deddy Marciano dan Suryanto (2005)
Hubungan Jangka Panjang dan Jangka Pendek Ekonomi Makro dan
Error Correction Model
Hasil penelitian menunjukkan kebijakan tingkat suku bunga sebagai salah satu instrument moneter memiliki
6
Siti Zubaidah (2004)
Pasar Modal Indonesia
dampak jangka pendek dan jangka panjang terhadap harga-harga saham di pasar modal Indonesia. Kebijakan moneter selain tingkat suku bunga (penjualan/pembelian surat berharga) hanya akan berpengaruh pada harga-harga saham di pasar modal Indonesia dalam jangka pendek. Inflasi dan kinerja ekspor hanya berpengaruh secara jangka panjang dan positif terhadap perilaku harga-harga saham di Indonesia. Secara keseluruhan kinerja ekonomi makro dicerminkan pada harga-harga saham Indonesia dalam jangka panjang.
Analisis Ordinary Pengaruh Least Tingkat Inflasi, Square Perubahan Nilai Kurs Terhadap Beta Saham Syariah yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index
Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara tahun 2001 sampai dengan 2003, kondisi tingkat inflasi di Indonesia terjadi perubahan yang tidak mencolok, sedang perubahan kurs terutama antara rupiah dan nilai dollar juga ada perubahan yang tidak jauh, dapat dikatakan bahwa perubahan nilai kurs juga cukup stabil. Hal ini dapat disebabkan
karena kondisi bangsa Indonesia antara tahun 2001 sampai dengan 2003 cukup stabil, baik dari segi politik, ekonomi dan sosialnya. Demikian juga dipengaruhi oleh kondisi dunia yang cukup aman sehingga mempengaruhi tingkat inflasi dan perubahan kurs yang relatif cukup stabil. Hal ini berdampak pada risiko saham (Beta saham) terutama untuk saham-saham perusahaan yang tergolong dalam JII (Jakarta Islamic Index) juga mengalami perubahan yang tidak berarti.
J.
Kerangka Pemikiran Keberadaan pasar modal di Indonesia merupakan salah satu faktor terpenting dalam ikut membangun perekonomian nasional. Kondisi perekonomian yang baik merupakan sentimen positif yang berdampak pada kenaikan harga di pasar saham. Untuk apakah terdapat pengaruh variable ekonomi makro yang terdiri dari kurs rupiah terhadap USD, jumlah uang beredar (M2), tingkat inflasi, dan Produk Domestik Bruto dengan indeks syariah Jakarta Islamic Index digunakan analisis Error Correction Model. Langkah awal yang dilakukan adalah melihat apakah data yang digunakan
sudah stasioner atau belum, yaitu dengan cara melakukan uji stasioneritas Phillips-Perron. Apabila diketahui data belum stasioner pada uji stasioneritas maka langkah selanjutnya adalah uji derajat integrasi yang bertujuan untuk menstasionerkan data agar semua data menjadi stasioner pada ordo yang sama. Setelah data stasioner pada ordo yang sama maka pengujian dapat dilanjutkan pada pengujian selanjutnya yaitu uji kointegrasi. Pengujian ini bertujuan untuk melihat indikasi adanya hubungan jangka panjang antara variabel independen dengan variabel dependen. Apabila pada uji kointegrasi terdapat hubungan antar variabel, maka pegujian dapat dilanjutkan pada uji Error Correction Model, dimana pengujian ini bertujuan untuk melihat indikasi adanya hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dalam jangka pendek. Semua cara pengambilan keputusan dari setiap pengujian, dari uji stasioneritas, uji derajat integrasi, uji kointegrasi, dan uji ECM adalah dengan cara membandingkan nilai dari critical value dengan nilai Phillips-Perron test. Yang untuk lebih rinci dijelaskan pada bab metodologi penelitian. Dari pembahasan yang telah di uraikan di atas, berikut ini adalah kerangka pemikiran dari penelitian yang dilakukan. (Lihat halaman berikutnya).
Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Terhadap Jakarta Islamic Index Latar Belakang: Keberadaan pasar modal di Indonesia merupakan salah satu faktor terpenting dalam ikut membangun perekonomian nasional. Kondisi perekonomian yang baik merupakan sentimen positif yang berdampak pada kenaikan harga di pasar saham.
Rumusan masalah: Apakah terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek antara kurs, M2, inflasi dan PDB terhadap indeks JII
Tujuan: Untuk mengetahui
pengaruh jangka panjang dan jangka pendek antara kurs, M2, inflasi dan PDB terhadap indeks JII
Kurs
M2 Indeks JII
INF
PDB
Uji Stasioneritas Data dengan PP Test tidak
Stasioner?
Stasionerkan data dengan differencing
tidak
Keluarkan dari pengujian
ya
Dilihat apakah variable yang diuji stasioner pada ordo yang sama
Uji Kointegrasi
tidak
Uji Error Correction Model
Analisa hasil/pengujian
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Pengujian berhenti, ambil keputusan
K. Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian perumusan masalah serta tujuan penelitian, maka penulis mengajukan hipotesa sebagai berikut: 1.
H1o : Tidak terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek nilai tukar rupiah terhadap USD (X1) terhadap Jakarta Islamic Index (Y) H1a : Terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek nilai tukar rupiah terhadap USD (X1) terhadap Jakarta Islamic Index (Y).
2.
H2o : Tidak terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek jumlah uang beredar (X2) terhadap Jakarta Islamic Index (Y). H2a : Terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek jumlah uang beredar (X2) terhadap Jakarta Islamic Index (Y).
3.
H3o : Tidak terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek tingkat inflasi (X3) terhadap Jakarta Islamic Index (Y). H3a : Terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek tingkat inflasi (X3) terhadap Jakarta Islamic Index (Y).
4.
H4o : Tidak terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek produk domestik bruto (X4) terhadap Jakarta Islamic Index (Y). H4a : Terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pemdek produk domestik bruto (X4) terhadap Jakarta Islamic Index (Y).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yang menggunakan data runtun waktu (time series) yaitu: nilai tukar rupiah terhadap USD, jumlah uang beredar, tingkat inflasi, dan produk domestik bruto tiap bulan dari Januari 2003 sampai dengan Desember 2009. Metode yang digunakan adalah metode penelitian Historis yang bersifat Kausal-Distributif, artinya penelitian yang dilakukan untuk menganalisis suatu keadaan yang telah lalu dan menunjukkan arah hubungan antar variabel. Sebagai tahap awal penelitian ini adalah dengan mempelajari teoriteori yang berhubungan dengan kurs rupiah terhadap dolar, jumlah uang beredar, tingkat inflasi dan produk domestik bruto serta Jakarta Islamic Index. Kemudian menganalisis hubungan antar variabel dari teori-teori tersebut dengan permasalahan aktual yang ada pada saat ini. Tahap selanjutnya adalah mengumpulkan data yaitu berupa data sekunder yang diperoleh dari Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia. Kemudian setelah data tersebut diperoleh tahap selanjutnya adalah melakukan pengujianpengujian dengan menggunakan uji statistik dan ekonometrika.
B. Metode Penentuan Sampel Pada penelitian ini, yang menjadi populasi adalah indeks syariah JII, Exchange rate, Money Supply, tingkat inflasi, dan Produk Domestik Bruto. Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks syariah JII, Exchange rate, Money Supply, tingkat inflasi, dan Produk Domestik Bruto selama periode Januari 2003-Desember 2009 dengan berupa data per bulan. C. Metode Pengumpulan Data Data yang yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, data tersebut diperoleh dari Laporan Bulanan Bank Indonesia dan situs resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id), situs resmi Badan Pusat Statistik Pusat (www.bps.go.id) dan JSX Statistic Report Bursa Efek Indonesia tahun 2003-2009. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Library Research Data yang diperoleh dari berbagai literatur seperti buku, majalah, jurnal, koran, internet dan hal lain yang berhubungan dengan aspek penelitian sebagai upaya untuk memperoleh data yang valid.
2.
Field Research Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat sekunder yaitu data yang diperoleh pihak lain (yang berkaitan) dengan penulisan proposal ini, seperti pusat referensi pasar modal di Bursa Efek Indonesia.
3.
Internet Research Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau pinjam diperpustakaan tertinggal selama beberapa waktu atau kadarluarsa, karena ilmu yang selalu berkembang, penulis melakukan penelitian dengan teknologi yang berkembang yaitu internet sehingga data yang
diperoleh
up
to
date
seperti:
www.google.com
dan
www.wikipedia.com. D. Metode Analisis Data Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel makro yang diuji dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan indeks syariah. Data yang digunakan adalah data time series dari makro ekonomi yang umumnya tidak stasioner pada tingkat Level sehingga perlu dilakukan diferencing. Sementara dalam melakukan penelitian mengenai kebijakan makro ekonomi, data yang digunakan seharusnya adalah data asli (Level) agar dapat mencerminkan kondisi sebenarnya, dan tidak membawa penarikan yang menyesatkan (misleading). Data dikatakan stasioner jika nilai rata-rata dan variannya konstan (Nachrowi, 2006). Metode pengujian Kausalitas Granger tradisional (1969) tidak dapat digunakan karena tidak dapat mengatasi permasalahan di atas dan dapat membuat regresi lancung spurious regression. Regresi lancung adalah situasi dimana hasil regresi menunjukkan koefisien regresi yang signifikan secara statistik dan nilai koefisien determinasi yang tinggi namun hubungan antar variabel di dalam model tidak saling berhubungan (Reni Maharani, 2006).
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan Error Correction Model (ECM) untuk melihat hubungan jangka pendek dan menggunakan uji Kointegrasi untuk melihat indikasi adanya hubungan jangka panjang. Pengujian ECM baru dapat dilakukan bila terdapat indikasi adanya hubungan jangka panjang dengan menggunakan uji kointegrasi. Variabelvariabel dikatakan terkointegrasi bila stasioner pada ordo yang sama. Untuk menguji kestasioneran data, maka pada penelitian ini digunakan PhillipsPerron (PP) test. Dalam Phillips-Perron test, perlu menentukan jumlah truncation lag untuk koreksi Newey-West, yaitu dengan menggunakan rumus N1/3 = 831/3 = 4.36 yang kemudian dibulatkan pada nilai satuan terdekat dibawahnya yaitu 4 (Yahya Hamja, 2008). Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data natural log (ln) dari variabel-variabel tersebut, yang berguna untuk memecahkan persamaan yang tidak diketahuinya merupakan pangkat dari variabel lain. Maka dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Uji Akar Unit. Uji Phillips-Perron memasukkan adanya autokorelasi di dalam variabel gangguan dengan memasukkan variabel independen berupa kelambanan diferensi. Phillips-Perron (PP) membuat uji akar unit dengan menggunakan metode statistik nonperametrik dalam menjelaskan adanya autokorelasi antara variabel gangguan tanpa memasukkan variabel penjelas kelambanan diferensi. (Agus Widarjono, 2007)
Statistik distributif t tidak mengikuti statistik distributif normal tetapi mengikuti distributif statistik PP sedangkan nilai kritisnya digunakan nilai kritis yang dikemukakan oleh Mackinnon. Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak dengan cara membandingkan antara nilai statistik PP dengan nilai kritisnya yaitu distribusi statistik Mackinnon. Jika nilai absolut statistik PP lebih besar dari nilai kritisnya, maka data yang diamati menunjukkan stasioner dan jika sebaliknya nilai absolut staistik PP lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tidak stasioner. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis: Ho : Data tersebut tidak stasioner pada drajat Nol Ha : Data tersebut stasioner pada derajat Nol Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria: Jika PP test statistik > PP tabel (critical value α = ....%) maka Ho ditolak Jika PP test statistik < PP tabel (critical value α = ....%) maka Ha diterima * critical value, 5% atau 10% Kita juga harus menentukan apakah ujinya tanpa konstanta dan trend, hanya dengan konstanta ataukah dengan konstanta dan trend. Dalam menentukan panjangnya lag Uji PP menggunakan truncation lag q dari Newey-West.
2. Uji Derajat Integrasi Data time series pada umumnya adalah data yang tidak stasioner. Untuk menghindari regresi lancung maka harus ditransformasikan data nonstasioner menjadi data stasioner. Menurut Nachrowi (2006) dalam berbagai studi ekonometrika, data time series sangat banyak digunakan. Namun dibalik pentingnya data tersebut, ternyata data time series ‘menyimpan’ berbagai permasalahan, salah satunya yaitu otokorelasi. Otokorelasi ini merupakan penyebab yang mengakibatkan data menjadi tidak stasioner, sehingga bila data dapat distasionerkan maka otokorelasi akan hilang dengan sendirinya, karena metode transformasi data untuk membuat data yang tidak stasioner sama dengan transformasi data untuk menghilangkan otokorelasi. Dalam uji akar unit PP bila menghasilkan kesimpulan bahwa data tidak stasioner, maka diperlukan proses diferensi data. Uji stasioner data melalui proses diferensi ini disebut uji derajat integrasi. Seperti uji akar unit PP, keputusan sampai pada derajat keberapa suatu data akan stasioner dapat dilihat dengan membandingkan antara nilai statistik PP yang diperoleh dari koefisien y dengan nilai kritis distribusi statistik Mackinnon. Jika nilai absolut dari statistik PP lebih besar dari nilai kritisnya pada diferensi tingkat pertama, maka data dikatakan stasioner pada derajat satu. Akan tetapi, jika nilainya lebih kecil maka uji derajat integrasi perlu dilanjutkan pada diferensi yang lebih tinggi sehingga diperoleh data yang stasioner.
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis: Ho : Data tersebut tidak stasioner pada derajat 1, 2, ........ dst Ha : Data tersebut stasioner pada derajat 1, 2, .........dst Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria: Jika PP test statistik > PP tabel (critical value α = ... %) maka Ho ditolak Jika PP test statistik < PP tabel (critical value α = ... %) maka Ha diterima 3. Uji Kointegrasi Data time series yang tidak stasioner kemungkinan besar akan menghasilkan regresi lancung (spurious regression). Regresi lancung terjadi jika koefisien determinasi cukup tinggi tapi hubungan antara variabel independen dan variabel dependen tidak mempunyai makna. Hal ini terjadi karena hubungan keduanya yang merupakan data time series hanya menunjukkan trend saja. Jadi tingginya koefisien determinasi karena trend bukan karena hubungan antar keduanya. Berdasarkan uji stasionaritas, apabila data varibel makro tidak stasioner pada tingkat Level sedangkan pada tingkat diferensi pertama, kedua data menjadi stasioner, maka penelitian dapat dilanjutkan pada Uji Kointegrasi. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis: Ho : Tidak terdapat hubungan jangka panjang antara variabel independent dan variabel dependent.
Ha : Terdapat hubungan jangka panjang antara variabel independent dan variabel dependent. Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria: Jika PP test statistik > PP tabel (critical value α = ... %) maka Ho ditolak Jika PP test statistik < PP tabel (critical value α = ... %) maka Ho diterima 4. Pengujian Asumsi Klasik a. Autokorelasi Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana terjadi korelasi antara residual tahun ini dengan tingkat kesalahan tahun sebelumnya. Untuk mengetahui ada atau tidaknya penyakit autokorelasi dalam suatu model, dapat dilihat dari nilai statistik Durbin-Watson. Deteksi adanya autokorelasi dapat menggunakan Besaran DurbinWatson (D-W). Secara umum peniliaian besaran
D-W dapat diambil
patokan : (Gujarati, 2006). 1. Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif. 2. Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. 3. Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif. Tabel 3.1 Menentukan ada tidaknya autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson Ada autokorelasi
Tidak dapat
Tidak dapat
Ada autokorelasi
diputuskan
negative
Tidak ada autokorelasi positif
0
diputuskan
dl 1.10
du 1.54
2
4-du 2.46
4-dl 2.90
4
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis: Ho: Model tidak terdapat Autokorelasi Ha: Terdapat Autokorelasi Bila nilai DW tidak berada antara 1.54 – 2.46 → Ho ditolak Bila nilai DW berada antara 1.54 – 2.46 → Ho diterima Selain dengan menggunakan uji Durbin Watson, untuk melihat ada tidaknya penyakit autokorelasi dapat juga digunakan uji Langrange Multiplier (LM Test) dengan membandingkan nilai probabilitas R-Squared dengan α = 0.05 (Gujarati, 2006) Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis: Ho: Model tidak terdapat Autokorelasi Ha: Terdapat Autokorelasi Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Signifikan, Ho diterima Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Tidak signifikan, Ho ditolak Apabila probabilitas Obs*R2 lebih besar dari 0.05 maka model tersebut tidak terdapat autokorelasi. Apabila probabilitas Obs*R2 lebih kecil dari 0.05 maka model tersebut terdapat autokorelasi b. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah deteksi untuk melihat apakah variabel gangguan tidak konstan. Pendeteksian heteroskedastisitas dapat dilakukan melalui Uji White. Dengan langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
Langkah-langkah pegujian sebagai berikut: Hipotesis: Ho: Model tidak terdapat Heteroskedastisitas Ha: Terdapat Heteroskedastisitas Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Ho ditolak Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Ho diterima Apabila probabilitas Obs*R2 lebih besar dari 0.05 maka model tersebut tidak terdapat heteroskedastisitas. Apabila probabilitas Obs*R2 lebih kecil dari 0.05 maka model tersebut dipastikan terdapat heteroskedastisitas. Jika model tersebut harus ditanggulangi melalui transformasi logaritma natural dengan cara membagi persamaan regresi dengan variabel independen yang mengandung heteroskedastisitas. Setelah dilakukan Uji Heteroskedastisitas, kemudian dilanjutkan dengan Uji Autokorelasi.. c. Uji Linearitas Uji yang sangat populer untuk menguji masalah linieritas adalah uji yang dikembangkan oleg J.B Ramsey tahun 1969 untuk lebih dikenal dengan nama Ramsey RESET Test. Uji ini biasanya didesain untuk menguji apakah suatu variabel penjelas cocok atau tidak dimasukkan dalam suatu model estimasi. Akan tetapi menurut Kennedy (1996) dalam Insukindro (2003) uji yang dikembangkan oleh J.B Ramsey ini digunakan untuk menguji apakah bentuk fungsi suatu model estimasi linier atau tidak linier.
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis: Ho: Model tidak Linear Ha: Model Linear Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Signifikan, Ho diterima Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Tidak signifikan, Ho ditolak d. Normalitas Uji Normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependent, variabel independent atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. (Gujarati, 2006). Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Hipotesis: Ho: Model tidak Normal Ha: Model Normal Bila probabilitas Obs*R2 > 0.05 → Signifikan, Ho diterima Bila probabilitas Obs*R2 < 0.05 → Tidak signifikan, Ho ditolak 4. Uji Error Corection Model (ECM) Apabila data tidak stasioner pada tingkat level, tetapi stasioner pada tingkat diferensi dan variabel saling terkointegrasi, ini berarti tedapat hubungan atau keseimbangan jangka panjang antara kedua variabel tersebut. Dalam jangka pendek mungkin saja ada ketidakseimbangan (diisequilibrium). Ketidakseimbangan inilah yang sering kita temui dalam
perilaku ekonomi. Artinya bahwa apa yang diinginkan pelaku ekonomi belum tentu sama dengan apa yang terjadi sebenarnya. Adanya perbedaan apa yang diinginkan pelaku ekonomi dan apa yang terjadi maka diperlukan adanya penyesuaian (adjusment). Model yang memasukkan penyesuaian untuk malakukan koreksi bagi ketidakseimbangan disebut sebagai model koreksi kesalahan (Error Correction Model =ECM) Pendekatan model ECM mulai timbul sejak perhatian para ahli ekonometrika membahas secara khusus ekonometrika time series. Model ECM
pertama
kali
diperkenalkan
oleh
Sargan
dan
kemudian
dikembangkan lebih lanjut oleh Hendry dan akhirnya dipopulerkan oleh Engle-Granger. Model ECM mempunyai beberapa kegunaan, namun penggunaan yang paling utama bagi pekerjaan ekonometrika adalah dalam mengatasi time series yang tidak stasioner dan masalah regresi lancung. Pengujian ECM dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Model Dasar
: JII = f (KURS, M2, INF, PDB) ................ (3)
Model Ekonometrika : JII = βo+β1KURS+β2M2+β3INF+ β4PDB + e ... (4) Jika diuraikan dalam bentuk natural log akan berubah menjadi sebagai berikut: LNJII = βo + β1LNKURS + β2LNM2 + β3LNINF + β4LNPDB + ECT + e ………….. (5) Sehingga rumus ECM yang terbentuk untuk penelitian ini adalah: D(LNJII) C D(LNKURS) D(LNM2) D(LNINF) D(LNPDB) LNKURS(-1) LNM2(-1) LNINF(-1) LNPDB(-1) ECT .……. (6)
Dimana nilai dari masing-masing variabel di dapatkan setelah di generate terlebih dahulu: DLNJII
= LNJII – LNJII t-1
DLNKURS
= LNKURS – LNKURS t-1
DLNM2
= LNM2 – LNM2 t-1
DLNINF
= LNINF – LNINF t-1
DLNPDB
= LNPDB – LNPDB t-1
Keterangan: DLNJII
= Perubahan Indeks JII periode t
DLNKURS
= Perubahan Nilai Tukar periode t
DLNM2
= Perubahan Jumlah Uang Beredar periode t
DLNINF
= Perubahan Tingkat Inflasi periode t
DLNPDB
= Perubahan Produk Domestik Bruto per. t
LNKURS(-1)
= Nilai Tukar t-1
LNM2(-1)
= Jumlah Uang Beredar t-1
LNINF(-1)
= Tingkat Inflasi t-1
LNPDB(-1)
= Produk Domestik Bruto
t-1
Dimana pengertian ECT dan persamaan ECT yang terbentuk dapat dilihat pada pembahasan dibawah ini. 5. Uji Error Corection Term (ECT) ECT adalah bagian dari pengujian analisa dinamis yaitu ECM. Nilai ECT diperoleh dari penjumlahan variabel independen tahun sebelumnya dikurangi variabel dependen tahun sebelumnya. Hal ini
dimaksudkan untuk melihat bagaimana pengaruh dari model tersebut baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Model ECT yang terbentuk pada penelitian ini adalah: ECT = LNJII-LNKURS-LNM2-LNINF-LNPDB ………… (7) Kemudian regres model ECM secara berurutan sesuai dengan model yang telah ditentukan. Hasil probabilita ECT akan menentukan apakah model dapat dianalisa baik jangka pendek maupun jangka panjang. Jika variabel ECT positif dan signifikan 5% maka spesifikasi model sudah sahih (valid) dan dapat menjelaskan variabel dependen. E. Operasional Variabel Penelitian 1. Indeks Syariah Jakarta Islamic Index Indeks syariah di sini adalah indeks dari sejumlah emiten (30 emiten) yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index. Merupakan kumpulan indeks saham beberapa perusahaan yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah. 2. Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD Nilai tukar (kurs) adalah perbandingan antara mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Variabel nilai tukar yang dipakai adalah nilai tukar rupiah terhadap USD dinyatakan dalam rupiah/USD. 3. Jumlah Uang yang Beredar Adalah jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) yaitu uang tunai yang di pegang oleh masyarakat, uang kartal dan uang giral ditambah deposito
berjangka dan saldo tabungan atau likuiditas perekonomian dalam satuan milyar rupiah. M2 = M1+ TD + SD Dimana:
M2 = uang dalam arti luas M1= uang dalam arti sempit TD = time deposits (deposito berjangka) SD = saving deposits (saldo tabungan)
4. Tingkat Inflasi Variabel yang digunakan adalah tingkat inflasi bulanan yang merupakan perubahan kenaikan harga-harga umum secara terus menerus, yang dilihat dari laju inflasi yang terjadi di Indonesia dan dinyatakan dalam persen. Laju inflasi tahun kedua = CPI tahun kedua – CPI tahun pertama CPI tahun pertama CPI = Consumer Price Index / Indeks Harga Konsumen (IHK) 5. Produk Domestik Bruto Adalah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh masyarakat Indonesia (termasuk warga negara asing yang berada di Indonesia) dalam tahun tertentu. Produk Domestik Bruto yang digunakan adalah berdasarkan harga konstan menurut lapangan usaha dengan tahun dasar 2003.
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah singkat berdirinya Jakarta Islamic Index (JII) Pasar modal secara umum dapat diidentikkan dengan sebuah tempat dimana modal diperdagangkan antara pihak yang memiliki kelebihan modal (investor) dengan orang yang membutuhkan modal (issuer) untuk mengembangkan investasi. Dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1995, pasar modal didefinisikan sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”. Pasar modal syariah (Islamic Stock Exchange) adalah kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengannya, dimana semua produk dan mekanisme operasionalnya berjaloan tidak bertentangan dengan hukum muamalat Islamiyah. Pasar modal syariah dapat juga diartikan adalah pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah. (Abdul Hamid, 2009) Indeks syariah atau biasa dikenal dengan Jakarta Islamic Index merupakan kumpulan indeks saham beberapa perusahaan yang kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah.
Langkah awal perkembangan pasar modal syariah di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya Reksa Dana Syariah pada 25 Juni 1997 diikuti dengan diterbitkannya obligasi syariah pada akhir 2002. Sedangkan untuk pasar saham syariah di Indonesia mulai dirintis sejak diluncurkannya indeks harga saham berdasarkan prinsip syariah pada tanggal 3 Juli 2000, yang disebut sebagai Jakarta Islamic Index (JII). JII merupakan hasil kerjasama antara PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM). JII menggunakan tanggal awal perhitungan 1 Januari 1995 dengan nilai awal 100 dan metode perhitungan indeks dilakukan sesuai dengan ketetapan BEI. Saham-saham yang terdaftar dalam JII terdiri dari 30 saham yang telah lolos dari screening process yang dilakukan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional. Fungsi dari keberadaan pasar modal syariah adalah sebagai berikut: (Abdul Hamid, 2009) 5. Memungkinkan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan bisnis dengan memperoleh bagian dari keuntungan dan resikonya. 6. Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna mendapatkan likuiditas. 7. Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk membangun dam mengembangkan lini produksinya.
8. Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek pada harga saham yang merupakan ciri umum pada pasar modal konvensional. 9. Memungkinkan investasi pada ekonomi yang ditentukan oleh kinerja kegiatan bisnis sebagaimana tercermin pada harga saham. Perhitungan saham syariah pada JII dilakukan PT Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan metode perhitungan indeks yang ditetapkan dengan
bobot
kapitalisasi
pasar
(Market
Capitalization
Weighted).
Perhitungan indeks ini juga mencakup penyesuaian-penyesuaian (adjustment) yang dilakukan oleh adanya perubahan terhadap data emiten yaitu corporate action. JII menggunakan tanggal perhitungan 1 Januari 1995 dengan nilai awal 100. Dengan indeks ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan investasi secara syariah. Ruang lingkup kegiatan usaha emiten yang bertentangan dengan prinsip hukum syariah Islam adalah: 5. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang. 6. Usaha lembaga keuangan konvensional yang mengandung unsur ribawi termasuk perbankan dan asuransi konvensional. 7. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram.
8. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. Sesuai dengan pedoman yang ditetapkan dalam menentukan kriteria saham-saham emiten yang menjadi komponen daripada Jakarta Islamic Index tersebut adalah: a.
Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip hukum syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 (tiga) bulan (kecuali bila termasuk di dalam sahamsaham 10 berkapitalisasi besar)
b.
Memilih saham berdasrkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahunan berakhir yang memiliki kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar 90% (sembilan puluh persen)
c.
Memilih 60 (enam puluh) saham dari susunan di atas berdasarkan
urutan
rata-rata
kapitalisasi
pasar
(market
capitalization) terbesar selama satu tahun terakhir. d.
Memilih 30 (tiga puluh) saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan selama satu tahun terakhir.
Tiga puluh saham ini yang menjadi saham yang
terdaftar pada Jakarta Islamic Index.
Tabel 4.1 Nama 30 Emiten yang terdaftar di Jakarta Islamic Index No Kode Nama Emiten 1 AALI Astra Agro Lestari Tbk 2 ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk 3 APEX Apexindo Pratama Duta Tbk 4 BMTR Global Mediacom Tbk 5 BNBR Bakrie & Brothers Tbk 6 BTEL Bakrie Telecom Tbk 7 BUMI Bumi Resouces 8 CMNP Citra Marga Nusaphala Persada TBK 9 CTRA Ciputra Development Tbk 10 ELTY Bakrieland Development TBK 11 FREN Mobile-8 Telecom Tbk 12 HITS Humpuss Intermoda Transportasi 13 INCO International Nickel Indonesia Tbk 14 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk 15 JRPT Jaya Real Property Tbk 16 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk 17 KLBF Kalbe Farma Tbk 18 MPPA Matahari Putra Prima Tbk 19 PLIN Plaza Indonesia Realty Tbk 20 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk 21 RALS Ramayana Lestari Sentosa Tbk 22 SMAR SMART Tbk 23 SMGR Semen Gresik Tbk 24 SMRA Summarecon Agung Tbk 25 TINS Timah Tbk 26 TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk 27 TRUB Truba Alam Manunggal Engineering Tbk 28 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk 29 UNTR United Tractors Tbk 30 UNVR Unilever Indonesia Tbk Sumber: Bursa Efek Indonesia, tahun 2010
Ket Tetap Tetap Tetap Baru Tetap Tetap Tetap Baru Tetap Baru Tetap Baru Tetap Tetap Baru Baru Tetap Baru Baru Tetap Baru Tetap Tetap Baru Tetap Tetap Tetap Baru Tetap Tetap
Pengkajian ulang akan dilakukan 6 (enam) bulan sekali dengan penentuan komponen indeks pada awal bulan juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan di-monitoring secara terus-menerus berdasarkan data publik yang tersedia. Menurut Abdul Hamid (2009) Pergerakan harga saham merupakan sesuatu yang dinamis, perubahannya dipengaruhi oleh banyak faktor internal maupun eksternal. Kemampuan dalam memilih waktu yang tepat, baik dalam membeli ataupun menjual saham tentunya sangat berpengaruh terhadap keuntungan yang akan diperoleh. Prinsip dasar dari transaksi perdagangan yang menguntungkan ialah membeli pada harga yang rendah dan menjual pada harga yang tinggi (buy low and sell high). Karena banyak faktor yang mempengaruhi harga saham, maka tentunya sulit untuk menilai apakah harga saham saat ini rendah atau tinggi, terutama untuk memprediksi harga pada waktu yang akan datang.
Sumber: Bursa Efek Indonesia, tahun 2003-2009 Gambar 4.1 Indeks Jakarta Islamic Index
Berdasarkan Gambar 4.1 dapat diketahui bahwa indeks JII yang tertinggi terjadi pada awal tahun 2008, yaitu bulan Februari dimana indeks JII mencapai angka 508.945. Sedangkan indeks JII yang terendah terjadi pada awal tahun 2003, yaitu sebesar 62.347. Berdasarkan tabel dan gambar diatas dapat dilihat bahwa indeks syariah cenderung setiap bulannya mengalami peningkatan, walaupun di beberapa bulan tertentu terjadi penurunan. Hal ini dapat di katakan bahwa indeks syariah mempunyai perkembangan yang cukup baik. Peningkatan indeks JII diperkirakan karena adanya apresiasi kurs rupiah terhadap USD, sedangkan penurunan indeks JII diperkirakan karena kurs rupiah yang terdepresiasi terhadap USD. Disamping itu pendapatan nasional dan jumlah uang beredar di masyarakat yang meningkat juga dapat meningkatkan indeks JII. Jadi kondisi perekonomian yang baik merupakan sentimen positif yang akan berdampak pada kenaikan harga di pasar saham. 2. Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD (Kurs) Nilai tukar (exchange rate) adalah perbandingan antara mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Setiap negara mempunyai mata uang masing-masing, bank adalah pusat pasar valuta asing berperan sebagai agen yang mempertemukan pembeli dan penjual valuta asing. Sifat kurs valuta asing tergantung dari sifat pasar. Bila transaksi jual beli valuta asing dapat dilakukan secara bebas dipasar, maka kurs valas berubah sesuai dengan perubahan permintaan dam penawaran (Nopirin, 2001)
Menurut Mankiw (2003) kurs (exchange rate) antara dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Variabel nilai tukar yang dipakai adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dinyatakan dalam ribuan rupiah/USD dan kurs yang digunakan adalah kurs rill.
Sumber: Bank Indonesia, tahun 2010 Gambar 4.2 Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD Berdasarkan Gambar 4.2 dapat diketahui bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang tertinggi terjadi pada akhir tahun 2008, yaitu pada bulan November, dimana kurs rupiah terhadap dolar mencapai angka 12.151,. Sedangkan kurs rupiah terhadap dolar yang terendah terjadi pada pertengahan tahun 2003, yaitu pada bulan juni sebesar 8.285,. Berdasarkan tabel dan gambar juga dapat dilihat bahwa kurs rupiah terhadap dolar dari januari 2003 sampai dengan juni 2009 cenderung stabil. Karena fluktuasi yang terjadi tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah.
Naik turun nilai tukar mata uang asing (kurs) diperkirakan karena kurs mata uang akan mendorong investor untuk tidak menginvestasikan dananya di pasar modal melainkan pada transaksi di pasar valuta asing. Hal ini akan mengakibatkan transaksi keuangan para investor di BEI akan berkurang. Karena dianggap lebih menguntungkan berspekulasi pada gejolak kurs asing tersebut sehingga akan mengakibatkan JII BEI akan melemah. Sebaliknya juga apabila kurs valuta asing stabil maka spekulasi yang mereka lakukan pada kurs yang stabil kurang menguntungkan, sehingga mereka tetap melakukan perdagangan di pasar modal dan JII akan menguat. Kenaikan harga saham di suatu bursa akan menarik capital inflow, sehingga akan meningkatkan permintaan akan mata uang domestik, akibatnya nilai tukar domestik akan terapresiasi. 3. Jumlah Uang Beredar (M2) Uang beredar adalah semua jenis uang yang berada di perekonomian yaitu, adalah jumlah dari mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral dalam bank-bank umum (Sukirno, 2004). Variabel jumlah uang yang beredar yang digunakan adalah jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) atau likuiditas perekonomian dalam satuan milyar rupiah Menurut Sadono Sukirno (2004) M2 merupakan perluasan dari definisi M1 dengan uang kuasi. Uang kuasi adalah bentuk kekayaan yang sangat likuid yang terdiri dari deposito berjangka atau rekening tabungan pada bank.
Sumber: Bank Indonesia, tahun 2010 Gambar 4.3 Jumlah Uang Beredar (M2) Berdasarkan Gambar 4.3 dapat diketahui bahwa jumlah uang beredar yang tertinggi terjadi pada akhir tahun 2009, dimana jumlah uang beredar mencapai 2.141.384,. Sedangkan jumlah uang bereda yang terendah terjadi pada awal tahun 2003. Berdasarkan tabel dan gambar di atas juga dapat dilihat bahwa jumlah uang beredar setiap bulannya terus meningkat. Jumlah uang beredar (M2) bergantung pada basis moneter, rasio deposito-cadangan, dan rasio deposito-uang kartal. Naik turunnya jumlah uang beredar diperkirakan karena basis moneter tersebut. Kenaikan basis moneter menyebabkan kenaikan yang proporsional pada jumlah uang yang beredar. Sedangkan penurunan rasio depositi-cadangan atau rasio depositouang kartal meningkatkan pengganda dan jumlah uang beredar.
4. Tingkat Inflasi Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Inflasi juga merupakan salah satu ukuran aktifitas ekonomi yang sering digunakan untuk menggambarkan kondisi ekonomi nasional (Tajul Khalwaty, 2000). Menurut Mankiw (2002) Indeks Harga Konsumen merupakan suatu ukuran atas keseluruhan biaya pembelian barang dan jasa oleh rata-rata konsumen. Laju inflasi juga merupakan penghitungan lain yang sering digunakan untuk menghitung tingkat inflasi. Menurut Mankiw (2003) laju inflasi (inflation rate) adalah perubahan presentase dalam indeks harga dari jangka waktu yang sebelumnya. Laju inflasi merupakan suatu indikator yang sangat menentukan dalam perekonomian makro suatu negara. Inflasi juga merupakan suatu masalah bagi ekonomi makro yang apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan ketidakstabilan perekonomian yang pada akhirnya hanya akan memperburuk kinerja perekonomian suatu negara. Kestabilan nilai mata uang, baik inflasi maupun nilai tukar, sangat penting untuk
mendukung
pembangunan
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
ekonomi
yang
berkelanjutan
dan
Sumber: Bank Indonesia, tahun 2010 Gambar 4.4 Tingkat Inflasi Berdasarkan Gambar 4.4 dapat diketahui bahwa tingkat inflasi yang tertinggi terjadi pada akhir tahun 2005, yaitu pada bulan November sebesar 18.38%. Kondisi ini disebabkan karena kuatnya tekanan eksternal (kebijakan fiskal) yang mendukung kenaikan harga BBM oleh pemerintah yang ikut mendukung sasaran inflasi. Dampak dari kenaikan BBM domestik bertujuan menjaga keseimbangan fiskal yang sejalan dengan kenaikan harga minyak di dunia. Kenaikan BBM ini merupakan salah satu dampak dari krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun itu. Selain itu adalah faktor internal yaitu ganguan pemasokan dan distribusi, tingginya ekspektasi inflasi dan depresiasi nilai tukar yang mengakibatkan tekanan harga asemakin meningkat. Tinggi inflasi tahun 2005 memberi dampak signifikan terhadap kenaikan harga BBM sebanyak dua kali lipat pada tahun 2005.
Sedangkan tingkat inflasi yang terendah terjadi pada akhir tahun 2009, yaitu pada bulan November sebesar 2.41%. Hal ini disebabkan oleh turunya bahan makanan, makanan jadi, minuman, rokok, tembakau, perumahan, air, gas, dan bahan bakar, sandang, ekspor, komunikasi dan jasa keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa inflasi di Indonesia mengalami fluktuasi. Keadaan inflasi yang cenderung berfluktuasi dan tidak stabil menunjukkan bahwa keadaan perekonomian di Indonesia juga tidak stabil. 5. Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto (PDB) dapat diartikan sebagai nilai barangbarang dan jasa-jasa yang diproduksi di dalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu. Di dalam suatu perekonomian, di negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang, barang dan jasa diproduksi bukan saja oleh perusahaan milik penduduk negara tersebut tetapi oleh penduduk negara lain. Variabel yang digunakan adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh masyarakat Indonesia (termasuk warga negara asing yang berada di Indonesia) dalam tahun tertentu. Nilai barang dan jasa yang diukur adalah berdasarkan harga konstan menurut lapangan usaha dengan tahun dasar 2003. Di dalam suatu perekonomian, di negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang, barang dan jasa diproduksi bukan saja oleh perusahaan milik penduduk negara tersebut tetapi oleh penduduk negara lain. Selalu didapati produksi nasional diciptakan oleh faktor-faktor produksi yang berasal dari luar negeri. Perusahaan multinasional beroperasi di berbagai negara dan membantu menaikkan nilai barang dan jasa yang
dihasilkan oleh negara-negara tersebut. Perusahaan multinasional tersebut menyediakan modal, teknologi dan tenaga ahli kepada negara dimana perusahaan itu beroperasi. Operasinya membantu menmbah barang dan jasa yang diproduksikan di dalam negara, menambah penggunaan tenaga kerja dan pendapatan dan sering sekali juga membantu menmbah ekspor. Operasi mereka merupakan bagian yang cukup penting dalam kegiatan ekonomi suatu negara dan nilai produksi yang disumbangkannya perlu dihitung dalam pendapatan nasional. Dengan demikian, Produk Domestik Bruto atau dalam istilah Inggrisnya Gross Domestic Product, adalah nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor milik warga negara, negara tersebut dan warga negara asing.
Sumber: Bank Indonesia Gambar 4.5 Produk Domestik Bruto Berdasarkan Gambar 4.5 dapat diketahui bahwa PDB tertinggi terjadi pada akhir tahun 2009, yaitu pada bulan September sebesar 561.003,.
Sedangkan PDB terendah terjadi pada awal bulan pada tahun 2003 yaitu pada bulan januari sebesar 380.341,. Salah satu target dari trilogi pembangunan adalah meningkatkan pendapatan nasional yang tinggi yaitu dilihat dari perkembangan dana Produk Domestik Bruto (PDB) baik atas dasar harga konstan maupun harga yang berlaku. PDB adalah nilai total atas segenap output akhir yang dihasilkan oleh perekonomian (baik itu dilakukan oleh penduduk warga negara maupun penduduk warga negara asing yang bermukim dinegara yang bersangkutan). Perekonomian Indonesia dari tahun ke tahun, yang pada umumnya mengalami
perkembangan
seiring
dengan
peningkatan
aktivitas
perekonomian. Perbaikan ekonomi terutama didorong oleh peningkatan konsumsi swasta dan pemerintah, yaitu dengan dipulihkannya kegiatan di sektor industri, pengolahan, sektor-sektor jasa, sektor listrik ( gas dan air minum) serta berlanjutnya kegiata yang dapat menaikkan kenaikan produksi sektor pertanian. Meskipun demikian, proses perbaikan ekonomi masih berjalan secara lambat terutama pada gejolak sosial dan politik dalam negeri yang menyebabkan laju pertumbuhan cenderung melambat.
B. Hasil Analisa dan Pembahasan 1. Uji Akar Unit Pengolahan data dilakukan secara elektronik yakni menggunakan Microsoft Excel Windows 2007 dan Eviews 6.0 untuk mempercepat perolehan hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang diteliti. Variabel bebas (independent) yaitu: nilai tukar rupiah terhadap USD, jumlah uang beredar dalam arti luas (M2), tingkat inflasi dan produk domestik bruto dan variabel terikat (dependent) yaitu indeks syariah JII. Tahap awal dalam proses pengujian yang dilakukan adalah uji stasioneritas terhadap seluruh variabel yang diuji. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data natural log (ln) dari variabel-variabel tersebut, dimana ln merupakan log dengan bilangan dasar bilangan alam yang berguna untuk memecahkan persamaan yang tidak diketahuinya merupakan pangkat dari variabel lain. Dimana log sendiri adalah fungsi matematika yang dengan bilangan dasar 10 yang kegunaannya untuk menyederhanakan suatu bilangan. Uji akar unit dipandang sebagai uji stasioneritas karena pengujian ini pada prinsipnya bertujuan untuk mengamati apakah koefisien tertentu dari model otoregresif yang ditaksir mempunyai nilai satu atau tidak (Yahya Hamja, 2008).
Tabel 4.2 Uji Akar Unit Phillips-Perron test pada tingkat Level No.
Variabel
Level Pptest CV 5% 1 lnJII -1.888230 -2.896779 2 lnKurs -2.225343 -2.896779 3 lnM2 1.617294 -2.896779 4 lnInf -1.415470 -2.896779 5 lnPDB -3.274770 -2.896779 Sumber: output EViews 6.0 (diolah)
Ho = Tidak Stasioner Ha = Stasioner Terima Ho Terima Ho Terima Ho Terima Ho Tolak Ho
Dari data yang diuji dapat dilihat bahwa hanya variable PDB yang stasioner pada tingkat level, sedangkan variabel lainnya menunjukkan ketidakstasioneran pada Level. Hal ini dapat dibuktikan dengan Nilai Phillips-Perron test lebih kecil dari Mac.Kinnon Critical Value 5% (PPtest < CV 5%). Kesimpulan dari hasil data yang di olah adalah Ho diterima yaitu semua data kecuali PDB tidak stasioner pada tingkat Level sehingga harus dilanjutkan pada tingkat berikut sampai data menjadi stasioner yaitu dengan menggunakan Uji Derajat Integrasi. 2. Uji Derajat Integrasi Dalam uji akar unit PP bila menghasilkan kesimpulan bahwa data tidak stasioner, maka diperlukan proses diferensi data. Uji stasioner data melalui proses diferensi ini disebut uji derajat integrasi. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pada derajat atau order diferensi ke berapa (langkah pertama di atas), jika ternyata data tersebut tidak stasioner pada derajat pertama (Insukindro, 2003).
Tabel 4.3 Uji Akar Unit Phillips-Perron test pada first difference No.
Variabel
First Difference PPtest CV 5% 1 lnJII -8.546684 -2.897223 2 lnKurs -7.528366 -2.897223 3 lnM2 -9.725788 -2.897223 4 lnInf -6.774664 -2.897223 5 lnPDB -17.11301 -2.897223 Sumber: output EViews 6.0 (diolah)
Ho = Tidak Stasioner Ha = Stasioner Tolak Ho Tolak Ho Tolak Ho Tolak Ho Tolak Ho
Dari data yang diuji dapat dilihat bahwa semua variabel stasioner pada first difference. Hal ini dapat dibuktikan dengan Nilai Phillips-Perron test lebih besar dari Mac.Kinnon Critical Value 5% (PPtest > CV 5%). Kesimpulan dari data yang diolah adalah Ho ditolak yaitu semua variabel sudah stasioner pada tingkat first difference, sehingga tidak perlu dilanjutkan pada tingkat berikutnya (second difference) dan pengujian dapat dilanjutkan dengan uji berikutnya yaitu Uji Kointegrasi. 3. Uji Kointegrasi Pendekatan Kointegrasi merupakan isu statistik yang tidak dapat diabaikan yang berkaitan erat dengan pengujian terhadap kemungkinan adanya hubungan keseimbangan jangka panjang antara variabel-variabel ekonomi seperti yang dikehendaki teori ekonomi. Pendekatan ini dapat pula dianggap sebagai uji teori ekonomi dan merupakan bagian penting dalam perumusan dan estimasi sebuah model dinamis (Insukindro, 2003).
Dari hasil Uji Kointegrasi di dapat bahwa semua variabel stasioner pada ordo yang sama, yaitu pada I(1) atau first differeence. Sehingga dapat diuji apakah terdapat hubungan kointegrasi. Tabel 4.4 Uji Kointegrasi Null Hypothesis: RESID01 has a unit root Exogenous: None Bandwidth: 4 (Fixed using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-4.331104 -2.593121 -1.944762 -1.614204
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.024671 0.024113
Sumber: ouput Eviews 6.0 (diolah) Dari tabel 4.4 di atas ditunjukkan nilai PP tes > CV 5% yaitu 4.331104 > 1.944762 dengan probabilitas 0.0000 sehingga Ho ditolak. Artinya residual dari persamaan telah stasioner pada derajat integrasi nol atau I(0). Sehingga setiap variabel dikatakan terkointegrasi atau terdapat adanya indikasi hubungan dalam jangka panjang. Adanya indikasi hubungan keseimbangan dalam jangka panjang belum dapat digunakan sebagai bukti bahwa terdapat hubungan antara variabel-variabelnya dalam jangka pendek. Sehingga untuk menentukan
variabel mana yang menyebabkan perubahan pada variabel lainnya, maka digunakan penghitungan Error Correction Model. 4. Uji Asumsi Klasik Sebelum dilakukan Uji Error Correction Model, terlebih dahulu dilakukan Uji Asumsi Klasik a. Autokorelasi Untuk mengetahui ada atau tidaknya penyakit autokorelasi dalam suatu model, dapat dilihat dari nilai statistik Durbin-Watson. Tabel 4.5 Tabel Uji Durbin-Watson Ada
Ada Tidak dapat
Tidak ada
Tidak dapat
diputuskan
autokorelasi
diputuskan
autokorelasi
autokorelasi
positif
0
dl 1.10
negatif
du 1.54
2
4-du 2.46
4-dl 2.90
4
Dari tabel 4.5 pada tabel uji Durbin-Watson dapat dilihat bahwa nilai Durbin-watson adalah sebesar 2.411765. Hal ini berarti nilai Durbin-Watson berada diantara 1.54 - 2.46. Hal ini juga berarti dalam model ini tidak terdapat adanya autokorelasi karena sudah terletak antara 1.54 – 2.46, atau berarti Ho diterima. Selain dengan menggunakan uji Durbin Watson, untuk melihat ada tidaknya penyakit autokorelasi dapat juga digunakan uji Langrange Multiplier (LM Test) dengan membandingkan nilai probabilitas R-Squared dengan α = 0.05 (Gujarati, 2006).
Tabel 4.6 Hasil Uji Lagrange Multiple Test Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic
2.712758
Prob. F(2,71)
0.0732
Obs*R-squared
5.892245
Prob. Chi-Square(2)
0.0525
Sumber: ouput Eviews 6.0 (diolah) Dari tabel 4.6 pada tabel uji LM dapat dilihat bahwa nilai probabilitas Chi-Square 0.0525 atau lebih besar dari α = 0.05. Hal ini berarti dalam model ini tidak terdapat adanya autokorelasi, atau berarti Ho diterima. b. Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah deteksi untuk melihat apakah variabel ganguan mempunyai varian yang tidak konstan. Pendeteksian heteroskedastisitas dapat dilakukan melalui Uji White. Tabel 4.7 Uji White Heteroskedasticity Heteroskedasticity Test: White F-statistic
1.852626
Prob. F(49,33)
0.0320
Obs*R-squared
60.87179
Prob. Chi-Square(49)
0.1189
Scaled explained SS
242.2688
Prob. Chi-Square(49)
0.0000
Sumber: output Eviews 6.0 (diolah) Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa dalam model ini nilai probabilitas sebesar 0.1189 dengan Obs*R2 60.87179 yaitu diatas 0.05.
Hal ini berarti dalam model tidak terdapat adanya heteroskedastisitas atau berarti Ho diterima. c. Linearitas Uji yang sangat populer untuk menguji masalah linieritas adalah uji yang dikembangkan oleg J.B Ramsey tahun 1969 untuk lebih dikenal dengan nama Ramsey RESET Test. Uji ini biasanya didesain untuk menguji apakah suatu variabel penjelas cocok atau tidak dimasukkan dalam suatu model estimasi. Akan tetapi menurut Kennedy (1996) dalam Insukindro (2003) uji yang dikembangkan oleh J.B Ramsey ini digunakan untuk menguji apakah bentuk fungsi suatu model estimasi linier atau tidak linier, dengan cara melihat nilai probabilitasnya. Tabel 4.8 Uji Ramsey RESET Test Ramsey RESET Test: F-statistic
2.593573
Probability
0.111674
Log likelihood ratio
2.937229
Probability
0.086559
Sumber: ouput Eviews 6.0 (diolah) Dari uji linearitas (Uji Ramsey RESET Test) pada tabel 4.8 nilai probability-nya adalah 0.086559 ternyata lebih besar dari derajat kesalahan 5% (0,05). Artinya tidak ada permasalahan Linearitas, dengan kata lain bentuk fungsi model estimasi dalam penelitian ini adalah linear, (Ho ditolak).
d. Normalitas Uji Normalitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependent, variabel independent atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. (Gujarati, 2006). Tabel 4.9 Uji Normalitas Jarque-Bera 20 Series: Residuals Sample 2003:02 2009:12 Observations 83
15
10
5
Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis
6.45E-16 0.000406 0.361272 -0.345982 0.077813 0.097790 11.29015
Jarque-B era Probability
237.8120 0.000000
0 -0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
0.3
Sumber: ouput Eviews 6.0 (diolah) Nilai probability-nya (0.000000) ternyata lebih kecil dari derajat kesalahan α=0.05, artinya uji ketidaknormalan ini adalah signifikan, oleh karena itu dapat dinyatakan di sini bahwa pada model ini ada permasalahan normalitas, (Ho diterima). Akan tetapi hal ini tidak akan menjadi masalah karena data yang digunakan sudah di uji dengan uji stasioneritas dan hasil olah data dari model nantinya ternyata bagus.
5. Uji Error Correction Model Dengan ditemukannya fenomena hubungan jangka panjang pada setiap variabel, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pendekatan Error Correction Model (ECM) untuk melihat ada tidaknya hubungan antar variabel dalam jangka pendek. ECM merupakan salah satu pendekatan untuk menganalisis model time series yang digunakan untuk melihat konsistensi antara hubungan jangka pendek dengan hubungan jangka panjang dari variabel-variabel yang diuji. Tabel 4.10 Hasil Regresi Error Correction Model Dependent Variable: D(LNJII) Method: Least Squares Date: 11/05/10 Time: 11:36 Sample (adjusted): 2003M02 2009M12 Included observations: 83 after adjustments Variable
Coefficient
C D(LNKURS) D(LNM2) D(LNINF) D(LNPDB) LNKURS(-1) LNM2(-1) LNINF(-1) LNPDB(-1) ECT
-2.440266 -0.687146 0.580448 0.040312 0.130313 0.930888 -0.225998 0.116944 0.086278 0.163735
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.390954 0.315866 0.082470 0.496495 94.66757 5.206612 0.000019
Std. Error
t-Statistic
1.306429 -1.867890 0.360579 -1.905673 0.630315 0.920885 0.070642 0.570649 0.048237 2.701496 0.266762 3.489582 0.063844 -3.539849 0.054366 2.151036 0.036414 2.369367 0.050748 3.226443 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Prob. 0.0658 0.0606 0.3601 0.5700 0.0086 0.0008 0.0007 0.0348 0.0205 0.0019 0.022901 0.099707 -2.040182 -1.748756 -1.923104 2.411765
Dari hasil olah data Uji Error Correction Model, pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai koefisien ECT sudah terletak antara 0 dan 1 yaitu 0.163735 atau lebih mendekati nol daripada satu, sehingga speed of adjusment dari jangka pendek menuju jangka panjang berjalan dengan lambat. Dapat dilihat t-statistiknya lebih dari 2 yaitu 3.226443 dengan probabilitas 0.0019. Hal ini berarti ECT sudah signifikan pada tingkat kepercayaan α=0.05. Oleh karena itu model dari pengujian ECM ini dapat dikatakan sahih atau valid. Probabilitas (t-statistik) nilainya adalah 0.000019, angka ini terletak dibawah 0.05, berarti signifikan secara statistik. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Independent yang ada pada model secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel Dependent. C. Interpretasi Analisis Teknik Berdasarkan output data diolah hasil regresi ECM di dapat hasil sebagai berikut: D(LNJII)
=
-
2.440266348
–
0.5804477358*D(LNM2)
0.6871455619*D(LNKURS)
+
0.04031164692*D(LNINF)
+
+
0.1303125852* D(LNPDB) + 0.9308877272*LNKURS(-1) – 0.225998212*
LNM2(-1)
+
0.1169436423*LNINF(-1)
0.08627842428* LNPDB(-1) + 0.16373545*ECT
+
Keterangan: D(LNJII)
= Perubahan Indeks JII periode t
D(LNKURS)
= Perubahan Nilai Tukar periode t
D(LNM2)
= Perubahan Jumlah Uang Beredar periode t
D(LNINF)
= Perubahan Tingkat Inflasi periode t
D(LNPDB)
= Perubahan Produk Domestik Bruto periode t
LNKURS(-1)
= Nilai Tukar t-1
LNM2(-1)
= Jumlah Uang Beredar t-1
LNINF(-1)
= Tingkat Inflasi t-1
LNPDB(-1)
= Produk Domestik Bruto
t-1
1. Kurs Rupiah Terhadap USD dan Indeks Syariah JII a. Pada Jangka Pendek D(LNKURS) menunjukkan nilai t-statistik sebesar -1.905673. Nilai ini lebih kecil dari 2 dan probabilitasnya sebesar 0.0606. Hal ini berarti variabel kurs belum signifikan pada tingkat kepercayaan α=0.05. Hal ini membawa implikasi bahwa tidak terdapat hubungan jangka pendek antara variabel kurs dan indeks JII. b. Pada Jangka Panjang Sedangkan pada LNKURS(-1) nilai t-statistik sebesar 3.489582. Nilai ini sudah lebih besar dari 2 dan probabilitasnya 0.0008. Hal ini berarti variabel kurs signifikan pada tingkat kepercayaan α=0.05. Dari hasil perhitungan (koefisienLNKURS(1) + koefisienECT) : koefisienECT
diperoleh hasil 6.6853. Hal ini membawa implikasi bahwa terdapat hubungan jangka panjang antara variabel kurs dan indeks JII, dimana apabila kurs rupiah menguat terhadap USD sebesar satu persen maka akan meningkatkan indeks JII sebesar 6.6853 persen, atau sebaliknya apabila kurs rupiah melemah terhadap USD sebesar satu persen maka akan menurunkan indeks JII sebesar 6.6853 persen. 2. Jumlah Uang Beredar (M2) dan Indeks Syariah JII a. Pada Jangka Pendek D(LNM2) menunjukkan nilai t-statistik sebesar 0.920885. Nilai ini lebih kecil dari 2 dan probabilitasnya sebesar 0.3601. Hal ini berarti variabel M2 belum signifikan pada tingkat kepercayaan α=0.05. Hal ini membawa implikasi bahwa tidak terdapat hubungan jangka pendek antara variabel M2 dan indeks JII. b. Pada Jangka Panjang Sedangkan pada LNM2(-1) nilai t-statistik sebesar -3.489582. Nilai ini sudah lebih besar dari 2 dan probabilitasnya sebesar 0.0007. Hal ini berarti variabel M2 sudah signifikan pada tingkat kepercayaan α=0.05. Dari hasil perhitungan (koefisienLNM2(-1) + koefisienECT) : koefisien ECT diperoleh hasil 2.3803 Hal ini membawa implikasi bahwa terdapat hubungan jangka panjang antara variabel M2 dengan indeks JII, dimana apabila M2 mengalami penurunan sebesar satu persen maka akan meningkatkan indeks JII sebesar 2.380 persen.
3. Tingkat Inflasi dan Indeks Syariah JII a. Pada Jangka Pendek D(LNINF) menunjukkan nilai t-statistik sebesar 0.570649. Nilai tersebut sudah lebih kecil dari 2 dan probabilitasnya sebesar 0.5700. Hal ini berarti variabel inflasi belum signifikan pada tingkat kepercayaan α=0.05. Hal ini membawa implikasi bahwa tidak terdapat hubungan dalam jangka pendek antara vaiabel tingkat inflasi dan indeks syariah JII. b. Pada Jangka Panjang Sedangkan pada LNINF(-1) nilai t-statistik sebesar 2.151036. Nilai tersebut sudah lebih besar dari 2 dan probabilitasnya sebesar 0.03348. Hal ini berarti tingkat inflasi sudah signifikan pada tingkat kepercayaan α=0.05. Dari hasil perhitungan (koefisienLNINF(1) + koefisienECT) : koefisienECT diperoleh hasil 1.7142. Hal ini membawa implikasi bahwa terdapat hubungan dalam jangka panjang antara variabel inflasi dan indeks JII, dimana apabila inflasi naik sebesar satu persen maka akan meningkatkan indeks JII sebesar 1.7142 persen. 4. Produk Domestik Bruto dan Indeks Syariah JII a. Pada Jangka Pendek D(LNPDB) menunjukkan koefisien 0.130313 dan nilai t-statistik sebesar 2.701496. Nilai tersebut lebih besar dari 2 dan probabilitasnya sebesar 0.0086. Hal ini berarti variabel PDB signifikan pada tingkat kepercayaan
α=0.05. Hal ini membawa implikasi bahwa terdapat hubungan jangka pendek antara varriabel PDB dan indeks JII, dimana apabila PDB naik sebesar satu persen maka akan meningkatkan indeks JII sebesar 0.130313 persen. b. Pada Jangka Panjang Dan pada LNPDB(-1) nilai t-statistik sebesar 2.369367. Nilai tersebut lebih besar dari 2 dan probabilitasnya sebesar 0.0205. Hal ini berarti variabel PDB signifikan pada tingkat kepercayaan α=0.05. Dari hasil perhitungan (koefisienLNPDB(-1) + koefisienECT) : koefisenECT diperoleh hasil 1.5269. Hal ini membawa implikasi bahwa terdapat hubungan jangka panjang antara variabel PDB dan indeks JII, dimana apabila PDB naik sebesar satu persen maka akan meningkatkan indeks JII sebesar 1.5269 persen. D. Interpretasi Analisis Ekonomi 1. Jangka Pendek Hasil penemuan ini menemukan kenyataan bahwa dalam jangka pendek variabel produk domestik bruto (PDB) memberi kontribusi positif dan signifikan terhadap indeks JII seperti yang diharapkan teori. PDB yang mencerminkan ouput total biasanya memiliki efek terhadap indeks JII. Analisis jangka pendek tentang pengaruh PDB terhadap indeks JII ini bermanfaat untuk pengambilan keputusan bagi para investor untuk
melakukan buy and sell terhadap saham yang ada pada Jakarta Islamic Index. Ketika pendapatan masyarakat naik, maka masyarakat memiliki uang yang lebih banyak untuk kebutuhan konsumsi dan berjaga-jaga. Kelebihan uang tersebut dapat digunakan untuk berinvestasi dan mendapatkan return pada berbagai instrumen yang tersedia, seperti deposito, obligasi, reksadana maupun pada pasar saham. Bila terjadi kenaikan permintaan pada saham, maka harga saham akan mengalami peningkatan. Sehingga kenaikan pendapatan masyarakat, yang notabene merupakan salah satu tolak ukur peningkatan ekonomi, akan berdampak pada harga saham (Reni Maharani, 2006). Sedangkan untuk nilai tukar rupiah terhadap USD, jumlah uang beredar dan inflasi tidak signifikan terhadap indeks JII dalam jangka pendek. 2. Jangka Panjang Hasil ini menunjukkan kenyataan bahwa dalam jangka panjang variabel kurs berhubungan positif dan signifikan terhadap indeks JII. Hal tersebut dikarenakan pada saat kurs rupiah terapresiasi, maka biaya bahan baku impor atau produk yang memiliki kaitan dengan produk impor akan mengalami penurunan. Hal ini menyebabkan biaya produksi lebih rendah atau turun sehingga laba perusahaan menjadi meningkat. Hal ini menyebabkan biaya produksi rendah dan laba perusahaan menjadi
meningkat, sehingga tingkat dividen yang dapat dibagikan dan return yang ditawarkan akan meningkat pula. Peningkatan return yang ditawarkan mengakibatkan permintaan terhadap saham tersebut meningkat, sehingga harga saham tersebut di pasar menjadi naik. Menurut Reni Maharani (2006) hal ini juga dapat dilihat melalui pendekatan portfolio (portfolio balance approach) yang melihat sejauh mana harga saham menyebabkan perubahan pada nilai tukar. Kenaikan harga saham di suatu bursa akan menarik capital inflow sehingga akan meningkatkan permintaan akan mata uang domestik yang dalam hal ini adalah rupiah, akibatnya nilai tukar rupiah akan terapresiasi. Dalam jangka panjang jumlah uang beredar (M2) berhubungan negatif dan signifikan terhadap indeks JII. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada. Akan tetapi fenomena ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada saat jumlah uang beredar rendah, berarti uang yang dipegang oleh masyarakat rendah. Dalam kondisi seperti ini masyarakat akan lebih berhati-hati untuk membelanjakan uang mereka, termasuk dalam membeli produk yang bahkan dapat mendatangkan keuntungan bagi mereka. Menurut Mankiw (2002) untuk meningkatkan M2, bank sentral menginstruksikan para pialang obligasinya di bank sentral untuk membeli obligasi publik di pasar obligasi di seluruh negeri. Akan tetapi penerbitan surat berharga berdampak pada penurunan tingkat suku bunga. Ketika tingkat bunga mengalami penurunan, maka return yang dapat diberikan
oleh obligasi akan menurun pula. Hal tersebut mengakibatkan investasi pada saham menjadi lebih menarik sehingga harga saham akan meningkat. Dalam jangka panjang inflasi berhubungan positif dan signifikan terhadap indeks JII. Indikasi yang digunakan adalah sesungguhnya jumlah uang beredar berhubungan erat dengan inflasi. Menurut Mankiw (2003), keeratan hubungan inflasi dengan jumlah uang beredar tidak dapat dilihat dalam jangka pendek. Teori inflasi ini bekerja paling baik dalam jangka panjang, bukan dalam jangka pendek. Teori ini yang digunakan sebagai indikasi bahwa apabila terjadi inflasi hal ini juga berarti jumlah uang beredar di masyarakat meningkat. Ketika jumlah uang beredar di masyarakat meningkat maka masyarakat akan menggunakan uang yang mereka pegang untuk kebutuhan konsumsi dan berjaga-jaga. Kelebihan uang tersebut juga dapat digunakan untuk berinvestasi dan mendapatkan return pada berbagai instrument termasuk pada pasar saham. Hal ini yang menyebabkan bahwa apabila inflasi naik yang berarti jumlah uang beredar di masyarakat juga naik akan mengakibatkan investasi pada saham JII meningkat. Dalam jangka panjang produk domestik bruto (PDB) berhubungan positif dan signifikan terhadap indeks JII. Hal ini sesuai dengan teori yang ada. Ketika pendapatan masyarakat naik maka masyarakat memiliki uang yang lebih banyak untuk kebutuhan konsumsi dan berjaga-jaga. Kelebihan uang tersebut dapat digunakan untuk berinvestasi dan mendapatkan return pada berbagai instrument yang tersedia, seperti deposito, obligasi,
reksadana maupun pada pasar saham, maka harga saham mengalami peningkatan sehinggga kenaikan pendapatan masyarakat yang notabene merupakan salah satu tolak ukur peningkatan ekonomi akan berdampak positif pada harga saham. Hal ini lah yang menyebabkan mengapa variabel PDB berpengaruh positif dan signifikan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Adanya indikasi hubungan antara variabel ekonomi makro dan harga saham sudah diakui oleh para ekonom sejak beberapa periode lalu. Dapat dilihat dari berbagai penelitian empiris yang kemudian melahirkan berbagai teori ekonomi yang terdapat pada berbagai literatur. Dari hasil pengujian empiris pada penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam jangka panjang terdapat pengaruh nilai tukar rupiah terhadap USD (kurs) terhadap nilai Jakarta Islamic Index. Dimana apabila kurs rupiah menguat terhadap USD sebesar satu persen maka akan meningkatkan indeks JII sebesar 6.6853 persen. Hal ini membawa implikasi bahwa variabel nilai tukar rupiah terhadap USD (kurs) dapat digunakan untuk memprediksi nilai Jakarta Islamic Index dalam jangka panjang. Sedangkan dalam jangka pendek tidak terdapat pengaruh nilai tukar rupiah terhadap USD (kurs) terhadap nilai Jakarta Islamic Index. 2. Dalam jangka panjang terdapat pengaruh jumlah uang beredar (M2) terhadap nilai Jakarta Islamic Index. Dimana apabila M2 mengalami penurunan sebesar satu persen maka akan meningkatkan indeks JII sebesar 2.380 persen. Hal ini membawa implikasi bahwa variabel jumlah uang beredar (M2) dapat digunakan untuk
memprediksi nilai Jakarta Islamic Index dalam jangka panjang. Sedangkan dalam jangka pendek tidak terdapat pengaruh jumlah uang beredar (M2) terhadap nilai Jakarta Islamic Index. 3. Dalam jangka panjang terdapat pengaruh tingkat inflasi terhadap nilai Jakarta Islamic Index. Dimana apabila inflasi naik sebesar satu persen maka akan meningkatkan indeks JII sebesar 1.7142 persen. Hal ini membawa implikasi bahwa variabel tingkat inflasi dapat digunakan untuk memprediksi nilai Jakarta Islamic Index dalam jangka panjang. Sedangkan dalam jangka pendek tidak terdapat pengaruh tingkat inflasi terhadap nilai Jakarta Islamic Index. 4. Dalam jangka panjang terdapat pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap nilai Jakarta Islamic Index. Dimana apabila PDB naik sebesar satu persen maka akan meningkatkan indeks JII sebesar 1.5269 persen. Dan dalam jangka pendek juga terdapat pengaruh produk domestik bruto (PDB) terhadap nilai Jakarta Islamic Index, dimana apabila PDB naik sebesar satu persen maka akan meningkatkan indeks JII sebesar 0.130313 persen. Hal ini membawa implikasi bahwa variabel tingkat PDB dapat digunakan untuk memprediksi nilai Jakarta Islamic Index baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
B. Implikasi dan Saran Beberapa implikasi dan saran yang ditujukan bagi para pelaku pasar dalam menjalankan kegiatan investasi syariah di pasar modal serta saran bagi para peneliti dan akademisi dengan maksud untuk dapat meningkatkan penelitian di bidang investasi syariah adalah: 1. Bagi para investor, dalam jangka panjang secara keseluruhan variabel ekonomi makro yang terdiri dari kurs rupiah terhadap USD, jumlah uang beredar, tingkat inflasi dan produk domestik bruto dapat digunakan sebagai indikator dalam melakukan analisis fundamental untuk memprediksi pergerakan harga saham syariah yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index. Dalam jangka pendek variabel PDB juga dapat digunakan sebagai indikator
dalam
melakukan
analisis
fundamental
untuk
memprediksi pergerakan harga saham syariah yang terdaftar dalam JII. 2. Bagi peneliti berikutnya agar periode penelitian dapat diperpanjang serta menggunakan variabel pengujian yang lebih banyak, sehingga dapat memberikan hasil penelitian yang lebih akurat.
Daftar Pustaka Al Quran Al Karim Bank Indonesia, Indikator Ekonomi Makro 2003-2009. . Bursa Efek Indonesia, JSX Statistic Report 2003-2009. Chapra, M. Umer. ”Sistem Moneter Islam”. Gema Insani Press: Jakarta. 2006 Edwin Nasution, Mustafa dkk. “Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam”. Kencana: Jakarta. 2007 Estu Nurpramana, Dwitya. Pengaruh Faktor Ekonomi Terhadap Imbal Hasil Saham-Saham Jakarta Islamic Index, Jurnal Eksis, Vol. 2 No. 3, Juli – September 2006. Gujarati, D, N. “Basic Econometric” edisi 4. McGraw Hill, Inc. Erlangga: Jakarta. 2006 Hamid, Abdul. “Pasar Modal Syariah”. Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah: Jakarta. 2009 Hamja, Yahya, Modul I Ekonometrika, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008. Hamja, Yahya, Modul II Ekonometrika, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008. Huda, Nurul, Mustafa Edwin Nasution, dkk. “Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis”, Kencana Presada Media Group: Jakarta. 2008 Huda, Nurul, Mustafa Edwin Nasution. “Investasi Pada Pasar Modal Syariah” edisi revisi. Kencana Persada Media Group: Jakarta. 2008 Husnan, Suad. “Dasar-dasar Teori Portfolio dan Analisis Sekuritas”. Edisi ketiga. Unit Penerbitan dan Percetakan AMP YKPN, Yogyakarta: 1998 Insukindro. Modul Pelatihan Ekonometrika. Universitas Gadjah Mada: 2003 Jatiningsih, Oksiana, Musdholifah. “Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Aplikasi Manajemen. 2007 Karim, Adiwarman. “Ekonomi Makro Islam”. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta. 2008
Karim, Adiwarman. “Ekonomi Islam: Suatu Kajian Ekonomi Makro”. IIIt Indonesia: Jakarta. 2008 Khalwaty, Tajul. Inflasi dan Solusinya. PT. Gramedia Pusaka Utama: Jakarta. 2000 Komariyah, Oom. Analisis Pengukuran Risiko Harga Saham Syariah Dengan Pendekatan Model Variance Covariance dan Historical Simulation, Jurnal Eksis. 2006 Kuncoro, Mudrajad. “Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Bagaimana meneliti dan Menulis Tesis?”. Erlangga: Jakarta. 2003 Maghayereh, Aktham. Causal Relation among Stock Prices and Macroeconomic Variabels in the Small, Open Economy of Jordan, SSRN. 2004 Maharani, Reni. Hubungan Kausalitas Antara Variabel Makro dan Harga Saham Syariah Jakarta Islamic Index, Jurnal Eksis, Vol. 2 No. 3, Juli – September 2006. Mankiw, N. Gregory. “Principle of Economics” edisi 3, Thomson, Edisi Indonesia. Erlangga: Jakarta. 2002 Mankiw, N. Gregory. “Macroekonomics” edisi 5, Harvard University, Edisi Indonesia. Erlangga: Jakarta. 2003 Mochamad Aziz, Roikhan. “Jejak Islam yang Hilang”. Sinlammim. Jakarta. 2007 Mochamad Aziz, Roikhan. “Sinlammim Kode Tuhan”. Esa Alam: Jakarta. 2008 Nachorawi, D. Nachorawi. Ekonometrika: Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Lembaga Penerbit FE UI: Jakarta. 2006 Nopirin. “Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro”, edisi pertama. BPFE: Yogyakarta. 2001 Rodoni, Ahmad. “Investasi Syariah”. Lembaga Penelitian UIN Jakarta: Ciputat. 2009. Rodoni, Ahmad. “Analisis Tehnikal dan Analisis Fundamental Pada Pasar Modal”. Center for Social Economics Studies (CSES) Press: Jakarta. 2005 Sholahuddin, Muhammad, Lukman Hakim. “Lembaga Ekonomi dan Keuangan Syariah Kontemporer”. Muhammadiyah University Press: Surakarta. 2008
Sukirno, Sadono. Teori Pengantar Ekonomi Makro. PT. Grafindo Persada: Jakarta. 2004 Tandelilin, Eduardus. “Portfolio dan Investasi”. Fakultas Ekonomika dan Bisnis: Yogyakarta. 2001 Todaro, Michalle P, Stephen C. Smith. Pembangunan Ekonomi, Edisi 9. Erlangga: Jakarta. 2006 Widarjono, Agus. “Ekonometrika : Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan Bisnis”. Ekonisia FE UII: Yogyakarta. 2007 Zubaidah, Siti. Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Perubahan Nilai Kurs Terhadap Beta Saham Syariah Pada Perusahaan yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index. 2005
Lampiran 1 Tabel Data Variabel Penelitian Obs 2003.1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2003.12 2004.1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2004.12 2005.1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kurs 8876 8905 8908 8675 8279 8285 8505 8535 8389 8495 8537 8465 8441 8447 8587 8661 9210 9415 9168 9328 9170 9090 9018 9290 9165 9260 9480 9570 9495 9713 9819 10240 10310 10090 10035
M2 873683 881215 877776 882808 893029 894213 901711 905498 911224 926325 944647 955692 947277 935745 935247 930831 952961 975166 975091 980223 986806 995935 1000338 1033527 1015874 1012144 1020693 1044253 1046192 1073746 1088376 1115874 1150451 1165741 1168267
INF 8.68 7.60 7.17 7.62 7.15 6.98 6.27 6.51 6.33 6.48 5.53 5.16 4.82 4.6 5.11 5.92 6.47 6.83 7.2 6.67 6.27 6.22 6.18 6.4 7.32 7.15 8.81 8.12 7.4 7.42 7.84 8.33 9.06 17.89 18.38
PDB 380341 384151 387962 390056 392150 394245 397733 401222 404711 400688 396665 392642 395958 399274 402591 405666 408741 411816 416009 420202 424393 422271 420149 418026 421018 424010 427003 430039 433075 436110 440237 444364 448493 445346 442199
JII 62347 64143 63703 72957 81065 81375 80417 83148 92860 102573 102845 118952 126355 128253 124748 130482 121325 123329 126869 125371 133894 141252 162948 164029 174187 171834 169334 161002 178201 187884 198242 178261 183731 181422 188836
2005.12 2006.1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2006.12 2007.1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2007.12 2008.1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 2008.12 2009.1 2 3 4
9830 9395 9230 9075 8775 9220 9300 9070 9100 9235 9110 9165 9020 9090 9160 9118 9083 8828 9054 9186 9410 9137 9103 9376 9419 9291 9051 9217 9234 9318 9225 9118 9153 9378 10995 12151 10950 11355 11980 11575 10713
1203215 1190834 1193864 1195067 1198013 1237504 1253757 1248236 1270378 1291396 1325658 1338555 1382073 1363907 1366820 1375947 1383577 1393097 1451974 1472952 1487541 1512756 1530145 1556200 1643203 1588962 1596090 1586795 1608874 1636383 1699480 1679020 1675431 1768250 1802932 1841163 1883851 1874145 1900208 1916752 1912623
17.11 17.03 17.92 15.74 15.4 15.6 15.53 15.15 14.9 14.55 6.29 5.27 6.6 6.26 6.3 6.52 6.29 6.01 5.77 6.06 6.51 6.95 6.88 6.71 6.59 7.36 7.4 8.17 8.96 10.38 11.03 11.9 11.85 12.14 11.77 11.68 11.06 9.17 8.6 7.92 7.31
439051 442201 445351 448501 451592 454683 457775 463533 469291 475049 472025 469001 465977 469162 472347 475533 466344 457195 448025 467406 486787 506168 501901 497634 493365 497309 501253 505198 509855 514512 519170 525646 532122 538599 532182 525765 519349 522255 525161 528066 532165
199749 215357 218261 233821 260193 237238 233272 239301 251352 263497 268992 295497 311281 296958 294062 315245 344963 245580 356853 388630 368153 399747 463055 483964 493014 476969 508945 448424 428093 441664 430291 387806 356095 286391 193683 195691 216189 213634 214121 236786 279869
5 6 7 8 9 10 11 2009.12
10340 10225 9920 10060 9681 9545 9480 9400
1927070 1977533 1963180 1995294 2018031 2021517 2062206 2141384
6.04 3.65 2.71 2.75 2.83 2.57 2.41 2.78
536264 540364 547244 554124 561003 556516 552029 547543
307138 321457 385216 380655 401528 383665 397893 417182
Lampiran 2 Uji Stasioneritas LNJII tingkat Level Null Hypothesis: LNJII has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 4 (Fixed using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-1.888230 -3.511262 -2.896779 -2.585626
0.3363
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.009398 0.012004
Lampiran 3 Uji Stasioneritas LNJII 1’st difference Null Hypothesis: D(LNJII) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 4 (Fixed using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-8.546684 -3.512290 -2.897223 -2.585861
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.009910 0.011904
Lampiran 4 Uji Stasioneritas LNKURS tingkat Level Null Hypothesis: LNKURS has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 4 (Fixed using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-2.225343 -3.511262 -2.896779 -2.585626
0.1991
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.001043 0.001307
Lampiran 5 Uji Stasioneritas LNKURS 1’st Difference Null Hypothesis: D(LNKURS) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 4 (Fixed using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-7.528366 -3.512290 -2.897223 -2.585861
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.001080 0.000949
Lampiran 6 Uji Stasioneritas LNM2 tingkat Level Null Hypothesis: LNM2 has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 4 (Fixed using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
1.617294 -3.511262 -2.896779 -2.585626
0.9995
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.000224 0.000146
Lampiran 7 Uji Stasioneritas LNM2 1’st Difference Null Hypothesis: D(LNM2) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 4 (Fixed using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-9.725288 -3.512290 -2.897223 -2.585861
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.000229 0.000191
Lampiran 8 Uji Stasioneritas LNINF tingkat Level Null Hypothesis: LNINF has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 4 (Fixed using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-1.415470 -3.511262 -2.896779 -2.585626
0.5710
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.024409 0.039151
Lampiran 9 Uji Stasioneritas LNINF 1’st Difference Null Hypothesis: D(LNINF) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 4 (Fixed using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-6.774664 -3.512290 -2.897223 -2.585861
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.022965 0.023019
Lampiran 10 Uji Stasioneritas LNPDB tingkat Level Null Hypothesis: LNPDB has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 4 (Fixed using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-3.258919 -3.511262 -2.896779 -2.585626
0.0201
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.118668 0.079949
Lampiran 11 Uji Stasineritas LNPDB 1’st Difference Null Hypothesis: D(LNPDB) has a unit root Exogenous: Constant Bandwidth: 4 (Fixed using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-17.11301 -3.512290 -2.897223 -2.585861
0.0001
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.110987 0.061218
Lampiran 12 Uji Kointegrasi Null Hypothesis: RESID01 has a unit root Exogenous: None Bandwidth: 4 (Fixed using Bartlett kernel)
Phillips-Perron test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level
Adj. t-Stat
Prob.*
-4.331104 -2.593121 -1.944762 -1.614204
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values. Residual variance (no correction) HAC corrected variance (Bartlett kernel)
0.024671 0.024113
Lampiran 13 Uji Lagrange Multiple Test Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic
2.712758
Prob. F(2,71)
0.0732
Obs*R-squared
5.892245
Prob. Chi-Square(2)
0.0525
Lampiran 15 Uji White Heteroskedasticity Heteroskedasticity Test: White F-statistic
1.852626
Prob. F(49,33)
0.0320
Obs*R-squared
60.87179
Prob. Chi-Square(49)
0.1189
Scaled explained SS
242.2688
Prob. Chi-Square(49)
0.0000
Lampiran 16 Uji Ramsey RESET Test Ramsey RESET Test: F-statistic
2.593573
Probability
0.111674
Log likelihood ratio
2.937229
Probability
0.086559
Lampiran 17 Hasil Regresi Error Correction Model Dependent Variable: D(LNJII) Method: Least Squares Date: 11/05/10 Time: 11:36 Sample (adjusted): 2003M02 2009M12 Included observations: 83 after adjustments Variable
Coefficient
C D(LNKURS) D(LNM2) D(LNINF) D(LNPDB) LNKURS(-1) LNM2(-1) LNINF(-1) LNPDB(-1) ECT
-2.440266 -0.687146 0.580448 0.040312 0.130313 0.930888 -0.225998 0.116944 0.086278 0.163735
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.390954 0.315866 0.082470 0.496495 94.66757 5.206612 0.000019
Std. Error
t-Statistic
1.306429 -1.867890 0.360579 -1.905673 0.630315 0.920885 0.070642 0.570649 0.048237 2.701496 0.266762 3.489582 0.063844 -3.539849 0.054366 2.151036 0.036414 2.369367 0.050748 3.226443 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
Prob. 0.0658 0.0606 0.3601 0.5700 0.0086 0.0008 0.0007 0.0348 0.0205 0.0019 0.022901 0.099707 -2.040182 -1.748756 -1.923104 2.411765