BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK SEKUNDER DAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER 7.1 Hubungan Antara Tempat Tinggal dan Persepsi Mahasiswa Terhadap Kesadaran Gender Berdasarkan tempat tinggal hampir sebagian besar mahasiswa yang kost sejumlah 33 orang memiliki persepsi terhadap kesadaran gender yang tinggi dan hampir sebagian besar juga mahasiswa yang tinggal di rumah orang tua yaitu 6 orang memiliki persepsi terhadap kesadaran gender yang tinggi. Tabel 23. Hubungan Antara Tempat Tinggal dan Persepsi Mahasiswa Terhadap Kesadaran Gender, Bogor 2009 Tempat Tinggal Persepsi Total Kost Rumah Orang tua Tinggi 33 6 39 Sedang 26 5 31 Total 59 11 70 0,932 P- value
Uji statistik dengan menggunakan Chi-Square menunjukkan tidak terdapat hubungan antara tempat tinggal dengan tingkat persepsi mahasiswa terhadap kesadaran gender. Hal ini dubuktikan dengan nilai P-value sebesar 0,932 > 0,005. Baik mahasiswa yang tinggal di kost ataupun yang tinggal bersama orang tua, semuanya tidak mempengaruhi pemahaman mereka terhadap kesadaran gender. Menurut pengakuan mahasiswa, bahkan di tempat kostnya terdapat peraturan untuk menghormati tamu perempuan dan laki-laki. Hal tersebut membentuk persepsi atau pemikiran mahasiswa yang tinggal di kost bahwa antara laki-laki dan perempuan harus diperlakukan sama. Berikut pengakuan mahasiswa yang tinggal di kost:
63
“ dengan adanya peratuatan di kost gw yang harus menghormati tamu cewe dan cowo, makin membuat gw lebih yakin bahwa cewe dan cowo harus diperlakukan sama (Cam)”.
7.2 Hubungan Antara Kegiatan Organisasi dan Persepsi Mahasiswa Terhadap Kesadaran Gender Kegiatan organisasi yang sedang atau pernah diikuti oleh mahasiswa diduga berhubungan terhadap persepsi terhadap kesadaran gender. Semakin banyak mahasiswa berinteraksi dengan berbagai kegiatan organisasi akan semakin banyak berinteraksi dengan orang lain dan memungkinkan mahasiswa mendapatkan lebih banyak informasi mengenai persepsi terhadap kesadaran gender. Tabel 24. Hubungan Antara Kegiatan Organisasi dan Persepsi Mahasiswa Kesadaran Gender, Bogor 2009 Kegiatan Organisasi Persepsi Banyak Sedikit Tinggi 13 26 Sedang 13 18 Total 26 44 0,467 P value
Terhadap Total 39 31 70
Merujuk pada Tabel 24, sebagian mahasiswa (13 orang) yang mempunyai banyak kegiatan organisasi tergolong memiliki persepsi terhadap kesadaran gender yang tinggi dan sebagian mahasiswa lainnya memiliki persepsi terhadap kesadaran gender yang sedang (13 orang). Berbeda dengan mahasiswa yang mempunyai sedikit kegiatan organisasi, hampir sebagian besar mahasiswa (26 orang) tergolong memiliki persepsi terhadap kesadaran gender yang tinggi dan sisanya (18 orang) memiliki persepsi terhadap kesadaran gender yang sedang. Hipotesis penelitian ditolak karena nilai P-value hasil uji korelasi Spearman adalah 0,467 > 0,05 dan nilai koefisien korelasi adalah negatif yaitu -0,088
64
yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara kegiatan organisasi dengan persepsi mahasiswa terhadap kesadaran gender dan menunjukkan hubungan yang negatif, artinya semakin tinggi persepsi mahasiswa terhadap kesadaran gender tidak diikuti dengan semakin sedikitnya kegiatan organisasi yang diikuti mahasiswa. Pernyataan dari salah seorang mahasiswa juga menguatkan bahwa tidak ada hubungan antara kegiatan organisasi yang diikuti dengan persepsi terhadap kesadaran gender: “ Di organisasi yang pernah saya ikuti emang ketuanya kebanyakan cowo tapi ketua divisi juga banyak yang cewe kok, jadi menurut saya ga membuat anggapan saya kalo cowo itu harus jadi pemimpin. cewe juga bisa jadi pemimpin dan itu mah tergantung kompetensi cewe dan cowo itu sendiri”.
7.3 Hubungan Antara Interaksi Media Massa dan Persepsi Mahasiswa Terhadap Kesadaran Gender Media massa sangat akrab dengan aktivitas mahasiswa sehari-hari, sehingga media massa diduga berhubungan dengan persepsi mahasiswa terhadap kesadaran gender. Media massa yang digunakan oleh mahasiswa antara lain televisi, radio, koran, internet, majalah, dan tabloid. Sebagian besar jumlah mahasiswa yang berinteraksi tinggi dengan media massa massa (11 orang) memiliki persepsi terhadap kesadaran gender yang sedang dan sisanya (8 orang) memiliki persepsi terhadap kesadaran gender yang sedang. Sebaliknya, sebagian hampir sebagian besar mahasiswa yang berinteraksi sedang (18 orang) dan rendah (13 orang) dengan media massa memiliki persepsi terhadap kesadaran gender yang tinggi.
65
Tabel 25. Hubungan Antara Interaksi dengan Media Massa dan Persepsi Mahasiswa Terhadap Kesadaran Gender, Bogor 2009 Interaksi Media Massa Persepsi Total Tinggi Sedang Rendah Tinggi 8 18 13 39 Sedang 11 13 7 31 Total 19 31 20 70 0,157 P-value Hasil uji korelasi Spearman, dimana P-value sebesar 0,157 dan nilai koefisien relasi sebesar -0,171. Nilai-nilai tersebut menunjukkan tidak adanya hubungan dan berkorelasi negatif antara interaksi media massa dengan persepsi terhadap kesadaran gender, artinya semakin tinggi persepsi mahasiswa terhadap kesadaran gender tidak diikuti dengan semakin rendah interaksi mahasiswa dengan media massa. Menurut mahasiswa, banyak berita yang dilihat baik di internet ataupun televisi yang menjelaskan kasus penindasan terhadap perempuan justru membuat mahasiwa yang menontonnya tidak menyukai kasus tersebut. Hal tersebut menandakan bahwa di dalam pikiran mahasiswa sudah semakin mengerti akan kesadaran gender yang dalam hal ini tidak setuju akan adanya ketimpangan gender. Hasil kutipan wawancara dengan mahasiswa yang pernah menonton berita kekerasan terhadap perempuan di televisi: “ saya mah ga setuju banget terhadap berita-berita yang saya tonton di tv mengenai kekerasan terhadap cewe. Itu sama aja mau menang sendiri. Kan cowo ama cewe diciptakan tuhan tuh sama aja (And)”. 7.4 Hubungan Antara Teman dan Persepsi Mahasiswa Terhadap Kesadaran Gender Hubungan mahasiswa dengan teman diduga berhubungan dengan persepsi terhadap kesadaran gender, karena semakin dekat hubungan dengan teman maka
66
akan lebih banyak informasi yang dipertukarkan. Sebanyak 28 mahasiswa yang memiliki hubungan dekat dengan teman tergolong memiliki persepsi terhadap kesadaran gender yang tinggi dibandingkan 18 mahasiswa lainnya yang juga memiliki hubungan dekat dengan teman tergolong memiliki persepsi terhadap kesadaran gender yang sedang. Sedangkan, mahasiswa yang memiliki hubungan biasa dengan teman justru sebagian besar (13 orang) memiliki persepsi terhadap kesadaran gender yang sedang dan sisanya yaitu sebanyak 11 mahasiswa memiliki persepsi terhadap kesadaran gender yang tinggi. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,144 dan P-value sebesar 0,235. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa terdapat hubungan yang positif dan tidak signifikan (P-value > 0,05) antara variabel hubungan dengan teman dengan persepsi terhadap kesadaran gender, maka hipotesis penelitian ditolak. Hubungan positif dan signifikan artinya adalah semakin tinggi persepsi mahasiswa terhadap kesadaran gender tidak diikuti semakin dekat hubungan dengan teman. Tabel 26. Hubungan Antara Teman dan Tingkat Persepsi Mahasiswa Terhadap Kesadaran Gender, Bogor 2009 Hubungan dengan Teman Persepsi Total Dekat Biasa Tinggi 28 11 39 Sedang 18 13 31 Total 46 24 70 0,235 P-value
Hubungan dengan teman baik dekat maupun biasa memang tidak berpengaruh terhadap persepsi mahasiswa terhadap kesadaran gender. Hal tersebut dapat terlihat dari teman dekat yang dimiliki oleh sebagian mahasiswa. Mahasiswa perempuan ada mempunyai teman dekat yang berjenis kelamin laki-laki dan juga
67
mahasiswa laki-laki ada yang mempunyai teman dekat perempuan. Berikut hasil wawancara salah satu mahasiswa perempuan yang mempunyai teman dekat laki-laki: “ temen deket gw jg ada yang cowo. Menurut gw cewe dan cowo itu sama aja. Mereka kan juga punya hati, bahkan cowo kadang pernah curhat ke gw ampe nangis. Itu kan menandakan cowo jg boleh dan bisa nangis (Ann)”. 7.5
Hubungan Antara Nilai Mutu Mata Kuliah Gender dan Persepsi Mahasiswa Terhadap Kesadaran Gender Jumlah mahasiswa yang mendapat nilai mutu Mata Kuliah Gender dan
Pembangunan tinggi sebanyak 8 orang, hampir sebagian besar mahasiswa tersebut (5 orang) tergolong memiliki persepsi terhadap kesadaran gender yang tinggi dan sisanya yaitu sebanyak 3 orang memiliki persepsi terhadap kesadaran gender yang sedang. Begitu juga responden yang mendapat nilai mutu Mata Kuliah Gender dan Pembangunan sedang, hampir sebagian besar mahasiswa (34 orang) tergolong memiliki persepsi terhadap kesadaran gender yang tinggi dan selebihnya yaitu sebanyak 28 orang memiliki persepsi terhadap kesadaran gender yang sedang. Hasil uji korelasi Spearman yang diperoleh menunjukkan nilai keoefisien korelasi yang positif, yakni sebesar 0,049 dan nilai P-value > sebesar 0,05 yakni sebesar 0,687. Nilai tersebut menyatakan meskipun ada korelasi positif antara nilai mutu Mata Kuliah Gender dan Pembangunan dengan persepsi mahasiswa terhadap kesadaran gender, tapi tidak signifikan dan hipotesis penelitian ditolak yang artinya semakin tinggi persepsi mahasiswa terhadap kesadaran gender tidak diikuti dengan semakin tingginya nilai mutu Mata Kuliah Gender dan Pembangunan.
68
Tabel 27. Hubungan Antara Nilai Mutu Mata Kuliah Gender dan Persepsi Mahasiswa Terhadap Kesadaran Gender, Bogor 2009 Nilai Mutu Gender Persepsi Total Tinggi Sedang Tinggi 5 34 39 Sedang 3 28 31 Total 8 62 70 0,687 P-value
Menurut sebagian besar mahasiswa, nilai Mata Kuliah Gender dan Pembangunan tidak harus menjadi indikator tinggi rendahnya persepsi terhadap kesadaran gender. Bahkan mahasiswa yang mendapatkan nilai mutu gender kategori sedang, mengaku dapat memahami dan setuju terhadap konsep kesadaran gender. Menurut mereka, dengan mengikuti Mata Kuliah Gender dan Pembangunan membuat persepsi terhadap gender lebih jelas yaitu tidak hanya berkisar pada jenis kelamin saja. Adanya hubungan yang tidak signifikan antara nilai mutu Mata Kuliah Gender dan Pembangunan dengan persepsi terhadap kesadaran gender dikuatkan juga dengan pernyataan salah seorang responden yaitu: “ Iya, nilai kan ga menjadikan suatu ukuran bahwa orang yang nilai gender tinggi pasti dia bakal tahu banget tentang gender, bisa saja nilainya itu ga murni alias dapat dari hasil nyontek. Justru saya yang mendapat nilai gender bukan A juga paham tenatnag konsep gender yaitu peran dan perilaku baik pada laki-laki dan perempuan yang dapat dipertukarkan yang dikonstruksi secara sosial. Saya juga ga setuju sama perilaku yang merenahkan perempuan”. (St) 7.6 Hubungan Antara Indeks Prestasi Kumulatif dan Persepsi Mahasiswa Terhadap Kesadaran Gender Sebaran mahasiswa yang mempunyai indeks prestasi tinggi sebanyak 1 orang, indeks prestasi kumulatif sedang sebanyak 64 orang, dan indeks prestasi kumulatif rendah sebanyak 5 orang. Secara keseluruhan jumlah mahasiswa berdasarkan indeks prestasi kumulatif yang tergolong memiliki persepsi terhadap
69
kesadaran gender yang tinggi sebanyak 39 orang. Hal tersebut berarti hampir sebagian besar mahasiswa memiliki persepsi terhadap kesadaran gender yang tinggi. Sedangkan 31 mahasiswa lainnya yang terdiri dari 29 orang dengan indeks prestasi kumulatif sedang dan 2 orang dengan indeks prestasi kumulatif rendah memiliki persepsi terhadap kesadaran gender sedang. Tabel 28. Hubungan Antara Indeks Prestasi Kumulatif dan Persepsi Mahasiswa Terhadap Kesadaran Gender Indeks Prestasi Kumulatif Persepsi Total Tinggi Sedang Rendah Tinggi 1 35 3 39 Sedang 0 29 2 31 Total 1 64 5 70 0,866 P-value
Nilai P-value sebesar 0,866 dari hasil uji korelasi Spearman (P-value > 0,05) dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,021. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara indeks prestasi kumulatif dengan tingkat persepsi mahasiswa terhadap kesadaran gender. Senada dengan nilai mutu gender, ipk mahasiswa juga tidak berpengaruh terhadap persepsi mahasiswa khususnya mengenai kesadaran gender. Indeks prestasi kumulatif yang diperoleh mahasiswa merupakan hasil ujian yang telah dilakukan. Justru menurut mahasiswa, di dalam proses pembelajaran yang penting tidak hanya sebuah hasil dalam bentuk nilai tetapi proses pemahaman terhadap suatu materi kuliah juga sangat penting. Berikut hasil wawancara dengan mahasiswa yang memiliki ipk pada kategori sedang: “ipk saya emang biasa aja, tapi saya cukup paham pentingnya keadilan baik bagi laki-laki maupun perempuan. Saya juga ga setuju kalau perempuan tidak boleh sekolah, itu kan hak mereka kenapa kita larang (Yn)”.
70