BAB VI ANALISIS
IV.1
Analisis Lingkungan IV.1.1
Analisis Kondisi Eksisting Tapak dan Sekitarnya Ada beberapa poin yang dapat dianalisis dari kondisi lingkungan di sekitar tapak. Poin-poin tersebut adalah : 1. Kegiatan Lingkungan Sekitar Jenis kegiatan atau peruntukan fungsi bangunan dan sarana yang yang telah ada di atas dan sekitar tapak adalah sebagai berikut : Di atas Tapak
: Wisma atlet yang terlantar
Timur Tapak
: Hotel Atlet Senayan (Hunian)
Barat Tapak
: Kantor KONI pusat
Utara Tapak
: Jalan, Kawasan Gelora Bung Karno
Selatan Tapak
: R. Serbaguna, lapangan parkir, kantin
Gambar IV.1.1 Bangunan dan Aktivitas lingkungan sekitar Lokasi tapak
high rise building (kantor)
Perkantoran, Apartemen dan Bank Panin
Gedung DIKTI, Hotel Atlet Century, Plaza FX
Stadion utama GBK, Mesjid
Perkantoran
U Sumber : Google maps
Berdasarkan data kegiatan lingkungan sekitar maka dapat dilihat bahwa sisiteraktif di sekitar tapak adalah sisi Timur tapak.Hotel Atlet Century mempunyai kepadatan penghuni yang tinggi ditambah dengan pertukaran pengguna bangunan yang tinggi karena sifat penghuninya yang sementara.Namun yang langsung melihat tapak adalah bangunan pada sisiUtara, Barat, dan Selatan. Sehingga tinjauan ini menjadi penting untuk dapat menonjolkan keistimewaan bentuk dan fungsi bangunan sehingga orang-orang
41
yang beraktivitas di sekitar tapak tertarik untuk mendekati atau memasuki bangunan. 2. Lalu Lintas dan Akses transportasi sekitar Tapak Jalan utama dari tapak pada sisi Utara mempunyai lebar jalan 26 meter dan mempunyai 4 jalur.Bagian Selatan berbatasan dengan jalan lingkungan yang mempunyai lebar 18m. Arus kendaraan terbesar terletak pada sisi Utara tapak. Gambar IV.1.2 Arus Kendaraan di Sekitar Tapak
Sumber : Dinastatakota.com
Tingkat keramaian yang paling utama terletak pada sisi jalan di Utara, di sini sering terjadi kemacetan terutama pada jam pulang kantor. Apalagi diramaikan dengan joki-joki sehingga kecepatan kendaraan menjadi lamban.Kelebihan yang bisa dipetik dari keadaan tapak adalah arus kendaraan yang lamban memudahkansirkulasi pejalan kaki dan juga polusi hanya terjadi pada jam-jam pulang/pergi kantor. 3. Ketinggian Bangunan Sekitar Ketinggian bangunan pada umumnya berupa bangunan medium-rise.Bangunan yang mempunyai tinggi paling dominan adalah hotel Atlet di Senayan.Bangunn lainnya mempunyai ketinggian yang relatif rendah dengan halaman yang luas, terutama pada sisi Utara dan sisi Selatan tapak.Hal ini bisa mengindikasikan 2 hal, yang pertama adalah mengenai view.View terbaik bisa didapat
42
dari arah Utara, Selatan dan Barat. Lalu hal yang kedua adalah mengenai angin, karena angin mempunyai sifat mengalir dari dataran yang luas tanpa bangunan tinggi menuju dataran yang bangunannya rapat.Maka kemungkinan angin mengalir berasal dari arah Utara (Gelora Bung Karno) dan Selatan (Ruang serbaguna). Arah angin sesuai dengan data BMKG 5 tahun terakhir yaitu arah angin datang secara dominan pada jurusan 265° dan dengan kecepatan rata-rata 2.9-5.1 knot (0.6-1.4 m/s) pada ketinggian 10 meter. Gambar IV.1.3 Ketinggian Bangunan sekitar
4(12) lantai 18 lantai
4 lantai
Sumber : Dokumentasi Pribadi
IV.1.2
Analisa View 1.
View dari Tapak Beberapa potensi view dari tapak : •
Arah Utara yang menghadap langsung kawasan Gelora Bung Karno, masih banyak pepohonan dan taman yang luas.
•
Arah Selatan menghadap wisma serbaguna di seberang jalan, yang juga mempunyai halaman rumput yang luas. Di bagian Selatan juga menghadap lapangan parkir bersama dan belum dihiasi oleh bangunan-bangunan tinggi yang
43
menjulang. Jalan raya yang terlihat pun tidak terlalu padat, hanya jalan belakang. Perletakan massa disesuaikan dengan potensi view yang ada, sehingga orientasi massa bangunan bisa menghadap sisi Utara maupun sisi Selatan. Sisi Barat yang menghadap kantor KONI bisa diberi perlindungan untuk melindungi pandangan dan juga untuk menahan radiasi matahari. Untuk sisi Timur bisa diberi bukaan karena dibatasi oleh lapangan tenis milik Hotel Atlet Senayan Gambar IV.1.2.1Gambar Potensi View
View ke bangunan tinggi
View ke lapangan
View ke stadion utama GBK
View ke beberapa bangunan tinggi Sumber : Google maps
Serv ice
2.
HUNIAN
Serv ice
View dalam Tapak Bagian tengah dari tapak akan dibuat ruang public atau plaza seperti taman agar bisa membantu terwujudnya udara segar di dalam tapak. Sehingga para penghuni mempunyai view ke arah dalam tapak.
44
Gambar IV.1.2.2Gambar Potensi View
VIEW dalam tapak
3.
View Ke Tapak Bangunan di Kawasan Gelora akan mendapat view dominan dari arah Utara, karena arus kendaraan terbesar yang melewati kawasan berasal dari arah utara tapak. Gambar IV.1.2.3View ke Tapak
Arah View ke dalam TAPAK
Apartmen
Daerah selatan tapak akan dibangun apartemen, maka bangunan wisma atlet ini bisa menjadi bangunan yang dilihat oleh banyak orang terutama menjadi view dari apartemen yang akan dibangun.
IV.1.3
Analisa Kebisingan Bangunan pada lantai bawah/dasar dimanfaatkan sebagai ruang dan fasilitas publik.Lantai-lantai atas dipergunakan sebagai hunian agar kebisingan tidak langsung sampai ke kamar penghuni.Penggunaan bufferseperti ketinggian lantai dan pepohonan mampu meredam kebisingan akibat keramaian di sekitar tapak.
45
Gambar IV.1.3.1Jumlah intensitas kebisingan dominan
Barrier Pohon Barrier Pohon
Sumber :dinastatakota
Gambar IV.1.3.2barrier Pohon sama dengan level bangunan
Gambar IV.1.3.3barrier Pohon berbeda level bangunan
Sumber : Environmental Noise Barriers
Kebisingan utama diterima dari sisi Timur laut, karena merupakan
jalan
dengan
tingkat
kendaraan
yang
lumayan
tinggi.Peletakan barrier pohon bisa selevel dengan bangunan atau tidak selevel dengan bangunan. Namun sisi positif menurut penyusun adalah barrier pohon selevel dengan bangunan tapi tidak selevel dengan jalan. Sehingga hunian bisa mendapat privasi yang lebih dari jarak pandang mobil yang berlalu lintas.Penyusun juga menggabungkan antara barrier alami dengan buatan sehingga menghasilkan fungsi lain yaitu sebagai pelindung para pejalan kaki.
46
Gambar IV.1.3.4barrier sebagai pelindung pedestrian
Sumber : Benz Kotzen and Colin English (Environmental Noise Barrier)
Cara lain adalah dengan menarik bangunan sehingga tidak terlalu dekat dengan jalan (berada di tengah tapak). Kebisingan akan sangat banyak pada bagian lantai dasar. Seiring bertambahnya ketinggian lantai maka kebisingan akan melemah. Kebisingan hanya terjadi pada jam kantor(07.00-10.00 dan 16.00-19.00) dimana para atlet sedang menjalani aktivitas latihan.
IV.1.4
Analisa Iklim Menurut data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika tapak mempunyai suhu rata-rata 27.6°C (23.8°C -33.0°C),matahari bersinar 4.5 jam/hari dan kelembaban rata-rata 78.4 %. Berdasarkan pengamatan dari penyusun, dirasakan udara di sekitar tapak pada pukul 12.00-15.00 terasa sejuk dan tidak menyengat.Hal ini dikarenakan bangunan kondisi sekitar tapak masih ditumbuhi oleh pepohonan terutama sisi Utara dan sisi Selatan lahan.Berdasarkan studi literatur maka suhu optimal berada pada kisaran 24°-26°C.Hal ini berarti terpaut 2°C dengan suhu pada tapak.Untuk menurunkan suhu pada tapak bisa menggunakan reflecting pool ataupun pohon sebagai peneduh. FotoIV.1.4.1Kondisi tapak
Sumber : Dokumentasi Pribadi
47
Gambar IV.1.4.2Pepohonan Sekitar Tapak
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Posisi tapak yang tidak tegak lurus dengan sisi barat atau timur memberi kelebihan pada bangunan dalam hal pembayangan.Setiap bangunan bisa mendapat pembayangan dan tidak ada yang secara terus menerus terkena panas matahari.Pada sisi Barat maupun sisi Timur, bisa menggunakan sun shadingberupa vertical blind ataupun vertical landscape. Gambar IV.1.4.3Pengelompokan Ruang berdasarkan prioritas
Se rvi
HUNIAN
Se rvi
Perancangan ruang pada bangunan dengan fungsi utama adalah hunian maka perlu ada ruang yang “dikorbankan” dalam hal penerimaan radiasi matahari.Ruang-ruang yang bisa “dikorbakan” misalanya ruangruang service dan ruang public. Gambar IV.1.4.4Pencahayaan dari atap tak langsung pada bangunan
` Sumber : Dasar-dasar desain Pencahayaan (Mark Karlen/James Benya)
Pencahayaan tidak langsung sangat baik bila diletakan pada bangunan dengan orientasi ke arah Utara. Posisi kota Jakarta berada di
48
lintang Selatansehingga yang lebih banyak mendapat cahaya adalah sisi Utara. Gambar IV.1.4.5Bagian Bangunan terhadap matahari
Perlakuan khusus Menahan radiasi
Sisi barat bangunan akan mendapat akumulasi panas lebih lama dibandingkan dengan sisi timur sehingga akan menaikkan suhu ruangan yang membuat penghuni tidak nyaman. Gambar IV.1.4.6Vertical landscaping
Sumber : Tropical urban heat island, Nyuk Hien Wong
Sisi Barat atau Timur perlu mendapatkan perlakuan khusus misalnya dengan menggunakan vertical landscaping dapat menurunkan tingkat radiasi langsung hingga 80-90% dengan penurunan suhu minimal sebesar 1°C dan bisa maksimum sampai 9°C. Mengingat lamanya matahari bersinar hingga 4.5 jam perhari (BMKG 2004-2008) akan berdampak pada penambahan suhu yang diakibatkan oleh penyinaran terus menerus sehingga suhu secara mikro bertambah. Vertical landscaping bisa diletakkan pada daerah-daerah yang merupakan terowongan angin sehingga angin tetap bisa masuk dengan kecepatan yang telah dikurangi. Gambar IV.1.4.7Peletakkan vertical landscaping pada bangunan
49
Cara lainnya adalah dengan menggunakan sirip secara vertical dan horizontal. Bangunan dikatakn hemat energi apabila nilai HPKMnya di bawah 45 watt/m2 namun tetap memiliki penerangan yang cukup (200 Lux). Gambar IV.1.4.8Kondisi suhu indoor dan outdoor (°C)
Utara
34.5/30.9
34.5/30.9
34.5/30.6 34.5/30.9
34.5/30.9
34.5/30.9 34.2/30.9
Selatan
Sisi sebelah Selatan kamar mempunyai suhu lebih rendah dibanding pada sisi Utara karena arah angin dominan berasal dari sisi selatan (265). Arah angin lainnya yang dominan adalah dari sisi utara (085), hal ini dipengaruhi arah angin muson barat dan muson timur. Gambar IV.1.4.9Daftar suhu dan kelembaban tapak Kelembaban rata‐rata 2008
2008
2007
2007
2006
2006
2005
2005
2004
2004 75
76
77
78
79
80
81
Suhu Maksimal Suhu Minimum Suhu Rata‐rata
Suhu Tahunan
Kelembaban
0
5
10
15
20
25
30
35
Sumber : BMKG
Pada buku dasar-dasar ekologis maka suhu yang nyaman pada kelembaban 76.5% adalah 21-23. Sedangakan suhu pada tapak berkisar antara 22-33°C dengan kelembaban 78,5.
untuk memperbesar range
50
zona nyaman (21-23) maka bisa ditambahkan pembayangan sehingga rentang suhu bisa meningkat 5°C menjadi 21-28°C.
51
Tabel IV.1.4.10 Tabel pengaruh kecepatan angin Kecepatan Angin
Pengaruh atas
Efek Penyegaran (Pada
Bergerak
Kenyamanan
Suhu 300C)
<0.25 m/detik 0.25 – 0.5 m/detik 0.5 – 1 m/detik
Tidak dapat dirasakan
00C
Paling nyaman
0.5 – 0.70C
Masih nyaman, tetapi
1.0 – 1.20C
gerakan udara dapat dirasakan 1 – 1.5 m/detik
Kecepatan maksimal
1.7 – 2.20C
1.5 – 2 m/detik
Kurang nyaman, Berangin
2.0 – 3.30C
Kesehatan penghuni
2.3 – 4.20C
>2 m/detik
terpengaruh oleh kecepatan angin yang tinggi Sumber : Ilmu fisika bangunan
Kecepatan udara di tapak pada ketinggian 10 meter adalah 0.61.4 m/s dan maksimum adalah 3.3 m/s. Dengan kecepatan angin maksimal 1.4m/s maka bisa mendapat efek penyegaran hingga 2.20C.Toleransi maksimum kenyamanan bisa meningkat lagi dari 21-
280Cmenjadi 21-30°C apabila membiarkan udara mengalir ke dalam ruangan. Menurut Karyono, setiap penghematan 1°C beban pendingin, maka telah menghemat 10%. Seandainya terjadi penurunan suhu hingga 2°C maka telah menghemat 20%. IV.1.5
Analisa Vegetasi Keadaan vegetasi di kawasan mempunyai jenis pohon yang sudah berumur, terutama pada bagian depan tapak. Vegetasi ini selain penyejuk juga bisa dijadikan penangkal kebisingan. Penghawaan yang segar dan baik bisa diciptakan dengan adanya pohon-pohon. Gambar IV.1.5.1Pepohonan Sekitar Tapak
Sumber :Google Earth
52
Gambar IV.1.5.2Pengaruh Pohon terhadap Tekanan dan Arah Angin
Sumber: Climate Responsive Architecture, Arvind Krishan
Pada kondisi tapak sekarang, pola vegetasi umumnya terdapat pada sisi Utara tapak dan sisi Selatan tapak.Hal ini membantu untuk menahan jumlah polusi yang ada di sekitar tapak.Penempatan pohon pada daerah yang tidak diinginkanbisa menurunkan atau meningkatkan kecepatan udara yang masuk ke dalam tapak.Oleh karena itu penempatan vegetasi yang diatur dapat membantu memperlancar penghawaan alami di dalam bangunan.menurut syaepul pakar biologi FMIPA UNPAD, pohon mempunyai kemampuan menghasilkan oksigen dengan perbandingan 10 pohon = 18 orang/jam dan juga mereduksi CO2. Hal ini bisa membantu mewujudkan udara segar di dalam tapak. IV.1.6
Analisa Sirkulasi Ruang Luar 1. Sirkulasi manusia dan kendaraan tidak bermotor Manusia yang berjalan di sekitar tapak didominasi dari satu arah tapak yaitu sebelah Utara.Namun tidak menutup kemungkinan apabila tapak disebelah Selatanpara pejalan kaki bisa masuk ke tapak lewat belakang.Oleh karena itu pedestrian dipusatkan pada sisi Utara dan Selatan untuk memberi perlindungan para pejalan kaki.Bagian sisi Timur atau Barat bisa dimanfaatkan juga untuk parkir sepeda. Gambar IV.1.6.1 Sirkulasi Pejalan kaki
53
Membuka 2 pintu masuk ke dalam tapak perlu adanya perhatian khusus akan factor keamanan. Tapak berada pada lokasi strategis yang nantinya akan ada bangunan untuk menyimpan atletatlet nasional maupun internasional maka perlu ditambahkan proteksi aktif pada pintu masuk dan dari belakang tapak. 2.
Sirkulasi Kendaraan Bermotor •
Mobil (parkir) Gambar IV.1.6.2Sirkulasi Mobil Parkir
Parkir
basement
Untuk menghindari macet yang terjadi pada sisi Utara tapak (kendaraan cukup padat pada jam-jam tertentu) maka kendaraan dibuat mengantri di dalam tapak sehingga mobil yang ingin masuk baik ke lobby ataupun parkir tidak banyak menunggu di jalan. •
Mobil (lobby) Untuk mobil yang bersifat sementara akan langsung dialihkan kembali ke jalan utama Gambar IV.1.6.3Sirkulasi Mobil Drop off
Lobby
54
• Motor Gambar IV.1.6.4Sirkulasi Motor
Parkir Motor
Sirkulasi
motor
yang
jumlahnya
tidak
dominandipusatkan pada sisi kiri tapak, pintu masuk dan keluar motor terdapat pada lokasi yang sama. Hal ini diharapkan motor tidak melewati daerah tapak agar tidak terjadi crossing. •
Service Gambar IV.1.6.5Sirkulasi kendaraan service
Basement
Kendaraan service dibuat masuk dari belakang tapak agar tidak mengganggu sirkulasi di dalam tapak.begitu juga dengan kendaraan darurat seperti pemadam kebakaran akses kendaraan masuk dari belakang. IV.1.7
Analisa Angin Berdasarkan Data dari badan klimatologi dan Geofisika, maka untuk arah secara dominan berada pada jurusan 265° dan dengan kecepatan rata-rata 2.9-5.1 knot (0.6-1.4m/s) pada ketinggian 10 meter. Untuk mendapat penghawaan alami arah massa bangunan bisa merespon arah datangnya angin.Pada bangunan yang dibutuhkan adalah 55
kecepatan angin yang terus menerus, namun kecepatan anginperlu dikurangi agar para penghuni tetap nyaman beraktivitas di dalam bangunan. Gambar IV.1.7.1Data Kecepatan dan Arah Angin 2004-2008 Rata-rata Kecepatan Angin
V max
Arah angin dominan
V
2008
2008
2007
2007
2006
2006
2005
2005
2004
2004 0
1
2
3
4
220
240
260
Arah V max Arah V
280
300
Sumber : BMKG Gambar IV.1.7.2Analisa arah angin terhadap massa
Arah Angin
Arah massa bangunan merespon arah angin dengan tujuan menangkap aliran angin sebanyak-banyaknya. Bentuk yang aerodinamis memungkinkan angin tidak terhambat pada satu dinding atau bidang dan akhirnya arah angin terpantulkan atau patah.
56
Gambar IV.1.7.3Dasar Bangunan diangkat
Massa bangunan di angkat untuk membuat angin mengalir dan tidak tertahanpada bangunan. Hal ini juga mempengaruhi pendinginan pada dasar bangunan sehingga kondisi suhu massa bangunan bisa berkurang karena radiasi matahari pada bangunan bisa terbawa angin yang mengalir.Apabila bangunan pada lantai dasar diangkat maka tekanan udara menjadi bertambah, oleh karena itu perlu ada barrier dari pohon untuk menurunkan kecepatan angin. Gambar IV.1.7.4analisa ketinggian bangunan dan juga angin
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menempatkan ketinggian bangunan. Apabila bangunan berada pada keadaan sejajar (sama tinggi) makan gedung yang ada dibaliknya belum tentu mendapat angin bila udara berbalik arah. Cara untuk membuat udara tetap 57
mengalir adalah dengan membuat jarak antara bangunan dan juga membuat ketinggian bangunan yang tidak seragam. Namun dengan membuat bangunan berlainan tingginya, ini berarti bisa menghalangi angin saat berubah arah.Untuk mengantisipasi hal seperti di atas maka bisa membuat udara mengalir secara vertical maupun secara horizontal.Dengan melubangi bangunan tentunya membuat udara tetap bisa mengalir dengan bebas.Ruang yang “lubang” ini
bisa
digunakan
sebagai
skycourt
atau
tempat
berkumpul
bersama.Dengan adanya udara yang mengalir dalam bangunan maka bisa membuat panas mengalir dan terlepas dari kulit bangunan. Gambar IV.1.7.5analisa ketinggian bangunan dan juga angin
Skycourt
IV.1.8
Analisa Jaringan pembuangan dan utilitas Kontur pada tapak pada umumnya mempunyai topografi yang datar. Namun melihat aliran selokan yang ada mengarah ke arah Bundaran HI, karena di dekat sana ada pengolahan limbah bersama untuk padat maupun cair. Gambar IV.1.8.1 Analisa Saluran pembuangan
58
Konsep untuk pengalirannya dibuang ke belakang tapak semuanya dan difokuskan pada pojok kiri bawah. IV.2
Analisis Manusia IV.2.1
Analisis Pengguna Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pengelola gedung GBK maka rencana untuk ke depannyaakan dibangun hunian menyerupai hotel namun dengan kualitas/tingkatan yang lebih rendah dibanding hotel. Para atlet yang tinggal disanaumumnya mendapat subsidi setengah hingga seluruhnya gratis. Oleh karena itu untuk mendukung operasional gedung maka perlu ada penggabungan fungsi bangunan.Fungsi yang paling mendekati dengan hunian adalah hotel.Sehingga apabila terjadi pelonjakan/penurunan jumlah atlet yang menghuni, bangunan tetap bisa menampung seluruh jumlah atlet atau digunakan untuk kepentingan umum. Pengguna dibagi menjadi 4 kelompok besar yaitu •
Publik bukan tamu wisma Keluarga yang hendak mengunjungi sanak saudaranya yang tinggal di dalam wisma ataupun tamu yang mempunyai janji meeting dengan official team.Dan juga orang-orang yang mempunyai keperluan bisnis.
•
Tamu wisma Atlet menjadi sasaran utama sebagai penghuni dari wisma atlet ini.Atlet yang tinggal dalam wisma dibedakan berdasarkan jangka waktu menginapnya. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan keperluan atlet baik jangka secara kunjungan atau secara karantina 1. Jangka waktu pendek
59
Atlet jangka waktu pendek misalnya atlet yang mempunyai keperluan hanya sebagai lawan tanding dari sebuah tim, jadi bukan sebagai tempat karantina. Lamanya huni dibawah 1 bulan. 2. Jangka waktu lama Atelt jangka waktu panjang ini adalah atlet yang mempunyai keperluan dan kepentingan untuk menginap dalam waktu lama. Untuk menjalani proses latihan dan juga persiapan. Atlet jenis ini bisa tinggal 1-12 bahkan bisa sampai 2 tahun. Ditambah lagi dengan adanya rencana perombakan total wisma Fajar dan ada kemungkinan tempat-tempat latihan di daerah asal ada yang dipusatkan ke dalam Gelora Bung Karno sehingga para atlet yang berlatih menginap di dalam wisma Fajar. Untuk menghitung perbandingan jumlah unit hunian antara yang berjangka panjang atau pendek harus meninjau beberapa pertimbangan : Tabel IV.2.1.1Analisa Jumlah atlet
Jumlah atlet yang ikut adalah maksimal 142 ditambah pemain cadangan 50% menjadi 213 untuk pertandingan, bila setiap cabang mempunyai 4 pelatih + 2 staff (ketua pelatih, pelatih fisik, pelatih psikologi, Boardman, staff) dan cabang yang ikut asian games adalah 42 maka jumlah pelatih dan staff adalah 252. Maka perbandingannya atlet (jangka panjang) dan pelatih/umum (jangka pendek) adalah 213 : 252 = 0.8 : 1 (i)
60
1. Atlet dan pelatih tidak selalu berada dalam kamar yang sama. hal ini dikarenakan setiap pelatih mempunyai pembicaraan yang internal mengenai atlet yang mereka latih untuk menjaga keprofesionalan. Oleh karena itu pelatih / manager tinggal terpisah, sehingga berada pada jangka waktu pendek dan atlet pada jangka waktu panjang. 2. Bangunan harus sustainable dalam hal ekonomi (kelangsungan fungsi bangunan) untuk menopang biaya operasional bangunan. Dalam hal ini dibuat bangunan yang mempunyai fungsi untuk penginapan
umum
(hotel)
atau
sebagai
apartmen
sewaan.Berdasarkan hotel atlet century, dari 16 lantai yang menjadi hotel hanya 2 lantai. Untuk atlet per unitnya adalah 4 orang dan untuk hotel maximal adalah 2 orang. Dengan hal ini maka kapasitas full dari hotel atlet senayan menjadi 8 atlet berbanding 32 orang umum. Sehingga perbandingan kebutuhan antara atlet dan orang umum adalah 8 : 32 = 1 : 4(ii) Untuk kesimpulan yang ditarik dengan melihat jumlah perbandingan atlet
ataupun
fungsinya
sebagai
penginapan
umum,
maka
perbandingan antara yang jangka pendek dan jangka panjang adalah 0.8 : 1 (i) dan 1 : 4 (ii) bila diambil titik tengahnya maka 1 :1.25 1 :4 Rata-rata angka perbandingan jangka pendek adalah adalah 4+1.25/2 =2.625 Sehingga perbandingan antara jangka panjang dan jangka pendek adalah 1 :2.625 = 8 : 21 •
Staf Wisma – Administrasi Staf wisma yang bekerja dalam bagian administrasi, meliputi yangbekerja dalam kantor pengelolaan (kontrol), staf yang terlibat langsungdengan tamu (front of house) dan back of house.
•
Staf Wisma – Service
61
Meliputi koki, pengurus linen, housekeeping, teknisi, perawatan bangunan, keamanan. Beberapa staf seperti roomboy, linen room dan housekeeping biasanya memiliki jalur khusus untuk akses ke semua lantai seperti lift service dan ruangan khusus
staf yang
terpisah dari area untuk tamu wisma. Penggolongan antara penghuni jangka panjang dan jangka pendek berpengaruh terhadap jumlah penghuni per-unitnya.Untuk unit yang menampung penghuni jangka panjang yang diperuntukan untuk atlet, jumlah per-unitnya 4 orang.Karena mengingat yang tinggal adalah atlet yang
di
subsidi
sehingga
unitnya
lebih
mengarah
kepada
fungsi.Sedangkan untuk unit yang jangka pendek atau umum mempunyai fungsi unit hingga 1-2 orang.
IV.2.2
Analisis Jenis dan kebutuhan Ruang Rencana program ruang untuk hunian mengenal 2 konsep jenis hunian seperti dijelaskan pada analisa zoning vertical. Hunian berjangka waktu panjang dan berjangka waktu pendek Gambar IV.2.2.1Skema Kegiatan tamu
Kegiatan Tamu Wisma Atlet Berkunjung ke Unit hunian yang dituju Cek Security
Parkir
Fasilitas Umum
Lobby
Masuk/Keluar melalui main/side entrance
Gambar IV.2.2.2Skema Kegiatan tamu staff pengelola
Kegiatan Tamu Khusus Staf Pengelola Wisma Atlet
62
Kantor/Ruang pengelola
Cek Security
Kegiatan Lain
Parkir
Main/side entrance
63
TabelIV.2.2.1TabelKebutuhan ruang 4 orang/unit
Analisa kebutuhan ruang 4 orang/unit No
Kebutuhan Ruang
Furniture
Dimensi Ruang
1
Ruang Duduk
Sofa, meja
4 m2
2
Kamar tidur 1
Tempat tidur,
9m2
Lemari pakaian,
Bentuk ruang
(2 Ruang)
meja 3
Pantry
Sink, Kompor
3 m2
4
Kamar mandi
Shower, Kloset,
6 m2
bath-up
31 m2
TOTAL
Kegiatan penghuni Wisma Atlet pada unit hunian : Gambar IV.2.2.3Skema Kegiatan dalam Unit Hunian
MCK
Balkon
Bersantai
Memasak ringan
Tidur
Masuk/ Keluar Tabel IV.2.2.2Tabel kebutuhan ruang 1-2 orang/unit
Analisa kebutuhan ruang 1-2 orang/unit No 1
Kebutuhan Ruang Ruang Keluarga
Elemen Ruang Sofa, meja
Dimensi
Bentuk Ruang
Ruang 4 m2
dan Sekaligus Ruang Tamu
64
2
Kamar tidur 1
9m2
Tempat tidur, Lemari pakaian, meja
3
Kamar mandi
4
Balkon
Shower, Kloset
6 m2
2.5 m2 TOTAL
2
21.5 m
Jumlah kamar yang bisa dibuat berdasarkan perhitungan luas bangunan adalah 27.167.5 m2(24 lantai). Namun perkiraan jumlah massa bangunan adalah 3 buah. Dengan ketinggian 24 lantai, 1 bangunan dan ketinggian 12 lantai 2 bangunan sehingga mendapat ratarata jumlah lantai adalah 16 lantai. 2 massa bangunan tidak mencapai tinggi maksimum dikarenakan 2 massa bangunan ini menggunakan penghawaan alami yang akan tidak nyaman bila membuka penghawaan pada bangunan tinggi. Karena menurut Ken Yeang dalam kecepatan makro daerah tropis kecepatan angin di atas 15 lantai bisa mencapai 12m/s hal ini bisa mengurangi kenyamanan. Jadi total luas bangunan yang bisa dibangun adalah 16/24 x 27.167.5 = 18.110 m2 Luas bersih hunian (tanpa sirkulasi,core dan fasilitas = 30%) adalah 70% x 18.110 m2= 12.677 m2 Dengan perbandingan asumsi antara penghuni jangka waktu panjang dan pendek adalah 8 :21maka, Untuk hunian jangka Panjang
: 8/29 x 12.677 = 3497 m2
Jumlah Unit adalah 3497/31
= 112 unit = 448 atlet
Untuk hunian jangka Pendek : 21/29 x 12.677 = 9178 m2 Jumlah Unit adalah 9178/21.5
= 423 unit (1&2)=634 atlet
Total yang bisa ditampung adalah 448 + 846 = 1082 atlet atau orang dalam 535 unit
65
Dari jumlah orang yang untuk jangka pendek adalah 846 dibagi menjadi kapasitas 1 dan 2 orang. Untuk kapasitas 4 orang perunit telah terpenuhi 448 atlet, namun permintaan dari pihak GBK adalah 800 atlet (200 kamar @2-4) masih kurang 352 atlet. jadi352 atlet tinggal dalam hunian 2 orang (176 unit), sisanya adalah 247.Angka 494 ini bisa didistribusikan rata dengan perbandingan 1orang/unit : 2 orang/unit = 1 : 1 = 124 : 124. Jadi jumlah unit 1 orang/unit adalah 248 unit dan jumlah unit dengan kapasitas 2 orang adalah 124 + 176 kamar = 300 unit. Kegiatan penghuni Wisma Atlet pada bangunan : Gambar IV.2.2.4 Skema Kegiatan Penghuni Wisma Atlet Makan, mandi, Latihan, tidur , beraktifitas dan lain-lain
Menggunakan fasilitas umum
Menggunakan fasilitas pendukung
Menuju Hunian
mencari informasi
Parkir
melalui Unit kegiatan penghuniMasuk/Keluar Wisma Atlet : Main/Side Entrance
Tabel IV.2.2.3. Kegiatan Penghuni Wisma Atlet Ruang
Kegiatan
Pengguna
Sifat Ruang
Kamar tidur
Beristirahat, Tidur
Penghuni
Privat, Tertutup
Pantry/Dapur
Masak, Cuci piring
Penghuni,
Servis, Terbuka
Pengunjung Kamar mandi
Buang air, Mandi
Penghuni,
Privat, Tertutup
Pengunjung Ruang Duduk
Duduk, Bersosialisasi
Penghuni,
Privat, Tertutup
Pengunjung Balkon
Bermain,
Penghuni,
bersosialisasi,
Pengunjung
Privat, Terbuka
relaksasi
66
Unit kegiatan pengunjung Wisma Atlet : Tabel IV.2.2.4Kegiatan Pengunjung Wisma Atlet
Ruang
Kegiatan
Plaza
Pengguna
Sirkulasi manusia,
Penghuni,
bersosialisasi
pengunjung,
Sifat Ruang Privat, Terbuka
pengelola Ruang publik
Bersosialisasi,
Penghuni,
berkumpul,
Pengunjung
Publik, Terbuka
mengadakan acara,meeting Kamar mandi
Buang air, Mandi
Penghuni,
Publik, Tertutup
Pengunjung Taman Hijau
Bersosialisasi,
Penghuni,
relaksasi
Pengunjung
Publik, Terbuka
Unit kegiatan pengelola Wisma Atlet : Tabel IV.2.2.5 Kegiatan Pengelola Wisma Atlet Ruang
Kegiatan
Pengguna
Ruang Administrasi
Pengurusan masalah
Staff administrasi &
& Keuangan
administrasi dan
keuangan
Sifat Ruang Publik, tertutup
keuangan Ruang Bulding
Mengelola
Staff Pengelola
Semi privat,
Management
management gedung
gedung
tertutup
Ruang unit
Mengelola sistem
Staff pengelola
Semi privat,
pelayanan dan
pengoperasian,
teknis gedung
Tertutup
utilitas
pemeliharaan rutin Staff pengelola
Semi privat,
dan preventif Ruang kepala
Diskusi dan rapat
pengelola gedung
laporan bulanan
Kamar Mandi
Buang air
tertutup Staff pengelola
Servi, tertutup
Unit kegiatan penunjang Wisma Atlet : Tabel IV.2.2.6 Kegiatan Fasilitas Penunjang Wisma Atlet
Ruang Ruang serba guna
Kegiatan
Pengguna
Acara formal dan non
Penghuni,
formal
pengunjung dan
Sifat Ruang Publik, tertutup
67
pengelola Ruang Komersil/
Kegiatan jual beli
Penghuni,
Retail
kebutuhan sehari hari
pengunjung dan
Publik
pengelola Musholla
Beribadah
Penghuni,
Publik, Tertutup
pengunjung dan pengelola Lapangan Olah raga
Berolahraga,
Penghuni,
beraktifitas sosial
pengunjung dan
Publik, terbuka
pengelola Ruang terbuka hijau
Rekreasi, bermain,
Penghuni,
bersosialisasi
pengunjung,
Publik, terbuka
pengelola Ruang Komunal
Bersosialisasi,
Penghuni,
berkumpul santai
pengunjung dan
Publik, terbuka
pengelola
Unit kegiatan servis Wisma Atlet : Tabel IV.2.2.7 Kegiatan Servis Wisma Atlet Ruang Pos Keamanan
Kegiatan Menjaga Keamanan
Pengguna
Sifat Ruang
Staff Keamanan
Servis, Tertutup
Staff
Servis, tertutup
Staff
Servis, Tertutup
24 Jam Ruang ME & Genset
Penempatan Mekanikal & Elektrikal, genset
Gudang
Penyimpanan barang barang servis
IV.3 Analisa Aspek Bangunan IV.3.1 Analisa Hubungan Ruang Daftar ruang secara makro adalah : •
Entrance
•
Plaza/Lobby
•
Parkir
•
Service (ME,Genset,Gudang,BM)
68
•
Ruang Pengelola
•
Hunian (2/4 orang per-unit, ruang makan bersama, ruang kumpul
bersama) •
Ruang Fasilitas Publik (Toilet, ATM, Retail, Gymnasium, Meeting
room, Mushola, Taman) Gambar IV.3.1.1 Diagram matrix Ruang Makro
Gambar IV.3.1.2Skema Program Ruang Parkir
Entrance
Plaza/Lobby
R. Pengelola
Hunian
Service
R. Fasilitas Publik
Gambar IV.3.1.3 Pola Hubungan ruang makro
Entrance
Parkir
Plaza/lobby Taman
Servis
R.Penunjang
K.Pengelola
Hunian
69
Daftar ruang secara mikro adalah : •
Kamar Tidur
•
Ruang Duduk
•
Pantry
•
Balkon
•
Toilet Gambar IV.3.1.4Diagram Matrix Ruang Mikro
Gambar IV.3.1.5Skema Ruang mikro K.TIdur
Pantry
R. Duduk
Toilet
Balkon
Gambar IV.3.1.6 Hubungan Ruang Mikro K. TIdur
Balkon
K. Tidur
Ruang Duduk
Dapur
K. mandi
Entrance
70
IV.3.2 Bentuk Bangunan Bentuk-bentuk bangunan : Tabel IV.3.2.1 Tabel bentuk bangunan Bentuk
Aplikasi
Kelebihan
Kekurangan
Tietgen Dormitory
• Mengalirkan
• Ruang
angin
kurang
efisien
• Mempunyai pusat (focal point) • Hanya
segmen-
segmen
yang
terkena matahari • Lebih dinamis
Apartemen Avana
• Efisien Ruang • Tapak yang tidak
• Mempunyai orientasi
• Tidak efisien, lebih
banyak • Tidak terhadap
bangunan hanya 2 arah/terbatas
terlalu luas.
Mandarin Hotel
• Orientasi
karena
sulit
memanfaatkan frontal arah
daerah
sudut
bangunan.
Barat/timu secara langsung
71
Gambar IV.3.2.1 Respon bentuk bangunan terhadap angin
Penyusun melakukan percobaan singkat untuk menentukan bentuk yang paling baik dalam mengalirkan udara. Alat-alat yang digunakan untuk melakukan percobaan adalah 1. Kertas 2. Aerosol spray paint (pylox) 3. Spidol 4. Camera Langkah-langkah percobaan : 1. Membuat kertas untuk meletakkan pylox dan massa bangunan Gambar IV.3.2.2Gambar kertas kerja
Massa Bangunan
Pylox dan lingkaran) dan pylox 2. Meletakkan massa bangunan(kotak
pada jarak yang telah ditentukan Gambar IV.3.2.3Gambar alat percobaan
72
3. Menyemprotkan pylox dengan arah yang sama Gambar IV.3.2.4Gambar hasil simulasi angin
4. Lalu membuka massa bangunan yang telah disemprotkan pylox Gambar IV.3.2.5Gambar penyebaran angin
73
Dari percobaan di atas maka dapat disempulkan bentuk yang mempunyai kelengkungan lebih mampu mengalirkan udara. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah besaran area pylox, yang menunjukkan jumlah penyebaran udara lebih efektif dibanding dengan bentuk kotak. Percobaan lainnya pada bidang lengkung dan linear
74
Gambar IV.3.2.6Gambar penyebaran angin
Linear
Round
75
Linear 7 cm
Lengkung 9 cm
Terdapat perbedaan radius daerah penyebaran gambar hingga 28 %. Itu artinya bentuk lengkung mampu mengalirkan udara lebih optimal dibanding bentuk linear. Pada gambar selain perbedaan radius juga terlihat gradasi warna pada bidang lengkung lebih soft (menyebar) dibanding dengan bentuk linier. Sehingga pemilihan bentuk lengkung lebih optimal karena tidak ada angin yang terpusat yang akhirnya meningkatkan kecepatan angin. Gambar IV.3.2.6 Respon bentuk bangunan terhadap angin
Sumber : Kenyamanan termis GOR BULUNGAN ditinjau dari aliran udara
Beberapa pertimbangan dalam pemilihan bentuk bangunan yang cocok, pertimbangan pertimbangan tersebut antara lain adalah : - Efisiesi dalam pemakaian ruang. - Penyesuasian bentuk dan lingkungan sekitar. - Peruntukan kegiatan didalamnya. - Penyesuaian dengan bentuk tapak.
76
- Penyesuaian bentuk bangunan berdasarkan jenis bangunan. - Tanggap terhadap udara luar Bentuk massa bangunan bisa menggunakan bentuk-bentuk geometri ataupun gabungan antara 2 buah bentuk massa bangunan. Kotak dan lingkaran menjadi pilihan karena kotak memberikan efektifitas ruang secara penuh dan lingkaran yang mempunyai sudut halus untuk mengalirkan udara.Hal ini untuk mendinginkan suhu bangunan menurut Ken Yeang bentuk-bentuk yang aerodinamis (minim patahan) bisa menjadi pilihan untuk mengalirkan udara ke seluruh kulit bangunan. Gambar IV.3.2.7 Respon bentuk bangunan terhadap angin
Arah angin
Dengan bentuk-bentuk bangunan yang aerodinamis bisa mengalir dan
tidak
melengkung
menghentikan ke
dalam
udara.Ditambah menunjukkan
bentuk
lobby
keramahan
yang untuk
mengundang/memberikan rasa welcome. Pola penyebaran massa didesain agar tidak memberikan ruang udara mati/negative. Melihat kondisi ketinggian bangunan di Barat dan Timurnya, maka kawasan mendapat ruang udara positif pada sisi Utara dan sisi Selatannya.
77
Gambar IV.3.2.8Susunan Massa bangunan
Dengan penyusunan massa bangunan menyebar membuat tidak ada bangunan yang terhalang oleh angin walaupun arah angin berubahubah. Untuk massa bangunan yang berdempet harus ada permainan tinggi rendah dan juga pemanjangan atau pemendekan, agar tetap bisa menangkap angin. 1.
Arah sirkulasi menentukan main dan side entrance Gambar IV.3.2.9Gambar penentuan entrance
2.
Memanfaatkan lahan secara maksimal dengan merespon terhadap angin dan view
78
G Gambar IV.3.22.10Gambar peenempatan masssa bangunan secara maksim mal
3.
Mem mipihkan m massa bangun nan agar udarra bisa meng galir Gambbar IV.3.2.11G Gambar pemipiihan massa banngunan
4.
Mellubangi masssa bangunann agar udara bisa melaluui bangunan Gambar IV.33.2.12Gambar melubangi banngunan agar udara u mengalirr
79
5.
Meemainkan tinnggi massa bangunan b agar tidak men nghalangi lajju anggin Gambar IV. V.3.2.13 Gambaar permainan m massa bangunaan agar udara tidak terhalanggi
6.
Mennyesuaikan bentuk ban ngunan agarr angin tidak k melaju teerlalu kenncang ke dalaam skycourtt. vertical lanndscaping dan d wind-shaading untuuk menguranngi kecepataan Gambaar IV.3.2.13Annalisa bentuk aggar tidak terjaadi wind tunnell
IV.3.3 Pola Sirrkulasi Banggunan Sistem sirkulasi daalam bangunnan dapat ddibedakan menjadi m sirkkulasi kal. Sirkulassi horizontall berguna untuk u horizonttal dan sirkkulasi vertik menghub bungkan ruuangan yanng masih berada dallam satu level sedangk kan horzontall untuk meng ghubungkann ruangan anntar level. •
Sirkuulasi Horizoontal Sirkulasi yang akan diterapkan pada perancangan W Wisma u Atlettadalah polaa sirkulasi linnear menerus dan linear bercabang untuk
80
memudahkan pencapaian ke unit unit hunian dan ruang ruang penunjang.
LINEAR Penggunaan dua pola ini dikarenakan, pola linear menerus sangat sesuai dengan bangunan Wisma Atlet dalam hal efisiensi ruang dan pola berbelok untuk melengkapi kekurangan pola linear sehingga terlihat lebih dinamis. Sedangkan untuk sistem koridor yang digunakan adalah single loaded yang dilengkapi dengan teras atau balkon, untuk menahan radiasi panas masuk ke dalam unit-unit wisma •
Sirkulasi Vertikal Tabel IV.3.3.1Analisa Sirkulasi Vertical Jenis sirkulasi
Kelebihan
Tangga
• tidak menggunakan listrik
(darurat dan sirkulasi)
• fleksibel
dan
Kekurangan
murah,
• melelahkan bagi pengguna
sesuai dengan bangunan wisma atlet • dapat dipakai setiap saat • berguna di saat kebakaran
Lift
• butuh listrik dan
• efisien • daya angkut yang besar
waktu tunggu
• tidak melelahkan • cocok untuk wisma atlet saat
mengangkut
perabotan besar ke lantai atas Ramp
• bernilai estetika
• butuh space besar,
• efisien bagi trolley
tidak efisien bagi
• untuk yang cacat
wisma atlet
81
Dalam perancangan Wisma Atlet Sederhana Sewa ini, sirkulasi vertikal yang digunakan adalah tangga dan lift. Penggunaan tangga di anggap lebih ideal untuk mencapai efisiensi energi. Penggunaan lift dikarenakan bangunan ini merupakan bangunan medium-rise sehingga mesin harus disimpan di atas bangunan untuk menghemat ruang pada daerah publik. Jumlah lift yang dibutuhkan adalah sebagai berikut : Luas Netto = 80% x 18.810 = 15.048 m2 P (Beban puncak lift) hotel adalah 5% x 2000 = 100 T (Waktu perjalanan bolak balik lift) : (2h + 4 s )(n − 1) + s(3m + 4) ( 2 x16 + 4 x 2.5)(16 − 1) + 2.5(3 x16 + 4) 630 + 130 = = = 304 2 .5 2 .5 s
PB (perkiraan penghuni bangunan) = 2000 Daya angkut = 75 kg/orang Jumlah LIFT = Lnetto x P x T/(300 x PB x m) = 15.048 x 100 x 304 / (300 x2000 x 75) = 10 lift Jumlah Lift barang (setiap 6 lift, 1 lift barang) = 2 lift barang IV.3.4 Sistem Struktur Bangunan Sistem struktur dapat mempengaruhi ketahanan dan lamanya masa bangunan dan ketahanannya terhadap elemen-elemen perusak bangunan seperti gempa bumi, bencana angin, faktor biologis (hewan perusak), dan sebagainya. Sistem struktur bangunan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu : •
Sub Structure (Struktur bawah) Merupakan bagian struktur bawah yang menahan beban yang bekerja dari atas kebawah.
82
Tabel IV.3.4.1Analisa Jenis Pondasi
Jenis Pondasi
Tiang Pancang
Kelebihan
• waktu pelaksanaan cepat • cocok untuk menahan beban vertikal
Kekurangan
• memerlukan banyak sambungan dan ketelitian yang tinggi, kurang ekonomis bagi wisma atlet tapi bagi hotel ekonomis • menimbulkan bising dan getaran
Bored Pile
• pemasangan tidak berdampak buruk bagi lingkungan, cocok dengan konsep wisma atlet • memiliki kekuatan yang
• waktu pelaksanaan lebih lama • jika kadar air tinggi pengecoran akan beresiko
cukup untuk bangunan bertingkat tinggi • untuk segala jenis tanah Pondasi Rakit
• tahan gempa • ruang pada pondasi dapat difungsikan sebagai Basement/efisiensi lahan
• boros dalam pemakaian bahan, kurang efisien bagi Wisma Atlet • pelaksanaan sulit
• kedalaman sebesar volume yang dipindahkan
Berdasarkan analisa sub structure pada tabel diatas, maka Wisma Atletsewa ini menggunakan pondasi bored pile dan pondasi rakit , karena kemampuannya untuk menahan beban yang cukup besar dan juga dalam tahap pengerjaannya tidak mengganggu keadaan sekitar atau gangguan relatif kecil. Pertimbangan lain bored pile digunakan untuk bangunan wisma atlet yang lebih tinggi dan berat bebannya besar. Pondasi rakit digunakan karena pada wisma atlet akan digunakan basement.
83
Gambar IV.3.4.2Gabungan Rakit dan Bored Pile
Upper Structure (Struktur atas) Upper-structure merupakan struktur utama yang bertugas untuk menerima seluruh beban hidup atau beban lateral yang diterimanya untuk diterukan pada pondasi. Tabel IV.3.4.2Analisa Upper Structure
Jenis Struktur Portal
Kelebihan • kekakuan cukup
(kolom dan balok)
• fleksibel dalam penataan interior unit wisma atlet
Kekurangan • dimensi relatif besar untuk bentang lebar • trafe kolom relatif kecil
• struktur sederhana dan ringan Dinding pemikul
• kekakuan tinggi • material beton pada bidang datar dapat mereduksi suara • Memipih sesuai
• Biaya yang cukup besar • Harus terjadi banyak penyesuaian dengan barang dari pabrik
ruang (efisiensi) • Waktu pemasangan cepat
84
Gambar IV.3.4.3Upper struktur dan tinggi Bangunan
Penggunaan struktur beton masih bisa diperhitungkan mengingat mudah untuk mendapatkannya.Untuk ketinggian hingga 24 lantai bisa menggunakan shearwall.Agar keamanan bangunan terhadap gaya lateral tetap terjaga dan kokoh. Untuk struktur atas, penggunaan sistem struktur dinding pemikul lebih cocok dengan bangunan Wisma Atlet karena lebih fleksibel dengan penataan ruang dalam setiap unit.Pada bagian plat lantai menggunakan slap, sehingga tidak memerlukan balok dengan catatan ketabalan
slap
1/35-1/40
bentar
terpanjang
dinding
pemikul.
Penggunaan slap dikarenakan perencanaan tidak menggunakan plafon pada unti bangunan, sehingga dengan menggunakan slap dapat lebih menghemat tinggi bangunan sehingga lebih irit dalam proses pendinginan buatan jika diperlukan Untuk bagian atap akan digunakan bentuk atap roof garden, hal ini dipilih selain untuk mereduksi polusi yang ada di tapak juga bisa membuat iklim mikro terasa lebih sejuk serta yang terpenting adalah menahan radiasi panas dari matahari pada bidang aap Pada bagian penutup atap ini juga di kolaborasikan dengan penggunaan dak beton, dikarenakan mengingat maintenance untuk kedepannya lebih murah. IV.3.5 Analisa Penghawaan Penghawaan mempunyai bobot penggunaan energi dalam suatu bangunan
hampir
60-70%
(Daryanto).Hal
penanganan
khusus
terutama
penghawaan
buatan
dan
dalam
dioptimalkan
ini
perlu
mendapat
meminimalkan
penggunaan
penggunaan
penghawaan
alami.Sistem penghawaan pada bangunan ada 2 macam, yaitu
85
1. Penghawaan alami Daerah di sekitar tapak umumnya mempunyai kecepatan angin yang rendah sehingga yang dibutuhkan adalah aliran angin yang terus menerus mengarli. Untuk mendapatkan kondisi angin terus mengalir walaupun kecepatan udara relative rendah dapat diatasi dengan menggunakan cross ventilation. Design yang mengusung tema hemat energi harus dapat mengaturpenghawaannya sebaik mungkin
untuk
mencapai
suhu
yang
nyaman.
Dengan
memanfaatkan penghawaan alami pada fungsi-fungsi tertentu pada ruang kumpul pada masing-masing unit, koridor-koridor wisma atlet, kamar mandi, skycourt dan tangga darurat Gambarl IV.3.5.1 Analisa Penghawaan alami dan buatan Alami Buatan Alami
Gambarl IV.3.5.2Analisa Penghawaan alami dan buatan secara vertical
BUATAN Alami, namun pada kamar tetap buatan
Alami, namun pada kamar tetap buatan
Penghawaan alami bisa dicapai dengan membuat cross ventilation pada bangunan maupun pada unit-unit wisma atlet. Cross ventilation pada bangunan bisa dipenuhi dengan adanya jarak antara bangunan yang cukup lebar dan juga terdapat ruang
86
terbuka untuk memasukan udara skycourt. Untuk cross ventilation pada unit-unit bangunan harus memilih jenis sirkulasi udara yang menyilang, terdapat inlet maupun outlet. Outlet hendaknya lebih besar dibandingkan dengan inlet agar udara bisa mengalir. Tapi pada iklim tropis lembab arah angin agak sulit ditentukan, tapi rancangan mengacu pada arah angin dominan Gambarl IV.3.5.3Gambar Inlet dan outlet
2
1
4
3
Sumber : climate Responsive Architecture, Arvand Krishan
Tabel IV.3.5.1Analisa inlet dan Outlet
Variasi
kelebihan
kekurangan
inlet-outlet 1
Udara menyilang pada Udara
kurang
ruangan, membuat udara maksimal pada sudutmengalir bebas 2
Bidang
sudut ruangan
Penempatan Ada
bagian
ruang
87
furniture lebih bebas
yang
tertutup
oleh
ruang 3
Udara menyilang pada Harus mempunyai 2 ruangan, membuat udara sisi untuk inlet-outlet mengalir bebas
4
Jumlah
udara
yang bersebrangan yang Harus
masuk dan udara yang jumlah keluar
lebih
mempunyai outlet
yang
banyak relative banyak, sulit
karena jumlah let-letnya dalam banyak
pemanfaatan
ruang (furniture)
Gambarl IV.3.5.4Analisa Variasi siri bukaan
Dengan adanya pembagi dan penempatan inlet pada sisisisi pinggir bidang, maka udara bisa mengaliri seluruh sisi ruangan dan tidak berpusat di tengah saja. Gambarl IV.3.5.5Overhang membantu tekanan angin untuk masuk
Sumber : climate Responsive Architecture, Arvand Krishan
Penambahan overhang pada bangunan bisa membantu memperbesar tekanan udara sehingg menekan ke dalam. Penyusun menganggap ini tidak perlu karena akan menambah tekanan angina dan berakibat meningkatnya kecepatan angina yang masuk ke dalam ruangan.
88
Unit-unit kamar hunian di design agar udara tidak masuk ke dalam ruangan dan mengenai kepala manusia secara langsung.Oleh karena itu perlu adanya pembelok angin sehingga angin mengalir di atas kepala orang yang beraktivitas.Outlet diletakkan di atas kepala manusia supaya udara melewati tubuh manusia.
89
Gambarl IV.3.5.6Overhang membantu tekanan angin untuk masuk
Cross ventilation untuk bangunan bisa dengan cara memasukkan udara pada skycourt dan penggunaan single loaded sehingga udara bisa mengalir dengan bebas (tidak terperangkap). Massa bangunan yang ramping mempermudah udara untuk mengalir. Jarak antara massa bangunan juga harus diperhatikan agar tidak terjadi penyempitan untuk cahaya masuk. Jarak minimal antar massa bangunan Y= (3.5 + n/2)meter. Untuk bangunan dengan tinggi 10 lantai maka harus mempunyai jarak bebas antara 8-8.5 meter. Gambar IV.3.5.7 Pembagian single loaded dan double loaded
SL SL
Sk yc ou
Sk yc ou
SL SL
Namun pada bangunan setinggi 10 lantai ke atas nampaknya perlu ada penanganan khusus untuk penghawaan alami, karena kecepatan angin menjadi masalah bila terlalu besar mengenai penghuni bangunan.Untuk mensiasati kekurangan ini maka bisa menggunakan verticallandscape.Tanaman menurut
90
Shaxon dalam bukunya yang berjudul Optimizing soil moisture for plant production (2003,p59-60) menyatakan tanaman mampu mereduce kecepatan angin hingga 50%.
91
Gambar IV.3.5.7Vertical landscape alternatif
Pada desain wisma atlet skycourtdiletakkan pada area bersama dengan tingkat aktivitas sedang (duduk, kumpul, santai, jalan).. Menurut Daryanto (2009) penggunaan selubung ganda juga mampu mengurangi masuknya radiasi dalam ruangan sehingga beban penghawaan buatan menjadi lebih ringan. Hal ini dilakukan agar dapat mengurangi kecepatan angin pada lantai-lantai tinggi Gambar IV.3.5.8Selubung ganda pada teras
Penempatan wind-shading tidak semata-mata hanya untuk keindahan tetapi berdasarkan kecepatan angin dan ketinggian lantai. Kecepatan angin pada lantai yang tinggi lebih tinggi dibanding dengan kecepatan angin pada lantai yang rendah. Pada lantai rendah (di bawah 10 meter) angin bertiup dengan kecepatan relatif rendah, sehingga penempatan wind-shading tidak menghalangi jendela pada unit-unit kamar. Namun pada lantai tinggi (di atas 10 meter) maka penempatan wind-shading diletakkan di depan kamar tidur dengan tujuan untuk menghalangi angin tidak secara langsung masuk ke dalam kamar. 92
Gambbar IV.3.5.9Selubung ganda wind-shading pada p teras
Gambaar IV.3.5.10Tan naman Meminiimalkan panass yang masuk
Pada kasus k wismaa atlet lebih diutamakann perawatan yang l lebih mudahh, jadi pilihhan jatuh ppada alternaatif yang kedua k m menggunaka an pot atau kotak tanam man.Sehinggga tidak merrusak f façade banngunan den ngan tanam man yang merambat m pada b bangunan. A Apabila meenggunakan tanaman merambat m m maka m menggunaka an media perambat p yaang mempuunyai jarak dari d dinding banngunan untu uk meminim malkan keru usakan atau bisa mbat m menggunaka an media kiisi-kisi agarr tidak lang gsung meram p pada dindingg Gambaar IV.3.5.11Meeggunakan meddia untuk tanaman rambat
93
Untuk kedalaman ruang maksimal adalah 2.5 x tinggi ruang sehingga bila plafond pada wisma atlet adalah 3 meter, maka kedalaman ruang maksimal adalah 7.5 meter. Berdasarkan Christiana E. Mediastika dalam jurnal Desain Jendela
Bangunan
Domestik
untuk
mencapai
“Cooling
Ventilation” menyatakan untuk daerah tropis lembab dimana kecepatan angin adalah 0 m/s maka bukaan minimal untuk terjadinya cross ventilation adalah 40 % untuk mendapatkan 30 ACH. Sehingga untuk bukaan pada unit yang menggunakan penghawaan alami adalah 40% x 20 = 8m2. Penerapan double system bisa menjadi pilihan sebagai langkah aktif dari penghuni untuk mengatur sesuai tingkat kenyamanan individu.Kaca nako dan gabungan jendela kaca menjadi pilihan keuntungan yang dapat diperoleh adalah mampu mengontrol angin yang masuk, cahaya tetap bisa masuk, radiasi panas terhambat karena diantara kaca terdapat rongga. Bentuk kaca nako yang sekarang sudah banyak dimodifikasi sehingga tetap terlihat up to date. Gambar IV.3.5.12kaca Nako elektrik dan manual
Gambar IV.3.5.13Aplikasi pada gedung tinggi Pirreli skyscraper 127 m
Sumber : www.naco.co.uk Gambar IV.3.5.14Penerapan Double System
Dalam
94
Luar
Dengan 2 lapisan jendela ini panas tidak akan langsung masuk ke dalam ruangan, namun bila menginginkan udara masuk bisa membuka jendela luar setelah itu bisa mengatur bukaan yang diinginkan. Perlu ditambahkan jendela kaca biasa karena apabila ruangan ingin menggunakan AC menghindari kebocoran dan juga menutup saat malam hari (angin malam tidak baik untuk kesehatan). 2. Penghawaan buatan. Penghawaan buatan berfungsi untuk memberikan kesejukan dengan cara menurunkan kelembaban udara dalam ruangan. Apabila kelembaban relative rendah akan terjadi elektrostatik, efeknya bila bergesekan dengan benda bisa terasa seperti terkena setrum. Namun bila kelembaban terlalu tinggi maka akan muncul gangguan kesehatan akibat berkembangnya bakteri, jamur, dan virus. Penggunaan AC central apada jenis hunian dalam jangka waktu singkat Karena pada jenis hunian lebih ditujukan untuk keperluan komersil. Penggunaan AC central ternyata lebih menjaga lingkungan karena dalam proses pendinginannya tidak menggunakan Freon yang merusak lapisan Ozon. Penggunaan AC central diterapkan pada unit hunian untuk jangka waktu singkat serta ruang-ruang serbaguna terdapat pada bangunan ini.Massa bangunan ini mempunyai
ketinggian
yang
relative
tinggi
dan
tidak
menggunakan penghawaan alami sehingga kebocoran dapat diminimalkan.
95
Jenis plat lantai memang menggunakan slap, penempatan ducting pada area kamar tidur dan plafond di dapur atau kamar mandi (seperti hotel). Lalu untuk beban AC central adalah sebagai berikut :
96
Tabel IV.3.5.2Tingkat okupansi
Tabel IV.3.5.3Beban sensible bangunan
Beban Sensibel Orang : Okupansi x 200 = 489.6 x 200 = 97.970 btu/hr Beban Laten Orang : Okupansi x 250 = 489.6 x 250 = 122.400 btu/hr Beban Sensibel lampu : ∑ watt x 1.25 x 3.4 = 4400 x 20 x 1.25 = 136.000btu/hr Total Kalor Internal = 136.000 + 97.920 + 122.400 = 356.320 Beban Ventilasi : CFM1= P x L x T x ACH X 35.31 / 60 = 34 x 12 x 72 x 10x 35.31 / 60 = 172.877 btu/hr CFM2= (to-t1) x 1.08 + RH0 –RH1) x 0.67 =5 x 1.08 + 40 x 0.67 = 32.2 Beban Pendingin keseluruahan : 172.877+32.2+738.033+356.320 = 10.460.320 btu/hr Kapasitas = 10.460.320 / 12.000 =871.7 TR Ruang AHU yang dibutuhkan : 0.5 m2x 871.7 = 435.85 m2 Ruang AHU tiap lantai adalah 435.85/24 = 16-18m2
97
IV.3.6 Analisa Sistem Utilitas Sistem utilitas adalah segala macam sistem pada bangunan yang berfungsi sebagai penunjang beroperasinya bangunan. Sistem sistem utilitas tersebut terdiri dari : 1.
Pencahayaan Penghawaan pada bangunan terdapat 2 macam pencahayaan, yaitu pencahayaan alami dan pencahayaan buatan.Pencahayaan alami
adalah
pencahayaan
matahari.Pemanfaatan
yang
didapat
pencahayaan alami
harus
dari
cahaya
semaksimal
mungkin.Penempatan bukaan bukaan harus lebih di tata secara baik sehingga cahaya dapat masuk kedalam ruangan.Lebar koridor pada sirkulasi horizontal juga harus di tata agar tidak terlalu sempit sehingga
tidak
menjadi
gelap.Untuk
pencahayaan
harus
diminimalkan antara pemasukan radiasinya misalnya dengan tanaman, balkon, penanaman pohon, dan pemilihan material kaca. Gambar IV.3.6.1Menggunakan balkon yang untuk menahan panas
Sumber : climate Responsive Architecture, Arvand Krishan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang dilakukan dengan menggunakan lampu. Perencanaan bangunan yang baik akan dapat mengurangi atau dapat membantu penghematan energi. Untuk unit hunian antara 120-150 lux (TL, Down Light), untuk
98
lobby dan restoran 250-350 lux (TL, Down Light).Untuk lebih hemat energi maka menggunakan lampu LED, yang umurnya jauh lebih panjang (60x dari bohlam dan 10x dari neon).Konsumsi energi yang dibutuhkan juga lebih sedikit hampir 87%.
99
Gambar IV.3.6.2Lampu LED
2. Proteksi Kebakaran Sistem proteksi kebakaran berfungsi sebagai daerah atau tempat perlindungan yang di manfaatkan oleh penghuni gedung apabila terjadi kebakaran atau situasi darurat.Daerah ini seharusnya mampu bertahan hingga 2 jam.Jarak radius untuk mencapai tangga darurat adalah 30 meter dan 10 meter dari koridor buntu. Untuk Tangga darurat menggunakan sistem balkon terbuka sehingga saat terjadi kebakaran asap tidak berkumpul di dalam ruang tangga kebakaran. Dengan terbukanya ruang tangga kebakaran maka para korban bisa di evakuasi dengan mudah lewan balkon yang terbuka. Proteksi kebakaran ini terdiri dari 2, yaitu berupa proteksi aktif contoh nya hidran dan sprinkler dan proteksi pasif berupa tangga darurat atau struktur bermaterial tahan api. Gambar IV.3.6.3Deteksi asap dan sprinkler
Pemadam api berupa hidran juga perlu disediakan. Hidran dalam biasanya ditempatkan di dekat atau di dalam tangga kebakaran, dilengkapi selang, katup, tabung pemadam, serta alarm atau tombol panggil. Air yang digunakan diambil dari menara air, yang memang sebagian isinya dicadangkan untuk keperluan darurat, ditambah dari kolam renang dalam bangunan. Hidran luar berupa kepala hidran dan selang yang sumber airnya dari sistem hidran kota.
100
3. Pengolahan dan Panyaluran air limbah Pipa Air terdiri dari 2 macam yaitu pipa air saluran air bersih dan pipa air saluran air kotor. Pipa saluran air bersih ini berfungsi mengalirkan air bersih yang biasanya bersumber dari PDAM ataupun sumber air bersih lain nya ke seluruh ruangan yang membutuhkan, seperti Kamar mandi, westafel dan lain lain. Sedangkan pipa saluran air kotor berfungsi mengalirkan air kotor atau air yang sudah dipakai dari ruangan ke tempat pembuangan seperti STP dan lain lain.Pipa pembuangan limbah kamar mandi harus mudah diakses, maka biasanya kamar mandi dalam tiap unit kamar ditempatkan pada sisiyang berbatasan dengan koridor agar shaf-shaft pipa dapat diakses dari koridor (gambar no. 3). Bila kamar mandi ditempatkan pada sisi dindingluar, memang dapat memperoleh pengudaraan dan pencahayaan alami,namun sisi yang potensial ini jadi tidak dapat dimanfaatkan secara optimaluntuk view dan pencahayaan ke dalam kamar, selain itu, akses ke shaftpipa menjadi lebih sulit dan membutuhkan tambahan ruang.Limbah kamar mandi padat disalurkan ke STP untuk diolah agar dapat dibuang ke lingkungan dan riol kota dengan aman dan tidak mencemari. Limbah kamar mandi cair disalurkan ke WTP untuk diolah.Hasil olahannya biasanya cukup bersih, dapat digunakan kembali untuk penyiram taman dan flush toilet. Gambar IV.3.6.4Alternatif perletakan shaft pada kamar
Air
hujan
sebaiknya
ditampung
dalam
sumur
resapan.Pembuatan sumur resapan dan biopori perlu diupayakan terkait dengan upaya perbaikan drainase tapak.Dimensi pipa
101
pembuangan air hujan dan sumur resapan tergantung dari luas atap.Sekalipun
atap
menggunakan
green
roof
tetap
harus
mempunyai saluran pada tepinya, karena tidak mungkin diserap semuanya ke dalam tanah. Gambar IV.3.6.5Skematik sumur resapan dan talang air hujan
4. Instalasi Listrik Instalasi listrik mengambil arus dari PLN. Selain dari PLN, disiapkan pula pembangkit listrik cadangan berupa generator atau genset yang akan dioperasikan apabila terjadi gangguan. Penempatan ruang genset dan ruang-ruang panel utama bisa ditempatkan pada basement agar bunyi dan getaran yang mungkin dihasilkan
tidak
mengganggu
kenyamanan
ruang-ruang
utama.Selain itu pengantaran bahan bakar untuk solar juga dapat dilakukan dengan mudah tanpa menggangu penghuni begitu juga saat terjadi kerusakan. 5. Penangkal Petir Bangunan yang berisi ribuan orang untuk beristirahat harus diberikan proteksi terhadap penangkal petir.Hal ini dibutuhkan mengingat bangunan ini cukup tinggi dibanding dengan bangunan di sekitarnya.Sehingga apabila ada petir yang menyambar, maka bangunan ini bisa kena pertama kali. Penangkal petir yang digunakan adalah sistem Thomas. Sistem ini mempunyai jangkauan perlindungan yang luas, daerah bangunan yang terlindungi dalam radius 60 m dan luas lahan yang terlindungi dalam kerucut perlindungannya dalam radius 125 m. sistem ini dianggap cocok karena terbilang efisien apabila di taruh di bagian tower wisma untuk jangka panjang. Sehingga bisa melindungi bangunan-bangunan rendah, pohon-pohon dalam tapak. 102
Gambar IV.3.6.6Skematik penangkal petir sistem thomas
6. Sistem Pengamanan-Kunci Pengamanan Kunci kamar wisma dapat dipilih menggunakan konvensional dan juga tanpa anak kunci.Misalnya dengan menggunakan kartu.Penggunaan sistem kartu biasanya agar penyimpanan lebih efisien. Gambar IV.3.6.7Sistem pengamanan kartu
7. Shaft Linen Untuk kebutuhan linen hotel seperti mengumpulkan, mencuci, dan menyetrika, disediakan satu ruang linen dan laundry di lantai dasar serta 1 ruang linen khusus untuk penyimpanan linen bersih di setiap lantai yang terhubunga dengan shaft linen atau lift service. Gambar IV.3.6.8Skematik shaft linen
103
8. Pembuangan Sampah. Sistem pembuangan sampah dapat dilakukan dengan 2 cara. Yang pertama adalah sistem door-to-door, sistem ini dilakukan dengan cara menjeput atau mengambil ke hunian satu persatu. Pada bagunan wisma atlet sistem ini sangat tidak efisien karena banyak membuang tenaga dan waktu.Yang kedua adalah sistem shaft, yaitu menyediakan sebuah ruangan yang langsung berhubungan dengan lantai dasar tanpa penyekat antar lantai.Pada bagian bawah terdapat ruangan penampungan.Penggunaan shaft ini lebih efisien pada Wisma Atletkarena sampah sudah terkumpul pada bagian lantai dasar bangunan yang berada pada titik tertentu.wisma atlet. Gambar IV.3.6.9 Skematik pembuangan sampah Unit bangunan
Shaft sampah
Penampung sementara
TPA
Gambar IV.3.6.10Shaft sampah
104
IV.3.7 Analisa Parkir Standar parkir berdasarkan regulasi DKI, namun mengalami penyusutan mengingat para atlet tidak membawa kendaraan pribadi.
105
Tabel IV.3.7.1Analisis Jumlah Parkir Fungsi
Standar
Jumlah Parkir
Unit hunian (2 orang)/bintang 4
1 setiap 6 kamar
423/6
= 70
Unit hunian (4orang)/ bintang 3
1 setiap 10 kamar
112/10
= 11
Ruang Serbaguna
2
1430/15 = 95
2
428/60
1 setiap 15m
Retail
1 setiap 60m
Total
=7
183
Lahan yang dipersiapkan untuk parkir di atas tapak hanya 5% dari jumlah tapak karena sisanya dibuat taman 75%. Luas parkir di atas tapak adalah 5% x 10.867 = 543.5 m2 1 mobil membutuhkan luasan 25m2jadi parkir yang bisa ditampung di atas tanah adalah 543.5/25 = 21,masih kurang 162 parkir mobil. Jadi luasan Basement yang dibutuhkan adalah 162 x 35 m2= 5.670m2.Jumlah lantai Basement yang perlu ditambah hanya 1 lantai saja sisanya bisa untuk meletakkan ruangan service. IV.3.8. Program Ruang Total unit kamar Wisma adalah 535 unit Total luas bangunan maximal 18.810 Jumlah orang = 1095 atlet Tabel IV.3.8.1Analisis Program keseluruhan T Jenis
a
Kebutuhan Ruang
Standart
Sumber
Hall/Lobby
3-7% area
NAD
b e
Jumlah Ruang 1
V Hunian .
3
4% x 12.677507=
l
I
Luas Ruang
m2 24m2
AS
2
48 m2
2
10 m
AS
1
10 m2
Unit 31
31 m2
-
112
3.472 m2
Unit 21.5
21.5 m2
-
423
9.094 m2
NAD
1 / lantai
R.Penjaga R.Kotak Surat dan Penerima
2
.
Ruang makan & Ruang
0.05 m /
8
bersama
room
.
Shaft Sampah
1 m2
0.05 x 535 x 16 = 428 m2
AS
Total Luas Pelayanan Hunian
40
40 m2 13.599m2
106
Tabel IV.3.8.2Analisis Program ruang kantor pengelola,penunjang dan servis Jenis
Kantor Pengelola
Kapasitas/
Luas
Jumlah
Ruang
NAD
1
53 m2
0.04 m2 /room
NAD
1
21 m2
R.Maintenance
2
0.04 m /room
NAD
1
21.4 m2
Toilet
0.02 m2 /room
NAD
2
24.8 m2
Kebutuhan Ruang
Standart
Sumber
R.Administrasi
2
0.1 m /room
R.Keuangan
120 m2
Total Luas Pelayanan Kantor Pengelola
Jenis
Kebutuhan Ruang
Standart
Sumber
Retail shop
0.2 m2/room
NAD
Kapasitas /Jumlah
Luas Ruang
4
0.2x535x4=
428 m2
1.3 m2 /orang
Ruang Serba Guna
Penunjang
2
TS
1100
1430 m2
Mushola
30 m
AS
4
120 m2
Toilet Umum
0.05 m2 /room
NAD
1
27 m2
Gudang Perlengkapan
100 m2
AS
1
100 m2
Gymansium
0.9 m2/room
NAD
1
480 m2
Restauran
2
0.6 m /room
NAD
1
321m2
Laundry dan linen
0.7 m2 / room
NAD
1
304 m2 3210m2
Total Luas Pelayanan Ruang Penunjang
Jenis
I V .
Servis
Kapasitas/Ju
Luas
mlah
Ruang
AS
2
200 m2
80 m2
AS
2
160 m2
R.Pompa
100 m2
AS
2
200 m2
Area Penampungan Shaft
36 m2
AS
4
144 m2
TPS
2
64 m
AS
2
128 m2
Gudang
64 m2
AS
2
128 m2
Kebutuhan Ruang
Standart
Sumber
R.Genset
100 m2
R.Panel
3 .
960m2
Total Luas Pelayanan Ruang Servis
9 . IV.3.9. Analisis Zoning Zoning Vertical Tabel IV.3.9.1.1Alternatif zoning vertikal Variasi Zoning
Kelebihan
Kekurangan
Area servis mudah
Terdapat sebagian area
dijangkau dari setiap unit
publik yang dekat
ruangan, Susunan zoning
dengan area servis
lebih terarah.
107
Area publik yang cukup
Setiap area publik dan
banyak
privat berdekatan dengan area servis
Privat
Publik
Servis
Berdasarkan penentuan zoning vertikal yang dikaitakan dengan fungsi, kegiatan yang ada didalamnya maka dipilihlah alternatif 1. Hal ini juga ditentukan dari beberapa pertimbangan : •
orientasi massa bangunan yang menghadap ke Utara dan Selatan sehingga sisi Timur dan Barat baik untuk area servis karena akan mendapat akumulasi radiasi panas matahari yang lebih panjang
•
Bagian private di buat di tepi untuk menghindari crossing antara pengguna bangunan karena semua penghuni pasti melewati bagian semi publik terlebih dahulu (lobby). Orientasi dari zoning private ini mengarah pada Utara maupun Selatan
•
Bagian private terbagi menjadi 2 massa bangunan agar udara bisa mengalir di antara bangunan
•
Bagian semi public untuk menerima tamu-tamu yang masuk, dipusatkan pada tengah bangunan. Private dan semipublik disini dimaksudkan dari pengkategorian
atlet, berdasarkan lama tinggalnya di dalam wisma tersebut. Untuk yang lama tinggalnya seperti hotel (jangka waktu singkat), berarti semi publik. Tetapi untuk atlet yang tinggalnya lama (karantina) maka berada pada zoning private Penggolongan ini terjadi agar tidak ada persilangan antara atlet yang memang tinggal dalam waktu lama atau hanya tamu/lawan tanding yang bersifat sementara.Pertimbangan lain dengan adanya 2 kelompok massa bangunan yang bersebrangan adalah agar tim kandang atau tim tandang bisa tinggal dalam lingkungan yang sama namun dengan 2 bangunan yang berbeda.
108
Gambar IV.3.9.1.1Skema Kegiatan Penghuni Wisma Atlet
Semi Publik Private
Se rvi ce
Private Publik
Ser vic e
Zona Publik berisi fasilitas penunjang.Zona ini diletakan pada lantai dasar agar tidak mengganggu lantai-lantai lainnya yang bersifat hunian yang butuh privasi. Pembagian zoning ini didasarkan karena pada lantai dasar akan lebih banyak arus manusia yang masuk, sehingga ruangannya lebih bersifat semi publik ataupun publik. lantai dasar digunakan untuk keperluan publik, misalnya lobby resepsionis, ruang pertemuan bahkan retail-retail kecil untuk kebutuhan atlet, dan kantor pengelola gedung. Semi publik untuk ruang-ruang serbaguna yang bisa di akses oleh umum. IV.3.9.2 Zoning Horizontal Zoning dilakukan berdasarkan analisa kondisi lingkungan secara fisik dan juga nonfisik dengan menerapkan sisi positif dari setiap analisa. Maka zoning Horizontal ditujukan untuk mengklasifikasi penggunaan ruang secara publik, semipublik maupun service. Gambar IV.3.9.2.1Zoning horizontal Set vic e
Private Semi Publik Private Set vic e
109
a.
Analisa zoning lantai 1 – 2 Gambar IV.3.9.2.2Analisa zoning horizontal Lt 1-2 Servis
b.
Area penunjang
Publik
Area penunjang
Servis
Analisa zoning lantai 2 – 12 Gambar IV.3.9.2.3Analisa zoning horizontal Lt 5 - 20 servis
Unit Hunian
Semi Publik
Unit Hunian
R.bers ama
c.
servis
R.bers ama
Analisa Zoning lantai 12-24 Gambar IV.3.9.2.4. Analisa zoning horizontal Lt 5 - 20 servis
servis Semi Publik
R.bers ama
R.bers ama
IV.3.10Analisa Susustainable Desain Sustainable desain adalah topik yang saya ambil untuk perancangan Wisma Atlet ini, oleh karena itu disini dibahas mengenai sistem yang dapat menunjang dan dapat digunakan agar tercapainya efisiensi dalam penggunaan energi. •
Dengan mengoptimalkan penghawaan alami pada 10 lantai unit hunian (jangka panjang) dari rata-rata 16 lantai (total) maka penghematan energi maksimal adalah 60% dibanding bangunan serupa dengan penghawaan buatan. Penurunan suhu maksimal yang bisa didapat dengan memasukkan aliran udara 1.5 m/s (setelah dikurangi kecepatannya) adalah sebesar 2.2°C. Menurut jurnal Bapak Tri Harso Karyono (Pohon sebagai penyejuk dan pembersih udara kota,dimensi arsitektur, laporam teknis berkala Arsitektur, vol 10, No.1, Januari 2002, p62-65) 1 derajat bisa menghemat hampir 10% total energi penghawaan. Jadi minimal penghematan energi hingga 20%.
110