BAB V PEMBAHASAN
A. Pembahasan keterkaitan antara kategori attachment, patient-centered care process, dan outcome Hasil penelitian menunjukkan terjadinya 2 insiden yang berbeda menurut persepsi pasien dan keluarga pasien dalam pelaksanaan IPE pada pelayanan kesehatan yang diberikan oleh kelompok mahasiswa profesi dokter dan kebidanan. Insiden tersebut menunjukkan perbedaan pada pelaksanaan IPE yang menghasilkan outcome dengan comprehensive care dan continuity of care dan pelaksanaan IPE yang menghasilkan outcome dengan general care tanpa adanya continuity of care, terkait kategori attachment, patient-centered care process, dan outcome. Menurut
hasil
penelitian,
keberhasilan
attachment
dalam
pelaksanaan IPE dipengaruhi oleh pengenalan tim kepada pasien dan keluarga pasien, dan terjalinnya komunikasi yang interpersonal antara tim dengan pasien atau keluarga pasien maupun antara anggota tim itu sendiri. Hubungan pasien dengan dokter akan terwujud jika dokter memiliki sifat yang ramah, informatif, komunikatif, responatif, suportif, dan cekatan (Purwanti dan Furandini, 2012). Prinsip-prinsip etika seperti menghargai orang, tujuan yang jelas, dan kerahasiaan menjadi dasar dalam hubungan dokter pasien (Williams, 2006; Qauliyah, 2006).
43
44
Menurut hasil penelitian, komunikasi antar anggota tim yang baik juga berperan dalam pelaksanaan IPE dalam menghasilkan kolaborasi tim yang baik agar menunjang outcome dengan comprehensive care dan continuity of care dari perawatan pasien. Beberapa faktor yang mempengaruhi suksesnya pelaksanaan IPE yaitu kesiapan IPE yang meliputi teamwork, juga peran dan tanggung jawab (American College of Clinical Pharmacology, 2009). Salah satu kompetensi yang harus dimiliki peserta didik dalam pelaksanaan IPE adalah teamwork, kompetensi teamwork ini meliputi: 1) kekompakan tim, 2) saling percaya, 3) berorientasi kolektif, 4) mementingkan kerja sama (Lee et al., 2009). Teamwork dalam IPE akan efektif apabila semua anggota tim berpartisipasi aktif dan saling berbagi ilmu dan keterampilan (WHO, 2010). Maka dari itu dalam penerapan IPE dibutuhkan komunikasi antar anggota tim yang baik, sesuai dengan definisi Canadian Interprofessional Health Collaborative (CIHC) bahwa IPE merupakan pendidikan interdisiplin yang belajar mengenai kolaborasi dalam lintas disiplin ilmu untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan nilai dalam bekerja bersama profesi kesehatan lainnya (CIHC, 2007). Hal tersebut didukung oleh penelitian stimulation in interprofessional education for patient-centred collaborative care yang menyatakan hal yang utama dalam IPE adalah praktek kolaborasi (Baker et al., 2008). Hasil penelitian menunjukkan dalam pelaksanaan IPE, kategori attachment mempengaruhi perawatan pasien menurut patient-centered
45
care, attachment yang berhasil akan membantu dan mendukung perawatan pasien secara menyeluruh dan melibatkan keluarga pasien dalam perawatan pasien, sedangkan pada attachment yang kurang didapatkan kurangnya bantuan dan dukungan menyeluruh pada perawatan pasien dan kurangnya peran keluarga pasien dalam perawatan pasien. Implementasi IPE menanamkan mahasiswa dalam mengutamakan keselamatan pasien dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bersama profesi kesehatan yang lain (Buring, 2009). Proses perawatan pasien dengan IPE akan meningkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan pasien (Tim Community and Family Health Care – Interprofessional Education [CFHC-IPE], 2014). Dalam penelitian Interprofessional education: effects on professional practice and health care outcomes didapatkan 4 dari 6 studinya mengindikasikan perawatan pasien dengan IPE memberikan dampak positif pada kepuasan pasien, kolaborasi tim mengurangi medical errors pada departemen gawat darurat, dan manajemen pelayanan kesehatan dalam perawatan pasien (Reeves et al., 2008). Hasil penelitian menunjukkan pentingnya peran keluarga dalam mendukung kesehatan pasien secara menyeluruh, keluarga yang ikut terlibat dalam perawatan pasien menghasilkan kualitas pelayanan IPE yang lebih baik. Keberhasilan kurikulum IPE sangat dipengaruhi oleh kemauan dan komitmen dari berbagai stake holder, yang salah satunya adalah pasien dan keluarga pasien (University of Toronto, 2008). Penelitian Family involvement in routine health care: a survey of patients' behaviors and
46
preferences mendapatkan 55% pasien mengindikasikan mereka lebih memilih memiliki teman atau keluarga yang menemani mereka dalam ruang pemeriksaan, pasien memilih keterlibatan langsung dari keluarga dalam perawatan kesehatan mereka (Botelho, 1996). Hasil penelitian mendapatkan keberhasilan attachment dan patientcentered care process mempengaruhi hasil dari pelayanan kesehatan IPE, didapatkan dengan attachment dan patient-centered care process yang baik dapat memberikan perawatan dengan comprehensive care, terjadinya continuity of care, dan juga kepuasan pasien yang lebih baik menurut komunikasi tim dengan pasien. Kepuasan pasien ditentukan oleh empat aspek, antara lain: 1) distress relief, 2) communication comfort, 3) rapport, 4) compliance intent yang mana pada communication comfort dijelaskan bahwa komunikasi yang terjalin antara dokter dengan pasien tidak satu arah atau sepihak saja sehingga pasien tidak akan merasa sungkan dan enggan untuk bertanya pada dokter, sehingga dari kerjasama dokter dengan pasien dapat menentukan arah pengobatan dapat berjalan, dan juga pada rapport dijelaskan bahwa terbentuknya hubungan baik antara dokter dengan pasien dapat menciptakan kepercayaan antara kedua belah pihak sehingga proses komunikasi dan pemeriksaan dapat berlangsung dengan baik (Kinnersley et al., 1996). Penelitian Effects of interprofessional education on patient perceived quality of care pasien yang mendapatkan pelayanan kesehatan dengan IPE mengindikasikan partisipasi dari pasien yang lebih baik dalam membuat keputusan bersama untuk perawatan mereka, tingkat kepuasan
47
yang lebih baik, dan mempersiapkan keluarga serta persiapan rumah yang lebih baik untuk kepulangan pasien, pasien juga merasa mendapatkan wawasan lebih dari hasil terapi yang mereka jalani dibandingkan dengan perawat pada umumnya (Hallin, 2011). Hasil grounded theory dalam penelitian yang diilustrasikan dalam bentuk skema pada hasil mengemukakan bahwa bentuk pelayanan kesehatan yang comprehensive atau yang pada umumnya, dan tindak lanjut dari pengelolaan kesehatan pasien, yang mana kedua aspek tersebut termasuk dalam outcome dari pelayanan kesehatan dengan metode pembelajaran IPE, dipengaruhi oleh proses pengelolaan kesehatan pasien yang terdiri dari dukungan dan bantuan terhadap kebutuhan kesehatan pasien dan peran keluarga dalam mendukung kesehatan pasien. Proses pengelolaan kesehatan pasien yang baik dapat terjadi apabila hubungan antara tim pelayanan kesehatan IPE dapat membangun hubungan yang baik dengan pasien dan keluarga pasien melalui pengenalan tim dan profesinya dan komunikasi yang interpersonal.
B. Hasil Penelitian dengan Program IPE FK UNS Sebagian besar pelaksanaan IPE dalam pelayanan kesehatan oleh tim peleyanan kesehatan IPE dalam program IPE FK UNS memenuhi tujuan pembelajaran dari program IPE FK UNS yang meliputi pentingnya kerja tim pada patient-centered dan community-focus, berkomunikasi kepada pasien, keluarga, anggota tim dengan jelas, kooperatif, menerapkan konsep
48
community-focused dan patient-centered, juga komunikasi dan klarifikasi tanggung jawab masing-masing anggota tim dalam pengelolaan kesehatan pasien dan komunitas (Pamungkasari et al., 2015). Menurut hasil penelitian, terdapat pelaksanaan IPE yang dapat dikembangkan lagi pada tahap attachment, yaitu dalam tahap pendekatan di komunitas dan melakukan penilaian kebutuhan komunitas lokal sesuai dengan kegiatan IPE yang diadaptasikan dari metode Bridges et al dalam program IPE FK UNS. C. Rekomendasi Penelitian Hasil penelitian mendapatkan hasil dari pelayanan kesehatan yang dimanajemen oleh tim pelayanan kesehatan IPE dipengaruhi oleh keberhasilan pelaksanaan IPE dalam proses pelayanan kesehatan tersebut. Pelaksanaan IPE tersebut menggambarkan bagaimana tim pelayanaan kesehatan IPE melakukan proses attachment antara tim dengan pasien dan keluarga pasien juga antar anggota tim itu sendiri sehingga tim dapat memberikan pelayanan sesuai patient-centered care agar menghasilkan outcome yang baik. Keberhasilan pelaksanaan IPE dipengaruhi oleh kompetensi IPE (Lee et al., 2009). Maka dari itu, peneliti memberikan rekomendasi agar kompetensi IPE dalam kolaborasi dan komunikasi dapat ditanamkan pada mahasiswa kedokteran sehingga dapat menghasilkan pelaksanaan IPE yang baik dalam pelayanan kesehatan. D. Keterbatasan Penelitian Terdapat beberapa kendala yang ditemukan dalam penelitian ini, salah satunya adalah ada informan yang memiliki kesulitan untuk terbuka
49
dalam menceritakan dan menggambarkan kembali apa saja pengalaman mereka selama program IPE dan mengutarakan pendapat atau kesan yang mereka miliki terhadap program tersebut. Pada informan yang memiliki sikap terbuka akan lebih leluasa dalam menceritakan pengalamannya, sedangkan pada informan yang lebih tertutup akan sulit menceritakan kesan dan pengalamannya. Yang kedua, waktu penelitian yang singkat membuat evidence yang terbatas, yaitu pengambilan data pada post-program IPE mengakibatkan keterbatasan penelitian sehingga tidak dapat melakukan observasi dari awal intervensi IPE pada tim pelayanan kesehatan IPE hingga keberlangsungan program dalam perawatan pasien oleh tim pelayanan kesehatan IPE, maka dari itu peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya agar melakukan penelitian dengan studi cohort sehingga dapat melakukan observasi dari pre-program hingga post-program untuk menunjang hasil dan evidence dari penelitian tersebut.