BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Bahasa-bahasa mengalami perubahan dan perkembangan dari bahasa Proto
(bahasa tua) sampai ke bahasa yang sekarang kita gunakan. Menurut Keraf (1996:29), bahasa Proto adalah bahasa tua yang menurunkan sejumlah bahasabahasa yang sekerabat: misalnya bahasa Proto-Austronesia adalah bahasa purba dari bahasa-bahasa Indonesia. Bahasa Proto Austronesia merupakan nama sebuah rumpun bahasa yang mendiami wilayah daratan Asia Tenggara. Selanjutnya, bahasa Proto Austronesia ditulis (PAN). Rumpun bahasa Austronesia dikelompokkan menjadi dua subrumpun, yaitu sub-rumpun Austronesia Barat (bahasa-bahasa Indonesia atau bahasa-bahasa Melayu) dan sub-rumpun Austronesia Timur (bahasa-bahasa Oseania atau bahasa-bahasa Polinesia). Kelompok bahasa Indonesia Barat meliputi bahasa Malagasi, Formosa, Filipina, Minahasa, Aceh, Gayo, Batak, Melayu, Jawa, Madura, Sunda, Nias, Minangkabau dan kelompok bahasa Indonesia Timur meliputi bahasa Timor-Ambon, Sula-Bacan, Halmahera Selatan-Irian Barat (Keraf, 1996:205). Masyarakat Indonesia dalam berkomunikasi terdapat dua bahasa yang digunakan, yaitu bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Salah satu bahasa daerah tersebut adalah bahasa Jawa yang sudah banyak tersebar di seluruh pelosok Nusantara. Bahasa Jawa merupakan bahasa yang digunakan oleh penutur asli bahasa Jawa. Bahasa Jawa yang diteliti dalam penelitian ini adalah bahasa Jawa
1 Universitas Sumatera Utara
yang berada di Desa Balimbingan, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun. Selanjutnya, bahasa Jawa ditulis (BJ). Bahasa Jawa termasuk ke dalam rumpun bahasa Austronesia. Bahasa Jawa memiliki persamaan maupun perbedaan baik dalam bentuk fonologis, leksikon, maupun gramatikal. Persamaan yang muncul dalam bahasa Jawa disebabkan oleh pewarisan bahasa Proto ke bahasa Jawa. Sedangkan perbedaan yang terjadi disebabkan oleh masuknya unsur-unsur dari luar yang memberikan variasi dalam bahasa tersebut. Untuk mengetahui sejarah awal timbulnya bahasa dan perkembangannya sampai saat ini, maka digunakan kajian linguistik yang berhubungan dengan Linguistik Historis Komparatif atau Linguistik Bandingan Historis. Menurut Keraf (1996:22), Linguistik Bandingan Historis atau Linguistik Historis Komparatif adalah suatu cabang dari ilmu bahasa yang mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu serta perubahan-perubahan unsur bahasa yang terjadi dalam bidang waktu tersebut. Perubahan bahasa sebagai fenomena yang bersifat umum dapat diamati melalui perubahan bunyi. Dengan kata lain, perubahan ini secara mendasar dapat diamati pada tataran fonologis yang merupakan suatu tataran kebahasaan yang paling mendasar dan penting dalam rangka telaah bidang linguistik bandingan. Perubahan suatu bahasa atau bahasa-bahasa yang sekerabat itu dapat dilacak dengan membandingkan atau menghubungkan bahasa tersebut dengan bentuk bahasa Proto, yaitu dengan mengamati perubahan pada tahap yang paling mendasar, yaitu perubahan bunyi pada tataran fonologis. Perubahan bunyi
2 Universitas Sumatera Utara
merupakan tipe perubahan bunyi yang lebih meneropong perubahan bunyi secara individual,
yaitu
semata-mata
mempersoalkan
bunyi
proto
itu
tanpa
mengaitkannya dengan fonem-fonem lain dalam lingkungan yang dimasukinya Keraf (1996:85). Perubahan bunyi bahasa Proto Austronesia dalam bahasa Jawa berdasarkan macam-macam perubahan bunyi di antaranya, yaitu: 1) Perubahan bunyi metatesis merupakan suatu proses perubahan bunyi yang berupa pertukaran tempat dua fonem. Contohnya, kata */t’ilak/ → /kilat/ dalam BJ ‘kilat’. 2) Perubahan bunyi aferesis merupakan suatu proses perubahan bunyi berupa penghilangan sebuah fonem atau lebih pada awal sebuah kata. Contohnya, kata */qasap/ → /asep/ dalam BJ ‘asap’ . 3) Perubahan bunyi sinkop merupakan perubahan bunyi yang berupa penghilangan sebuah fonem atau lebih di tengah kata. Contohnya, kata */jahit/ → /jaet/ dalam BJ ‘jahit’. 4) Perubahan bunyi apokop merupakan perubahan bunyi yang berupa penghilangan sebuah fonem atau lebih pada akhir kata. Contohnya, kata */ular/ → /ulo/ dalam BJ ‘ular’. 5) Perubahan bunyi protesis merupakan suatu proses perubahan bunyi berupa penambahan sebuah fonem atau lebih pada awal kata. Misalnya, kata */pat/ → /papat/ dalam BJ ‘empat’. 6) Perubahan bunyi epentesis merupakan proses perubahan bunyi berupa penambahan sebuah fonem atau lebih di tengah kata. Misalnya, kata */au/ → /aku/ dalam BJ ‘saya’.
3 Universitas Sumatera Utara
7) Perubahan bunyi paragog merupakan suatu proses perubahan bunyi berupa penambahan sebuah fonem atau lebih pada akhir kata. Misalnya, kata */bapa/ → /bapak/ dalam BJ ‘bapak’. Pewarisan bahasa Proto Austronesia dalam bahasa Jawa dilihat dari perubahan sebuah fonem proto ke dalam fonem-fonem bahasa kerabat yang berlangsung dalam beberapa macam tipe, antara lain: 1) Pewarisan linear, yaitu pewarisan sebuah fonem proto ke dalam bahasa sekarang dengan tetap mempertahankan bunyi, bentuk atau makna fonem protonya. Misalnya, kata */tǝlu/ menurunkan bunyi yang sama→
/tǝlu/
dalam BJ ‘tiga’. 2) Pewarisan inovasi, yaitu pewarisan dengan perubahan bunyi yang terjadi bila suatu fonem proto mengalami perubahan dalam bahasa sekarang. Misalnya, */apa/ → /opo/ dalam BJ ‘apa’. Berdasarkan uraian latar belakang, maka penulis memilih judul ini sebagai penelitian karena kajian ini sangat menarik. Penulis ingin mengetahui apakah semua bahasa Proto Austronesia diturunkan ke dalam bahasa Jawa mengalami perubahan bunyi. Alasan lain penulis memilih judul ini dalam rangka melestarikan dan mengembangkan bahasa daerah karena masih jarang ditemukan penelitian yang berhubungan dengan bahasa daerah dengan bahasa Proto.
4 Universitas Sumatera Utara
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, adapun rumusan
masalah dari penelitian ini sebagai berikut: 1) Perubahan bunyi apa saja yang terjadi pada bahasa Proto Austronesia dalam bahasa Jawa? 2) Bagaimanakah pewarisan linear dan inovasi fonem vokal dan konsonan bahasa Proto Austronesia dalam bahasa Jawa?
1.3
Batasan Masalah Sehubungan dengan rumusan masalah, penulis membatasi masalah yang
akan diteliti agar terarah dan tujuan penelitian tercapai dengan baik. Maka, penelitian ini dengan batasan masalah terfokus pada Perubahan Bunyi Bahasa Proto Austronesia dalam Bahasa Jawa di Desa Balimbingan, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun. Macam-macam perubahan bunyi yang terjadi pada bahasa Proto Austronesia dalam bahasa Jawa, di antaranya: perubahan bunyi metatesis, aferesis, sinkop, apokop, protesis, epentesis, dan paragog. Pewarisan linear dan inovasi fonem vokal dan konsonan bahasa Proto Austronesia dalam bahasa Jawa.
5 Universitas Sumatera Utara
1.4
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Mendeskripsikan perubahan bunyi yang terjadi pada bahasa Proto Austronesia dalam bahasa Jawa. 2) Mendeskripsikan pewarisan linear dan inovasi fonem vokal dan konsonan bahasa Proto Austronesia dalam bahasa Jawa
1.4.2 Manfaat Penelitian 1.4.2.1 Manfaat Teoretis Secara teoretis, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1) Menambah pemahaman dan pengetahuan peneliti tentang penerapan konsep dan teori penelitian perubahan bunyi bahasa Proto Austronesia dalam bahasa Jawa. 2) Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti maupun pembaca dalam memahami hasil penelitian perubahan bunyi bahasa Proto Austronesia dalam bahasa Jawa. 3) Menjadi sumber masukan bagi peneliti lain yang ingin meneliti dan menganalisis lebih lanjut mengenai perubahan bunyi bahasa Proto Austronesia dalam bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa.
6 Universitas Sumatera Utara
1.4.2.2 Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1) Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk tambahan referensi bagi pengajar maupun pelajar dalam bidang linguistik, khususnya dalam bidang Linguistik Historis Komparatif. 2) Memberikan informasi kepada pemerintah daerah mengenai adanya hasil penelitian baru, yaitu kajian tentang “Perubahan Bunyi Bahasa Proto Austronesia dalam Bahasa Jawa”.
7 Universitas Sumatera Utara