BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian dilakukan bulan Juni 2011 – Oktober 2011.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman pulai umur 1 bulan, polibag, mikoriza yang berasal dari CV. Rizki Plastindo Tm. Pagelaran blok A/11 No. 8. Ciomas Bogor, Jawa Barat, larutan KOH 10 %, lacto glycerol, trypan blue 0,05 %, larutan HCl 2 %, kompos sebagai pupuk dasar, dan tanah ultisol asal Simalingkar B. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah meteran, jangka sorong, kamera digital, saringan tanah, mikroskop binokuler (20-100 ×), kaca preparat, pinset, dan alat lain yang mendukung penelitian.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri atas dua faktor. Faktor pertama adalah inokulasi mikoriza dengan 4 taraf dosis pemberian mikoriza yakni : M0 = 0 g/bibit M1 = 10g/bibit M2 = 20g/bibit M3 = 30g/bibit
10
11
Faktor kedua adalah interval penyiraman yang terdiri dari 4 taraf interval penyiraman yakni : I1
= satu hari sekali
I2
= tiga hari sekali
I3
= enam hari sekali
I4
= sembilan hari sekali Penelitian ini memiliki 16 kombinasi perlakuan dengan tiga kali ulangan.
Sehingga terdapat 48 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 2 polibag yang masing-masing berisi satu tanaman. Sehingga ada 96 polibag tanaman. Percobaan dianalisis dengan sidik ragam dengan model linier sebagai berikut :
Keterangan : = Pengaruh inokulasi mikoriza (M) ke-i dan interval penyiraman (I) ke-j pada ulangan (U) ke-k = nilai tengah umum = pengaruh inokulasi mikoriza ke-i Ij
= pengaruh interval penyiraman ke-j
Uk = pengaruh pada ulangan ke-k = Galat pemberian mikoriza (M) ke-i dan interval penyiraman (I) ke-j pada ulangan (U) ke-k
12
Analisis statistik didasarkan pada analisis variansi pada setiap parameter dan uji lanjutannya menggunakan uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5% (Gomez dan Gomez, 1995). Pelaksanaan Penelitian Penyiapan Media Tanam Media yang digunakan ultisol dari beberapa titik pengambilan sampel tanah pada lokasi tempat yang sama. Kemudian tanah didiamkan selama sehari. Dilakukan pengayakan agar kotoran tidak terikut. Dilakukan penghomogenan media tanam agar media yang akan digunakan tidak berbeda dalam segi kandungan unsur hara. Pemilihan Bibit Pulai Bibit pulai yang digunakan berasal dari pembibitan. Bibit yang digunakan berumur 1 bulan dan diusahakan agar bibit yang digunakan memiliki keseragaman untuk memudahkan dalam melakukan pengamatan. Penanaman Bibit Pulai dan Inokulasi Mikoriza Bibit pulai ditanam ke dalam media tanam yang telah diberi pupuk kompos sebagai pupuk dasar dengan perbandingan 1 : 3 (1 kg kompos : 3 kg tanah ultisol). Bibit dikeluarkan dari dalam polibag dan ditanamkan ke media tanam. Mikoriza diberikan pada saat pemindahan bibit ke polibag. Pemberian mikoriza sebanyak 10 g, 20 g, dan 30 g ke dalam lubang penanaman. Teknik inokulasi dilakukan dengan sistem “layering technique” (Setiadi, 1998). Teknik inokulasi ini dilakukan dengan cara meletakkan/menabur mikoriza ke dalam
13
lubang tanam. Bibit kemudian ditanam ke media yang telah diberi mikoriza. Akar tanaman diusahakan dekat dengan CMA yang ditabur. Kemudian lubang tanam yang telah berisi bibit ditutup dengan tanah.
(a)
(b)
(c)
(d)
Keterangan : (a). Polibag ukuran 3 kg yang berisi tanah ultisol. (b). CMA ditaburkan ke dalam lubang tanam. (c). Bibit pulai umur 1 bulan. (d). Bibit pulai ditanam pada media yang telah diberi CMA.
Gambar 2. Teknik inokulasi mikoriza secara layering technique Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan meliputi penyiraman yang dilakukan pada pagi dan sore hari secara teratur. Pembebasan tanaman dari rumput dan tanaman lain yang tumbuh pada permukaan media. Parameter Pengamatan Tinggi Tanaman Tinggi tanaman diukur dimulai dari bagian batang tanaman di atas permukaan tanah sampai pucuk daun yang tertinggi. Supaya tidak terjadi perubahan pengukuran, digunakan ajir. Data tinggi tanaman yang dianalisis adalah selisih antara data pengamatan ke 11 mst dengan data 0 mst. Diameter Tanaman Diameter dilakukan dengan jangka sorong yang diambil dari dua arah yang tegak lurus kemudian diambil rata-ratanya. Data diameter tanaman yang dianalisis adalah selisih antara data pengamatan ke 11 mst dengan data 0 mst.
14
Jumlah Daun Pengamatan jumlah daun bibit dilakukan setiap 1minggu sekali selama 12 minggu, setelah bibit ditanam pada media sesuai dengan perlakuan masingmasing. Data jumlah daun tanaman yang dianalisis adalah selisih antara data pengamatan ke 11 mst dengan 0 mst. Bobot Kering Total Bibit Bobot kering total tanaman diperoleh dengan cara mengeringkan seluruh bagian tanaman yang telah berumur 12 minggu, dalam oven pada suhu 700C selama 48 jam. Setelah dioven tanaman ditimbang. Rasio Tajuk Akar Rasio tajuk akar diperoleh dengan cara membandingkan antara bobot kering tajuk dan bobot kering akar. Tajuk dan akar tanaman dipisahkan dan dibersihkan. Dimasukkan ke dalam kantongan kertas dan diberi tanda sesuai perlakuan. Pengovenan dilakukan pada suhu 700 C selama 48 jam untuk mendapatkan bobot kering tajuk dan akar. Persentase Kolonisasi Akar Persentase infeksi mikoriza diamati di laboratorium. Pengamatan persentase akar yang terinfeksi berdasarkan bidang pandang (field of view/fov) mikroskop. Adanya infeksi pada akar diberi simbol (+) dan tidak adanya infeksi pada akar diberi simbol (-). Pengamatan persentase akar terinfeksi mikoriza dapat dilakukan dengan teknik pewarnaan akar (staining akar), karena karateristik anatomi yang mencirikan ada tidaknya infeksi mikoriza tidak dapat dilihat secara langsung. Oleh karena itu, akar-akar tersebut harus diwarnai dan dilihat secara
15
langsung. Metode yang digunakan adalah pewarnaan akar yang dijelaskan sebagai berikut : 1. Untuk preparasi contoh akar yang diawali dengan memotong 10 bulu akar (< 2 mm) dari masing-masing sampel akar, dicuci dengan air mengalir sampai bersih lalu direndam dalam larutan KOH 10 % selama 12 jam. 2. Larutan KOH dibuang dan akar dicuci pada air mengalir selama 5-10 menit. 3. Sampel akar direndam dalam larutan HCL 2 % selama 30 menit. Pada proses ini akar akan berwarna pucat atau putih. Larutan HCL 2 % kemudian dibuang dengan mengalirkannya secara perlahan-lahan. 4. Selanjutnya sampel akar direndam dalam larutan staining (trypan blue 0,05 %) selama 24 jam. 5. Larutan trypan blue 0,05 % kemudian dibuang dan diganti dengan larutan lacto glycerol untuk proses pengurangan warna (destaining). 6. Penghitungan persentase akar yang terinfeksi menggunakan metode panjang slide (slide length). Diambil potongan-potongan akar yang telah diwarnai secara acak dengan panjang + 1 cm sebanyak 10 potong akar dan disusun pada preparat slide. Persentase akar yang terinfeksi dihitung dengan menggunakan rumus :
Dimana : ∑ field of view (+) = Setiap bidang pandang yang menunjukkan adanya infeksi ∑ field of all
= Seluruh bidang pandang yang diamati.