PENGARUH PENERAPAN METODE KOMUNIKATIF TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS (Studi Kasus Mahasiswa AKPINDO) Oleh : Meylani Tuti, S. S. (Dosen STIE Pariwisata Internasional)
Abstract The research was done to prove that to gain the expected result, these are important factors that have to be put into consideration. The right teaching method, good classroom management and evaluation or assessment that suit the material are among the above factors. The research shows that the communicative method can give a better result. Key words : Communicative Method, Evaluation.
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah ahasa Inggris adalah bahasa internasional yang yang digunakan sebagai bahasa pengantar oleh bangsabangsa di seluruh dunia. Bahasa Inggris bisa juga disebut sebagai bahasa komunikasi dunia karena semua bangsa di dunia menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar selain bahasa ibu yang mereka miliki sendiri, terutama dalam menghadapi era globalisasi. Bagi mereka yang kurang mampu berbahasa Inggris akan tertinggal dalam mendapatkan berbagai informasi penting baik teknologi, ekonomi, sosial , budaya dan lain sebagainya, karena sebagian besar informasi tersebut menggunakan bahasa Inggris. Dalam menghadapi era globalisasi, bangsa Indonesia memacu diri untuk lebih memasyarakatkan penggunaan bahasa Inggris dalam berbagai aspek kehidupan terutama dalam dunia pendidikan. Pengajaran bahasa Inggris yang semula mulai diperkenalkan pada anak-anak Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama sekarang mulai diperkenalkan kepada anakanak Sekolah Dasar bahkan kepada anak-anak Taman Kanak-Kanak. Kursus-kursus bahasa Inggris didirikan dan berkembang pesat dalam memenuhi kebutuhan masyarakat untuk mempelajari bahasa Inggris. Selain itu juga, saat ini di Indonesia sudah mulai berkembang sekolah-sekolah yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar sampai tingkat lanjutan yang dikenal sebagai sekolah bilingual. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pengajaran bahasa Inggris adalah motivasi yang dimiliki peserta didik.
B
Seperti kita ketahui bahwa setiap orang yang belajar bahasa Inggris mempunyai tujuannya sendiri misalnya; agar mendapatkan pekerjaan yang lebih baik atau posisi yang lebih baik, ingin lulus dalam ujian atau keinginan untuk dapat berkomunikasi dengan komunitas yang menggunakan bahasa Inggris. Motivasi tersebut ada 2 jenis yaitu extrinsic motivation yaitu motivasi yang didasarkan pada rasa ketertarikan siswa terhadap budaya tertentu yang menggunakan bahasa Inggris dan intrinsic motivation yaitu motivasi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kondisi fisik, pengajar, keberhasilan dan metode pengajaran yang digunakan. Metode pengajaran adalah bagaimana cara penyampaian materi yang dilakukan oleh pengajar. Begitu juga sebaliknya, dengan menggunakan metode pengajaran yang tidak tepat, seringkali proses pengajaran bahasa Inggris mengalami kegagalan. Hal ini mengakibatkan target yang ingin dicapai tidak terpenuhi. Penyampaian materi dengan metode yang menarik biasanya akan meningkatkan motivasi peserta didik untuk lebih serius mengikuti pelajaran bahasa Inggris. Dengan metode yang tidak tepat akan dapat menimbulkan rasa bosan dan frustasi bagi peserta didik sehingga mereka tidak tertarik lagi untuk mempelajarinya. Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk meneliti tentang pengaruh pengajaran bahasa Inggris dengan menggunakan metode komunikatif terhadap peningkatan nilai pre test dan post test dalam program matrikulasi mahasiswa baru untuk mahasiswa jurusan Perhotelan dan jurusan Usaha Wisata AKPINDO dengan mengambil judul
9 Panorama Nusantara, Vol. 1 No. 1 Juli – Desember 2006
“Pengaruh Penerapan Metode Pendekatan Komunikatif terhadap Hasil Belajar Bahasa Inggris ( Studi Kasus Mahasiswa AKPINDO)” 2. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, penilaian terhadap hasil belajar bahasa Inggris mahasiswa AKPINDO dibatasi hanya pada kemampuan dasar berbahasa Inggris, yaitu tentang bagaimana memperkenalkan diri, menceritakan tentang keluarga, pengalaman di masa lalu, rencana di masa yang akan datang dan tentang bagaimana menyampaikan pendapat tentang sesuatu. 3. Rumusan Masalah Yang menjadi permasalahan dalam tulisan ini adalah: Apakah ada pengaruh yang positif terhadap kemampuan dasar berbahasa Inggris mahasiswa baru yang mengikuti program matrikulasi dengan menggunakan metode pendekatan komunikatif ? 4. Tujuan Penelitian Tujuan penulis melaksanakan penelitian ini adalah untuk menelaah apakah ada pengaruh yang positif setelah mengikuti program matrikulasi terhadap peningkatan kemampuan dasar berbahasa Inggris mahasiswa baru. METODOLOGI PENELITIAN 1. Metode Penelitian Metode penelitian adalah metode eskperimen, dalam hal ini peneliti mengadakan uji coba terhadap pengaruh sistem pengajaran dengan metode pendekatan komunikatif terhadap hasil belajar (studi kasus dalam program matrikulasi) dengan cara memberikan soal/pertanyaan kepada peserta program matrikulasi sebelum diberikan materi pelajaran (pre test) dan sesudah diberikan materi pelajaran (post test). Isi soal/pertanyaan pre test dan post test adalah sama. 2. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian adalah mahasiswa baru AKPINDO sebagai calon mahasiswa yang mendapatkan nilai bahasa Inggris yang kurang bagus saat mengikuti ujian saringan masuk mahasiswa baru di AKPINDO maka diwajibkan mengikuti program matrikulasi, sebanyak 120 orang, ditetapkan mahasiswa yang menjadi sampel adalah 32 orang. 3. Teknik Pengumpulan Data Data yang disajikan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik: a. Studi Kepustakaan Pengumpulan data yang diperlukan melalui studi pustaka dimana penulis
mengambil data dan informasi yang relevan dari buku-buku pedoman dan bahan cetakan lainnya yang berkaitan dengan topik yang penulis bahas. b. Eksperimen Pengumpulan data berdasarkan eksperimen terkait dengan obyek kajian. Dalam penelitian ini, penulis mengadakan eksperimen hasil penilaian pre test dan post test terhadap mahasiswa baru yang mengikuti program matrikulasi tahun ajaran 2006/2007 baik mahasiswa jurusan Perhotelan maupun mahasiswa jurusan Usaha Wisata. 4. Metode Analisis Data Untuk mengetahui apakah terjadi perubahan yang positif terhadap hasil belajar sebelum dan sesudah mengikuti program matrikulasi, digunakan teknik analisa statistik non parametric dua sampel berpasangan, yaitu uji tanda ranking Wilcoxson. Teknik ini digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel yang berkorelasi bila datanya berbentuk ordinal (berjenjang). Dalam uji Wilcoxon, bukan saja tanda yang diperhatikan tetapi juga nilai selisih variabelnya (x – y). Bila sampel pasangan > 25, distribusi akan mendekati distribusi normal yang menggunakan pendekatan rumus normal Z dalam pengujiannya. Untuk itu digunakan formulasi sebagai berikut:
n(n + 1) ……… (1) dan 4 n(n + 1)(2n + 1) σT = …..……..(2) 24 T − µT Z= …….….. (3)
µT =
σT di mana, T adalah jumlah jenjang/ rangking yang kecil. Hipotesis adalah suatu jawaban atau kesimpulan sementara dari peneliti yang masih perlu diuji kebenarannya. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori, dan belum menggunakan fakta (Sugiono, 1999). Hipotesis untuk uji 2 arah : Ho : µ1 = µ2 atau Ho: median1 = median2 H1 : µ1 ≠ µ2 atau H1:median1 ≠ median2 Kaidah pengambilan keputusan berdasarkan nilai Zhitung (sampel >25) tolak Ho jika │Zhitung│> Z α/2 Kaidah pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikasi: Sig.(2-tailed) ≤ taraf nyata (α/2) → tolak Ho Sig.(2-tailed)>taraf nyata(α/2)→ terima Ho
10 Panorama Nusantara, Vol. 1 No. 1 Juli – Desember 2006
Hipotesis untuk uji 1 arah tipe I : Ho : median1 ≤ Ho:µ1 ≤ µ2atau median2 H1: µ1 > µ2 atau H1 : median1 > median2 Kaidah pengambilan keputusan berdasarkan nilai Zhitung (sampel >25) tolak Ho jika Zhitung > Zα Hipotesis untuk uji 1 arah tipe II : Ho : µ1 ≥ µ2 atau Ho : median1 ≥ median2 H1 : µ1 < µ2 atau H1 : median1 < median2 Kaidah pengambilan keputusan berdasarkan nilai Zhitung (sampel >25) tolak Ho jika Zhitung < - Zα (Byrkit,1987). Kaidah pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikasi: Sig.(2-tailed) ≤ taraf nyata (α) → tolak Ho Sig.(2-tailed) >taraf nyata (α) → terima Ho Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah hipotesis uji 1 arah tipe II, yaitu: Ho : Tidak ada perubahan atau ada perubahan yang negatif terhadap hasil belajar bahasa Inggris mahasiswa setelah mengikuti pengajaran atau program matrikulasi yang menggunakan pendekatan komunikatif. H1 : Ada perubahan yang positif terhadap hasil belajar bahasa Inggris mahasiswa setelah mengikuti pengajaran atau program matrikulasi yang menggunakan pendekatan komunikatif. TINJAUAN TEORITIS 1. PENGERTIAN BELAJAR Banyak pengertian tentang belajar yang dikemukakan oleh para ahli, namun belajar sendiri secara garis besar dapat diartikan sebagai sesuatu kegiatan yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Namun kegiatan belajar bukan hanya menghafalkan sesuatu, bisa juga sebagai suatu kegiatan pengulangan (drilling) seperti halnya ketika kita mempelajari bahasa asing atau menguasai keahlian baru seperti membaca dan menulis. Chaplin dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama berbunyi ….. acquisition of any relatively permanent change in behaviour as a result of practice and experience. Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya Process of acquiring responses as a result of special practice,
belajar adalah proses memperoleh responsrespons sebagai akibat adanya latihan khusus. Reber dalam , Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah The process of acquiring knowledge, yakni proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar adalah A relatively permanent change in respons potentiality which ocurs as a result of reinforced practise, yaitu suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Sedangkan menurut Slamento dalam bukunya Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya belajar ialah” suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Dari definisi yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan secara terus menerus dengan tujuan untuk mendapatkan hasil berupa kemampuan untuk menguasai sesuatu atau melakukan sesuatu. 2. PENGERTIAN MENGAJAR Mengajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kemampuan lebih kepada orang lain yang belum mempunyai kemampuan tersebut dengan menggunakan metode-metode tertentu untuk memudahkan proses tersebut mencapai hasil yang maksimal atau yang diharapkan oleh kedua belah pihak baik pengajar maupun yang diajar. Nasution dalam bukunya Berbagai Pendekatan Belajar dan Mengajar menyatakan mengajar adalah “ ….. suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar”. Yang dimaksud dengan lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang kelas (tempat proses belajar berlangsung), tetapi juga meliputi pengajar, visual aid, laboratorium, dan sebagainya yang ada hubungannya dengan kegiatan belajar siswa. Menurut Alvin W. Howard “ Mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, merubah atau mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations
11 Panorama Nusantara, Vol. 1 No. 1 Juli – Desember 2006
(penghargaan) dan knowledge.” Dalam pengertian ini pengajar harus berusaha membawa perubahan tingkah laku yang baik atau berkecenderungan langsung untuk merubah tingkah laku siswanya. 3. PENDEKATAN DAN METODE PENGAJARAN Tak seorangpun mengetahui dengan pasti bagaimana cara yang tepat dan cepat dalam mempelajari sebuah bahasa. Berbagai percobaan telah dilakukan yang menghasilkan beberapa teori bagaimana mengajarkan sebuah bahasa yang baru, namun hal tersebut kembali kepada bagaimana kita mempelajari bahasa untuk pertama kalinya. Dalam mempelajari dan mengajarkan bahasa, terdapat beberapa pendekatan seperti: a. Behaviourism , yaitu metode yang mengutamakan pengulangan secara terus menerus dimana bila melakukan kesalahan mereka langsung mendapat kritikan sedangkan bila mereka melakukan sesuatu dengan benar akan dihargai juga secara langsung. b Cognitism, yaitu metode yang mengharuskan siswa untuk mencoba dengan kemampuan mereka sendiri. c Acquisition and Learning, ada perbedaan yang cukup jelas antara Acquisition dengan Learning. Acquisition berdasarkan hal-hal yang siswa dengar atau baca secara langsung sedangkan Learning adalah hal-hal yang didapat siswa dari hasil pembelajaran, dimana Stephen Krashen dalam bukunya Second Language Acquisition and Second Language Learning (1981) yang dikutip oleh Harmer menyebutkan bahwa “ Acquiring a language is more successful and longer lasting than learning” bahwa Acquisition atau sesuatu yang didapat siswa sebagai hasil dari apa yang mereka dengar dan lihat secara langsung akan lebih berhasil dan terekam dalam memori mereka untuk waktu yang cukup lama. d. Task-based learning, metode yang mengharuskan siswanya untuk mempraktekkan penggunaan bahasa tersebut secara langsung tanpa harus diajari terlebih dahulu mengenai tata bahasa yang benar. e. Humanistic Approach, yaitu metode yang tidak hanya mengajarkan tentang bahasa namun juga melihat siswa sebagai manusia seutuhnya yang harus bisa mengembangkan kepribadian mereka sendiri. f. Self-directed leaning, yaitu metode yang tidak hanya fokus pada bagaimana sistem
pembelajaran berjalan namun juga pada bagaimana siswa tersebut bisa menjadi siswa yang baik, jika para siswa tersebut bisa menggunakan kemampuan mereka secara maksimal dan menentukan apa yang sebaiknya mereka lakukan maka pemahaman mereka akan meningkat dan mendapatkan hasil yang maksimal. Dari pendekatan-pendekatan di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa bagaimana cara mempelajari bahasa tersebut berdasarkan input (sesuatu yang dibaca dan didengar) dan output (sesuatu yang didapat dari hasil pembelajaran). Semua pendekatan tersebut berfokus pada komunikasi yang lebih aktif dan bahasa sebagai alat komunikasi maka pendekatan tersebut disebut sebagai Communicative Approach. Hal tersebut dikarenakan pendekatan tersebut ditekankan pada bagaimana melatih siswa agar dapat menggunakan bahasa tersebut untuk komunikasi. Communicative activities Ada dua jenis Communicative activities, yaitu: - Oral communicative activities - Written communicative activities Oral Communicative activities dibagi dalam beberapa bagian, seperti: 1. Reaching a consensus Artinya harus ada kesepakatan yang dicapai setelah siswa melakukan diskusi, hal tersebut tidak akan berakhir sampai siswa mencapai kesepakatan atau kesimpulan. Kegiatan ini sangat berhasil dalam memperkenalkan bahasa yang digunakan secara spontan dan informal atau bebas. 2. Discussion Diskusi yang dimaksud adalah bagaimana cara siswa mengekspresikan pendapatnya secara spontan dalam proses belajar mengajar dimana topik yang dibahas bukan topik yang susah. Diskusi semacam ini lebih hidup dan dapat melibatkan semua siswa daripada kalau kita meminta mereka memberikan pendapat mengenai sesuatu yang sulit, hal tersebut dapat membuat mereka tidak dapat mengekspresikan apa-apa. 3. Relaying instruction Dalam melakukan kegiatan ini siswa diharuskan saling memberikan instruksi yang selanjutnya harus mereka peragakan. Bila mereka berhasil memperagakan dengan benar artinya mereka sudah mendapatkan instruksi yang benar dan memahaminya. 4. Communication games
12 Panorama Nusantara, Vol. 1 No. 1 Juli – Desember 2006
Kegiatan ini berdasarkan prinsip permainan information gap (kesenjangan informasi). Siswa ditempatkan pada situasi dimana mereka harus menggunakan semua kemapuan kebahasaan yang mereka miliki untuk memenangkan permainan ini dimana informasi yang mereka dapatkan berbeda satu sama lain. 5. Problem Solving Kegiatan ini menekankan siswa untuk berani berbicara didepan siswa lainnya untuk menemukan sebuah solusi terhadap sebuah permasalahan atau tugas. 6. Talking about yourself Kegiatan ini semacam ini biasanya digunakan untuk memulai sebuah kelas sebagai “ice breaker” atau untuk membuat situasi yang lebih baik dan lebih akrab ketika kita memulai kelas yang baru. Dalam kegiatan ini kita bisa menggunakan informasi-informasi yang berasal dari mereka sendiri seperti tentang keluarga , pengalaman dan perasaan mereka. 7. Simulation and role play Adalah kegistan yang mengharuskan siswa untuk melakukan sesuatu seolah-olah kejadian yang sebenarnya. Hal ini dimaksudkan agar siswa bisa mempersiapkan diri jika mereka harus menghadapi situsi yang sebenarnya. Dalam kegiatan ini sebaiknya pengajar juga ikut ambil bagian agar dapat membantu mereka bila mereka menemukan kesulitan . Setelah simulasi selesai pengajar memberikan umpan balik atau feed back pada mereka untuk mendiskusikan apakah yang mereka lakukan sudah benar atau belum dan tentu saja hal tersebut dilakukan dalam bahasa Inggris. Written communicative activities dibagi dalam beberapa bagian, antara lain; A. Relaying Instructions Seperti pada kegiatan oral communicative activities diatas mengenai relaying intruksi dimana siswa diminta untuk memberikan instruksi pada temannya, hanya pada kegiatan ini siswa diminta untuk menuliskan instruksi tersebut bukan menyampaikannya secara lisan. B. Writing reports and advertisements Kegiatan ini sangat menarik karena bukan saja melibatkan kemampuan mereka untuk menyampaikan atau menyusun ide mereka namun juga mengasah kepekaan mereka terhadap kejadian-kejadian yang sedang terjadi dan hal ini dapat membuat mereka tertarik dan termotivasi.
C.
Co-operative writing Dalam kegiatan ini siswa akan diminta untuk menuliskan sesuatu secara bersamasama dengan siswa lainnya dan hal ini memerlukan kerja sama yang baik bukan hanya tentang tulisannya namun juga tentang proses kerjasama pada saat mereka menuliskannya. D. Exchanging letters Dalam kegiatan ini siswa diminta untuk saling bertukar surat yang mereka buat. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang baik bagi siswa untuk mempraktekkan komunikasi secara tertulis yang sebenarnya. E. Writing journal Kegiatan ini merupakan cara yang baik untuk melatih kemampuan menulis siswa dan memberi kesempatan untuk menyampaikan pikiran atau ide dan perasaan mereka terhadap sesuatu secara tertulis. 4. PENGELOLAAN KELAS Class Management atau pengelolaan di dalam kelas adalah suatu aktifitas atau kegiatan yang sangat penting karena hal ini dapat menentukan keberhasilan pengajar dalam melakukan proses belajar mengajar ataupun keberhasilan dari metode yang digunakan sehingga dapat mencapai hasil yang diinginkan berupa nilai atau kemampuan untuk mengerjakan sesuatu. Dalam Class Management atau pengeloaan kelas, pengajar sebagai pemegang peran penting mempunyai beberapa fungsi, antara lain ; 1. The teacher as controller Pengajar sebagai pengontrol dalam kelas dimana fungsinya adalah mengontrol bukan hanya apa yang dilakukan siswa selama proses belajar mengajar namun juga mengontrol apa yang mereka katakan dan bahasa apa yang mereka gunakan. 2. The teacher as assessor Tugas utama seorang pengajar adalah sebagai penilai atau penguji bagi siswa ketika melakukan proses belajar mengajar. Pengajar harus bisa memastikan bagaimana siswa tersebut melakukan proses pembelajaran dan seberapa baik proses tersebut dilakukan. Ada 2 pengertian tentang penilaian atau pengujian, yaitu Correction dan Organizing feed back. Correction atau pembetulan biasanya terjadi secara langsung ketika pengajar melakukan kontrol dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini fungsi pengajar adalah untuk menunjukkan dimana letak kesalahan yang
13 Panorama Nusantara, Vol. 1 No. 1 Juli – Desember 2006
dilakukan siswa, bagaimana hal tersebut dapat terjadi dan bagaimana mengatasinya atau bagaimana seharusnya. Sedangkan Organizing feed back atau melakukan umpan balik terjadi ketika siswa telah menyelesaikan tugasnya. Umpan balik dilakukan untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan siswa dan memberikan masukan apa yang seharusnya mereka lakukan untuk mengatasinya. 3. Teacher as Organizer Pengajar sebagai pengelola dalam kelas, adalah tugas yang paling sulit bagi seorang pengajar karena dalam hal ini kesuksesan dari kegiatan atau aktifitas yang dilakukan tergantung pada sistem pengelolaan yang baik dan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa apa yang harus mereka lakukan dalam kegiatan tersebut. Jika pengajar tidak memberikan informasi yang penting atau memberikan petunjuk yang salah kepada siswa maka kelas tidak akan dikelola secara baik. 4. Teacher as Prompter Pengajar sebagai pengarah atau pembimbing yang harus mampu membuat siswa berani untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan atau memberikan saran bila siswa tidak mendapatkan ide apa yang harus dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar tersebut. Dalam kegiatan ini pengajar harus bisa membatasi diri karena jika terlalu terlibat lebih jauh maka akan menghilangkan peran siswa itu sendiri dalam proses belajar mengajar. 5. The teacher as Participant Pengajar ikut bagian dalam kegiatan yang dilakukan siswa. Tidak ada alasan mengapa pengajar tidak boleh ikut terlibat dalam kegiatan yang dilakukan oleh siswa bila kegiatan tersebut berupa simulasi. Ada kecenderungan negatif bila pengajar terlibat dalam sebuah simulasi karena bisa saja pengajar tersebut akan mendominasi hal tersebut harus diperhatikan agar jangan sampai terjadi. Selain kecenderungan yang negatif , keterlibatan pengajar dalam simulasi juga dapat menimbulkan akibat yang positif seperti memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih dengan seseorang yang lebih baik dari mereka. 6. The teacher as Resource. Peran pengajar sebagai sumber yang dapat memberikan bantuan kepada siswa bila mereka menemukan kesulitan selama proses belajar mengajar. 7. The teacher as Tutor
Pengajar sebagai tutor yang harus bertindak sebagai pelatih ketika proses pembelajaran berlangsung. Tutor bertindak sebagai pemberi petunjuk dan saran bila siswa menemukan kesulitan. Pengajar akan bertindak sebagai tutor bila siswa belajar sendiri atau melakukan suatu proyek yang mereka pilih sendiri, dalam hal ini pengajar akan membantu memperinci dan membatasi masalah yang mereka bahas. 8. The teacher as Investigator Fungsi-fungsi pengajar yang telah disebutkan diatas mengacu pada peran pengajar sebagai fasilitator dan pendukung siswa dalam proses belajar mengajar. Sebagai pengajar tidak bisa hanya puas dengan apa yang telah dikerjakan tapi harus mengembangkan keahlian untuk lebih mencapai hasil yang diinginkan. Pengembangan bisa berupa keikutsertaan dalam seminar atau kursus pelatihan. Cara terbaik untuk mengembangkan kemampuan mengajar adalah dengan menyelidiki apa yang sedang terjadi, melakukan observasi apakah yang kita lakukan sudah benar atau belum dan mencoba menerapkan teknik baru dan mengevaluasi penerapannya. 5. PENILAIAN ATAU EVALUASI Kata penilaian merupakan terjemahan dari kata evaluation, yang berasal dari kata dasar value yang berarti nilai. Jadi secara etimologi kata penilaian berarti memberikan nilai kepada seseorang, sesuatu benda, keadaan atau peristiwa. Untuk memberikan nilai kepada halhal tersebut, kita perlu mengambil suatu keputusan, yakni mengenai nilai apa yang akan diberikan (misalnya: baik-buruk, tinggirendah) yang didasarkan pada fakta-fakta yang ada dan sesuai dengan permasalahannya. Menurut Mudjijo dalam bukunya Tes Hasil Belajar (1995) mengatakan bahwa “ Penilaian dapat diartikan sebagai suatu proses pengambilan keputusan” Sedangkan menurut Gronlund, N.E (1968) seperti yang dikutip oleh Mudjijo mengatakan bahwa “ evaluation may be defined as a systematic process of determining the extent to which educational objectives are achived by pupils.” Yang artinya penilaian dapat diartikan sebagai suatu proses yang sistematis untuk menentukan sejauh mana tingkat pencapaian para siswa terhadap tujuantujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
14 Panorama Nusantara, Vol. 1 No. 1 Juli – Desember 2006
H1 : Ada perubahan yang positif terhadap hasil Ditinjau dari sudut kapan dan untuk apa tes itu dilakukan, maka tes hasil belajar belajar bahasa Inggris mahasiswa setelah dapat dibagi menjadi pre test, post test dan mengikuti pengajaran atau program entering behavior test. matrikulasi yang menggunakan pendekatan komunikatif. F. Hasil Belajar Hasil belajar adalah hasil yang dicapai Uji statistik: Wilcoxson Signed Ranks Test. ketika kita telah menyelesaikan suatu proses Besar α = 0,05 maka -Z 0,05 = -1,64 (tabel belajar mengajar. Yang dimaksud sebagai hasil normal, Walpole/Myers, 1995). belajar bisa berupa nilai atau score berupa Kaidah : karena uji satu pihak tipe II, tolak Ho jika Z hitung < - Z 0,05 atau nilai signifikasi ≤ angka ( 1 sampai dengan 10 ) atau alphabet ( A sampai dengan E ) atau berupa keahlian atau dari taraf nyata α, yaitu sebesar 0,05. kemampuan untuk mengerjakan atau Hasil pemrosesan data dengan software SPSS disajikan dalam tabel sebagai berikut: menyelesaikan sesuatu. Hasil belajar didapat setelah siswa melalui beberapa tahap mulai dari persiapan pelajaran, proses pelajaran dan Wilcoxon Signed Ranks Test evaluasi diakhir proses Ranks belajar mengajar. Pengertian hasil N Mean Rank Sum of Ranks belajar menurut Mudjijo Post Test - Pre Test Negative Ranks 1a 27.50 27.50 dalam bukunya Tes Hasil Positive Ranks 29b 15.09 437.50 Ties Belajar (1995) mengatakan 2c Total 32 bahwa: “……..hasil belajar a. Post Test < Pre Test yang diharapkan pada diri b. Post Test > Pre Test peserta didik setelah ia Test Statistics b menempuh suatu kegiatan c. Pre Test = Post Test Post Test belajar tertentu.” Artinya - Pre Test yang dilukiskan disini bukan apa-apa yang Z -4.237a dipelajarinya tetapi hasil apa yang Asymp. Sig. (2-tailed) .000 diperolehnya setelah mempelajari sesuatu. a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
ANALISA DAN PEMBAHASAN Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis melakukan eksperimen terhadap mahasiswa baru AKPINDO yang diwajibkan mengikuti program matrikulasi, yaitu semacam perkuliahan bahasa Inggris, dengan mengabaikan jurusan yang mereka ambil, apakah Perhotelan atau Usaha Wisata. Program matrikulasi hanya diberikan 12 tatap muka dengan lama pengajaran 90 menit untuk setiap tatap muka. Materi yang diberikan tentang bagaimana mereka memperkenalkan diri, menceritakan tentang keluarga, pengalaman mereka di masa lalu, rencana mereka di masa yang akan datang dan tentang bagaimana menyampaikan pendapat mereka tentang sesuatu. Dari hasil eksperimen didapat hipotesis sebagai berikut : Ho : Tidak ada perubahan atau ada perubahan yang negatif terhadap hasil belajar bahasa Inggris mahasiswa setelah mengikuti pengajaran atau program matrikulasi yang menggunakan pendekatan komunikatif.
Berdasarkan hasil uji tes statistik non parametric di atas diperoleh nilai Z adalah sebesar – 4,237, yang lebih kecil dari nilai Z0,05 sebesar -1,64. Selain itu nilai signifikasi sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai α sebesar 0,05. Karena alasan-alasan di atas maka hipotesis nol (Ho) ditolak. Dengan ditolaknya Ho dan H1 diterima maka dapat disimpulkan bahwa ada perubahan yang positif terhadap hasil belajar bahasa Inggris mahasiswa setelah mengikuti pengajaran atau program matrikulasi yang menggunakan pendekatan komunikatif.
KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap mahasiswa baru AKPINDO yang mengikuti program matrikulasi, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perubahan atau perbedaan yang positif antara nilai pre test dan post test sebelum mereka mengikuti program matrikulasi dan setelah mereka mengikuti program matrikulasi. Artinya pengajaran bahasa Inggris dengan menggunakan
15 Panorama Nusantara, Vol. 1 No. 1 Juli – Desember 2006
pendekatan komunikatif memberikan dampak positif terhadap peningkatan nilai bahasa Inggris mahasiswa.
Sugiyono, Statistik Non Parametrik Untuk Penelitian, Penerbit Alfabeta, Bandung, 1999
SARAN Mempelajari bahasa terutama bahasa asing tidak dapat dilakukan dengan cara instan atau asal jadi tapi harus bisa mengenal atau memahami hal-hal yang bisa membuat orang tertarik dan nyaman dalam mempelajarinya. Salah satu faktor yang penting adalah metode pengajaran yang digunakan baik untuk mata kuliah speaking, reading, grammar atau bahkan listening.
Surakhmad Winarno, Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar, Tarsito, Bandung, 1984
REFERENSI Byrkit, Donald.R, Statistics Today, A Comprehensive Introduction, The Benjamin/Cummings Publishing Company, California, 1987
Sulaiman, Wahid, Statistik Non Parametrik, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2003 Syah, Muhibin, Psikologi Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003 Tyson, James.C & Carol, Mary A, Teaching in Secondary School, Houghton Muffin Company, Boston, 1970 Wijaya, Statistika Non Parametrik (Aplikasi Program SPSS), Penerbit Alfabeta, Bandung, 2001
Harmer, Jeremy, The Practice of English Language Teaching, Longman Group UK Limited, England, 1991 Hasibuan, J.J, Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993
Selamat Hari Raya
McDonough, Jo, Shaw, Christopher, Materials and Methods in ELT, Blackwell, Oxford, 1993
Idul Fitri
Mudjijo, Tes Hasil Belajar, Bumi Aksara, Jakarta, 1995
1 Syawal 1427 H
Mulyono, Sri, Statistika Untuk Ekonomi, Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta, 2003 Santoso, Singgih, SPSS Versi 10, Mengolah Data Statistik Secara Profesional, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2001 Slamento, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 1991
Mohon Maaf Lahir dan Batin Redaksi
Subiyakto, Haryono, Statistika 2, Penerbit Gunadarma, Jakarta, 1994 Sudjana, Metoda Statistika, Tarsito, Bandung, 1996 Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 1989
16 Panorama Nusantara, Vol. 1 No. 1 Juli – Desember 2006