BAB V PEMBAHASAN
A. Pemantauan Vektor Penyakit dan Binatang Pengganggu Dari hasil wawancara dengan petugas kesehatan lingkungan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta tentang pemantauan vektor penyakit dan binatang pengganggu lainnya yaitu pemantauan vektor penyakit dan binatang pengganggu sangatlah penting terutama di rumah sakit yang bertujuan untuk mengamati perkembangbiakan vektor penyakit dan binatang pengganggu di rumah sakit. Pemantauan vektor penyakit dan binatang pengganggu yang dilakukan oleh petugas unit kesehatan lingkungan dan bekerjasama dengan pihak ketiga adalah pemantauan nyamuk, lalat, kecoa, semut, tikus, dan kucing. Upaya yang dilakukan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 374/MENKES/PER/III/2010 tentang Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu. Upaya ini telah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit BAB VI tentang Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang Pengganggu lainnya poin c tentang Surveilans nyamuk, kecoa, tikus, lalat, dan binatang pengganggu lainnya. Pada surveilans kecoa belum sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan 55
56
Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit BAB VI tentang Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang Pengganggu lainnya karena pemantauan kecoa yang dilaksanakan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta dilakukan setiap hari sedangkan pada Peraturan pengamatan dilaksanakan 2 minggu.
B. Pengendalian Vektor Penyakit dan Binatang Pengganggu Di Rumah sakit banyak ditemukan penyakit dan cara penularannya pun juga mudah. Untuk itu perlu dilakukan pengendalian vektor penyakit dan binatang pengganggu. Pengendalian vektor penyakit dan bintang pengganggu di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 374/MENKES/PER/III/2010 tentang Pengendalian Vektor pasal 1 ayat 2, pasal 4 ayat 1 dan 2 serta pasal 5. Pada pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa “Pengendalian vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi berisiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor sehingga penularan penyakit tular vektor dapat dicegah”. Pada pasal 4 ayat 1 disebutkan “Upaya penyelenggaraan pengendalian vektor dapat dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pihak swasta dengan menggunakan metode pendekatan pengendalian vektor terpadu (PVT)”. Sedangkan pada pasal 4 ayat 2 disebutkan bahwa “Upaya pengendalian vektor secara terpadu (PVT) sebagaimana dimaksud
57
pada ayat (1) merupakan pendekatan pengendalian vektor yang dilakukan berdasarkan
pertimbangan
keamanan,
pelaksanaannya serta berkesinambungan”.
rasionalitas
dan
efektivitas
Pada pasal 5 disebutkan
“Pengendalian vektor dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan secara fisik atau mekanis, penggunaan agen biotik, kimiawi, baik terhadap vektor maupun tempat perkembangbiakannya atau perilaku masyarakat serta dapat mempertahankan dan mengembangkan kearifan lokal sebagai alternatif”. Penggunaan cairan pestisida telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 374/MENKES/PER/III/2010 tentang Pengendalian Vektor pada pasal 8 ayat 1, 2, dan 3. Pada pasal 8 ayat 1 disebutkan bahwa “Penggunaan insektisida dapat digunakan setelah mendapat ijin dari Menteri Pertanian atas saran dan atau pertimbangan Komisi Pertisida (KOMPES)”. Pada pasal 8 ayat 2 disebutkan bahwa “Penggunaan pestisida rumah tangga harus mengikuti petunjuk penggunaan sebagaimana tertera pada label”. Dan pada pasal 8 ayat 3 disebutkan bahwa “Peralatan yang digunakan dalam pengendalian vektor harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) atau sesuai dengan rekomendasi WHO. Upaya ini juga sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit bab VI tentang Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang Pengganggu lainnya poin c tentang pemberantasan tikus dan
binatang
pengganggu
lainnya
disebutkan
bahwa
“Melakukan
pengendalian tikus secara fisik dengan pemasangaan perangkap, pemukulan
58
atau sebagai alternatif terakhir dapat dilakukan secara kimia dengan menggunakan umpan beracun”. “Dan bila terdapat kucing dan anjing maka perlu dilakukan penangkapan kemudian dibuang jauh dari rumah sakit dan bekerjasama dengan Dinas Peternakan setempat untuk menangkap kucing dan anjing”.
C. Pencegahan Vektor Penyakit dan Binatang Pengganggu Pencegahan vektor penyakit dan binatang pengganggu di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta yang dilakukan oleh petugas Kesehatan Lingkungan telah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit poin c tentang pencegahan vektor penyakit dan binatang pengganggu di rumah sakit. Pada pencegahan nyamuk telah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit poin c tentang pencegahan vektor penyakit dan binatang pengganggu di rumah sakit disebutkan bahwa : 1.
Melakukan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN) dengan Mengubur, Menguras, Menutup (3M).
2.
Pengaturan aliran pembuangan air limbah dan saluran dalam keadaan tertutup.
3.
Pembersihan tanaman di sekitar rumah sakit secara berkala yang menjadi tempat perindukan.
59
4.
Pemasangan kawat kasa di seluruh ruangan dan penggunaan kelambu terutama di ruang perawatan anak. Pencegahan kecoa telah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit poin c tentang pencegahan vektor penyakit dan binatang pengganggu di rumah sakit disebutkan bahwa : 1.
Menyimpan bahan makanan dan makanan siap saji pada tempat tertutup.
2.
Pengelolaan sampah yang memenuhi syarat kesehatan.
3.
Menutup lubang-lubang atau celah-celah agar kecoa tidak masuk ke dalam ruangan. Pencegahan lalat juga telah sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit poin c tentang pencegahan vektor penyakit dan binatang pengganggu di rumah sakit disebutkan bahwa “Melakukan pengelolaan sampah atau limbah yang memenuhi syarat kesehatan”. Pencegahan tikus telah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit poin c tentang pencegahan vektor penyakit dan binatang pengganggu di rumah sakit disebutkan bahwa : 1.
Melakukan penutupan saluran terbuka, lubang-lubang di dinding, plafon, pintu, dan jendela.
2.
Melakukan pengelolaan sampah yang memenuhi syarat kesehatan.
60
Pencegahan binatang pengganggu lainya telah sesuai dengan Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit poin c tentang pencegahan vektor penyakit dan binatang pengganggu di rumah sakit disebutkan bahwa “Melakukan pengelolaan makanan dan sampah yang memenuhi syarat kesehatan”.
D. Pemberantasan Vektor Penyakit dan Binatang Pengganggu Pemberantasan di lingkungan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta tidak dilakukan hanya saja melakukan penurunan populasi vektor penyakit dan binatang pengganggu sebab pemberantasan tidak mungkin dilakukan pemberantasan secara menyeluruh. Upaya ini belum sesuai dengan Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit poin c tentang pemberantasan vektor penyakit dan binatang pengganggu di rumah sakit. Penurunan vektor nyamuk di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta telah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit poin c tentang pemberantasan vektor penyakit dan binatang pengganggu di rumah sakit disebutkan bahwa : 1.
Pemberantasan dilakukan apabila larva atau jentik nyamuk Aedes sp. kurang dari nol dengan cara abatisasi.
61
2.
Melakukan pemberantasan larva atau jentik dengan menggunakan predator berupa ikan nila yang ada di kolam ikan.
3.
Melakukan oiling untuk pemberantasan larva atau jentik culex.
4.
Bila diduga ada kasus demam berdarah yang tertular di rumah sakit, maka perlu dilakukan pengasapan (fogging) di rumah sakit. Penurunan vektor nyamuk di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Surakarta telah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit poin c tentang pemberantasan vektor penyakit dan binatang pengganggu di rumah sakit disebutkan bahwa : 1.
Pembersihan telur kecoa dengan cara mekanis, yaitu membersihkan telur yang terdapat pada celah-celah dinding, lemari, peralatan dan telur kecoa dimusnahkan dengan dibakar atau dihancurkan.
2.
Pemberantasan kecoa dapat dilakukan secara fisik dan kimiawi a.
Secara fisik atau mekanis : 1) Membunuh langsung kecoa dengan alat pemukul 2) Menyiram tempat perindukan dengan air panas 3) Menutup celah-celah dinding
b.
Secara
kimiawi
dengan
menggunakan
insektisida
dengan
pengasapan, bubuk, semprotan, dan umpan. Pemberantasan lalat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta telah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
62
Rumah Sakit poin c tentang pemberantasan vektor penyakit dan binatang pengganggu di rumah sakit disebutkan bahwa “Bila kepadatan lalat di sekitar tempat sampah (perindukan) melebihi 2 ekor per block grill maka dilakukan pengendalian lalat secara fisik, kimia, dan biologi”. Penurunan vektor di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta telah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit poin c tentang pemberantasan vektor penyakit dan binatang pengganggu di rumah sakit disebutkan bahwa “Melakukan pengendalian tikus secara fisik dengan pemasangan perangkap, pemukulan atau sebagai alternatif terakhir dapat dilakukan secara kimia dengan menggunakan umpan beracun”. Penurunan vektor kucing di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta telah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit poin c tentang pemberantasan vektor penyakit dan binatang pengganggu di rumah sakit disebutkan bahwa “Bila terdapat kucing maka perlu dilakukan penangkapan kemudian membuang jauh dari rumah sakit dan bekerjasama dengan Dinas Peternakan setempat untuk menangkap kucing”.
E. Tenaga Kerja Pengendali Vektor dan Binatang Pengganggu Lainnya Tenaga kerja pengendali vektor dan binatang pengganggu di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta dilakukan oleh petugas Unit Kesehatan
63
Lingkungan yang bekerjasama dengan pihak ketiga. Petugas pengendali sudah diikutkan training atau latihan tentang pengendalian vektor sebelumnya. Pengendali vektor sudah dibawah pengewasan tenaga etmolog kesehatan dan sudah mendapatkan ijin dari dinas tenaga kerja kota Surakarta. Penyelanggara penggendalian dari rumah sakit dibantu dengan pihak swasta dan telah mendapatkan ijin dari Dinas Tenaga Kerja kota Surakarta. Upaya ini telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 374/MENKES/PER/III/2010 tentang Pengendalian Vektor pasal 6 ayat 1, 2, dan 3. Pada pasal 6 ayat 1 disebutkan bahwa “Pengendalian vektor yang menggunakan bahan-bahan kimia harus dilakukan oleh tenaga entomolog kesehatan dan tenaga lainnya yang terlatih”. Pada pasal 6 ayat 2 disebutkan bahwa “Tenaga lain yang terlatih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus telah mengikuti pelatihan pengendalian vektor yang dibuktikan dengan sertifikat dari lembaga pendidikan dan pelatihan yang telah terakreditasi”. Pada pasal 6 ayat 3 disebutkan bahwa “Tenaga lain yang terlatih sebagaimana pada ayat (2) dalam melakukan pengendalian vektor harus dibawah pengawasan tenaga entomolog kesehatan”. Perizinan tersebut telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 374/MENKES/PER/III/2010 tentang Pengendalian Vektor bab IV pasal 11 ayat 1 dan 2. Pada pasal 1 disebutkan “Penyelenggara Pengendalian Vektor yang dilakukan oleh pihak swasta sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 4 ayat 2 harus berbentuk badan hukum dan memiliki izin operasional dari Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota”. Pada pasal 2 disebutkan bahwa “Untuk
64
mendapatkan izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1.
Memiliki surat izin usaha dan surat izin tempat usaha.
2.
Memiliki NPWP.
3.
Memiliki tenaga entomologi atau lembaga kesehatan lingkungan dan tenaga terlatih.
4.
Memiliki persediaan bahan dan peralatan sesuai ketentuan yang berlaku.