BAB V KONSEP “Traffic-coaster” Rumusan analisis permasalahan pada bab sebelumnya menyebutkan tiga kata kunci sebagai permasalahan utama dari perancangan taman lalu lintas ini, yaitu mix program, akses responsif terminal, dan orientasi mudah. Melihat dari rumusan masalah tersebut, konsep yang dipilih dalam perancangan Taman Lalu Lintas Yogyakarta ini adalah “Trafficcoaster”, yang menggunakan esensi dari permainan roller coaster dan menggabungkannya dengan program ruang kebutuhan dari taman lalu lintas. Roller coaster dipilih karena permainan tersebut adalah bagian dari area bermain/taman hiburan yang menjadi wahana wajib untuk dinaiki pengunjung. Setiap orang yang berkunjung ke sebuah taman hiburan, akan mencari permainan roller coaster dan mencobanya, beberapa tidak hanya sekali. Bahkan ada yang menyediakan untuk dewasa dan anak-anak. Konsep dari roller coaster tersebut adalah, permainan yang fleksibel akan pergerakan pengguna dalam ruang lintasan dinamis. Selain itu, dengan batasan area wahana yang minim, lintasan dibuat semaksimal mungkin memainkan ruang vertikal dan horizontal dengan tujuan meraih tantangan adrenalin yang paling atraktif bagi pengunjung. Adanya perasaan lintasan naik turun yang kontras, belokan tajam, bahkan putaran melawan gravitasi menjadi elemen penting dari sebuah roller coaster. Dari konsep utama diatas, kemudian dijabarkan poin-poin lebih yang diimplementasikan dalam perancangan Taman Lalu Lintas Yogyakarta ini. Terdapat tiga poin yang dijelaskan dalam konsep ini yaitu, skema pembelajaran taman lalu lintas, pengolahan materi pembelajaran, dan hubungan Taman Lalu Lintas Yogyakarta dengan eksisting Terminal Giwangan. 5.1
Tantangan ala Roller-coaster pada Lintasan Tantangan
Dalam konsep ini, taman lalu lintas merupakan wahana edukasi yang disajikan dalam area rekreasi yang menarik. Anak akan belajar dari mulai pengenalan hingga ke tahap sulit. Bergabung peran satu sama lain sehingga terjadi interaksi antar pengguna jalan dimana kesemuanya saling berkaitan.
54
Gambar 5. 1 Lintasan yang Saru dari Roller coaster Sumber: http://news.explorelearning.com/newsletter/2012/12/rockinrollercoasterl.png dengan penggambaran ulang oleh penulis
Pengolahan tantangan pada Taman Lalu Lintas Yogyakarta mengadaptasi seperti pengolahan elemen tantangan roller coaster. Esensi lintasan dari roller coaster adalah adanya loop, tikungan, tanjakan dan turunan yang drastis, yang membuat pengguna merasakan surprise sensation. Lintasan pada tantangan simulasi Taman Lalu Lintas ini adalah pada bentuk jalan yang tikungan, bunderan, persimpangan, dan putar balik, yang menjadi media anak berinteraksi dengan yang lain dalam sebuah persoalan lalu lintas.
Gambar 5. 2 Ilustrasi Tantangan pada Lintasan Taman Lalu Lintas Sumber: analisis penulis
5.2 Skema Kegiatan Pembelajaran Lalu Lintas Seperti penjelasan keseluruhan kegiatan dirangkum pada sistem operasional yang berbeda dari pola taman edukatif umumnya. Materi pembelajaran lalu lintas akan dikategorikan berdasarkan tingkat kesulitan. Tujuannya adalah anak akan merasa tertantang ketika ia belajar dari hal yang mudah hingga ke tingkat yang lebih sulit. Dengan demikian, keinginan anak untuk belajar hingga tahap yang sulit yang akan memberikan kesan pada 55
dirinya pada pembelajaran lalu lintas ini. Tabel yang menjelaskan pembagian tingkat kesulitan pembelajaran terdapat pada lampiran penulisan ini.
Gambar 5. 3 Ilustrasi Kategori Kesulitan Sumber: ilustrasi penulis
Gambar 5. 4 Ilustrasi Tahap Pembelajaran Sumber: ilustasi penulis
Dalam pengolahan materi lintasan, akan ada kombinasi antara kategori mudah, sedang, sulit. Berdasarkan tahapnya, anak akan mempelajari materi pembelajaran dari mulai pengenalan kemudian tingkat mudah, sedang, kemudian sulit. Sehingga akan tercipta perasaan tertanang dan bangga ketika mereka selesai menyelesaikan tantangan sulit. Anakanak akan diajak bermain lalu lintas dan tanpa sadar belajar mengenai aturan dan etikanya dengan kemasan yang seru dan menyenangkan. Alur yang dilakukan dalam memasuki sebuah wahana adalah, anak akan briefing terlebih dahulu mengenai tantangan yang akan di hadapi. Materi yang disampaikan mengenai peraturan rambu lalu lintas dan tata cara berlalu lintas. Kemudian dalam melakukan simulasi, anak akan mendapatkan kartu evaluasi yang menjadi lembar penilaian mereka pada tantangan, apabila benar mendapat poin plus dan salah poin minus. 56
Gambar 5. 5 Ilustrasi Skema Kegiatan Sumber: ilustrasi penulis
Dalam melakukan tantangan mereka akan memilih salah satu peran dari empat peran yang ada. Peran yang ada dalam pembelajaran ini adalah sebagai pengendara mobil mini, motor mini, pengendara sepeda, atau sebagai pejalan kaki. Peran antar anak satu dengan lainnya berbeda, sehingga mereka akan bergabung dalam satu skema tantangan. Bergabungnya keempat peran tersebut dalam satu lintasan bertujuan agar ketika mereka bertemu pengguna lain mereka akan berinteraksi dalam tindakan dalam tantangan lalu lintas
Gambar 5. 6 Ilustrasi Peran pada Taman Lalu Lintas Sumber: ilustrasi penulis
Berikut ilustrasi kegiatan yang melibatkan pengguna, pemandu, anak-anak, juga orang tua/pendamping.
Gambar 5. 7 Ilustasi Kegiatan dalam Sebuah Simulasi Sumber: ilustrasi penulis
Ketika memasuki wahana, anak akan memasuki ruang pengenalan/ruang briefing, kemudian melakukan simulasi di lapangan yang memuat lintasan tantangan. Setelah itu mereka akan di evaluasi mengenai simulasinya tadi untuk mendapatkan penilaian. Di area wahana tersebut, juga terdapat ruang tunggu atau tribun bagi pendamping untuk mengamati 57
kegiatan anaknya. Pendamping juga dapat menikmati fasilitas lain yang terdapat pada Taman Lalu Lintas Yogyakarta. Setelah anak melakukan simulasi tantangan, mereka akan memasuki ruang evaluasi dan dinilai mengenai tantangan wahana tadi. Kemudian mereka akan dapat mencoba peran lain atau wahana lainnya. Skema kegiatan dapat berulang sesuai keberadaan wahana dalam Taman Lalu Lintas Yogyakarta ini. 5.3 Olah Tantangan Lalu Lintas Dalam konsep Traffic-coaster ini, pembagian tema materi pembelajaran berdasarkan tingkat kesulitan. Di setiap wahana akan disediakan peran sebagai pejalan kaki juga pengguna kendaraan bermotor mini. Inti penyampaian materi adalah edukasi mengenai perannya dalam lalu lintas serta etika dalam tindakannya. Berikut materi pembelajaran yang ingin disampaikan kepada anak-anak berdasarkan peran pejalan kaki dan pengguna kendaraan bermotor. Tantangan dalam peran sebagai pejalan kaki: a. Cara/budaya antri b. Cara menyusuri jalan c. Cara menyeberang jalan a) Di zebracross b) Di pelican c) Di simpang tanpa APILL d) Di simpang dengan APILL d. Cara menyeberang rel kereta api Tantangan dalam peran sebagai pengendara kendaraan bermotor mini: a. Cara berlalu lintas di ruas jalan b. Cara berlalu lintas di penyeberangan jalan c. Cara berlalu lintas di simpang dengan prioritas d. Cara berlalu lintas di bundaran e. Cara berlalu lintas di simpang ber-APILL f.
Cara berlalu lintas masuk dan keluar area bangunan
g. Cara menyeberang rel kereta api h. Cara menuju dan meninggalkan tempat henti angkutan umum Semua materi pembelajaran tersebut, dilingkupi dalam lintasan lalu lintas yang menjadi tantangan yang harus diselesaikan anak-anak. Dari setiap bagian dari lintasan, memuat materi rambu-rambu lalu lintas yang otomatis akan dipelajari anak ketika berperan di jalan. 58
Media ajar rambu-rambu lalu lintas bersesuaian dengan lintasan yang dilalui memiliki tiga jenis, yaitu tambu peringatan (berwarna kuning), rambu larangan (berwarna merah), dan rambu perintah (berwarna biru). Semakin banyak kesulitan lintasan, maka akan banyak rambu yang dipelajari anak-anak. Berikut daftar rambu yang diajarkan sesuai dengan tantangan lintasan yang direncanakan ada pada Taman Lalu Lintas Yogyakarta. Tabel 5. 1 Materi Pembelajaran Lalu Lintas dan Ilustrasi
Materi Pembelajaran
Ilustrasi
Rambu yang Terkait
Simpang 4
Simpang 3
Bunderan Simpang 4
Bundaran Simpang 3
Belokan
U turn
Simpang jalan
Keluar Masuk Bangunan
Parkir
Terowongan
Jembatan Penyeberangan
Selain rambu dan lintasan di atas, masih banyak rambu lain yang dapat dipelajari anakanak. Namun, materi yang ingin disampaikan cukup pada dasarnya saja dan dapat
59
dikembangkan pada tingkat pendidikan berikutnya. Beberapa rambu lalu lintas lain yang terkait dan dapat ditempatkan pada area sebagai media belajar adalah:
Gambar 5. 8 Rambu-Rambu Lalu Lintas Lain yang Dipelajari Anak-Anak Sumber: http://tandaramburamlulintas.blogspot.com/ dengan pengolahan penulis
Dengan adanya pembagian tingkat kesulitan beserta ilustrasi tantangan dan materi pembelajarannya, pengolahan lintasan baik dalam simulasi atau keseluruhan Taman Lalu Lintas akan lebih menarik. Akan terdapat variabel yang saling mengisi dan melengkapi agar komponen pendidikan lalu lintas dapat tersampaikan semua dan menyenangkan karena anak merasa tertantang. 5.4 Taman Lalu Lintas sebagai Borrowed View dan Point of Interest bagi Terminal Giwangan
Kedekatan lokasi tapak dengan eksiting Terminal Giwangan harus memberikan kontribusi bagi kawasannya. Taman Lalu Lintas Yogyakarta menyajikan suasana yang menyenangkan dan menghibur bagi pengunjungnya. Hal tersebut kontras dengan aktivitas di Terminal yang cenderung membosankan dalam ruang yang panas, jenuh dan tidak nyaman. Untuk itu, peran Taman Lalu Lintas Yogyakarta menjadi elemen visual yang menyejukkan kawasan terminal, bahkan mengundang potensi untuk berkunjung Dengan adanya taman dengan suasana yang terasa baru di kawasan, menjadi media yang merespon keberadaan taman terhadap konteks Giwangan. Terminal memberikan suasana ruang negative, begitu juga dengan jalan Imogiri di dekat tapak. Untuk itu, adanya ruang publik yang berupa media rekreasi edukatif lalu lintas dapat berguna sebagai buffer, menjadi ruang positif di kawasan tersebut.
60
Gambar 5. 9 Ilustrasi Ruang pada Tapak dan Eksisting Sumber: ilustrasi penulis
Selain itu, komponen desain dari Taman Lalu Lintas Yogyakarta adalah bagian dari konteks di Giwangan. Penggunaan elemen vertikal atau horizontal yang menonjol, dijadikan elemen visual lain yang menarik perhatian orang. Dalam penjelasannya sebagai point of interest, muncul gagasan seperti London Gate yang terlihat berbeda dari sekitarnya dan menjadi hal yang ingin dilihat dari sekitarnya. Inspirasi lain muncul dari simbol palang salib pada bagian dari gereja yang berbeda dari desain gerejanya.
Gambar 5. 10 Ide London Gate karya Donis Sumber: http://static.dezeen.com/uploads/2010/07/dzn_London-Gate-by-Fernando-Donis-5.jpg
61
Gambar 5. 11 Cross Tower karya Kensuke Watanabe Sumber: http://static.dezeen.com/uploads/2010/01/dzn_Cross-Tower-by-Sowa-Unit-1.jpg
Penerapan point of interest pada Taman Lalu Lintas dapat menjadi landmark, juga memudahkan orientasi orang-orang dalam mengenali keberadaannya di Giwangan, Umbulharjo, Yogyakarta. .
62