BAB V PEMBAHASAN
5.1
Analisis Statistik Univarian
Analisis statistik yang dilakukan yaitu analisis statistik univarian untuk ketebalan batubara. Analisis statistik ini dilakukan untuk melihat variasi ketebalan batubara. Dengan demikian dapat diketahui apakah ketebalan batubara merata di seluruh daerah atau terdapat penipisan dan penebalan yang berarti. Berdasarkan hasil statistik univarian terhadap data ketebalan batubara diperoleh rata-rata ketebalan batubara di daerah penelitian yaitu 2,79 m. Data ketebalan batubara memiliki penyebaran data yang bagus, dimana data tidak terlalu melebar. Nilai standar deviasi 0.59 menunjukkan bahwa data mengumpul di dekat nilai rata-rata. Histogram yang dihasilkan menunjukkan kecenderungan skewness negatif, yang berarti ketebalan batubara sebagian besar berada di atas ketebalan rata-rata.
5.2
Pemodelan Endapan Batubara
Pemodelan endapan batubara dilakukan dengan menggunakan bantuan perangkat lunak AutoCad Land Desktop serta perangkat lunak berbasis elemen hingga. Pemodelan yang dihasilkan oleh kedua perangkat lunak tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang berarti. Berdasarkan peta kontur struktur atap dan lantai batubara dapat diketahui bahwa arah umum jurus/strike lapisan batubara berada pada arah Barat Laut-Tenggara (N 165ยบ E) sedangkan kemiringan lapisan berada pada arah Timur Laut-Barat Daya. Kemiringan lapisan batubara cukup landai, secara umum hanya berkisar 3,4 derajat. Namun demikian, model kontur struktur yang dihasilkan oleh Autodesk
49
Land Desktop tidak pada keseluruhan area perhitungan cadangan. Hal ini disebabkan oleh letak data titik bor yang tidak merata, sehingga dalam mengkonstruksi penampang juga mengalami kesulitan, dapat terjadi lapisan batubara tidak tergambar dalam penampang. Diperlukan perlakuan khusus untuk kasus tersebut. Sedangkan pada model kontur struktur atap dan lantai batubara menggunakan perangkat lunak berbasis elemen hingga, konstruksi kontur struktur sudah memperhitungkan batas/boundary, dimana perangkat lunak mengestimasi titik-titik tiap elemen berdasarkan data, sehingga dalam perhitungan cadangan seluruh area perhitungan dapat dihitung volume batubara dan overburden-nya. Pada peta isopach yang dihasilkan dapat dilihat bahwa lapisan batubara di daerah penelitian mempunyai ketebalan yang cukup bervariasi, antara 0,8 m hingga 3,4 m. Ketebalan batubara di bawah 1 m berada di sekitar koordinat (564014 E, 256405 N). Semakin ke arah utara, ketebalan batubara cenderung semakin tebal hingga mencapai lebih dari 3 m. Namun demikian, secara keseluruhan variasi ketebalan batubara ini tidak menyulitkan dalam operasi penambangan nantinya. Cropline batubara digunakan sebagai pembatas dalam perhitungan cadangan dan merupakan batas awal penambangan. Konstruksi cropline batubara dengan menggunakan perangkat lunak AutoCad maupun perangkat lunak berbasis elemen hingga mempunyai konsep yang sama, yaitu perpotongan antara kontur topografi dan kontur struktur lantai batubara yang bernilai sama.
5.3
Perhitungan Cadangan Batubara
Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan metode penampang vertikal dan metode elemen hingga, didapat hasil sebagai berikut :
50
Tabel V-1. Perbandingan Hasil Perhitungan Cadangan Metode Penampang Vertikal dan Metode Elemen Hingga PIT LIMIT 1 Metode
Volume BB
Volume OB
tonase BB
SR
Penampang Vertikal
5.239.385
40.925.618
6.811.200
6.0
Elemen Hingga
5.137.222
40.319.648
6.678.388
6.0
Metode
Volume BB
Volume OB
tonase BB
SR
Penampang Vertikal
7.008.141
67.453.120
9.110.583
7.4
Elemen Hingga
6.870.170
66.589.720
8.931.221
7.5
PIT LIMIT 2
Berdasarkan hasil perhitungan, terdapat sedikit perbedaaan jumlah cadangan batubara kedua metode tersebut, yaitu berbeda 132.812 ton pada pit limit 1 dan 179.362 ton pada pit limit 2. Tidak dapat disimpulkan bahwa metode elemen hingga selalu memberikan hasil perhitungan cadangan yang lebih kecil atau lebih besar dibanding metode penampang vertikal. Perbedaan yang dihasilkan oleh kedua metode tersebut disebabkan oleh perbedaaan cara perhitungannya. Metode penampang vertikal dalam perhitungannya menggunakan daerah pengaruh tiap penampang. Dalam kasus ini perhitungan dilakukan dengan menggunakan 2 penampang, dimana volume batubara dan overburden di antara 2 penampang tersebut merupakan rata-rata luas batubara dan overburden di masingmasing penampang dikali jarak antar 2 penampang tersebut. Ini berarti variasi ketebalan batubara maupun overburden di antara 2 penampang diasumsikan sama dengan rata-rata ketebalan batubara dan overburden di masing-masing penampang. Apabila terdapat variasi yang berarti di antara 2 penampang, maka harus dikonstruksi penampang tambahan di antara kedua penampang tersebut. Namun, variasi yang ada di dalam jarak pengaruh kedua penampang tidak dapat didefinisikan.
51
Sedangkan dalam metode elemen hingga, perhitungan dilakukan dengan mengestimasi node-node (titik-titik) dan elemen terlebih dahulu berdasarkan data lubang bor. Estimasi node-node tersebut dilakukan dengan metode penaksiran. Dari node-node tersebut dihasilkan kontur/surface, baik topografi maupun struktur atap dan lantai batubara. Demikian pula untuk lereng penambangan, titiktitik pembentuk lereng ditentukan terlebih dahulu (seperti dijelaskan pada Bab III) untuk menghasilkan kontur/surface lereng penambangan. Dari kontur/surface tersebut dapat dikonstruksi solid antara dua surface, sesuai dengan prinsip integral dalam kalkulus. Volume overburden maupun lapisan batubara dapat dihitung, dengan menggunakan konsep irisan (intersection), gabungan (union), dan pengurangan (difference). Dalam pengembangan selanjutnya, perhitungan cadangan dengan metode elemen hingga ini dapat dilakukan pada beberapa seam/lapisan batubara. Perhitungan interburden juga dapat dilakukan.
Gambar 5.1. Konstruksi Beberapa Seam Batubara
52
Perhitungan dengan menggunakan metode elemen hingga dipengaruhi oleh bentuk elemen dan jumlah node. Semakin banyak jumlah node akan memberikan hasil perhitungan yang semakin akurat. Pemilihan bentuk elemen yang digunakan tergantung pada karakteristik rangkaian kesatuan suatu benda.
53