BAB IV ANALISIS
Analisis permasalahan yang ada dilakukan berdasarkan pada metode Broadbent yang berisi pembahasan mengenai aspek manusia, aspek bangunan, dan aspek lingkungan. 4.1
Aspek Manusia Analisis aspek manusia ditinjau dari perilaku istirahat atlet dengan memperhatikan pola teritori dan privasi atlet. Faktor-faktor yang mempengaruhi teritori yaitu karakter personal seseorang seperti usia, jenis kelamin, sikap. Selain daripada karakter personal, teritori juga dipengaruhi oleh sosial budaya serta latar belakang budaya seseorang. 4.1.1
Pelaku dan Karakteristiknya, Jenis Kegiatan Pelaku kegiatan yang utama dalam wisma atlet ini adalah atlet yang berasal dari berbagai daerah asal dan berkecimpung didalam cabang olahraga yang berbeda pula. Selain itu, pelaku kegiatan didalam wisma atlet juga dari pengelola, pengunjung umum dan khusus seperti media/wartawan, dan pelatih dari masing-masing cabang olahraga.
Gambar 4.1 Grafik Kegiatan Harian Atlet
Kegiatan Harian Atlet Briefing 9%
Istirahat 54%
Test kesehatan 8%
Latihan fisik 29%
39
Berdasarkan hasil analisis kegiatan harian atlet, kegiatan istirahat didalam wisma atlet sangat dominan, mencapai lebih kurang 13 jam, termasuk didalamnya kegiatan tidur, makan, dan jam bebas. Kegiatan atlet lainnya yaitu briefing, melakukan test kesehatan, dan kegiatan utama diluar wisma yaitu latihan fisik yang meliputi pemanasan pagi dan sebelum latihan, pendinginan, serta latihan yang sesuai dengan cabang olahraga yang digeluti.
Analisis Pola dan Jenis Kegiatan Istirahat Atlet Berdasarkan hasil survei lapangan, kegiatan istirahat atlet memiliki karakteristik unik pada tiap personal. Dari sekian banyak populasi atlet yang akan dianalisis, penulis mengambil sampel berdasarkan cabang olahraganya: •
Atlet basket: 15 orang
•
Atlet atletik: 10 orang
•
Atlet voli: 15 orang
•
Atlet taekwondo: 10 orang
•
Atlet sepakbola: 22
•
Atlet renang: 8 orang
orang Perilaku istirahat atlet pada setiap cabang olahraga, memiliki pola yang berbeda-beda, khususnya pola atlet dari cabang olahraga ber-regu yang sangat berbeda dengan atlet yang berasal dari cabang olahraga individu. Berikut ini adalah hasil pengamatan perilaku istirahat atlet di lapangan berdasarkan jenis cabang olahraganya: •
Atlet dari cabang olahraga ber-regu Atlet ini memiliki kriteria seperti, lebih senang berkumpul bersama teman-teman se-timnya sekadar untuk berbincang atau bercanda. Selain itu, dalam memanfaatkan waktu istirahatnya pun atlet ini akan lebih senang berkumpul bersama teman diluar wisma, memanfaatkan taman untuk tetap berada didalam teritori kelompoknya.
•
Atlet dari cabang olahraga individu Atlet ini cenderung menutup diri, bahkan senang berada didalam ruangan tertutup ketimbang berada di lingkungan luar wisma bersama dengan teman-teman sesame atlet. setelah berlatih, atlet ini
40
akan segera memasuki wilayah privasi mereka seperti ruang tidur, bahkan sangat jarang memanfaatkan taman disekitarnya. Berdasarkan penyebaran kuesioner untuk mengetahui kebutuhan atlet dalam memenuhi kegiatan istirahatnya, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.1 Analisis Perilaku Istirahat Berdasarkan Usia
Kriteria
Jumlah Atlet
Privasi & Teritori Tidak Penting Persen Penting
Fasilitas Dalam Wisma
Fasilitas Luar Wisma
15-20
11
8
3
72.7%
7
4
21-25
41
35
6
85.4%
11
30
26-keatas
28
28
0
100%
20
8
Total
80
71
9
88.75%
38
42
Dari hasil analisis, seluruh atlet yang berusia 26 tahun keatas lebih mementingkan privasi dan teritori tetap terjaga, atlet pada usia ini juga lebih banyak menggunakan fasilitas yang berada didalam wisma. Hal ini sangat bertolak belakang dengan atlet yang berusia dibawah 26 tahun. Atlet usia 15-20 juga cenderung senang berada didalam wisma daripada diluar wisma.
Gambar 4.2 Analisis Penggunaan Ruang Berdasarkan Usia
41
Tabel 4.2 Analisis Perilaku Istirahat Berdasarkan Jenis Kelamin
Kriteria
Jumlah Atlet
Privasi & Teritori Tidak Penting Persen Penting
Fasilitas Dalam Wisma
Fasilitas Luar Wisma
Pria
48
39
9
81.25%
14
34
Wanita
32
32
0
100%
24
8
Total
80
71
9
88.75%
38
42
Berdasarkan sampel atlet pria dan wanita, didapat jumlah pria melebihi jumlah wanita. Dengan demikian analisis perilaku istirahat berdasarkan jenis kelamin, atlet yang cenderung memperhatikan privasi dan teritori yaitu atlet wanita, karena dari jumlah sampel atlet wanita, seluruhnya menyatakan privasi dan teritori adalah penting. Penggunaan fasilitas luar wisma lebih cenderung pria dengan jumlah 28 atlet dari 48 sampel atlet pria.
Gambar 4.3 Analisis Penggunaan Ruang Berdasarkan Jenis Kelamin
42
Tabel 4.3 Analisis Perilaku Istirahat Berdasarkan Cabang Olahraga
Privasi & Teritori Tidak Penting Persen Penting
Jumlah Atlet
Kriteria
Fasilitas Dalam Wisma
Fasilitas Luar Wisma
Basket
15
12
3
80%
5
10
Volley
15
12
3
80%
6
9
Sepak bola
22
19
3
86.4%
4
18
Taekwondo
10
10
0
100%
10
-
Atletik
10
10
0
100%
5
5
Renang
8
8
0
100%
8
-
Total
80
71
9
88.75%
38
42
Berdasarkan cabang olahraga, atlet yang berasal dari cabang olahraga ber-regu lebih cenderung menyenangi fasilitas luar wisma, sedangkan atlet olahraga individu sangat sedikit yang menyenangi fasilitas luar wisma. Jumlah atlet yang mementingkan privasi dan teritori sebanyak 71 atlet dari total 80 atlet.
Gambar 4.4 Analisis Penggunaan Ruang Berdasarkan Cabang Olahraga
20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
19
12
18
12 10 5
10 10
9
10 8 8
6
5 5
4 0
Basket
Volley
Privasi&Teritori
Sepak bola
Taekwondo
Fasilitas Dalam Wisma
0 Atletik
Renang
Fasilitas Luar Wisma
43
Tabel 4.4 Analisis Perilaku Istirahat Berdasarkan Budaya
Kriteria
Jumlah Atlet
Privasi & Teritori Tidak Penting Persen Penting
Fasilitas Dalam Wisma
Fasilitas Luar Wisma
Jakarta
32
28
4
87.5%
8
24
Jawa
16
14
2
87.5%
12
4
Sumatera
18
15
3
83.3%
10
8
Lain-lain
14
14
0
100%
8
6
Total
80
71
9
88.75%
38
42
Berdasarkan hasil analisis berdasarkan budaya atlet, sejumlah 32 atlet yang berasal dari kota Jakarta, angka ini cukup dominan dibanding dengan daerah lain seperti Jawa 16 atlet, Sumatera 18 atlet, dan daerah lainnya sebanyak 14 atlet. Namun, atlet asal Jakarta pula yang paling banyak menginginkan fasilitas di luar wisma sebagai tempat istirahatnya, sedangkan atlet yang berasala dari daerah luar Jakarta lebih cenderung menggunakan fasilitas didalam wisma.
Gambar 4.5 Analisis Penggunaan Ruang Berdasarkan Budaya
44
Kesimpulan dari analisis perilaku istirahat atlet, yaitu atlet lebih dominan mementingkan privasi dan teritorinya saat istirahat. Mereka tidak ingin ada gangguan saat mereka beristirahat baik secara individu maupun berkelompok dengan teman, didalam maupun diluar wisma atlet. Selain itu, dari analisis perilaku istirahat didapat pula kenyataan bahwa
atlet
lebih
senang
memanfaatkan
ruang
luar,
namun
perbandingannya sangat tipis dengan atlet yang cenderung lebih senang berada didalam ruang/wisma. Oleh
sebab
itu,
perancangan
ruang-ruang/fasilitas
yang
digunakan atlet saat beristirahat harus memperhatikan privasi serta teritori mereka meskipun mereka berada didalam 1 ruangan. Mungkin dengan memberikan pembatas-pembatas ruang yang tidak terlihat nyata namun dapat membuat atlet merasa nyaman dan aman (terbebas dari gangguan didalam teritorinya).
Gambar 4.6 Analisis Perilaku Istirahat Atlet
Fasilitas Luar Wisma 26% Peduli Privasi & Teritori 44% Fasilitas Dalam Wisma 24% Tidak Peduli Privasi & Teritori 6%
45
Pola perilaku istirahat atlet dilihat dari karakteristik atlet pelatnas, berupa: •
Usia
15-20,
pria,
cabang
olahraga
ber-regu
=
cenderung
menggunakan fasilitas luar wisma. Sedangkan olahragara individu = cenderung menggunakan fasilitas didalam wisma. •
Usia 15-20, wanita, cabang olahraga ber-regu maupun individu = akan lebih menggunakan ruang dalam wisma.
•
Usia 21-25, pria, cabang olahraga ber-regu maupun individu = cenderung menyukai fasilitas diluar wisma atlet.
•
Usia 21-25, wanita, cabang olahraga ber-regu = cenderung menggunakan fasilitas diluar wisma. Sedangkan olahraga individu = akan lebih menyukai berada didalam wisma.
•
Usia 26 keatas, pria, cabang olahraga ber-regu = akan menggunakan fasilitas diluar wisma. Cabang olahraga individu = akan berada didalam wisma untuk beristirahat.
•
Usia 26 keatas, wanita, cabang olahraga ber-regu maupun individu = akan berada didalam wisma untuk beristirahat.
•
Atlet yang lebih banyak menggunakan fasilitas diluar wisma berasal dari daerah yang dominan, yaitu Jakarta. Sedangkan atlet yang lebih cenderung menggunakan fasilitas dalam wisma berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Menurut pola perilaku atlet yang beragam, dapat disimpulkan
bahwa, lebih banyak atlet yang menyenangi fasilitas ruang luar, sehingga perancangan fasilitas wisma atlet dapat dititikberatkan pada fasilitas ruang diluar bangunan hunian namun tidak keluar dari tapak bangunan. Fasilitas tersebut dapat berupa fasilitas kantin, taman, serta plaza.
Analisis Alur Kegiatan Pelaku kegiatan didalam wisma meliputi atlet, pelatih, pengelola, dan pengunjung. Namun, dalam penelitian ini kegiatan atlet yang paling diutamakan dan menjadi pusat perhatian peneliti sehingga analisis kegiatan pengguna lainnya tidak akan dibahas terlalu dalam.
46
•
Atlet Berikut ini adalah jadwal kegiatan dari hasil survei lapangan: Pada hari kerja (Senin-Jumat) 05.00-07.00 = Olahraga pemanasan 07.00-08.00 = Sarapan 08.00-10.00 = Briefing 10.00-12.00 = Test kesehatan (fisik dan psikis) 12.00-13.00 = Makan siang dan persiapan latihan 13.00-18.00 = Latihan fisik, pemanasan dan pendinginan 18.00-21.00 = Istirahat, makan malam, waktu bebas 21.00-05.00 = Tidur
Gambar 4.7 Skema Alur Kegiatan Atlet (Senin-Jumat)
Olahraga/Pemanasan
Istirahat/Sarapan
Briefing
Test Kesehatan
Istirahat/Makan Siang
Latihan Fisik
Istirahat/Makan Malam
Tidur
47
Adapun kegiatan atlet pada akhir minggu dan kegiatan saat menjelang musim pertandingan dimulai adalah sebagai berikut: Jadwal atlet pada akhir minggu (Sabtu-Minggu): 05.00-07.00 = Olahraga pemanasan 07.00-08.00 = Sarapan 08.00-10.00 = Briefing 10.00-21.00 = Waktu bebas Kegiatan atlet dalam mempersiapkan pertandingan: 05.00-07.00 = Olahraga pagi/pemanasan 07.00-08.00 = Sarapan 08.00-10.00 = Briefing 10.00-12.00 = Test kesehatan (fisik dan psikis) 12.00-13.00 = Makan siang 13.00-15.00 = Latihan, pemanasan dan pendinginan 15.00-18.00 = Waktu bebas 18.00-19.30 = Istirahat dan makan malam 19.30-21.00 = Briefing 21.00-05.00 = Tidur •
Pengelola Wisma Pengelola wisma berfungsi sebagai penyedia kebutuhan atlet didalam wisma. Berikut ini adalah kegiatan yang biasa dilakukan oleh pengelola: a. Melayani kegiatan operasional b. Melayani kegiatan administrasi c. Melayani kegiatan servis d. Melayani kegiatan lainnya yang bersangkutan dengan wisma dan atlet yang tinggal didalamnya.
48
Gambar 4.8 Skema Kegiatan Pengelola Wisma
Datang
Operasional
Bekerja
Administrasi
Servis Lain-lain
Pulang •
Pengunjung Umum dan Khusus Terdapat 2 golongan pengunjung yaitu umum dan khusus. Pengunjung umum merupakan pengunjung yang berstatus teman, keluarga, kerabat lainnya, sedangkan pengunjung khusus merupakan pengunjung dari rekan-rekan media/wartawan yang datang untuk kepentingan khusus seperti mewawancarai atlet dan pelatih.
Gambar 4.9 Skema Kegiatan Pengunjung
Datang
Wawancara Jumpa Pers
Berkunjung • Media • Umum
Bertamu Lain-lain
Pulang •
Pelatih Kegiatan pelatih didalam wisma maupun ditempat latihan memiliki kesamaan dengan kegiatan atlet, karena kegiatan antara atlet dan pelatih saling terhubung. Hampir seluruh kegiatan atlet ditentukan oleh pelatih, kecuali pada waktu bebas atlet.
49
Gambar 4.10 Skema Kegiatan Pelatih
Olahraga/Pemanasan Sarapan Menyusun Strategi
Briefing
Test Psikis Test Fisik
Konseling Atlet
Latihan
4.1.2
Pengguna, Sifat, Kebutuhan Ruang Atlet sebagai pengguna ruang memiliki pertimbangan untuk menggunakan ruangan, pertimbangan dapat berupa kebutuhan privasi serta teritori yang membuat atlet akan merasa nyaman apabila menggunakan sebuah ruangan untuk beristirahat. Kebutuhan Ruang Berdasarkan hasil studi banding baik studi lapangan dan studi literature, maka dapat disimpulkan beberapa ruang yang dapat digunakan khususnya oleh atlet serta pengguna lain seperti pengelola, pengunjung, dan pelatih. Ruang-ruang yang disediakan didalam wisma, antara lain: •
Ruang tidur lengkap dengan kamar mandi
•
Restoran/Cafetaria
•
Ruang rekreasi berikut dengan hall of fame
•
Kantor pengelola
•
Ruang media
•
Internet centre/games centre
•
Fitness centre
•
Poliklinik
•
Kebutuhan ruang lainnya, seperti lobby/plaza, minimarket/retail, laundry, Bank/ATM, ruang serbaguna, ruang utilitas, dan parkir.
50
Berdasarkan hasil survei dan analisis kebutuhan ruang istirahat atlet, maka didapatkan ruang-ruang yang dapat digunakan oleh atlet untuk mengisi waktu istirahat, antara lain: •
Taman/gazebo
•
Ruang tidur
•
Plaza Tabel 4.5 Kebutuhan Ruang
Ruang
Aktivitas
Syarat Ruang
Teritori
Bersih, rapi, terawat, sirkulasi, penghawaan dan pencahayaan baik, kontrol suara baik Bersih, sirkulasi, pencahayaan dan penghawaan baik, luas
Primer
Duduk-duduk, istirahat, berkumpul dengan teman, menerima tamu Kerja, pusat informasi olahraga
Mendapat cahaya, udara, dan sirkulasi yang baik, bersih, kering, luas
Publik
Pencahayaan pengudaraan, dan kontrol suara yang baik, bersih
Primer
Wawancara atlet
Pencahayaan dan pengudaraan baik, bersih, kedap suara
Sekunder
Bermain internet, komunikasi dunia maya, permainan menggunakan elektronik
Bersih, penghawaan dan pencahayaan baik, sirkulasi baik, aman
Publik
Hunian • Ruang tidur • Kamar mandi • Ruang jemur
Istirahat, tidur, mandi, dan sebagainya
Restoran/Cafetaria • Dapur • Ruang cuci • Gudang • Toilet umum • Ruang saji • Area kasir • Ruang makan Ruang Rekreasi • Ruang duduk • Hall of fame
Makan, minum
Kantor Pengelola • Receptionist • Kantor cabang olahraga • Toilet Ruang Media • Panggung • Ruang kontrol • Gudang Internet and Games Station • Receptionist • Ruang IT support • Electronic games
Publik
51
Fitness Centre • Receptionist • Toilet • Sauna • Ruang loker • Ruang fitness Poliklinik • R. Periksa • R. Rawat • R. Massage • R. Tunggu • Toilet Lobby/Plaza • Receptionist • Area tunggu • Kantor pengelola • Minimarket • Toilet umum Minimarket/Retail • Ruang pengelola • Toilet karyawan • Ruang jualan • Area kasir Ruang Serbaguna • 2 hall besar • Toilet Jasa Laundry • Receptionist • Ruang cuci • Ruang tunggu Bank/ATM • Teller bank • Customer Service • Ruang ATM • Kantor pengelola • Ruang keamanan Ruang Utilitas • R. Trafo • R. Genset • R. Pompa • R. Mesin lift • R. Reservoir atas dan bawah • STP
Olahraga ringan
Bersih, pencahayaan dan penghawaan baik, sirkulasi lancar dan baik
Publik
Perawatan bagi atlet yang mengalami cedera, pemulihan dari kelelahan setelah berlatih
Bersih, penghawaan, sirkulasi, pencahayaan baik
Sekunder
Duduk-duduk, berkumpul bersama teman, menerima tamu, tempat janji bertemu
Bersih, luas, pencahayaan, sirkulasi, dan cahaya baik
Publik
Belanja keperluan pribadi, belanja oleh-oleh
Bersih, luas, memiliki sirkulasi, cahaya serta udara yang baik
Publik
Melaksanakan event besar, seminar
Luas, ruang bebas kolom, besar, bersih, cahaya dan udara baik
Publik
Mencuci pakaian
Bersih, tidak lembab, cahaya serta udara baik
Sekunder
Menabung, menukar uang, mengambil uang
Rapi, bersih, sirkulasi, cahaya, dan udara baik, tidak bising, keamanan tinggi
Publik
Kontrol ME
Bersih,kering, sirkulasi baik, proteksi tinggi
Primer
52
Parkir • Mobil • Motor
Parkir kendaraan
Luas, sirkulasi baik, rapi, bersih
Publik
Taman
Bersantai, berkumpul bersama teman
Bersih, rapi, indah, sirkulasi baik, asri
Publik
Analisis Ruang Terkait Tema Ruang-ruang yang sering digunakan oleh atlet dalam mengisi waktu istirahat, diantaranya yaitu ruang tidur, area taman, serta plaza. Dimana area-area tersebut memiliki tingkat privasi yang berbeda-beda serta jenis teritori yang berbeda pula. Tingkat privasi tertinggi berada pada ruang tidur. Ruang ini juga merupakan teritori primer yang dibutuhkan atlet untuk melakukan kegiatan istirahat utama mereka, yaitu tidur.
Gambar 4.11 Sketsa R. Tidur Atlet Olahraga Ber-regu
Teritori Berkumpul Teritori Tidur
Pada gambar 4.11, penataan perabot disusun berdasarkan kebiasaan atlet olahraga ber-regu yang cenderung menggunakan area yang cukup luas untuk berkumpul bersama teman-temannya, sehingga dibuatlah area kosong yang cukup luas dan diberi perabot sofa agar atlet merasa nyaman berada didalam teritorinya.
53
Gambar 4.12 Sketsa R. Tidur Atlet Olahraga Individu
Teritori Privat
Teritori Tidur
Sedangkan pada gambar 4.12, ruang ini digunakan oleh atlet olahraga individu. Ruang ini lebih mengutamakan privasi sehingga hanya dapat diisi oleh 2 orang didalam 1 ruang tidur. Pembagian teritori didalam ruang tidur individu serupa dengan pembagian teritori pada ruang tidur ber-regu, namun teritori berkumpul pada ruang ber-regu digunakan sebagai ruang untuk menjaga privasi atlet. Pada teritori privat ini diisi oleh meja serta lemari pakaian, sedangkan tempat tidur atlet berada didalamnya sehingga pada saat buka pintu, orang lain tidak dapat langsung melihat apa yang ada didalamnya. Maka privasi pun dapat terjaga dengan baik. Area selain ruang tidur yang dapat digunakan oleh atlet yaitu taman. Dengan keterbatasan lahan tapak wisma atlet maka penulis ingin menyampaikan
alternatif
taman
yaitu
menggunakan
taman
gantung/taman yang berada diatas bangunan. Taman gantung selain dapat lebih menghemat lahan, taman dapat pula dijadikan sebagai estektika, dimana area ini dibentuk sedemikian rupa sehingga banyak mata yang ada tertuju pada wisma ini. Tidak lepas dari tema, taman gantung ini dapat berfungsi dengan baik dalam memenuhi kebutuhan teritori sekunder atlet yaitu, istirahat diluar unit area hunian.
54
Luasan Ruang Setelah didapat kebutuhan ruang dalam maupun luar wisma atlet, maka kemudian luasan ruang tersebut dapat ditentukan berdasarkan kapasitas, jumlah ruang, standar ruang, dan standar sirkulasi. Luasan Kebutuhan Ruang Dalam Wisma Berdasarkan kebutuhan ruang pada analisis manusia, kebutuhan dimensi ruang pada wisma atlet, antara lain: Jumlah unit
: 300 unit ruang tidur
Asumsi
: @ 2-4 orang atlet
Total penghuni
: 600-1200 penghuni Tabel 4.6 Dimensi Hunian
Standar (m2)
Ruang Ruang tidur type A Ruang tidur type B Kamar mandi Balkon
12 12 4
Kapasitas 4 orang 2 orang 1 orang
Total Luasan (m2) 180 kamar 30 5400 120 kamar 25 3000 300 kamar 4 1200 7.5 173 1297.5 Luas hunian 10897.5 Jumlah Kamar
Luasan (m2)
Kebutuhan unit hunian yang didapat, dimensi kamar untuk cabang olahraga ber-regu memiliki luasan yang lebih besar karena selain jumlah atlet yang menempati kamar tersebut lebih banyak, atlet beregu juga membutuhkan ruang yang besar untuk beristirahat, ukuran tersebut setara dengan ukuran kamar hotel bintang 3. Ruang tidur bagi atlet individu berukuran lebih kecil agar mendapatkan suasana yang lebih privat didalam kamar, ukuran kamar individu sebanding dengan ukuran kamar pada hotel bintang 1. Jumlah kamar yang tersedia berbeda karena atlet ber-regu berjumlah lebih banyak dibandingkan atlet individu. Perbandingan jumlah kamar yaitu 1:1,5. Perbandingan tersebut maksudnya adalah setiap 1 kamar individu berbanding 1,5 kamar beregu. Angka perbandingan didapat dari perbandingan jumlah atlet individu dan berregu yang diteliti. 55
Tabel 4.7 Fasilitas Penunjang
Standar (m2/orang) 1.5 Lobby/plaza Ruang rekreasi 1.5 Internet and Games Station 3.5 Poliklinik 2 R. Serbaguna 1.5 Toilet umum 3 Ruang
Kapasitas 270 160 500 5
Jumlah
1 1 1 1 2 8 Total 15
Luasan (m2) 163 410 580 770 815 640 3378
Tabel 4.8 Dimensi Tenant
Ruang Retail* Fitness centre Ruang Sauna Ruang Ganti Restoran Dapur Coffee Shop
Standar (m2/orang) 3.5 7 3 2 4 30 /unit 4
Kapasitas 80 12 6 250 100
Jumlah
3 1 2 2 1 1 1 Total 11
Luasan (m2) 270 586 72 165 1042 318 440 2893
*) Retail berupa mini market, laundry, pertokoan, dan bank.
Tabel 4.9 Dimensi Pengelola
Ruang Kantor pengelola Ruang rapat Kantor cabor* Ruang media Gudang Ruang kontrol Ruang sekuriti Pantry Ruang utilitas
Standar (m2/orang) 2 2.4 4.5 6 3 6 3 3 22.5
Kapasitas 20 7 10 70 5 2 2 10 4
1 2 10 1 1 14 2 1 1 Total 33
Jumlah
Luasan (m2) 74 124 652 442 18 252 12 52 267 1893
*) Kantor cabang olahraga yang ada di Gelora Senayan.
56
Kapasitas ruang pada fasilitas penunjang dan ruang tenant berdasarkan dari 5%-50% asumsi jumlah minimum atlet yang diperkirakan akan menempati wisma atlet tersebut.
Luasan Kebutuhan Ruang Luar Wisma Kebutuhan ruang luar wisma dapat berupa taman dan lapangan parkir bagi kendaraan bermotor. Kapasitas parkir motor dan mobil disesuaikan dengan standar parkir untuk hotel bintang 2-3, yaitu 1:7, maksudnya adalah setiap 7 lot parkir mewakili 1 unit kamar. Hal ini dikarenakan, atlet tidak membawa kendaraan pribadi ke wisma sehingga parkir hanya dibutuhkan untuk pengunjung dan pengelola.
Tabel 4.10 Kebutuhan Parkir Mobil dan Motor
Parkir (Rasio 1:7) Mobil Motor Bus
•
Standar Kapasitas (m /kendaraan) 44 12.5 44 2 5 4.8 Total
Luasan (m2)
2
550 88 24 662
Massa bangunan : Podium
: Tunggal
Tower hunian : Majemuk •
Luas lahan
: ± 10.891 m2
•
Jumlah lantai
: 24 lapis
•
KDB
: 20% = 2.178,2 m2
•
KLB
: 2,5 = 27.227,5 m2
•
Luas bangunan
: Hunian + Fasilitas + Tenant + Pengelola + Parkir : 10897.5 + 3378 + 2893 + 1893 + 331 = 19392.5 m2
Skema Hubungan Ruang Hubungan ruang terdiri dari 2 jenis, diantaranya yaitu hubungan makro yang merupakan hubungan ruang diatas lahan tapak. Hubungan 57
ruang mikro, merupakan hubungan ruang yang berada didalam bangunan. •
Hubungan ruang makro Hubungan ruang makro didalam tapak wisma atlet/wisma fajar, Senayan, terjadi sebagai berikut:
Gambar 4.13 Hubungan Ruang Makro
Entrance
•
Parkir
Parkir
Taman
Kantor
Wisma Atlet
Fasilitas
Side Entrance & Out
Servis
Hubungan ruang mikro
Gambar 4.14 Hubungan Ruang Hunian
Entrance Kamar mandi Ruang tidur
Balkon
Gambar 4.13 Hubungan Ruang Fasilitas Penunjang
Kantor
Lobby
Poliklinik
Plaza Toilet
Toilet
R. Media
R. Utilitas
58
Gambar 4.15 Hubungan Ruang Tenant
Laundry
Lobby
Restoran
Toko
Minimarket
Fitness Centre
Bank
Gambar 4.16 Hubungan Ruang Pengelola
Ruang Media
4.2
Entrance
Toilet
Receptionist
Ruang Rapat
Kantor Pengelola & Cabang olahraga
Pantry
Aspek Lingkungan Lahan tapak wisma atlet memiliki beberapa peraturan bangunan yang ditetapkan oleh RUTRK, diantaranya: •
Luas lahan
: ± 10.891 m2
•
Massa bangunan
: Tunggal
•
Jumlah lantai maksimal
: 24 lantai
•
KDB
: 20% * 10.891 m2 = 2.178,2 m2
•
KLB
: 2,5 * 10.891 m2 = 27.227,5 m2
•
GSB
:
Utara
: 10 meter
Selatan
: 8 meter
Timur
: 0 meter
59
Barat •
: 0 meter
Batas lahan
:
Utara
: Jalan Pintu Satu Senayan
Selatan
: Jalan Manila, Kebayoran Lama
Timur
: Hotel Athlete Century park
Barat
: Gedung KONI Pusat
4.2.1 Analisis Kondisi Sekitar Tapak Tapak yang berada di jalan pintu satu, Senayan, Jakarta Pusat ini diajukan sebagai proyek wisma atlet pelatnas. Hubungan timbal balik antara proyek wisma atlet dengan lingkungan sekitarnya sangat diperlukan demi tercapainya proyek yang baik dan bermanfaat maksimal khususnya sebagai tempat untuk atlet melepas lelah setelah berlatih. Fasilitas-fasilitas yang tersedia disekitar tapak yang dapat dimanfaatkan untuk mengembalikan stamina melalui refreshing atau istirahat, antara lain: Tabel 4.11 Fasilitas Sekitar Tapak
Elemen Lingkungan Kawasan Gelora Senayan
Ciri-ciri
Potensi Tapak
•
Bersih dan luas
Terletak disisi utara wisma,
•
Ramai terutama saat
lokasi strategis dengan
latihan
pemandangan pepohonan
Banyak area terbuka
yang rimbun dapat
seperti taman
dimanfaatkan untuk
•
Struktur desain menarik
refreshing.
•
Bersih
Menjadi batas utara wisma,
•
Rapi
tepat didepannya, rumah
•
Sakral
ibadah tersebut dapat
•
Ramai pada waktu-
dimanfaatkan oleh atlet
waktu tertentu
yang beragama Islam untuk
•
Foto 4.1 Kawasan Gelora
Masjid
menjalankan ibadahnya. Foto 4.2 Masjid Al-Bina
60
Hotel Athlete Century Park
•
Bersih, terawat
Berada di sebelah barat
•
Cukup ramai
tapak. Memiliki fasilitas
•
Bangunan tinggi dengan lapangan tenis, kolam
•
banyak jendela kaca
renang, kafe serta restoran
Desain modern
yang dapat dimanfaatkan oleh atlet untuk istirahat.
Foto 4.3 Hotel Atlet
Wisma Serbaguna
•
Bersih
Terletak disebelah selatan
•
Memiliki taman
wisma fajar, dapat berguna
disekitarnya
sebagai ruang pertemuan
Luas
secara formal antara atlet
•
dengan pelatih maupun atlet dengan media. Foto 4.4 Ruang Serbaguna
FX Lifestyle Centre
•
Desain modern
Berada di ujung jalan pintu
•
Suasana nyaman
satu senayan. Sebuah mall
•
Bersih
berkonsep menarik, cocok
•
Ramai
untuk anak muda. Berisi
•
Terbuka untuk umum
restoran, café, bioskop, sampai shopping arcade yang dapat dikunjungi oleh
Foto 4.5 Mall FX
atlet-atlet selepas latihan. Sumber: Survei Lapangan
4.2.2
Kondisi Dalam Tapak Fasilitas didalam tapak baik didalam bangunan maupun diluar bangunan wisma fajar saat ini, diantaranya: •
Bangunan apartemen yang terdiri dari 3 tower, berisi fasilitas tempat tinggal.
•
Taman penghijauan disisi utara wisma.
•
Kantin disisi utara dan selatan wisma.
•
Lapangan parkir disisi selatan wisma.
61
Fasilitas yang Dipertahankan Dilihat dari kondisi fasilitas wisma fajar saat ini, fasilitas wisma yang akan dipertahankan posisinya yaitu lapangan parkir yang berada disisi selatan wisma dan taman penghijauan disisi utara wisma dengan perubahan desain dan kapasitas ruang yang disesuaikan dengan hasil penelitian agar penampilannya lebih layak, menarik, dan fungsional.
Fasilitas yang Diabaikan Adapun fasilitas lainnya yang berada didalam tapak selain daripada fasilitas yang dipertahankan akan diabaikan dan dibuat dengan desain baru serta tata letak ruang yang lebih baik dengan pertimbangan berdasarkan hasil penelitian.
4.2.3
Analisis Matahari dan Angin Analisis Matahari Berdasarkan hukum alam, matahari terbit kurang lebih pada pukul 6.00 pagi dari timur dan tenggelam di sisi barat pada pukul kurang lebih 18.00 sore. Dari penyataan tersebut, sisi timur gedung wisma atlet akan disinari oleh matahari pagi sedangkan sisi barat gedung akan terkena sinar matahari sore, yang dimana matahari sore akan terasa lebih terik dan menyengat.
Tabel 4.12 Analisis Bukaan dan Orientasi Matahari
Alternatif 1
Alternatif 2
Kriteria Cahaya Alami
Barat-Timur Kurang baik
Utara-Selatan Baik
Kenyamanan
Kurang baik
Baik
62
View Sintesa
Kurang baik Baik Berdasarkan hasil penilaian, alternatif 1 kurang baik karena sinar matahari yang masuk kedalam bangunan dapat membuat silau dan lebih panas dibandingkan dengan alternatif 2.
Dari analisis matahari, pada alternatif 1 menunjukkan bahwa orientasi dan bukaan bangunan menghadap arah barat-timur. Akibat dari orientasi dan bukaan seperti tersebut yaitu ketidaknyamanan dalam ruangan yang terkena sinar matahari langsung dan pandangan yang silau. Pada alternatif 2, meskipun sinar cahaya matahari tidak langsung namun ruang dalam bangunan masih akan tetap mendapat cahaya matahari yang baik, tidak silau sehingga kenyamanan dan pandangan pun dapat memenuhi syarat dengan baik.
Gambar 4.17 Analisis Matahari
Private
Semi Private
Timur Publik
Barat
Berdasarkan hasil analisis matahari, arah hadap dan bukaan pada bangunan wisma mengarah sisi utara-selatan, maka penempatan ruang dalam wisma pun harus disesuaikan. Menurut analisa, penempatan ruang privat sebaiknya berada disisi timur matahari sehingga dapat memberi kenyamanan bagi penghuni.
Analisis Angin Pergerakan angin pada dasarnya dari arah selatan menuju ke utara, dari tekanan yang tinggi menuju tekanan yang rendah, serta dari
63
suhu rendah menuju suhu yang lebih tinggi. Angin yang terlalu kencang akan mengganggu kenyamanan aktivitas istirahat atlet terutama pada fasilitas istirahat yang berada di ruang luar wisma, namun begitu pula dengan sebaliknya apabila tidak ada angin. Mencegah terjadinya angin yang terlalu kencang dapat dilakukan penyaringan menggunakan pohon atau dengan melebarkan sirkulasi angin, sedangkan untuk menimbulkan angin maka dapat dilakukan penyempitan sirkulasi angin sehingga angin dapat terasa lebih kencang. Pada wisma fajar, angin dapat dirasakan dibeberapa lokasi yaitu: •
Bagian belakang wisma, area tempat parkir yang berbatasan dengan gedung KONI Pusat.
•
Bagian depan wisma, area taman.
Tabel 4.13 Analisis Angin Terhadap Bangunan
Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 3
Kriteria Kualitas Angin Kurang baik Baik Cukup baik Kuantitas Kurang baik Cukup baik Baik Angin Kenyamanan Kurang baik Baik Cukup baik Berdasarkan hasil penilaian kriteria, alternatif bangunan yang terpilih adalah alternatif 2. Pada alternatif 2, kualitas angin yang dihasilkan tergolong baik (tidak kencang/pelan) dibandingkan dengan alternatif Sintesa lainnya, kuantitas angin pun tidak terlalu banyak sehingga dapat memberikan kenyaman bagi atlet saat berada diarea yang berangin untuk beristirahat.
64
Private
Semi Private
Publik
Gambar 4.18 Analisis Angin
4.2.4 Analisis Polusi Analisis Polusi Udara Polusi udara terbanyak berasal dari arah utara wisma, dimana polusi tersebut disebabkan oleh kendaraan bermotor baik sepeda motor maupun mobil. Polusi udara yang berasal dari kendaraan bermotor sangat tidak baik bagi kesehatan manusia, dalam konteks ini yaitu atlet pelatnas. Udara yang kotor tidak hanya berdampak buruk bagi manusia, tapi juga terhadap material bangunan dalam jangka waktu yang lama.
Gambar 4.19 Polusi Udara
Sumber bau Publik Private Semi Private
Oleh karena polusi udara yang berasal dari arah utara, maka ruang-ruang privat serta fasilitas-fasilitas istirahat di ruang luar wisma yang sering digunakan oleh atlet untuk beristirahat diusahakan diletakkan jauh dari sumber bau. Dari segi arsitektur, kendala polusi udara dapat
65
diatasi pula dengan penanaman pohon untuk menyaring asap-asap kendaraan.
Analisis Polusi Suara Terdapat 3 hal regulasi menyangkut kebisingan, diantaranya kebisingan di lokasi pabrik, kebisingan di lokasi konstruksi bangunan dan kebisingan kendaraan bermotor. Didalam wilayah permukiman, standar kebisingan pada siang hari (pukul 06.00-22.00) ditetapkan maksimal mencapai 50 dB, sedangkan pada malam hari (pukul 22.0006.00) ditetapkan maksimal mencapai 45 dB. Namun pada wilayah industri, ketetapan maksimal kebisingan pada siang hari mencapai 60 dB dan pada malam hari 50 dB. Pada proyek wisma atlet ini, tingkat kebisingan dapat tergolong rendah sehingga tidak dapat berpengaruh buruk pada bangunan wisma. Namun dengan kebisingan yang terjadi, mungkin saja akan mengganggu istirahat atlet apabila letak ruang istirahatnya dekat dengan sumber bising.
Gambar 4.20 Kebisingan
Bising Publik Private Semi Private
SPr
Tidak ada bising Sumber: Survei Lapangan
Sumber kebisingan yang terjadi di dalam tapak berasal dari suara kendaraan bermotor di sisi utara tapak, sedangkan sisi selatan tapak
66
hanya sesekali dilewati kendaraan bermotor sehingga tidak terlalu mengganggu penghuni wisma. Namun untuk menghindarinya terjadi gangguan terhadap kebisingan maka penempatan ruang-ruang privat harus menghindari sumber
bising.
Kebisingan
yang
terjadi
dapat
diatasi
dengan
menggunakan pohon/tanaman lainnya sebagai penyaring suara yang masuk ke dalam gedung. Selain itu, dapat pula menggunakan material bangunan yang dapat meredam suara berlebihan.
4.2.5
Analisis Sirkulasi dan Pencapaian Sebagai pertimbangan analisis sirkulasi dan pencapaian yaitu kemudahan, kenyamanan, dan keamanan bagi atlet saat berjalan kaki serta bagi pengguna kendaraan bermotor. Analisis Sirkulasi Terdapat 2 jenis sirkulasi, diantaranya sirkulasi kendaraan dan sirkulasi manusia. Sirkulasi khususnya mempertimbangkan keamanan dan bagi atlet sebagai pejalan kaki dan juga kendaraan pengunjung wisma, sebaiknya dari kedua aspek tersebut tidak saling mengganggu sehingga terbentuk sirkulasi yang sesuai dengan kriteria, antara lain: •
Tidak terjadi penyilangan antara pejalan kaki dengan kendaraan
•
Efisiensi dan efektivitas lahan
•
Kejelasan alur sirkulasi
•
Pusat orientasi terhadap tapak
Tabel 4.14 Pola Sirkulasi
Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 3
Pejalan kaki Kendaraan
Kriteria 67
Kemudahan
Baik
Kurang baik
Cukup baik
Kenyamanan
Baik
Kurang baik
Cukup baik
Keamanan
Baik Kurang baik Cukup baik Berdasarkan penilaian kriteria, alternatif 1 dilihat dari segi kemudahan, pejalan kaki dan kendaraan masuk pun sangat dapat mengenali pintu masuk yang berada disisi utara. Dari segi kenyamanan dan keamanan pun baik karena sirkulasi pejalan kaki dan kendaraan terpisah dan tidak saling menyilang.
Sintesa
Sirkulasi pada alternatif 1, sirkulasi pejalan kaki tidak terjadi penyilangan terhadap sirkulasi kendaraan. Kriteria kemudahan yang terbentuk dimaksudkan bahwa pejalan kaki memiliki pintu masuk tersendiri dan mudah dijangkau karena posisinya berada ditengah-tengah tapak. Pada segi kenyamanan dan keamanan dimaksudkan karena tidak terjadi penyilangan sirkulasi antara kendaraan dan pejalan kaki, selain itu sirkulasi yang terbentuk pun tidak terjadi perputaran didalam lahan sehingga lahan yang tersisa dapat dimanfaatkan untuk area hijau. Pada alternatif 2, sirkulasi pejalan kaki dan kendaraan tidak terjadi penyilangan sehingga keamanan pejalan kaki cukup terjaga dengan baik, namun efisiensi lahan tidak tercapai karena pada lahan depan wisma tidak digunakan dengan maksimal. Selain itu, tingkat kenyamanan tidak terpenuhi maksimal karena apabila pejalan kaki berjalan pada siang hingga sore hari maka akan terkena sinar matahari dari arah barat. Pada alternatif 3, pejalan kaki dan kendaraan memiliki jalurnya sendiri, efisiensi dan efektivitas lahan pun dapat dimanfaatkan secara maksimal. Tidak terjadi penyilangan antara pejalan kaki dan kendaraan membuat sirkulasi mencapai kriteria aman, nyaman, serta jelas arah sirkulasinya antara pejalan kaki dan kendaraan, namun pada faktor kemudahan tidak dapat terpenuhi karena pejalan kaki yang berasal dari sisi barat wisma akan kesulitan masuk ke dalam tapak. Berdasarkan hasil analisis pola sirkulasi, maka pola sirkulasi yang digunakan pada proyek ini adalah alternatif 1, karena alternatif 1 dapat memenuhi syarat dari beberapa kriteria yang dibutuhkan untuk
68
sirkulasi. Kriteria tersebut berupa kemudahan, kenyamanan serta keamanan pengguna wisma khususnya bagi pejalan kaki.
Analisis Pencapaian Pencapaian yang dimaksudkan yaitu jalur pintu masuk yang memudahkan atlet untuk bolak-balik dari wisma ke gelora senayan serta jalur pintu masuk dan keluar yang menghubungkan wisma atlet dengan potensi lingkungan yang mendukung perilaku istirahat atlet. Pencapaian harus mudah terlihat serta berada dekat dengan potensi-potensi lingkungan sekitar tapak. Terdapat beberapa pola jalan masuk, diantaranya: •
Pola jalan masuk tunggal Semua masuk melalui 1 jalur, pejalan kaki dan kendaraan menggunakan jalur yang sama.
•
Pola jalan masuk ganda Memiliki 2 jalur masuk. Jalan masuk kendaraan dan pejalan kaki terpisah.
•
Pola jalan masuk triple Memiliki 3 jalan masuk, masing-masing untuk pejalan kaki, kendaraan, dan servis.
Tabel 4.15 Pola Pencapaian/Jalan Masuk
: Pejalan
Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 3
Jalan masuk tunggal
Jalan masuk ganda
Jalan masuk triple
kaki : Kendaraan : Servis
Kriteria Kemudahan
Cukup baik
Baik
Kurang baik
Kenyamanan
Kurang baik
Baik
Cukup baik
Keamanan
Kurang baik
Baik
Cukup baik
69
Berdasarkan hasil penilaian kriteria pada pola jalan masuk, alternatif 2 memiliki potensi yang terbaik dibandingkan alternatif lainnya. Sehingga pola pencapaian yang digunakan untuk desain wisma atlet adalah pola pada alternatif 2.
Sintesa
Pola pencapaian pada alternatif 1 menggunakan pola jalan masuk tunggal yang maksudnya adalah pintu masuk hanya ada 1, semua pejalan kaki, kendaraan dan servis hanya dapat keluar masuk melalui 1 pintu. Meskipun efisien bagi semuanya namun tingkat kenyamanan dan keamanan harus diperhitungkan dengan matang. Alternatif 2 menggunakan pola jalan masuk ganda, dimana hanya ada 2 pintu masuk yaitu untuk kendaraan yang digabungkan dengan servis dan pintu masuk untuk pejalan kaki. Alternatif ini memiliki syarat kenyamanan, keamanan, dan kemudahan yang terbaik dibandingkan dengan alternatif lainnya. Kedua pintu masuk mudah dicapai, keamanan dan kenyamanan pejalan kaki pun terjaga dengan baik. Alternatif 3 memiliki 3 pintu masuk karena menggunakan pola jalan masuk triple. Jalan masuk tersebut diantaranya untuk kendaraan, servis, dan pejalan kaki dengan 2 orientasi. Namun, tingkat kemudahan bagi alternatif ini masih harus diperhitungkan karena pintu masuknya berbeda-beda maka kejelasan pintu masuk pun harus ditingkatkan. Berdasarkan hasil analisis pencapaian yang digunakan pada proyek ini yaitu alternatif 2. Pada alternatif ini, pintu masuk manusia hanya ada 1 dan berada ditengah-tengah tapak sedangkan pintu masuk kendaraan berada disisi paling kiri pada orientasi utara tapak.
4.2.6
Analisis Orientasi Bangunan Analisis ini sangat diperlukan untuk menentukan arah hadap bangunan wisma atlet serta bentuk fasad bangunan yang mengikuti arah orientasi dari analisis ini. Beberapa pertimbangan analisis orientasi bangunan yaitu: •
Mengikuti arah hadap utama wisma fajar yaitu sisi utara. Hal ini ditentukan berdasarkan jalan utama yang berada disisi utara wisma.
70
•
Berdasarkan hasil dari analisis matahari dan angin, analisis sirkulasi dan pencapaian, serta view/pemandangan baik ke dalam maupun keluar tapak. Arah orientasi bangunan berdasarkan pada view yang dihasilkan,
orientasi bangunan menuntut arah hadap bangunan menuju sisi utara dan selatan bangunan. Pada analisis matahari, untuk mendapatkan cahaya secara langsung maka orientasi harus disisi timur-barat, sedangkan analisis sirkulasi dan pencapaian dapat menghadap 2 sisi yaitu utaraselatan.
Gambar 4.21 Analisis Orientasi
: View dan Pencapaian
: Arah matahari untuk mendapatkan cahaya langsung
Berdasarkan hasil analisis orientasi bangunan maka orientasi bangunan mengutamakan analisis view dan pencapaian. Oleh karena itu, orientasi bangunan menghadap 2 arah yaitu utara dan selatan dengan alasan bahwa, view yang didapat baik sisi utara maupun selatan bangunan merupakan pemandangan yang baik dan menyejukkan, selain itu pencapaian pintu masuk dari sisi utara dan selatan lebih dapat menunjang atlet.
71
4.2.7 Konsep Penataan Ruang Luar Ruang luar sangat diperlukan untuk dapat berkesinambungan dengan ruang dalam wisma atlet, sehingga mendukung kegiatan istirahat yang berlangsung baik didalam maupun diluar wisma atlet. Dalam perancangan wisma atlet, pemanfaatan ruang luar dapat difungsikan untuk memenuhi kebutuhan kegiatan istirahat atlet diluar wisma. Pada wisma fajar, ruang luar yang terbentuk sekarang yaitu penggunaan taman/penghijauan, lapangan parkir, dan kantin.
Gambar 4.22 Kondisi Eksisting Ruang Luar Wisma Fajar
Kantin Taman Penghijauan
Lapangan Parkir Sumber: Google Maps Indonesia
Berdasarkan hasil survei terhadap atlet, maka jenis ruang luar yang dibutuhkan atlet untuk memenuhi kebutuhan istirahatnya, yaitu: •
Taman/Gazebo Digunakan oleh atlet untuk berkumpul bersama teman-teman serta bersantai sejenak sebelum dan sesudah latihan/pemanasan.
•
Plaza Sebagai tempat pertemuan dengan keluarga dan sanak saudara atau teman yang berkunjung, karena tidak diijinkan membawa tamu kedalam ruang-ruang hunian wisma atlet.
72
Tabel 4.16 Pola Penataan Ruang Luar
: Taman
Alternatif 1
Alternatif 2
Alternatif 3
: Parkir : Plaza Jalan masuk tunggal
Kriteria Estetika
Baik
Cukup baik
Kurang baik
Kenyamanan
Baik
Cukup batik
Kurang baik
Keamanan
Baik Cukup baik Kurang baik Berdasarkan hasil penilaian kriteria, penataan ruang luar pada wisma atlet disesuaikan pada alternatif 1.
Sintesa
Penataan ruang luar pada alternatif 1, estetika tergolong baik dibandingkan dengan alternatif lainnya. Penzoningan lebih teratur seperti area parkir berada disisi selatan, area hunian ditengah dan disekitarnya berisi taman, dengan penzoningan tersebut maka kenyamanan pengguna wisma akan lebih terjaga karena tidak terganggu oleh zoning parkir kendaraan terutama pada saat atlet akan beristirahat diarea taman. Pada alternatif 2, estetika desain cukup baik namun tingkat keamanan serta kenyamanan pengguna tidak cukup baik karena terjadi penyilangan sirkulasi pada taman, harus melewati tempat parkir untuk mencapai taman yang diseberangnya, hal ini diragukan bahwa taman yang berada di sisi barat akan ramai digunakan. Selain itu, untuk pengolahan tampak utara akan terganggu oleh parkir kendaraan. Kekurangan dari alternatif 3 ini yaitu kurangnya area penghijauan diatas tapak dan area parkir dapat mengganggu tampak utara serta selatan dari bangunan. Berdasarkan hasil analisis, pola yang dipakai pada perancangan yaitu alternatif 1, karena pada alternatif ini mengutamakan kenyamanan dan keamanan pengguna serta menjamin privasi dan teritori atlet didalam lingkungan wismanya. Selain itu, penzoningan juga lebih teratur dan terencana dengan baik. 73
4.2.8
Zoning Zoning merupakan kesimpulan dari analisis-analisis lingkungan yang meliputi, antara lain: •
Analisis matahari dan angin
•
Analisis polusi udara dan suara
•
Analisis sirkulasi dan pencapaian
•
Konsep penataan ruang luar
Tabel 4.17 Pola Zoning
Matahari dan Angin
Polusi Udara dan Suara
Sirkulasi dan Pencapaian
Zoning
Keterangan
Penataan Ruang Luar
: Zona Publik : Zona Semi privat : Zona Privat
Berdasarkan hasil analisis lingkungan maka didapatkan konsep zoning tata guna lahan seperti pada tabel 4.17. Ruang-ruang tersebut antara lain: •
Zona Publik: lapangan parkir, drop area, penghijauan/openspace.
•
Zona Semi Privat/Semi Publik: plaza, taman/gazebo, kantin.
•
Zona Privat: unit hunian, taman/penghijauan.
74
4.3
Aspek Bangunan 4.3.1
Pola Massa Bangunan Massa bangunan terdiri dari massa tunggal dan massa majemuk. Masing-masing dari pola massa bangunan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya. Pada massa tunggal, estetika tergantung pada solusi perancangan, namun memiliki efisiensi ruang dan efektifitas lahan yang baik. Sedangkan massa majemuk, segi estetika akan dinilai tinggi namun efisiensi ruang akan ada yang sia-sia. Pada proyek wisma atlet ini, terdapat peraturan yang menyatakan bahwa bangunan yang berdiri harus bermassa tunggal, maka pola massa bangunan tunggal yang dipilih sebagai pedoman dalam pengembangan. Terdapat 2 jenis pola massa tunggal yaitu pola massa tunggal dengan tunggal majemuk. Pola massa tunggal terdiri dari 1 podium dan 1 tower, sedangkan tunggal majemuk terdiri dari 1 podium dan 2 atau lebih tower.
Tabel 4.18 Jenis Pola Massa Tunggal
Alternatif 1
Kriteria View Estetika Efektivitas Ruang Pengudaraan Sintesa
Alternatif 2
Tunggal Cukup baik Cukup baik
Tunggal Majemuk Baik Baik
Cukup baik
Baik
Cukup baik Baik Berdasarkan hasil analisa, jumlah massa bangunan yang mendapat nilai terbanyak yaitu massa tunggal majemuk (memiliki 1 podium dan 2 atau lebih tower).
Pola massa yang baik adalah massa tunggal majemuk. Hal ini dikarenakan, dengan massa tunggal majemuk, angin yang didapatkan akan lebih berkualitas, selain itu, estetika dari massa tunggal majemuk juga lebih dinilai baik dibandingkan hanya bermassa tunggal yang terkesan monoton.
75
Gambar 4.23 Pola Massa
Berdasarkan hasil analisa massa bangunan, maka terbentuklah 2 blok massa yang diperuntukkan sebagai hunian. Kedua blok massa tersebut disusun mengikuti bentuk dari tapak wisma sesuai dengan analisa terhadap orientasi bangunan. Selain itu, pembagian dari unit hunian juga memperhatikan tingkat privasi antara atlet individu dan berregu. Kedua blok disatukan oleh fasilitas wisma. Hal ini diperlukan untuk mencapai peraturan RUTRK yang menyatakan bahwa jumlah massa bangunan adalah tunggal. Area fasilitas dengan blok hunian dihubungkan dengan ramp. Penggunaan ramp dengan pertimbangan agar atlet-atlet penyandang cacat pun dapat turut serta menggunakan fasilitas istirahat di ruang luar dengan nyaman. Selain itu, dengan penggunaan ramp pun atlet dapat lebih merasakan keberadaannya diarea ruang luar.
76
4.3.2
Pola Ruang Bangunan
Tabel 4.19 Pola Ruang
Alternatif 1
Alternatif 2 Balkon
Balkon Unit Kamar Koridor
Unit Kamar Koridor Unit Kamar Balkon
Kriteria Orientasi Estetika Pencahayaan Pengudaraan Privasi Sintesa
Single Loaded Double Loaded Cukup baik Baik Cukup baik Baik Baik Cukup baik Cukup baik Baik Cukup baik Baik Menurut penilaian, pola ruang yang akan digunakan pada proses perancangan adalah alternatif 2, dengan pertimbangan teritori atlet individu dan atlet ber-regu.
Pola ruang pada bangunan yang baik adalah pola ruang double loaded, selain dapat menjaga privasi atlet yang menghuni wisma, sistem pengudaraan pun membuat atlet dapat beristirahat dengan nyaman. Dilihat dari segi topik dan tema perancangan wisma atlet ini, pola ruang double loaded dapat lebih menjaga privasi atlet didalam wisma, selain itu apabila atlet beristirahat didalam kamarnya maka mereka akan mendapat pemandangan yang baik sehingga atlet dapat segar kembali.
Gambar 4.24 Pola Ruang
77
Pada setiap blok hunian membentuk pola ruang double loaded, dimana ruang yang berwarna jingga adalah unit hunian yang diperuntukkan bagi atlet ber-regu, sedangkan ruang yang berwarna biru diperuntukkan bagi atlet individu. Pemisahan tersebut berdasarkan kebutuhan akan teritori yang memiliki tingkat privasi. Berdasarkan hasil analisa, atlet individu memerlukan privasi lebih tinggi sehingga ditempatkan pada area yang lebih tertutup.
4.3.3
Bentuk Massa Bentuk massa terbentuk berdasarkan pola perilaku atlet saat beristirahat. Hasil dari pengamatan terhadap atlet pelatnas, pola yang terbentuk saat mereka istirahat yaitu setiap kelompok memiliki teritorinya masing-masing sehingga membentuk lingkaran pada pinggir lapangan, khususnya ditempat teduh. Dengan demikian, gubahan massa yang terbentuk mengikuti pola isitrahat tersebut. Berikut ini merupakan gubahan massa yang akan terbentuk:
Gambar 4.25 Penyesuaian Pola
Lapangan Olahraga
C
A A, B, dan C merupakan
B
teritori istirahat atlet saat dilapangan, sedangkan di wisma menjadi zoningzoning fasilitas untuk atlet
B
Wisma
beristirahat.
C
A
Hubungan yang terbentuk antara pola istirahat atlet dengan pola massa bangunan sangat dekat, keduanya memiliki pola yang sama 78
namun berbeda fungsi. Dengan pola yang sama, diharapkan atlet dapat memanfaatkan pola ruang istirahatnya di dalam tapak wisma sama dengan pola istirahatnya pada saat dipinggir lapangan. Selain itu, dengan kesamaan pola yang dibentuk pada wisma atlet, teritori yang biasanya dirasakan atlet dapat terbentuk pula didalam tapak wisma atlet ditambah dengan perlindungann privasi didalam lokasi wisma akan lebih bermanfaat dibandingkan istirahat dilapangan.
Tabel 4.26 Gubahan Massa Bangunan
Alternatif 1
Alternatif 2 Fasilitas
Bentuk Massa
Tower Hunian Podium
Fasilitas penunjang istirahat Pada alternatif ini, fasilitas atlet terletak dipodium terletak disisi barat dan Analisa sedangkan unit hunian timur hunian. Unit hunian berada di tower. disusun secara horizontal. Alternatif yang mendekati pola istirahat atlet yaitu alternatif 2. Dilihat dari tampak bangunan, unit hunian Kesimpulan merupakan pusat dari aktivitas istirahat yang utama yaitu tidur, sedangkan fasilitas digunakan oleh atlet untuk isitrahat. Berdasarkan hasil analisa gubahan massa bangunan maka diperoleh perletakan/susunan massa bangunan didalam tapak yang mengadopsi dari situasi istirahat atlet yang terjadi diarea latihan. (lihat gambar 4.24)
79
Gambar 4.26 Gubahan Massa Bangunan
Fasilitas
Wisma
Fasilitas
Blok hunian
Dinaikkan untuk plaza/lobby
Penambahan fasilitas teritori sekunder
Menggunakan balkon untuk setiap kamar yang berfungsi sebagai: - Tritisan air hujan dan sinar matahari - Menikmati pemandangan sekitar - Area relaksasi - Area istirahat bagi atlet individu
Penambahan ruang serbaguna bebas kolom
Menggunakan ramp sebagai media penghubung
80
Gambar 4.27 Bentuk Massa Bangunan
Area taman diatas atap ruang fasilitas, disesuaikan dengan hasil survei yang menyatakan bahwa atlet lebih cenderung beristirahat diarea taman.
Bentuk lengkung yang terjadi mengadaptasikan pola istirahat yang cenderung membentuk lingkaran dan bersifat lebih bebas.
Hasil bentukan massa bangunan dimungkinkan memiliki permasalahan khususnya pengaruh terhadap iklim setempat yang memiliki curah hujan cukup tinggi, sehingga solusi yang didapat berupa penggunaan pergola untuk menutupi area ramp, selain itu diberi penyaluran air hujan berupa floor drain yang masuk ke area taman gantung. Permasalahan juga ditimbulkan oleh pengaruh sinar matahari dari sisi barat dan timur bangunan, oleh karena itu dapat diberikan solusi berupa penggunaan material double glass. Pada ruang-ruang tertentu khususnya sisi barat bangunan dapat menggunakan elemen air sebagai media penyerap panas.
4.3.4
Zoning Horizontal dan Vertikal Bangunan Zoning Horizontal Zoning horizontal telah dijelaskan sebelumnya pada analisis lingkungan bagian zoning. Zoning horizontal mengutamakan kebutuhan ruang luar atlet untuk beristirahat, sehingga taman dan restoran yang berada di luar bangunan wisma harus dibuat senyaman dan seluas mungkin untuk dapat menampung atlet.
81
Gambar 4.28 Zoning Horizontal
Taman
Parkir/Servis
Semiprivat
Privat/Hunian
Pada zoning yang terbentuk, dapat dilihat bahwa taman menjadi lokasi dominan pada tapak wisma atlet. Hal ini dikarenakan perilaku dominan atlet saat istirahat adalah berkumpul di taman bersama temanteman, baik taman yang publik maupun taman yang bersifat privat yang akan timbul pada tiap-tiap lapis bangunan hunian.
Zoning Vertikal
Gambar 4.29 Zoning Vertikal
Cafe/Lounge
R. Serbaguna Fasilitas Unit Hunian/Privat Fasilitas
Fasilitas Unit Hunian/Privat
Fasilitas
Fasilitas Unit Hunian/Privat
Fasilitas
Fasilitas Unit Hunian/Privat
Fasilitas
Fasilitas Plaza/Lobby/Taman
82
Zoning vertikal ini disesuaikan dengan pola istirahat atlet yang biasa dilakukan dan hasil dari analisa tampak bangunan yang menunjukkan bahwa pola istirahat atlet disusun secara vertikal diatas tapak.
4.3.5
Struktur Bangunan Struktur bangunan merupakan struktur yang dapat menahan beban, baik beban gaya gravitasi maupun lateral. Terdapat susunan sistem struktur pada bangunan, diantaranya:
Tabel 4.21 Analisis Sistem Struktur
Portal beton bertulang dengan finishing pada bagian lengkung menggunakan precast GRC
Struktur bentang lebar menggunakan struktur rangka ruang
Bagian dalam wisma menggunakan struktur portal beton bertulang yang terdiri dari kolom dan balok. Pada bagian core menggunakan struktur dinding geser
83
Setiap sistem struktur memiliki fungsi dan kelebihannya masingmasing. Berdasarkan hasil analisis pola bentuk bangunan, struktur bangunan yang cocok digunakan pada proyek wisma atlet, diantaranya: •
Struktur portal beton bertulang dengan perpaduan balok beton konvensional dan balok prategang, pada bagian hunian dan fasilitas istirahat.
•
Struktur dinding geser/shear wall, struktur jenis ini dapat digunakan untuk dinding ruang lift/core.
•
Struktur rangka ruang, digunakan pada struktur atap pada ruang yang bebas kolom dan terletak dilapisan paling atas.
•
Pada sistem sub-struktur, pondasi yang digunakan yaitu pondasi tiang pancang, selain harga yang lebih murah, pondasi ini juga cepat dalam pengerjaan serta cukup kuat untuk menahan beban bangunan.
4.3.6 Material Material yang digunakan pada proyek wisma atlet ini disesuaikan dengan kebutuhan dan fungsinya. Material yang digunakan pun harus yang tahan lama, mudah dalam pengerjaan, dan mudah dalam perawatannya. Terdapat beberapa material yang memungkinkan untuk digunakan dalam proyek wisma atlet, yaitu: •
Beton bertulang: memiliki kekuatan cukup besar sehingga sangat cocok untuk struktur bangunan. Material beton juga tahan lama.
•
Rangka baja: material ini dapat bertahan lama, namun mudah terbakar, sehingga memerlukan perawat khusus.
•
Kaca: material kaca memiliki banyak jenis dan dapat digunakan pada bagian luar struktur maupun didalam bangunan.
•
Dinding bata: material ini digunakan pada bagian dalam bangunan yang berfungsi sebagai pemisah antar ruang dalam bangunan.
•
Aluminium: material ini biasanya digunakan untuk kusen jendela atau bahkan pintu. Perawatan material ini sangat mudah.
84
•
Kayu: material ini dapat digunakan untuk kusen pintu dan jendela namun bahan kayu mudah terbakar sehingga diperlukan perawat khusus untuk memakainya.
•
Dinding precast beton: material ini dapat digunakan pada dinding terluar
bangunan
yang
sulit
dijangkau
untuk
dilakukan
pengacian/plester. Berdasarkan analisa struktur bangunan, material yang digunakan untuk struktur bangunan dapat berupa beton bertulang dan rangka baja, sesuai dengan pemilihan sistem struktur yang diperlukan untuk pembangunan proyek wisma atlet ini. Sedangkan penggunaan material untuk didalam bangunan, akan menggunakan dinding bata dilengkapi dengan material kaca dan kayu untuk pintu dan jendela. Penggunaan kayu pada kusen pintu dan jendela karena penyesuaian konsep tema yang memanfaatkan alam sebagai tempat untuk beristirahat baik berkelompok maupun individu.
4.3.7
Sistem Utilitas •
Air Pasokan air bersih terdiri dari 2 sistem, yaitu sistem pasokan keatas (up feed) dan sistem pasokan kebawah (down feed).
Gambar 4.30 Sistem Pasokan Air Bersih
Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi
85
Sistem pasokan air diperlukan dalam proyek ini untuk memudahkan penyediaan air bersih didalam bangunan wisma. Air bersih diperlukan untuk mandi, minum, memasak, dan sebagainya. Sistem yang digunakan didalam proyek wisma atlet yaitu sistem pasokan kebawah (down feed), dengan pertimbangan air yang dialirkan kebawah akan lebih besar karena adanya gaya gravitasi. Pasokan air yang disediakan berasal dari PDAM dan air yang berasal dari penyerapan air hujan untuk kepentingan-kepentingan lain seperti menyiram tanaman, dan sebagainya. •
Pengamanan terhadap kebakaran Hidran Terdapat 3 jenis hidran, diantaranya hidran kotak, hidran halaman, dan hidran kota. Pada proyek wisma atlet ini menyediakan semua jenis hidran yang berguna sebagai usaha pencegahan secara optimal.
Gambar 4.31 Sistem Penyaluran Air pada Gedung dengan Hidran dan Sprinkler
Sumber: http://www.noblefire.com/
86
Sprinkler Pada bangunan tinggi, sprinkler memberikan respon/reaksi yang cepat pada saat terjadinya api dan memberikan waktu yang cukup bagi penghuni untuk mengatur proses evakuasi. Susunan pemasangan pipa sprinkler ada beberapa macam, diantaranya: o Susunan cabang tunggal dengan kepala sprinkler dan pemasokan air ditengah. Gambar 4.29 di kiri atas. o Susunan cabang tunggal dengan tiga kepala sprinkler dan pemasokan air diujung. Gambar 4.29 dikanan atas. o Susunan cabang ganda dengan tiga kepala sprinkler dan pemasokan air ditengah. Gambar 4.29 dikiri bawah. o Susunan cabang ganda dengan tiga kepala sprinkler dan pemasokan air diujung. Gambar 4.29 dikanan bawah.
Gambar 4.32 Susunan Pipa Cabang Sprinkler
Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi
Detektor Detektor berguna untuk antisipasi bahaya kebakaran, jenisjenis detektor diantaranya: o Detektor panas: sistem ini tidak boleh dipasang lebih dari 40 buah. Jarak antar detektor tidak lebih dari 7 meter untuk ruang aktif, dan tidak lebih dari 10 meter untuk ruang sirkulasi.
87
o Detektor asap: pemasangan maksimum 20 buah untuk melindungi ruangan seluas 2.000 m2. Jarak antar detektor 12 meter pada ruang aktif, dan 18 meter pada ruang sirkulasi. o Detektor api: maksimum terdapat 20 buah detektor
Gambar 4.33 Diagram Alarm
Tangga Darurat Pada saat terjadinya kebakaran atau kondisi darurat, tangga kedap api/asap merupakan tempat yang paling aman dan harus bebas dari gas panas dan beracun. Ada baiknya tangga darurat dilengkapi dengan lift kebakaran dan ventilasi baik alami maupun mekanik.
Gambar 4.33 Tangga Darurat
Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi
88
•
Sistem Transportasi Vertikal Pada proyek wisma atlet ini menggunakan 3 jenis alat transportasi vertikal, diantaranya 2 lift/elevator penumpang dan 1 lift barang, ramp, dan tangga darurat. Penggunaan lift barang sesuai standar apartemen yaitu setiap 300 unit terdiri dari 1 jenis lift barang. Kapasitas lift hanya digunakan oleh 12 orang karena fungsi utama dari lift tersebut merupakan lift untuk mengangkut barang. Pembahasan berikutnya adalah penggunaan ramp sebagai transportasi vertikal. Ramp yang baik adalah 1:7 untuk pejalan kaki. Sehingga dengan ukuran tersebut dapat diperoleh keamanan dan kenyamanan pengguna wisma saat berjalan naik menuju termpat tujuan didalam tapak.
•
Listrik Pasokan
listrik
berasal
dari
PLN.
Tersedia
pula
generator/genset untuk mengantisipasi pemadaman listrik secara mendadak sekaligus sebagai suplai cadangan listrik.
Gambar 4.35 Diagram Tipikal Pasokan Listrik
Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi
89
•
Telekomunikasi Sistem telekomunikasi didalam bangunan agar berfungsi dengan baik maka diperlukan saluran telepon dari Telkom, fasilitas komunikasi yang disediakan oleh Telkom seperti hubungan keluar lokal (dalam kota), hubungan keluar interlokal, dan hubungan keluar international.
Gambar 4.36 Jaringan Telekomunikasi dalam Bangunan
Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi
Pada jaringan telekomunikasi, termasuk juga didalamnya jaringan
kabel
penggunaan
komputer/data/multimedia
komputer,
layanan
jaringan
untuk lokal
keperluan
(LAN),
dan
sebagainya.
90
•
Sistem Tata Suara Pada bangunan tinggi, sistem ini biasanya digabungkan dengan sistem lain seperti sistem keamanan, sistem tanda bahaya, dan sistem pengatur waktu terpusat. Sistem tata suara biasanya diintegrasikan dengan sistem tanda bahaya, sehingga saat terjadi kondisi
darurat
seperti
kebakaran,
sistem
tata
suara
akan
membunyikan tanda bahaya (sirene) atau program panduan evakuasi ke seluruh bangunan. Selain itu, sistem tata suara dapat digunakan untuk keperluan informasi dan program musik.
Gambar 4.37 Jaringan Instalasi Tata Suara
Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi
•
Sistem Otomatisasi Bangunan Sistem ini meliputi 4 komponen utama, diantaranya yaitu: o Telekomunikasi, didasarkan pada penggunaan jaringan telepon.
91
o Jaringan data, menghubungkan setiap komputer langsung pada jaringan komunikasi. o LAN (Local Area Network), merupakan sistem piranti keras dan lunak yang menyediakan sambungan untuk komunikasi suara dan data. o Jaringan jarak jauh, jaringan keluar bangunan yang dapat menggunakan fasilitas jaringan kabel komunikasi (kabel telepon), gelombang pendek (microwave), sinar infra merah, atau satelit. •
Pengelolaan Sampah dan Limbah Terdapat 2 jenis sistem pembuangan sampah, yaitu melalui lubang pembakaran yang menghasilkan sampah berupa abu, dan ada pula sistem yang menggunakan corong pembuangan yang ditampung pada bak penampungan kemudian akan bak akan digannti apabila sampah sudah penuh.
Gambar 4.38 Sistem Pembuangan Sampah Tanpa Pembakaran
Sumber: http://www.ellipsecondos.ca/
Sistem
pembuangan
limbah
pada
bangunan
tinggi
menggunakan sistem STP (Sewage Treatment Plant). Sistem pengolahan limbah terdiri dari 2 proses utama, yaitu proses mekanik 92
berupa penyaringan, pemisahan, dan pengendapan, serta proses biologi/kimia berupa proses aktivasi bakteri yang memanfaatkan O2 dari udara (aerob) dan proses netralisasi cairan dengan asam atau memasukkan bahan kimia untuk oksidasi seperti aerasi dengan molekul O2, proses pengolahan endapan aktif, dan pemusnahan kuman dengan menggunakan kaporit.
Gambar 4.38 Skema Sistem Pengolahan Limbah
Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi
•
Pencahayaan Pencahayaan dalam ruang menggunakan cahaya alami pada pagi hingga siang hari, cahaya buatan berupa lampu pada sore hingga malam hari. Terdapat 5 jenis lampu yang sering digunakan. (lihat Tabel 4.22)
Tabel 4.22 Jenis-jenis Lampu
Lampu Pijar
Mempunyai efficacy rendah sehingga biayanya tinggi, namun dari segi arsitektural, lampu pijar memiliki unsur dekoratif. Lampu pijar memiliki banyak ragam seperti pijar standar, lampu halogen, lampu gas.
93
Mempunyai efficacy tinggi, sehingga biaya Lampu Fluoresen rendah. Jenis lampu ini yaitu lampu TL/TLD, PL dan SL. Lampu TL paling sering digunakan. Lampu Metal Mempunyai daya antara 250-2000 watt. Halida Lampu Merkuri Mempunyai daya antara 50-1000 watt. Terdapat 2 jenis, yaitu lampu sodium tekanan Lampu Sodium tinggi dengna daya 70-2000 watt dan lampu sodium tekanan rendah dengan daya 18-180 watt. Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi
Kuat
penerangan
dan
jenis
lampu
yang
digunakan
disesuaikan dengan fungsi ruang yang ada didalam wisma atlet. Pada unit hunian dijelaskan pada tabel 4.24.
Tabel 4.23 Kuat Penerangan dan Jenis Lampu
Fungsi Ruang Kantor Pengelola
Nama Ruang
Kuat Penerangan (lux)
Ruang kerja 250-350 Ruang komputer Ruang tidur
120-150
Kamar mandi Hall, Lobby Restoran
250 250-350
Dapur Pameran Ruang jualan
500 250
Minimarket
500
Etalase toko
1000
Gudang, tangga, teras, koridor
100-150
Parkir
150-250
Hunian
Lobby
Retail
Umum
Jenis Lampu TL, Down Light, Lampu PL, SL atau Lampu Pijar TL, Down Light, TL Bulat, Lampu dekoratif TL, Down Light, TL Bulat Tl, Down Light Lampu Pijar dekoratif TL, Down Light Lampu halogen, TL, Down Light, lampu merkuri TL, Down Light, pijar dekoratif Lampu Halogen, Tl, Down Light, Merkuri Tl, Down Light, lampu Pijar, Lampu baret Lampu halida, merkuri, natrium
Sumber: Panduan Sistem Bangunan Tinggi
94
•
Penghawaan Penghawaan didalam ruang wisma atlet, menggunakan penghawaan alami melalui bukaan serta menggunakan penghawaan buatan seperti AC. Terdapat 2 jenis sistem tata udara yaitu sistem tata udara langsung dan tidak langsung. Pada sistem udara langsung menggunakan 3 macam jenis AC diantaranya AC window, AC split, dan AC package unit. Pada sistem udara tidak langsung disebut juga sistem tata udara terpusat yang harus menggunakan AHU dan sistem ducting untuk menghantarkan udara.
•
Keamanan Gangguan Terhadap Kemalingan Keamanan didalam wisma atlet, menggunakan sistem CCTV yang terpantau di ruang sekuriti. Selain itu, sistem pengaman menggunakan 2 sistem penguncian, yaitu penguncian dengan anak kunci menggunakan sistem central lock dan sistem tanpa anak kunci menggunakan pengendalian akses seperti kertu magnetik, sidik jari, dan sebagainya.
Gangguan Terhadap Petir Terdapat 4 sistem penangkal petir, diantaranya: o Sistem Pengebumian: tingkat keamanan dan ketahanan sangat rendah. o Sistem Thomas: tingkat keamanan dan ketahanan masih kurang baik meskipun lebih baik dari sistem pengebumian. o Sistem Prevectron: tingkat keamanan serta ketahanannya cukup baik. o Sistem Faraday: tingkat keamanan dan ketahanannya sangat baik dan sangat cocok untuk bangunan tinggi yang rata-rata beratap datar. Pada proyek wisma atlet ini, menggunakan sistem faraday untuk penangkal petir.
95