HUBUNGAN ANTARA PROSES BELAJAR DAN FASILITAS KAMPUS TERHADAP KEPUASAN MAHASISWA (Studi Kasus Mahasiswa AKPINDO) Oleh : Nova Eviana (Dosen AKPINDO)
[email protected]
Abstract The research was done to analyze the impacts of learning process, referring especially to the lecture`s competency to conduct learning process, and facilities toward students` satisfactions. The research also gives some hints that there is no specific correlation between learning process and learning facilities.
Keywords : learning process, facility, student`s satisfaction
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepuasan pelanggan merupakan hal penting dalam menjamin keberlangsungan suatu perusahaan, karena kepuasan pelanggan cenderung berefek positif pada peningkatan angka penjualan suatu produk barang dan jasa. Mengukur kepuasan pelanggan sangat bermanfaat dalam rangka mengevaluasi posisi keberhasilan suatu
pelayanan sekaligus menetapkan kebijakan untuk mengambil langkah-langkah perbaikan terhadap sistem yang ada. Umpan balik secara langsung atau berdasarkan keluhan pelanggan merupakan alat untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan. Berbagai informasi dapat diperoleh secara terstruktur maupun tidak terstruktur dari pelanggan yang dikonversikan dari bahasa natural menjadi bahasa numerik, yang
26 Panorama Nusantara Vol.2 No.1 / Januari – Juni 2007
memungkinkan perusahaan/institusi melakukan perbandingan dengan syarat keilmuan yang telah ditetapkan. Hasil riset kepuasan pelanggan selanjutnya diimplementasikan sebagai suatu perbaikan menyeluruh terhadap kualitas produk dan jasa yang diberikan kepada pelanggan, dengan harapan, peningkatan kepuasan pelanggan atau penurunan tingkat keluhan pelanggan terhadap perusahaan akan meningkatkan nilai produk dan jasa. AKPINDO sebagai salah satu institusi yang bergerak di bidang pendidikan, dapat dipandang sebagai perusahaan yang melayani customer, dalam hal ini mahasiswa. AKPINDO selalu mengupayakan untuk melakukan pengukuran tingkat kepuasan pelanggannya (mahasiswa). Pengukuran kepuasan mahasiwa mencakup sektor pelayanan, seperti bagian akademik, kemahasiswaan, penjadwalan, keuangan, proses belajar mengajar, dan fasilitas kampus. Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa pelaksanan proses belajar mengajar dan fasilitas merupakan unsur penting yang mempengaruhi tingkat kepuasan mahasiswa terhadap pelayanan yang diberikan oleh AKPINDO. Pelaksanaan proses belajar mengajar yang bermutu, konsisten, teratur, dan tepat waktu, serta penyediaan fasilitas pendukung yang sesuai dengan persyaratan yang diinginkan mahasiwa akan memberikan kepuasan kepada pelanggan. Berkenaan dengan hal tersebut di atas, penulis memandang perlu untuk meneliti sejauh mana hubungan antara pelaksanaan proses belajar mengajar dan ketersediaan fasilitas dalam menentukan kepuasan mahasiswa. Adapun judul yang akan disampaikan adalah Hubungan Antara Proses Belajar dan Fasilitas Kampus Terhadap Kepuasan Mahasiswa di AKPINDO. B. Identifikasi Masalah Pelaksanaan proses belajar mengajar yang teratur dan konsisten, fasilitas yang lengkap dan menunjang dapat menjadi faktor yang menentukan kepuasan mahasiswa terhadap pelayanan yang diberikan suatu perguruan tinggi. Hal ini terkait langsung dengan meningkatnya image perguruan tinggi di mata mahasiswa.
Mempelajari hubungan antara proses belajar mengajar dan fasilitas kampus dengan kepuasan mahasiswa banyak masalah yang akan ditemukan. Karena itu, penulis mengidentifikasi masalah yang ingin diteliti sebagai berikut : 1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepuasan pelanggan ? 2. Adakah terdapat hubungan antara kepuasan pelanggan dengan pelaksanan proses belajar mengajar dan ketersediaan fasilitas ? 3. Bagaimana hubungan antara pelaksanaan proses belajar mengajar dengan kepuasan mahasiswa di AKPINDO 4. Bagaimana hubungan atara ketersediaan fasilitas kampus dengan kepuasan mahasiswa di AKPINDO 5. Bagaimana hubungan antara pelaksanaan proses belajar mengajar dengan ketersediaan fasilitas kampus di AKPINDO 6. Seberapa besar kepuasan mahasiswa akan dapat ditingkatkan dengan memperbaiki pelaksanaan proses belajar mengajar dan ketersediaan fasilitas kampus ? 7. Apakah pelaksanaan proses belajar mengajar sesuai dengan standar yang ditetapkan? 8. Apakah ketersediaan fasilitas kampus sesuai dengan standar yang ditetapkan C. Batasan Masalah Setelah masalah-masalah di atas dapat diidentifikasi, maka selanjutnya penulis ingin membatasi pokok yang akan diketahui dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hubungan antara pelaksanaan proses belajar mengajar dengan kepuasan mahasiswa di AKPINDO. 2. Hubungan antara ketersediaan fasilitas kampus dengan kepuasan mahasiswa di AKPINDO 3. Hubungan antara pelaksanaan proses belajar mengajar dengan ketersediaan fasilitas kampus. D. Rumusan Masalah Dengan mengetahui batasan masalah tersebut di atas, maka penulis menetapkan masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
27 Panorama Nusantara Vol.2 No.1 / Januari – Juni 2007
1. Bagaiman bentuk hubungan antara pelaksanaan proses belajar mengajar dengan kepuasan mahasiswa di AKPINDO? 2. Bagaimana bentuk hubungan antara fasilitas kampus dengan kepuasan mahasiswa di AKPINDO? 3. Bagaimana bentuk hubungan antara pelaksanaan proses belajar mengajar dengan fasilitas kampus di AKPINDO? E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui karakteristik hubungan antara pelaksanaan proses belajar mengajar dengan kepuasan mahasiswa. b. Untuk mengetahui karakteristik hubungan antara fasilitas kampus dengan kepuasan mahasiswa. c. Untuk mengetahui karakteristik hubungan antara pelaksanaan proses belajar mengajar dengan fasilitas kampus. 2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi AKPINDO, dan bagi penulis sendiri. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut a. Sebagai bahan masukan bagi pihak manajemen AKPINDO untuk pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar dan penyediaan fasilitas di kampus AKPINDO. b. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti sehubungan dengan masalah pelaksanaan proses belajar mengajar dan pengadaan fasilitas kampus. F. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah sebagi berikut: 1. Terdapat hubungan yang positif antara pelaksanaan proses belajar mengajar dengan kepuasan mahasiswa. 2. Terdapat hubungan yang positif antara fasilitas kampus dengan kepuasan mahasiswa. 3. Terdapat hubungan yang positif antara pelaksanaan proses belajar mengajar, fasilitas kampus dengan kepuasan mahasiswa.
METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Khusus Penelitian Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengungkap ada tidaknya hubungan antara pelaksanaan proses belajar mengajar dengan kepuasan mahasiswa, fasilitas kampus dengan kepuasan mahasiswa dan pelaksanaan proses belajar mengajar dengan fasilitas kampus. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kampus AKPINDO unit I , yaitu pada semester genap tahun akademik 2006/2007. C. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan penulis untuk menyelesaikan penelitian ini adalah metode survey dengan melakukan penyebaran kuisioner kepada mahasiswa. D. Populasi dan Sampel 1. Populasi, yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa yang sedang duduk di tingkat II dan III. Hal ini didasari dengan pertimbangan bahwa mahasiswa tersebut mampu memberikan penilaian atas pelaksanaan proses belajar mengajar dan fasilitas kampus di AKPINDO. 2. Sampel, besaran sample penelitian sebesar 50 mahasiswa semester IV dan VI. Pengambilan sample dilakukan secara acak dengan metode simple random sampling. E. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah teknik kuisioner. F. Teknik Analisis data Untuk menganalisa data yang dihasilkan pada penelitian ini, teknik analisis yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Uji normalitas dengan menggunakan uji Lilifors 2. Uji homogenitas dengan menggunakan uji F (Lavene’s) G. Uji Hipotesis a. Analisis deskriptif: Mean, Modus, Median, dan Variansi b. Statistik Inferensial : Korelasi Pearson Tardapat tiga macam bentuk hubungan antar variable, yaitu hubungan simetris, hubungan sebab-akibat (kausal) dan
28 Panorama Nusantara Vol.2 No.1 / Januari – Juni 2007
hubungan interaktif/resiprocal (saling mempengaruhi). Untuk mencari hubungan antara dua variable atau lebih dilakukan dengan menghitung korelasi antar variable yang akan dicari hubungannya. Korelasi merupakan angka yang menunjukkan arah kuatnya hubungan antar dua variable atau lebih. Arahnya dinyatakan dalam bentuk hubungan positif atau negatif, sedangkan kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. Besarnya koefisien korelasi dapat diketahui berdasarkan penyebarana titik-titik pertemuan antara dua variable misalnya X dan Y. bila titik-titik itu terdapat dalam satu garis, maka koefisien korelasinya = 1 atau – 1. bila titik-titik itu membentuk lingkaran, maka koefisien korelasinya = 0. (Sugiono,1999). Korelasi dua variabel yang pada umumnya didapat dengan rumus sebagai berikut : rxy =
( x
1
x ) ( y1 y )
( x x ) ( y y ) 2
1
2
1
2
1
Tabel 1 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Terhadap Koefisien Korelasi* Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 sangat rendah 0,20 – 0,399 rendah 0,40 – 0,599 sedang 0,60 – 0,799 kuat 0,80 – 1,000 sangat kuat *) Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung, 2002
TINJAUAN TEORI Proses Belajar Mengajar PBM (Proses Belajar Mengajar) ialah sebuah kegiatan yang integral (utuh terpadu) antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar. Dalam kesatuan kegiatan ini terjadi interaksi resiprokal yakni hubungan antara guru dengan para siswa dalam situasi instruksional, yaitu suasana yang bersifat pengajaran. Baik buruknya situasi proses belajar mengajar dan tingkat pencapaian hasil proses
instruksional itu pada umumnya bergantung pada faktor-faktor yang meliputi : a. karakteristik siswa b. karakteristik guru c. interaksi dana metode d. karakteristik kelompok e. fasilitas fisik f. mata pelajaran g. lingkungan sekitar Tenaga Pengajar (Guru/Dosen) Pengertian dasar kompetensi (competency) adalah kemampuan atau kecakapan. Padanan kata yang berasal dari bahasa Inggris ini cukup banyak dan yang lebih relevan dengan pembahasan ini adalah kata profiency dan ability yang memiliki arti kurang lebih sama yaitu kemampuan. Hanya, proficiency lebih sering digunakan orang untuk menyatakan kemampuan berperingkat tinggi. Di samping berarti kemampuan, kompetensi juga berarti…..the state of being legally competent or qualified (Mc.Leod, 1989), yakni keadaan berwewenang atau memenuhi syarat menurut ketentuan hokum. Adapun kompetensi guru (teacher competency) menurut Barlow (1985) adalah the ability of a teacher to responsibly perform his or her duties appropriately. Artinya kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Jadi, kompetensi profesionalisme guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya. Artinya, guru yang piawai dalam melaksanakan profesinya dapat disebut sebagai guru yang kompeten dan professional. Selanjutnya kata profesionalisme yang mengiringi kata kompetensi dipahami sebagai kualitas dan tindak tanduk khusus yang merupakan ciri orang professional. Berdasarkan pertimbangan arti-arti di atas, maka pengertian guru professional adalah guru yang melaksanakan tugas keguruan dengan kemampuan tinggi (profesiensi) sebagai sumber kehidupan. Dalam melaksanakan kewenangan profesionalnya, guru dituntut memiliki keanekaragaman
29 Panorama Nusantara Vol.2 No.1 / Januari – Juni 2007
kecakapan (competencies) yang bersifat psikologis, yang meliputi : a. kompetensi kognitif (kecakapan ranah cipta) b. kompetensi afektif (kecakapan ranah rasa) c. kompetensi psikomotor (kecakapan ranah karsa) B. Cooper dan J.M. Foy dalam buku yang berjudul “Evaluating the Effectiveness of Lecturer” (Universities Quarterly, 21,1967.) menjelaskan beberapa atribut untuk menunjukkan tenaga pengajar (dosen) yang baik, yang meliputi : 1. Presents the material clearly and logically 2. Enables the student to understand the basic principles of the subject 3. Can be heard clearly 4. Makes the material intelligibly meaningful 5. Adequate covers the ground 6. Maintains continuity in the course 7. Is constructive and helpful in his/her criticism 8. Shows and expert knowledge of the subject 9. Adopts an appropriate pace during the lecture 10. Includes material not readily accessible in textbooks 11. Is concise 12. Illustrates the practical applications of the theory of the subject Fasilitas Fasilitas sekolah/kampus diartikan dan mencakup seluruh struktur, bangunan atau fasilitas yang digunakan seluruhnya atau sebagian dan fasilitas yang secara fisik mendukung struktur bangunan dan fasiltas tersebut, seperti fasilitas pembuangan limbah cair, fasilitas pembangikit listrik, dan lainlain. Penilaian terhadap fasilitas kampus meliputi kesesuaian jumlah, ukuran, bentuk dan lokasi ruang, kondisi lingkungan, perabot yang digunakan, teknologi yang dipergunakan, faktor kesehatan, keamanan dan pelayanan (Manfred Hinum, Ph.D., Federal Ministry of Education and Cultural Affairs, Austria, Strategies for Managing Educational Facilities Infrastructure)
Fasilitas fisik yang mempengaruhi jalannya PBM dan hasil-hasil yang akan dicapai adalah 1). Kemudahan fisik yang ada di sekolah seperti kondisi ruang belajar/kelas, bangku, papan tulis, labolatorium, perpustakaan dan perangkat fisik lainnya yang berhubungan dengan kepentingan PBM. 2). Kemudahan fisik yang ada di rumah siswa, seperti ruang dan meja belajar, lampu, rak buku dan isinya, alat-alat tulis, ventilasi, dan sebagainya. Kepuasan Pelanggan Sebagai suatu bentuk organisasi maka terdapat juga hubungan antara penyedia layanan (service provider) dan pengguna layanan (service user). Penyedia layanan adalah pihak yang dapat memberikan suatu layanan tertentu kepada konsumen, baik berupa layanan dalam bentuk penyediaan dan penyerahan barang (goods) atau jasa. Dalam kegiatan yang bertujuan komersil atau bisnis (profit motive), pihak-pihak yang termasuk ke dalam kelompok penyedia layanan adalah usaha perseorangan, badan usaha swasta, badan usaha milik negara (milik pemerintah pusat), badan usaha milik daerah (milik pemerintah daerah), badan usaha tetap yang berperan sebagai produsen. Sedangkan dalam kegiatan yang tidak bertujuan komersil atau jenis usaha nirlaba (non-profit motive), yang termasuk kelompok penyedia adalah perseorangan, badan-badan swasta dan badan-badan pemerintah pusat atau daerah yang bergerak di bidang pelayanan umum, antara lain yang bergerak di bidang pendidikan, kesehatan, keagamaan, perlindungan anak yatim, perlindungan orang jompo, perlindungan konsumen/pelanggan, dan lembaga swadaya masyarakat lainnya yang bertujuan sosial. Penerima layanan adalah mereka yang disebut sebagai konsumen/pelanggan yang menerima layanan dari penyedia layanan. Penerima layanan dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu konsumen internal (internal consumer) dan konsumen eksternal (external consumer). Pelanggan internal adalah orangorang yang terlibat dalam proses penyediaan jasa atau proses produksi barang sejak dari perencanaan, penciptaan jasa atau pembuatan barang, sampai dengan
30 Panorama Nusantara Vol.2 No.1 / Januari – Juni 2007
pemasaran dan penjualan dan pengadministrasiannya. Sedangkan pelanggan eksternal adalah semua orang yang berada di luar organisasi yang menerima layanan penyerahan barang atau jasa dari organisasi/perusahaan). Organisasi pendidikan dikategorikan sebagai bentuk organisasi nirlaba (non profit), yang menempatkan pihak akademik sebagai penyedia layanan dan mahasiswa sebagai pengguna layanan. Mahasiswa dalam hal ini dikategorikan sebagai pelanggan eksternal. Dalam menyelenggarakan layanan, pihak penyedia layanan harus selalu berupaya untuk mengacu kepada tujuan utama pelayanan, yaitu kepuasan konsumen/pelanggan (customer satisfaction). Tingkat kepuasan yang diperoleh oleh pelanggan biasanya sangat berkaitan erat dengan standar kualitas barang atau jasa yang mereka nikmati. Dalam kaitannya dengan pelayanan kepada konsumen, semua pihak yang bergerak dalam pemberian layanan yang bersifat komersil maupun non komersil harus menyadari bahwa keberadaan konsumen yang setia (loyal) merupakan pendukung untuk kesuksesan bagi perusahaan maupun organisasi lainnya. Dengan demikian mereka harus menempatkan konsumen sebagai asset yang sangat berharga, karena dalam kenyataannya tidak ada satupun orgnisasi, terutama perusahaan, yang akan mampu bertahan hidup bila ditinggalkan oleh pelanggannya. Satu-satunya jalan untuk mempertahankan agar organisasi/perusahaan selalu didekati dan diingat pelanggan adalah dengan cara mengembangkan pola layanan yang terbaik, antara lain dengan cara-cara : a. memperhatikan perkembangan kebutuhan dan keinginan para pelanggan dari waktu ke waktu, untuk kemudahan mengantisipasinya. b. berupaya menyediakan kebutuhan pelanggan sesuai dengan keinginan atau lebih dari yang diharapkan c. memperlakukan pelanggan dengan pola layanan terbaik. Para penyedia layanan sangat memahami bahwa pelanggan membutuhkan layanan yang baik, sehingga memuaskan pelanggan adalah suatu keharusan. Mereka menyadari bahwa jika mereka mampu
memberikan layanan yang baik, secara langsung maupun tidak langsung, kebaikan layanannya akan tersebar luas karena kepuasan yang dirasakan pelanggan akan disampaikan oleh pelanggan yang satu kepada pelanggan lainnya secara berantai. Dan ini akan menjadi promosi sinergis yang gratis. Dalam menentukan standar kepuasan, pihak penyedia layanan hanya akan mampu memperkirakan dan mencoba mengarahkan produk barang atau jasa ke arah kepuasan konsumen berdasarkan tanggapan konsumen yang didapat dari hasil riset/penelitian. Pelaksanaan penelitian kepuasan pelanggan biasanya ditujukan untuk meneliti tingkat kepuasan pelanggan, antara lain : 1. mengukur kepuasan pelanggan atas kemudahan didapatnya barang atau jasa (menyangkut kelancaran distribusi atau penyebaran) 2. mengukur kepuasan pelanggan melalui kualitas barang atau jasa 3. mengukur kepuasan pelanggan melalui nilai barang atau jasa. 4. mengukur kepuasan berdasarkan keyakinan pelanggan atas produk yang digunakannya dibandingkan dengan produk lainnya. ANALISA DAN PEMBAHASAN 1. Kepuasan Mahasiswa Terhadap Proses Belajar Mengajar Untuk mengukur kepuasan mahasiswa terhadap proses belajar mengajar, telah disampaikan angket dengan 12 kriteria penilaian yang disampaikan kepada 50 mahasiswa sebagai responden dengan teknik sampling acak sederhana. Rentangan skala penilaian terbagi atas 5 bobot penilaian yang terdiri atas Sangat Puas dengan bobot nilai 5, Puas dengan bobot nilai 4, Cukup Puas dnegan bobot nilai 3, Kurang Puas dengan bobot nilai 2 dan Sangat Tidak Puas dengan bobot nilai 1. Dari tabel 1 diperoleh gambaran bahwa untuk pertanyaan 1 ”Dosen pengajar memberikan penjelasan materi secara jelas dan logis” diperoleh gambaran bahwa nilai mean yang diperoleh adalah sebesar 3.42, yang berarti bahwa mahasiswa dianggap ’cukup puas’ untuk kriteria penilaian tersebut. Untuk pertanyaan 2 ”Dosen pengajar mampu membuat mahassiwa memahami
31 Panorama Nusantara Vol.2 No.1 / Januari – Juni 2007
prinsip dari mata kuliah yang diajarkan”, diperoleh gambaran bahwa secara umum mahasiswa merasakan ’cukup puas’ dengan pencapaian nilai mean sebesar 3.14. Namun dibandingkan dengan kriteria penilaian 1, nilai kepuasan mahasiswa lebih rendah. Pertanyaan 3 ”Dosen menyampaikan perkuliahan dengan suara yang dapat didengar secara jelas”, nilai mean sebesar 3.60 dan nilai median 4.00. Ini menunjukkan bahwa mahasiswa memberikan penilaian ’cukup puas’ dan mengarah kepada kecenderungan penilaian ’puas’. Kriteria penilaian 4 ”Materi yang disampaikan mudah dimengerti”, data menunjukkan bahwa mahasiswa menunjukkan penilaian ’cukup puas’, dengan nilai mean 3.30. Sedangkan untuk penilaian 5 ”Materi yang disampaikan sesuai dengan tujuan mata kuliah” dan kriteria penilaian 6 ”Dosen menyampaikan materi perkuliahan secara sistematis” menunjukkan adanya nilai mean yang sama sebesar 3.44 atau mahasiswa sebagai pelanggan menyatakan ’cukup puas’ dengan kriteria penilaian tersebut. Namun demikian, untuk kriteria penilaian 6, terjadi kecenderungan penilaian ’puas’ dari mahasiswa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya nilai median sebesar 4.00 Pertanyaan 7 ”Dosen bersikap konstruktif dalam menanggapi pertanyaan dari mahasiswa”, mahasiswa sebagai responden memberikan penilaian ’cukup puas’ dan mengarah pada penilaian ’puas’, dengan nilai rata-rata 3.52. Kriteria penilaian 8 ”Dosen menunjukkan kecakapan terhadap mata kuliah yang diajarkan” menunjukkan perolehan nlai mean sebesar 3.40 yang berarti bahwa bahwa mahasiswa ’cukup puas’ dan nilai median sebesar 4.00 yang berarti bahwa penilaian mahasiswa juga cenderung ’puas’ terhadap kriteria penilaian tersebut. Penilaian terhadap ”Kesempatan bertanya yang diberikan dosen kepada mahasiswa’, menunjukkan hasil penilaian ’cukup puas’ (dengan nilai mean 3.70) dan dengan nilai median 4.00 menunjukkan bahwa hasil penilaian mahasiswa mengarah pada hasil ’puas’. ”Dosen memberikan pengetahuan tambahan di luar yang tertulis dalam
textbook” diperoleh hasil penilaian mahasiswa ’cukup puas’ (nilai mean 3.26) sebagai pertanyaan 10 dalam angket. Hasil yang sama ditunjukkan untuk kriteria penilaian 11, ”Dosen memberikan penjelasan materi perkuliahan secara singkat dan padat” yaitu 3.26 atau mahasiswa ’cukup puas’ dengan pertanyaan tersebut. Pertanyaan terakhir ”Dosen memberikan gambaran praktis penerapan mata kuliah”, diperoleh gambaran bahwa mahasiswa ’cukup puas’ dengan nilai mean sebesar 3.30. Tabel 2, sumber : hasil penelitian diolah, 2007 Stati stics N PBM_1 PBM_2 PBM_3 PBM_4 PBM_5 PBM_6 PBM_7 PBM_8 PBM_9 PBM_10 PBM_11 PBM_12
Valid 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Miss ing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 3,42 3,14 3,60 3,30 3,44 3,44 3,52 3,40 3,70 3,26 3,26 3,30
Median 3,00 3,00 4,00 3,00 3,00 4,00 4,00 4,00 4,00 3,00 3,00 3,00
Variance ,371 ,490 ,490 ,500 ,374 ,578 ,459 ,531 ,704 ,604 ,604 ,500
Secara umum dapat disimpulkan bahwa dari seluruh kriteria penilaian sebagaimana yang tertuang dalam angket menunjukkan bahwa mahasiswa ’cukup puas’ dengan proses belajar mengajar yang disampaikan oleh dosen pengajar, atau mahasiswa cukup puas dengan kompetensi dosen mengajar. Namun demikian, terdapat beberapa kriteria penilaian yang cenderung mengarah pada nilai puas. 2. Kepuasan Mahasiswa Terhadap Fasilitas Belajar Mengajar Tabel 3, sumber : hasil penelitian diolah, 2007 Statistics N FAS_1 FAS_2 FAS_3 FAS_4 FAS_5 FAS_6 FAS_7
Valid 50 50 50 50 50 50 50
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean 2,48 2,98 2,54 2,80 2,82 3,16 2,48
Median 2,00 3,00 2,50 3,00 3,00 3,00 2,50
Variance ,989 ,510 ,947 1,020 ,926 ,749 ,867
32 Panorama Nusantara Vol.2 No.1 / Januari – Juni 2007
Berkenaan dengan kepuasan mahasiswa terhadap fasilitas penunjang proses belajar mengajar, disampaikan angket yang mengukur tingkat kepuasan mahasiswa sebagai pelanggan. Kriteria penilaian meliputi 7 butir pertanyaan dengan rentang skala penilaian dan bobot penilaian masingmasing adalah 5 untuk Sangat Puas, 4 untuk Puas, 3 Cukup Puas, 2 untuk bobot penilaian Kurang Puas dan Sangat Tidak Puas dengan bobot nilai 1. Dari hasil pengolahan data angket diperoleh gambaran sebagai berikut : Untuk pertanyaan 1 ”Ketersediaan ruang kelas (teori) yang nyaman”, mahasiswa menunjukkan penilaian ’kurang puas’ dengan nilai mean yang diperoleh sebesar 2.48. Sedangkan untuk pertanyaan 2 ”Rasio jumlah mahasiwa dalam ruang kelas teori”, diperoleh gambaran bahwa mahasiswa merasa ’kurang puas’. Dengan nilai median 3.00 menunjukkan bahwa meskipun mahasiswa menilai ’kurang puas’ namun cenderung untuk menilai ’cukup puas’. Untuk penilaian terhadap ”Ketersediaan fasilitas penunjang pembelajaran di kelas” mahasiswa juga memberikan penilaian ’kurang puas’. Ini berarti bahwa pihak akdemik perlu melakukan penambahan atau juga perbaikan terhadap fasilitas penunjang pembelajaran di kelas, misalnya saja kursi, whiteboard, OHP dan lain-lain. Untuk kriteria pertanyaan 4 ”Ketersediaan ruang praktek yang nyaman dan memadai guna menunjang pembelajaran sesuai kompetensi”, mahasiswa memberikan penilaian ’kurang puas’ (dengan nilai mean 2.80 namun cenderung mengarah pada penilaian ’cukup puas’. Begitu pula dengan pertanyaan ”Ketersediaan fasilitas praktek jurusan”, mahasiswa juga memberikan penilaian ’kurang puas’ (mean 2.82) dan cenderung menilai ’cukup puas’ (median 3.00). Hasil penilaian yang berbeda ditunjukkan untuk pertanyaan ”Rasio jumlah mahasiswa dan dosen pembimbing dalam kelas praktek”, mahasiswa memberikan penilaian ’cukup puas’ dengan nilai rata-rata 3.16. Sedangkan untuk kriteria penilaian terakhir
”Ketersediaan buku-buku referensi di perpustakaan guna menunjang proses belajar mengajar”, kembali mahasiswa memberikan penilaian ’kurang puas’. Dan nilai rata-rata (mean yang diperoleh adalah sebesar 2.48) Berkenaan dengan fasilitas pendukung pembelajaran, secara umum dapat disimpulkan bahwa mahasiswa memberikan penilaian ’kurang puas’ dengan ketersediaan maupun kualitas terhadap fasilitas yang ada. Namun demikian, masih terdapat kriteria penilaian yang mengarah pada penilaian ’cukup puas’. Menyadari pemenuhan terhadap kepuasan mahasiswa (pelanggan) merupakan faktor terpenting dalam keberlangsungan suatu organisasi, maka pihak manajemen selanjutnya perlu merumuskan langkah-langkah perbaikan, baik terkait dnegan pemenuhan secara kuantitas maupun kualitas terhadap fasilitas yang ada. Korelasi antara fasilitas dengan kegiatan belajar mengajar Corre lations PBM PBM
FAS
Pears on Correlation Sig. (2-tailed) N Pears on Correlation Sig. (2-tailed) N
1 . 50 ,277 ,052 50
FAS ,277 ,052 50 1 . 50
Berdasarkan tabel korelasi menunjukkan bahwa nilai signifikasi melebihi 0.05 (0.052). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi antara fasilitas dengan kegiatan belajar mengajar. Selain itu nilai korelasi sebesar 0.277 yang dapat dikategorikan rendah, dengan demikian korelasi tersebut dapat diabaikan. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan melalui studi kasus yang ada di AKPINDO untuk mengukur kepuasan mahasiswa terhadap proses belajar mengajar (kompetensi dosen) dan ketersediaan fasilitas pendukungnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa secara umum mahasiswa memberikan penilaian cukup puas dengan dosen pengajar. Ini menunjukkan bahwa secara umum dosen
33 Panorama Nusantara Vol.2 No.1 / Januari – Juni 2007
pengajar mampu menunjukkan kompetensi mengajar. Hasil yang sedikit berbeda ditunjukkan berkenaan dengan kepuasan mahasiswa terhadap keberadaan fasilitas penunjang proses belajar mengajar yang ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum dapat disimpulkan bahwa kepuasan mahasiswa berada pada rentang penilaian kurang puas terhadap fasilitas yang ada, baik secara kuantitas maupun kualitas fasilitas itu sendiri. Berkenaan dengan korelasi antara proses belajar mengajar dan fasilitas pendukungnya, hasil penelitian menunjukkan tingkat korelasi yang rendah, sehingga dapat diabaikan.
Ballantine, Jeane H, The Sociology of Education : A Systematic Analysis, Prentice-Hall,Inc., Englewood Cliffs, New Jersey, 1983
SARAN Keberadaan mahasiswa memegang posisi yang sangat vital untuk keberlangsungan suatu institusi pendidikan. Oleh karena itu pihak manajemen harus terus mengupayakan secara berkesinambungan kebijakan-kebijakan untuk memenuhi kepuasan mahasiswa. Berkenaan dengan proses belajar mengajar, perlu terus diupayakan langkah-langkah untuk terus meningkatkan kompetensi dosen, baik yang mencakup ranah kognitif, psikomotorik dan afektif. Sedangkan berkenaan dengan fasilitas penunjang PBM, perlu terus diupayakan perbaikan dan pengembangan fasilitas yang ada, baik secara kualitas maupun kuantitas guna menunjang pembentukan kompetensi lulusan. Untuk itu perlu diidentifikasi fasilitas-fasilitas yang secara vital dibutuhkan dalam rangka mengembangkan kemampuan mahasiswa.
Mulyono, Sri, Statistika Untuk Ekonomi, Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta, 2003
REFERENSI Barata, Atep Adya, Dasar-dasar Pelayanan Prima, PT. Elex Media Komputindo (Gramedia), Jakarta, 2004 B. Cooper dan J.M. Foy, Evaluating the Effectiveness of Lecture, Universities Quarterly, 1967
Byrkit, Donald R, Statistics Today, A Comprehensive Introduction, The Benjamin/Cummnings Publishing Company, California, 1987 Lefrancois, Guy R, Psycology for Teaching, Wadsworth Publishing Company, Belmont, California, 1985 Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003
Purwanto, M. Ngalim, Psikologi Pendidikan, Remadja Karya CV, Bandung, 1985 Santoso, Singgih, SPSS Versi 10 Mengolah Data Statistik Secara Profesional, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2001 Subiyakto, Haryono, Statistika 2, Penerbit Gunadarma, Jakarta, 1994 Sugiyono, Statistik Non Parametrik Untuk Penelitian, Penerbit Alfabeta, Bandung, 1999 Sulaiman, Wahid, Statistik Non Parametrik, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2003 Walpole, Ronald E, Myers, Raymond H, Ilmu Peluang dan Statistika Untuk Insinyur dan Ilmuwan, Penerbit ITB, Bandung, 1995 Wijaya, Statistika Non Parametrik (Aplikasi Program SPSS), Penerbit Alfabeta, Bandung, 2001
34 Panorama Nusantara Vol.2 No.1 / Januari – Juni 2007