HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PROSES PROBLEM-BASED LEARNING (PBL) TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG (Skripsi)
Oleh: AULIAN MEDIANSYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PROSES PROBLEM-BASED LEARNING (PBL) TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Oleh AULIAN MEDIANSYAH
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA KEDOKTERAN Pada Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
ABSTRACT
THE RELATIONS BETWEEN STUDENTS PERCEPTION ABOUT PROBLEMBASED LEARNING (PBL) WITH LEARNING MOTIVATION AT FACULTY OF MEDICINE UNIVERSITY OF LAMPUNG
By AULIAN MEDIANSYAH
Background: Perception is a process of acceptance by sensory stimuli for their attention so that the individual is able to determine, interpret and appreciate an event. Students' perceptions of problem-based learning (PBL) will affect the effectiveness of student learning behavior, which is one indicator of motivation learning. The good perception that the students have about PBL learning process allegedly has a relationship with the high motivation of student learning. Methods: This study was a descriptive analytic research using observational method with cross sectional approach. The study uses’ two research instruments were questionnaires about the students' perceptions of PBL learning process and learning motivation questionnaire, which will be analyzed using chi square test. Results: The results showed that 40.1% had high motivation score, 33.9% of students’ had moderate score, and 27.1% had lower score. Fifty one point eight percent had good perception, 33.7% of student had moderate perception score, and 14.5% had bad perception score. There was significant relationship between students' perceptions of PBL learning process and motivation to learn (p value 0.01). Conclusion: There was a significant relationship between students' perceptions of PBL learning process and student learning motivation Faculty of Medicine University of Lampung.
Keywords: faculty of medicine university of lampung, motivation, perception, problem-based learning (PBL).
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PROSES PROBLEMBASED LEARNING (PBL) TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG Oleh AULIAN MEDIANSYAH
Latar belakang: Persepsi adalah suatu proses penerimaan rangsang oleh panca indera karena adanya perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan dan menghayati suatu kejadian. Persepsi mahasiswa terhadap problem-based learning (PBL) akan berpengaruh terhadap keefektifan perilaku belajar mahasiswa, yang merupakan salah satu indikator motivasi belajar. Persepsi baik yang dimiliki mahasiswa tentang proses pembelajaran PBL diduga memiliki hubungan dengan tingginya motivasi belajar mahasiswa. Metode penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan metode observasional dengan pendekatan potong melintang. Penelitian ini menggunakan 2 instrumen penelitian yaitu kuesioner persepsi mahasiswa tentang proses pembelajaran PBL dan kuesioner motivasi belajar, yang di analisis menggunakan uji chi square. Hasil Penelitian: Hasil menunjukan skor motivasi tinggi 40,1%, sedang 33,9%, rendah 27,1 %. Skor persepsi baik 51,8%, sedang 33,7%, dan persepsi buruk 14,5% dan hasil analisis bivariat terdapat hubungan bermakna antara persepsi mahasiswa tentang proses pembelajaran PBL terhadap motivasi belajar ( p value 0,01). Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara persepsi mahasiswa tentang proses pembelajaran PBL dan motivasi belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Kata kunci: fakultas kedokteran universitas lampung, motivasi, persepsi, problem-based learning (PBL).
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Aulian Mediansyah
Tempat, tanggal lahir
: Kotabumi, 18 Mei 1995
Nama Orang Tua
:
a. Ayah
: Pirwansyah, S.H
b. Ibu
: Helina, S.E
Riwayat Pendidikan
: - TK Nurul Iman Kotabumi (2002-2004) - SDS Islam Ibnurusyd Kotabumi (20042009) - SMPN 7 Kotabumi (2009-2011) - SMAN 1 Kotabumi (2011-2013) - Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (2013-sekarang)
Riwayat Kegiatan Kemahasiswaan : - Sekertaris Biro Forum StudI Islam Ibnu Sina FK Unila (2014-2015) - Anggota GEN-C FK Unila (2014-2015) - Asisten Dosen bidang ilmu Fisiologi 20142015
Dengan penuh cinta, Skripsi ini ku persembahkan untuk Papi, Mami, Utik, Daing, Paisal, Qomar, Sahabat-sahabatku dan Semua yang kusayangi.
Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Karena itu apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap. (Q.S. Al Insyirah 6-8)
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala kasih, karunia, dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Hubungan Persepsi Mahasiswa Tentang Proses Pembelajaran PBL terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa FK Unila”.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat masukan, bantuan, dorongan, saran, bimbingan dan kritik dari berbagai pihak. Maka dengan segenap kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas Lampung; 2. Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M. Kes., Sp. PA., selaku Dekan Fakultas Kedoketran Universitas Lampung; 3. dr. Oktadoni Saputra, M. Med, Ed yang sempat menjadi pembimbing satu saya
yang telah bersedia membimbing dan mengarahkan saya untuk
menyelesaikan skripsi ini, dan semoga pendidikan spesialisnya cepat selesai dan sukses.
4. dr. Rika Lisiswanti, M. Med. Ed selaku Pembimbing satu pengganti saya atas kesediaannya untuk meluangkan banyak waktu, memberikan nasihat, bimbingan, saran, dan kritik selama menyelesaikan skripsi ini; 5. dr. M. Yusran, M.Sc, Sp. M selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya untuk meluangkan waktu, memberikan nasihat, bimbingan, saran, dan kritik yang bermanfaat dalam proses penyelesaian skripsi ini; 6. dr. Dwita Oktaria, M.Pd. Ked selaku Penguji Utama pada Ujian Skripsi, terima kasih atas waktu, ilmu dan saran-saran yang telah banyak diberikan. 7. Seluruh dosen Fakultas Kedokteran Universitas Lampung atas ilmu, waktu, dan bimbingan yang telah diberikan dalam proses perkuliahan; 8. Seluruh staf akademik, administrasi, dan tata usaha Fakultas Kedokteran Universitas Lampung yang telah sangat membantu, memberikan waktu dan tenaga serta kesabarannya selama dalam proses penyelesaian penelitian ini; 9. Terima kasih teruntuk papi Pirwansyah, S.H dan mami Helina, S.E yang teramat sangat saya cintai dan sayangi atas doa, perhatian, semangat, kesabaran, kasih sayang, dan dukungan yang selalu mengalir setiap saat. Terima kasih untuk perjuangannya memberikanku pendidikan yang terbaik, baik pendidikan akademis maupun nonakademis yang dapat digunakan untuk bekal dimasa depan; 10. Terimakasih kepada kakak dan adikku tersayang Utik, Daing, Paisal, Komar
serta seluruh keluarga besar atas doa, dukungan, semangat,
keikhlasan, motivasi, kasih sayang, dan bahkan celaan-celaan yang sangat
membangun dan selalu menjadi alasan saya untuk merintis dan berjuang sampai saat ini; 11. Terimakasih MM11. Cody, Meri, Tika, Rani, Afief, Satya, Mia, Feza, Ica, Cts telah mewarnai hari hari mahasiswa baruku yang suram; 12. Terimakasih sahabat saya Arli Suryawinata yang selalu memberikan masukan, sindiran, dukungan dan wacana setiap akan bekerja. Mari kita capai tujuan kita tanpa ada wacana lagi. 13. Sahabat saya Meriska Cesia Putri telah bersedia mendengarkan semua keluh kesah selama 3,5 tahun ini. 14. Terimakasih untuk Perteman Sehat, Adlia, Meno, Ayu, Cody yang selalu menghibur; 15. Teman seperjuangan skripsi Susane, Widi, Mara, dan Diah terimakasih atas bantuan kalian dalam memperjuangkan skripsi bersama-sama; 16. Teman-teman sejawat angkatan 2013 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Terimakasih
atas
kebersamaan,
keceriaan,
kekompakan
kebahagiaan selama 3,5 tahun perkuliahan ini, semoga kelak kita bisa menjadi dokter yang amanah dan sukses dunia akhirat; 17. Adik-adik angkatan 2014, 2015, 2016 terimakasih atas dukungan, doa dan bantuannya dalam satu fakultas kedokteran; 18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan baru kepada setiap orang yang membacanya. Terima kasih.
Bandar Lampung, Januari 2017 Penulis
Aulian Mediansyah
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................ DAFTAR TABEL ................................................................................... DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
i ii iii
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1.2 Perumusan Masalah ............................................................................ 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 1.4 Manfaat Penelitian ..............................................................................
1 5 5 5
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi ............................................................................................... ` 2.1.1 Proses Terjadinya Persepsi........................................................ 2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengarui Persepsi .............................. 2.1.3 Persepsi Terhadap Prilaku......................................................... 2.14 Persepsi terhadap PBL ............................................................... 2.2 Problem Based Learning .................................................................... 2.2.1 Kelebihan dan kekurangan PBL ............................................... 2.3 Motivasi .............................................................................................. 2.3.1 Motivasi Belajar ........................................................................ 2.3.2 Tipe-tipe Motivasi Belajar ........................................................ 2.3.2.1 Motivasi Interinsik........................................................ 2.3.2.2 Motivasi Ekstrinsik ....................................................... 2.3.2.3 Amotivasi ..................................................................... 2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar .......................... 2.3.3.1 Minat............................................................................. 2.3.3.2 Cita-cita ........................................................................ 2.3.3.3 Kondisi ......................................................................... 2.3.3.4 Peran Orang Tua ........................................................... 2.3.3.5 Peran Pengajar .............................................................. 2.3.3.6 Kondisi Lingkungan .....................................................
7 7 8 10 10 11 12 14 15 16 17 18 20 20 20 21 21 22 22 23
iv
2.4 Kerangka Teori.................................................................................... 2.5 Kerangka Konsep ................................................................................ 2.6 Hipotesis..............................................................................................
24 24 25
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian .................................................................................... 3.2 Lokasi Penelitian ................................................................................. 3.3 Subyek Penelitian ................................................................................ 3.3.1 Populasi .................................................................................... 3.3.2 Sampel ...................................................................................... 3.4 Teknik Pengambilan Sampel............................................................... 3.5 Identifikasi Variabel Penelitian ........................................................... 3.6 Definisi Operasional ........................................................................... 3.7 Instrumen Penelitian............................................................................ 3.7.1 Variabel Motivasi Belajar ......................................................... 3.7.1.1 Hasil Uji Validitas ........................................................ 3.7.1.2 Hasil Uji Realiabelitas ................................................. 3.7.2 Variabel Persepsi Tentang PBL ................................................ 3.7.2.1 Hasil Uji Validitas ........................................................ 3.7.2.2 Hasil Uji Realiabelitas ................................................. 3.8 Metode Pengambilan Data .................................................................. 3.9 Analisis Data ...................................................................................... 3.10 Rancangan Penelitian ........................................................................
26 26 26 26 27 28 29 29 30 30 31 31 31 32 32 32 33 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ................................................................................... 4.1.1 Analisi Univariat ....................................................................... 4.1.1.1 Angkatan ....................................................................... 4.1.1.2 Persepsi Mahasiswa FK Unila ...................................... 4.1.1.3 Motivasi Belajar Mahasiswa FK Unila ........................ 4.1.2 Analisis Bivariat ........................................................................ 4.2 Pembahasan ......................................................................................... 4.2.1 Persepai Tentang Proses Pembelajaran PBL.................................... 4.2.2 Motivasi Belajar ............................................................................... 4.2.3 Hubungan Persepsi Tentang PBL dan Motivasi Belajar ..................
35 35 36 36 38 39 41 41 42 47
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ............................................................................................. 5.2 Saran ....................................................................................................
49 49
v
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
51
LAMPIRAN .............................................................................................
56
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Halaman
Perhitungan Sampel Mahasiswa ............................................................ Definisi Operasional ............................................................................. Kisi-kisi Instrumen Motivasi Belajar .................................................... Karakteristik Responden Berdasarkan Angkatan .................................. Distribusi Frekuensi Persepsi Mahasiswa ............................................. Distribusi Gambaran Persepsi Mahasiswa Berdasarkan Angkatan ....... Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar ................................................... Distribusi Frekuensi Belajar Berdasarkan Angkatan............................. Tabulasi Silang Bivariat ........................................................................
29 29 30 36 37 37 38 39 40
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 2. 3.
Kerangka Teori .............................................................................. Kerangka Konsep .......................................................................... Rancangan Penelitian ....................................................................
Halaman 24 24 34
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Problem-based learning (PBL) adalah sebuah metode instruksional dimana mahasiswa diberikan beberapa kasus sebagai pemicu belajar yang dapat membantu dan mendorong mahasiswa untuk mengembangkan pemahaman konsep mendasar dari masalah tersebut serta berbagai prinsip pengetahuan lainnya yang relevan. PBL pertama kali digunakan di Fakultas Kedokteran McMaster Kanada pada tahun 1969. Sejak itu banyak fakultas kedokteran di seluruh dunia yang mulai menerapkan PBL dengan berbagai variasi yang disesuaikan dengan kebutuhan institusi masing-masing (Harsono, 2004). Pada tahun 2008 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung memulai metode pembelajaran PBL. Pelaksanaan PBL yang diterapkan dimulai dari awal semester satu sampai semester tujuh. Mussal et al. (2004) mengemukakan bahwa penerapan PBL didasarkan pada pendekatan konsisten pada proses belajar-mengajar yang konstruktivis. Van Berkel dan Dolmans dalam Harsono (2004) juga mengemukakan bahwa karakteristik PBL sebagai suatu pendekatan belajar yang konstruktivis dapat memicu mahasiswa aktif dalam proses pembelajaran,
2
kontekstual dan kolaboratif sehingga mahasiswa menjadi aktif dalam belajar mandiri untuk menggali informasi terbaru. Pelaksanaan metode belajar ini bertumpu pada diskusi tutorial. Pada diskusi tutorial, mahasiswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 10-14 mahasiswa pada setiap kelompok diskusi. Pada setiap kelompok diskusi akan diberikan kasus-kasus autentik yang dapat menjadi bahan pembelajaran yang bermakna bagi mahasiswa (Harsono, 2004). Dalam diskusi tutorial terdapat tujuh langkah terstruktur yang dikenal dengan Seven Jumps Method. Menurut Harsono (2004) dan Wood (2003) tujuh langkah tersebut terdiri dari; 1) Klarifikasi istilah – istilah asing dari skenario; 2) Menetapkan
masalah;
3)
Curah
pendapat
mengenai
penjelasan
dan
kemungkinan hipotesa; 4) Menyusun penjelasan masalah; 5) Perumusan masalah yang belum dapat diselesaikan; 6) Mengumpulkan informasi dan belajar mandiri; 7) Memadukan antara infomasi yang baru didapat dan informasi yang telah didapat. Mahasiswa dituntut untuk berpartisipasi dan berperan aktif selama jalannya proses tutorial. Pada pelaksanaan PBL sumber informasi tidak hanya dari dosen akan tetapi dapat dari berbagai sumber. Keluasan dan keberagaman informasi yang diperoleh mahasiswa pada saat belajar mandiri menjadikan dosen sebagai fasilitator selama diskusi tutorial bertujuan untuk mengarahkan mahasiswa agar tetap fokus pada tujuan pencapaian kompetensi yang diharapkan (Arends, 2008). Hal ini dapat dilihat dari kedalaman dan keluasan diskusi yang dilakukan mahasiswa selama tutorial pada langkah ketujuh tutorial atau fase pelaporan.
3
Perubahan pola belajar dari teacher-centered ke student-centered learning di perguruan tinggi merupakan tantangan bagi tenaga pendidik dan mahasiswa. Semua mahasiswa diharapkan memiliki kerja sama tim yang baik (Harsono, 2004). Hal tersebut merupakan hal yang baru bagi mahasiswa sehingga mahasiswa membutuhkan waktu untuk beradaptasi pada pola student-centered learning dalam PBL. Menurut Hastings dalam Arnyana (2004) mengemukakan PBL dapat memotivasi mahasiswa untuk melakukan investigasi dan pemecahan masalah pada situasi kehidupan nyata serta dapat memotivasi mahasiswa untuk menghasilkan sebuah produk atau karya. Problem-based learning membantu mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analisis dalam memecahkan masalah dan keterampilan intelektual. Sehingga PBL dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa. Persepsi memiliki arti suatu proses dimana diterimanya rangsang melalui panca indera yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan dan menghayati tentang hal yang diamati oleh individu (Sunaryo, 2004). Sehingga, persepsi mahasiswa terhadap PBL akan berpengaruh terhadap perilaku belajar mahasiswa tersebut. Proses terjadinya persepsi menurut Sunaryo (2004), terdiri dari tiga proses yaitu: proses fisik, proses fisiologi, dan proses psikologi. Setelah terbentuknya persepsi maka akan dinyatakan dalam bentuk sikap yang akan berpengaruh terhadap keefektifan prilaku belajar mahasiswa. Akibatnya dari pengaruh persepsi tersebut berdampak dalam meningkatan motivasi belajar pada mahasiswa. Motivasi juga dibutuhkan dalam proses pembelajaran, karena seseorang
4
yang tidak memiliki motivasi dalam belajar tidak mungkin melakukan aktivitas belajar. Menurut Purwanto (2002) motivasi adalah suatu perubahan energi pada diri seseorang yang mendorong untuk tercapainya suatu keinginan. Motivasi yang kuat akan membangun gairah, semangat, dan perasaan senang untuk melakukan sesuatu. Sehingga seseorang yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan menampakkan minat, perhatian, konsentrasi penuh, ketekunan tinggi, serta berorientasi pada prestasi tanpa mengenal perasaan bosan dalam proses belajar (Purwanto, 2002). Dalam penelitian ini, peneliti telah melakukan penelitian pendahuluan yang dilakukan dengan melakukan wawancara tidak terstruktur terhadap beberapa mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dan hasil yang didapatkan sebagian besar mahasiswa mengemukakan persepsi mereka bahwa proses pembelajaran
yang dilaksanakan dalam PBL terasa membosankan
karena harus menulis laporan tutorial, namun ada juga yang mengatakan menjadi lebih termotivasi untuk belajar dengan mengggunakan proses pembelajaran PBL. Berdasarkan dari uraian di atas peneliti melihat persepsi dapat memengaruhi motivasi sehingga peneliti tertarik untuk melihat hubungan persepsi mahasiswa tentang proses pembelajaran PBL terhadap motivasi belajar pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
5
1.2 Perumusan masalah Dari latar belakang tersebut peneliti ingin melihat apakah terdapat hubungan antara persepsi mahasiswa tentang proses PBL terhadap motivasi belajar pada mahasiswa FK Unila.
1.3 Tujuan penelitian a. Tujuan Umum Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan persepsi mahasiswa tentang proses PBL terhadap motivasi belajar pada mahasiswa FK Unila. b. Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui persepsi tentang proses pembelajaran PBL pada mahasiswa FK Unila angkatan 2013, 2014, 2015, dan 2016. 2. Mengetahui motivasi belajar mahasiswa FK Unila angkatan 2013, 2014, 2015, dan 2016.
1.4 Manfaat penelitian 1. Bagi Institusi a.
Memberikan informasi terhadap pengembangan pendidikan dengan metode problem-based learning di FK Unila.
6
b.
Memberikan informasi mengenai persepsi mahasiswa terhadap proses pembelajaran PBL.
2. Bagi Mahasiswa Memberikan informasi untuk dapat memahami motivasi diri sehingga dapat mencapai tujuan dari PBL. 3. Bagi Peneliti Menerapkan kemampuan dalam penelitian serta menambah khasanah penelitian di FK Unila.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persepsi Persepsi adalah proses dimana seseorang mengorganisasikan pikirannya, menafsirkan, mengalami, dan mengolah pertanda atau segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya (Adam dan Indrawijaya, 2000). Sedangkan menurut Sunaryo (2004) persepsi diartikan sebagai proses diterimanya rangsang melalui pancaindera yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati baik yang ada di luar maupun di dalam diri individu.
2.1.1 Proses Terjadinya Persepsi Proses terjadinya persepsi menurut Sunaryo (2004) sebagai berikut: a.
Proses fisik Proses ini ditandai dengan pada saat obyek menimbulkan stimulus mengenai alat indra atau reseptor.
8
b.
Proses fisiologi Proses ini ditandai dengan stimulus yang diterima indera dilanjutkan oleh syaraf sensorik ke otak.
c.
Proses psikologi Proses ini ditandai dengan terjadinya proses di otak sehingga individu menyadari apa yang akan diterima dengan reseptor tersebut sebagai akibat stimulus yang diterima.
2.1.2 Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Persepsi Faktor – faktor yang memengaruhi persepsi menurut Adam dan Indrawijaya (2000) adalah sebagai berikut: a. Proses input Proses persepsi dimulai dari tahapan penerimaan rangsang yang ditentukan oleh faktor luar maupun faktor dari dalam manusia sendiri yang dikategorikan atas lima hal, yaitu: 1)
Faktor
lingkungan,
secara
luas
faktor
lingkungan
ini
dipengaruhi oleh faktor ekonomi, sosial, dan politik sedangkan secara lebih sempit faktor lingkungan terdiri dari warna, bunyi, dan sinar. 2)
Faktor konsepsi merupakan pendapat dan teori seseorang tentang manusia dalam segala tindakannya.
3)
Faktor yang berkaitan dengan konsep seseorang tentang dirinya sendiri.
9
4)
Faktor yang berhubungan dengan motif dan tujuan yang berikatan dengan dorongan dan tujuan seseorang menafsirkan suatu rangsangan.
5)
Faktor pengalaman masa lalu.
b. Selektivitas Manusia dalam menerima rangsangan dari luar sangat terbatas, artinya manusia tidak mampu memproses seluruh rangsangan dan cenderung memberikan perhatian pada rangsangan tertentu saja. Oleh sebab itu, tingkat pentingnya suatu rangsang dapat berbeda antara orang satu dengan orang lain. c. Proses penutupan Proses penutupan adalah proses untuk melengkapi atau menutupi jurang informasi yang ada. Kecenderungan seseorang merasa sudah mengetahui keseluruhan merupakan suatu hal yang penting dalam proses perseptual, karena hal tersebut dapat dipergunakan untuk memperkirakan hasil akhir proses perseptual. Perilaku ini disebut stereotyping. d. Konteks Persepsi terjadi dalam suatu kesatuan dalam suatu konteks. Isi kesatuan atau konteks ini dapat berupa faktor lingkungan fisik, seperti: sinar, suara, dan sebagainya dapat juga berupa konteks emosional, atau segolongan politik juga memengaruhi persepsi seseorang terhadap orang lain.
10
2.1.3 Persepsi terhadap prilaku Persepsi dapat memengaruhi tingkah laku seseorang terhadap objek dan situasi lingkungannya. Sementara tingkah laku seseorang juga dipengaruhi persepsinya terhadap sesuatu baik benda maupun peristiwa. Manusia akan selalu dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya, tingkah laku dan cara berpikir untuk menanggapi sesuatu peristiwa yang terjadi di lingkungannya. Persepsi akan berarti jika diperlihatkan dalam bentuk pernyataan, baik lisan maupun perbuatan (Walgito, 2002). Meskipun demikian, terkadang apa yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan perilaku yang terlihat belum tentu sesuai dengan persepsi yang asli. Menurut Walgito (2002) dalam kehidupan sehari-hari perilaku dapat dibentuk, diperoleh, berubah melalui proses belajar.
2.1.4 Persepsi Terhadap PBL Sunaryo (2004) menyatakan secara psikologis seseorang yang telah memersepsikan sesuatu berarti telah menyadari dan menerima stimulus yang didapatkannya. Mahasiswa tidak memiliki persepsi yang tidak baik terhadap metode PBL dan faktor yang berhubungan dengan penerimaan, ini adalah mahasiswa memiliki tujuan dan dorongan yang jelas karena menganggap metode PBL sebagai sesuatu yang bermanfaat. Hasil penelitian yang dilakukan Shashidhar (2004) menyatakan bahwa mahasiswa Fiji School Of Medicine dengan menggunakan proses PBL memberikan mereka kesempatan dan kebebasan yang lebih baik dalam
11
belajar daripada menggunakan metode pembelajaran konvensional. Sehingga apabila persepsi mahasiswa tidak baik terhadap PBL maka dapat memengaruhi proses pembelajaran dalam PBL.
2.2 Problem-based learning (PBL) PBL adalah suatu proses pembelajaran yang pada titik awalnya berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata (Zulharman, 2007). Dari masalah tersebut mahasiswa dirangsang untuk mempelajarinya berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka dimiliki sebelumnya (prior knowledge). Sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan baru. Sementara menurut Wood (2003), PBL merupakan suatu proses pembelajaran yang tidak hanya
berfokus pada
pemecahan masalah
tetapi
juga menggunakan
permasalahan tersebut untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan. PBL dipahami
sebagai
suatu
strategi
instruksional
dimana
mahasiswa
mengidentifikasi pokok bahasan (issues) yang dimunculkan oleh masalah spesifik. Pokok bahasan tersebut membantu dan mendorong mahasiswa untuk mengembangkan pemahaman tentang berbagai konsep yang mendasari masalah serta prinsip pengetahuan lainnya yang relevan (Harsono, 2004). Menurut Emilia (2006) ciri utama dari PBL adalah pembelajaran berfokus pada mahasiswa, proses pembelajaran menggunakan diskusi kelompok kecil, dosen berperan sebagai fasilitator, masalah merupakan cara untuk mengorganisir dan memicu belajar, masalah digunakan sebagai media untuk mengembangkan keterampilan dalam pemecahan masalah.
12
2.2.1 Kelebihan dan Kelemahan Problem-based learning Menurut Harsono (2004)
kelebihan dan kekurangan dari PBL
adalah sebagai berikut : A. Kelebihan PBL 1) Student centered – PBL mendorong active learning, memperbaiki pemahaman, retensi, dan pengembangan long life learning skills. 2) Generic competencies – PBL memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan umum dan etika yang diperlukan dalam praktiknya di kemudian hari. 3) Integration – PBL memberi fasilitas tersusunnya integrated core curriculum. 4) Motivation – PBL cukup menyenangkan bagi mahasiswa dan fasilitator,
dan
prosesnya
membutuhkan
partisipasi
seluruh
mahasiswa dalam proses pembelajaran. Lingkungan belajar memberi stimulasi untuk meningkatkan motivasi 5) Deep learning – PBL mendorong pembelajaran yang mendalam. Mahasiswa berinteraksi dengan materi belajar, menghubungkan beberapa konsep dengan aktivitas sehari-hari, dan meningkatkan pemahaman mereka.
13
6) Constructivist approach – mahasiswa mengaktifkan kembali prior knowledge dan mengembangkannya pada kerangka pengetahuan konseptual yang sedang dihadapi. 7) Meningkatkan kolaborasi antara berbagai disiplin ilmu 8) Relevansi
–
relevansi
kurikulum
difasilitasi
oleh
struktur
pembelajaran mahasiswa berdasarkan masalah PBL sehingga dapat menyeleksi konten-konten yang tidak relevan bagi mahasiswa pada proses pembelaharan. 9) PBL mengurangi beban kurikulum
yang berlebihan bagi
mahasiswa B. Kelemahan PBL Harsono (2004) mengatakan kelemahan dari PBL adalah : 1) Tutors who can’t “teach” – fasilitator hanya menyenangi disiplin ilmunya sendiri, sehingga mengalami kesulitan dalam melakukan tugasnya dan dapat mengalami frustasi. 2) Human resources - jumlah pengajar yang diperlukan dalam proses tuorial lebih banyak dari pada sistem konvensional. 3) Other resources – banyak mahasiswa yang ingin mengakses perpustakaan dan komputer dalam waktu yang bersamaan 4) Role models – mahasiswa dapat terbawa ke dalam
situasi
konvensional dimana tutor berubah fungsi menjadi pemberi kuliah sebagaimana di kelas yang lebih besar.
14
5) Information overload – mahasiswa dapat mengalami kegamangan sampai seberapa jauh mereka harus melakukan self directed study dan informasi apa saja yang relevan dan bermanfaat. 6) Metode ini belum tentu cocok untuk setiap mahasiswa. Sehingga dalam rekrutmen dan seleksi mahasiswa diperlukan kriteria-kriteria tertentu, sehingga tidak setiap institusi pendidikan kesehatan dapat menerapkan. Selain itu, mahasiswa memerlukan waktu untuk beradaptasi karena sebelum masuk ke institusi pendidikan kesehatan mereka lebih banyak terpapar dengan metode tradisional.
2.3 Motivasi Motivasi merupakan suatu perubahan energi yang terdapat pada diri mahasiswa sehingga mendorong mahasiswa pada hal yang ingin dicapai. Selain itu, dengan adanya motivasi menjadikan mahasiswa tersebut tetap ingin melakukan dan menyelesaikan tugas-tugas akademik (Woolfolk, 2007). Menurut Sardiman (2006), motivasi dapat diartikan sebagai upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Sehingga motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan. Bahkan motivasi dapat dikatakan sebagai suatu kondisi intern atau kesiapan. Berawal dari kata motivasi itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motivasi akan menjadi aktif pada kondisi-kondisi tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak (Sardiman, 2006).
15
Motivasi berasal dari kata motif (motive), yang berarti rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang, sehingga orang tersebut memperlihatkan perilaku tertentu. Motivasi merupakan suatu pengertian yang melengkapi semua penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia melakukan tindakan tertentu. Semua tingkah laku manusia pada dasarnya mempunyai motivasi termasuk tingkah laku secara reflek yang berlangsung secara otomatis memiliki tujuan tertentu, walaupun tujuan tersebut terkadang tidak disadari oleh manusia (Swanburg, 2000). Sedangkan menurut Pintrich (2003), kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat seseorang melakukan sesuatu, membuat tetap melakukannya, dan membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Hal ini berarti bahwa konsep
motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan),
intensitas perilaku (usaha, berkelanjutan), dan penyelesaian atau
prestasi yang sesungguhnya.
2.3.1 Motivasi Belajar Motivasi sangat dibutuhkan mahasiswa untuk menjalani program perkuliahan yang ada di Fakultas Kedokteran, di samping banyak materi yang harus dipahami dan dikuasai,
mahasiswa dituntut agar dapat
beradaptasi dengan situasi perkuliahan. Motivasi memiliki beberapa fungsi, yaitu; (1) Mendorong timbulnya tindakan atau suatu perubahan. Tanpa
16
motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar; (2) Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan; (3) Sebagai penggerak yang berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan (Hamalik, 2000). Dari pendapat ini, terkandung makna bahwa motivasi berfungsi untuk mahasiswa sebagai pendorong timbulnya prilaku dan memengaruhi serta mengubah prilaku, sebagai pengarah dan sebagai penggerak. Begitu juga dalam kegiatan atau proses belajar mengajar, motivasi memiliki arti yang sangat penting. Karena bisa saja mahasiswa tidak belajar sebagaimana mestinya karena kurang atau lemahnya motivasi belajar (Hamalik, 2000). Indikator untuk mengukur motivasi belajar mahasiswa pada penelitian ini meliputi: (1) Ketekunan dalam belajar; (2) Ulet dalam menghadapi kesulitan; (3) Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar; (4) Keinginan berhasil dalam belajar; (5) Mandiri dalam belajar; dan (6) reward/pujian/penghargaan (Sardiman, 2006).
2.3.2 Tipe-tipe motivasi belajar Orientasi multidimensional motivasi membagi menjadi 3 kelompok besar tipe motivasi, yaitu motivasi instrinsik, motivasi ekstrinsik, dan amotivasi. Peneliti terdahulu sudah menggunakan beberapa pendekatan motivasi. Salah satu pendekatannya adalah Self-Determination Theory (SDT) yang dikemukakan oleh Deci dan Ryan (2000). SDT adalah sebuah
17
pendekatan motivasi manusia dan kepribadian yang menggunakan metode tradisional empiris yang menjurus kepada pentingnya motivasi isntrinsik untuk pengembangan kepribadian dan perilaku regulasi diri (Deci dan Ryan, 2000). Ketika mengaplikasikan SDT, motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik adalah dua tipe primer dari perilaku motivasi akademik.
2.3.2.1 Motivasi Instrinsik Deci dan Ryan (2000) mengaplikasikan definisi sempit dari motivasi instrinsik. Seseorang secara intrinsik termotivasi apabila sebuah aktivitas dilakukan karena dorongan dari dalam dirinya sendiri. Perkembangan dari motivasi instrinsik terjadi ketika kebutuhan dasar psikologis yaitu otonomi, relasi, dan kompetensi didukung oleh lingkungan sosial. Hasilnya, apabila sebuah perilaku tidak dibatasi oleh dorongan eksternal, seseorang akan merasakan aksinya sebagai determinasi diri. Motivasi instrinsik mengarah kepada melakukan sebuah aktivitas
demi
kepuasan
diri-sendiri.
Kata
menggambarkan
motivasi
instrinsik
adalah
kunci
yang
ketertarikan,
kenyamanan, dan kepuasan dari dalam diri. Setiap individu merasakan kebebasan beraktivitas dimana individu tersebut mengalami fenomena ini (Deci dan Ryan, 2000). Menurut Santrock (2007), terdapat dua jenis motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik berdasarkan determinasi diri dan
18
pengalaman optimal. Dalam pandangan ini, seseorang ingin percaya bahwa sesuatu dilakukan karena kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau imbalan eksternal. Motivasi intrinsik mahasiswa akan meningkat jika mahasiswa mempunyai pilihan dan peluang untuk mengambil tanggung jawab personal atas pembelajaran mahasiswa.
Yang
kedua,
motivasi
intrinsik
berdasarkan
pengalaman optimal. Pengalaman optimal kebanyakan terjadi ketika seseorang merasa mampu dan berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas serta terlibat dalam tantangan yang dianggap tidak terlalu sulit tetapi juga tidak terlalu mudah.
2.3.2.2 Motivasi Ekstrinsik Bertolak belakang dengan motivasi instrinsik, motivasi ekstrinsik dihubungkan dengan perilaku yang tidak dilakukan berdasarkan kemauan atau keinginan diri sendiri melainkan untuk alasan eksternal. Alasan-alasan eksternal tersebut dapat berupa hadiah atau hukuman. Seseorang bersikap demi mendapatkan sesuatu semacam hadiah atau upah atau untuk menghindari dari ancaman hukuman. Semakin regulasi eksternal menjadi bagian internal maka sebuah aksi dirasakan sebagai otonomi. Salah satu contohnya adalah determinasi diri (Deci dan Ryan, 2000). Terdapat beberapa tipe motivasi ekstrinsik, yang pertama yaitu perilaku yang secara ekstrinsik termotivasi dan paling sedikit
19
sifat otonominya diklasifikasikan sebagai regulasi secara eksternal (externally regulated). Perilaku ini bertujuan untuk memuaskan permintaan eksternal atau kemungkinan hadiah maupun imbalan. Tipe kedua dari motivasi ekstrinsik adalah introjected regulation, tipe ini berupa regulasi untuk melakukan sesuatu namun tidak sepenuhnya menerima sebagai keinginannya. Tipe ketiga yang lebih bersifat otonom dari motivasi ekstrinsik adalah regulasi melalui identifikasi
atau
regulation
trough
identification
yang
mencerminkan sebuah kesadaran akan pentingnya tujuan akhir dari sebuah tindakan yang dilakukan. Terakhir, tipe yang paling bersifat otonomi dari motivasi ekstrinsik adalah regulasi terintegrasi atau integrated regulation. Tipe ini terjadi ketika regulasi teridentifikasi sepenuhnya melekat pada diri seseorang. Karakter aksi dari regulasi terintegrasi mirip dengan motivasi instrinsik, namun masih dikategorikan motivasi ekstrinsik karena dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan yang terpisah dibandingkan dengan kenikmatan pribadi (Deci dan Ryan, 2000). Terdapat dua kegunaan dari hadiah, yaitu sebagai insentif agar mau mengerjakan tugas yang dapat mengontrol perilaku mahasiswa, dan mengandung informasi tentang penguasaan keahlian (Santrock, 2007).
20
2.3.2.3 Amotivasi Sedangkan
amotivasi
adalah
suatu
keadaan
dimana
seseorang kurang memiliki keinginan untuk bertindak. Ketika teramotivasi, seseorang tidak dapat melakukan tindakan sama sekali atau beraktivitas namun tanpa tujuan dan hanya mengikuti keadaan. Amotivasi dapat disebabkan karena tidak menginginkan sebuah aktivitas, tidak merasa kompeten untuk melakukannya atau tidak mengharapkan suatu tujuan akhir yang ingin dicapai atau diinginkan (Deci dan Ryan, 2000).
2.3.3 Faktor – Faktor yang Memengaruhi Motivasi Belajar Faktor- faktor yang memengaruhi motivasi belajar yang berasal dari individu itu sendiri (Purwanto, 2002) : 2.3.3.1 Minat Minat merupakan ketertarikan individu terhadap sesuatu, dimana minat belajar yang tinggi akan menyebabkan belajar menjadi lebih mudah dan cepat. Minat berfungsi sebagai daya penggerak yang mengarahkan seseorang melakukan kegitan tertentu yang spesifik. Minat merupakan kecenderungan seseorang untuk merasa pada objek tertentu yang dianggap penting. Dari rasa ketertarikan terhadap sesuatu akan membentuk motivasi yang akhirnya teraktualisasi dalam perilaku belajarnya.
21
2.3.3.2 Cita-cita Cita-cita untuk menjadi seseorang akan memperkuat semangat belajar. Seseorang dengan kemauan besar serta didukung oleh citacita yang sesuai maka akan menimbulkan semangat dan dorongan yang besar untuk bisa meraih apa yang diinginkan.
2.3.3.3 Kondisi Kondisi-kondisi tersebut baik fisik maupun emosi yang dihadapi oleh peserta didik akan memengaruhi keinginan individu untuk belajar dan tentunya akan melemahkan dorongan untuk melakukan sesuatu dalam kegiatan belajar. Kondisi fisik serta pikiran yang sehat akan menumbuhkan motivasi belajar. Sehat berarti dalam keadaan baik, baik secara fisik atau terbebas dari penyakit serta dalam keadaan akal yang sehat. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan terganggu. Sedangkan faktor- faktor yang memengaruhi motivasi belajar yang berasal dari luar individu, adalah: a)
Kecemasan terhadap hukuman Motivasi dengan pemaksaan (motivating by force) yaitu
memotivasi
dengan
menggunakan
ancaman
hukuman
atau
kekerasan agar yang dimotivasi dapat melakukan apa yang harus dilakukan.
22
b)
Penghargaan dan pujian Motivasi bisa muncul jika terdapat penghargaan atau pujian
pada proses pembelajaran.
2.3.3.4 Peran Orang Tua Lingkungan
keluarga
sangat
berpengaruh
terhadap
keberhasilan belajar. Orang tua adalah sebagai pembuka kemungkinan terselenggaranya pendidikan serta berperan sebagai guru bagi anaknya. Orang tua mampu mendidik dengan baik, berkomunikasi dengan baik, penuh perhatian terhadap anak, mengetahui kebutuhan dan kesulitan yang dihadapi anak dan mampu menciptakan hubungan baik dengan anak-anaknya akan berpengaruh besar terhadap keinginan anak untuk belajar atau sebaliknya.
2.3.3.5 Peran Pengajar Peran pengajar bertujuan untuk membangkitkan motivasi dalam diri peserta didiknya agar makin aktif belajar. Kreativitas serta aktivitas pengajar harus mampu menjadi inspirasi bagi para mahasiswa sehingga mahasiswa akan lebih terpacu motivasi untuk belajar, berkarya dan berkreasi. Peran pengajar untuk mengelola motivasi belajar sangat penting dan dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas belajar.
23
2.3.3.5 Kondisi lingkungan Kondisi lingkungan yang sehat turut memengaruhi motivasi belajar. Karakteristik fisik lingkungan belajar, keterjangkauan dan ketersediaan sumber daya manusia dan materi dapat memengaruhi tingkat motivasi seseorang. Selain itu,
lingkungan juga dapat
membentuk atau mengurangi kondisi penerimaan pembelajaran. Lingkungan yang aman, nyaman dan bisa disesuaikan sendiri dapat
menumbuhkan
dorongan
untuk
belajar.
Sebaliknya
lingkungan yang kurang menyenangkan seperti kegaduhan, kekacauan dan tidak adanya privasi dapat mengganggu kapasitas untuk berkonsentrasi dan menumbuhkan keinginan untuk tidak belajar.
24
2.4 Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka teori modifikasi Ridya, 2007, Indrawijaya , 2000, Purwanto, 2002.
2.5 Kerangka Konsep
Persepsi
Motivasi
Problem-based learning
Belajar
Gambar 2. Kerangka konsep
25
2.6 HIPOTESIS
H0 : Tidak terdapat hubungan antara persepsi mahasiswa tentang proses PBL terhadap motivasi belajar pada mahasiswa FK Unila.
H1 : Terdapat hubungan antara persepsi mahasiswa tentang proses PBL terhadap motivasi belajar pada mahasiswa FK Unila.
26
BAB III METODE PENELITIAN
3. 1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan penelitian observasional dengan pendekatan potong lintang. Penelitian potong lintang merupakan salah satu bentuk penelitian observasional yang paling sering digunakan karena pengukuran variabelnya dilakukan hanya satu kali pada waktu yang sama (Ghozali et al., 2008).
3.2 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Januari – Februari 2017 di Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
3.3 Subyek Penelitian 3.3.1.Populasi Mahasiswa program studi pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung yang duduk di tahun satu sampai dengan tahun empat adalah sebanyak 834 orang. Sampel diambil dengan teknik proportionate stratified random sampling (Arikunto, 2000)
27
3.3.2. Sampel Sampel penelitian
merupakan sebagian yang diambil dari
keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi penelitian (Notoatmojo, 2010). Penentuan jumlah sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan proportionate stratified random sampling. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini yaitu : Kriteria Responden a. Kriteria inklusi 1) Tercatat sebagai mahasiswa aktif FK UNILA 2) Dalam keadaan sehat jasmani dan rohani. 3) Telah mengikuti sistem PBL minimal 1 blok b. Kriteria eksklusi 1) Tidak bersedia menjadi responden penelitian
28
3.4 Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik proportionate stratified random sampling. Rumus yang digunakan adalah rumus slovin, yaitu: ( )
(
)
Keterangan : n = besar sampel N = jumlah populasi d = batas toleransi kesalahan (5% = 0,05) Jumlah populasi seluruh sebanyak 834 orang, dengan menggunakan presisi 5% maka diperoleh sampel sebanyak 270 orang. Kemudian untuk menentukan ukuran sampel berstrata memakai rumusan alokasi proporsional dari Riduwan (2004) sebagai berikut:
Keterangan: ni = Jumlah sampel menurut angkatan n = Jumlah sampel seluruhnya Ni = Jumlah populasi menurut angkatan N = Jumlah populasi seluruhnya
29
Tabel 1. Perhitungan Sampel Mahasiswa Angkatan Jumlah mahasiswa Perhitungan 2013 2014 2015 2016
175 229 190 240 Total
Jumlah sampel
175 : 834 x 270 229 : 834 x 270 190 : 834 x 270 240 : 834 x 270
57 74 62 77 270
3.5 Identifikasi variabel penelitian 1. Variabel bebas
: Persepsi Problem-based learning
2. Variabel terikat
: Motivasi Belajar
3.6 Definisi Operasional Variabel Penelitian Tabel 2. Definisi Operasional Variabel Variabel
Definisi
Alat ukur
Cara ukur
diterimannya rangsang melalui panca indera yang di dahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan dan menghayati tentang proses pembelajaran PBL di FK Unila
Kuesioner persepsi tentang proses pembelajaran PBL
Menilai dari jawaban kuesioner
Daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktifitasaktifitas tertentu demi mencapai suatu tujuan
Kuesioner motivasi belajar
Menilai dari jawaban kuesioner
Hasil Ukur
Skala
Variable bebas Persepsi terhadap proses pembelajaran PBL
90-≤120 = Persepsi baik
Ordinal
60-≤89= Persepsi sedang <60 = Persepsi tidak baik
Variable terikat Motivasi belajar
48-≤64 = Motivasi tinggi 32≤47= Motivasi sedang <32
= Motivasi rendah
Ordinal
30
3.7 Instrumen Penelitian 3.7.1 Variabel Motivasi Belajar Alat ukur variabel motivasi belajar dalam penelitian ini adalah kuesioner yang telah dimodifikasi dari kuesioner Christiyanni pada tahun 2006. Teknik yang dilakukan adalah memberi pertanyaan yang dapat dijawab
sesuai
keadaan
responden.
Pertanyaan
disusun
dengan
menggunakan skala bertingkat dengan nilai berkisar 1 - 4. Pada pertanyaan favourable nilai satu diberikan untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS), nilai dua untuk jawaban tidak sesuai (TS), nilai tiga untuk jawaban sesuai (S), dan nilai 4 untuk jawaban sangat sesuai (SS). Pada pertanyaan unfavourable nilai satu diberikan untuk jawaban sangat sesuai (SS), nilai dua untuk jawaban sesuai (S), nilai tiga untuk jawaban tidak sesuai (TS), dan nilai empat untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS). Skor motivasi belajar dikategorikan menurut Azwar (2004) menjadi 3, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Motivasi Belajar Variabel Komponen Favourable Motivasi Motivasi
Unfavourable
Jumlah
1,4,5,6,7,8,11,14,15 9,10,12,13
12
3,16
2
4
11
5
16
Instrinsik Motivasi ekstrinsik Jumlah
31
3.7.1.1 Hasil Uji Validitas Instrumen pengukuran motivasi belajar yang digunakan dalam penelitian telah dilakukan uji validitas oleh peneliti dari 16 item pertanyaan dan didapatkan nilai r hitung berkisar 0,504-0,874 dengan nilai r tabel 0,532 sehingga tiap pertanyaan dapat dikatakan valid.
3.7.1.2 Hasil Uji Reliabilitas Item pertanyan yang valid selanjutnya diuji nilai reliabilitas dengan menggunakan teknik cronbach alpha dan didapatkan nilai cronbach alpha sebesar 0,928. Nilai 0,928 pada uji reliabilitas memiliki arti pertanyaan pada kuesioner reliabel sehingga kuesioner dapat digunakan pada penelitian.
3.7.2 Variabel Persepsi Mahasiswa Terhadap Proses Pembelajaran PBL Alat ukur variabel persepsi dalam penelitian ini adalah kuesioner denga 30 butir pertanyaan yang mencakup berbagai hal untuk mengukur persepsi mahasiswa terhadap proses pembelajaran PBL (Ridya, 2007). Pertanyaan disusun dengan menggunakan skala bertingkat dengan nilai berkisar 1 - 4. Nilai 1 diberikan untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS), nilai 2 untuk jawaban tidak sesuai (TS), nilai 3 untuk jawaban sesuai (S), dan nilai 4 untuk jawaban sangat sesuai (SS). Pada persepsi belajar skor
32
dikategorikan menurut Azwar (2004) yang dibagi menjadi 3, yaitu tidak baik, sedang dan baik.
3.7.2.1 Hasil Uji Validitas Instrumen pengukuran persepsi tentang proses PBL yang digunakan dalam penelitian telah dilakukan uji validitas oleh peneliti dari 30 item pertanyaan dan didapatkan nilai r hitung berkisar 0,450-0,785 dengan nilai r tabel 0,374 sehingga tiap pertanyaan dapat dikatakan valid.
3.7.2.2 Hasil Uji Reliabilitas Item
pertanyan
yang
valid
selanjutnya
diuji
nilai
reliabilitasnya dengan menggunakan teknik cronbach alpha dan didapatkan nilai cronbach alpha sebesar 0,964. Nilai 0,964 pada uji reliabilitas memiliki arti pertanyaan pada kuesioner reliabel sehingga kuesioner dapat digunakan pada penelitian.
3.8 Metode Pengambilan Data Pengambilan data dari kedua variabel dilakukan di FK Unila pada bulan Januari – Februari 2017. Peneliti menentukan sampel secara acak pada setiap angkatan sesuai dengan kriteria responden, kemudian pengisian dilakukan oleh responden dengan menandatangani lembar persetujuan menjadi responden terlebih dahulu. Setelah terisi kuesioner dikembalikan kepada peneliti. Kemudian
33
peneliti akan mengecek terlebih dahulu apakah semua item pertanyaan dalam kuesioner sudah lengkap terisi. Jumlah responden yang diperoleh sebanyak 270 orang.
3.9 Analisis Data Untuk menguji hubungan persepsi mahasiswa tentang proses pembelajaran PBL terhadap motivasi belajar pada mahasiswa FK Unila. Analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah uji chi square.
34
3.10 Rancangan Penelitian
Populasi mahasiswa Fakultas Kedokteran UNILA
proportionate stratified random sampling
Sampel penelitian mahasiswa prodi pendidikan dokter FK UNILA
Inklusi dan eksklusi
Pada semua responden setiap angkatan akan diberikan lembar berupa inform consent, identitas responden, kuesioner motivasi belajar, dan kuesioner presepsi terhadap proses pembelajaran PBL
Mahasiswa FK UnilaTahun Satu sampai Tahun Empat
Persepsi tentang PBL
Baik
Sedang
Motivasi belajar
Buruk
Tinggi
Sedang
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian
Rendah
50
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan antara persepsi mahasiswa tentang proses pembelajaran PBL
terhadap motivasi belajar mahasiswa di Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung. 2. Sebagian besar hasil dari pengukuran persepsi mahasiswa tentang proses pembelajaran PBL memiliki persepsi baik. 3. Pada pengukuran motivasi belajar didapatkan hasil mahasiswa memiliki motivasi belajar tinggi.
5.2 Saran 1. Penulis dapat menambah pengalaman dan pengetahuan tata cara penulisan karya ilmiah yang baik dan mengetahui penggaruh penulisan serta hasil skripsi mahasiswa mengenai hubungan persepsi mahasiswa tentang proses pembelajaran PBL terhadap motivasi belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran
51
Universitas Lampung. 2. Institusi dapat mengetahui persepsi tentang proses pembelajaran PBL pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, serta mengetahui motivasi belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. 3. Dapat mendukung teori-teori kedokteran yang berhubungan dengan persepsi tentang proses pembelajaran PBL dan motivasi belajar mahasiswa. 4. Bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan dan melengkapi kekurangan pada penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, Indrawijaya. 2000. Psikologi organisasi. Jakarta. Sinar Baru, Albesindo. Cetakan6. Agung G, Budiani MS. 2013. Hubungan kecerdasan dan self efficacy dengan tingkat stres mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi [Skripsi]. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Amelia P, Yeniar I, Jati A. 2012. Hubungan antara persepsiI terhadap metode pembelajaran kontekstual dengan motivas belajar biologi siswa kelas XI IPA SMAN 1 pangkalan kerinci, RIAU. Jurnal psikologi Undip. 9(1): 92-102 Arends R. I. 2008. Learning to teach (terjemahan belajar untuk mengajar). Yogyakarta. Pustaka Pelajar Arikunto S. 2002. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta Penerbit Rineka Cipta. Edisi Revisi V. Arnyana. 2004. Pengembangan perangkat model belajar berdasarkan masalah dipandu strategis kooperatif serta pengaruh implementasinya terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar mahasiswa sekolah menengah atas pada pelajaran ekosistem.[thesis] Malang, Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang. Azwar S. 2004. Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bandura A. 1986. Self Efficacy : To ward a uniflying theory of behavioral change, preview. Psychologycal Journal. 24(84)191-215.
53
Boekaerts M. 2002. Motivation to learn. Diunduh pada tanggal 7 Januari 2017 dari: http://www.ibe.unesco.org/publications/ EducationalPracticesSeries Pdf /prac10e.pdf.
Christiyanni Y. 2006. Gambaran faktor internal mahasiswa PSIK A dalam melaksanakan pembelajaran ketrampilan keperawatan di skills lab PSIK Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta [skripsi]. Yogyakarta: PSIK FK UGM.
Deci, Ryan RM, Edward L. 2000. Self-determination theory and the facilitation of intrinsic motivation, social development, and well-being. American Psychologist.; 55(1), 68-78. Djamarah SB. Aswan Z. 2006. Strategi belajar mengajar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Emilia O. Suryadi, Tridjko. 2006. Penerapan metode PBL pada pembelajaran di akademi kebidanan jawa tengah dan Jawa Timur, 114 - 118, AIPKI Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang:. Edisi Keempat Harsono. 2004. Pengantar problem-based learning. Media FK UGM: Yogyakarta. Harsono. 2005 Pengantar problem-based learning. Yogyakarta: Medika, Hamalik. 2000. Proses belajar mengajar. Bandung: Bumi Aksara. Hendry GD, Frommer M, Walker RA. 1999. Constructivismand problem-based learning. Journal of Further and Higher Education.;23(3):359-70. Herman
P, Widyaandana, 2014. Perbandingan tingkat motivasi mahasiswa yang menempuh kuliah konvensional dengan collaborative learning. JurnalPendidikan Kedokteran Indonesia, 3(2): 93–9.
54
Ketter C.T, Arnold J. 2003. Implementing contextual teaching and learning: case study of nancy, a high school science novice teacher. Diunduh pada tanggal 4 Januari 2017 dari http://www.coe.uga.edu/ctl/casestudy/Arnold.pdf Konsil Kedokteran Indonesia, 2006. Standar pendidikan profesi dokter. Jakarta. Lisiswanti R. Sanusi R. Prihatiningsih T.S., 2015. Hubungan motivasi dan hasil belajar mahasiswa kedokteran. Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia. 4(1):1–6. Lumsden L. S. 1994. Student motivation to learn. Eric Digest, no 92. Diunduh pada tanggal 16 Januari 2017 dari http://eric.uoregon.edu/pdf /digests/ digest092.pdf. Long J, Monoi S, Harper B, Knonlauch D, Murphy P. 2007. Academic motivation and achievement amongurban adolescents. Urban Education.;42(30):196-221. Musal B, Gursel Y, Taskiran HC, Ozan S, 2004.Tuna A. Perceptions of first and third years medical student on self study and reporting process of problem-based learning. BMC Medical Education.;4(16). Oemar H. 2007. Proses belajar mengajar. Bandung: Bumi Aksara. Pintrich P.R. 2000. Multiple goals, multiple pathways: The role of goal orientation in learning and achievement.;9(3): 544-555 Purwanto. 2002. Prinsip – prinsip dan teknik evaluasi pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Ridya K. 2007. Motivasi belajar dan persepsi mahasiswa tentang proses pembelajaran PBL di PSIK FK UGM [skripsi]. Yogyakarta: PSIK UGM Riduwan. 2004. Metode dan teknik menyusun tesis. Bandung: Alfabeta.
Rucker J. 2012. The relationship between motivation, perceived stress and academic achievement in students [thesis]. Enschede: University of Twente.
55
Santrock, J.W., 2007. Psikologi Pendidikan. Edisi ke-2. Jakarta: Prenanda Median Group. Sakamoto, R., 2015. The relationship between motivation, second language Learning, and stress in international students [thesis]. Missouri: University of Central Missouri. Sardiman A. M. 2006. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Shashidar V. M. Flear J. Arora N. K. Kishore K. Pawar S. D. 2004. Experience with broblem based learning in MBBS course at Fiji School of Medicine. Retrieved November 24, 2016, from http://docs.lib.purdue.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1002&context=ijpbl Sudaryono, Bharata. 2004. Perilaku belajar di perguruan tinggi. [Online Journal] [diunduh 16 Desember 2016]. Tersedia dari: https://diblokdcma.files.wordpress.com/2009/09/perilaku-belajar-diperguruan-tinggi.pdf. Sunaryo. 2004. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC. Swanburg R.C. 2000, Pengantar kepemimpinan dan manajemen keperawatan untuk perawat klinis, Alih Bahasa: Samba S., EGC, Jakarta Walgito, B. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Ed. 3. Yogyakarta: Adi; Wood D. 2003. ABC of learning and teaching in medicine., dari www.BMJ.com. Woolfolk A. 2007. Educational psychology. Boston: Pearson. Zulharman. 2007. Inovation of medical education. Diakses pada 24 November 2016, Dari http://Zulharman79.wordpress.com/2007/07/15-problembasedlearning/Pbl