BAHASAN DAN RUJUKAN
Minggu ke1
2
Pokok Bahasan Pendahuluan
Subpokok Bahasan
a. gambaran sederhana proses hamburan b. definisi dan makna fisis penampang lintang hamburan c. penjelasan tentang perkuliahan (buku acuan, dll) Kinematika hamburan a. posisi, momentum, energi, sudut hambur dalam kerangka laboratorium b. posisi, momentum, energi, sudut hambur dalam kerangka pusat massa c. posisi dan momentum Jacobi d. hubungan antara posisi, momentum, energi, sudut hambur dalam kerangka pusat massa dan yang dalam kerangka laboratorium Fungsi gelombang, a. fungsi gelombang amplitudo hamburan, dan hamburan sebagai penampang lintang solusi dari persamaan Schroedinger b. persamaan Lippmann-Schwinger c. amplitudo hamburan d. penampang lintang Fungsi Green a. menurunkan fungsi Green dengan analisis kompleks (Inggris. complex analysis)
No. Rujukan 1
2, 3
2
2
Proses hamburan ulang
3
Matriks T
Representasi dan basis
a. ekspansi fungsi gelombang hamburan b. ekspansi amplitudo hamburan c. deret Born dan pendekatan Born a. definisi matriks T b. persamaan LS untuk matriks T c. matriks M dan matriks S, serta hubungannya dengan matriks T d. hubungan matriks T dan amplitudo hamburan a. representasi b. representasi momentum linier dan representasi posisi c. basis, keadaan basis dan sifat-sifatnya d. keadaan basis momentum linier serta orthogonalitasnya (Inggris. orthogonality) dan relasi kelengkapannya (Inggris. completeness relation) e. keadaan basis gelombang parsial serta orthogonalitasnya dan relasi kelengkapannya
2
2, 3
2, 3
4
5
6 7
Keadaan basis dengan a. keadaan spin 2, 3, 4 memasukkan besaran spin b. keadaan basis momentum linier bersama spin c. keadaan basis gelombang parsial bersama spin d. penjumlahan momentum angular dan koefisien Clebsch-Gordan Keadaan helisitas a. keadaan helisitas 2, 4 b. hubungan keadaan helisitas dan keadaan spin c. matriks rotasi Alih basis dengan a. alih basis posisi ke 2, 3, 4 memanfaatkan relasi basis momentum kelengkapan linier dan sebaliknya b. alih basis momentum linier ke basis gelombang parsial dan sebaliknya c. alih basis momentum linier ke basis gelombang parsial dan sebaliknya, dengan memasukkan spin Sebagai contoh, alih a. jenis interaksi: meson 3, 5, 6, 7, basis untuk elemen exchange, 8 matriks potensial femenologis, modelmodelnya b. operator-operator spin dalam potensial c. alih basis untuk elemen matriks potensial UTS Konsep perhitungan gelombang parsial
a. konsep perhitungan gelombang parsial b. pergeseran fase (Inggris. phase shift)
2, 3
Persamaan LippmannSchwinger untuk elemen matriks T dalam basis gelombang parsial
8
9
10
11
a. persamaan Lippmann-Schwinger untuk elemen matriks T dalam keadaan basis gelombang parsial Persamaan Lippmanna. persamaan LippmannSchwinger untuk elemen Schwinger untuk matriks T dalam basis elemen matriks T gelombang parsial dengan dalam keadaan basis spin gelombang parsial dengan memasukkan spin Perhitungan besarana. perhitungan besaran proses hamburan pergeseran fase dari elemen matriks T dalam basis gelombang parsial b. perhitungan penampang lintang differensial dan total dari pergeseran fase c. perhitungan besaranbesaran spin dari pergeseran fase Konsep perhitungan tiga- a. konsep perhitungan dimensi tiga-dimensi Persamaan Lippmanna. persamaan Schwinger untuk elemen Lippmann-Schwinger matriks T dalam basis untuk elemen matriks tiga-dimensi T dalam keadaan basis tiga-dimensi Persamaan Lippmanna. persamaan LippmannSchwinger untuk elemen Schwinger untuk matriks T dalam basis elemen matriks T tiga-dimensi dengan spin dalam keadaan basis tiga-dimensi dengan memasukkan spin
3
3
3
3 3
3
12
Perhitungan besaranbesaran proses hamburan
a. perhitungan penampang lintang differensial dan total dari elemen matriks T dalam basis tiga dimensi b. perhitungan besaranbesaran spin dari elemen matriks T dalam basis tiga dimensi
3
Daftar Rujukan 1. Liboff, R.L., Introductory Quantum Mechanics, 2nd Ed., Addison-Wesley, Reading, Massachusetts (1992). 2. Davydov, A.S., Quantum Mechanics, 2nd Ed., Pergamon Press, Oxford (1965). 3. Glöckle, W., The Quantum Mechanical Few-Body Problem, Springer Verlag, Berlin (1983). 4. Rose, M.E., Elementary Theory of Angular Momentum, Wiley, New York (1957). 5. Okubo, S. dan R.E. Marshak, Ann. Phys. 4, 166 (1958). 6. Malfliet, R.A. dan J.A. Tjon, Nucl. Phys. A127, 161 (1969). 7. Machleidt, R., Adv. Nucl. Phys. 19, 189 (1989). 8. Wiringa, R.B., V.G.J. Stoks, R. Schiavilla, Phys. Rev. C51, 38 (1995).