1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itulah manusia perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Kegiatan interaksi antar manusia ini membutuhkan alat, sarana, atau media komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia yang berupa bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap yang dimiliki oleh manusia yang bertujuan untuk memudahkan manusia untuk berkomunikasi antar sesamanya. Pada dasarnya bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan. Bahasa dapat kita gunakan untuk menyampaikan keinginan, pendapat dan perasaan kita. Selain itu, bahasa juga dapat kita gunakan untuk mengetahui dan memahami segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitar. Setiap orang pasti memiliki kemampuan untuk berbahasa. Setiap orang dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain karena ada bahasa. Masyarakat modern seperti sekarang ini mengenal dua macam cara untuk berkomunikasi yaitu komunikasi secara langsung dan komunikasi secara tidak langsung. Komunikasi secara langsung dapat dilakukan melalui kegiatan berbicara dan mendengarkan, sedangkan yang termasuk komunikasi secara tidak langsung adalah kegiatan menulis dan membaca.
2
Anak-anak telah belajar berbahasa jauh sebelum mereka duduk di bangku sekolah. Sejak mereka lahir mereka sudah belajar bahasa. Ketika lahir, anak tidak mengenal bahasa ucapan atau kata-kata melainkan bahasa isyarat yang berupa tangisan. Hal ini disebabkan karena anak pada usia bayi belum diajarkan berbicara seperti orang dewasa, jadi jika ingin berkomunikasi mereka hanya bisa menangis saja. Setelah beranjak dewasa, mereka akan belajar berbicara untuk berkomunikasi dengan orang lain. Mereka belajar menyapa orang lain, berterima kasih kepada orang lain, berbicara sopan dengan orang yang lebih tua dan masih banyak lagi yang lainnya. Tetapi anehnya, ketika mereka memasuki bangku sekolah pelajaran bahasa malah dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan membosankan untuk dipelajari. Anggapan tentang sulitnya belajar bahasa ini menyebabkan siswa menjadi
kurang aktif
dalam pembelajaran.
Sehingga pada
saat
pembelajaran berlangsung siswa lebih banyak diam daripada berbicara atau menjawab pertanyaan guru dan mengajukan pertanyaan pada guru. Hal inilah yang menyebabkan rendahnya ketrampilan berbicara pada siswa. Rendahnya ketrampilan berbicara siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia ini merupakan suatu masalah yang perlu dikaji penyebabnya. Penyebab dari masalah ini meliputi dua faktor yaitu faktor yang berasal dari guru dan juga dari siswa itu sendiri. Dalam pembelajaran ini, guru harus bisa memilih metode yang sesuai dengan kondisi dan karakter siswa. Oleh karena itu, guru harus berani mencoba metode atau tehnik-tehnik baru yang sesuai dengan kondisi dan karakter siswa di kelas sehingga
3
dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran. Selain itu, guru harus mengingat apa yang dikatakan Widdowson (dalam Dardjojo, 2003:5) yaitu sudah saatnya kita meninggalkan model pembelajaran
yang
berorientasi
pada
model
pembelajaran
yang
berorientasi pada language usage, sebab yang diperlukan siswa adalah language use. Jadi, siswa lebih ditekankan pada penggunaan bahasa, artinya siswa ditunjukkan tentang aplikasi bahasa dan ragam bahasa yang ada di masyarakat. Jadi, faktor-faktor inilah yang membuat pembelajaran bahasa kurang efektif sehingga hasilnya kurang maksimal. Berdasarkan pengamatan awal peneliti, dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas III SDN Gebangbunder, Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang ditemukan permasalahan yang berkaitan dengan ketrampilan berbicara siswa. Peneliti menemukan fakta bahwa siswa di SDN Gebangbunder, Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang banyak mengalami kesulitan ketika belajar Bahasa Indonesia pada aspek berbicara. Selain hal di atas peneliti juga menemukan suatu indikasi bahwa siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini terlihat pada saat pembelajaran berlangsung, siswa kurang aktif menjawab pertanyaan guru. Selain itu siswa juga tidak ada yang berani bertanya jika guru memberikan kesempatan mereka untuk bertanya. Hal ini juga diperkuat dengan nilai praktek yang diperoleh siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia. Hanya sekitar 37% siswa yang memperoleh nilai di atas KKM, atau kira-kira hanya 10 siswa dari 27 siswa yang ada di dalam kelas. Penyebab permasalahan pembelajaran tersebut dibuktikan
4
dengan fakta di lapangan. Berdasarkan hasil observasi awal diperoleh data bahwa guru kelas III SDN Gebangbunder, Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang menggunakan metode pembelajaran yang berpusat pada guru, guru hanya menjelaskan materi dengan menggunakan metode pembelajaran ceramah, yaitu dengan menjelaskan materi secara lisan (metode ceramah yang monoton), pembelajaran mayoritas dilakukan secara klasikal dan menggunakan media yang tertulis di papan tulis, memberi contoh soal-soal, banyak materi yang perlu dihafal, dan penilaian yang dilakukan guru cenderung pada penilaian kognitif saja. Diperkuat dengan hasil wawancara dengan siswa diperoleh data bahwa siswa cepat bosan dan tidak dapat memahami materi yang disampaikan guru secara optimal. Pembelajaran yang dilakukan guru adalah pembelajaran konvensional, yaitu interaksi pembelajaran yang berlangsung cenderung pada interaksi satu arah atau dua arah belum tiga arah sehingga dalam hal ini guru cenderung menjadi center pembelajaran. Maka dari itu, untuk meningkatkan penguasaan siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia ini, peneliti berupaya untuk melaksanakan perbaikan pembelajaran di kelas melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan : 1. Bagaimana proses pembelajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan guru dengan menggunakan metode bermain peran dalam aspek
5
berbicara pada siswa kelas III SDN Gebangbunder, Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang? 2. Apakah penggunaan metode bermain peran dapat meningkatkan ketrampilan berbicara pada siswa kelas III SDN Gebangbunder, kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang?
C. Tujuan Penelitian Dan berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini untuk: 1. Guru dapat memilih metode yang sesuai dengan karakteristik dan materi yang akan disampaikan. 2. Meningkatkan ketrampilan berbicara pada siswa kelas III SDN Gebangbunder, Kecamatan Plandaan Kabupaten Jombang.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Bagi Siswa a. Siswa dapat lebih terampil berbicara dengan menjadikan dirinya sendiri sebagai model dalam proses pembelajaran. b. Meningkatkan ketrampilan berbicara siswa. c. Siswa akan lebih aktif belajar dan lebih mudah paham dengan penggunaan metode yang menarik dan sesuai dalam proses pembelajaran.
2.
Bagi Guru a. Memperoleh wawasan baru dalam mengajar.
6
b. Guru
menjadi
kreatif
dalam
menggunakan
metode
pembelajaran. c. Guru menemukan suatu cara untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. d. Guru dapat lebih mengembangkan ketrampilan dan kemampuan yang dimilikinya. 3.
Bagi Sekolah a. Hasil belajar yang diperoleh dapt meningkat b. Sekolah akan dapat lebih berkembang dengan adanya kreativitas dari guru dan keaktifan dari siswa.
E. Definisi Operasional 1. Metode
: cara
yang
digunakan
untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis
untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran (Wina Senjaya, 2008) 2. Bermain Peran
: metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi
yang
mengeksprasikan
diarahkan peristiwa
mengeksprasikan
untuk sejarah,
peristiwa-peristiwa
aktual, atau kejadian-kejadian yang muncul pada masa mendatang (Sanjaya dalam Kurniawati (2009:24)).
7
3. Ketrampilan Berbicara : kemampuan
menyusun
kalimat-kalimat
karena komunikasi terjadi melalui kalimatkalimat untuk menampilkan perbedaan tingkah
laku
yang
bervariasi
dari
masyarakat yang berbeda (Wilkin dalam Oktarina (2002)).