perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang fenomena perilaku menyimpang di kalangan pelajar SMA Negeri 8 Surakarta, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Perilaku menyimpang yang terjadi di kalangan pelajar SMA Negeri 8 Surakarta dipersepsikan secara berbeda oleh informan yang dibagi ke dalam dua kategori yaitu (siswa yang pernah/masih berperilaku menyimpang dan siswa yang tidak berperilaku menyimpang). Siswa yang pernah/masih berperilaku menyimpang memiliki persepsi bahwa perilaku menyimpang sebagai suatu hal yang wajar atau biasa. Persepsi tersebut diperoleh dari adanya kesadaran subjektif yang mengalami proses pembiasaan. Sehingga perilaku menyimpang yang mereka maknai tersebut cenderung dilakukan secara berulang-ulang. Sedangkan bagi siswa yang tidak berperilaku menyimpang memberikan persepsi bahwa perilaku menyimpang merupakan suatu perilaku yang melanggar tata tertib, merugikan diri sendiri, dapat mengganggu orang lain, tidak menghasilkan prestasi, sehingga sebagai perilaku yang tidak wajar untuk dilakukan. 2. Faktor yang melatarbelakangi munculnya perilaku menyimpang di kalangan pelajar SMA Negeri 8 Surakarta dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal (dalam diri),yang timbul dari adanya kepribadian, jenis kelamin, umur dan kesadaran subjektif yang mengalami proses pembiasan yang berakibat pada munculnya rasa malas, tidak suka, merasa kesulitan terhadap hal-hal tertentu di sekolah sehingga menimbulkan perilaku menyimpang. Sementara faktor eksternal (luar diri) yang berasal dari teman, permasalahan di dalam keluarga, pihak sekolah (baik yang berasal dari guru atau tata tertib sekolah), serta commit to user pengaruh dari game dan internet. 85
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Strategi yang diterapkan SMA Negeri 8 Surakarta dalam menanggulangi perilaku menyimpang yaitu dimulai dari dibentuknya Tim STP2K (Satuan Tugas Pelaksanaan dan Pembinaan Kesiswaan) yang berada di bawah naungan Wakasek Kesiswaan, kemudian upaya teguran dari wali kelas dan Bimbingan Konseling, pemanggilan orang tua oleh pihak sekolah, home visit, kegiatan rutin cek darah dan tes urine dari pihak BNK dan PMI Surakarta. Selain itu diberlakukannya beberapa strategi baru yaitu melakukan revisi terhadap tata tertib sekolah dengan melibatkan siswa melalui MPK (Majelis Perwakilan Kelas) pada setiap tahun ajaran baru, kemudian mengundang pihak atau tokoh yang berwenang dan ahli di bidangnya sebagai narasumber atau pembina upacara untuk mengkomunikasikan pesan secara langsung kepada juga sebagai upaya sekolah untuk memberikan contoh yang baik kepada pelajar SMA Negeri 8 Surakarta seperti Kapolsek, Koramil, Kepala Satpol PPdandokter puskesmas setempat, dan strategi yang terakhir yaitu secara rutin melakukan kunjungan ke SMA Taruna yang berada di Magelang. Hal ini sebagai upaya sekolah untuk mengajarkan kedisiplinan dan ketertiban agar dapat diterapkan terhadap pelajar di SMA Negeri 8 Surakarta.
B. IMPLIKASI 1. Implikasi Teoritis Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori interaksionis simbolik Geroge Herbert Mead. Dalam konsep I dan me dapat dijelaskan bahwa perilaku menyimpang yang terjadi di kalangan pelajar memiliki persepsi yang berbeda karena perspektif yang digunakan dalam memandang hal tersebut juga berbeda. Siswa yang berperilaku menyimpang bertindak sebagai I dan memaknai perilaku menyimpang merupakan suatu perbuatan yang dilakukan atas dasar pemikiran yang aktual, perilaku yang dilakukan tanpa mencampuadukkan ingatan di masa lampau ataupun antisipasi di masa mendatang, sehingga menganggap menyimpang sebagai perbuatan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang wajar. Sementara bagi siswa yang tidak berperilaku menyimpang yang bertindak sebagai me menempatkan posisinya sebagai orang lain yang melihat penyimpangan itu terjadi. Memaknai penyimpangan sebagai sesuatu hal yang tidak sesuai dengan kehendak dan harapan dari masyarakat, yaitu untuk berperilaku tertib atau mematuhi norma. Sehingga hasilnya individu yang berada dalam dimensi me ini menentang atau berusaha untuk mengubah perilaku menyimpang yang ada sesuai dengan harapan mereka atau masyarakat. Dan pada akhirnya memunculkan persepsi yang berbeda dalam memaknai perilaku menyimpang di kalangan pelajar. Maka dengan adanya persepsi tersebut dan dapat mengetahui faktor di balik munculnya perilaku menyimpang baikyang berasal dari internal maupun eksternal , sekolah yang memiliki tata tertib sebagai indikator dalam memantau perilaku siswa memberlakukan strategi-strategi yang selain digunakan untuk menanggulangi perilaku menyimpang, juga sebagai sarana dalam berinteraksi secara simbolik dengan siswa.
2. Implikasi Praktis Implikasi praktis berkaitan erat dengan hasil penelitian. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perilaku menyimpang di kalangan pelajar dipersepsikan berbeda, yaitu sebagai perilaku yang wajar dan perilaku yang tidak wajar. Perbedaan persepsi tersebut berkaitan dengan kepribadian, jenis kelamin, umur dan kesadaran subjektif yang telah mengalami proses pembiasaan, kemudian pengaruh teman, keluarga,
pihak
sekolah,
maupun
media
yang
saling
berkesinambungan.
Perkembangan zaman membuat perilaku menyimpang yang terjadi di kalangan pelajar juga semakin beragam. Untuk itu diperlukan adanya peningkatan mekanisme kedisiplinan dan ketertiban yang berlangsung pada setiap lingkungan sosial para pelaja, mulai dari lingkungan keluarga, peer group, sekolah dan media. Agar tujuan awal dari pendidikan dalam menciptakan perilaku yang terpelajar dapat tercapai. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. SARAN Sebagai pertimbangan pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan penanganan masalah penyimpangan perilaku di kalangan SMA Negeri 8 Surakarta dan perwujudan tata tertib secara keseluruhan, terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan masukan antara lain: 1.
Bagi pelajar a.
Pelajar hendaknya meningkatkan kesadaran bahwa perilaku menyimpang yang dilakukan merupakan perilaku yang tidak terpuji, menggangu orang lain serta merugikan diri sendiri.
b.
Peserta didik hendaknya menghindari bentuk-bentuk kerjasama dalam berperilaku menyimpang.
c.
Peserta didik hendaknya membiasakan diri untuk berperilaku disiplin dengan menaati tata tertib yang telah diberlakukan oleh sekolah.
2.
Bagi guru a.
Diharapkan guru mampu mengembangkan proses pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan sehingga peserta didik merasa nyaman di dalam kelas.
b.
Diharapkan guru ikut berpartisipasi dalam meningkatkan kedisiplinan peserta didik dengan cara memberikan contoh secara nyata melalui perilaku disiplin dan terdidik di sekolah.
c.
Sebaiknya guru mengenali karakteristik pelajar secara menyeluruh sehingga dapat meminimalisir munculnya perilaku menyimpang
d.
Sebaiknya guru melakukan pengecekan terhadap pelajar melalui absensi kelas atau guru Bimbingan Konseling sehingga dapat diketahui pelajar yang terlambat, membolos, keluar saat jam pelajaran maupun melakukan pelanggaran lain.
3.
Bagi sekolah a.
Sekolah diharapkan mampu meningkatkan kontrol dan disiplin sosial terhadap pelajar yang berperilaku menyimpang. Bukan pada prosedur commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemberian hukuman melainkan melalui langkah nyata pemberlakuan strategi sekolah yang selama ini telah diterapkan. b.
Sekolah diharapkan mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif sehingga pelajar merasa nyaman berada di sekolah.
c.
Sebaiknya
sekolah
menggunakan
pendekatan
sistem
disiplin
yang
menyeluruh meliputi penanganan perilaku yang terjadi baik di dalam kelas, halaman, kantin atapun area sekitar sekolah. d.
Sekolah sebaiknya mengkomunikasikan secara jelas kepada pelajar dan orang tua mengenai perilaku yang diharapkan. Sehingga orang tua tetap memiliki fungsi controlling atas perilaku anak di rumah serta melakukan koordinasi dengan pihak sekolah
4.
Bagi Keluarga a.
Sebaiknya keluarga lebih memperhatikan anak, baik dalam hal pergaulan maupun lingkungan bermainnya sehingga dapat mengetahui aktivitas di luar lingkungan keluarga.
b.
Keluarga sebagai agen sosialisasi primer hendaknya memiliki mekanisme monitoring kepada anak dan menanamkan nilai-nilai budi pekerti luhur sehingga diharapkan karakter anak untuk tidak berperilaku menyimpang dapat terbentuk.
c.
Keluarga hendaknya menjalin kerjasama yang baik dengan sekolah untuk meminimalisir perilaku menyimpang di kalangan pelajar. Sehingga apabila perilaku menyimpang telah terjadi,dapat dikoreksi secara proaktif melalui tindak lanjut baik dari keluarga maupun sekolah.
commit to user