BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia disebut-sebut memiliki khazanah linguistik yang luar biasa.Selain bahasa persatuan bahasa Indonesia,negeri ini memiliki bahasa yang digunakan oleh setiap suku bangsa,yaitu bahasa Daerah.Sebagian besar anggota masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang memiliki dan menggunakan paling sedikit dua bahasa (Bilingual),yakni bahasa Indonesia dan bahasa Daerah. Dwibahasa merupakan suatu kajian yang menggambarkan tentang penggunaan dua bahasa terhadap lawan bicaranya dan menganggap bahasa sebagai media untuk menyampaikan maksud dan tujuan tertentu.Bilingualisme atau Dwibahasa juga dapat diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian(Fishman 1975,dalam Chaer 2004:84). Bahasa adalah alat komunikasi yang memiliki peran penting bersosialisasi dengan sesama manusia untuk menyampaikan maksud dan tujuan tertentu.Tanpa bahasa di masyarakat tidak dapat terjadi interaksi maupun hubungan timbal balik antara sesama manusia.
1.
Universitas Sumatera Utara
Hampir semua ahli bahasa sepaham dengan defenisi bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh seluruh masyarakat sebagai alat komunikasi yang paling baik,paling sempurna,dibandingkan dengan alat komunikasi yang lain;termasuk juga alat komunikasi yang digunakan oleh hewan(Chaer 2004:11). Lebih lanjut lagi,bahasa adalah suatu sistm simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota masyarakat bahasa untuk komunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya,berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama.Sistam pada defenisi ini menunjuk pada adanya elemen-elemen beserta hubungan satu sama lainnya yang pada akhirnya membentuk suatu konsisten,yang bersifat hierarkis(Dardjowidjojo,2003:16). Bahasa juga dapat diartikan sebagai alat komunikasi dan alat perhubungan yang paling primer didalam hubungan antara pribadi (Siregar 1998:3).Penggunaan bahasa Indonesia maupun bahasa Daerah juga telah diatur didalam Undang-undang dasar 1945 pasal 36 menyatakan bahwa bahasa Daerah yang masih dipakai sebagai alat perhubungan yang hidup dan dibina oleh masyarakat pemakainya dihargai dan dipelihara oleh Negara.Dengan kata lain,Negara juga ikut andil dalam pemeliharaan dan pelestarian bahasa Indonesia maupun bahasa Daerah. Pelestarian dan pemeliharaan bahasa Indonesia maupun bahasa Daerah merupakan cirri khas masyarakat dwibahasa atau multibahasa yang dapat terjadi pada masyarakat yang Diglosik,yaitu masyarakat yang mempertahankan beberapa penggunaan bahasa untuk fungsi yang berbeda pula.
2.
Universitas Sumatera Utara
Berhasil atau tidaknya suatu pemeliharaan dan pelestarian bergantung pada masyarakat
pemakai
bahasa
tersebut
dalam
kaitannya
terhadap
perkembangan
sosial,politik,ekonomi,dan,budaya masyarakat tersebut. Bidang linguistik yang mempelajari dan membicarakan tentang bahasa atau multibahasa yaitu Sosiolinguistik.Pada tahun 1972,Fishman menyimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa,fungsi-fungsi variasi bahasa,dan pemakai bahasa karena ketiga unsur ini selalu berinteraksi,berubah dan saling mengubah satu sama lainnya dalam masyarakat tutur. Kemudian (Booji 1975,dalam Chaer 2004:4) mengatakan bahwa sosiolinguistik adalah subdisiplin bahasa yang mempelajari faktor-faktor sosial yang berperan dalam penggunaan bahasa dan pergaulan sosial. (Meijer 1976,dalamChaer 2004:4) mengatakan bahwa sosiolinguistik adalah kajian mengenai bahasa dan pemakaiannya dalam konteks social dan kebudayaan. Selanjutnya (Kridalaksana 1978,dalam Chaer 2004:3) mengatakan bahwa sosiolinguistik lazim didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari ciri dan pelbagai variasi bahasa,serta hubungan antara bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu didalam suatu masyarakat bahasa.
3.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai objek dalam kajian sosiolinguistik,dwibahasa atau multilingual tidak dilihat atau didekati sebagai bahasa saja,akan tetapi dilihat dan didekati sebagai sarana interaksi atau komunikasi didalam masyarakat manusia.Oleh karena itu,bagaimanapun rumusan mengenai sosiolinguitik yang diberikan para pakar tidak akan terlepas dari persoalan hubungan bahasa dengan kegiatan-kegiatan atau aspek-aspek kemasyarakatan. Kabupaten Deli Serdang,khususnya Percut Sei Tuan merupakan salah satu kecamatan yang berada di wilayah Sumatera Utara yang saat ini dihuni oleh berbagai macam kelompok etnis dan latar belakang sosial budaya yang berbeda-beda dalam berkomunikasi yang secara umum menggunakan bahasa daerah mereka masing-masing. Menurut daerah pemakaiannya,wilayah kecamatan Percut Sei Tuan,khususnya Desa Bandar Klippa merupakan wilayah yang diidentikkan dengan masyarakat penuturnya yang menggunakan bahasa Melayu. Bahasa Melayu merupakan bahasa daerah yang terdapat di Sumatera Utara,selain masyarakatnya mempertahankan dan melestarikan bahasanya juga menjadikan bahasa daerahnya sebagai alat komunikasi .Bahasa Melayu juga berfungsi sebagai identitas atau jati diri bagi masyarakat penuturnya.Bahasa Melayu merupakan bahasa pendukung budaya yang dipergunakan dalam upacar-upacara atau pesta-pesta adat dan peristiwa-peristiwa penting lainnya.
4.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu faktor penting yang menyebabkan terjadinya dwibahasa bahkan multibahasa yaitu proses industrialisasi atau urbanisasi.Sehubungan dengan itu,kecamatan Percut Sei Tuan merupakan salah satu kota yang terkena dampak proses industrialisasi dan urbanisasi yang pada akhirnya memiliki latar belakang etnik dan bahasa yang berbeda-beda sehingga akan memunculkan keanekaragaman bahasa.Keanekaragaman bahasa inilah yang disebut sebagai dwibahasa atau multibahasa. Walaupun begitu,pemakaian bahasa Melayu tidak hanya terbatas pada wilayah Percut Sei Tuan saja,akan tetapi juga dipakai di tempat lain di wilayah Sumatera Utara, seperti Serdang Bedagai,Tanjung Balai,Labuhan Batu,dan sebagainya.Kajian terhadap dwibahasa atau multibahasa tidak begitu banyak.Sepanjang sepengetahuan penulis sudah ada beberapa buku yang muncul yang berkenaan dengan Pengkajian Kedwibahasaan antara lain:Sosiolinguistik Perkenalan Awal oleh Chaer (2004),Pengajaran Kedwibahasaan oleh Tarigan (1988).Namun dari segi pengkajian,belum ada yang megkaji mengenai”Situasi Kedwibahasaan pada Masyarakat Percut Sei Tuan”.Hal inilah yang mendorong penulis ingin mempelajarinya. 1.2. Rumusan Masalah Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1) Bagaimanakah jumlah variasi bahasa yang muncul pada masyarakat Percut Sei Tuan berdasarkan sebaran geografis? 5.
Universitas Sumatera Utara
2) Bagaimanakah taraf kemampuan berbahasa masyarakat Percut Sei Tuan berbicara dalam dua bahasa yang berbeda? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian situasi kedwibahasaan pada masyarakat Percut Sei Tuan adalah sebagai berikut: 1) Untuk mendeskripsikan jumlah variasi bahasa yang muncul pada masyarakat Percut Sei Tuan . 2) Untuk mengetahui kemampuan berbahasa masyarakat pada masyarakat Percut Sei Tuan dalam dua bahasa yang berbeda. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1) Sebagai pengembangan ilmu bahasa;hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tidak hanya informasi tentang Situasi Kedwibahasaan yang muncul pada masyarakat Percut Sei Tuan,tetapi juga aplikasi teori Sosiolinguistik yang belum berkembang di Indonesia dalam penelitian sejenis ini. 2) Dengan mengetahui jumlah variasi bahasa yang muncul,maka seseorang mengetahui persamaan dan perbedaannya.Dengan demikian, mereka akan berusaha mempelajari perbedaan itu. 6.
Universitas Sumatera Utara
3) Menjadi sumber informasi tentang kajian sosiolinguistik bagi mahasiswa khususnya Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya USU dan bagi pembaca.
7.
Universitas Sumatera Utara