BAB VI TINGKAT PARTISIPASI DAN DAMPAK EKONOMI SERTA SOSIAL CSR BERDASARKAN PELAPISAN SOSIAL
6.1
Karakteristik Komunitas Dampak CSR dan Bukan Dampak CSR
6.1.1 Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar komunitas di Desa Kembang Kuning yang turut serta dalam kegiatan CSR Baitul Maal Wa Tamwil adalah perempuan dengan persentase 73,3 persen. Sedangkan laki-laki 26,7 persen. Begitu juga dengan komunitas yang tidak turut serta dalam kegiatan CSR. Dimana sebagian besar yakni perempuan dengan persentase yang sama yaitu 73,3 persen. Tabel 7. Persentase Komunitas Dampak CSR Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
N 8 22 30
Persen (%) 26,7 73,3 100,0
Tabel 8. Persentase Komunitas Bukan Dampak CSR Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total
N 4 11 15
Persen (%) 26,7 73,3 100,0
6.1.2 Pekerjaan Hasil dari penelitian, dapat diketahui bahwa sebagian besar komunitas yang ikut berperan serta dalam kegiatan CSR memiliki pekerjaan sebagian besar sebagai pedagang. Adapun jumlah persentase pedagang ini sebesar 66,7 persen. Mendominasi dibandingkan jenis pekerjaan lainnya. Dapat dilihat pada tabel 9. Sedangkan pada komunitas yang tidak mengikuti CSR diketahui bahwa sebagian besar atau 40 persen adalah ibu rumah tangga dan diikuti oleh pedagang sebesar 30 persen. Dapat dilihat pada tabel 10.
76
Tabel 9. Persentase Komunitas Dampak CSR Berdasarkan Pekerjaan Jenis Pekerjaan Ibu rumah tangga Pedagang Pegawai swasta Wiraswasta Total
N 4 20 1 5 30
Persen (%) 13,3 66,7 3,3 16,7 100,0
Tabel 10. Persentase Komunitas Bukan Dampak CSR Berdasarkan Pekerjaan Jenis Pekerjaan Ibu rumah tangga Pedagang Pensiun PNS Wiraswasta Total
N 6 5 1 1 2 15
Persen (%) 40,0 33,3 6,7 6,7 13,3 100,0
6.1.3 Pendidikan Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa sebagian besar komunitas yang tergolong ke dalam CSR BMT Swadaya Pribumi memiliki pendidikan terakhir setingkat TK/SD. Adapun presentasenya yakni 56,7 persen. Hal ini dapat dilihat pada tabel 11. Sedangkan pada komunitas yang tidak ikut dalam kegiatan CSR dapat diketahui bahwa jenjang pendidikan terakhirnya yakni SD atau sederajat. Adapun persentasenya yakni 60 persen. Keterangan lebih jelas dapat dilihat pada tabel 12 Tabel 11. Persentase Komunitas Dampak CSR Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan N Persen (%) SMP/SMA/Sederajat 12 40,0 TK/SD 17 56,7 Tidak Sekolah 1 3,3 Total 30 100,0 Tabel 12. Persentase Komunitas Bukan Dampak CSR Berdasarkan Tingkat Pendidikan. Tingkat Pendidikan Akademi/diploma SMP/SMA/Sederajat TK/SD Total
N 1 5 9 15
Persen (%) 6,7 33,3 60,0 100,0
77
6.1.4 Pendapatan Berdasarkan hasil wawancara pada penelitian ini, diketahui bahwa pada komunitas yang ikut serta dalam CSR memiliki pendapatan yang tinggi yakni di atas 1.300.000 rupiah. Adapun untuk tingkat terendah digunakan standar yaitu upah minimum regional (UMR) kabupaten bogor sebesar 873.321 rupiah. Namun berdasarkan hasil penelitian pada komunitas bukan CSR diketahui bahwa pendapatan sebagian besar komunitas adalah rendah, artinya berada di bawah UMR Kabupaten Bogor. Tabel 13. Persentase Komunitas Dampak CSR Berdasarkan Pendapatan Tingkat Pendapatan Rendah Sedang Tinggi Total
N 6 11 13 30
Persen (%) 20,0 36,7 43,3 100,0
Tabel 14. Persentase Komunitas Bukan Dampak CSR Berdasarkan Pendapatan Tingkat Pendapatan Rendah Sedang Tinggi Total 6.2
N 8 4 3 15
Persen (%) 53,3 26,7 20,0 100,0
Tingkat partisipasi masyarakat Tingkat partisipasi ini didasarkan kepada tangga partisipasi Arstein (1969)
yang terdiri atas delapan tingkat yaitu manipulasi, terapi, pemberitahuan, konsultasi, penentraman, kemitraan, pendelegasian kekuasaan, dan kontrol masyarakat. Adapun penggolongan masyarakat dalam kegiatan CSR yakni masyarakat yang terlibat dalam BMT Swadaya Pribumi. Sedangkan masyarakat yang digolongkan kepada kegiatan bukan CSR yakni mereka yang turut mengikuti program selain CSR seperti program pemerintah yakni konversi minyak tanah ke gas dan bantuan langsung tunai. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa secara umum tingkat partisipasi masyarakat berada pada tahapan konsultasi hingga kontrol masyarakat. namun
78
sebagian besar menjawab tingkat partisipasi berada diantara kemitraan hingga kontrol masyarakat sebesar 78 persen.
Charity
Good Corporate Citizenship (GCG)
Philantropy
30% 22% 26%
0% 22%
0% 0% 0%
7. Pendelegasian Kekuasaan
6. Kemitraan
Kekuasaan di = 78% Masyarakat
5. Penenangan
4. Konsultasi
Tokenisme = 22 %
3. Pemberitahuan
2. Terapi
1. Manipulasi
8. Kontrol Masyarakat
Tidak Ada Partisipasi = 0%
Gambar 3. Tingkat Partisipasi Masyarakat
6.2.1 Tingkat Partisipasi Masyarakat yang Terkena dan Tidak Terkena Dampak CSR Tingkat partisipasi masyarakat diukur berdasarkan persepsi dari masyarakat terhadap kegiatan yang dilaksanakannya. Tingkat partisipasi pada masyarakat yang terkena dampak CSR dalam hal ini nasabah BMT Swadaya Pribumi berada pada rentan konsultasi hingga kontrol masyarakat. Sebagian besar masyarakat yang terkena dampak CSR menyatakan bahwa kekuasaan telah berada di masyarakat yakni sebesar 79 persen. Artinya masyarakat telah diberikan kewenangan untuk mengembangkan dirinya demi kesejahteraan yang lebih baik.
79
Charity
Good Corporate Citizenship (GCG)
Philantropy
30% 24% 25%
0%
8. Kontrol Masyarakat
7. Pendelegasian Kekuasaan
6. Kemitraan
Kekuasaan di = 79% Masyarakat
21% 5. Penenangan 0% 0% 0%
Tokenisme = 21 %
3. Pemberitahuan
2. Terapi
1. Manipulasi
4. Konsultasi
Tidak Ada Partisipasi = 0%
Gambar 4. Tingkat Partisipasi Bagi Masyarakat yang Terkena Dampak CSR Tingkat partisipasi pada masyarakat yang tidak terkena dampak CSR berada pada rentan yang sama dengan masyarakat yang terkena dampak yakni konsultasi hingga kontrol masyarakat. Namun hanya 62 persen kekuasaan berada di masyarakat. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 39 persen berada di tipe konsultasi.
80
Charity
Good Corporate Citizenship (GCG)
Philantropy
23%
8% 8. Kontrol Masyarakat 31%
0%
7. Pendelegasian Kekuasaan
6. Kemitraan
Kekuasaan di = 62% Masyarakat
39% 5. Penenangan 0% 0% 0%
Tokenisme = 39 %
4. Konsultasi
3. Pemberitahuan
2. Terapi
1. Manipulasi
Tidak Ada Partisipasi = 0%
Gambar 5. Tingkat Partisipasi Masyarakat yang Bukan Dampak CSR 6.2.2 Tingkat Partisipasi Masyarakat Berdasarkan Pelapisan Sosial Tingkat partisipasi masyarakat berdasarkan pelapisan sosial merupakan suatu pembagian tingkatan menurut lapisan bawah, menengah, dan atas untuk masyarakat yang terkena dampak CSR dan tidak terkena dampak CSR. Hal ini dimaksudkan untuk melihat secara spesifik peranan masyarakat pada setiap lapisannya. Adapun rentan untuk seluruh lapisan sosial CSR dan bukan CSR yakni berada pada tahap konsultasi hingga kontrol masyarakat. adapun untuk keterangan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 15: Tabel 15. Tingkat Partisipasi Masyarakat Berdasarkan Lapisan Sosial. Tingkat Partispasi Masyarakat Konsultasi Kemitraan Pendelegasian Kekuasaan Kontrol Masyarakat Total
CSR dalam Persen (%) Bawah Menengah Atas
Bukan CSR dalam Persen (%) Bawah Menengah Atas
11 17 14
42 43 45
47 39 41
100 100 100
0 0 0
0 0 0
18
36
46
81
19
0
60
166
173
381
19
0
81
Charity
Good Corporate Citizenship (GCG)
Philantropy
8. Kontrol Masyarakat 7. Pendelegasian Kekuasaan 6. Kemitraan
Kekuasaan di Masyarakat
5. Penenangan Tokenisme
4. Konsultasi 3. Pemberitahuan 2. Terapi 1. Manipulasi
Tidak Ada Partisipasi
Gambar 6. Tingkat Partisipasi Masyarakat Dampak CSR Berdasarkan Pelapisan sosial
Charity
Good Corporate Citizenship (GCG)
Philantropy
8. Kontrol Masyarakat 7. Pendelegasian Kekuasaan 6. Kemitraan
Kekuasaan di Masyarakat
5. Penenangan 4. Konsultasi
Tokenisme
3. Pemberitahuan 2. Terapi 1. Manipulasi
Tidak Ada Partisipasi
Gambar 7. Tingkat Partisipasi Masyarakat Bukan Dampak CSR Berdasarkan Pelapisan Sosial
82
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat partisipasi pada masyarakat yang tidak terkena dampak CSR, berada pada rentan konsultasi hingga kontrol masyarakat. Seluruhnya dinyatakan oleh lapisan sosial bawah. Dimana pada lapisan sosial ini beranggapan bahwa rentan konsultasi hingga kontrol masyarakat berada nilai yang tinggi. Adapun untuk penjelasan lebih spesifiknya pada setiap tingkatan partisipasi pada setiap kelas sosial berada pada pemaparan di bawah ini. 6.2.2.1Tipe Manipulatif Tipe manipulatif adalah jenis tingkat partisipasi masyarakat yang paling bawah. Dimana pada tahapan ini tidak ada partisipasi dari masyarakat sama sekali. Berdasarkan hasil penelitian pada program CSR, diketahui bahwa menurut seluruh lapisan sosial, tipe ini tidak termasuk atau bernilai rendah. Berdasarkan perhitungan menggunakan somers’d, diketahui bahwa jumlah terbesar yang menjawab tipe ini rendah adalah masyarakat lapisan sosial atas. Keterangan lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4. Namun hal ini menjadi terbalik atau berbeda ketika ditanyakan kepada komunitas bukan dampak CSR. Walaupun komunitas ini beranggapan bahwa tipe manipulatif ini bernilai rendah juga, tetapi jumlah terbesar yang menjawab adalah lapisan sosial rendah. Keterangan selengkapnya ada pada gambar 8. Bar Chart Kelas sosial bawah menengah atas
12.5
Count
10.0
7.5
5.0
2.5
0.0 rendah
Tipe Manipulatif
Gambar 8.Tipe Manipulatif Pada Komunitas Dampak CSR
83
Bar Chart Kelas sosial
8
bawah menengah atas
C o u n t
6
4
2
0 rendah
Tipe Manipulatif
Gambar 9. Tipe Manipulatif Pada Komunitas Bukan Dampak CSR 6.2.2.2Tipe Terapi Tipe terapi adalah tipe kedua. Belum ada partisipasi masyarakat pada tingkat pembagian kekuasaan di dalam tipe ini. Pada komunitas yang ikut serta dalam CSR, tipe ini bernilai pada kisaran rendah dan sedang. Namun pada tipe terapi yang bernilai sedang, tidak ada jawaban dari lapisan sosial bawah. Hal ini dikarenakan seluruh lapisan sosial bawah, menggangap tipe terapi adalah rendah. keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada gambar 10. Sedangkan pada komunitas bukan dampak CSR diketahui pada tipe ini bernilai rendah, sedang, dan tinggi. Namun lapisan sosial bawah yang bernilai dominan beranggapan bahwa tipe ini bernilai sedang. Bar Chart Kelas sosial
10
bawah menengah atas
C o u n t
8
6
4
2
0 rendah
sedang
Tipe Terapi
Gambar 10. Tipe Terapi Pada Komunitas Dampak CSR
84
Bar Chart Kelas sosial bawah menengah atas
C ou nt
6
4
2
0 rendah
sedang
tinggi
Tipe Terapi
Gambar 11. Tipe Terapi Pada Komunitas Bukan Dampak CSR 6.2.2.3 Tipe Pemberitahuan Tipe pemberitahuan adalah tipe ketiga. Dimana pada tipe ini hanya bersifat pemberitahuan searah kepada masyarakat tanpa adanya umpan balik dari masyarkat. Pada tipe ini tidak ada partisipasi. Menurut seluruh lapisan sosial yang ikut dalam kegiatan CSR, tipe ini bernilai rendah dan sedang. Namun sebagian besar menganggap tipe ini bernilai rendah. keterangan lebih lengkapnya berada pada gambar 12. Sedangkan pada komunitas bukan CSR, tipe ini berada pada kisaran rendah dan sedang. Tetapi sebagian besar lapisan sosial menjawab nilai yang dominan pada kegiatan bukan CSR tipe pemberitahuan adalah sedang. Bar Chart Kelas sosial
10
bawah menengah atas
C o u n t
8
6
4
2
0 rendah
sedang
Tipe Pemberitahuan
Gambar 12. Tipe Pemberitahuan Komunitas Dampak CSR
85
Bar Chart Kelas sosial
6
bawah menengah atas 5
Count
4
3
2
1
0 rendah
sedang
Tipe Pemberitahuan
Gambar 13. Tipe Pemberitahuan Komunitas Bukan Dampak CSR 6.2.2.4 Tipe Konsultasi Tipe konsultasi adalah tipe keempat dari tangga partisipasi. Dimana pada tipe ini masukan dari masyakat di dengar namun tidak selalu dipakai sarannya. Pada komunitas CSR, tipe konsultasi berada di kisaran rendah, sedang, dan tinggi. namun sebagian besar lapisan sosial atas menilai bahwa tipe konsultasi ini bernilai tinggi. keterangan lebih jelas dapat dilihat pada tabel 14. Sedangkan pada komunitas bukan CSR, dapat dilihat bahwa lapisan sosial bawah menilai tipe konsultasi ini bernilai tinggi. dapat dilihat pada gambar 15. Bar Chart Kelas sosial
10
bawah menengah atas
C o u nt
8
6
4
2
0 rendah
sedang
tinggi
Tipe Konsultasi
Gambar 14. Tipe Konsultasi Komunitas Dampak CSR
86
Bar Chart Kelas sosial
5
bawah menengah atas
C o unt
4
3
2
1
0 rendah
sedang
tinggi
Tipe Konsultasi
Gambar 15. Tipe Konsultasi Komunitas Bukan Dampak CSR 6.2.2.5 Tipe Penentraman Tipe penentraman adalah tipe kelima. Dimana pada tipe ini saran dari masyarakat diterima namun tidak selalu dilaksanakan. Pada tipe ini, komunitas CSR dan bukan CSR di seluruh lapisan sosial bawah, menengah, dan atas memiliki anggapan yang sama bahwa tipe penentraman bernilai rendah. hal ini dapat dilihat pada gambar 16 dan gambar 17.
Bar Chart Kelas sosial
10
bawah menengah atas
C o u n t
8
6
4
2
0 rendah
sedang
Tipe Penentraman
Gambar 16. Tipe Penentraman Komunitas Dampak CSR
87
Bar Chart Kelas sosial
5
bawah menengah atas
C o u n t
4
3
2
1
0 rendah
sedang
Tipe Penentraman
Gambar 17. Tipe Penentraman Komunitas Bukan Dampak CSR 6.2.2.6 Tipe Kemitraan Tipe kemitraan adalah tipe keenam. Dimana pada tipe ini tingkatan kekuasaan ada di masyarakat atas suatu kegiatan atau program. Kedua belah pihak atau stakeholders terkait memiliki kerjasama yang saling menguntungkan. Pada komunitas CSR, tipe ini memiliki nilai yang tinggi. sedangkan pada komunitas bukan CSR tipe ini bernilai sedang. Data lengkapnya dapat dilihat pada gambar 18 dan gambar 19. Bar Chart Kelas sosial
10
bawah menengah atas
Count
8
6
4
2
0 sedang
tinggi
Tipe Kemitraan
Gambar 18. Tipe Kemitraan Komunitas Dampak CSR
88
Bar Chart Kelas sosial
4
bawah menengah atas
Count
3
2
1
0 rendah
sedang
tinggi
Tipe Kemitraan
Gambar 19. Tipe Kemitraan Komunitas Bukan Dampak CSR 6.2.2.7 Tipe Pendelegasian Kekuasaan Tipe ini adalah tipe ketujuh pada tingkat partisipasi Arstein. Pada tipe ini masyarakat diberi kekuasaan sebagian atau seluruh program. Dimana masyarakat memiliki partisipasi yang tinggi. berdasarkan komunitas CSR, diketahui bahwa tipe pendelegasian kekuasaan berada pada nilai sedang dan tinggi. Artinya masyarakat yang ikut serta dalam CSR yakni tipe ini lebih mereka rasakan dalam kegiatan CSR.
Sedangkan pada komunitas bukan CSR, seluruh kelas sosial
berpendapat tipe ini adalah sedang. Bar Chart Kelas sosial
10
bawah menengah atas
C o u n t
8
6
4
2
0 sedang
tinggi
Tipe pendelegasian kekuasaan
Gambar 20. Tipe Pendelegasian Kekuasaan Pada Komunitas Dampak CSR
89
Bar Chart Kelas sosial
6
bawah menengah atas 5
C o u n t
4
3
2
1
0 rendah
sedang
tinggi
Tipe pendelegasian kekuasaan
Gambar 21. Tipe Pendelegasian Kekuasaan Pada Komunitas Bukan Dampak CSR 6.2.2.8 Tipe Kontrol Masyarakat Tipe kontrol masyarakat adalah tipe paling tinggi, dimana masyarakat memiliki andil sepenuhnya atas suatu program dan terdapat partisipasi yang tinggi dari masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian, pada komunitas CSR diketahui bahwa tipe ini memiliki nilai yang tinggi dari seluruh lapisan sosial. Sedangkan pada komunitas bukan CSR diketahui bahwa seluruh lapisan sosial berpendapat bahwa tipe ini bernilai sedang. Data selengkapanya dapat dilihat pada gambar 22 dan 23. Bar Chart Kelas sosial bawah menengah atas
12.5
C ount
10.0
7.5
5.0
2.5
0.0 sedang
tinggi
Tipe kontrol masyarakat
Gambar 22. Tipe Kontrol Masyarakat Pada Komunitas Dampak CSR
90
Bar Chart Kelas sosial
4
bawah menengah atas
C o u n t
3
2
1
0 rendah
sedang
tinggi
Tipe kontrol masyarakat
Gambar 23. Tipe Kontrol Masyarakat Pada Komunitas Bukan Dampak CSR 6.3
Dampak Bagi Masyarakat
6.3.1 Dampak Ekonomi Dampak ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat adalah suatu perubahan yang terjadi bagi masyarakat yang turut serta dalam program CSR dan masyarakat yang tidak turut serta dalam program CSR. Adapun variabel untuk mengukur dampak ekonomi yang digunakan diantaranya variabel kesempatan kerja, kesempatan berusaha, pendapatan, akses terhadap lembaga keuangan, dan kesejahteraan warga. Berdasarkan data yang ada pada komunitas CSR, diketahui bahwa dampak ekonomi ini bernilai sedang dan tinggi. dimana pada lapisan sosial bawah, menengah, dan atas terdapat dampak yang positif. Dampak yang positif ini dilihat berdasarkan selisih antara hasil yang tinggi dari komunitas CSR dan bukan CSR. Dimana terdapat nilai yang positif. Tabel 16. Persentase Variabel Ekonomi Bagi Komunitas CSR Pelapisan Sosial Bawah Menengah Atas Total
Rendah 0 0 0 0
Variabel Ekonomi (%) Sedang Tinggi 33,3 66,7 9,1 90,9 7,7 92,3 13,3 86,7
Total (%) 100,0 100,0 100,0 100,0
91
Tabel 17. Persentase Variabel Ekonomi Bagi Komunitas Bukan CSR Pelapisan Sosial Bawah Menengah Atas Total
Variabel Ekonomi (%) Rendah Sedang Tinggi 100,0 0,0 0,0 50,0 25,0 25,0 33,3 66,7 0,0 73,3 20,0 6,7
Total (%) 100,0 100,0 100,0 100,0
Tabel 18. Presentase Dampak Ekonomi Dengan Variabel Tinggi Pada Komunitas CSR dan Bukan CSR Pelapisan Sosial Variabel Ekonomi Tinggi (%) Dampak Ekonomi CSR Bukan CSR (%) Bawah 66,7 0,0 66,7 Menengah 90,9 25,0 65,9 Atas 92,3 0,0 92,3 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa terdapat dampak ekonomi yang positif di seluruh lapisan sosial. Adapun dampak ekonomi yang paling tinggi dirasakan adalah pada masyarakat kelas sosial atas sebesar 92,3 persen. 6.3.2 Dampak Sosial Dampak sosial merupakan perbedaan yang dirasakan antara masyarakat yang menerima program CSR dan masyarakat yang menerima pada program bukan CSR. Variabel yang digunakan diantaranya kepercayaan warga terhadap institusi, kerja sama warga, solidaritas warga, peranan perempuan, dan kesempatan warga dalam memberi masukan bagi perbaikan program. Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan diketahui bahwa pada komunitas CSR dan komunitas bukan CSR sama-sama memiliki nilia yang tinggi. Hal ini dikarenakan masyarakat merasakan langsung dampak sosial atas pelaksanaan suatu program. Keterangan yang lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 18 dan tabel 19.
92
Tabel 19.Persentase Variabel Sosial Bagi Komunitas CSR Pelapisan Sosial Bawah Menengah Atas Total
Rendah 0,0 0,0 0,0 0,0
Variabel Sosial (%) Sedang 33,3 9,1 0,0 10,0
Total (%) 100,0 100,0 100,0 100,0
Tinggi 66,7 90,9 100,0 90,0
Tabel 20. Persentase Variabel Sosial Bagi Komunitas Bukan CSR Pelapisan Sosial Bawah Menengah Atas Total
Rendah 12,5 25,0 0,0 13,3
Variabel Sosial (%) Sedang 12,5 50,0 33,3 26,7
Tinggi 75,0 25,0 66,7 60,0
Total (%) 100,0 100,0 100,0 100,0
Tabel 21. Persentase Dampak Sosial Bagi Komunitas CSR dan Bukan CSR Pelapisan Sosial Bawah Menengah Atas
Variabel Sosial Tinggi (%) CSR Bukan CSR 66,7 75,0 90,9 25,0 100,0 66,7
Dampak Sosial (%) -8,3 65,9 33,3
Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan diketahui bahwa dampak sosial ini tidak terlalu signifikan. Bahkan pada lapisan sosial bawah tidak terdapat dampak sosial karena bernilai negatif. Dari ketiga kelas sosial tersebut diketahui bahwa dampak sosial tertinggi berada pada kelas sosial menengah.
6.4 Ikhtisar Tingkat partisipasi merupakan tahapan peranan masyarakat yang digambarkan Arstein dalam tangga partisipasi. Dimana secara keseluruhan tingkatan partisipasi masyarakat Desa Kembang Kuning berada pada tahap konsultasi hingga kontrol masyarakat. sedangkan jika dibagi lebih mendalam antara komunitas yang terkena dampak CSR dan komunitas yang tidak terkena dampak CSR, keduanya berada pada rentan yang sama yakni tahap konsultasi hingga kontrol masyarakat dengan presentase yang berbeda. Adapun pada masyarakat yang terkena dampak CSR, memiliki presentase yang lebih tinggi
93
yakni 79 persen pada aspek kekuasaan berada di masyarakat. Sedangkan jika dibagi menjadi lebih spesifik yakni lapisan sosial pada setiap komunitas yang terkena dampak CSR dan tidak terkena dampak akan berbeda hasilnya. Dimana pada komunitas yang terkena dampak, lapisan tertinggi yang menjawab konsultasi hingga kontrol masyarakat yakni lapisan sosial atas, lalu diikuti lapisan menengah dan bawah. Namun perbedaannya tidak terlalu signifikan. Sedangkan untuk pada komunitas yang tidak terkena dampak CSR, justru sebagian besar yang menjawab pada rentan tersebut adalah kelas sosial bawah. Dampak yakni suatu delta atau perbedaan yang diukur antara komunitas yang terkena dampak CSR dan tidak terkena dampak CSR. Pada dampak ekonomi dengan lima variabel, maka dapat diketahui terdapat dampak pada seluruh lapisan sosial baik bawah, menengah, dan atas. Sedangkan pada dampak sosial dengan lima variabel, dapat diketahui bahwa dampak hanya terjadi pada lapisan menengah dan atas saja. Hal ini dapat menjadi salah satu indikator bahwa secara umum dampak ekonomi dan sosial telah terjadi secara positif pada seluruh lapisan, namun jika dilihat berdasarkan perbedaan lapisan sosial masih ada lapisan bawah yang belum terkena dampak sosial secara siginifikan.