BAB IV ANALISIS IV.1 Analisis Aspek Manusia IV.1.1 Analisis Pelaku, Kegiatan, Lokasi, dan Kebutuhan Kegiatan para peserta dari akademi sepak bola ini sebenarnya tidak terlalu berbeda dengan kegiatan yang dilakukan oleh manusia pada umumnya, karena mereka hampir melakukan semua hal yang sama, seperti, makan, mandi, istirahat, ataupun merelaksasikan badan dan pikiran mereka dengan bersenang-senang atau bermain. Para peserta di akademi sepak bola ini dituntut untuk tetap prima secara mental dan juga fisik, maka dari itu mereka harus tetap memiliki jadwal yang terperinci secara jelas. Ada kalanya mereka dapat bersantai di ruang berkumpul ataupun bermain di ruang bermain. Perilaku para peserta adalah :
Pelaku
Kegiatan Tidur
Peserta
Lokasi
Kebutuhan
Kamar
Nyaman, kapasitas cukup, bersih, tidak sesak, mudah dicapai
Tidur Istirahat Mandi
Kamar mandi
Gosok gigi
Bersih, mudah dicapai, kapasitas cukup
Buang air Makan
R. Makan
Bersih, kapasitas cukup, mudah dicapai, tidak sesak
R. Fitness
Luasan cukup, kapasitas cukup, memenuhi standart, akses mudah, fasilitas memadai
Makan bersama Mengobrol Latihan ringan. Fitness Aerobik
1
Pelaku
Peserta
Kegiatan
Lokasi
Kebutuhan
Latihan ringan
R. Luar
Udara segar, bersih, cukup luas
Jogging
Pool
Berenang Rekreasi
Lounge
Bersih, tidak sesak, nyaman, fasilitas memadai, akses mudah
R. Briefing
Bersih, Fasilitas memadai, kapasitas cukup
R. Klinik
Bersih, mudah dicapai, strategis, kapasitas cukup, tidak sesak
Kamar
Nyaman, kapasitas cukup, bersih, tidak sesak, mudah dicapai
Kamar mandi
Bersih, mudah dicapai, kapasitas cukup
R.Makan
Bersih, kapasitas cukup, mudah dicapai, tidak sesak
Mendengarkan musik Bersantai, membaca Menikmati view Briefing Taktik strategi Memberitahu teori-teori yang diperlukan Medikasi Perawatan bagi yang cidera Konsultasi dengan dokter Periksa rutin Tidur Pelatih
Tidur Istirahat Mandi Gosok gigi Buang air Makan Makan bersama Mengobrol
2
Pelaku
Kegiatan
Lokasi
Kebutuhan
Pelatih
Latihan ringan
R.Fitness
Fitness
Pool
Tidak sesak, kapasitas cukup, memenuhi standart, akses mudah, fasilitas memadai
Aerobik Berenang
Rekreasi
Lounge
Bersih, tidak sesak, nyaman, fasilitas memadai, akses mudah
Administrasi
Management office
Mudah dicapai, kapasitas cukup, aman, fasilitas memadai.
Perawatan
Gudang
Bersih, mudah dicapai, aman
Mendengarkan musik Bersantai, membaca Menikmati view Pengelola
R. Kontrol Keamanan
Pos jaga
Mudah dicapai, mudah terlihat, kapasitas cukup
Tabel 4.1. Analisis pelaku, kegiatan, lokasi, dan kebutuhan
3
IV.1.2 Skema Organisasi Ruang a. Organisasi ruang makro
Gambar 4.1. Organisasi ruang makro
Skema organisasi makro di atas dapat dilihat bahwa apabila kita ingin menuju ke suatu ruangan harus melalui lobby terlebih dahulu, dari situ barulah kita dapat menuju ke ruangan selanjutnya. Melalui lobby, kita dapat menuju ke ruang serba guna, briefing, lounge, ruang fitness, klinik, dan juga ruang makan. Semua fasilitas yang telah disebutkan adalah ruangan dengan zona semi privat, hanya para peserta dan juga pelatih yang dapat masuk ke dalam fasilitas-fasilitas tersebut. Areal parkir dan juga jogging track adalah zona publik, di mana para pengunjung dari luar dapat mengakses ruang tersebut. Yang terakhir adalah kamar, di mana kamar adalah ruangan dengan zona privat, hanya para peserta yang dapat masuk ke dalam kamar.
4
b. Organisasi ruang fitness
Gambar 4.2. Organisasi ruang fitness
Organisasi ruang fitness cukup sederhana, yakni masuk dari hall, atau bisa disebut juga ruang dengan zona publik, lalu ke ruang fitness, lalu dapat menuju ke ruang ganti pria dan juga wanita, dan di setiap ruang ganti pria dan wanita terdapat wc dan juga ruang shower. Dari ruang fitness dapat langsung menuju pool, atau kolam renang.
c. Organisasi ruang lounge
Gambar 4.3. Organisasi ruang lounge
Ruang lounge memiliki organisasi ruang dimulai dari hall, menuju ke lounge, lalu dari lounge ada beberapa fasilitas yang langsung dapat diakses, yaitu toilet pria dan wanita, pantry, lalu area games dan area baca. Warna biru mewakili zona publik, warna merah maroon mewakili zona privat, dan warna ungu mewakili zona semi privat.
5
d. Organisasi ruang makan
Gambar 4.4. Organisasi ruang makan
Ruang makan di akademi sepak bola ini memiliki organisasi ruang dimulai dari hall, lalu masuk ke dalam ruang makan di mana ruang makan menjadi pusat dari seluruh fasilitas yang ada di dalamnya, yaitu toilet pria dan wanita, area cuci tangan, dan juga pantry yang dapat langsung mengakses ke dapur.
e. Organisasi ruang klinik
Gambar 4.5. Organisasi ruang klinik
Organisasi dari ruang klinik dimulai dari hall, di mana kita dapat mengakses ruang tunggu, toilet dan ruang obat langsung dari hall, dari ruang tunggu kita dapat menuju ke ruang periksa.
6
f. Organisasi ruang ganti
Gambar 4.6. Organisasi ruang ganti
Ruang ganti memilik organisasi ruang dari hall lalu dapat menuju ke ruang ganti atau ke toilet, atau juga dapat menuju ke ruang briefing. Dari ruang ganti baru dapat menuju ke lapangan sepak bola.
IV.1.3 Analisis Kebutuhan Ruang dan Luasnya Luasan dan juga standarisasi kebutuhan ruang akademi sepak bola ini saya dapat dari studi banding dan juga standar ruangan yang tertera dalam buku Arsitek Data, Ernst Neufert. • -
Kapasitas peserta yang tinggal di akademi sepak bola Barcelona : Kamar Kapasitas akademi sepak bola ini adalah 250 peserta akademi yang terbagi menjadi 2 golongan, yaitu bagi peserta dengan umur 5-11 tahun akan menjalani latihan tanpa menginap di asrama, tapi bagi peserta yang umurnya 12-18 tahun mereka harus mengikuti pelatihan dengan tinggal di asrama. Saya mengambil asumsi dari studi banding menurut akademi sepak bola Barcelona yang ada. Jumlah penghuni dalam satu kamar yaitu 2 orang per kamarnya, menurut Dra. Yuanita Nasution, M.App.Sc,Psi (2001) seseorang akan merasa lebih rileks apabila memiliki teman sekamar, dua orang dalam satu kamar adalah angka yang paling ideal, karena tidak efektif apabila terlalu banyak.
7
Standar per ruang kamar menurut data arsitek ( Ernst Neufert ) adalah 3m x 4m = 12m2 Maka dari itu peserta yang tinggal di asrama adalah setengah dari 250, yaitu 125 peserta, dan diasumsikan per kamar akan ditinggali oleh 2 orang, maka diperlukan 63 kamar dengan masing masing luasan 12m2. Total luasan untuk kamar peserta adalah 12m2 x 63 = 756m2 Bagi para pelatih yang berjumlah 1 banding 10 dengan para peserta berarti di akademi sepak bola Barcelona ini terdapat 25 pelatih, yang memiliki kamar tersendiri. Standar untuk per kamar bagi para pelatih adalah 3m x 4m = 6m2 Luasan total dari seluruh luas kamar pelatih adalah 25 x 6m2 = 150m2 -
Ruang Fitness Ruang fitness nantinya akan digunakan oleh peserta akademi sepak bola dalam 1 sesi pelatihan terdapat 2 team, yaitu team 12 tahun ke bawah dan 12-18 tahun, dan masing-masing team berjumlah 20 orang. Jarak ruang gerak per orang adalah 4m2, maka: ( 20 x 2 ) x 4 = 160m2
-
Ruang Lounge Nantinya kapasitas untuk ruang lounge sendiri akan digunakan oleh para peserta yang menginap, atau peserta yang berumur 12-18 tahun, yaitu berjumlah 125 orang, dan lounge digunakan secara bergantian, pada saat ada yang berlatih, yaitu 40 orang, maka dari itu sisa dari pesertanya adalah 85 orang, berarti kapasitas lounge sendiri nantinya akan disediakan untuk 85 orang. 125 – 40 = 85 orang
8
-
Ruang Briefing Diasumsikan bahwa ruang kelas digunakan oleh 1 team sepak bola, yaitu 11 orang ditambah dengan 1 orang pelatih menjadi 12 orang dalam 1 ruang briefing. Terdapat 2 ruang briefing, yaitu ruang briefing untuk peserta yang berusia 5-11 tahun dan 12-18 tahun. Standar ruang per orang adalah 2m2 dengan begitu ruang untuk 12 orang adalah 24m2.
-
Ruang Makan Ruang makan disediakan untuk para peserta yang menginap, yaitu yang berumur 12-18 tahun, berarti berjumlah 125 orang, ditambah dengan pelatih sebanyak 25 orang, jadi kapasitas untuk ruang makan adalah 150 orang. 125 + 25 = 150 orang
-
Ruang Ganti Diasumsikan ruang ganti dipergunakan oleh 2 team, yang berisi 11-20 orang per team, menjadi 40 orang total yang akan menggunakan ruang ganti terbagi menjadi 2 ruang ganti.
-
Lapangan Sepak Bola Lapangan sepak bola yang dipergunakan adalah lapangan sepak bola dengan standar internasional yang memiliki sisi panjang 120m dan sisi lebar 90m.
-
Kapasitas pengelola : Dengan mengambil standar menurut Data Arsitek, Ernst Neufert, yaitu 15% dari total pengguna akademi yaitu : ( 250 + 25 ) x 15% = 41,25 orang => 42 orang Kebutuhan ruang dan luasnya : -
Lobby : minimal 16m2 ( menampung 4 orang terdiri dari anak peserta yang diantar jemput 2 dan 2 orang tua )
-
Ruang serbaguna : 500m2 ( 125 orang peserta x 4m2 )
-
Ruang pengelola : 225m2 ( Data Arsitek, Ernst Neufert )
9
IV.1.4 Program Ruang
Jenis Ruang
Kapasitas
Standart
Luasan(m2)
Lobby
120
1 m2 / orang
125 m2
Total 125 m2 + sirkulasi 20%
Total(m2)
150 m2
R. Pengelola R. Kerja
42 orang
9 m2 / orang
378 m2
Toilet pria
1 orang
2 m2
2 m2
Tiolet wanita
1 orang
2 m2
2 m2
Pantry
1 ruangan
15 m2
15 m2
Total 397 m2 + sirkulasi 20%
476,4 m2
Gudang
1 ruangan
9 m2
9 m2
9 m2
Panel
23 ruangan
6 m2
138 m2
138 m2
R. Ganti Karyawan
1 ruangan
30 m2
30 m2
30 m2
Ruang Diesel
1 ruangan
28 m2
28 m2
28 m2
Ruang Tidur ( 2 orang )
63 kamar
12 m2
756 m2
Kamar Mandi
63 orang
4 m2
252 m2
Hunian Peserta
Total 1008 m2 + sirkulasi 20%
1209,1 m2
Hunian Pelatih Ruang Tidur ( 1 orang )
25 kamar
12 m2
300 m2
Kamar Mandi
25 orang
4 m2
100 m2
Total 400 m2 + sirkulasi 20%
480 m2
Ruang Kelas Area Belajar
25 orang
4 m2
100 m2
Total 100 m2 + sirkulasi 20%
120 m2
10
Jenis Ruang
Kapasitas
Standar
Luasan(m2)
Hall masuk
1 ruangan
15 m2
15 m2
Area makan
150 orang
4 m2
600 m2
Counter / Pantry
1 ruangan
10 m2
10 m2
Dapur
1 ruangan
30 m2
30 m2
Toilet bersama
4 ruangan
2 m2
8 m2
Area cuci tangan
4 orang
1 m2
4 m2
Total(m2)
Ruang Makan
Total 667 m2 + sirkulasi 20%
800,4 m2
Ruang Fitness Hall masuk
1 ruangan
15 m2
15 m2
Ruang fitness
40 orang
4 m2
160 m2
Ruang aerobik
15 orang
6 m2
90 m2
Shower
5 orang
1,5 m2
7,5 m2
Ruang ganti
5 orang
1,5 m2
7,5 m2
WC
2 orang
2 m2
4 m2
Ruang sauna
4 orang
3 m2
12 m2
Shower
5 orang
1,5 m2
7,5 m2
Ruang ganti
5 orang
1,5 m2
7,5 m2
WC
2 orang
2 m2
4 m2
Ruang sauna
4 orang
3 m2
12 m2
Ruang ganti pria
Ruang ganti wanita
Total 327 m2 + sirkulasi 20%
393 m2
11
Jenis Ruang
Kapasitas
Standar
Luasan(m2)
Hall masuk
1 ruangan
15 m2
15 m2
Area duduk santai
85 orang
4 m2
340 m2
Pantry
1 ruangan
20 m2
20 m2
Area games
1 ruangan
42 m2
42 m2
Area penyimpanan
1 ruangan
144 m2
144 m2
buku Toilet pria
8 orang
20 m2
20 m2
Toilet wanita
4 orang
20 m2
20 m2
Total (m2)
Lounge
Total 581 m2 + sirkulasi 20%
697 m2
Ruang Klinik Ruang tunggu
1 ruangan
40 m2
40 m2
Ruang periksa
5 ruangan
18 m2
90 m2
Ruang obat
1 ruangan
18 m2
18 m2
Total 148 m2 + sirkulasi 20%
177,6 m2
Ruang Serbaguna Ruang serbaguna
1 ruangan
500 m2
500 m2
Total 500 m2 + sirkulasi 20%
600 m2
Ruang Briefing Ruang briefing
2 ruangan
24 m2
48 m2
Total 48 m2 + sirkulasi 20% Musholla
1 ruangan
18 m2
18 m2
Total 18 m2 + sirkulasi 20% Laundry
1 ruangan
35 m2
57,6 m2
21,6 m2
35 m2
Total 35 m2 + sirkulasi 20% TOTAL SELURUH AREA
42 m2 5.434,3m2
Tabel 4.2. Program ruang
12
Ruang Parkir Jumlah peserta total ada 250 peserta, dengan asumsi setengahnya adalah peserta yang tinggal di asrama, dimana para peserta ini tidak membutuhkan tempat parkir, karena hanya diantar saja, jadi dari 250 hanya 125 peserta saja yang membawa mobil. Saya mengambil asumsi yang membawa mobil adalah orang tua peserta akademi sepak bola ini : 125 : 2 = 62,5 => 65 Jumlah karyawan yang bekerja di akademi ini adalah 14 orang, di mana saya asumsikan yang membawa mobil adalah setengah dari karyawan termasuk dokter, serta manager. Untuk motor perbandingannya 1:1 : 7 mobil dan 14 motor Jumlah pelatih yang ada di akademi ini adalah 25 orang, di mana setiap pelatih saya asumsikan membawa kendaraan pribadi : 25 mobil dan 25 motor Bagi para penonton yang dating ke akademi ini untuk menonton pertandingan secara langsung saya sediakan kursi stadion sebanyak 200 kursi, dan saya asumsikan 50% pengunjung yang datang untuk menonton pertandingan, maka : 200 x 50% = 100 mobil Pada saat pertandingan berlangsung, terdapat 2 team yang bermain, dengan asumsi 1 team berisi 20 orang pemain beserta dengan pemain pengganti dan juga pelatih, maka dari 2 team terdapat 40 orang pemain, satu mobil bisa diisi dengan 2 orang, maka dibutuhkan parkir 20 mobil dan parkir untuk penonton 100 mobil, maka : 20 + 100 = 120 mobil Pada saat pertandingan, bisa menggunakan parkir yang sudah tersedia 65, maka : 120 – 65 = 55 mobil Jumlah parkir yang kurang adalah 55 mobil, maka total jumlah parkir yang dibutuhkan adalah : 120 mobil
13
Jenis Kendaraan Mobil Peserta
Jumlah
Standar
2,5 x 5 m2 65
1.625 m2 Sirkulasi 100%
Mobil Karyawan
2,5 x 5 m2 7+25+55
Karyawan
2.175 m2 Sirkulasi 100%
dan tamu Motor
Luas (m2)
1 x 2 m2 14+25
975 m2 Sirkulasi 100%
Total Kebutuhan Lahan Parkir
4.775 m2
Tabel 4.3. Kebutuhan ruang parkir
IV.2 Analisis Aspek Lingkungan Akademi sepak bola Barcelona akan dihuni oleh para peserta yang akan berlatih sepak bola sepanjang minggu. Akan disediakan asrama untuk mereka tinggal, nantinya mereka akan diajarkan teori dan juga praktek langsung di lapangan bagaimana menghadapi pertandingan sebenarnya. Tentunya asrama dan juga lapangan sepak bola beserta fasilitas-fasilitas lainnya harus saling mendukung, tentunya aspek lingkungan sangat berpengaruh dalam kegiatan sehari-harinya di akademi ini.
IV.2.1 Analisis Kondisi Tapak Peraturan yang terdapat pada tapak : Luas
= 27.531,6 m2
GSB
=6m
KDB
= 60%
Luas lantai dasar yang boleh dibangun = 60% x 27.531,6 m2 = 16.518 m2 Maksimum lapis
= 12 lapis
KLB
= 2,5
Luas total bangunan boleh dibangun
= 2,5 x 27.531,6 m2 = 68.829 m2 14
IV.2.2 Analisis Matahari
Gambar 4.7. Analisis matahari
Analisa matahari yang saya dapatkan adalah, tapak ini berbentuk agak miring dan juga berbentuk wajik, sehingga bagian yang terkena panas oleh matahari tidak terlalu banyak, bentuk bangunan pun bisa dibuat miring mengikuti sudut dari tapak ini sendiri. Ada beberapa perhitungan yang tidak dapat diubah, misalnya adalah lapangan, orientasi lapangan tidak dapat menghadap barat ataupun timur, tapi harus menghadap ke arah mata angina utara dan selatan, dikarenakan pada saat pertandingan atau lapangan dipakai, untuk tim yang menghadap barat tentunya akan merugikan arah pandang mereka dikarenakan silau. Pada sisi barat dari tapak ini terdapat bangunan sports center yang tidak terlalu tinggi bangunannya, sehingga matahari yang datang dari barat tidak dapat terhalang sedikitpun.
IV.2.3 Analisis Kebisingan Kebisingan sebagian besar berasal dari depan tapak, yakni terdapat jalan raya yang cukup besar dan padat pada saat jam-jam tertentu, yaitu pada saat jam pulang kerja. Jalan yang sering digunakan
15
oleh para penghuni dari Alam Sutera bepergian ke kantor ataupun mengantarkan anaknya bersekolah melewati jalan ini. Ada pula gereja yang berada di seberang tapak, tentunya ini akan menjadi kebisingan yang berasal dari kendaraan bermotor yang datang ke gereja pada hari minggu. Tentunya pada saat perancangan nanti, fungsi-fungsi yang membutuhkan privasi dan juga ketenangan tidak akan diletakan pada massa bangunan depan tapak, karena akan mengganggu kinerja dari pengguna bangunan.
Gambar 4.8. Analisis kebisingan
IV.2.4 Analisis Iklim dan Angin Tapak yang berada di posisi geografis 6 07’LS; 106 30; BT. Dari data yang saya dapatkan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika mengatakan bahwa curah hujan untuk daerah Tangerang dan sekitarnya cukup rendah sepanjang tahun. Tingkat kelembaban antara 64% - 97%. Dengan kecepatan angin rata-rata 12km/jam yang datang dari arah barat daya. Angin sebagian besar yang datang dari arah barat daya dapat dimanfaatkan sebagai penghawaan alami ke dalam bangunan, sehingga
16
bangunan tidak perlu memanfaakan penghawaan buatan terlalu banyak. Bangunan nantinya dapat menerapkan cross ventilation agar angina dapat terbagi ke seluruh ruangan.
Gambar 4.9. Analisis Angin
IV.2.5 Penggabungan Analisa Matahari, Angin, dan Kebisingan Berdasarkan dari beberapa gabungan analisa, dapat dibentuk menjadi 1 massa bangunan yang sesuai dengan fungsi dan juga tidak bertabrakan dengan analisa yang ada. Dengan mempertimbangkan aspek matahari, kebisingan, dan juga angin yang ada di tapak ini, maka dapat dibuat gabungan analisa tersebut :
17
Gambar 4.10. Analisis gabungan
Keterangan : Warna kuning : area yang terkena sinar matahari tidak terlalu panas Warna orange : area yang panas terkena sinar matahari Warna merah : area dengan tingkat kebisingan paling tinggi Warna biru
: arah angina masuk ke dalam tapak
Dengan analisa yang didapat di atas, dapat dilihat, area yang harus dihindari dan juga perlu diperhatikan adalah sisi barat dan depan tapak. Perlunya dibuat penghalang kebisingan di depan tapak dengan menerapkan tanaman atau pepohonan di depan tapak sehingga dapat meredam kebisingan yang ada di depan tapak. Serta peletakan zoningzoning sehingga fungsi yang berada di dalam bangunan tidak terganggu. Pada sisi barat perlu didesain agar matahari tidak langsung mengenai bangunan dan membuat suhu ruangan menjadi panas, tentunya orientasi lapangan harus benar, yaitu menghadap utara dan selatan.
18
Ventilasi yang dibuat sebaiknya menghadap barat daya, karena dari arah tersebut angin sebagian besar datang.
Gambar 4.11. Zoning
Hasil pen-zoning-an di atas adalah dari hasil analisa yang dilakukan melalui matahari, angin dan juga kebisingan, sehingga menghasilkan hasil zoning untuk massa-massa bangunan yang berbedabeda.
IV.2.6 Analisis Pintu Masuk ke Dalam Tapak Peletakkan
pintu
masuk
atau
main
entrance
harus
mempertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu : -
Mudah terlihat dari jalan
-
Kemudahan untuk kendaraan bermotor dan juga pejalan kaki memasuki tapak
-
Kepadatan lalu lintas di depan tapak
-
Tidak mengganggu lalu lintas yang ada di sekitar tapak
19
Lalu lintas yang berada di sekitar tapak tidak terlalu padat, karena di sisi utara tapak terdapat sports center, lalu di seberang jalan tapak terdapat St Laurensius Catholic Church di mana lalu lintasnya tidak terlalu padat. St Laurensius Catholic Church hanya ramai pada saat para umatnya beribadah, seperti pada hari minggu pagi atau sabtu sore, karena pada jam-jam tersebut para umatnya sedang berkumpul dan beribadah di gereja ini. Sedangkan jadwal dari akademi sepak bola sendiri antara hari senin sampai dengan jumat, dan tidak akan terpengaruh oleh lalu lintas dari gereja ini. Sports center yang berada di utara tapak pun tidak terlalu padat, sehingga lalu lintas yang disebabkan oleh sports center ini tidak akan mengganggu lalu lintas dari tapak ini sendiri.
-
Alternatif 1
Gambar 4.12. Analisis Pintu Masuk Alternatif 1
Pintu masuk ke dalam tapak terdapat pada sisi Barat dari tapak, sehingga kendaraan yang datang dari Jl. Sutera Utama dapat langsung masuk ke dalam tapak untuk drop off lalu dapat langsung keluar dari
20
tapak melalui pintu keluar yang berada di sisi Tenggara dari tapak. Sirkulasi seperti ini tidak mengganggu apabila lalu lintas di depan tapak sedang padat, karena pintu masuk dan pintu keluar tidak saling mengganggu sirkulasinya, terlebih pada saat ada pertandingan, para penonton berbondong-bondong datang dari pintu masuk dan akan menyebabkan kemacetan.
-
Alternatif 2
Gambar 4.13. Analisis Pintu Masuk Alternatif 2
Pada alternatif kedua ini pintu masuk berada pada sisi Tenggara dari tapak ini, dan pintu keluar berada pada sisi Barat dari tapak. Kendaraan bermotor yang datang dari Jl. Sutera Utama dapat mengantri di depan tapak tanpa mengganggu sirkulasi dari sports center yang berada di utara tapak. Tapi kekurangan dari sirkulasi seperti ini adalah apabila pengunjung yang sudah mengantri terlalu panjang hingga pintu keluar akan menghambat sirkulasi, sehingga kendaraan yang akan keluar dari tapak akan terganggu oleh kendaraan yang akan memasuki tapak.
21
Kriteria
Alternatif 1
Alternatif 2
Mudah terlihat
3
4
Kelancaran lalu lintas
4
2
mengantri
2
2
TOTAL
9
8
Kemudahan
Tabel 4.4. Tabel perbandingan alternatif pintu masuk
Keterangan : 1
:
kurang
2
:
cukup
3
:
baik
4
:
sangat baik
IV.2.7 Analisis Sirkulasi Tapak Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sirkulasi di dalam tapak, yaitu : -
Kejelasan dari arah sirkulasi
-
Kelancaran sirkulasi
-
Tidak terjadinya pertemuan antar sirkulasi yang menyebabkan kemacetan
-
Kemudahan bagi pengendara untuk menuju lokasi yang diinginkan
Penentu dari sirkulasi di dalam tapak ini adalah peserta yang datang diantar, karena mereka yang datang menggunakan motor ataupun mobil harus disediakan tempat drop off agar para peserta dapat turun dari kendaraan bermotor dengan nyaman dan juga tidak mengganggu sirkulasi dari kendaraan yang lain. Selain itu, ada juga bus yang mengantar atau menjemput para peserta dari akademi ke tempat lain, perlu adanya drop off yang cukup luas, agar lalu lintas di depan drop off
22
tidak saling mengganggu. Ada juga sirkulasi bagi para pejalan kaki yang masuk ke dalam tapak, maka dari itu perlu disediakannya jalur sirkulasi pedestrian.
-
Alternatif 1
Gambar 4.14. Analisis Sirkulasi dalam tapak Alternatif 1
Alternatif yang pertama ini menyediakan sirkulasi dalam tapak dimulai dari pintu masuk yang terdapat di sisi barat tapak, lalu masuk mengelilingi lobby dan juga drop off sehingga para orang tua yang mengantar anaknya dapat langsung menurunkan anaknya di area drop off, setelah itu mereka dapat keluar atau memakirkan kendaraannya di areal parkir.
-
Alternatif 2 Pada alternatf kedua ini sebenarnya tidak berbeda jauh dengan
alternatif 1, tapi pada alternatif kedua ini, bagi para orang tua yang akan menurunkan anaknya dapat langsung keluar, tanpa harus berputar
23
mengitari tempat parkir. Bagi yang ingin memakirkan kendaraannya tetap dapat memakirkan kendaraannya tanpa harus berputar terlalu jauh.
Gambar 4.15. Analisis Sirkulasi dalam tapak Alternatif 2
Kriteria
Alternatif 1
Alternatif 2
Kelancaran lalu lintas
4
3
penumpang
4
2
TOTAL
8
5
Kemudahan menurunkan
Tabel 4.5. Tabel perbandingan alternatif sirkulasi
Keterangan : 1 : 2 : 3 : 4 :
kurang cukup baik sangat baik
Dari hasil analisa di atas, dapat dilihat pada tabel bahwa alternatif pertama lebih baik, karena pada prakteknya nanti, para orang tua yang
24
membawa anaknya dapat langsung diturunkan pada areal lobby, karena terdapat drop off, lalu bagi orang tua yang ingin keluar, dapat langsung keluar dari area akademi sepak bola, bagi yang ingin memakirkan mobilnya, dapat langsung memakirkan mobilnya.
IV.2.8 Analisis Pejalan Kaki
Gambar 4.16. Analisis Pejalan Kaki
Perlunya dibuat pedestrian di dalam tapak, dikarenakan belum adanya pedestrian dari luar tapak, zebra cross juga diperlukan bagi orang yang masuk ke dalam tapak dan ingin menyebrangi jalur kendaraan bermotor, sehingga sirkulasi tidak terganggu dan dapat tetap berjalan.
25
IV.2.9 Analisis View ke Dalam Tapak
Gambar 4.17. Analisis View ke Dalam Tapak
Analisis dari luar tapak ke dalam tapak melihat dari sisi pejalan dan juga pengendara kendaraan bermotor yang melintas di Jl. Sutera Utama, melihat cukup banyak kendaraan yang melintas di jalan ini, maka fasad dari bangunan harus terlihat menarik dari sudut ini. View yang kedua adalah berasal dari seberang tapak, di mana terdapat gereja yang memiliki umat yang cukup banyak dan dapat menjadi pusat perhatian. Dari arah selatan terdapat banyak juga pengendara bermotor yang berasal dari perumahan, nantinya bangunan ini tentunya akan cukup signifikan dan juga terlihat jelas dari jalan ini.
26
IV.2.10 Analisis View ke Luar Tapak
Gambar 4.18. Analisis View ke Luar Tapak
Analisis view ke luar tapak dapat terlihat dengan warna biru dan merah, di mana yang berwarna merah adalah view yang cukup baik dan menguntungkan, tapi yang berwarna merah adalah view dengan nilai yang buruk atau kurang baik. View ke arah barat cukup baik karena mengarah ke Jl. Sutera utama, di arah barat daya terdapat gereja yang juga pemandangannya cukup baik. Pada arah mata angina selatan terdapat view dari Jl. Sutera Utama yang berkebalikan arah, dan view ke arah ini masih cukup baik. Kemudian pada view yang mengarah ke barat laut tidak cukup baik dan menarik, karena terhalang oleh sports club. Kemudian pada arah mata angin utara, timur laut, dan juga tenggara terdapat perumahan yang kurang baik pemandangannya.
27
IV.2.11 Analisis Zoning Menurut Hierarki Fungsi
Gambar 4.19. Analisis Zoning
Analisis zoning ini dibuat berdasarkan fungsi dari masing-masing massa bangunan, di mana fasilitas yang terdapat di depan memiliki ruang-ruang seperti lobby, ruang pengelola, lounge dan ruang makan. Fasilitas yang berada di belakang merupakan fasilitas yang disediakan khusus untuk para peserta dari akademi sepak bola ini, yaitu fasilitas seperti tempat fitness, kolam renang. Ruang parkir yang disediakan di depan tapak sengaja diletakkan di depan agar polusi dan juga suara bising dari kendaraan bermotor tidak masuk ke dalam lapangan, terutama pada saat lapangan digunakan untuk latihan. Hunian bagi para peserta terdapat di belakang tapak, dikarenakan agar terhindar dari suara bising dan juga polusi yang dihasilkan dari luar tapak.
28
IV.2.12 Analisis Tata Ruang Luar Tata ruang luar sangat diperlukan sebagai ruang perantara antara ruang luar tapak dan juga dalam tapak, sehingga perubahan dari luar tapak ke dalam tapak tidak terlalu drastis. Tata ruang luar pun dapat mencerminkan ciri dari bangunan yang berada di dalam tapak sendiri, dan juga sebagai pelengkap dan pemanis. Faktor yang harus dimiliki oleh tata ruang luar adalah : -
Diharapkan ruang luar dapat membantu menghijaukan tapak dan juga lingkungan sekitar tapak
-
Tata ruang luar dapat membantu memperindah bangunan yang berada di dalam tapak itu sendiri
Elemen-elemen yang dapat dijadikan pengisi ruang luar adalah : -
Elemen lunak ( soft materials ) Berupa elemen-elemen hidup yang dapat berupa vegetasi atau tumbuhan hidup yang dapat membantu iklim mikro dari dalam dan luar tapak, sehingga dapat menyaring udara yang masuk ke dalam tapak, selain itu dapat juga berfungsi sebagai penahan suara bising yang masuk ke dalam tapak.
-
Elemen keras ( hard materials ) Yang termasuk ke dalam hard materials adalah elemenelemen yang berupa seperti lampu taman, kursi taman, ataupun jogging track yang berupa pengerasan.
29
Gambar 4.20. Analisis soft dan hard materials
Elemen pembentuk ruang luar dapat dilihat pada gambar di atas, pada bagian yang diberi warna merah adalah elemen pembentuk ruang luar hard materials, sedangkan yang berwarna hijau adalah soft materials. Hard materials sebagian besar adalah lampu-lampu sekitar lobby dan juga jalur pedestrian, ada pula kursi tempat menunggu atau bersantai pada bagian hunian. Soft materials yang saya gunakan sebagai pembentuk ruang luar adalah penghijaun, berupa rumput dan juga pepohonan, yang dapat menyerap bising yang berasal dari luar tapak dan juga berfungsi menyaring udara yang nantinya akan masuk ke dalam bangunan.
IV.3 Analisis Aspek Bangunan IV.3.1 Analisis Jenis Massa Jenis massa bangunan akademi sepak bola ini adalah terpisahpisah, atau terbagi menjadi beberapa massa bangunan, dikarenakan fungsinya yang berbeda satu sama lain. 30
Terbagi-bagi menjadi 3 massa bangunan, yakni massa bangunan dengan zoning publik, zoning semi privat, dan juga zoning privat. Zoning publik terdapat fasilitas seperti lobby, ruang pendaftaran, dan juga tribun penonton, zoning semi privat terdapat fasilitas lounge, ruang makan, dan juga ruang fitness. Khusus untuk zoning privat terdapat asrama yang nantinya akan dihuni oleh peserta dari akademi sepak bola ini. Jumlah lapis yang diperbolehkan di tapak ini adalah maksimal 12 lapis.
IV.3.2 Analisis Bentuk Massa Dasar Pembentukan dari massa dasar didasari oleh beberapa faktor, yaitu : -
Zoning dari fasilitas-fasilitas yang terdapat di dalamnya
-
Hubungan antar kegiatan
-
Hubungan dengan analisa matahari, angin, dan view
-
Pola sirkulasi
-
Kterkaitan massa bangunan dengan lingkungan sekitar tapak.
IV.3.2.1 Lobby, Tribun dan Fasilitas Pendukung Pada massa bangunan yang pertama ini terdapat beberapa fasilitas di antaranya adalah lobby dan tribun penonton pada massa bangunan sisi barat, pada sisi timur terdapat fasilitas-fasilitas pendukung seperti ruang pengelola, ruang service dan juga gudang tempat menyimpan berbagai macam peralatan sepak bola.
31
Gambar 4.21. Massa Bangunan 1
IV.3.2.2 Fasilitas Pendukung Latihan Massa bangunan yang kedua ini memiliki ruang-ruang dengan sifat semi privat, di mana ruangan-ruangan yang terdapat di dalamnya digunakan oleh para peserta akademi sepak bola saja. Beberapa di antaranya adalah ruang makan, lounge, ruang fitness, dan juga kolam renang.
Gambar 4.22. Massa Bangunan 2
32
IV.3.2.3 Fasilitas Hunian Massa bangunan yang terakhir ini adalah massa bangunan yang dikhususkan untuk hunian bagi para pelatih dan juga para peserta akademi sepak bola. Massa bangunan ini dibuat terpisah karena memiliki zoning privat, dan ruang hunian ini harus memiliki sifat yang privat, sunyi, dan nyaman.
Gambar 4.23. Massa Bangunan 3
IV.3.3 Analisis Pemilihan Struktur Bangunan Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam memilih struktur bangunan untuk akademi sepak bola ini, yaitu: -
Kekuatan dari struktur itu sendiri
-
Ketahanan struktur terhadap gempa ataupun iklim yang ada di sekitar tapak
-
Jenis struktur yang sesuai dengan fungsi dan juga kesesuaian dengan bentuk bangunan
Struktur pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu : -
Struktur atas bangunan ( upper structure )
-
Struktur bawah bangunan ( sub structure )
33
A. Struktur bagian atas bangunan ( upper structure ) Struktur bagian atas bangunan adalah struktur yang berada di atas pondasi yang bertugas untuk menahan seluruh beban hidup atau beban lateral
yang
diterima,
lalu
dilanjutkan
ke
pondasi
bangunan.
Perbandingan beberapa jenis upper structure :
Jenis Struktur
Kelebihan
Portal
kekakuan cukup
(kolom dan balok)
fleksibel dalam penataan interior unit wisma atlet
Kekurangan dimensi relatif besar untuk bentang lebar trafe kolom relatif kecil
struktur sederhana dan ringan
Dinding pemikul
kekakuan tinggi
material beton pada bidang datar dapat
Biaya yang cukup besar Harus terjadi
mereduksi suara
banyak penyesuaian
Memipih sesuai ruang
dengan barang dari
(efisiensi)
pabrik
Waktu pemasangan cepat
penampilan masif
pemakaian bahan
Struktur baja
bahan baja kuat
(balok, rangka, grid,
sedikit dan berupa
tarik relatif kurang
dan slab)
prefab
ekonomis bagi
waktu pengerjaan cepat
wisma atlet korosi
dapat digunakan untuk bentang lebar
Tabel 4.6. Tabel perbandingan upper structure
Struktur portal cocok digunakan untuk hunian dan juga ruangruang yang tidak membutuhkan bentang yang terlalu lebar, sedangkan 34
struktur baja akan digunakan pada tribun penonton, karena tribun penonton tidak boleh terhalang oleh struktur kolom yang dapat menghalangi penglihatan dari penonton itu sendiri.
B.Struktur bagian bawah bangunan ( sub structure ) Sub structure
adalah struktur dari bangunan yang menahan
beban dari atas ke bawah, bisa juga disebut sebagai kaki dari bangunan tersebut. Perbandingan beberapa jenis sub structure :
Jenis Pondasi Batu kali
Kelebihan
Kekurangan
Mudah dikerjakan
Kekuatan
Dapat berupa pondasi
terbatas
beban
Lajur dan setempat
Beton
Mudah dikerjakan
Kekuatan
bertulang
Dapat berupa pondasi
terbatas
beban
Lajur dan setempat Tiang Pancang
Menahan beban besar
Biaya besar
Pemasangan
Menimbulkan bising
relatif
cepat Kualitas
Perlu arat berat bahan
terjaga Bore pile
Menahan cukup besar
beban
Biaya relatif besar Pelaksanaan rumit Waktu nya lama
Tabel 4.7. Tabel perbandingan sub structure
Penggunaan pondasi yang tepat bagi akademi sepak bola ini adalah pondasi batu kali, karena hunian dan juga fasilitas pendukung dari
35
akademi sepak bola ini tidak berlapis terlalu banyak, sehingga tidak diperlukan pondasi yang terlalu mahal dan juga kuat. Pada pondasi tribun mungkin akan menggunakan tiang pancang, dikarenakan bentang yang cukup jauh dan juga menggunakan bentang lebar, sehingga perlu menggunakan tiang pancang untuk mendukung beban dari struktur tribun itu sendiri.
IV.3.4 Analisis Utilitas Bangunan Analisa dari utilitas bangunan nantinya akan membantu melihat kebutuhan dari listrik, air, pencahayaan, dan penghawaan.
A. Analisa Kebutuhan Air Bersih Total luas bangunan akademi sepak bola
: 1500 m2
Standar kebutuhan air bersih
: 1 m3/hari/100m2
Kebutuhan air bersih akademi sepak bola
: 15 m3/hari
( Sumber : Noerbambang dan Morimura 1991 )
Kebutuhan air bersih sebagian besar digunakan oleh para penghuni dari akademi sepak bola ini, seperti peserta dan juga pelatih yang menginap di asrama, nantinya pendistribusian air bersih ini akan menggunakan reservoir dari atas asrama, sehingga pendistribusian dapat lebih mudah dan lancar.
Gambar 4.24. Distribusi air
36
B. Analisa Air Kotor Pengolahan air kotor sebagian besar berasal dari hunian asrama akademi sepak bola ini, nantinya air kotor yang akan dibuang akan disalurkan ke STP lalu ke septic tank, lalu dilanjutkan ke riol kota.
Gambar 4.25. Distribusi air kotor
C. Analisa Pencegahan dan Mengatasi Kebakaran Sistem penanggulangan kebakaran salah satunya adalah dengan cara pembuatan tangga darurat yang sudah ditetapkan demi keamanan para pengguna bangunan, dengan jarak dan juga material yang digunakan sehingga aman bagi penggunanya. Jarak terjauh dengan tangga darurat adalah 30m, dan 12m dari dead corridor. Selain itu, ada juga pencegahan kebakaran dengan menggunakan sprinkler, dan sprinkler akan terpacu untuk memancarkan air pada suhu 68oC, pancaran air yang keluar dari sprinkler berjarak radius sekitar 3,5m.
37
Foto 4.1. Sprinkler
Pencegahan yang lain adalah dengan menggunakan smoke detector dan heat detector, dengan menggunakan kedua alat ini, akan memantau tingkat suhu dan juga asap yang ada di dalam ruangan, sehingga pada saat suhu ruangan naik atau asap yang berada
di
dalam
ruangan
sudah
mulai
membahayakan
penghuninya, detector ini akan langsung memberikan peringatan kepada penghuni. Menurut Setyawan Adhitya ( 2010 ) Sprinkler yang digunakan untuk akademi sepak bola ini sebanyak : 1500 m2/4,6m = 326 sprinkler Sprinkler memancarkan air sebanyak 80dm3 per menitnya sedangkan untuk memadamkan api, sprinkler pada umumnya bertahan selama 30 menit, maka dalam 30 menit total air yang dikeluarkan oleh sprinkler adalah : 326 x 30 x 80dm3 = 782.400dm3 => 782,4m3
38
Apabila sudah terjadi kebakaran, perlu disediakan fire extinguisher dan juga hydrant sebagai pemadam api. Hydrant yang perlu disediakan untuk bangunan akademi ini adalah : 1500 m2/800 = 1,875 => 2 Kebutuhan air untuk memenuhi hydrant adalah : 2 unit x 400liter/menit = 8 m3
D. Pencahayaan Pencahayaan yang digunakan dalam bangunan akademi sepak bola ini terbagi menjadi dua, yaitu : -
Pencahayaan alami
-
Pencahayaan buatan
Pencahayaan alami menggunakan cahaya matahari yang siap menyinari akademi sepak bola ini sepanjang hari, dari pagi hari hingga sore hari, tentunya cahaya matahari ini dapat dimanfaatkan secara maksimal sehingga dapat membantu menghemat penggunaan listrik pada bangunan. Pencahayaan buatan yaitu menggunakan lampu yang memanfaatkan energy listrik, tentunya ini bukanlah pilihan utama sebagai pencahayaan ruang dalam dari akademi sepak bola ini, karena akan menguras sebagian besar energi listrik dan membuat bangunan ini menjadi tidak sustainable.
D.1 Analisis Sustainable – Pencahayaan alami Pencahayaan alami adalah topik yang saya ambil dan akan saya terapkan pada akademi sepak bola ini, melalui pencahayaan alami, bangunan ini dapat menjadi bangunan yang hemat energi, dan juga memanfaatkan cahaya matahari secara maksimal.
39
Tentunya cahaya matahari yang masuk ke dalam bangunan tidak secara langsung dimasukkan ke dalam bangunan, karena cahaya yang masuk akan berlebihan, yaitu 100.000 lux, sedangkan cahaya yang dibutuhkan di dalam ruangan sekitar 1000 lux. Maka dari itu perlu adanya filter untuk cahaya matahari sehingga cahaya matahari yang masuk tidak berlebihan. Sun shading adalah penahan sinar matahari yang akan saya gunakan untuk akademi sepak bola ini, terutama pada bagian asrama. Melalui data-data yang saya dapat mengenai matahari yang menyinari tapak yang terletak di Alam Sutera, Tangerang, saya dapat mendesain sun shading yang sesuai dengan tapak dan bangunan akademi sepak bola ini.
Gambar 4.26. Data-data mathari di Tangerang
Dari data yang didapat di atas, dapat dilihat bahwa suhu di daerah tersebut sepanjang tahun adalah di antara 26oC sampai dengan 27oC. Pelatihan yang dilakukan di akademi ini dimulai dari bulan September sampai dengan bulan Maret, di mana suhu di antara bulan-bulan ini adalah 26,03oC sampai dengan 26,49oC. 40
Dapat dilihat dari suhu-suhu ini, suhu yang berada di tapak akademi sepak bola ini tidak terlalu panas. Data-data tentang matahari di Tangerang, dapat dilihat pula lamanya matahari menyinari daerah Tangerang selama 6 bulan ke depan, mulai dari bulan maret.
Tabel 4.8. Tabel 4. Analisa matahari 6 bulan ke depan
Dari data yang didapat di atas, dapat dilihat bahwa matahari terbit rata-rata antara jam 6 pagi, dan terbenam pukul 17.50, dengan lama peredaran matahari selama kurang lebih 11jam 50 menit. Dengan waktu peredaran matahari yang cukup panjang dapat dimanfaatkan sebaik mungkin sebagai pencahayaan dan juga pembangkit energi listrik berupa solar panel sebagai penambah daya listrik bagi akademi sepak bola.
D.2 Analisis Sun Shading Melalui gambar sun path yang didapat, dapat dilihat untuk daerah Tangerang memiliki sudut kemiringan matahari maksimal sebsesar 70o, yaitu pada bulan Desember. Melalui sudut kemiringan tersebut dapat dibuat sun shading menghadap utara dan selatan dengan panjang tertentu mengikuti sinar matahari datang, terutama unit hunian, atau kamar tidur dari peserta akademi sepak bola ini.
41
Gambar 4.27. Sudut kemiringan matahari terbesar
Dari hasil analisis menggunakan sun path, saya membuat beberapa alternatif besaran dari sun shading itu sendiri. Dengan mengetahui sudut matahari sebesar 70 o, saya dapat mengetahui seberapa panjang sun shading yang harus dibuat, bergantung pada besaran bukaan yang dibuat.
D.3 Analisis Sun Shading Utara dan Selatan Analisis yang pertama adalah mengangkat bagian utara dan selatan dari bangunan terlebih dahulu untuk mendesain sun shading. Berikut ini adalah beberapa alternatifnya : Alternatif pertama menggunakan asumsi tinggi bukaan jendela setinggi 2m, maka panjang dari sun shading yang diperlukan agar dapat secara maksimal menghalangi sinar matahari secara langsung adalah 115cm.
42
Gambar 4.28. Besaran sun shading pada Alternatif 1
Alternatif kedua adalah dengan menggunakan bukaan jendela setinggi 120cm, maka panjang dari sun shading yang diperlukan adalah hingga 69cm.
Gambar 4.29. Besaran sun shading pada Alternatif 2
Alternatif ketiga adalah dengan bukaan yang memiliki tinggi 2m, tapi menggunakan variasi sun shading yang berbeda, yaitu dengan menggunakan lekukan di ujung sun shading, tapi dengan desain yang seperti ini akan mengganggu jarak pandang dari pengguna kamar tidur.
43
Gambar 4.30. Besaran sun shading pada Alternatif 3
Hasil dari ketiga alternatif yang saya buat, dapat dibuat perbandingan menggunakan tabel, agar terlihat perbedaan antar sun shading yang satu dengan yang lainnya :
Sun Shading
Panjang Sun
Kekurangan
Shading Alternatif 1
115cm
-
Alternatif 2
69cm
Bukaan terlalu kecil
Alternatif 3
85cm
Sudut pandang berkurang
Tabel 4.9. Perbandingan 3 alternatif sun shading
Dapat diambil kesimpulan bahwa alternatif yang terbaik adalah alternatif pertama, dikarenakan panjang dari sun shading yang sudah memenuhi standar untuk menghalangi sinar matahari agar tidak langsung masuk ke dalam ruangan. Seperti yang sudah
44
saya survey di Binus Square menggunakan sun shading dengan panjang 70cm.
D.4 Analisis Sun Shading Timur Analisis yang selanjutnya adalah analisis sun shading untuk bagian timur, di mana pada bagian timur terdapat jam-jam tertentu yang memiliki intensitas sinar matahari yang cukup tinggi, yaitu pada pukul 10.00 hingga pukul 12.00 siang. Saya membuat diagram jam matahari yang terbit dari timur pada pukul 06.00 hingga 18.00 di barat. Melalui diagram ini dapat dilihat sudut matahari pada jam-jam tertentu, dan dapat ditentukan pula sudut matahari yang terbentuk, melalui sudut matahari yang terbentuk akan dapat dibuat desain sun shading yang tepat.
Gambar 4.31. Diagram matahari menurut jam
Dari gambar di atas dapat dilihat sudut yang dibentuk oleh matahari pada pukul 10.00 adalah 75 o, dengan begitu dapat dibuat sun shading dengan acuan sudut sebsesar 75 o. Dengan
membuat
alternatif
desain
sun
shading
menggunakan acuan sudut sebsar 75o dan tinggi bukaan atau jendela adalah 200cm, maka panjang dari sun shading yang terbentuk adalah sepanjang 99cm.
45
Gambar 4.32. Alternatif sun shading yang menghadap timur
Sun shading dengan panjang 99cm ini dapat diterapkan pada bangunan sudut barat dan timur, karena analisis ini menurut arah mata angin barat dan timur. Alternatif kedua dari sun shading yang menghadap ke timur adalah dengan menggunakan bukaan setinggi 100cm, dan berjarak 100cm dari lantai, sehingga cahaya yang masuk dari jendela ini dapat digunakan untuk penerangan meja belajar. Panjang dari sun shading sendiri yaitu sepanjang 58cm, dihasilkan dari sudut yang dibentuk oleh matahari, yaitu sebesar 75o.
Gambar 4.33. Alternatif 2 sun shading yang menghadap timur
46
Dari kedua alternatif ini terdapat kekurangan dari masingmasing alternatif, yaitu :
Sun Shading
Panjang Sun
Kekurangan
Shading Alternatif 1
99cm
Alternatif 2
58cm
Bukaan terlalu tinggi
-
Tabel 4.10. Perbandingan 3 alternatif sun shading arah timur
Alternatif 1 sangatlah tidak cocok, dikarenakan tinggi jendela yang terlalu besar dan juga penggunaan material untuk membuat sun shading menjadi banyak, karena sun shading pada alternatif 1 sangat panjang. Alternatif 2 adalah solusi yang cocok, karena tinggi dan juga panjang dari sun shading yang sesuai dengan kebutuhan.
D.5 Analisis Sun Shading Barat Untuk analisis sun shading yang menghadap barat sendiri memiliki sudut matahari yang cukup besar, dikarenakan panas matahari yang menghadap barat mulai dari pukul 12.00 sampai dengan pukul 16.00, maka dari itu saya menggunakan jenis sun shading yang berbeda, yaitu dengan memantulkan cahaya yang masuk ke dalam bangunan melalui sun shading itu sendiri.
Gambar 4.34. Sun shading bagian barat
47
Dengan tinggi bukaan 200cm, dapat diaplikasikan sun shading dengan bentuk sirip, atau pada sisi samping dengan lebar 50cm yang diterapkan berulang kali sepanjang jendela, dengan jarak antar sirip 50cm.
Gambar 4.35. Alternatif sun shading bagian barat
D.6 Analisis Sirip Sun Shading Panjang sirip dari sun shading, atau sisi samping sun shading memiliki rumus tersendiri yang berbeda dengan sun shading sebelumnya, yaitu : H
=
D x tan ( solar altitude ) Cos ( solar azimuth – window azimuth )
Gambar 4.36. Rumus sirip sun shading
48
Dari rumus di atas, dapat diketahui bahwa : H = 200cm Solar altitude = 70o Solar azimuth = 60o Window azimuth = 90o
200cm
=
D x tan 70o Cos ( 90o - 60o )
200cm
=
D x 1,221 0,154
200cm
=
D x 1,221 0,154
30,8
=
D
=
24,57cm => 25cm
1,221
D
Gambar 4.37. Sun shading atas dan sirip samping
49
Contoh di atas adalah contoh hasil dari analisis matahari yang menghasilkan sun shading sirip atas dan juga sirip samping, dengan menggunakan alternatif 1 menghadap arah mata angin selatan atau utara yaitu dengan sun shading atas sepanjang 115cm, tinggi 200cm, dan sirip samping 25cm. Penerapan pada sirip samping yang menghadap timur sebenarnya sama saja, yaitu sepanjang 25cm, dikarenakan solar altitude dan solar azimuth yang sama, menghasilkan perhitungan yang sama, sehingga tidak ada perbedaan panjang sirip samping antara yang menghadap utara selatan dengan sudut timur.
Alternatif bentuk-bentuk dari sun shading yang dapat diterapkan adalah :
Gambar 4.38. Alternatif bentuk sun shading
Sun Shading
Estetika
Fungsi
Alternatif 1
2
4
Alternatif 2
2
2
Alternatif 3
3
4
Tabel 4.11. Perbandingan 3 alternatif sun shading final
50
Keterangan : 1 : 2 : 3 : 4 :
kurang cukup baik sangat baik
Dari tabel di atas dapat dilihat dari ketiga alternatif sun shading yang ada, yang terbaik adalah alternatif 3, karena pada alternatif ketiga tidak adanya pengurangan panjang dari sirip sun shading ataupun atap sun shading itu sendiri, sedangkan pada alternatif 1, memiliki bentuk yang terlalu kaku, sehingga kurang cocok digunakan. Menurut Libria Widiastuti ( 2004 ) kuat cahaya matahari rata-rata pada Indonesia adalah di kisaran 40.000 lux. Dengan mengetahui kuat cahaya matahari ini saya dapat menghitung besaran cahaya yang masuk ke dalam ruangan hunian melalui bukaan sebesar 1m x 1m dengan sun shading sepanjang 58cm, sirip 25cm dan menghadap timur. Dengan menggunakan software Autodesk Ecotect, saya dapat menghitung besaran dari cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan.
Gambar 4.39. Analisa menggunakan Autodesk Ecotect
51
Bulan/Jam 07.00
10.00
12.00
14.00
16.00
Maret
127 lux
147 lux
127 lux
127 lux
127 lux
Juni
107 lux
127 lux
107 lux
107 lux
107 lux
September 127 lux
147 lux
127 lux
127 lux
127 lux
Desember
127 lux
107 lux
107 lux
107 lux
107 lux
Tabel 4.12. Tingkat cahaya sepanjang tahun
Dari hasil analisis di atas dapat dilihat bahwa rata-rata pencahayaan yang diukur 80cm dari lantai dan tepat di depan jendela adalah 107 lux sampai dengan 147 lux, sedangkan standarisasi penerangan pada ruang tidur adalah 120-150 lux. (Sumber : SNI, 2001) Dengan rata-rata penerangan dalam ruangan 127 lux, maka penerangan ruang tidur akademi sepak bola ini sudah memenuhi standar yang ditentukan.
E. Penghawaan Bangunan akademi sepak bola ini nantinya tidak akan memiliki lapis yang terlalu banyak, kemungkinan hanya sekitar 3 lantai, maka dari itu penghawaan yang digunakan adalah penghawaan alami dengan menggunakan sistem cross ventilation. Dengan bentangan yang tidak mencapai 20m, maka angin masih dapat masuk dan keluar kembali melalui lubang angin.
Gambar 4.40. Cross ventilation
52