BAB I PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG Serangga selain mengganggu manusia dan binatang melalui gigitannya, juga dapat berperan sebagai vektor penyakit pada manusia. Penyakit yang disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh nyamuk diantaranya adalah penyakit demam berdarah, chikungunya dan demam kuning. Virus
penyebab
berkembang
penyakit
menjadi
tersebut banyak
dalam
badan
sebelum
nyamuk
ditularkan
(Mardihusodo et.al., 1988). Penyakit
demam
berdarah
dengue
(DBD)
merupakan
penyakit endemis di Indonesia. Demam berdarah dengue pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta,
jumlah
kasus
terus
meningkat
baik
jumlah
maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi KLB setiap tahun (Kusriastuti , 2005). Penyakit demam berdarah atau Dengue Hemorrhage Fever (DHF) ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (WHO, 1997).
1
Upaya kesakitan
menurunkan dilakukan
angka
dengan
serangan
mencegah
dan
angka
perkembangbiakan
dan gigitan nyamuk Aedes aegypti betina (WHO, 1998). Di Indonesia, upaya pencegahan dilakukan dengan gerakan 3M yaitu
menutup,
menguras,
dan
mengubur
barang-barang
bekas atau tempat penampungan air yang dapat dijadikan sebagai
tempat
berkembangbiak
nyamuk
Aedes
aegypti.
Selain itu juga, upaya pencegahan gigitan nyamuk dapat juga
dilakukan
dengan
memakai
kelambu,
melakukan
fogging, dan menggunakan repelan terutama pada waktu pagi dan sore (Lindsay et.al., 1998). Repelan
adalah
bahan
yang
mempunyai
kemampuan
untuk menjauhkan serangga dari manusia, sehingga dapat menghindarkan manusia dari gigitan serangga (Soedarto, 1989). Repelan dapat kita temukan banyak beredar di masyarakat
dan
umumnya
berbahan
dasar
DEET
(N,N-
diethyl-meta-toluamide). Sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh
Fradin
dan
Day
(2002)
perbandingan
efikasi repelan serangga dalam mencegah gigitan nyamuk, repelan DEET dapat memberikan efek hingga + 5 jam, lebih lama dibandingkan dengan repelan berbahan dasar Citronella oil. Walaupun DEET memiliki kelebihan lebih banyak
dibandingkan
dengan
repelan
lain,
namun
DEET
2
tersebut
bukanlah
repelan
yang
sempurna.
Sebab
DEET
sendiri mudah hilang jika terbilas air, begitu juga dengan
adanya
peningkatan
suhu
diluar
ruangan
dapat
menyebabkan penurunan efektivitas DEET. Menurut Ardhi (2004), penggunaan DEET pada anak sebaiknya jangan berulang-ulang dan jangan digunakan disekitar sebaiknya
mata,
mulut
dibatasi
dan
tangan.
karena
DEET
Penggunaannya dapat
pun
menimbulkan
toksisitas pada sistem saraf pusat serta mudah diserap percutaneus, terutama pada bayi dan anak. Banyak tanaman
yang
peneliti
mencoba
dianggap
membuat
berkhasiat
repelan
mencegah
dari
gigitan
nyamuk, dan memiliki daya yang lama serta aman untuk digunakan (Tawatsin et.al., 2001). Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan repelan adalah jeruk nipis. Jeruk nipis merupakan tanaman multi-manfaat yang dikenal
luas
buahnya,
oleh
sedangkan
masyarakat kulit
dimanfaatkan
penggunaannya
atau
(Istianto,
limbah
ektrak
dari
kulit
buah
untuk
dimanfaatkan
isi
jeruk
nipis
sendiri
kurang
dan
hanya
menjadi
sampah
Selain
minyak
2008). jeruk
nipis
juga
atsiri,
mengandung
saponin dan flavonoid yang mempunyai potensi sebagai repelan botani (Moore dan Lenglet, 2004).
3
Sediaan repelan sebaiknya praktis, mudah, aman dan nyaman saat digunakan.
I.2. PERUMUSAN MASALAH 1. Apakah ekstrak kulit jeruk nipis yang telah diberi tambahan memiliki
vanillin daya
dengan
sebagai
berbeda
repelan
konsentrasi
terhadap
gigitan
nyamuk Aedes aegypti? 2. Berapa konsentrasi vanillin yang ditambahkan ke dalam ekstrak kulit jeruk nipis yang memiliki efek penolakan
paling
lama
terhadap
gigitan
nyamuk
Aedes aegypti?
I.3. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
dan
informasi
repelan
terhadap
secara
penolakan
ilmiah
nyamuk,
mengenai
daya
khususnya
pada
nyamuk Aedes aegypti. Serta dapat menemukan alternatif pencegahan penularan penyakit oleh nyamuk Aedes aegypti dengan menggunakan bahan dasar tanaman tradisional.
4
I.4. TUJUAN PENELITIAN 1. Mengetahui adanya daya repelan dari ekstrak kulit buah
jeruk
nipis
dengan
tambahan
vanillin
beda
konsentrasi terhadap nyamuk Aedes aegypti. 2. Mengetahui konsentrasi vanillin yang ditambahkan ke
dalam
memiliki
ekstrak efek
kulit
penolakan
buah
jeruk
paling
nipis
lama
yang
terhadap
gigitan nyamuk Aedes aegypti.
5