PENGARUH PERUBAHAN VARIABEL EKONOMI MAKRO TERHADAP PERUBAHAN KESEHATAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Oleh : Vivi Alviah NIM. 104081002524
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M
PENGARUH PERUBAHAN VARIABEL EKONOMI MAKRO TERHADAP PERUBAHAN KESEHATAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh : Vivi Alviah NIM. 104081002524 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni NIP. 150 317 955
Titi Dewi Warninda, SE.,MSi NIP. 150 368 746
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M ii
PENGARUH PERUBAHAN VARIABEL EKONOMI MAKRO TERHADAP PERUBAHAN KESEHATAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Vivi Alviah NIM. 104081002524 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni NIP. 150 317 955
Titi Dewi Warninda, SE.,MSi NIP. 150 368 746 Penguji Ahli
Indoyama Nasarudin, SE., MAB NIP. 131 474 891
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2009 M iii
Hari ini Rabu Tanggal Tiga September Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Vivi Alviah NIM. 104081002524 dengan Judul Skripsi ”PENGARUH PERUBAHAN VARIABEL EKONOMI TERHADAP
PERUBAHAN
KESEHATAN
MAKRO
PERUSAHAAN
MANUFAKTUR”. Memperhatikan kemampuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 03 September 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Ketua
Herni Ali HT, SE. MM Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli
iv
Moto “Jangan hanya diam dan pasrah menunggu sang waktu menentukan hitam putihnya kehidupan kita. Terus bergerak ! Gunakan segenap kemampuan, akal budi untuk memecahkan setiap masalah” “Sesuatu yang besar terlahir dari sesuatu yang kecil” “Segala sesuatu mungkin saja terjadi jika kita benar-benar menginginkannya” ”Pola fikir dan keyakinan adalah kekuatan dibelakang sistem sukses yang ada didalam diri kita. Apapun yang kita bayangkan dan kita yakini terus menerus dalam benak kita, pada akhirnya akan terwujud dalam kenyataan” “Buah yang kau makan hari ini adalah hasil yang kau tanam kemarin” ”Kesempatan datang pada setiap orang tidak hanya sekali seumur hidup. Maka jangan remehkan sekecil apapun kesempatan yang datang. Karena kesuksesan besar sering kali diawali dengan kesempatan kecil yang mampu kita manfaatkan menjadi peluang besar” ”Waktu adalah kehidupan, modal utama dan kekayaan paling berharga yang dimiliki setiap orang”
v
PERSEMBAHAN Tak ada kata yang terucap, tak ada kalam yang terukir Yang ada hanya sembah sujud rasa syukur yang tak terhingga Atas segala nikmat dan anugerah Yang Engkau curahkan Hingga detik ini Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu ’Alaihi Wassalam juga Para sahabat dan keluarganya Dengan rasa hormat dan penuh cinta Ku persembahkan sebuah karya kecil ini untuk Papah dan Mamah tercinta Terima kasih atas segala doa yang selalu terucap disetiap sujudmu Dengan naungan kasih yang takkan pernah terbalas Ananda hanya mohon keikhlasanmu Kakak, adik serta keluarga Yang selama ini memberikan motivasi dan kasih sayang Hingga aku mampu menjalani ini semua Guru-guru dan para sahabatku yang senantiasa memberikan banyak Pelajaran dalam setiap langkahku Semoga Allah yang membalas semuanya itu dengan pahala yang tak terhingga
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: Vivi Alviah
Tempat dan Tanggal Lahir
: Bogor, 20 Oktober 1986
Agama
: Islam
Kewarganegaraan
: Indonesia
Alamat
: Jl.Raya Cogreg No. 07 Rt 02 Rw 02 Desa Cogreg Kecamatan
Parung
Kabupaten
Bogor
Kode Pos 16330
E-mail
:
[email protected]
PENDIDIKAN FORMAL : 1.
SDN Cogreg II
Parung
1992-1998
2.
MTs. Nurul Falaah
Gunungsindur
1998-2001
3.
SMK Muhammadiyah (Akuntansi)
Parung
2001-2004
4.
Universitas Islam Negeri
Jakarta
2004-2009
Syarif Hidayatullah (Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial – Manajemen Keuangan dan Pasar Modal)
PENGALAMAN KERJA : 1.
TKA dan TPA Nurul Ikhwan
Guru
2004-2007
2.
MTs. Nurul Falaah
Guru
2006-sekarang
3.
SMA Nurul Falaah
Guru
2007-sekarang
4.
PT.PLN Persero
Magang
2008
5.
PRIMAGAMA
Guru
2009
vii
ABSTRACT This research examines the influence of macro economic variables changing toward corporate performance changing. The value of corporate condition counted based on the growth of return on assets and return on equity. This research uses the model of multiple regression with pooled data. Dependent variable is the corporate performance changing and independent variables are macro economy variables changing (inflation, rupiah to US dollar exchange rate and gross domestic product). The result of this research shows that macro economic variables individually and simultaneously have a significant effect to the changing of manufacture corporate performance (the growth of return on asset and return on equity) at alpha 5 %. The most influence variable towards the changing of corporate performance is a changing gross domestic product. The adjusted R squared growth of return on assets is 20,3 percent. It’s indicate that the growth of return on assets can be explained by macro economic changing at 20,3 percent, and 79,7 percent is explained by another variables. The adjusted R squared growth of return on equity at 23,9 percent. It’s indicate that the growth of return on equity can be explained by macro economic changing at 23,9 percent, and 76,1 percent is explained by another variables. Keyword : corporate performance changing (growth of return on assets and return on equity and macro economic variables changing (inflation, rupiah to US dollar exchange rate and gross domestic product).
viii
ABSTRAK Penelitian ini menguji pengaruh perubahan variable ekonomi makro terhadap perubahan kesehatan perusahaan. Penilaian kesehatan perusahaan didasarkan pada pertumbuhan Return on Assets (ROA) dan pertumbuhan Return on Equity (ROE). Penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda dengan data panel. Variable dependen adalah perubahan kesehatan perusahaan (pertumbuhan ROA dan ROE dan variabel independen adalah perubahan variable ekonomi makro (inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan Produk Domestik Bruto). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan variabel makro ekonomi baik secara parsial maupun secara simultan, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan kesehatan perusahaan manufaktur (perubahan ROA dan ROE) pada tingkat alpha 5%. Adapun variabel yang paling berpengaruh terhadap perubahan kesehatan perusahaan adalah perubahan produk domestik 2
bruto. Nilai adjusted R pada perubahan ROA perusahaan manufaktur sebesar 20,3 %. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan variabel ekonomi makro hanya dapat menjelaskan sebesar 20,3% pada perubahan ROA perusahaan manufaktur, 2
sedangkan 79,7% dijelaskan oleh variabel-variabel lain. Nilai adjusted R pada perubahan ROE perusahaan manufaktur sebesar 23,9 %. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan variabel ekonomi makro hanya dapat menjelaskan sebesar 23,9% pada perubahan ROE perusahaan manufaktur, sedangkan 76,1% dijelaskan oleh variabel-variabel lain. Kata kunci: Perubahan kesehatan perusahaan (perubahan ROA dan ROE) dan perubahan variabel ekonomi makro (inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan Produk Domestik Bruto).
ix
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan karunia, rahmat, dan hidayah-Nya serta kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “PENGARUH PERUBAHAN VARIABEL EKONOMI MAKRO TERHADAP PERUBAHAN KESEHATAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR”. Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan insya Allah kepada kita umatnya semoga kita mendapat syafaat beliau di hari kiamat nanti. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Jurusan Manajemen Peminatan Keuangan dan Pasar Modal Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini, antara lain: 1. Kedua orang tuaku yang tak pernah henti mendoakanku dalam setiap nafasnya serta selalu memberikan motivasi dalam setiap langkahku, sehingga aku bisa menjadi pribadi yang lebih baik. 2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial dan selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis serta selalu memotivasi dan membimbing dengan sabar. 3. Ibu Titi Dewi Warninda, SE.,MSi, selaku pembimbing II yang dengan penuh kesabaran dan ketulusan memberikan bimbingan, saran-saran dan dorongan agar penulis dapat segera menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan sekaligus sebagai penguji ahli Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. 5. Seluruh dosen yang telah mendidik dan mengajarkan penulis serta memberikan ilmu yang bermanfaat selama masa perkuliahan. Karyawan dan segenap civitas akademika Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan pelayanan yang terbaik kepada mahasiswa. x
6. Kakak-kakakku Een, Dede dan Iik, serta adikku Lili. Tak lupa keponakanku Putri, Lia, Dimas, Rizky dan Ghazan. Terima kasih ku ucapkan, atas segala bantuan dan motivasi kalianlah aku bisa seperti ini. Buat Dimas makasih ya komputernya anteh pinjem dulu... Semoga Allah yang membalas segala amal kebaikan kalian. 7. Keluarga Besar MTs dan SMA Nurul Falaah yang telah memberikan motivasi dan pelajaran yang amat berharga kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Buat pa Dori makasih ya selalu menulis nama saya dengan gelar SE sebagai doa, akhirnya sekarang kesampean... 8. Sahabatku Riyadhul Badi’ah yang selalu menemaniku dalam suka maupun duka. Tempat curhat yang tak pernah bosan memberikan semangat. Semoga persahabatan kita tidak akan pernah berakhir hingga maut yang menjemput. 9. Sahabat seperjuanganku Manajemen C khususnya : Abdul, Ahmad, Apri, Dennis, Diyah (guruku yang baik), Ekowati (makasih mba kosannya), Fahmi, Imam, Irsad, Isna (jangan menyerah ya bu...), Kania (jangan lupain aku ya...), Riyan, Miftah (pa guru yang baik), Arif (diem-diem udah tancap gas aja), Opank, Nisa (ayo nis berjuang), Cahyo, Iik (sahabat yang baik n ngangenin),
Oka
(katanya
mo
wisuda
bareng..),
Pani
(kumaha
daramang,,,), Rahman (temen paling jayus), Ramdan, Redy, Roby, Tya (temen belajar bareng, inget ga.. waktu belajar sambutan ampe kebawa mimpi???? Hiks...), Sodikin (diem-diem udah ngeduluin aja nich), Sugih, Sulis, Umi dan Leni. Juga temen-temen keuangan B, Titi, Santi, Tuti, Elih, Lia, Lista, de el el yang ga bisa disebutin satu persatu, namun nama kalian akan selalu terkenang dihatiku. Terima kasih sahabat, karena kalianlah aku bisa mengenal dunia lebih indah. 10. Bapak Bisri, SE, yang telah memberikan masukan dan pencerahan yang sangat berarti kepada penulis, sehingga dapat melanjutkan penelitian ini. 11. Semua pihak yang telah terlibat dan tidak terukir namanya dalam penyusunan skripsi ini, semoga tidak mengurangi rasa hormat penulis kepada kalian semua.
xi
Dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada pada diri ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini dengan sebaikbaiknya. Atas segala kerendahan hati penulis menerima saran dan kritik yang dapat menjadikan skripsi ini lebih baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Semoga Allah SWT melimpahkan berkah dan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin. Jakarta,
Maret 2009
Vivi Alviah
xii
DAFTAR ISI Halaman Pengesahan .................................................................................
ii
Halaman Motto ..........................................................................................
v
Halaman Persembahan ...............................................................................
vi
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................
vii
Abstract ......................................................................................................
viii
Abstrak .......................................................................................................
ix
Kata Pengantar ...........................................................................................
x
Daftar Isi ....................................................................................................
xiii
Daftar Tabel ...............................................................................................
xv
Daftar Gambar............................................................................................
xvi
Daftar Lampiran ......................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...........................................................
1
B. Perumusan Masalah .................................................................
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan ...................................................................
13
B. Kesehatan dan Kinerja Keuangan ............................................
15
C. Rasio Keuangan .......................................................................
19
D. Ekonomi Makro .......................................................................
24
1. Inflasi .................................................................................
24
2. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika ..................
28
3. Produk Domestik Bruto .....................................................
32
E. Penelitian Terdahulu ................................................................
34
F. Kerangka Pemikiran.................................................................
37
G. Pengujian Hipotesis..................................................................
40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian........................................................
41
B. Metode Penentuan Sampel.......................................................
41
xiii
C. Metode Pengumpulan Data ......................................................
42
D. Metode Analisis .......................................................................
43
1. Uji Asumsi Klasik ..............................................................
43
2. Pengujian Hipotesis............................................................
45
3. Regresi ...............................................................................
47
E. Operasional Variabel Penelitian...............................................
48
1. Dependen Variabel.............................................................
48
2. Independen Variabel ..........................................................
49
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian .........................................
51
1. Bursa Efek Indonesia .........................................................
51
2. Bank Indonesia...................................................................
56
B. Penemuan dan Pembahasan .....................................................
59
1. Hasil Analisis deskriptif.....................................................
59
2. Pengujian Asumsi Klasik ...................................................
61
3. Uji Hipotesis ......................................................................
72
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ..............................................................................
83
B. Implikasi Penelitian..................................................................
85
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
87
LAMPIRAN...............................................................................................
91
xiv
DAFTAR TABEL Nomor
Keterangan
Halaman
4.1
Hasil Analisis Deskriptif ....................................................
59
4.2
Hasil Uji Multikolinearitas Perubahan ROA .....................
64
4.3
Hasil Uji Autokorelasi Perubahan ROA ............................
65
4.4
Hasil Uji Heteroskedastisitas Perubahan ROA ..................
66
4.5
Hasil Uji Multikolinearitas Perubahan ROE......................
69
4.6
Hasil Uji Autokorelasi Perubahan ROE.............................
70
4.7
Hasil Uji Heteroskedastisitas Perubahan ROE ..................
71
4.8
Hasil Pengujian Regresi Simultan Perubahan ROA ..........
72
4.9
Hasil Pengujian Regresi Simultan Perubahan ROE...........
73
4.10
Hasil Pengujian Regresi Parsial Perubahan ROA..............
75
4.11
Hasil Pengujian Regresi Parsial Perubahan ROE ..............
76
xv
DAFTAR GAMBAR Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran ..........................................................
4.1
Hasil Uji Normalitas Perubahan ROA Pada Saat Masih Ada Outlier .............................................
4.2
63
Hasil Uji Normalitas Perubahan ROE Pada Saat Masih Ada Outlier .............................................
4.4
62
Hasil Uji Normalitas Perubahan ROA Setelah Tidak Ada Outlier..................................................
4.3
39
67
Hasil Uji Normalitas Perubahan ROE Setelah Tidak Ada Outlier..................................................
xvi
68
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Keterangan
Halaman
1
Data Kesehatan Perusahaan Manufaktur ...........................
91
2
Data Variabel Ekonomi Makro .........................................
98
3
Hasil Pengujian Data.......................................................... 102
xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang disebabkan kurs dollar Amerika terhadap rupiah mengalami kenaikan. Kurs dollar Amerika sebelum krisis sekitar Rp.2000,00 tetapi setelah krisis ekonomi menjadi sekitar Rp.9000,00. Hal ini mengakibatkan kesulitan keuangan, terutama bagi perusahaan yang memiliki hutang dalam bentuk dollar Amerika. Kondisi perekonomian nasional harus beradaptasi dengan perekonomian global menuntut setiap pelaku ekonomi untuk berfikir secara kritis dalam menyikapi hal tersebut, karena perekonomian nasional bergantung pada situasi negara. Perkembangan
nilai
tukar
rupiah
selama
ini
menunjukkan
kecenderungan terdepresiasi secara persisten. Walaupun rupiah sempat menguat namun melemah kembali akibat keadaan yang tidak kondusif. Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya faktor market confidence yang berangkat dari peningkatan country risk dan perubahan motif transaksi USD/IDR menjadi speculative motive. Didik J. Rachbini (2001: 72) dalam Tendi Haruman et. al (2005 : 86) berpendapat bahwa ketidakstabilan sistem moneter suatu negara semakin besar dari waktu kewaktu. Institusi yang bergerak dipasar valuta, saham dan pasar uang lainnya semakin kuat pengaruhnya secara relatif terhadap suatu sistem ekonomi.
1
Beberapa faktor internal yang turut memberikan tekanan atas melemahnya rupiah terhadap dollar AS antara lain adalah masih tingginya kekhawatiran terhadap stabilitas dibidang politik dan keamanan dalam jangka pendek dan jangka panjang, pesimisnya pelaku bisnis dan investor luar negeri terhadap pulihnya perekonomian nasional akibat kondisi pemerintahan, ancaman terorisme, bencana alam, serta tingginya sensitivitas fluktuasi rupiah terhadap berbagai isu negatif lainnya. Pemerintah mengambil langkah dengan cara menaikkan tingkat suku bunga SBI. Hal ini dilakukan untuk memerangi spekulasi valas, dengan harapan dapat menahan merosotnya nilai tukar rupiah dan menarik investor dalam rangka mendorong terjadinya perubahan komposisi assets kedalam rupiah sehingga rupiah akan meningkat / terapresiasi. Seorang investor harus mampu mengantisipasi resiko yang terjadi dengan mendiversifikasikan investasinya untuk memperkecil resiko. Gruber (2003:299) dalam
Tendi Haruman et. al (2005 : 86), mengemukakan
mengenai jenis-jenis resiko sebagai berikut :”……that the risk of any stock could be divided into systematic risk (market risk) and unsystematic risk (non market risk)”. Kenaikan tingkat suku bunga tidak otomatis akan diikuti oleh pembelian asset besar-besaran oleh investor, karena dianggap membawa konsekuensi meningkatnya biaya pemulihan ekonomi serta meningkatnya biaya rekapitalisasi dan biaya yang harus ditanggung oleh bank sentral dalam membiayai perbaikan ekonomi nasional. Kenaikan suku bunga yang tajam
2
justru merupakan signal bahwa perekonomian melambat, dan expected return menjadi rendah. Hasilnya kenaikan suku bunga yang tajam itu justru menyebabkan berpindahnya portofolio investasi asing ke valas sehingga menekan nilai tukar rupiah lebih tajam lagi. Dalam kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan, harga barang juga dapat menyebabkan inflasi yang tinggi juga menyertai kenaikan nilai tukar dan suku bunga. Perusahaan yang go public di Indonesia hampir seluruhnya mempunyai utang luar negeri (Machfoedz, 1999). Disaat perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan tidak sehat, masih ada perusahaan yang berkinerja keuangan cukup bagus sehingga memungkinkan perusahaan tersebut go public. Walau demikian, krisis ekonomi menyebabkan kinerja perusahaan menurun. (Afni dan Ihalauw, 2002). Sebagian perusahaan manufaktur di Indonesia selama krisis ekonomi mengalami kesulitan keuangan yang disebabkan oleh depresiasi rupiah terhadap dollar Amerika. Hal ini menjadikan perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya kepada kreditur, karena profitabilitas perusahaan menurun. Kondisi perusahaan yang rentan terhadap perubahan variabel ekonomi makro bisa diidentifikasi sejak dini dengan mendeteksi kinerja keuangan perusahaan (Machfoedz, 1999). Dampak krisis ekonomi pada variabelvariabel ekonomi makro dapat dilihat antara lain dari inflasi menjadi tinggi, terjadinya depresiasi kurs rupiah terhadap dollar Amerika yang besar, turunnya IHSG di BEI, turunnya penjualan yang diakibatkan oleh
3
melemahnya daya beli masyarakat sehingga permintaan domestik menurun, banyak perusahaan ditutup atau hanya beroperasi pada setengah kapasitas terpasangnya karena tingginya bahan baku yang dipacu oleh apresiasi kurs rupiah terhadap dollar Amerika (Santoso, 1998). Berlanjut lagi dengan adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dunia Oktober 2005 lalu membawa dampak yang cukup besar bagi perekonomian Indonesia terutama pada perusahaan perdagangan eceran. Karena kenaikan BBM dunia ini mengakibatkan tingkat suku bunga ikut meningkat dan inflasi yang tinggi sehingga menyebabkan harga barang-barang eceran juga mengalami peningkatan. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan untuk mengetahui apakah kinerja keuangan perusahaan sudah menghasilkan laba yang besar bagi pemegang saham. Analisis rasio keuangan merupakan suatu alternatif untuk menguji apakah informasi keuangan yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan bermanfaat untuk melakukan klasifikasi atau prediksi terhadap harga saham dipasar modal. Tingkat kesehatan perusahaan penting artinya bagi perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dalam menjalankan usahanya, sehingga kemampuan untuk memperoleh keuntungan dapat ditingkatkan yang pada akhirnya dapat menghindari adanya kemungkinan kebangkrutan (likuidasi) pada perusahaan. Resiko likuidasi terhadap perusahaan dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan, dengan cara melakukan analisis terhadap laporan keuangan
4
yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Analisis laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan yang telah dilaksanakan. Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut, untuk kemudian menunjukkan resiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan. Makna dan kegunaan rasio keuangan dalam praktek bisnis pada kenyataannya bersifat subjektif tergantung kepada untuk apa suatu analisis dilakukan dan dalam konteks apa analisis tersebut diaplikasikan (Helfert, 1991). Kinerja dari suatu perusahaan yang go public merupakan gambaran atau indikator yang dapat menunjukkan bisa atau tidaknya perusahaan meningkatkan kekayaan pemegang saham (share holder). Pengukuran kinerja perusahaan harus dilakukan oleh pihak manajemen secara kontinyu agar dapat menentukan berhasil tidaknya perusahaan mewujudkan tujuan yaitu memaksimalkan kesejahteraan atau kekayaan pemegang saham. Salah satu alasan yang paling logis mengapa investor atau share holder tetap mempertahankan investasinya adalah ”kepuasan” yang bisa dirasakan dinikmati investor dari hasil kinerja perusahaan investasinya.
5
Media yang dapat digunakan untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca, perhitungan rugi-laba, ikhtisar laba yang ditahan, dan laporan posisi keuangan. Laporan keuangan menurut Munawir (1995:5) adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan, dua daftar tersebut adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau rugi-laba. Pada akhir-akhir ini perseroan telah menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tak dibagikan (laba ditahan). Kinerja perusahaan berkaitan erat dengan tingkat kesehatan perusahaan karena dilihat dari laporan keuangan perusahaan bersangkutan. Bila kinerja perusahaan tersebut baik, maka kesehatan perusahaan juga baik begitu pula sebaliknya. Beberapa penelitian tentang kinerja perusahaan dan variabel ekonomi makro sudah dilakukan antara lain oleh Robertson (1985). Robertson (1985) mengemukakan rasio likuiditas, leverage, profitabilitas dan aktivitas untuk menilai kesehatan perusahaan dimasa yang akan datang. Penelitian kesehatan perusahaan ini dilakukan dengan menyesuaikan informasi laporan keuangan dengan adjustment nilai uang dan harga inflasi. Ada pula penelitian yang dilakukan oleh Umi Murtini dan Nathalia Dewi yang menganalisis kesehatan perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan pada dasarnya dengan membandingkan rasio perusahaan dengan rasio industri, maka akan dapat diketahui apakah perusahaan yang
6
bersangkutan itu dalam aspek keuangan tertentu berada diatas rata-rata industri, berada pada rata-rata industri atau terletak dibawah rata-rata industri. Apabila suatu perusahaan diketahui berada dibawah rata-rata industri haruslah dianalisis faktor-faktor yang menyebabkannya. Kemudian diambil kebijakan keuangan untuk meningkatkan rasionya menjadi berada dalam ratarata industri atau diatas rata-rata industri. Banyak perusahaan-perusahaan yang sehat mempunyai current rasio kurang dari 200 % (Hilmawan, 2004). Analisis laporan keuangan meliputi perhitungan
dan interpretasi
laporan keuangan. Untuk menilai kinerja perusahaan biasanya dilihat dari lima aspek yaitu likuiditas, leverage, aktivitas, profitabilitas dan penilaian (Copeland, 1997) dalam (Sutrisno, 2004). Hal ini menunjukkan bahwa rasio keuangan bermanfaat dalam menilai kondisi kesehatan perusahaan. Penelitian tentang prediksi tingkat kesehatan perusahaan juga telah dilakukan oleh Peni Sawitri, adapun objek yang diteliti adalah perusahaan asuransi jiwa dan analisa dilakukan dengan metode multiple diskriminan anlaysis (MDA). Adapula penelitian mengenai analisis pengaruh krisis moneter dan ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang dilakukan oleh Widanarni Pujiastuti, metode yang digunakan adalah dengan Principal Component Analysis. Penelitian lainnya telah dilakukan oleh Nehseh Bangun, yaitu analisis tingkat kesehatan perusahaan dalam menentukan presentase pengurangan hutang pajak bumi dan bangunan (PBB) atas wajib pajak badan. Adapun metode yang digunakan dalam meneliti tingkat kesehatan perusahaan adalah berdasarkan Keputusan Menteri
7
Keuangan RI No. 198/KMK 016/ 1998 tentang penilaian tingkat kesehatan BUMN. Beberapa penelitian juga telah dilakukan untuk menguji manfaat rasio keuangan dalam menganalisa tingkat kesehatan perusahaan, seperti Zaenudin dan Hartono (1999), Rofiqoh (2001) dan Sutrisno (2004), namun masih jarang yang meneliti tentang kesehatan perusahaan dipengaruhi faktor eksternal seperti variabel ekonomi makro. Pengukuran kesehatan perusahaan dapat dilihat dari kinerja perusahaan itu sendiri, karena kinerja dapat diartikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau tujuan perusahaan, tingkat pencapaian misi perusahaan, tingkat pencapaian pelaksanaan tugas secara aktual dan pencapaian misi perusahaan. Kinerja juga dapat diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode tertentu yang akhirnya mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh Waspodo dan Toto Aryanto (2005) yang meneliti pengaruh variabel ekonomi makro dan faktor ekonomi mikro terhadap kesehatan perusahaan dilihat dari perubahan ROE (return on equity) perusahaan karena dinilai perusahaan yang sehat dapat diukur dari tingkat profitabilitas yang dimiliki. Begitupula penelitian yang telah dilakukan oleh Toto Sugiharto dan Maharani Ika Lestari, meneliti pengaruh variabel ekonomi makro terhadap ROA (Return on Asset), ROE (Return on Equity) dan LDR (Loan to Deposit Ratio) untuk menilai kinerja bank devisa dan non devisa.
8
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti pengaruh variabel-variabel ekonomi makro yang diwakili oleh perubahan inflasi, perubahan nilai tukar dollar terhadap rupiah dan perubahan PDB (produk Domestik Bruto) terhadap kesehatan perusahaan yang dinilai dari rasio profitabilitas yaitu diwakili oleh perubahan ROA (Return on Asset) dan ROE (Return on Equity) perusahaan khususnya pada sektor industri manufaktur. Oleh karena itu penelitian ini diberi judul “PENGARUH PERUBAHAN
VARIABEL
EKONOMI
MAKRO
TERHADAP
PERUBAHAN KESEHATAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR”
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, penulis dapat merumuskan masalah yaitu sebagai berikut : 1. Apakah terdapat pengaruh perubahan variabel ekonomi makro (inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan PDB) secara simultan terhadap perubahan ROA (Return on Asset) perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Apakah terdapat pengaruh perubahan variabel ekonomi makro (inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan PDB) secara
parsial
terhadap perubahan ROA (Return on Asset) perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI). 3. Apakah terdapat pengaruh perubahan variabel ekonomi makro (inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan PDB) secara simultan
9
terhadap perubahan ROE (Return on Equity) perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI). 4. Apakah terdapat pengaruh perubahan variabel ekonomi makro (inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan PDB) secara parsial terhadap perubahan ROE (Return on Equity) perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI). 5. Variabel manakah yang paling berpengaruh terhadap perubahan ROA perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)? 6. Variabel manakah yang paling berpengaruh terhadap perubahan ROE perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : a. Memberikan bukti empiris apakah perubahan variabel ekonomi makro (inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan PDB) secara simultan berpengaruh secara signifikan tehadap perubahan ROA perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI). b. Memberikan bukti empiris apakah perubahan variabel ekonomi makro (inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan PDB) secara parsial berpengaruh secara signifikan tehadap perubahan ROA perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI).
10
c. Memberikan bukti empiris apakah perubahan variabel ekonomi makro (inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan PDB) secara simultan berpengaruh secara signifikan tehadap perubahan ROE perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI). d. Memberikan bukti empiris apakah perubahan variabel ekonomi makro (inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan PDB) secara parsial berpengaruh secara signifikan tehadap perubahan ROE perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI). e. Memberikan bukti empiris variabel manakah yang paling berpengaruh terhadap perubahan ROA perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI). f. Memberikan bukti empiris variabel manakah yang paling berpengaruh terhadap perubahan ROE perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : a. Penulis Menambah pengetahuan mengenai perubahan ekonomi secara makro serta dampaknya bagi kesehatan perusahaan khususnya perusahaan manufaktur, yang diukur pula dengan menghitung rasio keuangan sehingga penulis dapat lebih memahami dan mendalami pengetahuan tentang manajemen keuangan perusahaan.
11
b. Investor Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi investor dalam mengambil keputusan ketika akan melakukan investasi, khususnya investasi dalam perusahaan manufaktur, karena kesehatan perusahaan merupakan cerminan dari kinerja perusahaan itu sendiri apalagi jika diketahui pengaruh variabel ekonomi makro terhadap kinerja perusahaan tersebut, sehingga investor tidak salah ketika memilih perusahaan yang akan dipilihnya untuk berinvestasi. c. Akademis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangsih ilmu pengetahuan dalam bidang keuangan dan masukan bagi mahasiswa yang akan melanjutkan penelitian ini.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Laporan Keuangan Kane (1999) dalam Sutrisno (2004) menyatakan bahwa salah satu alat yang dapat digunakan untuk menganalisis kondisi kesehatan perusahaan adalah laporan keuangan. Setiap transaksi yang dapat diukur dengan nilai uang, dicatat dan diolah sedemikian rupa sehingga mengasilkan informasi keuangan yang akurat, sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan. Menurut PSAK tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut : 1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. 2. Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh sabagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu. 3. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Ada empat tujuan laporan keuangan menurut Casteen. et. al (1998), yaitu : 1. Menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan finansial (financial decision making).
13
Tujuan utama laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang berguna bagi investor, investor potensial, kreditor dan pengguna laporan keuangan lainnya dalam membuat keputusan investasi yang rasional, kredit dan keputusan lain yang serupa. 2. Menyediakan informasi arus kas (Cash Flow) Laporan keuangan harus mampu menyediakan informasi dapat membantu investor, investor potensial, kreditor dan pengguna laporan keuangan lainnya, untuk menilai (mengestimasi) jumlah, waktu dan ketidakpastian penerimaan kas dari deviden atau bunga, seperti hasil dari penjualan, penebusan, atau sekuritas dan pinjaman yang jatuh tempo. 3. Menyediakan informasi sumber-sumber ekonomi perusahaan Laporan keuangan harus menyediakan informasi tentang sumbersumber ekonomi perusahaan, seperti arus kas tahun yang akan datang yang meliputi kas masuk dan kas keluar (cash inflow and outflows), serta pengaruh-pengaruh transaksi, kejadian dan keadaan-keadaan ekonomi terhadap sumber-sumber ekonomi tersebut. 4. Menyediakan informasi kinerja manajemen Selain tiga tujuan diatas, laporan keuangan juga bertujuan untuk menyediakan
informasi
yang
dibutuhkan
guna
memonitor
dan
mengevaluasi kinerja manajemen perusahaan dalam mengelola sumbersumber daya yang ada di perusahaan. Dilihat dari tujuan laporan keuangan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi pihak manajemen
14
dan pemilik serta pihak-pihak lain yang berkepentingan seperti pemerintah, pelanggan, pemasok dan lain-lain. Untuk memahami laporan keuangan maka para pemakai laporan keuangan harus memiliki pengetahuan dasar mengenai elemen-elemen laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan posisi keuangan.
B. Kesehatan dan Kinerja Perusahaan Perusahaan
dalam
menentukan
alternatif
kebijakan
perlu
mengumpulkan data yang hasilnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan. Salah satu data yang dapat membantu memberikan
pertimbangan-pertimbangan
dalam
menentukan
alternatif
tindakan perusahaan adalah data kinerja perusahaan. Kinerja dapat diartikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau tujuan perusahaan, tingkat pencapaian misi perusahaan, dan tingkat pencapaian pelaksanaan tugas secara aktual. Kinerja juga dapat diartikan sebagai prestasi yang dicapai suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Penilaian kinerja perusahaan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena berdasarkan hasil penilaian tersebut ukuran keberhasilan perusahaan selama suatu periode tertentu dapat diketahui dan dengan demikian hasil penilaian tersebut dapat digunakan sebagai pedoman bagi usaha perbaikan maupun peningkatan kinerja perusahaan selanjutnya.
15
Dalam menetapkan ukuran kinerja perusahaan yang profit oriented maka tujuannya jelas, yaitu meningkatkan kemakmuran bagi para pemegang saham. Dengan demikian profitabilitas merupakan ukuran penting bagi perusahaan, disamping ukuran-ukuran lain yang berkaitan dengan hal tersebut (G. Sugiyarso dan F. Winarni : 2005, 111). Penilaian kesehatan perusahaan merupakan analisis kinerja keuangan perusahaan yang diatur sesuai ketentuan perusahaan. Penilaian kesehatan perusahaan mencerminkan kinerja dan kondisi perusahaan. Suharsini (1993), mengatakan kinerja merupakan terjemahan dari kata penampilan, berarti sesuatu yang dapat diamati oleh orang lain. Disimpulkan bahwa kinerja adalah kemampuan dalam melaksanakan tugas yang dapat meningkatkan fungsi motivasi secara terus menerus. Kinerja merupakan penilaian suatu operasi dari perusahaan. Hal ini membuat adanya tanggapan dari pihak luar perusahaan terhadap suatu perusahaan. Pengukuran kinerja dilakukan perusahaan untuk melakukan perbaikan dan pengendalian atas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Melalui pengukuran kinerja perusahaan dapat menentukan strategi lebih tepat. Penilaian kinerja perusahaan penting dilakukan baik oleh manajemen, pemegang saham, pemerintah karena menyangkut distribusi kesejahteraan diantara mereka. Kinerja perusahaan dapat dinilai melalui berbagai macam variabel. Ada
banyak
faktor
yang
mempengaruhi
kinerja
perusahaan
diantaranya faktor lingkungan bisnis eksternal seperti kebijakan pemerintah,
16
kekuatan hukum dan politik, teknologi, sumberdaya, pesaing, selera pelanggan dan pengelolaan perusahaan. Lingkungan bisnis eksternal merupakan lingkungan yang berada diluar organisasi, namun dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan bisnis. Lingkungan bisnis (business environment), dapat dibedakan atas lingkungan eksternal dan lingkungan internal (Wheelen & Hunger: 2000, 9). Pearce and Robinson (2000:71) membedakan lingkungan bisnis atas lingkungan jauh, lingkungan industri dan lingkungan operasional. Lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan internal terdiri dari struktur (structure), budaya (culture), sumber daya (resources) (Wheelen &Hunger: 2000; 10) dalam (Umi Murtini dan Nathalia Dewi, 2006). Analisis rasio keuangan merupakan suatu alternatif untuk menguji apakah informasi keuangan yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan bermanfaat untuk melakukan klasifikasi atau prediksi terhadap harga saham dipasar modal. Tingkat kesehatan perusahaan penting artinya bagi perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dalam menjalankan usahanya, sehingga kemampuan untuk memperoleh keuntungan dapat ditingkatkan yang pada akhirnya dapat menghindari adanya kemungkinan kebangkrutan (likuidasi) pada perusahaan. Analisis kesehatan perusahaan dapat dilakukan dengan melihat kinerja perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan. Menurut Munawir (2004:5) yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar
17
itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar laba rugi. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tak dibagikan ( laba yang ditahan ). Sugiyarso(2006:1), mengatakan bahwa laporan keuangan (financial statement) merupakan daftar ringkasan akhir transaksi keuangan organisasi yang menunjukkan kegiatan operasional organisasi dan akibatnya selama tahun buku yang bersangkutan. Lontoh dan Lindrawati (2004:1), laporan keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Pentingnya laporan keuangan juga diungkapkan
Belkoui
bahwa
laporan
keuangan
merupakan
sarana
mempertanggung jawabkan apa yang telah dilakukan manajer atas sumber daya pemilik. Laporan keuangan bertujuan untuk memonitor dan mengevaluasi kinerja manajemen (Chasteen,et.al, 1998) dalam (Sutrisno, 2004). Ukuran kinerja perusahaan dapat dilihat dari perspektif internal dan perspektif eksternal (Keown,et.al, 2001). Perspektif internal mengacu pada ukuran efisiensi yang dapat dievaluasi berdasarkan standar internal, sedangkan perspektif eksternal mengacu pada ukuran efektivitas yang didasarkan satandar eksternal yang dijadikan sebagai benchmark. Selain itu, untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analisis laporan keuangan memerlukan beberapa tolok ukur. Tolok ukur yang
18
sering dipakai adalah rasio atau indeks yang menghubungkan dua data keuangan atau lebih. Analisis dan interpretasi dari macam-macam rasio dapat memberikan hasil (informasi) yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan dibandingkan bila hanya didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio (Horne, 1995) dalam (Sutrisno, 2004).
C. Rasio Keuangan Rasio keuangan sebagai instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan indikator keuangan dan menunjukkan perusahaan dalam kondisi kesehatan keuangan atau prestasi dimasa lalu. Analisis rasio keuangan, meskipun didasarkan pada data dan kondisi masa lalu tetapi dimaksudkan untuk menilai resiko dan peluang dimasa yang akan datang (Helfert, 1991). Rasio keuangan mencerminkan kondisi kesehatan keuangan. Suryo (2002), rasio keuangan suatu perusahaan tidak bisa disamakan, karena semua tergantung masing-masing perusahaan tersebut. Perhitungan rasio-rasio keuangan menggunakan data masa lalu. Data masa lalu digunakan sebagai landasan untuk memprediksi masa depan. Kinerja perusahaan dinilai dengan rasio keuangan perusahaan. Riyanto (1995:329), dalam mengadakan interpretasi dan analisa laporan finansiil suatu perusahaan, seorang penganalisa finansiil memerlukan adanya ukuran atau ”yard stick” tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisa finansiil adalah ”rasio”. Pengertian rasio itu sebenarnya
19
hanyalah alat yang dinyatakan dalam ”arithmatical term” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansiil. Macamnya rasio finansiil banyak sekali, karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa. Penganalisa finansiil dalam mengadakan analisa rasio finansiil pada dasarnya dapat melakukannya dengan 2 (dua) macam cara pembandingan, yaitu : 1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu-waktu yang lalu (ratio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama. Misalnya current ratio tahun 2005 dibandingkan dengan ratio dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan cara pembandingan tersebut akan dapat diketahui perubahan-perubahan dari rasio tersebut dari tahun-ketahun. Dengan menganalisa satu macam rasio saja tidak banyak artinya, karena kita dapat mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan adanya perubahan tersebut. 2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (rasio perusahaan/ company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri (rasio industri/rasio rata-rata/rasio standard) untuk waktu yang sama. Dengan membandingkan rasio perusahaan dengan rasio industri akan dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan itu dalam aspek finansiil tertentu berada diatas rata-rata industri (above
20
average), berada pada rata-rata (average) atau terletak dibawah rata-rata (below average). Analisis rasio keuangan yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan rugi-laba satu dengan lainnya dapat memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan dan penilaian posisinya pada saat ini. Analisis rasio juga dapat memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan dan penilaian posisinya pada saat ini. Analisis rasio juga memungkinkan manajer keuangan perusahaan memperkirakan reaksi para kreditor dan investor dan memberikan pandangan kedalam tentang bagaimana kira-kira dana dapat diperoleh. Jadi perhitungan rasio digunakan karena dengan cara ini akan diperoleh perbandingan yang lebih berguna dari pada melihat angka saja (Horn dan Wachhowicz, 1997) dalam (Sutrisno, 2004). Rasio-rasio dikelompokkan kedalam lima kelompok dasar, yaitu : likuiditas, leverage, aktivitas, profitabilitas, dan penilaian (Husnan dan Puji Astuti, 2002). Rasio yang dihasilkan banyak sekali jumlahnya, akan tetapi dalam prakteknya hanya digunakan beberapa jenis rasio saja. Walaupun rasiorasio merupakan alat yang sangat berguna, tetapi tidak terlepas dari beberapa keterbatasan dan harus digunakan dengan hati-hati. Rasio disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manipulasi. Adapun rasio-rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan adalah :
21
1. Rasio Profitabilitas Profitabilitas
merupakan
kemampuan
suatu
perusahaan
untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu atau kemampuan perusahaan dalam meningkatkan laba dan efisiensi usaha yang dicapai (martono, 2002). Kemampuan menghasilkan laba tersebut diukur dengan : •
Return on Asset : Perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aktiva Return on Asset =
•
Net Profit After Taxes Total Asset
Return on Equity : perbandingan antara laba dengan modal Return on Equity =
Net Profit After Taxes Shareholders Equity
2. Rasio likuiditas Rasio likuiditas dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang (kewajiban) jangka pendek pada saat jatuh tempo. Ada beberapa macam rasio yang digunakan seperti: •
Current Ratio: perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Current Ratio =
•
Current Assets Current Liabilities
Quick Ratio: perbandingan antara aktiva lancar dikurang dengan persediaan dibagi hutang lancar. Quick Ratio =
Current Assets-Inventory Current Liabilities
22
3. Rasio Solvabilitas Rasio Solvabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio yang digunakan pada rasio solvabilitas adalah: •
Debt to Equity Ratio: rasio yang menyatakan perbandingan antara hutang lancar dengan modal sendiri. Debt to Equity Ratio =
Total Debt Current Liabilities
4. Rasio Leverage Leverage adalah penggunaan aktiva dan sumber dana oleh perusahaan yang memiliki beban tetap dengan maksud meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Rasio leverage dihitung dengan rumus : Leverage Ratio =
Total Debt Total Assets
5. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas menunjukkan bagaimana sumber daya telah dimanfaatkan secara optimal, kemudian dengan membandingkan rasio aktivitas dengan standar industri dapat diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam industri. •
Rasio Total Assets Turnover merupakan ukuran mengenai tingkat efisiensi penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin efektif perusahaan menggunakan aktiva. Net Sales Total Assets Turnover = Total Asset 23
D. Ekonomi Makro 1. Inflasi Inflasi adalah keadaan dimana terjadi kelebihan permintaan barang dalam perekonomian suatu negara secara keseluruhan (Sasana, 2004). Inflasi merupakan ukuran ekonomi yang digunakan untuk menggambarkan peningkatan harga rata-rata barang dan jasa yang diproduksi oleh sistem perekonomian (Tandelilin, 2001). Putong (2003) mengatakan bahwa inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang secara terus menerus. Kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu penurunan harga secara terus-menerus. Akibat deflasi adalah daya beli masyarakat bertambah besar sehingga pada tahap awal barangbarang menjadi langka. Akan tetapi, pada tahap berikutnya jumlah barang makin banyak karena makin berkurangnya daya beli masyarakat. Akibat dari inflasi secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat karena secara riil tingkat pendapatannya juga menurun. Beberapa teori yang membahas mengenai inflasi diantaranya : a. Teori Kuantitas Teori ini adalah teori yang tertua yang membahas tentang inflasi, tetapi dalam perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan oleh para ahli ekonomi Universitas Chicago, sehingga teori ini juga dikenal sebagai model kaum moneteris (monetarist models). Teori ini menekankan pada peranan jumlah uang beredar dan harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga terhadap timbulnya inflasi.
24
Inti dari teori ini adalah sebagai berikut : 1) Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang beredar, baik uang kartal maupun giral. 2) Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar dan oleh harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga di masa mendatang. b. Keynesian Model Dasar pemikiran model inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya, sehingga menyebabkan permintaan efektif masyarakat terhadap barang-barang (permintaan
agregat)
melebihi
jumlah
barang-barang
yang
tersedia
(penawaran agregat), akibatnya akan terjadi inflationary gap. Keterbatasan jumlah persediaan barang (penawaran agregat) ini terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas produksi tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan permintaan agregat. Oleh karenanya sama seperti pandangan kaum monetarist, Keynesian models ini lebih banyak dipakai untuk menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek. Dengan keadaan daya beli antara golongan yang ada di masyarakat tidak sama (heretogen), maka selanjutnya akan terjadi realokasi barang-barang yang tersedia dari golongan masyarakat yang memiliki daya beli yang relatif rendah kepada golongan masyarakat yang memiliki daya beli yang lebih besar. Kejadian ini akan terus terjadi di masyarakat. Sehingga, laju inflasi akan berhenti hanya apabila salah satu golongan masyarakat tidak bisa lagi
25
memperoleh dana (tidak lagi memiliki daya beli) untuk membiayai pembelian barang pada tingkat harga yang berlaku, sehingga permintaan efektif masyarakat secara keseluruhan tidak lagi melebihi supply barang (inflationary gap menghilang). c. Mark-up Model Pada teori ini dasar pemikiran model inflasi ditentukan oleh dua komponen, yaitu cost of production dan profit margin. Relasi antara perubahan kedua komponen ini dengan perubahan harga dapat dirumuskan sebagai berikut : Price = Cost + Profit Margin Karena besarnya profit margin ini biasanya telah ditentukan sebagai suatu prosentase tertentu dari jumlah cost of production, maka rumus tersebut dapat dijabarkan menjadi : Price = Cost + ( a% x Cost ) Dengan demikian, apabila terjadi kenaikan harga pada komponenkomponen yang menyusun cost of production dan atau penaikan pada profit margin akan menyebabkan terjadinya kenaikan pada harga jual komoditi di pasar. Pada saat terjadi inflasi, harga barang-barang cenderung naik, maka hal ini menyebabkan meningkatnya biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan. Peningkatan biaya produksi menyebabkan harga jual produksi meningkat sehingga akan mengurangi kuantitas produk yang dijual, akibatnya laba menjadi menurun.
26
Angka inflasi dihitung berdasarkan angka indeks yang dikumpulkan dari beberapa macam barang yang diperjualbelikan di pasar dengan masingmasing tingkat harga (yang dimaksud dengan barang-barang disini adalah barang yang paling banyak dan merupakan kebutuhan pokok/utama bagi masyarakat). Berdasarkan data harga tersebut, disusunlah suatu angka yang diindeks. Angka indeks yang memperhitungkan semua barang yang dibeli oleh konsumen pada masing-masing harganya disebut indeks harga konsumen (IHK atau consumer price index = CPI). Berdasarkan indeks harga konsumen dapat dihitung besarnya laju kenaikan harga-harga secara umum dalam periode tertentu, biasanya setiap bulan, 3 bulan, dan 1 tahun. Selain menggunakan IHK, tingkat inflasi juga dapat dihitung dengan menggunakan GNP atau PDB deflator, yaitu membandingkan GNP atau PDB yang diukur berdasarkan harga berlaku (GNP atau PDB nominal) terhadap GNP atau PDB konstan (GNP atau PDB riil). Adapun rumus untuk menghitung tingkat inflasi adalah : 1. In =
IHKn – IHKn-1 IHKn-1
2. In =
Dfn – Dfn-1 Dfn-1
Keterangan : In
x 100%
x 100%
= inflasi
IHKn = indeks harga konsumen tahun berikutnya IHKn-1 = indeks harga konsumen tahun dasar Dfn
= GNP atau PDB deflator tahun berikutnya
Dfn-1
= GNP atau PDB deflator tahun awal (sebelumnya)
27
2. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat Nilai tukar mata uang suatu negara ditentukan oleh interaksi permintaan dan penawaran akan mata uang tersebut. Pada umumnya permintaan mata uang asing muncul dari kebutuhan untuk mempertukarkan mata uang domestik kedalam mata uang asing. Penentuan nilai tukar mata uang merupakan hal yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Nilai tukar mata uang suatu negara akan saling berpengaruh terhadap nilai tukar mata uang negara lain. Perubahan nilai tukar mata uang tertentu akan mengakibatkan efek nyata dalam pengaruhnya terhadap perekonomian negara tersebut, terutama pada perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam aktivitas perdagangan internasional. Perubahan nilai tukar mata uang akan menghasilkan perubahan langsung pada harga-harga relatif domestik dan barang-barang impor. Secara umum pengaruh perubahan nilai tukar terhadap suatu perusahaan tergantung pada posisi perusahaan tersebut terhadap perubahan nilai tukar mata uang. Pada perusahaan pengimpor baik barang jadi maupun bahan baku dimana harga ditentukan oleh pasar internasional mendapatkan cash flow (expense) pada setiap perubahan nilai tukar mata uang negaranya, nilai tukar mata uang juga biasa disebut kurs valuta asing dalam hal ini berarti kurs dollar. Kurs valuta asing adalah harga dari satu mata uang yang diukur dalam mata uang asing lainnya. Hal ini ditentukan dalam bursa valas timbul dari kebutuhan untuk membayar barang dan jasa serta asset yang berasal dari luar
28
negeri. Permintaan atas satu mata uang dalam bursa valas menentukan penawaran mata uang. Dengan rumus (Dominick Salvatore, 1997) : ∆ Kurs = Kursx – Kursx-1 x 100 Kursx-1
Permintaan
dan
penawaran
valas
menentukan
kurs
valas.
Meningkatnya permintaan serta menurunnya penawaran valas mengakibatkan apresiasi kurs yang menaikkan nilai mata uang. Sebaliknya menurunnya permintaan serta meningkatnya penawaran valas menyebabkan depresiasi kurs menurunkan nilai mata uang. a. Sistem Kurs Tetap Sistem kurs tetap bercirikan kurs stabil yang diperkenankan berfluktuasi dalam batas-batas sempit mengelilingi nilai pasar, dimana kedua batas tersebut tetap tetapi tidak kekal. Keunggulan utama sistem kurs tetap adalah bahwa kurs tetap memberikan tindakan stabilitas kurs dan dengan demikian menghilangkan sumber ketidakpastian dan ketidakstabilan harga yang lebih jauh. Kelemahan utama sistem ini adalah bahwa kurs tetap mengemudikan/mensubordinasi sasaran-sasaran ekonomi ekternal. Hal ini dapat menghasilkan beban-beban sosial dan ekonomi yang merugikan. b. Sistem Kurs Mengambang Sistem kurs mengambang bebas bercirikan kurs yang bebas bereaksi terhadap perubahan dan penawaran valuta asing. Pengumuman BI mengenai perubahan kebijakan menjadi Floating Exchange Rate untuk 29
rupiah dengan US dollar, membuat likuidasi semakin ketat dan dollar AS semakin tinggi. Keunggulan pertama kurs mengambang adalah bahwa kurs menyesuaikan secara otomatis untuk mengamankan keseimbangan neraca pembayaran. Kelemahan utamanya adalah bahwa kurs mengakibatkan ketidakstabilan harga yang meredam perdagangan dan mengurangi kesejahteraan ekonomi. Kurs mengambang merupakan sistem kurs yang paling tidak rumit dan amat sesuai dengan model persaingan kompetitif dimana tidak terdapat campur tangan pemerintah untuk mendukung kurs dan kurs bebas bereaksi terhadap perubahan kondisi pasar dan juga perubahan faktor-faktor yang mendasari permintaan dan penawaran valuta asing. Dalam teori dikatakan bahwa semakin menguatnya nilai US dollar terhadap rupiah berarti terjadi depresiasi terhadap rupiah dan sebaliknya terjadi apresiasi pada US dollar, dengan kondisi seperti ini apabila investor asing masuk dengan membawa US dollar maka nilai investasinya menjadi murah. Secara teoritis menyatakan bahwa semakin menguatnya nilai rupiah terhadap US dollar maka semakin berminat investor asing masuk. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel kurs dollar terhadap harga saham mempunyai kolerasi negatif, artinya semakin turun kurs dollar terhadap rupiah akan menaikkan harga saham. Semakin kuat mata uang suatu negara relatif terhadap mata uang asing akan menyebabkan harga barang impor semakin murah. Hal ini akan menurunkan biaya produksi dan laju inflasi, ceteris paribus. Penguatan rupiah
30
akan berdampak positif bagi penghematan devisa dalam pembiayaan impor masyarakat dan penurunan laju inflasi, yang pada akhirnya dapat memperkuat ekspor Indonesia ke luar negeri (Purnawan, 2002). Kurs dollar terhadap rupiah melemah maka bahan baku menjadi mahal sehingga dalam pengolahan bahan baku menjadi barang jadi juga mahal. Perusahaan di Indonesia seringkali mengambil bahan baku dari luar negeri dalam pembayaran disaat kurs dollar terhadap rupiah melemah maka akan menjadi berlipat ganda pembayarannya. Di sisi lain perusahaan yang melakukan ekspor produknya keluar negeri maka akan mendapat laba lebih besar. Jadi kurs dollar terhadap rupiah melemah terdapat sisi positif dan negatif bagi perusahaan di Indonesia. Sadono Sukirno (2004:397), kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing juga dapat didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Adapun penetuan kurs dalam pasar bebas adalah berdasarkan permintaan dan penawaran mata uang asing itu sendiri. Pada era globalisasi ini banyak investor asing yang menanamkan investasinya di negara lain baik itu menyangkut kegiatan di sektor
riil
maupun sektor keuangan. Dalam kegiatan investasi ini para investor menggunakan valuta asing sebagai alat transaksi yang sah. Bagi pemodal asing terdapat dua sumber risiko sewaktu mereka menginvestasikan dananya
31
di pasar modal internasional, yaitu perubahan harga saham dan perubahan kurs valuta asing. Besarnya kurs suatu negara terhadap mata uang negara lainnya bisaanya ditentukan oleh keadaan perekonomian suatu negara. Kurs mata uang merupakan perbedaan nilai antar mata uang. Foreign Exchange Rate ini tidak tetap dan selalu berubah mengikuti penawaran dan permintaan pada pasar valuta asing. Jika nilai tukar rupiah mengalami penurunan maka indeks harga saham juga akan menurun (Tendi Haruman,. dkk, 2005:3). Nittayagasetwat (1999), dalam penelitiannya membuktikan bahwa kesehatan perusahaan sensitif terhadap variabel-variabel ekonomi makro.
3. Produk Domestik Bruto (PDB) PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). PDB berbeda dari produk nasional bruto karena memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar negeri yang bekerja di negara tersebut. Sehingga PDB hanya menghitung total produksi dari suatu negara tanpa memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak. Sebaliknya, PNB memperhatikan asal usul faktor produksi yang digunakan. Salah satu tolok ukur terpenting dalam mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah dengan melihat Produk Domestik Bruto (PDB). PDB merupakan catatan tentang jumlah nilai rupiah dari barang dan jasa akhir
32
yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam suatu negara untuk waktu satu tahun. Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung PDB suatu negara, yaitu: a. Pendekatan pendapatan b. Pendekatan pengeluaran c. Pendekatan nilai tambah Produk Domestik Bruto merupakan nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan di dalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu (Sadono Sukirno, 2001:33). Atau dapat juga diartikan nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan negara asing. Di Indonesia, perhitungan nilai PDB yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) adalah PDB dengan pendekatan nilai tambah. Menurut BPS (2002) nilai PDB suatu negara tersebut sebenarnya sama dengan nilai tambah yang diciptakan oleh semua sektor kegiatan ekonomi (lapangan usaha) dinegara tersebut. Untuk mempermudah perhitungan nilai tambah, BPS membagi sektor perekonomian di Indonesia menjadi sembilan sektor usaha, yaitu: 1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 2) Pertambangan dan penggalian 3) Perindustrian Pengolahan 4) Listrik, Gas, dan Air Bersih 5) Bangunan (konstruksi)
33
6) Perdagangan, Hotel dan Restoran 7) Angkutan dan Komunikasi 8) Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan 9) Jasa-jasa Perhitungan nilai PDB dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan diantaranya: pertama, untuk keperluan analisis ekonomi serta perencanaan pembangunan nasional; kedua, sebagai salah satu tolok ukur atau instrumen untuk menilai keberhasilan pembangunan nasional; ketiga, untuk mengetahui hasil-hasil
pembangunan;
dan
keempat,
untuk
menyusun
rencana
pembangunan nasional secara lebih rinci.
E. Penelitian Terdahulu Tirapat dan Nittayagasetwat (1999), meneliti tentang variabel ekonomi makro yaitu, indeks harga konsumen (inflasi), suku bunga, indeks produksi manufaktur dan peredaran uang terhadap kesehatan perusahaan. Pada penelitian tersebut membuktikan variabel ekonomi makaro yang paling mempengaruhi kondisi kesulitan keuangan perusahaan yang pada akhirnya sampai pada kondisi perusahaan menjadi bangkrut adalah indeks harga konsumen (inflasi). Penelitian tersebut membuktikan bahwa semakin sensitive perusahaan terhadap inflasi maka semakin tinggi probabilitas perusahaan mengalami kondisi ketidakpastian keuangan. Murtini dan Dewi (2006), meneliti tentang pengaruh perubahan variabel ekonomi makro
terhadap perubahan kesehatan perusahaan
34
manufaktur. Dalam penelitian ini perusahaan yang diteliti adalah perusahaan manufaktur yang go public. Perusahaan tersebut berjumlah 143 perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data yang digunakan ialah data tahunan
sejak 1997-2000.
Dari analisis dapat disimpulkan keseluruhan
perubahan variabel ekonomi makro yaitu inflasi, tingkat bunga dan kurs dollar Amerika terhadap rupiah mempengaruhi perubahan kesehatan perusahaan. Perubahan variabel ekonomi makro yang paling mempengaruhi perubahan kesehatan perusahaan manufaktur adalah perubahan kurs dollar Amerika terhadap rupiah. Peni Sawitri (2002), meneliti tentang prediksi tingkat kesehatan perusahaan asuransi jiwa termasuk kemungkinan kebangkrutanya dengan rasio-rasio keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah laporan keuangan dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kesehatan perusahaan asuransi jiwa termasuk kemungkinan kebangkrutannya dengan rasio-rasio keuangan. Data sekunder berupa hasil peringkat Asuransi Jiwa yang telah dilakukan Biro Riset Infobank per Desember 2000 terhadap 60 perusahaan asuransi jiwa digunakan dalam analisa. Analisa dilakukan menggunakan metode Multiple Discriminant Analysis (MDA) yaitu model dari fungsi diskriminan atau disebut dengan linear discriminant function terhadap rasiorasio versi Biro Riset Infobank tersebut. Penelitian ini mengambil data sekunder berupa hasil peringkat Asuransi Jiwa yang telah dilakukan Biro Riset InfoBank per Desember 2000
35
terhadap 60 perusahaan dimana 7 diantaranya tidak diikutsertakan dalam peringkat, karena tidak ada data. Penelitian ini mengambil jumlah sampel seimbang antara perusahaan sehat dan yang tidak sehat berdasarkan peringkat predikat yaitu bagus hingga sangat bagus dikelompokkan pada perusahaan sehat sebanyak 22 perusahaan dan yang berpredikat cukup bagus hingga tidak bagus dikelompokkan pada perusahaan tidak sehat juga sebanyak 22 perusahaan. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kesehatan keuangan perusahaan asuransi. Nilai variabel 2 jika perusahaan tersebut sehat dan1 jika perusahaan tersebut tidak sehat. Sedangkan variabel bebasnya adalah 10 rasio kriteria versi Biro Riset InfoBank. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semua kriteria rasio yang dipilih oleh Biro Riset InfoBank masih belum dapat dijadikan estimator atau penentu ukuran kesehatan perusahaan asuransi jiwa karena hanya 44,9 % saja ketepatannya, jadi masih banyak variabel lain yang sebenarnya menjadi ukuran kesehatan perusahaan asuransi jiwa. Penelitian dihadapkan pada beberapa keterbatasan. Pertama, periode pengamatan hanyalah satu tahun sehingga tidak representatif untuk mengukur kesehatan perusahaan asuransi jiwa. Keterbatasan kedua, variabel pengukuran kesehatan perusahaan asuransi masih belum memasukkan faktor-faktor lain yang mungkin berpengaruh seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, tingkat suku bunga dan lain-lain. Sutrisno (2004) meneliti tentang analisis tingkat kesehatan dn potensi kebangkrutan (studi empiris pada perusahaan property dan real estate yang
36
terdaftar di BEJ). Pada penelitian ini digunakan metode RLS berdasarkan SK Menteri Keuangan No. 826/KMK-013/1992 untuk mengukur tingkat kesehatan perusahaan dan metode diskriminasi altman untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. Dari analisis tersebut disimpulkan bahwa perusahaan property dan real estate tahun 1999-2003 rata-rata berada pada kondisi tidak sehat
karena memiliki bobot ≤ 90 dan diprediksi akan
mengalami kebangkrutan. Waspodo dan Toto Aryanto (2005) yang meneliti pengaruh variabel ekonomi makro dan faktor ekonomi mikro terhadap kesehatan perusahaan dilihat dari perubahan ROE (return on equity) perusahaan karena dinilai perusahaan yang sehat dapat diukur dari tingkat profitabilitas yang dimiliki. Begitupula penelitian yang telah dilakukan oleh Toto Sugiharto dan Maharani Ika Lestari, meneliti pengaruh variabel ekonomi makro terhadap ROA (Return on Asset), ROE (Return on Equity) dan LDR (Loan to Deposit Ratio) untuk menilai kinerja bank devisa dan non devisa.
F. Kerangka Pemikiran Penelitian ini akan menguji apakah variabel-variabel perubahan ekonomi makro berpengaruh positif atau negatif secara simultan maupun secara parsial terhadap perubahan kesehatan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI). Variabel ekonomi makro yang digunakan dalam penelitian ini adalah inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan Pendapatan Domestik
37
Bruto (PDB). Adapun untuk mengetahui tingkat kesehatan perusahaan, peneliti menggunakan salah satu dari rasio keuangan perusahaan yaitu rasio profitabilitas, dengan cara menghitung ROA (Return on Assets) dan ROE (Return on Equity) perusahaan yang tergolong kedalam industri manufaktur. Alasan penulis menggunakan rasio ini karena berdasarkan penelitian sebelumnya untuk mengukur kesehatan perusahaan salah satunya adalah dilihat dari pertumbuhan labanya. Semakin tinggi rasio ini, berarti semakin baik produktifitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih dan kondisi perusahaan dapat dikatakan sehat.
38
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Bursa Efek Indonesia (BEI)
Perusahaan Manufaktur yang Go Public Periode 2003-2007
Variabel Dependent Perubahan ROA
Variabel Dependent Perubahan ROE
Variabel Independent • • •
Variabel Independent • •
Perubahan Inflasi Perubahan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Perubahan Produk Domestik Bruto (PDB)
•
Perubahan Inflasi Perubahan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Perubahan Produk Domestik Bruto (PDB)
Model Regresi
Uji Asumsi Klasik
Analisis Regresi Berganda - Uji F-test - Uji T-test - Koefisien Determinasi Interpretasi
39
G. Pengujian Hipotesis Penelitian ini bertujuan untuk menguji kembali pengaruh perubahan variabel-variabel ekonomi makro terhadap perubahan kesehatan perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan analisis dan temuan peneliti terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut : Ha1 : Perubahan variabel ekonomi makro (inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan Produk Domestik Bruto) secara simultan berpengaruh secara signifikan
terhadap perubahan ROA (Return on
Assets). Ha2 : Perubahan variabel ekonomi makro (inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan Produk Domestik Bruto) secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan ROA (Return on Assets). Ha3 : Perubahan variabel ekonomi makro (inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan Produk Domestik Bruto) secara simultan berpengaruh secara signifikan
terhadap perubahan ROE (Return on
Equity). Ha4 : Perubahan variabel ekonomi makro (inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan Produk Domestik Bruto) secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan ROE (Return on Equity). Ha5 : Perubahan variabel ekonomi makro yang paling berpengaruh terhadap perubahan ROA adalah perubahan PDB (Produk Domestik Bruto). Ha6 : Perubahan variabel ekonomi makro yang paling berpengaruh terhadap perubahan ROE adalah perubahan PDB (Produk Domestik Bruto).
40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk dapat menguji hipotesis yang diajukan mengenai pengaruh perubahan variabel ekonomi makro sebagai variabel independent terhadap perubahan kesehatan perusahaan manufaktur sebagai variabel dependent. Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Fokus penelitian merupakan perusahaan manufaktur yang sudah Go Public dan listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Perusahaan yang diteliti memiliki laporan keuangan lengkap sesuai dengan periode penelitian yaitu sejak Desember 2003 sampai Desember 2007. 3. Variabel dependent adalah kesehatan perusahaan manufaktur yang diukur dengan rasio keuangan yaitu rasio profitabilitas yang terdiri dari ROA dan ROE. 4. Variabel independent adalah variabel ekonomi makro (inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan Pendapatan Domestik Bruto).
B. Metode Penentuan Sampel Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu sampel yang ditentukan sendiri oleh kepentingan peneliti karena bersifat situasional. Adapun kriteria perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
41
1. Perusahaan manufaktur yang sudah Go Public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian (tahun 2003-2007) dan termasuk dalam kategori Manufacturing pada buku ICMD. 2. Perusahaan manufaktur yang memiliki laporan keuangan tahunan yang lengkap selama periode penelitian yaitu 2003-2007. 3. Laporan keuangan tersebut berakhir tahun fiskal 31 Desember. C. Metode Pengumpulan Data Dalam
proses
pengumpulan
data-data
atau
informasi
yang
berhubungan dengan substansi penelitian, penulis menggunakan teknik-teknik pengumpulan data untuk mendukung pelaksanaan penelitian ini dengan cara sebagi berikut : 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh teori-teori yang mendukung penelitian ini, yaitu dengan cara mempelajari, meneliti, mengkaji, serta menelaah literatur-literatur berupa buku, makalah dan jurnal yang berhubungan dengan topik penelitian. 2. Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian ini menggunakan data sekunder, oleh karena itu penulis memperoleh data berupa laporan statisik ekonomi dan keuangan Indonesia tahunan di Bank Indonesia yaitu data variabel ekonomi makro sesuai dengan periode penelitian yaitu 2003-2007. Sedangkan untuk laporan rasio keuangan dapat diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
42
D. Metode Analisis 1. Uji Asumsi Klasik Sebelum melakukan pengujian regresi linier berganda maka dilakukan pengujian asumsi klasik berupa normalitas, multikolinealiritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. a. Uji normalitas data Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi dependen variabel dan independent variabel ataupun keduanya mempunyai distribusi yang normal atau tidak. Menurut Singgih Santoso (2004 : 124) ada beberapa cara untuk mendeteksi normalitas yaitu dengan penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah : •
Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tersebut memenuhi asumsi normalitas.
•
Jika data menyebar dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinearitas Uji ini digunakan untuk mendeteksi adanya hubungan yang sempurna
dan
pasti
diantara
variabel
bebas
yang
dianalisis.
Multikolonieritas dapat dilihat dati nilai Tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
43
Nilai
cutoff
yang
umum
dipakai
untuk
menunjukkan
adanya
multikolonieritas adalah nilai Tolerance <0,10 atau sama dengan nilai VIF>10. Kriteria pengujian adalah apabila nilai Tolerance berada dibawah 0,01 atau nilai VIF diatas 10 maka terjadi multikolinearitas. c. Uji Autokorelasi Salah satu asumsi dari model regresi linier klasik adalah bahwa tidak ada autokorelasi atau korelasi serial (autocorrelation or serrial correlation) antara kesalahan pengganggu. Untuk mendeteksi gejala autokorelasi dapat djadikan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut : 1) Angka D-W dibawah -2, berarti terdapat autokorelasi positif 2) Angka D-W diantara -2 sampai +2, berarti tidak terdapat autokorelasi 3) Angka D-W diatas +2, berarti terdapat autokorelasi negative d. Uji Heteroskedastisitas Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan beberapa cara, namun pada penelitian kali ini penulis melakukan Uji Park. Jika
44
parameter
beta
tidak
signifikan
secara
statistik,
maka
asumsi
homoskedastisitas pada data model tersebut tidak ditolak.
2. Pengujian Hipotesis a. Uji F-Test Uji statistik F digunakan untuk menguji keberartian pengaruh dari seluruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Hipotesis dirumuskan sebagai berikut: Ho : b1, b2, b3 = 0, berarti secara bersama-sama tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Ha : b1, b2, b3 ≠ 0, berarti secara bersama-sama ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai F hitung dapat dicari dengan menggunakan rumus (Gujarati, 1995 dalam Ulupui 2005): F hitung
= R2 / (k – 1) (1-R2) / (n-k)
Untuk menentukan nilai F-tabel, tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (n-k) dan (k-1) di mana n adalah jumlah observasi, k adalah jumlah variabel termasuk intersep dengan kriteria uji yang digunakan adalah: Jika F hit > F tabel, maka Ho ditolak Jika F hit < F tabel, maka Ho diterima
45
b. Uji T-Test Uji t digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari variabel bebasnya. Hipotesis yang digunakan adalah Ho : b1, b2, b3 = 0, artinya secara parsial tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Ha : b1, b2, b3 ≠ 0, artinya secara parsial ada pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai t statistik dapat dicari dengan rumus (Gujarati, 1995 dalam Ulupui, 2005): t-hit = Koefisien regresi bi Standar deviasi bi Untuk menentukan nilai t-statistik tabel ditentukan tingkat signifikansi 5% dengan derajat kebebasan df = (n-k-1) di mana n adalah jumlah observasi dan k adalah jumlah variabel termasuk intersep dengan kriteria uji adalah: •
Jika t hit > t tabel, maka Ho ditolak
•
Jika t hit < t tabel, maka Ho diterima
c. Koefisien Determinan Untuk melihat kontribusi kemampuan menjelaskan variabel bebas secara bersama-sama terhadap variansi variabel terikat dapat dilihat dari koefiesien determinasi (Adjusted R2), di mana nilai koefisiennya antara 0 ≤ 1. Hal ini berarti bahwa nilai Adjusted R2 yang semakin besar mendekati 1 merupakan indikator yang menunjukkan semakin kuatnya 46
kemampuan menjelaskan perubahan variabel independen terhadap variabel dependen.
3. Regresi Peneliti dalam menganalisis pengaruh perubahan variabel ekonomi makro sebagai variabel independen terhadap perubahan kesehatatan perusahaan (ROA dan ROE) sebagai variabel dependen melalui tahap-tahap sebagai berikut: •
Menentukan sampel perusahaan yang diambil dalam penelitian ini sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan selama periode Desember 2003 sampai Desember 2007.
•
Melakukan analisis deskriptif menghitung nilai deviasi standar, mean, maksimum dan minimum pada variabel independen dan variabel dependen.
•
Melakukan pengujian asumsi klasik sebagai persyaratan sebelum melakukan analisa dengan regresi berganda.
•
Analisis selanjutnya yaitu melakukan analisis regresi yang bertujuan untuk mencari adanya hubungan antara variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen. Dimana variabel dependen yang di uji adalah perubahan ROA dan perubahan ROE serta variabel independent antara lain perubahan inflasi, perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan perubahan Produk domestik Bruto (PDB).
47
•
Analisis selanjutnya yaitu metode regresi linier berganda (multiple linear regression method) yang digunakan untuk membuktikan hipotesa di atas. Perumusan metode tersebut sebagai berikut : Y1 = a + β X + β X + β X + e 1 1
2
2
3
3
Y2 = a + β X + β X + β X + e 1 1
2
2
3
3
Dimana : Y1 = Perubahan ROA Y2 = Perubahan ROE a = Konstanta β = Koefisien regresi dari variabel independen ke i. i
X = Perubahan Inflasi 1
X = Perubahan Nilai Tukar Rupiah terhadap dollar Amerika serikat 2
X = Perubahan Produk domestik Bruto (PDB) 3
E. Operasional Variabel Penelitian 1. Dependen Variabel Variabel dependen pada penelitian ini adalah Perubahan ROA dan Perubahan ROE perusahaan yang termasuk kedalam industri manufaktur. a. ROA (Return on Assets) merupakan salah satu dari rasio probabilitas sebagai alat ukur untuk mengetahui seberapa besar suatu perusahaan dapat menghasilkan return (keuntungan) dari total asset yang dimilikinya yang dinyatakan dalam (%) dan ini merupakan satu cara untuk mengetahui
48
tingkat kesehatan perusahaan. Kemampuan menghasilkan laba tersebut diukur dengan : Return on Asset : Perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aktiva Return on Asset =
Perubahan ROA =
b
Net Profit After Taxes x 100% Total Asset
(ROA tahun ke t – ROA tahun ke t-1) ROA tahun ke t-1
ROE (Return on Equity) merupakan salah satu dari rasio probabilitas juga, namun bedanya bahwa ROE ini menghitung seberapa besar suatu perusahaan dapat menghasilkan return (tingkat pengembalian investasi) atas pemilik atau pemegang saham dan dinyatakan dalam (%) dengan rumus sebagai berikut : Return on Equity : perbandingan antara laba dengan modal Net Profit After Taxes x 100% Shareholders Equity
Return on Equity =
Perubahan ROE =
(ROE tahun ke t – ROE tahun ke t-1) ROE tahun ke t-1
2. Independen Variabel Pada penelitian ini digunakan 3 (tiga) variabel independen, yaitu: a. Perubahan inflasi Inflasi merupakan suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam sesuatu perekonomian (Sadono Sukirno, 2001:15). 49
Tingkat inflasi dalam penelitian ini diperoleh melalui situs www.bi.go.id Untuk menghitung perubahan inflasi dilakukan dengan cara : Perubahan inflasi =
(inflasi tahun ke t – inflasi tahun ke t-1) inflasi tahun ke t-1
b. Perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika serikat adalah penilaian pertukaran mata uang suatu negara (Indonesia) dengan negara lain (Amerika Serikat). Nilai tukar ini telah ditentukan oleh Bank Indonesia. Perubahan kurs ini juga diperoleh dari situs www.bi.go.id Adapun cara untuk menghitung perubahan nilai tukar dari tahun ketahun adalah : Perubahan kurs =
(Kurs Dollar tahun ke t – Kurs Dollar tahun ke t-1) Kurs Dollar tahun ke t-1
c. Perubahan Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto merupakan nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan di dalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu. (Sadono Sukirno, 2001:33). Nilai PDB diperoleh dari situs www.bi.go.id . Adapun cara untuk menghitung perubahan PDB adalah: Perubahan PDB =
(PDB tahun ke t – PDB tahun ke t-1) PDB tahun ke t-1
50
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Bursa Efek Indonesia a. Sejarah Bursa Efek Indonesia PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) pertama kali berdiri pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, yang kemudian dibentuk ulang melalui Undang-Undang Darurat No. 13 tahun 1951, dan selanjutnya dipertegas oleh Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 tahun 1952. selama dua dasawarsa kemudian BEJ mengalami pasang surut yang ditandai pula oleh pemberhentian kegiatan sepanjang decade 60-an dan awal 70-an. Pada tahun 1977, pemerintah Indonesia menghidupkan kembali BEJ dengan mencatatkan saham 13 perusahaan PMA. Namun demikian, baru sekitar decade 80-an dan awal 90-an, BEJ benar-benar berkembang menjadi bursa efek seperti yang kita kenal sekarang sebagai Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek Indonesia (disingkat BEI, dalam Bahasa Inggris Indonesia Stock Exchange (ISX) adalah sebuah pasar saham yang merupakan hasil penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya (BES), di mana Bursa Efek Surabaya melebur ke dalam Bursa Efek Jakarta. Perusahaan hasil penggabungan usaha ini memulai operasinya pada 1 Desember 2007. Bursa Efek Indonesia dipimpin oleh Direktur Utama Erry Firmansyah, mantan direktur utama BEJ. Mantan
51
Direktur Utama BES Guntur Pasaribu menjabat sebagai Direktur Perdagangan Fixed Income dan Derivatif, Keanggotaan dan Partisipan. Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah colonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut: 1) 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda. 2) 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
52
3) 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya. 4) Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup. 5) 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II. 6) 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo).
Instrumen
yang
diperdagangkan:
Obligasi
Pemerintah RI (1950). 7) 1956 :
Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek
semakin tidak aktif. 8) 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum. 9) 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama. 10) 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.
53
11) 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia. 12) 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat. 13) 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer. 14) Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal. 15) 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. 16) 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ. 17) 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
54
18) 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996. 19) 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya. 20) 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia. 21) 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading). 22) 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
b. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia Bursa Efek Indonesia yang menjadi penyelengara pasar modal di Indonesia memiliki visi dan misi sebagai berikut: •
Visi
:
Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas dunia. •
Misi
:
1) Menjadikan bursa efek sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional serta menjadi gerbang investasi bagi Investor lokal maupun asing. 2) Sebagai institusi yang dinamis dan tanggap terhadap perubahan pasar dan teknologi dengan tetap memperhatikan perlindungan investor.
55
3) Organisasi yang independen dengan fokus pada unsure bisnis, transformasi struktural maupun kultural menuju tren global. 4) Lembaga bursa yang berwibawa, transparan, memiliki integritas tinggi sebagai Centre of Competence and Exellence di pasar modal. 5) Meningkatkan kualitas produk dan layanan jasa terbaik melalui pemberdayaan SDM.
2. Bank Indonesia a. Sejarah Bank Indonesia Sejarah kelembagaan Bank Indonesia dimulai sejak berlakunya Undang-Undang (UU) No. 11/1953 tentang Penetapan Undang-Undang Pokok Bank Indonesia pada tanggal 1 Juli 1953. Dalam melakukan tugasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan Moneter, Direksi, dan Dewan Penasehat. Di tangan Dewan Moneter inilah, kebijakan moneter ditetapkan, meski tanggung jawabnya berada pada pemerintah. Setelah sempat dilebur ke dalam bank tunggal, pada masa awal orde baru, landasan Bank Indonesia berubah melalui UU No. 13/1968 tentang Bank Sentral. Sejak saat itu, Bank Indonesia berfungsi sebagai bank sentral dan sekaligus membantu pemerintah dalam pembangunan dengan menjalankan kebijakan yang ditetapkan pemerintah dengan bantuan Dewan Moneter. Dengan demikian, Bank Indonesia tidak lagi dipimpin oleh Dewan Moneter.
56
Setelah orde baru berlalu, Bank Indonesia dapat mencapai independensinya melalui UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia yang kemudian diubah dengan UU No. 3/2004. Sejak saat itu, Bank Indonesia memiliki kedudukan khusus dalam struktur kenegaraan sebagai lembaga negara yang independent dan bebas dari campur tangan pemerintah dan/atau pihak-pihak lain. Namun, dalam melaksanakan kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten, dan transparan, Bank Indonesia harus mempertimbangkan pula kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian.
b. Visi, Misi, Nilai Strategis dan Sasaran Bank Indonesia •
Visi
Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. •
Misi
Mencapai
dan
memelihara
kestabilan
nilai
rupiah
melalui
pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan. •
Nilai-Nilai Strategis -
Kompetensi
-
Integritas
57
•
-
Transparansi
-
Akuntabilitas
-
Kebersamaan (KITA - Kompak)
Sasaran Strategis Untuk mewujudkan Misi, Visi dan Nilai-nilai Strategis
tersebut, Bank Indonesia menetapkan sasaran strategis jangka menengah panjang, yaitu : 1) Terpeliharanya Kestabilan Moneter. 2) Terpeliharanya Stabilitas Sistem Keuangan. 3) Terpeliharanya kondisi keuangan Bank Indonesia yang sehat dan akuntabel. 4) Meningkatkan efektifitas dan efisiensi manajemen moneter. 5) Memelihara SSK : (i) melalui efektifitas pengaturan dan pengawasan bank, surveillance/ sektor keuangan, dan manajemen krisis serta(ii) mendorong fungsi intermediasi. 6) Memelihara keamanan dan efisiensi sistem pembayaran. 7) Meningkatkan kapabilitas organisasi, SDM dan sistem informasi. 8) Memperkuat institusi melalui /good governance/, efektivitas komunikasi dan kerangka hukum. 9) Mengoptimalkan pencapaian dan manfaat inisiatif Bank Indonesia.
58
B. Penemuan Dan Pembahasan 1. Hasil Analisis Deskriptif Penelitian ini menggunakan data panel (pooling data) dengan jumlah sampel sebanyak 122 perusahaan dan dilakukan selama 5 tahun, jadi jumlah keseluruhan sampel sebanyak 610 observasi. Namun karena peneliti menggunakan variabel perubahan atas setiap variabel independen maupun variabel dependen, jadi jumlah observasi yang dipakai selama 4 tahun dan berjumlah 488 observasi. Observasi sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan selama periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. Analisis deskripsi dilakukan untuk menghitung nilai deviasi standar, mean, maksimum dan minimum pada variabel dependen dan variabel independen. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada masing-masing variabel yang diteliti, maka diperoleh hasil sebagaimana yang tercantum dalam tabel 1 berikut ini: Tabel 4.1 Hasil Analisis Deskriptif
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
PERUBAHAN ROA
488
-9.0000
15.0000
.109459
2.0959475
PERUBAHAN ROE
488
-8.7500
12.0000
.208691
1.8881587
PERUBAHAN INFLASI
488
-.5196
.7162
.092707
.4585648
PERUBAHAN KURS
488
-.0824
.0975
.029355
.0674801
PERUBAHAN PDB
488
.1401
.2084
.184321
.0270043
Valid N (listwise)
488
Sumber : Output SPSS
59
Tabel 4.1 menyajikan gambaran statistik dari variabel Perubahan ROA, Perubahan ROE, Perubahan Inflasi, Perubahan Kurs dan Perubahan PDB. Secara statistik dapat diketahui bahwa pada 488 observasi yang dijadikan sampel, variabel Perubahan ROA perusahaan manufaktur memiliki nilai minimum -9,00 yaitu terdapat pada perusahaan Panasia Indosintex Tbk, terjadi pada tahun 2005 dan nilai terbesar 15,00 pada perusahaan Beton Jaya Manunggal Tbk, terjadi pada tahun 2004, dengan nilai rata-rata -0,135469 dan standar deviasi 2,1325530. Variabel Perubahan ROE memiliki nilai minimum -8,7500 yang terdapat pada perusahaan Charoen Pokphand Indonesia Tbk, terjadi pada tahun 2004 dan nilai maximum 12,00 pada perusahaan Karwell Indonesia Tbk, terjadi pada tahun 2006, dengan nilai rata-rata 0.016287 dan standar deviasi 2,0523340. Variabel Perubahan Inflasi memiliki nilai minimum -0.5196, terjadi pada tahun 2007 dan nilai maksimum 0.7162, terjadi pada tahun 2005 dengan nilai rata-rata 0.092707 dan standar deviasi 0.4585648. Variabel Perubahan Kurs atau nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat memiliki nilai minimum -0.0824, terjadi pada tahun 2006 dan nilai maximum 0.0975, terjadi pada tahun 2004 dengan nilai rata-rata 0.029355 dan standar deviasi 0.0674801. Variabel Perubahan Produk Domestik Bruto (PDB) memiliki nilai minimum 0.1404, terjadi pada tahun 2004 dan nilai maximum 0.2084, terjadi
60
pada tahun 2005 dengan nilai rata-rata 0.184321 dan standar deviasi 0.0270043.
2. Pengujian Asumsi Klasik Dalam penggunaan analisis regresi agar menunjukkan hubungan yang valid atau tidak bias maka perlu dilakukan pengujian asumsi klasik dengan tujuan agar model regresi yang diperoleh memenuhi kriteria BLUE (best linier unbiased estimator). Adapun uji asumsi klasik meliputi normalitas, multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. 2.1 Uji Asumsi Klasik Model Regresi Linear Persamaan 1 •
Variabel Dependen
•
Variabel Independen : Perubahan inflasi, perubahan nilai tukar
: Perubahan ROA (Return on Assets)
rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dan perubahan Produk Domestik Bruto (PDB). a. Uji Normalitas Data Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Untuk mendeteksi normalitas data suatu model regresi dapat diidentifikasikan dari grafik scatter plot. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Hasil pengujian penelitian ini, berdasarkan pengaruh perubahan inflasi, perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dan perubahan PDB terhadap perubahan ROA perusahaan manufaktur adalah sebagai berikut:
61
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Perubahan ROA Pada Saat Masih Ada Outlier
Sumber : Output SPSS
Dari hasil scatter plot di atas dapat diketahui bahwa data tersebut tidak terdistribusi normal karena titik-titik yang menyebar tidak berada di sekitar garis diagonal. Agar dapat memenuhi asumsi normalitas data, dimana nilai-nilai outlier telah dikeluarkan sehingga mendapatkan observasi sebanyak 405 perusahaan. Outlier adalah nilai yang terpisah dari kumpulan observasi yang dapat bernilai sangat besar atau sangat kecil. Tujuannya adalah untuk menentukan atau mengevaluasi kesahihan suatu model, baik untuk melihat pelanggaran terhadap asumsi maupun untuk melihat penyimpangan nilai prediksi terhadap nilai sesungguhnya (Nachrawi dan Usman, 2006:135).
62
Hasil dari uji normalitas data setelah dilakukan pembuangan terhadap data yang outlier dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Perubahan ROA Setelah Tidak Ada Outlier
Sumber : Output SPSS
Dari hasil scatter plot di atas dapat diketahui bahwa data tersebut telah terdistribusi normal karena titik-titik yang menyebar berada di sekitar garis diagonal. Sehingga penelitian ini dapat dikatakan telah memenuh asumsi normalitas data.
b. Uji Multikolinieritas Pengujian terhadap gejala multikolenieritas berguna untuk mengetahui apakah ada hubungan linear sempurna antara beberapa atau semua variabel 63
independen yang dipergunakan dalam model regresi penelitian ini. Untuk mengetahui apakah antara variabel independent mempunyai kolinieritas yang kuat atau tidak, digunakan Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance (TOL). Jika tolerance value di bawah 0,10 dan nilai VIF di atas 10 maka terjadi multikolenieritas. Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinieritas Perubahan ROA Coefficients
a
Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) PERUBAHAN INFLASI
.651
1.535
PERUBAHAN KURS
.599
1.669
PERUBAHAN PDB
.427
2.343
a. Dependent Variabel: PERUBAHAN ROA
Sumber : Output SPSS
Tabel di atas memperlihatkan hasil pengujian multikolinieritas. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi multikolinieritas. Hal ini ditunjukkan dengan tolerance value masing-masing variabel berada di atas 0,10 dan nilai VIF berada di bawah 10. Dengan demikian model regresi dalam penelitian ini terbebas dari gelaja multikolinieritas.
c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota seperangkat data observasi yang diurutkan waktu. Untuk 64
mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi digunakan metode Durbin Watson Test (D-W Test). Kriteria pengujian adalah apabila nilai D-W diantara -2 sampai +2, berarti tidak terdapat autokorelasi.
Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi Perubahan ROA Model Summaryb
Model
R
R Square
.457a
1
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.209
.203
.7289595
Durbin-Watson 1.882
a. Predictors: (Constant), PERUBAHAN PDB, PERUBAHAN INFLASI, PERUBAHAN KURS b. Dependent Variabel: PERUBAHAN ROA
Sumber : Output SPSS Dengan melihat tabel 4.3 diperoleh perhitungan D-W adalah 1,882 sedangkan dari kriteia uji, nilai D-W yang terletak antara -2 sampai +2 maka terbebas dari gejala autokorelasi. Oleh karena hasil perhitungan D-W sebesar 1,882 maka model tersebut tidak mengandung autokorelasi baik positif maupun negatif.
d. Uji Heteroskedastisitas Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi 65
ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan beberapa cara, namun pada penelitian kali ini penulis melakukan Uji Park. Jika parameter
beta
tidak
signifikan
secara
statistik,
maka
asumsi
homoskedastisitas pada data model tersebut tidak ditolak. Tabel 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Perubahan ROA dengan Uji Park Coefficientsa
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
-.211
.934
PERUBAHAN INFLASI
-.185
.233
PERUBAHAN KURS
.911
PERUBAHAN PDB
.541
t
Beta
Sig. -.226
.821
-.046
-.792
.429
1.669
.034
.546
.586
4.940
.008
.110
.913
a. Dependent Variabel: Ln_U2iY1
Sumber : Output SPSS Dari tabel 4.4 diatas dketahui bahwa hasil regresi dari parameter beta tidak signifikan secara statistik, maka asumsi homoskedastisitas pada data model tersebut tidak dapat ditolak atau dengan kata lain tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada model regresi tersebut.
2.2 Uji Asumsi Klasik Model Regresi Linear Persamaan 2 •
Variabel Dependen
•
Variabel Independen : Perubahan inflasi, perubahan nilai tukar
: Perubahan ROE (Return on Equity)
rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dan perubahan Produk Domestik Bruto (PDB). 66
a. Uji Normalitas Data Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Untuk mendeteksi normalitas data suatu model regresi dapat diidentifikasikan dari grafik scatter plot. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Hasil pengujian penelitian ini, berdasarkan pengaruh perubahan inflasi, perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dan perubahan PDB terhadap perubahan ROE perusahaan manufaktur adalah sebagai berikut: Gambar 4.3 Hasil Uji Normalitas Perubahan ROE Pada Saat Masih Ada Outlier
Sumber : Output SPSS
67
Dari hasil scatter plot di atas dapat diketahui bahwa data tersebut tidak terdistribusi normal karena titik-titik yang menyebar tidak berada di sekitar garis diagonal. Agar dapat memenuhi asumsi normalitas data, dimana nilai-nilai outlier telah dikeluarkan sehingga mendapatkan observasi sebanyak 405 perusahaan. Outlier adalah nilai yang terpisah dari kumpulan observasi yang dapat bernilai sangat besar atau sangat kecil. Tujuannya adalah untuk menentukan atau mengevaluasi kesahihan suatu model, baik untuk melihat pelanggaran terhdapa asumsi maupun untuk melihat penyimpangan nilai prediksi terhadap nilai sesungguhnya (Nachrawi dan Usman, 2006:135). Hasil dari uji normalitas data setelah dilakukan pembuangan terhadap data uang outlier dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Gambar 4.4 Hasil Uji Normalitas Perubahan ROE Setelah Tidak Ada Outlier
Sumber : Output SPSS 68
Dari hasil scatter plot di atas dapat diketahui bahwa data tersebut telah terdistribusi normal karena titik-titik yang menyebar berada di sekitar garis diagonal. Sehingga penelitian ini dapat dikatakan telah memenuhi asumsi normalitas data.
b. Uji Multikolinieritas Pengujian terhadap gejala multikolenieritas berguna untuk mengetahui apakah ada hubungan linear sempurna antara beberapa atau semua variabel independen yang dipergunakan dalam model regresi penelitian ini. Untuk mengetahui apakah antara variabel independent mempunyai kolinieritas yang kuat atau tidak, digunakan Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance (TOL). Jika tolerance value di bawah 0,10 dan nilai VIF di atas 10 maka terjadi multikolenieritas. Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinieritas Perubahan ROE Coefficients
a
Collinearity Statistics Model 1
Tolerance
VIF
(Constant) PERUBAHAN .691
1.447
PERUBAHAN KURS
.594
1.684
PERUBAHAN PDB
.444
2.251
INFLASI
a. Dependent Variabel: PERUBAHAN ROE
Sumber : Output SPSS
69
Tabel di atas memperlihatkan hasil pengujian multikolinieritas. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi multikolinieritas. Hal ini ditunjukkan dengan tolerance value masing-masing variabel berada di atas 0,10 dan nilai VIF berada di bawah 10. Dengan demikian model regresi dalam penelitian ini terbebas dari gejala multikolinieritas.
c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota seperangkat data observasi yang diurutkan waktu. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi digunakan metode Durbin Watson Test (D-W Test). Kriteria pengujian adalah apabila nilai D-W diantara -2 sampai +2, berarti tidak terdapat autokorelasi. Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi Perubahan ROE Model Summaryb
Model 1
R .495a
R Square
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.245
.239
.6730077
Durbin-Watson 1.892
a. Predictors: (Constant), PERUBAHAN PDB, PERUBAHAN INFLASI, PERUBAHAN KURS b. Dependent Variabel: PERUBAHAN ROE
Dengan melihat tabel 4.6 diperoleh perhitungan D-W adalah 1,892 sedangkan dari kriteia uji, nilai D-W yang terletak antara -2 sampai +2 maka terbebas dari gejala autokorelasi. Oleh karena hasil perhitungan D-W sebesar
70
1,882 maka model tersebut tidak mengandung autokorelasi baik positif maupun negatif. d. Uji Heteroskedastisitas Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan beberapa cara, namun pada penelitian kali ini penulis melakukan Uji Park. Jika parameter beta tidak signifikan secara statistik, maka asumsi homoskedastisitas pada data model tersebut tidak ditolak. Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas Perubahan ROE dengan Uji Park Coefficientsa
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error
-1.075
.902
PERUBAHAN INFLASI
-.221
.226
PERUBAHAN KURS
1.924
PERUBAHAN PDB
4.487
t
Beta
Sig.
-1.192
.234
-.056
-.979
.328
1.612
.074
1.193
.233
4.773
.067
.940
.348
a. Dependent Variabel: Ln_U2iY2
Sumber : Output SPSS Dari tabel 4.7 diatas diketahui bahwa hasil regresi dari parameter beta tidak signifikan secara statistik, maka asumsi homoskedastisitas pada data
71
model tersebut tidak dapat ditolak atau dengan kata lain tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada model regresi tersebut.
3. Uji Hipotesis a. Uji F-Test Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen (perubahan inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan Produk Domestik Bruto) terhadap variabel dependen perubahan kesehatan perusahaan (perubahan Return on Assets dan Return on Equity) pada perusahaan-perusahaan yang tergolong kedalam industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara simultan atau bersama-sama. Tabel 4.8 Hasil Pengujian Regresi Simultan Perubahan ROA ANOVAb Model 1
Sum of Squares Regression
Df
Mean Square
56.350
3
18.783
Residual
213.084
401
.531
Total
269.434
404
F
Sig.
35.348
.000a
F-tabel = 2.627158 ; sig = 0.05 a. Predictors: (Constant), PERUBAHAN PDB, PERUBAHAN INFLASI, PERUBAHAN KURS b. Dependent Variabel: PERUBAHAN ROA
Sumber : Output SPSS Berdasarkan pada tabel 4.8 diatas, menunjukkan nilai f-hitung sebesar 35.348 lebih besar dari f-tabel yaitu 2.627158 dan nilai probabilitas signifikansinya dibawah 5 % yang berarti secara simultan perubahan variable ekonomi makro memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan ROA perusahaan manufaktur. 72
Hasil pengujian ini mendukung hipotesis Ha1 yang menyatakan bahwa perubahan variabel ekonomi makro (inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan Produk Domestik Bruto) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap perubahan ROA (Return on Assets). Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Waspodo dan Toto Aryanto (2005) dalam penelitiannya tentang pengaruh variabel-variabel ekonomi makro dan faktor mikro terhadap ROA dan ROE industri manufaktur otomotive di Indonesia tahun 1996-2005 yang menunjukkan bahwa perubahan variabel ekonomi makro berpengaruh signifikan secara simultan (bersama-sama) terhadap perubahan ROA dan ROE perusahaan.
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Regresi Simultan Perubahan ROE ANOVAb Model 1
Sum of Squares Regression
Df
Mean Square
58.965
3
19.655
Residual
181.629
401
.453
Total
240.593
404
F
Sig.
43.394
.000a
F-tabel = 2.627158 ; sig = 0.05 a. Predictors: (Constant), PERUBAHAN PDB, PERUBAHAN INFLASI, PERUBAHAN KURS b. Dependent Variabel: PERUBAHAN ROE
Sumber: Output SPSS Berdasarkan pada tabel 4.9 diatas, menunjukkan nilai f-hitung sebesar 43.394 lebih besar dari f-tabel yaitu 2.627158 dan nilai probabilitas signifikansinya dibawah 5 % yang berarti secara simultan
73
perubahan variable ekonomi makro memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan ROE perusahaan manufaktur. Hasil pengujian ini mendukung hipotesis Ha3 yang menyatakan bahwa perubahan variabel ekonomi makro (inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan Produk Domestik Bruto) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap perubahan ROE (Return on Equity). Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Waspodo dan Toto Aryanto (2005) dalam penelitiannya tentang pengaruh variabel-variabel ekonomi makro dan faktor mikro terhadap ROA dan ROE industri manufaktur otomotive di Indonesia tahun 1996-2005 yang menunjukkan bahwa perubahan variabel ekonomi makro berpengaruh signifikan secara simultan (bersama-sama) terhadap perubahan ROA dan ROE perusahaan.
b. Uji T-Test Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (perubahan inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan Produk Domestik Bruto) terhadap variabel dependen perubahan kesehatan perusahaan (perubahan Return on Assets dan Return on Equity) pada perusahaan-perusahaan yang tergolong kedalam industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara parsial atau masing-masing.
74
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Regresi Parsial Perubahan ROA Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
1.034
.387
PERUBAHAN INFLASI
-.270
.099
PERUBAHAN KURS
2.932
PERUBAHAN PDB
5.207
Coefficients t
Beta
Sig. 2.674
.008
-.151
-2.738
.006
.684
.246
4.286
.000
2.051
.173
2.539
.011
t-tabel = 1,965897 ; sig. = 0,05 a. Dependent Variabel: PERUBAHAN ROA
Sumber : Output SPSS Pada tabel 4.10 diatas menunjukkan nilai t-hitung variabel konstanta, perubahan inflasi, kurs dan PDB masing-masing sebesar 2.674, -2.738, 4.286 dan 2.539 dimana nilai tersebut berada diatas nilai t-tabel yaitu 1.966 dan dilihat dari nilai probabilitas signifikansinya berada dibawah 5 %. Hal ini dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel perubahan ekonomi makro berpengaruh signifikan secara parsial terhadap perubahan ROA perusahaan manufaktur. Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Maharani Ika Lestari dan Toto Sugiharto (2007) yang meneliti pengaruh variabel makro terhadap kinerja dan likuiditas bank devisa dan non devisa. Adapun hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel ekonomi makro tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA perusahaan. Hal ini terjadi karena dimungkinkan adanya perbedaan karakteristik sampel, jumlah observasi dan periode penelitian. 75
Tabel 4.11 Hasil Pengujian Regresi Parsial Perubahan ROE Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Coefficients
Std. Error .922
.353
PERUBAHAN INFLASI
-.212
.088
PERUBAHAN KURS
3.589
PERUBAHAN PDB
4.740
t
Beta
Sig. 2.611
.009
-.126
-2.417
.016
.646
.313
5.552
.000
1.865
.165
2.542
.011
a. Dependent Variabel: PERUBAHAN ROE
Sumber : Output SPSS Selanjutnya pada tabel 4.11 diatas menunjukkan nilai t-hitung variabel konstanta, perubahan inflasi, kurs dan PDB masing-masing sebesar 2.611, -2.417, 5.552 dan 2.542 dimana nilai tersebut berada diatas nilai t-tabel yaitu 1.966 dan dilihat dari nilai probabilitas signifikansinya berada dibawah 5 %. Hal ini dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel perubahan ekonomi makro berpengaruh signifikan secara parsial terhadap perubahan ROE perusahaan manufaktur. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Waspodo dan Toto Aryanto (2005) dalam penelitiannya tentang pengaruh variabel-variabel ekonomi makro dan faktor mikro terhadap ROE industri manufaktur otomotive di Indonesia tahun 1996-2005 yang menunjukkan bahwa perubahan variabel ekonomi makro berpengaruh signifikan secara parsial terhadap perubahan ROE perusahaan.
76
4. Koefisien Determinasi ( Adj R Square) Melalui pengujian serentak dapat diketahui besarnya koefisien 2
2
determinasi (Adj R ). Dari koefisien determinasi (Adj R ) dapat diketahui derajat ketepatan dari analisis regresi linier berganda menunjukkan besarnya variasi sumbangan seluruh variabel independen terhadap variabel dependennya. 2
Nilai adjusted R pada perubahan ROA perusahaan manufaktur sebesar 20,3 % sebagaimana terlihat nilainya pada tabel 4.4 hasil uji autokorelasi perubahan ROA, hal 65. Ini berarti perubahan variabel ekonomi makro hanya dapat menjelaskan sebesar 20,3% pada perubahan ROA perusahaan manufaktur, sedangkan 79,7% dijelaskan oleh variabelvariabel lain. Sedangkan pada perubahan ROE perusahaan manufaktur nilai 2
adjusted R sebesar 23,9 % sebagaimana terlihat nilainya pada tabel 4.6 hasil uji autokorelasi perubahan ROE, hal 70. Ini berarti perubahan variabel ekonomi makro hanya dapat menjelaskan sebesar 23,9% pada perubahan ROE perusahaan manufaktur, sedangkan 76,1% dijelaskan oleh variabel-variabel lain.
3. Hasil Penelitian Pengujian terhadap penelitian ini dilakukan melalui uji regresi linier berganda. Adapun hasil analisinya adalah sebagai berikut:
77
a. Hasil Uji Regresi Linier Berganda Adapun hasil regresi linier berganda pengaruh perubahan variabel ekonomi makro (inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dan Produk Domestik Bruto) terhadap perubahan kesehatan perusahaan (ROA dan ROE) yang tergolong kedalam industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia adalah sebagai berikut : Dari tabel 4.10 hasil pengujian regresi parsial perubahan ROA hal 75 di atas dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk perubahan ROA perusahaan tergolong kedalam industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah sebagai berikut: •
Persamaan 1: Y1 = 1,034 - 0,270 X1 + 2,932 X2 + 5,207 X3 Koefisien-koefisien pada persamaan 1 regresi linier berganda di atas dapat diartikan sebagai berikut: a. Tanda pada koefisien regresi mencerminkan hubungan antara variabel independen (perubahan inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan produk domestik Bruto) dengan variabel dependen (perubahan Return on Assets) pada perusahaan-perusahaan yang tergolong kedalam industri manufaktur. Tanda positif (+) berarti terdapat hubungan yang positif atau searah antara variabel independen dengan variabel dependen. Semakin meningkat nilai variabel independen (perubahan inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan produk domestik Bruto) maka semakin meningkat pula
78
nilai variabel dependen (perubahan Return on Assets) pada perusahaan-perusahaan yang tergolong kedalam industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI), begitu juga sebaliknya. b. Koefisien regresi untuk variabel perubahan inflasi (X1) sebesar -0.270 menunjukkan bahwa jika variabel perubahan inflasi (X1) meningkat satu satuan persen maka akan berpengaruh negatif terhadap variabel dependen perubahan ROA sebesar -0.270. Inflasi berpengaruh negatif terhadap perubahan kesehatan perusahaan (ROA dan ROE). Hal ini bisa terjadi karena ketika inflasi tinggi akan menyebabkan daya beli masyarakat menurun dan biaya produksi menjadi mahal. Dari kondisi ini akan membuat kemampuan perusahaan dalam menciptakan keuntungan menjadi berkurang sehingga profitabilitas perusahaan menurun. c. Koefisien regresi untuk variabel perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika (X2) sebesar 2,932 menunjukkan bahwa jika variabel perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika (X2) meningkat satu satuan rupiah maka akan berpengaruh positif terhadap variabel dependen perubahan ROA sebesar 2,932. Perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika berpengaruh positif terhadap perubahan kesehatan perusahaan. Hal ini diasumsikan bahwa, ketika nilai rupiah menguat maka perusahaan yang melakukan ekspor barang ke luar negeri akan mendapatkan keuntungan yang lebih banyak, sehingga profitabilitasnya meningkat.
79
d. Koefisien regresi untuk variabel perubahan Produk Domestik Bruto (PDB) (X3) sebesar 5,207 menunjukkan bahwa jika variabel perubahan Produk domestik Bruto (X3) meningkat satu satuan rupiah maka akan berpengaruh positif terhadap variabel dependen perubahan ROA sebesar 5,207. Perubahan PDB berpengaruh positif terhadap perubahan kesehatan perusahaan manufaktur. Hal ini bisa terjadi karena ketika PDB meningkat secara otomatis daya beli masyarakat meningkat, sehingga perusahaan dapat memproduksi lebih banyak yang akhirnya mengakibatkan profitabilitas meningkat. Selain dilihat dari posisi daya beli, ketika PDB naik, maka kecenderungan masyarakat untuk melakukan investasi lebih tinggi, sehingga perusahaan dapat menambah modalnya untuk meningkatkan laba
•
Persamaan 2: Y2 = 0,922 - 0,212 X1 + 3,589 X2 + 4,740 X3 Koefisien-koefisien pada persamaan 2 regresi linier berganda di atas dapat diartikan sebagai berikut: a. Tanda pada koefisien regresi mencerminkan hubungan antara variabel independen (perubahan inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan produk domestik Bruto) dengan variabel dependen (perubahan Return on Eqiuty) pada perusahaan-perusahaan yang tergolong kedalam industri manufaktur. Tanda positif (+) berarti terdapat hubungan yang positif atau searah antara variabel independen
80
dengan variabel dependen. Semakin meningkat nilai variabel independen (perubahan inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan produk domestik Bruto) maka semakin meningkat pula nilai variabel dependen (perubahan Return on Eqiuty) pada perusahaan-perusahaan yang tergolong kedalam industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI), begitu juga sebaliknya. b. Koefisien regresi untuk variabel perubahan inflasi (X1) sebesar -0.212 menunjukkan bahwa jika variabel perubahan inflasi (X1) meningkat satu satuan persen maka akan berpengaruh negatif terhadap variabel dependen perubahan ROE sebesar -0.212. Inflasi berpengaruh negatif terhadap perubahan kesehatan perusahaan (ROA dan ROE). Hal ini bisa terjadi karena ketika inflasi tinggi akan menyebabkan daya beli masyarakat menurun dan biaya produksi menjadi mahal. Dari kondisi ini akan membuat kemampuan perusahaan dalam menciptakan keuntungan menjadi berkurang sehingga profitabilitas perusahaan menurun. c. Koefisien regresi untuk variabel perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika (X2) sebesar 3,589 menunjukkan bahwa jika variabel perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika (X2) meningkat satu satuan rupiah maka akan berpengaruh positif terhadap variabel dependen perubahan ROE sebesar 3,589. Perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika berpengaruh positif terhadap perubahan kesehatan perusahaan. Hal ini diasumsikan bahwa, ketika nilai rupiah
81
menguat maka perusahaan yang melakukan ekspor barang ke luar negeri akan mendapatkan keuntungan yang lebih banyak, sehingga profitabilitasnya meningkat. d. Koefisien regresi untuk variabel perubahan Produk Domestik Bruto (PDB) (X3) sebesar 4,740 menunjukkan bahwa jika variabel perubahan Produk domestik Bruto (X3) meningkat satu satuan rupiah maka akan berpengaruh positif terhadap variabel dependen perubahan ROE sebesar 4,740. Perubahan PDB berpengaruh positif terhadap perubahan kesehatan perusahaan manufaktur. Hal ini bisa terjadi karena ketika PDB meningkat secara otomatis daya beli masyarakat meningkat, sehingga perusahaan dapat memproduksi lebih banyak yang akhirnya mengakibatkan profitabilitas meningkat. Selain dilihat dari posisi daya beli, ketika PDB naik, maka kecenderungan masyarakat untuk melakukan investasi lebih tinggi, sehingga perusahaan dapat menambah modalnya untuk meningkatkan laba
82
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap perubahan ROA dan perubahan ROE perusahaan yang tergolong industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) variabel dependen, dengan perubahan inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan Produk Domestik Bruto (PDB) sebagai variabel independen, selama jangka waktu lima tahun dimulai dari periode 2003 sampai dengan 2007 adalah sebagai berikut : 1. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa seluruh variabel perubahan ekonomi makro (inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan Produk Domestik Bruto) berpengaruh secara signifikan baik secara parsial maupun secara simultan terhadap perubahan kesehatan perusahaan yang diukur dengan perubahan Return on Assets (ROA) maupun Return on Equity (ROE) perusahaan manufaktur. 2. Secara parsial perubahan inflasi berpengaruh negatif terhadap perubahan kesehatan perusahaan (ROA dan ROE). Hal ini bisa terjadi karena ketika inflasi tinggi akan menyebabkan daya beli masyarakat menurun dan biaya produksi menjadi mahal. Dari kondisi ini akan membuat kemampuan perusahaan dalam menciptakan keuntungan menjadi berkurang sehingga profitabilitas perusahaan menurun.
83
3. Perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika berpengaruh positif terhadap perubahan kesehatan perusahaan. Hal ini diasumsikan bahwa, ketika nilai rupiah menguat maka perusahaan yang melakukan ekspor barang ke luar negeri akan mendapatkan keuntungan yang lebih banyak, sehingga profitabilitasnya meningkat. 4. Perubahan PDB berpengaruh positif terhadap perubahan kesehatan perusahaan manufaktur. Hal ini bisa terjadi karena ketika PDB meningkat secara otomatis daya beli masyarakat meningkat, sehingga perusahaan dapat memproduksi lebih banyak yang akhirnya mengakibatkan profitabilitas meningkat. Selain dilihat dari posisi daya beli, ketika PDB naik, maka kecenderungan masyarakat untuk melakukan investasi lebih tinggi,
sehingga
perusahaan
dapat
menambah
modalnya
untuk
meningkatkan laba. 5. Variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap perubahan kesehatan perusahaan manufaktur baik terhadap ROA maupun ROE adalah variabel perubahan Produk Domestik Bruto (PDB). Hal ini diasumsikan bahwa PDB memiliki pengaruh yang positif terhadap peningkatan laba perusahaan. 6. Nilai adjusted R squared (R2) atau tingkat koefisien determinasi pada perubahan ROA perusahaan manufaktur sebesar 20,3 %. Ini berarti perubahan variabel ekonomi makro hanya dapat menjelaskan sebesar 20,3% pada perubahan ROA perusahaan manufaktur, sedangkan 79,7% dijelaskan oleh variabel-variabel lain.
84
7. Nilai adjusted R squared (R2) atau tingkat koefisien determinasi pada perubahan ROE perusahaan manufaktur sebesar 23,9 %. Ini berarti perubahan variabel ekonomi makro hanya dapat menjelaskan sebesar 23,9% pada perubahan ROE perusahaan manufaktur, sedangkan 76,1% dijelaskan oleh variabel-variabel lain.
B. Implikasi Penelitian Dalam penelitian ini tidak terlepas dari kekurangan dan keterbatasan, sehingga membuat hasil penelitian ini kurang sempurna. Keterbatasanketerbatasan tersebut diantaranya : 1. Variabel independen yang digunakan hanya variabel makro yaitu variabel eksternal perusahaan dan yang digunakan hanya tiga variabel, sementara masih terdapat variabel makro yang lainnya. 2. Data yang digunakan adalah data tahunan. 3. Sampel yang digunakan hanya terbatas pada perusahaan yang tergolong industri manufaktur. 4. Periode penelitian hanya 5 tahun dan karena data yang digunakan adalah data perubahan maka sampel yang digunakan selama 4 tahun. 5. Perubahan kesehatan perusahaan hanya diukur dari rasio profitabilitas saja yang diwakili oleh perubahan ROA dan ROE, sementara masih banyak faktor lain yang dapat mengukur tingkat kesehatan perusahaan.
85
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat berimplikasi kepada beberapa pihak, antara lain sebagai berikut : •
Bagi investor, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi tambahan yang bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan investasi di pasar modal.
•
Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan dengan menambah variabel-variabel lain, baik variabel internal maupun variabel eksternal perusahaan. Adapun untuk mengukur tingkat kesehatan perusahaan bisa digunakan metode lain dan periode waktu penelitian bisa lebih panjang dengan sampel yang lebih luas.
•
Bagi pembaca, diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan.
86
DAFTAR PUSTAKA Afni, Ummu Arifa dan Ihalauw, John. “Manajemen Earning dalam Penawaran Perdana Saham di bursa Efek Jakarta Periode 1998-2000”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Dian ekonomi, Vol 8 No.2, 2002. Antariksa, Riki. “Pengaruh Risiko Likuiditas Terhadap Profitabilitas ”, Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis Islami, EKSIS, 2004. Auliyah dan Hamzah, A. “Analisis Karakteristik Perusahaan, Industri dan Ekonomi Makro terhadap Return Saham Syariah di BEJ”, Jurnal Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, tahun 2005. Bangun, Nehseh. “Analisis Tingkat Kesehatan Perusahaan Dalam Menentukan Presentase Pengurangan Hutang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) atas Wajib Pajak Badan”, Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2002. Fauzan. “Analisis Pengaruh Variabel Makro Ekonomi terhadap Indeks Harga Saham Sektoral di BEJ”, skripsi S1 yang tidak dipublikasikan, FEIS UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007. Ghozali, Imam. “Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Edisi 3, Universitas Diponegoro, 2000. Halim, Abdul. “Analisis Investasi”, edisi kedua, Salemba Empat, Malang, 2005. Haruman, Tendi, dkk. “Pengaruh Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS, Tingkat Suku Bunga SBI, dan Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Ekonomi STEI No. 2, Juni 2005. Himawan, Sugijatmo, “Pengaruh Proporsi Kepemilikan Saham Publik Terhadap Rasio Keuangan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”, Tesis S2, Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2004. Husnan, Suad. “ Dasar-Dasar Teori Potofolio dan Analisis Sekuritas”, Edisi ketiga cetakan kedua, Unit Penerbit dan PercetakanAMP YKPN, Yogyakarta 2001. Indrawati, Yulia. “Ekonometrika II_Part Panel Data”, 2006. Lestari dan Sugiharto, T. “Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya”, Jurnal Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek dan Sipil), Vol 2, Agustus 2007.
87
Machfoedz, Mas’ud, “Profil Kinerja Financial Perusahaan yang Go Public di Pasar Modal ASEAN”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, vol 14 No. 3, 1999. Marniati. “Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Deposito dan Inflasi terhadap Kinerja Pasar Modal Indonesia”, skripsi S1 yang tidak dipublikasikan, FEIS UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2005. Murtini, Umi dan Dewi, Nathalia. “ Pengaruh Perubahan Variabel Ekonomi Makro terhadap Perubahan Kesehatan Perusahaan Manufaktur”, Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis, Vol 1 No.1, Universitas Kristen Duta Wacana, Juli 2006. Mulyono, Sri. “Statistika Untuk Ekonomi”, Edisi 2, Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta, 2003. Nachrowi, Jalal. “Pendekatan Populer dan Praktis EKONOMETRIKA Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”, Edisi 1, Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta, 2006. Pudjiastuti, Widanarni. “Analisis Pengaruh Faktor Krisis Moneter dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur”, Tesis S2, Universitas Gajah Mada, 2002. Putong, Iskandar. “ Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro”, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2000. Reksoprayitno, Sudiyono. “Ekonomi Makro: Analisa IS-LM dan PermintaanPenawaran Agregatip”, Edisi ketiga cetakan kedua, Liberty, Yogyakarta, 1981. Riyanto, Bambang. “Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan”, Edisi 4. Robertson, John, “A Ratio Model to Measure Change in Financial Health”, Management Accounting, pp 55-57, 1985. Sarjono, Haryadi. “Analisis Laporan Keuangan Sebagai Alat Prediksi Kemungkinan Kebangkrutan Dengan Model Diskriminan Altman Pada Sepuluh Perusahaan property di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bunda Mulia, Jakarta, 2007. Sawitri, Peni. “Prediksi Tingkat Kesehatan Perusahaan Asuransi Jiwa Termasuk Kemungkinan Kebangkrutannya dengan Rasio-Rasio Keuangan”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, No. 2, Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma, 2002.
88
Sawir, Agnes, “ Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan”, cetakan ketiga, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003 Sudjono. “Analisis Keseimbangan dan Hubungan Simultan antara Variabel Ekonomi Makro Terhadap Indeks Harga Saham”, Jurnal Ekonomi, Jakarta, Agustus 2007. Sutrisno. ”Analisis Tingkat Kesehatan dan Potensi Kebangkrutan (Studi empiris pada perusahaan property dan real estate yang etrdaftar di BEJ)”, skripsi S1 yang tidak dipublikasikan, FEIS UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2004. Sukirno, Sadono. “Makroekonomi : Teori Pengantar ”, Edisi ketiga cetakan keenam belas, Rajawali Pers, September 2004. Sasongko dan Wulandari, N. “Pengaruh EVA dan Rasio-Rasio Profitabilitas Terhadap harga Saham”, Jurnal Keuangan, Vol 19 No. 1, Empirika, Juni 2006. Tandelilin, Eduardus, “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”, Edisi pertama, BPFE, Yogyakarta, 2001. ULUPUI, I G. K. A., ”Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas, Dan Profitabilitas Terhadap Return Saham”, Jurnal Akuntansi; Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, 2005. Utami, Mudji dan Rahayu, Mudjilah. “ Peran Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar Dalam Mempengaruhi Pasar Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi”, Jurnal Ekonomi Manajemen, Vol 5 No.2, Universitas Kristen Petra, September 2003. Waspodo dan Aryanto. “Pengaruh Variabel-Variabel Ekonomi Makro dan Faktor Mikro terhadap Return on Equity Sektor Industri Manufaktur Otomotiv di Indonesia Tahun 1996-2005”, Thesis Media Pressindo, Yogyakarta, Juni 2005. Winarni dan Sugiyarso. “Pemahaman Laporan Keuangan, Pengelolaan Aktiva, Kewajiban dan Modal serta Pengukuran Kinerja Perusahaan”, Media Pressindo, Yogyakarta, Juni 2005.
89
LAMPIRAN - LAMPIRAN
90
LAMPIRAN 1 DATA PERUBAHAN KESEHATAN PERUSAHAAN (PERUBAHAN ROA DAN ROE) INDUSTRI MANUFAKTUR TAHUN 2004-2007
91
DATA PERUBAHAN RETURN ON ASSETS (ROA) PERUSAHAAN MANUFAKTUR PERIODE 2004-2007
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
Nama Perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Holcim Indonesia Tbk Semen Gresik (Persero) Tbk Asahimas Flat Glass Tbk Arwana Citramulia Tbk Intikeramik Alamasri Industri Tbk Mulia Industrindo Tbk Surya Toto Indonesia Tbk Alumindo Light Mental Industry Tbk Betonjaya Manunggal Tbk Citra Tubindo Tbk Indal Aluminium Industry Tbk Jakarta Kyoei Steel Works Ltd Tbk Jaya Pari Steel Corp Tbk Lion Metal Works Tbk Lionmesh Prima Tbk Pelangi Indah Canindo Tbk Tembaga Mulia Semanan Tbk Budi Acid Jaya Tbk Colorpak Indonesia Tbk Duta Pertiwi Nusantara Tbk Ekadharma Internasional Tbk Eterindo Wahanatama Tbk Intanwijaya Internasional Tbk Resource Alam Indonesia Tbk Sorini Corporation Tbk Unggul Indah Cahaya Tbk Argha Karya Prima Ind. Tbk Asiaplast Industries Tbk Berlina Tbk Dynaplast Tbk Fatrapolindo Nusa Industri Tbk Kageo Igar Jaya Tbk Lapindo Internasional Tbk Siwani Makmur Tbk Trias Sentosa Charoen Pokphand Indonesia Tbk JAPFA Comfeed Indonesia Tbk Sieard Produce Tbk Barito Pacific Timber Tbk Daya Sakti Unggul Corporation Tbk
D_ROA 04 0.8571 -3.5000 0.4000 0.1818 0.2500 1.0400 -4.7500 0.3333 0.2500 15.0000 0.0000 0.7692 1.3000 0.1364 0.6000 1.6000 1.0000 2.0000 0.2500 0.0000 -5.0000 0.0000 1.3810 0.4000 0.8000 0.1667 1.0000 0.9833 -3.0000 0.3333 0.2857 7.0000 0.2857 2.0000 0.2000 0.8000 -3.6667 2.2000 0.5000 1.7143 0.8333
D_ROA 05 0.0000 0.2857 1.0000 0.0769 0.0000 1.8000 0.0000 0.7500 2.0000 0.2500 2.0000 0.3333 1.3077 -0.3200 -0.2500 0.2308 1.5000 1.0000 0.3333 0.1250 0.2500 0.0000 1.1250 0.1429 9.0000 0.1429 0.6667 1.0000 0.5000 -0.7500 -0.6000 1.1250 -0.4444 2.5000 -0.2500 -0.5000 -1.2500 -1.1667 -0.0833 -7.0000 9.0000
D_ROA 06 -0.1429 -1.4000 0.2143 -1.0714 -0.4000 -0.6000 -0.1333 0.2857 0.4000 -0.6667 0.8571 -1.5000 -0.5000 -0.1765 -0.0833 -0.4000 0.0000 -2.5000 9.0000 -0.1429 -1.6667 0.1429 1.0000 -1.5000 6.0000 -0.3333 -0.8000 0.0000 -1.0200 -2.0000 -1.5000 -0.4118 -0.4000 -1.2857 -0.3333 0.0000 1.5000 6.0000 -1.3636 -0.9867 -0.4615
D_ROA 07 0.5000 -0.9000 0.2353 -8.0000 0.1667 4.0000 0.6154 -0.2222 -0.4286 6.5000 0.4615 -0.5000 0.5000 0.5714 0.0000 0.3333 0.0000 -1.0333 0.5000 -0.1667 1.0000 -0.2500 0.5000 -1.0000 -0.4286 1.7500 1.5000 1.0000 4.0000 -5.0000 -2.0000 0.7000 0.6667 -0.5000 -0.5000 0.0000 0.2000 -0.1429 -0.2500 6.5000 1.2857
92
DATA PERUBAHAN RETURN ON ASSETS (ROA) PERUSAHAAN MANUFAKTUR PERIODE 2004-2007
No
Nama Perusahaan
42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82
Surya Dumai Industri Tbk Sumalindo Lestari Jaya Tbk Tirta Mahakam Playwood Industry Tbk Fajar Surya Wisesa Tbk Indah Kiat Pulp &Paper Corp Tbk Surabaya Agung Industry Pulp Suparma Tbk Tjiwi Kimia Tbk Astra Int'l Tbk Astra Otoparts Tbk Goodyear Indonesia Tbk Gajah Tunggal Tbk Indomobil Sukses Internasional Tbk Indospring Tbk Multi Prima Sejahtera Tbk Nipress Prima Alloy Steel Universal Tbk Selamat Sempurna Tbk Argo Pantes Tbk Centex (Saham Seri B) Centex Eratex Djaja Limited Tbk Ever Shine Textile Industry Tbk Panasia Indosintex Tbk Indorama Synthetics Tbk Karwell Indonesia Tbk Hanson International Tbk Hanson International Tbk (Seri B) APAC Citra Centertex Tbk Panasia Filament Inti Tbk Pan Brother Tbk Polysindo Eka Perkasa Tbk Roda Vivatex Tbk Ricky Putra Globalindo Tbk Sunson Textile Manufacturer Tbk Texmaco Jaya Tbk Teijin Indonesia Fiber Tbk Sepatu Bata Tbk Primarindo Asia Infrastructur Tbk Surya Intrindo Makmur Tbk Sumi Indo Kabel Tbk
D_ROA 04 1.3200 -4.5000 0.0000 0.9000 0.0000 0.4167 1.5000 3.0000 0.1250 0.1818 0.5000 0.1429 1.2500 -3.5000 3.0000 -3.0000 0.0000 0.1250 -0.2857 0.0000 0.0000 1.5000 0.4000 0.5000 0.0000 1.0167 1.1333 1.1333 0.4286 0.3333 0.4000 0.8750 1.0000 8.0000 -6.0000 0.0909 0.9333 0.1333 0.2128 0.2727 1.6667
D_ROA 05 1.3750 -0.9929 0.0000 0.0000 -1.2000 0.6471 -1.1667 -1.7500 -0.1429 0.0000 -1.3333 -0.3750 -1.4000 -0.8000 4.0000 -2.0000 -0.6667 0.0000 0.1667 4.0000 4.0000 0.4000 -0.3333 -9.0000 -0.6000 0.0000 -1.5000 -2.2500 -0.2500 -0.3750 -0.5714 -0.5333 0.5000 0.0000 0.2000 -0.2500 4.5000 -0.3846 -0.5946 0.3750 1.0000
D_ROA 06 -0.4737 -4.0000 -0.8000 0.2000 -5.0000 -1.0357 1.0000 -2.0000 -0.5000 0.0000 -4.0000 -0.6000 -1.7500 -1.4000 -0.9000 1.0000 -0.5000 0.0000 -0.9286 -1.8000 -1.8000 -0.7143 0.0000 -0.9963 -0.2500 -4.0000 1.7600 1.7600 -1.0667 0.2000 -0.3333 -0.9714 0.0000 -0.2222 -1.1667 -0.7407 0.6364 -0.1250 -1.3333 -0.3636 1.0000
D_ROA 07 1.0000 -2.0000 4.0000 0.3333 1.0250 -4.0000 0.5000 0.9000 0.6667 0.2222 0.5000 0.0000 1.6667 6.5000 -8.0000 0.2500 0.2000 0.1111 3.0000 0.2500 0.2500 0.5000 1.0200 2.3333 1.0000 1.1304 0.4203 0.4203 1.5000 1.1667 1.0000 -1.6667 0.1667 0.2857 -4.0000 1.0000 0.3889 0.0000 -2.2000 1.1429 0.5000
93
DATA PERUBAHAN RETURN ON ASSETS (ROA) PERUSAHAAN MANUFAKTUR PERIODE 2004-2007 No 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122
Nama Perusahaan Jembo Cable company Tbk GT Kabel Indonesia Tbk Kabelindo Murni Tbk Sucaco Tbk Voksel Electric Tbk Arona Binasejati Tbk Ades Water Indonesia Tbk Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk Aqua Golden Mississippi Tbk Cahaya Kalbar Tbk Davomas Abadi Tbk Delta Djakarta Tbk Indofood Sukses Makmur Tbk Multi Bintang Indonesia Tbk Mayora indah Tbk Prasidha Aneka Niaga Tbk Sekar Laut Tbk Siantar Top Tbk Suba Indah Tbk Ultra Jaya Milk Indo.Tbk BAT Indonesia Tbk Gudang Garam Tbk HM Sampoerna Tbk Bentoel Internasional Investama Tbk Darya-Varia Laboratoria Tbk Indofarma Tbk Kimia Farma (Persero) Tbk Kalbe Farma Tbk Merck Indonesia Tbk Pyridam Farma Tbk Schering Plough Indonesia Tbk Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk (PS)
Tempo Scan PacificTbk Mustika Ratu Tbk Mandom Indonesia Tbk Unilever Indonesia Tbk Kedawung Setia Industrial Tbk Kedaung Indah Can Tbk Langgeng Makmur Ind. Tbk
D_ROA 04 2.0000 6.0000 0.5000 2.0000 1.2500 0.5000 -3.0000 1.0100 0.0000 -9.0000 0.4000 0.1000 0.5000 0.2105 0.0000 0.9979 -4.8000 0.0000 0.0833 0.6000 1.3750 0.1818 0.2143 0.0000 0.0000 1.0500 1.3333 0.0769 0.1600 1.0000 1.2439 0.1176 0.1176 0.1176 0.4286 0.0625 0.0526 0.5000 0.5714 0.2500
D_ROA 05 -4.3333 -1.3571 -1.4545 -2.3333 -1.8889 0.0000 -0.6042 -0.5000 -0.3571 -0.2500 -0.1667 0.1111 -0.5000 0.0000 -0.5714 3.0000 -1.2368 -0.6667 -4.0000 0.0000 -2.0000 0.0000 0.1765 1.0000 0.0833 1.0000 -0.4286 0.1667 -0.1034 0.0000 0.0000 -0.8421 -0.8421 -0.1333 -0.2500 0.0000 -0.0750 -0.6667 -0.4545 -3.6000
D_ROA 06 -1.2000 1.2000 -0.2000 0.0000 0.0000 -8.0000 -0.0351 3.0000 -0.3333 -1.8333 0.4000 -0.3000 3.0000 -0.2000 1.0000 -0.9048 -0.9468 0.5000 -1.1795 1.5000 -4.3333 -0.4444 0.4000 0.0000 -0.3077 0.0000 -0.2500 0.0714 0.1923 0.0000 2.0000 0.2500 0.2500 -0.1538 0.0000 -0.1176 0.0000 -1.2000 0.8333 -0.9615
D_ROA 07 2.0000 0.5455 0.5000 0.3750 0.1250 3.2857 0.0000 0.2500 0.3333 0.4000 0.1429 0.0000 0.0000 0.1647 0.3333 1.5000 0.6000 0.0000 0.0000 3.0000 0.6000 0.2000 0.0000 0.1667 0.3500 2.0000 0.6667 0.0667 0.0323 0.0000 -2.6667 0.0800 0.0800 0.1818 0.3333 0.2667 0.0541 4.0000 -0.0909 2.0000
94
DATA PERUBAHAN RETURN ON EQUITY (ROE) PERUSAHAAN MANUFAKTUR PERIODE 2004-2007
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
Nama Perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Holcim Indonesia Tbk Semen Gresik (Persero) Tbk Asahimas Flat Glass Tbk Arwana Citramulia Tbk Intikeramik Alamasri Industri Tbk Mulia Industrindo Tbk Surya Toto Indonesia Tbk Alumindo Light Mental Industry Tbk Betonjaya Manunggal Tbk Citra Tubindo Tbk Indal Aluminium Industry Tbk Jakarta Kyoei Steel Works Ltd Tbk Jaya Pari Steel Corp Tbk Lion Metal Works Tbk Lionmesh Prima Tbk Pelangi Indah Canindo Tbk Tembaga Mulia Semanan Tbk Budi Acid Jaya Tbk Colorpak Indonesia Tbk Duta Pertiwi Nusantara Tbk Ekadharma Internasional Tbk Eterindo Wahanatama Tbk Intanwijaya Internasional Tbk Resource Alam Indonesia Tbk Sorini Corporation Tbk Unggul Indah Cahaya Tbk Argha Karya Prima Ind. Tbk Asiaplast Industries Tbk Berlina Tbk Dynaplast Tbk Fatrapolindo Nusa Industri Tbk Kageo Igar Jaya Tbk Lapindo Internasional Tbk Siwani Makmur Tbk Trias Sentosa Charoen Pokphand Indonesia Tbk JAPFA Comfeed Indonesia Tbk Sieard Produce Tbk Barito Pacific Timber Tbk Daya Sakti Unggul Corporation Tbk
D_ROE 04 6.5000 -2.3889 0.8667 0.3000 0.5263 0.1875 1.0465 0.2800 0.5000 4.0000 0.0000 2.0455 0.6716 1.9167 0.6552 0.6667 1.3846 1.1667 1.5714 0.2300 -4.0000 0.0000 0.1111 0.3333 1.4783 0.3333 0.7000 0.2833 1.1429 0.9863 0.2600 0.8333 0.2000 0.1200 0.3333 1.0000 -8.7500 0.1667 4.7115 0.4333 1.4906
D_ROE 05 0.2800 0.6923 0.5000 0.1053 0.3260 2.5000 0.6111 1.5556 0.3000 1.2727 3.0000 0.7273 -0.5625 -0.3000 0.3871 1.2308 0.0000 3.7500 1.2360 0.3300 0.1250 1.2500 0.1250 1.3300 9.0000 0.7333 1.0000 0.4000 0.8182 -0.5833 -0.5000 2.5455 0.0000 -5.2500 -0.1667 -0.3333 1.1935 -1.2308 -1.3300 0.2264 -1.5000
D_ROE 06 -0.2308 -1.4444 -0.9900 -1.0556 -0.2857 -0.8571 -0.3043 -0.2300 0.8000 -0.5714 -1.4167 -1.4600 1.6667 0.2857 -0.6600 -0.4211 0.0000 -1.5030 8.0000 0.5230 -1.5000 -0.1111 0.0000 0.0000 7.3333 -0.2000 -0.7500 0.0000 1.0167 -1.4000 -0.2810 -2.5000 0.0000 -2.0000 -0.5000 0.5000 2.3333 2.3333 -1.3077 -0.9846 -1.8229
D_ROE 07 0.4000 0.8750 0.1667 4.0000 0.2667 -0.5000 -0.3750 0.2500 0.4444 1.1000 -0.1379 -0.7391 -0.5000 -0.6000 0.0000 0.2727 -0.6667 1.0476 0.2222 0.8300 -3.5000 0.0000 -1.0000 0.6667 -0.4000 1.5000 0.0000 2.0000 3.0000 0.5000 0.6000 6.4375 0.5000 -0.3333 0.1330 -0.1500 0.0000 1.3117 -0.4545 -1.6923 0.4444
95
DATA PERUBAHAN RETURN ON EQUITY (ROE) PERUSAHAAN MANUFAKTUR PERIODE 2004-2007
No
Nama Perusahaan
42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82
Surya Dumai Industri Tbk Sumalindo Lestari Jaya Tbk Tirta Mahakam Playwood Industry Tbk Fajar Surya Wisesa Tbk Indah Kiat Pulp &Paper Corp Tbk Surabaya Agung Industry Pulp Suparma Tbk Tjiwi Kimia Tbk Astra Int'l Tbk Astra Otoparts Tbk Goodyear Indonesia Tbk Gajah Tunggal Tbk Indomobil Sukses Internasional Tbk Indospring Tbk Multi Prima Sejahtera Tbk Nipress Prima Alloy Steel Universal Tbk Selamat Sempurna Tbk Argo Pantes Tbk Centex (Saham Seri B) Centex Eratex Djaja Limited Tbk Ever Shine Textile Industry Tbk Panasia Indosintex Tbk Indorama Synthetics Tbk Karwell Indonesia Tbk Hanson International Tbk Hanson International Tbk (Seri B) APAC Citra Centertex Tbk Panasia Filament Inti Tbk Pan Brother Tbk Polysindo Eka Perkasa Tbk Roda Vivatex Tbk Ricky Putra Globalindo Tbk Sunson Textile Manufacturer Tbk Texmaco Jaya Tbk Teijin Indonesia Fiber Tbk Sepatu Bata Tbk Primarindo Asia Infrastructur Tbk Surya Intrindo Makmur Tbk Sumi Indo Kabel Tbk
D_ROE 04 -1.2258 0.7667 1.2258 0.2500 -0.1765 4.5000 -7.5000 0.9200 0.1765 1.1429 0.1316 0.5882 -1.5806 3.3333 3.0000 -2.3333 0.8000 0.5625 1.5806 1.3200 0.0000 0.3077 -0.5000 -0.5000 0.0000 1.7500 0.5000 0.5000 0.0000 1.0200 1.2000 1.2000 1.5821 0.1373 0.3750 0.5385 0.3333 0.5185 1.7692 0.9000 0.1304
D_ROE 05 -0.3333 -0.6530 0.0000 -1.5000 1.1429 0.1364 -1.0541 1.6000 -0.1818 -0.3660 -1.3333 0.3929 -1.5556 -0.6538 3.5000 -2.0000 -0.6000 -0.0588 -0.5764 0.0000 0.0000 -1.7635 0.2500 -4.5000 0.5000 1.0000 -2.0000 -3.5000 -0.7500 -0.1379 0.1818 -0.3000 -0.7500 -0.1538 -0.3529 1.4500 6.0000 -0.3000 0.0000 0.3000 2.5000
D_ROE 06 -0.6071 -5.3333 -0.8000 8.0000 -6.0000 0.0000 1.5000 -0.3704 -0.1176 -0.6471 -4.0000 -0.6471 -1.7000 -1.3333 -0.3269 -1.2500 -1.5000 -0.3260 -0.7869 -2.0000 -2.0000 -0.7168 -0.3333 -0.5976 0.0000 12.0000 -1.0556 -0.5200 0.0000 -0.9714 -0.4286 -0.1333 -1.1739 0.0000 0.2143 -1.3333 -7.7143 1.2300 -0.7143 1.3333 -0.5885
D_ROE 07 1.0300 -1.9231 0.2000 -1.0909 0.4118 0.2000 -0.6667 -0.1667 1.7143 0.0000 -2.0000 -0.2667 0.3333 7.0000 -6.5000 0.3750 1.0250 1.4000 1.1579 4.8333 0.3902 0.3902 1.1000 -3.0000 4.1000 -2.6154 5.2500 5.2500 1.5417 0.0000 0.7960 0.6548 0.0000 0.8333 0.4167 0.6076 0.5714 0.1176 0.3571 0.3898 0.2727
96
DATA PERUBAHAN RETURN ON EQUITY (ROE) PERUSAHAAN MANUFAKTUR PERIODE 2004-2007
No 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122
Nama Perusahaan Jembo Cable company Tbk GT Kabel Indonesia Tbk Kabelindo Murni Tbk Sucaco Tbk Voksel Electric Tbk Arona Binasejati Tbk Ades Water Indonesia Tbk Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk Aqua Golden Mississippi Tbk Cahaya Kalbar Tbk Davomas Abadi Tbk Delta Djakarta Tbk Indofood Sukses Makmur Tbk Multi Bintang Indonesia Tbk Mayora indah Tbk Prasidha Aneka Niaga Tbk Sekar Laut Tbk Siantar Top Tbk Suba Indah Tbk Ultra Jaya Milk Indo.Tbk BAT Indonesia Tbk Gudang Garam Tbk HM Sampoerna Tbk Bentoel Internasional Investama Tbk Darya-Varia Laboratoria Tbk Indofarma Tbk Kimia Farma (Persero) Tbk Kalbe Farma Tbk Merck Indonesia Tbk Pyridam Farma Tbk Schering Plough Indonesia Tbk Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk (PS)
Tempo Scan PacificTbk Mustika Ratu Tbk Mandom Indonesia Tbk Unilever Indonesia Tbk Kedawung Setia Industrial Tbk Kedaung Indah Can Tbk Langgeng Makmur Ind. Tbk
D_ROE 04 0.3750 0.2500 -0.3939 1.6667 0.0000 1.4110 0.3939 0.5625 0.6000 1.0111 0.3704 0.1250 0.1833 0.4000 0.2941 0.0000 0.9988 0.1000 0.4865 0.0000 1.3333 0.1176 0.7083 0.5000 0.0588 1.0600 0.6667 0.2051 0.1563 1.0000 1.3953 0.3333 0.3333 0.2935 0.4444 0.1667 0.0323 0.8667 0.3333 0.9963
D_ROE 05 -4.0000 -2.4118 -0.6000 -0.8000 -1.5000 0.5200 -2.5281 0.5000 -1.1602 -0.6000 -0.3846 1.0000 -0.1429 -0.2727 -0.6667 -2.1667 3.0000 -0.1515 -0.5000 -0.6667 -2.2500 0.0000 0.0000 0.2683 0.6667 0.1250 -0.3333 0.4000 0.5230 0.1351 0.0000 0.8438 -0.8438 0.1053 -0.4000 0.0000 0.0000 -0.6786 -0.3500 -1.1115
D_ROE 06 -0.3000 0.0000 -0.1667 -0.5662 -1.5000 -4.6667 0.3125 -1.3636 -0.6667 0.2857 0.2350 -1.0000 3.3333 0.9116 -0.5990 0.0000 0.0000 1.0000 0.4286 -0.1923 -4.6000 0.2000 0.2778 0.2500 0.1667 -0.1481 -0.1563 0.5000 -0.1765 0.0000 -3.0602 6.8000 6.8000 -0.1765 0.0000 -0.2000 0.1061 -1.1111 -0.9231 -0.9714
D_ROE 07 0.6250 0.4500 0.1000 0.0769 0.1081 0.4000 1.4615 0.8500 0.0000 0.1667 0.5000 0.3750 0.6450 0.4167 0.2308 1.8000 0.0000 0.0000 0.2703 0.3333 0.1637 0.1795 0.1795 0.2150 0.3333 0.3125 0.0000 0.1200 0.2311 2.0000 0.5440 0.6470 0.2880 0.3550 0.9870 0.2440 0.3220 0.8870 0.3250 0.6540
97
LAMPIRAN 2 DATA VARIABEL EKONOMI MAKRO TAHUN 2003-2007
98
TINGKAT INFLASI PERIODE 2003-2007
TAHUN 2003 2004 2005 2006 2007
TINGKAT INFLASI 0,0679 0,0606 0,1040 0,1333 0,0640
PERUBAHAN INFLASI PERIODE 2004-2007
TAHUN 2004 2005 2006 2007
PERUBAHAN INFLASI -0.107511 0.716172 0.281731 -0.519565
99
NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA SERIKAT PERIODE 2003-2007
TAHUN 2003 2004 2005 2006 2007
NILAI KURS Rp. 8465,00 Rp. 9290,00 Rp. 9830,00 Rp. 9020,00 Rp. 9419,00
PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA SERIKAT PERIODE 2004-2007
TAHUN 2004 2005 2006 2007
PERUBAHAN KURS 0,09746013 0,05812702 -0,08240080 0,04423503
100
PRODUK DOMESTIK BRUTO PERIODE 2003-2007 (MILIAR Rp.) TAHUN 2003 2004 2005 2006 2007
NILAI PDB 2.013.674,6 2.295.826,2 2.774.281,1 3.339.479,6 3.957.403,9
PERUBAHAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERIODE 2004-2007 TAHUN 2004 2005 2006 2007
NILAI PDB 0,140117773 0,208402056 0,203727914 0,185036106
101 101
LAMPIRAN 3 HASIL PENGUJIAN DATA METODE REGRESI LINIER BERGANDA DENGAN PROGRAM SPSS 16
102
A. Hasil Uji Normalitas Variabel Perubahan ROA Pada Saat Masih Terdapat Data Yang Outlier
B. Hasil Uji Normalitas Variabel Perubahan ROA Setelah Tidak Ada Data Yang Outlier
103
C. Hasil Regresi Berganda Variabel Perubahan ROA
Model Summaryb
Model
R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square
.457a
1
Adjusted R
.209
.203
Durbin-Watson
.7289595
1.882
a. Predictors: (Constant), PERUBAHAN PDB, PERUBAHAN INFLASI, PERUBAHAN KURS b. Dependent Variable: PERUBAHAN ROA
ANOVAb Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
56.350
3
18.783
Residual
213.084
401
.531
Total
269.434
404
F
Sig. .000a
35.348
a. Predictors: (Constant), PERUBAHAN PDB, PERUBAHAN INFLASI, PERUBAHAN KURS b. Dependent Variable: PERUBAHAN ROA
Coefficients
Model 1
a
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
1.034
.387
PERUBAHAN INFLASI
-.270
.099
PERUBAHAN KURS
2.932
PERUBAHAN PDB
5.207
Collinearity Statistics t
Beta
Sig.
Tolerance
VIF
2.674
.008
-.151
-2.738
.006
.651
1.535
.684
.246
4.286
.000
.599
1.669
2.051
.173
2.539
.011
.427
2.343
a. Dependent Variable: PERUBAHAN ROA
104
Coefficientsa
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
-.211
.934
PERUBAHAN INFLASI
-.185
.233
PERUBAHAN KURS
.911
PERUBAHAN PDB
.541
t
Beta
Sig. -.226
.821
-.046
-.792
.429
1.669
.034
.546
.586
4.940
.008
.110
.913
a. Dependent Variable: Ln_U2iY1
(Hasil Uji Heteroskedastisitas Perubahan ROA dengan Uji Park)
105
D. Hasil Uji Normalitas Variabel Perubahan ROE Pada Saat Masih Terdapat Data Yang Outlier
E. Hasil Uji Normalitas Variabel Perubahan ROE Setelah Tidak Ada Data Yang Outlier
106
F. Hasil Regresi Berganda Variabel Perubahan ROE
Model Summaryb
Model
R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square
.495a
1
Adjusted R
.245
.239
Durbin-Watson
.6730077
1.892
a. Predictors: (Constant), PERUBAHAN PDB, PERUBAHAN INFLASI, PERUBAHAN KURS b. Dependent Variable: PERUBAHAN ROE
ANOVAb Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
58.965
3
19.655
Residual
181.629
401
.453
Total
240.593
404
F
Sig. .000a
43.394
a. Predictors: (Constant), PERUBAHAN PDB, PERUBAHAN INFLASI, PERUBAHAN KURS b. Dependent Variable: PERUBAHAN ROE
Coefficients
Model 1
(Constant)
a
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B
Std. Error .922
.353
PERUBAHAN INFLASI
-.212
.088
PERUBAHAN KURS
3.589
PERUBAHAN PDB
4.740
t
Beta
Sig.
Tolerance
VIF
2.611
.009
-.126
-2.417
.016
.691 1.447
.646
.313
5.552
.000
.594 1.684
1.865
.165
2.542
.011
.444 2.251
a. Dependent Variable: PERUBAHAN ROE
107
Coefficientsa
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error
-1.075
.902
PERUBAHAN INFLASI
-.221
.226
PERUBAHAN KURS
1.924
PERUBAHAN PDB
4.487
t
Beta
Sig.
-1.192
.234
-.056
-.979
.328
1.612
.074
1.193
.233
4.773
.067
.940
.348
a. Dependent Variable: Ln_U2iY2
(Hasil Uji Heteroskedastisitas Perubahan ROE dengan Uji Park)
108