BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain dikenal sebagai simbol kemajuan peradaban manusia, daerah perkotaan juga menyisakan permasalahan – permasalahan baru. Menurut pembahasan dalam Kongres Metropolis Sedunia (dikutip dalam Herlianto 1997, hlm. 4 - 5) terdapat 6 masalah pokok yang secara umum dimiliki oleh daerah perkotaan antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pertumbuhan Penduduk Perkotaan yang tidak terkendali; Perumahan Rakyat dan Sarana Fisik & Sosial yang makin tidak memadai; Lingkungan Hidup dan Kesehatan yang makin merosot; Ekonomi Kota dan Kesempatan Kerja yang makin tidak seimbang; Lalulintas dan Transporatasi yang makin langka; Organisasi dan Manajemen Perkotaan yang makin tidak mampu
Fenomena kemiskinan merupakan dampak yang dapat disebabkan oleh masalah – masalah pokok yang dimiliki daerah perkotaan. Fenomena tersebut biasanya diiringi secara statistik melalui tingginya jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan. Khusus di Indonesia, jumlah rata – rata penduduk miskin di daerah perkotaan menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2015) periode September 2014 adalah 8,16% dari jumlah rata – rata keseluruhan sebesar 10,96%. Keberadaan penduduk miskin, erat kaitannya dengan rendahnya kualitas hidup yang mereka miliki. Kondisi tersebut diakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak dasar manusia pada penduduk miskin. Hak-hak dasar manusia menurut Purwanto (2007, hlm.300) antara lain, Hak-hak dasar manusia tersebut meliputi: terpenuhinya kebutuhan pangan, sandang, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik. Dari sekian banyak hak – hak dasar yang ada, pendidikan merupakan salah satu hak dasar yang harus dipenuhi. Tidak dapat dipungkiri, pendidikan merupakan salah satu upaya yang dapat 1
memutus mata rantai kemiskinan. Pernyataan tersebut didukung oleh Cohn (dikutip dalam Slamet 2006, hlm.72) yang mengatakan bahwa ‘individu yang mengikuti pendidikan akan memperoleh banyak peluang untuk memperoleh pekerjaan, meningkatkan produktivitas, dan peningkatan pendapatan di dalam kehidupannya, serta masyarakat memperoleh manfaat dari produktivitas tenaga kerja terdidik’. Melalui pernyataan di atas, diketahui pendidikan dapat membantu menciptakan kualitas hidup yang lebih baik. Terkait pentingnya pendidikan, pemerintah didukung oleh masyarakat, perlu mengupayakan pelayanan pendidikan yang berkualitas terutama bagi penduduk miskin. Provinsi Daerah Istimewa (D.I.) Yogyakarta merupakan provinsi dengan tingginya jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan. Berdasarkan data BPS (2015) periode September 2014, rata – rata jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan di provinsi ini sebesar 13,36%. Tingginya jumlah penduduk miskin, telah menimbulkan kekhawatiran terhadap kualitas pendidikan yang dimiliki penduduk tersebut. Salah satu upaya mengatasi hal tersebut, antara lain melalui penyelenggaraan Program Jaminan Pendidikan Daerah (JPD). Program JPD merupakan program bantuan pendidikan yang khusus dilakukan oleh pemerintah Kota Yogyakarta. Program JPD diberikan berdasarkan kepemilikan Kartu Menuju Sejahtera (KMS). Menurut Initiatives for Governance Innovation (2012, hlm. 2) ‘KMS merupakan identitas penduduk Kota Yogyakarta yang telah didata sebagai keluarga miskin berdasarkan parameter keluarga miskin yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 417/KEP/2009 tentang Penetapan Parameter Pendataan Keluarga Miskin’. Selain keberadaan program JPD, terdapat pula bantuan pendidikan yang dilakukan oleh masyarakat. Bantuan pendidikan salah satunya terlaksana melalui keberadaan Sekolah Gajah Wong. Sekolah Gajah Wong terletak di daerah Ledhok Timoho, tepatnya di Rukun Tetangga (RT) 2
50, Rukun Warga (RW) 05, Kelurahan Mujamuju, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta. Sekolah ini merupakan sekolah yang diinisiasi serta dikelola oleh Perkumpulan Tim Advokasi Arus Bawah (TAABAH). Perkumpulan TAABAH merupakan sebuah perkumpulan yang menjadi bagian dari Komunitas Ledhok Timoho serta beranggotakan penduduk miskin di Kota Yogyakarta. Terkait kegiatan pembelajaran, Sekolah Gajah Wong memiliki kurikulum yang disusun secara mandiri. Selain hal tersebut, Sekolah Gajah Wong juga memberikan sebutan khusus bagi tenaga pengajar maupun kelas yang ada di sekolah. Sebutan khusus yang diberikan kepada tenaga pengajar adalah edukator dan asisten edukator. Edukator merupakan sebutan bagi pengajar utama, sedangkan asisten edukator merupakan sebutan bagi pendamping pengajar utama. Sebutan khusus bagi kelas yang ada di Sekolah Gajah Wong, terdiri dari Kelas Akar dan Kelas Rumput. Kelas Akar merupakan kelas yang diperuntukkan bagi siswa dengan usia kurang lebih 3 hingga 5 tahun, sedangkan Kelas Rumput bagi siswa dengan usia kurang lebih 5 hingga 7 tahun. Hingga bulan Juni tahun 2016, siswa yang berada di Kelas Akar maupun Kelas Rumput, masing – masing berjumlah 16 orang dan didampingi 1 orang edukator dan asisten edukator.
Sejak dirintis hingga aktif melakukan kegiatan pembelajaran, Sekolah Gajah Wong memiliki berbagai kendala. Kendala yang dihadapi antara lain terkait keberadaan tenaga pengajar serta kemampuan dalam memenuhi kebutuhan berupa buku bacaan, bahan prakarya, media bermain siswa, konsumsi siswa, maupun gaji bagi tenaga pengajar. Keberadaan berbagai kendala yang ada di Sekolah Gajah Wong, menyebabkan Perkumpulan TAABAH dibantu Koordinator Sekolah Gajah Wong, serta penduduk yang tergabung dalam Komunitas Ledhok Timoho, menginisiasi pelaksanaan berbagai kerjasama. Adapun berbagai kerjasama yang ada di Sekolah Gajah Wong antara lain, 3
1. Kerjasama berupa pengadaan program donasi bernama Sahabat Anak. 2. Kerjasama dengan tenaga pengajar melalui proses perekrutan edukator dan asisten edukator. 3. Kerjasama dengan orangtua siswa. 4. Kerjasama berupa pengadaan program donasi bernama Sampah untuk Anak. 5. Kerjasama dengan pengusaha sablon. 6. Kerjasama dengan penduduk yang tergabung dalam Komunitas Ledhok Timoho.
1.2 Rumusan Masalah Keberadaan Sekolah Gajah Wong, telah menjadi alternatif pelayanan pendidikan bagi penduduk miskin. Seperti yang dipaparkan pada sub bab latar belakang, Sekolah Gajah Wong memiliki berbagai macam kendala. Keberadaan berbagai kendala tersebut, hingga sekarang mampu diselesaikan melalui pelaksanaan berbagai kerjasama. Melalui penelitian ini, peneliti ingin menjelaskan lebih mendalam pelaksanaan berbagai kerjasama yang ada di Sekolah Gajah Wong. Adapun rumusan masalah penelitian ini antara lain, 1. Bagaimana proses terjalinnya berbagai kerjasama antara Sekolah Gajah Wong dengan pihak – pihak yang terlibat dalam kerjasama tersebut? 2. Apa implikasi dari proses terjalinnya berbagai kerjasama terhadap keberlangsungan kerjasama?
4
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari dilakukannya penelitian ini antara lain, 1. Menjelaskan proses terjalinnya berbagai kerjasama antara Sekolah Gajah Wong dengan pihak – pihak yang terlibat dalam kerjasama. 2. Mengetahui dan menjelaskan implikasi dari proses terjalinnya berbagai kerjasama terhadap keberlangsungan kerjasama.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai salah satu sumber informasi terkait keberadaan sekolah yang diinisiasi, dikelola, serta diprioritaskan bagi penduduk miskin. Penelitian ini diharapkan mampu menambah kajian disiplin ilmu Sosiologi, mengenai upaya mempertahankan keberadaan sekolah melalui pelaksanaan berbagai kerjasama.
1.5 Landasan Konseptual Sebagai sekolah yang diinisiasi, dikelola, dan diprioritaskan bagi penduduk miskin, Sekolah Gajah Wong memiliki keterbatasan terkait keberadaan modal manusia, modal finansial, serta modal fisik. Hal tersebut disebabkan status penduduk miskin yang menurut Kiranantika (2014, hlm. 273) memiliki ‘karakteristik yang menandai penduduk miskin kota adalah mereka umumnya tidak atau kurang berpendidikan, sebagian bekerja di sektor informal, dan secara ekonomi cenderung rentan’. Berdasarkan penjelasan sebelumnya serta kaitannya dengan keberadaan modal manusia, modal finansial, dan modal fisik, lebih lanjut dijelaskan melalui pengertian dari modal – modal tersebut. Pengertian modal manusia menurut Ostrom (2000, hlm.175) yaitu ‘Human Capital is the acquired knowledge and skills that an individual brings to
5
an activity’. Berdasarkan pengertian yang dipaparkan di atas, diketahui bahwa modal manusia merupakan modal yang melekat pada seseorang berdasarkan pengetahuan dan keahlian. Lebih lanjut Ostrom (2000, hlm 175) juga menjelaskan bahwa ‘Human capital is formed consciously through education and training and unconsciously through experience’. Pernyataan tersebut kemudian menegaskan modal manusia dapat dimiliki secara sadar melalui pendidikan, pelatihan, serta secara tidak sadar melalui pengalaman. Selain pengertian mengenai modal sosial, terdapat pula pengertian mengenai modal finansial. Adapun pengertian modal finansial menurut Jacobs (2011, hlm. 1) yaitu, Financial capital is money that is used for investment rather than consumption. Money is a tangible asset that can be measured: profits and losses can be tracked, and it is easily turned into other kinds of assets.
Berdasarkan pengertian yang dipaparkan di atas, diketahui bahwa modal finansial merupakan modal yang berbentuk uang dan lebih condong sebagai alat investasi dibandingkan membeli kebutuhan konsumsi. Modal finansial berupa uang, merupakan aset yang dapat dilihat dan diukur, dimana keuntungan serta kerugian dapat dilacak dan mudah untuk dirubah menjadi berbagai macam bentuk aset. Selain pengertian mengenai modal manusia dan modal finansial, terdapat pula pengertian mengenai modal fisik. Adapun pengertian modal fisik menurut Lachman (dikutip dalam Ostorm 2000, hlm.174) yaitu ‘Physical capital is the stock of human – made, material resources that can be used to produce a flow of future income’. Berdasarkan pengertian yang dipaparkan di atas, diketahui bahwa modal fisik merupakan hasil yang diciptakan oleh manusia berupa sumberdaya berbentuk materi dan dapat digunakan sebagai sumber pendapatan di masa depan. Contoh nyata
6
dari keberadaan modal fisik salah satunya dapat berbentuk bangunan rumah dan kendaraan bermotor. Rendahnya modal manusia yang dimiliki Sekolah Gajah Wong, disebabkan rendahnya latar belakang pendidikan penduduk yang tergabung dalam Komunitas Ledhok Timoho. Rendahnya modal manusia, berdampak pula pada rendahnya keberadaan modal finansial dan modal fisik. Selain harus menggunakan tenaga pengajar di luar komunitas, kondisi tersebut menyebabkan kendala dalam memenuhi kebutuhan seperti buku bacaan, bahan prakarya, media bermain siswa, konsumsi siswa, maupun gaji bagi tenaga pengajar yang ada di Sekolah Gajah Wong. Mengatasi rendahnya keberadaan modal manusia, modal finansial, serta modal modal fisik, pihak sekolah Gajah Wong melalui Perkumpulan TAABAH dibantu koordinator Sekolah Gajah Wong serta penduduk yang tergabung dalam Komunitas Ledhok Timoho, telah menginisiasi pelaksanaan berbagai kerjasama. Keberadaan berbagai kerjasama, dapat dijelaskan melalui pengertian modal sosial. Adapun pengertian modal sosial menurut Burt (2005, hlm. 4) yaitu, ‘Social capital explains how people do better because they are somehow better connected with other people’ Melalui pengertian yang dipaparkan di atas, diketahui bahwa modal sosial merupakan penjelasan dari bagaimana orang – orang melakukan sesuatu dengan baik disebabkan mereka terhubung dengan orang lain. Pengertian mengenai modal sosial secara lebih mendetail dipaparkan oleh Putnam. Pengertian mengenai modal sosial menurut Putnam (2000, hlm. 19) adalah ‘... social capital refers to connection among individuals – social networks and the norms of reciprocity and trustworthiness that arise from them’. Berdasarkan pemaparan tersebut, diketahui bahwa modal sosial adalah hubungan antara individu yang terdiri dari jaringan sosial, timbal balik, serta kepercayaaan. 7
1. Jaringan Terkait pemaparan Putnam mengenai modal sosial, diketahui bahwa modal sosial memiliki unsur berupa jaringan sosial. Adapun pengertian jaringan sosial menurut Bourdieu (dikutip dalam Poder 2011. Hlm. 347) yaitu, ..., [the network] is the product of social investment strategies consciously or unconsciously oriented towards the setting up or the reproduction of social relations directly usable, in short or long-term [...]
Berdasarkan pengertian yang dipaparkan di atas, diketahui bahwa jaringan sosial merupakan sebuah produk dari strategi investasi sosial. Keberadaan startegi tersebut, dapat dilakukan baik secara sadar maupun tidak sadar yang berorientasi mengatur maupun mereproduksi hubungan sosial. Hubungan sosial yang dihasilkan, dapat berupa hubungan sosial dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
Terkait peneltian ini, jaringan sosial dalam berbagai kerjasama yang ada di Sekolah Gajah Wong, terdiri dari tipe jaringan sosial yang mengikat serta tipe jaringan sosial yang menjembatani. Tipe jaringan sosial yang mengikat menurut Bhandari dan Yosunobu (2009, hlm 498) yaitu ‘Bonding social capital denotes ties among people who are very close and known to one another, such as immediate family, close friend, and neighbours’. Berdasarkan pernyataan di atas, diketahui bahwa tipe jaringan yang mengikat adalah tipe jaringan yang menunjukkan hubungan antara orang – orang yang sangat dekat dan telah mengenal satu sama lain. Tipe jaringan tersebut antara lain seperti adanya hubungan keluarga, teman dekat, dan ketetanggaan.
8
Setelah mengetahui pengertian tipe jaringan sosial yang mengikat, terdapat pula pengertian mengenai tipe jaringan sosial yang menjembatani. Menurut Szereter dan Woolcock (dikutip dalam Hawkins dan Maurer 2010, hlm. 1779 – 1780) tipe jaringan yang menjembatani yaitu, ‘Bridging social capital refers to relationship amongst people who are dissimilar in a demonstrable fashion, such as age, socio – economic status, race/ethnicity and education’. Berdasarkan pengertian di atas, diketahui bahwa tipe jaringan sosial yang mengikat adalah tipe jaringan dengan hubungan yang terjadi diantara orang – orang yang berbeda. Hal tersebut antara lain seperti perbedaan usia, status sosial dan ekonomi, ras atau etnis, serta pendidikan Selain menggunakan tipe jaringan sosial yang mengikat dan menjembatani, penelitian ini juga menggunakan penjelasan jaringan sosial berupa structural holes. Menurut Burt (2005, hlm. 55) structural holes dapat dijelaskan sebagai berikut, … informal organization consists of dense social cluster, or groups, between which there are occasional bridge relations when someone in one group has a friend, acquaintance, or former colleague in another group Berdasarkan pernyataan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa structural holes merupakan kondisi dimana sebuah kelompok dapat terhubung dengan kelompok lain. Adanya hubungan tersebut disebabkan ketika salah satu dari anggota kelompok memiliki hubungan pertemanan atau mengenal salah satu anggota dari kelompok lain tersebut.
2. Kepercayaan Terkait pemaparan Putnam mengenai modal sosial, diketahui bahwa modal sosial memiliki unsur berupa kepercayaan. Adapun pengertian kepercayaan menurut Coleman (dikutip dalam Fukuyama 1995, hlm. 10) adalah ‘... the ability of people to work together for common purposes in groups and organizatinos’. Berdasarkan pernyataan tersebut, diketahui bahwa definisi modal 9
sosial menempatkan kepercayaan sebagai kemampuan orang – orang untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan di dalam grup maupun organisasi. Kemampuan tersebut dilakukan demi mencapai tujuan yang sama di dalam grup maupun organisasi. Terkait penelitian ini, kepercayaan yang ada dalam berbagai kerjasama di Sekolah Gajah Wong, dilandasi oleh kemampuan, perbuatan baik, dan integritas. Berdasarkan hal tersebut, berikut merupakan pengertian kepercayaan berdasarkan kemampuan menurut Mayer, Davis, dan Schoorman (1995, hlm.717) yaitu, ability is that group of skills, competencies, and characteristic that enable a party to have influence within some specific domain. The domain of the ability is specific because the trustee may be highly competent in some technical area, affording that person trust on tasks related to that area Berdasarkan pernyataan Mayer dan rekan – rekannya di atas, diketahui bahwa kepercayaan yang berlandaskan kemampuan adalah kepercayaan yang diberikan kepada seseorang yang memiliki sekumpulan keahlian, kapabilitas, dan karakteristik dalam area tertentu. Adanya kepercayaan ini menyebabkan seseorang dipercaya untuk mengemban tugas yang berkaitan dengan area tersebut. Selain menjelaskan pengertian mengenai kepercayaan yang berlandaskan kemampuan, Mayer dan rekan – rekannya juga menjelaskan kepercayaan yang berlandasakan perbuatan baik. Adapun penjelasan mengenai hal tersebut menurut Mayer, Davis, dan Schoorman (1995, hlm.718) sebagai berikut, Benevolence is the extent to which a trustee is believed to want to do good to the trustor, aside from an egocentric profit motive. Benevolence suggests that the trustee has some specific attachment to the trustor Berdasarkan pernyataan Mayer dan rekan – rekannya di atas, diketahui bahwa kepercayaan yang berlandaskan perbuatan baik adalah kepercayaan yang diberikan oleh seseorang kepada pihak lain, dengan keyakinan bahwa pihak tersebut akan melakukan hal baik kepada orang yang memberikan
10
kepercayaan. Selanjutnya, kepercayaan ini mensugesti pihak yang diberikan kepercayaan, memiliki keterikatan tertentu dengan orang yang memberikan kepercayaan. Terakhir, Mayer, Davis, dan Schoorman (1995, hlm.719) juga menjelaskan mengenai kepercayaan yang berlandasakan integritas antara lain ‘The relationship between integrity and trust involves the trustor’s perception that the trustee adheres to a set of principles that the trustor find acceptable’. Berdasarkan pernyataan Mayer dan rekan - rekannya, diketahui bahwa kepercayaan yang berlandasakan integritas, merupakan kepercayaan yang diberikan seseorang kepada pihak lain, dengan persepsi bahwa orang tersebut mematuhi serangkaian prinsip yang sesuai dengan orang yang memberikan kepercayaan tersebut.
3. Timbal balik Selain jaringan dan kepercayaan, Putnam juga menyebutkan keberadaan timbal balik sebagai unsur dalam modal sosial. Adapun pengertian timbal balik menurut Baum dan Ziersch (2003, hlm. 321) adalah Reciprocity, also a “cognitive” element of social capital, refers to the provision of resources by an individual or group to another individual or group, and the repayment of resources of equivalent value by these recipients to the original provider.” Berdasarkan pengertian tersebut, diketahui bahwa timbal balik merupakan bagian dari unsur modal sosial, yang mengacu pada sumber daya yang dimiliki baik oleh individu atau kelompok yang diberikan kepada individu atau kelompok lain. Pemberian sumber daya, kemudian dibayarkan secara setimpal kepada pihak yang memberikan sumber daya. Terkait penelitian ini, timbal balik yang ada dalam berbagai kerjasama yang ada di Sekolah Gajah Wong, salah satunya berbentuk timbal balik yang digeneralisasi. Pengertian dari timbal balik yang digeneralisasi menurut Newton (dikutip dalam Baum dan Ziersch 2003, hlm. 321) yaitu ‘Generalised reciprocity 11
is based on the assumption that good turns will be repaid at some unspecified time in the future, perhaps even by an unknown strange’. Berdasarkan pernyataan di atas, diketahui bahwa terdapat individu atau kelompok yang tidak mengingkan timbal balik yang dapat segera diterima. Individu atau kelompok tersebut memiliki kayakinan bahwa timbal balik akan didapatkan dalam waktu yang akan datang dan mungkin diperoleh dari orang lain.
1.6 Tinjauan Pustaka Penelitian ini secara garis besar membahas pelaksanaan berbagai kerjasama yang ada di Sekolah Gajah Wong melalui penjelasan modal sosial. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini telah menggunakan 2 penelitian berupa jurnal yang memiliki beberapa kesamaaan. Adapun kesamaan yang dimaksud antara lain membahas tentang sekolah gratis bagi anak – anak dari keluarga kurang mampu yang dilakukan oleh masyarakat sipil dan berlokasi di Indonesia, serta sama – sama menggunakan kualitatif sebagai bagian dari metode penelitian. Selain persamaan yang telah disebutkan, terdapat perbedaan antara tujuan penelitian ini dengan tujuan penelitian yang ada pada kedua jurnal tersebut. Seperti yang disebutkan pada sub bab tujuan penelitian pada halaman 4, tujuan penelitian ini adalah menjelaskan pelaksanaan kerjasama yang dilakukan pihak Sekolah Gajah Wong melalui proses terjalinnya berbagai kerjasama antara pihak – pihak yang terlibat serta implikasi dari proses terjalinnya berbagai kerjasama terhadap keberlangsungan kerjasama tersebut. Lebih jelasnya berikut penjelasan mengenai kedua jurnal tersebut yang dapat dilihat di bawah ini. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmat (2014) dengan judul Gerakan Sosial dalam Aksi Penyelenggaraan Sekolah untuk Anak Miskin. Penelitian yang dimuat dalam Jurnal
12
Sosiologi MASYARAKAT Universitas Indonesia bertujuan menunjukan arti penting peran organisasi masyarakat sipil dalam membantu penyelenggaraan sekolah untuk anak – anak darikeluarga miskin. Pengambilan data dilakukan di beberapa sekolah di Indonesia yang telah dibentuk oleh organisasi masyarakat sipil antara lain Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Harapan Mandiri, Sekolah Masjid Terminal (Master) Bina Insan Mandiri, Yayasan Remaja Masa Depan, dan Sekolah Smart Ekselensia. Terkait metode penelitian, penelitian tersebut
menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus serta
informan yang terdiri dari pimpinan, pengelola, serta guru senior dari organisasi yang mendirikan sekolah – sekolah tersebut. Adapun hasil penelitian antara lain dimensi gerakan sosial dari masing – masing organisasi yang membangun sekolah tersebut berupa keterlibatan aktor ditingkat lokal maupun nasional, pengelolaan organisasi yang bersifat kekeluargaan dengan pembagian kerja yang tidak kompleks maupun terorganisir dan professional, kepemimpinan dengan mengandalkan aktor baik tunggal, berkelompok, maupun dengan mengandalkan system menejerial, nilai kesukarelaan berdasarkan relijiusitas maupun semangat pelayanan sosial dan profesionalitas, jaringan bertumpu pada aktor tertentu ataupun tidak yang juga didukung dengan pemanfaatan modal ekonomi, modal kultural, liputan pada media massa, pembuatan website, maupun berbagai cara lainnya. Selain hasil penelitian sebelumnya, hasil penelitian lain yang juga diperoleh adalah mengenai peluang untuk pengembangan dan keberlanjutan dari masing – masing organisasi tersebut. Adapun penjelasannya antara lain masing – masing organisasi masyarkat sipil yang telah membangun sekolah untuk anak – anak dari kalangan keluarga miskin, membangun sekolah serta mengelola sekolah secara mandiri tanpa bantuan dari negara. Jaringan yang kemudian terbentuk dalam organisasi – 13
organisasi tersebut justru terhubung dengan luas dalam masyarakat maupun lembaga donor. Terkait pembangunan kapasitas internal, diperlukan bantuan riset yang dilakukan perguruan tinggi. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Subando (2016) yang berjudul Pengelolaan Sekolah Berbasis Filantropi (Studi Situs di SMK Gratis Smart Informatika Surakarta). Penelitian yang terdapat pada Jurnal Wahana Akademika yang bertujuan mendeskripsikan menejemen sekolah berbasis filantropi di SMK Gratis Smart Informatika Surakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif etnografi dengan informan yang terdiri dari pengelola sekolah yaitu Solopeduli Foundation, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, para guru, para pegawai, para siswa, maupun orang tua siswa dari SMK Gratis Smart Informatika Surakarta.
Adapun hasil penelitian yang dihasilkan sebagai berikut, A. SMK Gratis Smart Informatika Surakarta melalui Solopeduli Foundation, menerapkan menejemen berbasis syariah dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengarahan, dan pengawasan B. Keridhoan sebagai cara pandang lembaga dalam mengorganisir pegawai, menyamakan langkah, membangun kebersamaan serta keikhlasan dalam bekerja. C. Amanah dari para donator merupakan kata yang dapat memantik atau menimbulkan pengawasan diri sehingga kegiatan berjalan efektif dan efesien. D. SMK Gratis Smart Informatika Surakarta mengeksplorasi sedekah, tahfidz, mentoring, dan menjadikannya sebagai langkah pembuka untuk membangun
14
kecerdasan spiritual yang nantinya mengantarkan para siswa menuju puncak prestasi. . 1.7 Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Terkait penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Penggunaan metode tersebut, membantu peneliti menjelaskan secara mendalam pelaksanaan berbagai kerjasama yang ada di Sekolah Gajah Wong. Adanya pernyataan tersebut, tidak lepas dari pengertian metode penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (dikutip dalam Moleong 1991, hlm 3) yaitu, ‘... sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang - orang dan perilaku yang dapat diamati’. Berdasarkan pengertian yang dipaparkan di atas, peneliti menjelaskan pelaksanaan berbagai kerjasama yang ada di Sekolah Gajah Wong melalui proses deskripsi. Proses deskripsi antara lain diperoleh berdasarkan pernyataan lisan maupun tertulis. Pernyataan – pernyataan tersebut bersumber dari informan kunci dan informan tambahan yang telah tentukan sebelumnya. Selain menggunakan metode penelitian kualitatif, penelitian ini juga menggunakan pendekatan studi kasus. Adapun pengertian pendekatan studi kasus menurut Yin (dikutip dalam Yin 1996, hlm. 18) sebagai berikut, Studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang: • menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana: • batas - batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas; dan di mana: • multi sumber bukti dimanfaatkan. Berdasarkan pengertian yang dipaparkan di atas, studi kasus merupakan pendekatan yang membantu menjelaskan fenomena sosial dengan memberikan batasan waktu serta penggunaan berbagai sumber bukti. Pemberian batasan waktu, bertujuan mempermudah penentuan fokus dan
15
ruang lingkup penelitian. Penggunaan berbagai sumber bukti dalam penelitian, dapat memberikan informasi secara keseluruhan mengenai fenomena yang sedang diteliti. Terkait penelitian ini, peneliti khusus membahas pelaksanaan berbagai kerjasama yang ada di Sekolah Gajah Wong pada tahun 2016. Melalui batasan waktu yang telah ditentukan, telah mempermudah peneliti dalam mengetahui dan menjelaskan pelaksanaan berbagai kerjasama yang ada di sekolah tersebut. Selain memberikan batasan waktu, penelitian ini mengambil informasi dari berbagai sumber bukti. Sumber bukti tersebut antara lain menggunakan hasil observasi, wawancara, serta data berupa dokumentasi yang dijelaskan secara rinci pada sub bab teknik pengumpulan data.
2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Gajah Wong yang berlokasi di daerah Ledok Timoho. Daerah Ledok Timoho berada di kawasan bantaran Sungai Gajah Wong, tepatnya di antara Perumahan Timoho Asri dan Perumahan APMD. Secara administrasi, Sekolah Gajah Wong berada di RT 50, RW 05, Kelurahan Mujamuju, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta.
3. Pemilihan Informan Pemilihan informan dalam penelitian ini, dilakukan secara sengaja atau purposive. Penentuan informan secara sengaja, dilakukan melalui proses observasi serta wawancara. Setelah memilih informan, peneliti memilah informan yang dapat dikategorikan sebagai informan kunci dan informan tambahan. Penentuan informan kunci, didasari pentingnya keterlibatan informan dalam pelaksanaan berbagai kerjasama yang ada di Sekolah Gajah Wong. Informan kunci dalam penelitian ini antara lain, Ketua Pengelola Sekolah Gajah Wong sekaligus sebagai Ketua
16
Komunitas Ledhok Timoho dan Ketua Perkumpulan TAABAH, Koordinator Sekolah Gajah Wong, tenaga pengajar yang ada Sekolah Gajah Wong, orangtua siswa yang ada di Sekolah Gajah Wong, donatur program donasi Sahabat Anak, donatur program donasi Sampah untuk Anak, pengusaha sablon, serta penduduk yang tergabung dalam Komunitas Ledhok Timoho. Khusus tenaga pengajar dan orangtua siswa, peneliti memilih para informan berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria tersebut antara lain tenaga pengajar dengan masa kerja minimal 1 tahun serta orangtua siswa yang berasal dari daerah Ledhok Timoho maupun di luar daerah tersebut.
Informan tambahan dalam penelitian ini adalah informan yang memberikan tambahan informasi terkait sejarah ataupun kondisi Komunitas Ledhok Timoho. Informasi tersebut antara lain diperoleh dari informan yang merupakan Ketua RT 50 di Kelurahan Mujamuju, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta.
4. Teknik Pengumpulan Data Dalam menjawab pertanyaan penelitian, teknik pengumpulan data memiliki peranan yang penting. Penggunaan teknik penelitian yang beragam, dapat membantu peneliti mengumpulkan informasi dari berbagai sumber. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, 1. Observasi Observasi nerupakan sebuah tahapan pengumpulan data yang dilakukan melalui proses pengamatan. Proses pengamatan dapat dilakukan melalui berbagai panca indra yang dimiliki peneliti. Peneliti dapat melihat, mendengar, hingga merasakan situasi dan kondisi terkait fenomena yang sedang diteliti. Terkait penelitian ini, peneliti melakukan observasi
17
berbagai aktivitas yang memiliki pengaruh terhadap pelaksanaan berbagai kerjasama yang ada di Sekolah Gajah Wong. Adapun observasi yang dilakukan peneliti antara lain, A. Kegiatan pembelajaran di Sekolah Gajah Wong. B. Kondisi dan situasi sosial di Komunitas Ledhok Timoho. C. Interaksi yang terjalin antara koordinator sekolah dan tenaga pengajar. D. Interaksi yang terjalin antara koordinator sekolah, tenaga pengajar, dan orang tua siswa. E. Interaksi yang terjalin antara koordinator sekolah, tenaga pengajar, dan ketua pengelola sekolah. F. Interaksi yang terjalin antara koordinator sekolah dengan donatur program donasi Sahabat Anak dan Sampah untuk Anak, G. Interaksi yang terjalin antara ketua pengelola sekolah dengan pengusaha sablon, H. Interaksi yang terjalin antara ketua pengelola sekolah dan koordinator sekolah dengan penduduk yang tergabung dalam Komunitas Ledhok Timoho.
2.
Wawancara Terkait penelitian ini, peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap informan
kunci dan informan tambahan. Selama proses wawancara, peneliti menggunakan daftar pertanyaan yang ada pada interview guide sebagai pertanyaan pokok. Fungsi dari pertanyaan pokok adalah membantu peneliti membuka dan mengarahkan proses awal wawancara. Selain pertanyaan pokok, peneliti juga memberikan pertanyaan tambahan berdasarkan jawaban dari para informan. Adanya pertanyaan tambahan, bertujuan menangkap realita mengenai pelaksanaan berbagai kerjasama yang ada di Sekolah Gajah
18
Wong. Keberadaan dari pertanyaan pokok serta pertanyaan tambahan, merupakan salah satu bentuk wawancara dengan tipe wawancara terfokus. Menurut Yin (1996, hlm. 109) tipe wawancara terfokus yaitu ..., dimana responden diwawancarai dalam waktu yang pendek – satu jam misalnya. Dalam kasus semacam ini, wawancara tersebut bisa tetap openended dan mengasumsikan cara percakapan namun pewawancara tak perlu mengikuti serangkaian pertanyaan tertentu yang diturunkan dari protokol studi kasusnya
3.
Penggunaan Dokumentasi Penggunaan dokumentasi bertujuan sebagai sumber informasi selain melalui hasil
observasi dan wawancara. Melalui penggunaan berbagai sumber dokumentasi, peneliti telah memperoleh informasi yang menyeluruh terkait pelaksanaan berbagai kerjasama yang ada di Sekolah Gajah Wong. Adapun dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, A. Foto – foto terkait Komunitas Ledhok Timoho dan Sekolah Gajah Wong. Foto – foto tersebut antara lain bersumber dari peneliti, akun Facebook milik Sekolah Gajah Wong, maupun sumber terpercaya seperti surat kabar elektronik. B. Data – data pendukung yang diperoleh langsung dari Perkumpulan TAABAH, Sekolah Gajah Wong, maupun donatur program donasi Sahabat Anak
4.
Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data studi kasus.
Menurut Miles dan Hubermas (dikutip dalam Yin 1996, hlm 135) terdapat berbagai teknik dalam analisis data studi kasus. Adapun teknik tersebut antara lain, • •
memasukkan informasi ke dalam daftar yang berbeda; membuat matriks kategori dan menempatkan buktinya ke dalam kategori tersebut; 19
• • • •
menciptakan analisis data-flowchart dan perangkat lainnya-guna memeriksa data yang bersangkutan; mentabulasi frekuensi peristiwa yang berbeda; memeriksa kekompleksan tabulasi dan hubungannya dengan mengkalkulasi angka urutan kedua seperti rata-rata hitung dan varians; serta memasukkan informasi ke dalam urutan kronologis atau menggunakan skema waktu lainnya.
Terkait penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis dengan membuat matriks kategori dan menepatkan bukti – buktinya ke dalam kategori. Melalui teknik analisis tersebut, peneliti memasukan data hasil penelitian ke dalam kategori yang sudah ditentukan sebelumnya. Adapun kategori pertama antara lain terdiri dari unsur – unsur modal sosial yaitu jaringan sosial, kepercayaan, serta timbal balik. Kategori kedua antara lain terdiri dari kerjasama yang terjalin antara Sekolah Gajah Wong dengan tenaga pengajar, orangtua siswa, donatur program donasi Sahabat Anak, donatur program donasi Sampah untuk Anak, pengusaha sablon, serta penduduk yang tergabung dalam Komunitas Ledhok Timoho.
20