BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Tema Perancangan “ Gereja sel yang apostolic “ Gereja adalah pembentuk tubuh Kristus. Gereja House of Grace sebagai wadah berkumpulnya jemaat Tuhan merupakan bagian dari tubuh Kristus. Untuk setiap gereja Tuhan telah memberikan kepada anggota masing-masing satu tempat seperti yang dikehendaki-Nya. (1 Korintus 12:18, 20). Gereja House of Grace sendiri di panggil untuk memenuhi Amanat Agung dari Tuhan yaitu dengan mengemban tugas apostolic, yaitu membawa kabar Injil keslamatan kepada dunia (Matius 28:19). Misi Amanat Agung ini dijalankan melalui gereja sel. Seperti yang di sebutkan dalam buku “Ledakan Kelompok Sel”, gereja sel adalah gereja yang menempatkan pelayanan kelompok kecilnya sebagai pusat gereja. Sel sendiri adalah kelompok persekutuan yang terdiri atas 2 atau lebih jemaat. Semua panggilan dan tugas gereja yang meliputi kesaksian (marturia), pelayanan (diakonia), dan persekutuan (koionia) dilakukan dalam sel. Setiap sel sifatnya terbuka, kelompok kecil ini berfokus pada penginjilan. Jadi, ada kehidupan dalam setiap sel. Kehidupan dalam sel dapat di umpamakan sebagai sel secara biologis. Sel biologis terus memproduksi diri dengan jalan membelah menjadi dua sel baru. Demikian pula dengan sel dalam konteks gereja yang juga menerapkan prinsip menbelah dengan jalan menyebarkan injil “jadi, inti dari sel adalah pembelahan”. Sebelum membelah sebuah sel biologis mengalami pertumbuhan dari sebuah protoplasma menjadi kromosom sebelum akhirnya menjadi sel anakan. Prinsip ini juga berlaku dalam gereja sel. Setiap individu yang masuk sebagai jemaat dalam sebuah sel (dalam hal ini gereja House of Grace) pasti mengalami proses yang sama, yaitu : 1. Percaya
: Percaya kepada Tuhan sebagai Juruselamat.
2. Baptisan air
: Memberi diri di baptis air sebagai tanda penghapusa dosa.
3. Salib
: Setiap orang yang percaya harus memikul salib sebagai
lambang penderitaan, menyangkal diri, dan mengikuti Kristus, sebab Tuhan 141
sendiri telah memikul salib sebagai ganti dosa manusia dan inilah yang perlu diteladani. 4. Melayani
: Setiap orang mengalami “kematian” dalam dirinya sendiri
pasti dapat melihat kebutuhan orang lain sebagai hal yang utama. Dalam tahap ini seorang jemaat sel mulai ikut member kesaksian Kristus kepada orang lain, sehingga sel yang ditempatinya membelah menjadi 2 sel. Dari proses kehidupan jemaat gereja sel dapat disimpulkan, “Inti dari sel adalah pembelahan”. Pembelahan bersifat multiplikasi, dengan menggandaan jumlah sel dari satu menjadi dua menjadi empat menjadi delapan dan seterusnya. Konsep ini nantinya mengarah pada bentukan yang menyatu, tersebar, dinamis. Dan inilah yang tercermin dalam setiap perancangan, inri pembelahan dari sebuah sel.
5.2. Karakter, Gaya dan Suasana Ruang 5.2.1. Karakter Menciptakan atmosfer dalam perancangan sebuah gereja sangat penting. Atmosfer ruang ibadah mempengaruhi psikologi jemaat saat beribadah. Atmosfer interior satu ruang di bentuk oleh karakter, gaya dan suasana ruang. Dalam perancangan gereja House of Grace ini, karakter garis vertical dan horizontal yang tegas kerap di ulang pada elemen dinding dan plafonnya. Karakter garis tegak yang tegas menggambarkan adanya hubungan antar manusia dan Tuhan dengan keberadaan Tuhan sebagai Allah dari semua manusia. Elemen garis vertical membentuk ritme perulangan yang semakin mempertegas karakter agung dan kebesaran Tuhan. Sedangkan garis-garis horizontal pada plafon menggambarkan pola persebaran yang memiliki makna filosofis. Perulangan garis vertical ini mengandung makna filosofi tugas apostolic yang sifatnya menyebar (misi keluar). Pola persebaran ini digambarkan dengan adanya pola radial plafon yang terbentuk.
142
5.2.2. Gaya Gaya yang dipakai dalam perancangan gereja House of Grace ini mengarah ke gaya modern. Bentukan sederhana, minim ornamen dan elemen dekoratif serta penempatan perabot dan tata ruang gereja yang fungsional mewarnai perancangan gereja tersebut. Manusia, dalam hal ini jemaat ditempatkan sebagai objek utama perancangan. Jadi perancangan berangkat dari aktivitas ibadah manusianya. Sekalipun gereja tersebut minim ornamen, namun symbol harus tetap digunakan sebab gereja adalah ruang cultural yang tentu tidak terlepas dari symbolsimbol. Simbol di gunakan sebagai aksen dalam ruang ibadah bergaya modern ini. 5.2.3. Suasana Suasana dalam interior gereja mempengaruhi psikologi jemaat saat beribadah. Perancangan gereja House of Grace ini mengangkat suasana ibadah yang megah, sakral sekaligus hangat. Suasana seperti ini dapat dicapai dengan penempatan factor : 1. Pencahayaan
: Cahaya adalah symbol dari Allah, karena itu cahaya
memegang peranan penting dalam perancangan gereja. Perancangan ini menggunakan dua system pencahayaan merata dan terfokus. Permainan dua cahaya ini membedakan dua area. 2. Dinding
: Merancang mimbar adalah hal yang paling penting dan paling utama
dalam perancangan gereja. Latar pada dinding mimbar di rancang khusus dengan menggunakan pilar kayu dengan latar dinding menggunakan grassblock. pilar kayu ini membentuk garis vertical yang berulang, memberikan kesan megah. Kesan megah melambangkan keagungan Tuhan. 3. Plafon
: Keberadaan plafon yang cukup tinggi menggambarkan kebesaran
Tuhan. Keberadaan plafon bangunan yang dibuat setinggi 8 meter yang berfungsi juga untuk kenyamanan akustiknya. Plafon di rancang dengan pola horizontal yang disusun miring sejajar satu sama lainnya, hal ini dikarenakan posisi bangunan yang berbentuk square yang dikelilingi dengan ruang-ruang pendukung lainnya. Permukaan plafon tidak memiliki teksture/ polos hal ini di karenakan posisi plafon sudah mengalami desain yang atraktif dari segi posisi penempatannya. Dari pola garis ini dapat ditarik titik-titik lampu yang lebih menegaskan adanya pencahayaan yang hangat dan suasana ruang yang kudus. Permainan pola plafon ini juga tidak terlepas dengan adanya permainan leveling yang menunjang akustik ruang itu sendiri. 143
5.3. Pola Penataan Ruang Pola penataan ruang pada Gereja House of Grace ini berdasarkan pada konsep yaitu jemaat beribadah dengan Khusuk dan Khitmat serta dapat merasakan sukacita, dengan tema perancangan gereja sel yang apostolik. Dengan dasar tersebut sebisa mungkin penataan ruangan dibuat dengan pencapaian secara langsung dengan tahaptahapan yang jelas dan sirkulasi yang jelas.
Penataan ruang dalam gereja dibagi dalam tiga kebutuhan ruang utama, yaitu: 1. Mimbar
: Mimbar merupakan factor terpenting dalam tata ruang gereja, karena
mimbar adalah pusat dari aktivitas liturgy atau ibadah. Sesuai dengan kebutuhan ruang beribadah di gereja House of Grace, area mimbar ini di bagi lagi menjadi area khotbah, area pemain music, area singer, area choir. keempat area tersebut terdapat dalam satu panggung. untuk membedakannya digunakan permainan ketinggian panggung. 2. Tempat duduk jemaat
:
Pada
dasarnya
gereja
merupakan
tempat
berkumpulnya orang yang percaya pada Tuhan, sebab “dimana ada satu atau dua orang berkumpul demi nama-KU, Aku akan hadir ditengah-tengah mereka”. Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa jemaat merupakan objek utama perancangan gereja, bukan aktivitas beribadahnya. Filosofi ini membawa perubahan dalam desain gereja diabad ke-20, interior gereja mengurangi penggunaan symbol dan sebagai gantinya menambah nilai fungsional dalam penataan interiornya. Perubahan ini mendasari perancangan kursi jemaat pada gereja ini. Kuirsi jemaat tidak lagi memakai bahan kayu melainkan menggunakan bahan sofa. Selain itu, kursi jemaat didesain untuk memiliki fleksibelitas tinggi untuk dapat dilipat. Hal ini muncul akibat runtutan aktivitas ibadah gereja House of Grace yang menuntut dinamika gerak. 3. Ruang pendukung ibadah : Adanya variasi aktivitas beribadah membutuhkan wadah. Ruang pendukung ibadah yang dirancang antara lain: ruang sekolah minggu, ruang youth dan sebagainya. Seiring dengan perkembangan teknologi, kini khotbah dalam gereja dapat direkam kemudian didistribusikan kepada jemaat. Fasilitas inilah yang diwadahi dalam ruang multimedia. Ruang pendukung lainnya
144
adalah area konter informasi yang bertujuan memberikan informasi seputar kegiatan ibadah gereja selain ibadah raya yang telah diadakan setiap minggunya. 5.4. Pola Penataan Bentuk, Bahan, dan Warna dari elemen-elemen Pembentuk Ruang 5.4.1. Lantai Pola lantai mengikuti “aisle” (jalan sirkulasi). Dengan penataan ruang yang sejajar, maka pola lantai yang dihasilkan adalah sejajar juga dengan arah mimbarnya. Akses pencapaian ke mimbar terdiri dari 5 aisle yaitu satu “center aisle”yang posisinya langsung menuju ke center mimbar, satu “cross aisle”, yang membagi ruang ibadah menjadi dua bagian, dan “tiga side aisle”yang berada di kiri-kanan ruang ibadah. Semua aisle pada area tempat duduk jemaat menggunakan penutup karpet, sedangkan pada area ruang pendukung memakai campuran , keramik, dan parguette serta stainless steel. Plint stainless steel di pakai sebagai aksen border yang pemasangannya membutuhkan ketelitian. Warna-warna lantai di dominasi warna hitam, coklat keemasan. Warna – warna ini adalah warna simbolik yang artinya: 1. Hitam
: Melambangkan kesengsaraan dan penderitaan
akibat dosa.
2. Coklat keemasan : Melambangkan kemuliaan Tuhan.
Granit
Parguet
Karpet
Fungsi Sifat Pengaruh Nilai
Sebagai tempat untuk berpijak Tempat untuk menentukan jalur sirkulasi Merupakan bagian yang menarik dari ruang, dan segi visualnya secara langsung terasa oleh kaki Mempunyai peranan terhadap benda-benda yang ada diatas dan sekitarnya dalam hal keserasian Termasuk didalamnya pola, tekstur, material dan warna
145
5.4.2. Dinding Dinding menggunakan bahan pelapis softboard dan menggunakan finishing kain dan HPL yang komposisinya warna krem. Komposisi dinding pada latar mimbar dirancang khusus mengingat mimbar adalah pusat dari kegiatan beribadah dalam gereja. Latar tar dinding mimbar menggambarkan tabir bait suci yang terbelah. Ketika Yesus wafat disalib, tabir suci terbelah menjadi dua menggambarkan kemenangan atas dosa dan maut yang mengikat manusia. Jadi hanya oleh karya penebusan Kristus di kayu salib setiap manusia manusia bebas cengkraman dosa. Maka dari pada itu, dalam perancangan dinding mimbar ini akan menggunakan grassblock yang disusun dan difinishing dengan menggunakan cat coklat keemasan yang melambangkan kemuliaan Allah. Konsep ini digambarkan dengan komposisi garis vertical yang terbentuk dari layer-layer layer kayu pada kedua sisi mimbar, dan sebagai aksen pada mimbar ini akan diberikan salib besar yang terbuat dari bahan stainless steel. Arti salib pada mimbar ini sebagai lambang penebusan atas dosa manusia. Dinding ding di sekelililng area jemaat terbuatdari softboard dengan pola bidang vertical. bidang-bidang bidang vertical ini berupa panel kerangka kayu yang dibungkus dengan kain yang bermotif dan bertekstur. Selain agar lebih elegan, panel dinding finishing kain ini jugaa berfungsi untuk menjaga keakustikan dan juga memperkecil gema yang terjadi pada ruangan ibadah ini. Pada dinding panel sekeliling ruang ibadah utama ini juga akan terdapat pencahayaan yang sifat peletakaannya in-direct direct yang di pasang pada dinding panel tersebut. Bagi perancang hal ini dimaksudkan bahwa kehidupan jemaat selalu bercahaya, dan selalu memancarkan terang kasih Kristus dimanapun mereka berada, dan menjadi berkat bagi orang lain. Grassblock
Dinding panel
Wallpaper Area Konter
146
Fungsi Sifat Pengaruh Nilai
Sebagai pemikul beban. Sebagai bidang pembatas antara satu ruang dan ruang lainnya Mudah tertangkap secara visual Mempunyai peranan penting terhadap benda-benda yang ada disekitarnya dalam hal keserasian Menunjang penampilan hiasan yang ada dekatnya
5.4.3. Plafon Plafon menggunakan pola horizontal sejajar dengan mimbar sebagai acuannya. Konsep gereja ini sebagai pengemban misi apostolic yang menggambarkan dalam pola menyebar dan dinamis, dalam hal ini dicapai dengan pemakaian garis yang membagi pada bangunan gereja. Permainan ketinggian plafon ini menunjukan adanya gerakan menyebar. Bahan utama pada plafon ini adalah Gypsum board yang dicat warna putih. Pemakaian gypsum board ini juga untuk menunjang system akustik ruang sedangkan permainan ketinggian plafon dimanfaatkan untuk penempatan speaker dan lampu, serta system suara dan komunikasi diantaranya LCD, kamera, dan larar LCD.
Plafond R.Kelas Sekolah Minggu
Plafond Area Konter
Plafond R.Sekolah Minggu
Plafond Mainhall/R.Ibadah
147
Fungsi
Sebagai pembatas ruang atas dan bawah Sebagai elemen penunjang lampu, AC, speaker, exhaust fan
Sifat
Dapat memberi kesan yang luas
Pengaruh
Membuat system pencahayaan dan tata udara akan terasa sejuk
Nilai
Menunjukkan elemen interior
5.4.4. Furniture Perabot utama yang didesain khusus dalam gereja ini antara lain meja mimbar, kursi jemaat, meja perjamuan khudus, kursi pemusik, meja persembahan. Secara umum, bahan perabot yang banyak dipakai adalah kayu, stainless steel dan kaca. Kayu adalah bahan yang berkarakter hangat, akrab, natural dan tradisional. Stainless steel adalah bahan yang berkarakter eksklusif, canggih dan bersih. kaca berkarakter high-tech dan eksklusif. Ketiga bahan di atas difinishing varnish dan HPL dan Duco. Semua perabot di desain khusus dengan bentukan yang modern dan elegan.
Meja Perjamuan
Meja Mimbar Meja konter Kursi Jemaat Furniture khusus seperti meja khotbah dirancang sebagai elemen yang ‘mobile’ ( dapat dipindahkan) sedangkan kursi jemaat ditanam dilantai dan dapat dilipat untuk memudahkan pembersihan.karena penataan lantai yang berzap tidak memungkinkan perubahan penataan kursi jemaat kelak.
148
5.4.5. Elemen Dekoratif Elemen dekoratif dalam gereja ini adalah pemaksimalan symbol. Pemakaian symbol sudah dilakukan sejak masa perjanjian lama di alkitab. Saat itu Kristus disimbolkan sebagai anak domba. Simbol yang dipakai dalam perancangan ini adalah symbol burung merpati, simbolnya gereja House of Grace. pemakaian menunjukkan adanya identitas gereja local House of Grace. Symbol ini dipakai pada dinding-dinding gereja yang terbuat dari partisi-partisi baik pada material kayu ataupun gupsum board. Merpati adalah lambang kasih Kristus, sehingga maknanya Kristus adalah sumber kasih yang murni bagi semua jemaat gereja sel.
Symbol Church Kids (wallpaper)
Symbol Roh Kusus
Symbol Anak Domba
Symbol Roh Kusus di gunakan sebagai partisi
5.5. Sistem Interior 5.5.1. Sistem Tata Udara Pada sirkulasi udara dalam gereja memakai penghawaan buatan secara total diseluruh ruang gereja. Namun dalam aplikasinya, system penghawaan buatan 149
berbeda disetiap area. Area mimbar dan area jemaat memakai system AC duct sedangkan area ruang penunjang ibadah yang merupakan close space
memakai
system AC wall mounted ( Ac dipasang pada dinding atas ruang ). Output pada system AC duct menggunakan difuser yang berukuran
30x30 cm. AC duct
memungkinkan penyalaan AC secara bersamaan yang memang dibutuhkan untuk gedung besar volumenya dan yang dipakai secara serentak. 5.5.2. Sistem Tata Suara Ukuran bangunan gedung yang tinggi membutuhkan alat pendistribusi suara ( sount amplification ). Alat bantu yang dipakai diantaranya speaker,mike dan monitor suara. Selain menggunakan alat bantu mekanik, factor yang perlu dirancang adalah ketinggian plafon yang harus direndahkan untuk area khotbah dan pemusik. Penurunan ketinggian plafon bertujuan mengurai gema ( gaung). Selain itu plafon didesain dengan variasi ketinggian yang berbeda untuk tiap area kursi duduk jemaat. Permainan ketinggian plafon bertujuan untuk mendapatkan sudut pemantulan yang baik, sehingga setiap sudut jemaat mempunyai kondisi pendengaran (inteligibilitas) yang baik saat ibadah. 5.5.3. Sistem Tata Cahaya Pencahayaan yang dipakai adalah pencahayaan buatan. Lampu sorot berwarna warm light dipakai untuk memberikan efek cahaya memusat (terfokus). Area mimbar memakai recessed downlight dengan sorot warna lampu warm light. Efek cahaya hangat, terfokus dan memusat menghasilkan efek membias pada mimbar. Sedanglan untuk area sirkulasi pada ruangan ini menggunakan dua jenis lampu yaitu downlight yang terpasang pada plafon sepanjang sirkulasi yang ada dan lampu downlight yang tertanam (recessed downlight) pada lantai, dengan warna pencahayaan warm light. 5.5.4. Sistem Komunikasi Sistem komunikasi menggunakai speaker, speaker pada gereja dibutuhkan untuk mendistribusikan suara khotbah dan music secara merata pada setiap sudut ruang. Speaker di pasang pada sekeliling ruangan (sourround sound), baik menggunakan stand ataupun di pasang menggantung pada plafond di area jemaat,
150
sedangkan soundtester yang berfungsi menyesuaikan input dan output suara ditempatkan di setiap sudut panggung mimbar. 5.5.5. Sistem Proteksi kebakaran Sistem pengamanan kebakaran menggunakan system splinkler. Berhubung Plafon setinggi 8 meter maka plinkler sebagian juga ditempatkan pada dinding samping. Selain system splinkler juga dipakai smoke detector untuk mendeteksiasap kebakaran. namun berhubung kemungkinan terjadinya kebakaran kecil, maka smoke detector cukup ditempatkan di ruang penudukung ibadah seperti di ruang sekolah minggu, ruang persembahan, ruang perjamuan kudus, dan toilet. 5.5.6. Sistem keamanan Sistem keamanan dibagi menjadi dua yaitu keamanan yang melibatkan sumber daya manusia (SDM) dan keamanan non-SDM, dengan teknologi. Sistem keamanan dalam gereja melibatkan keduanya yaitu keamanan denagn satpam dan pengamanan swadaya, yang melibatkan jemaat serta pengamanan gedung dari bahaya kebakaran sengan splinkler dan smoke detector. Penggunaan kamera sebagai alat bantu berjalannya kebaktian juga dapat difungsikan sebagai alat pemantau.
5.5.7. Plumbing & Sanitasi Air bersih mempunyai 2 jaringan terpisah namun sejajar dalam sistem suplai air bersih yaitu mensuplai air besih yang digunakan manusia dan untuk kebutuhan mekanis ( pencegahan kebakaran ). Air bersih bersumber dari PAM dan deep well untuk cadangan yang ditampung di reservoir kemudian didistribusikan dan berujung di masing-masing kebutuhannya. Air kotor yaitu berasal dari hujan, dialirkan dan diproses ke dalam water treatment untuk didaur ulang atau dibuang roil kota. Air limbah yaitu air toilet diolah dengan sistem sewage treatment, disaring, diproses di water treatment lalu dibuang ke saluran roil kota.
151
5.6. Layout Terpilih Zoning Terpilih
Gambar : Alternatif Zoning 3 Analisa : ( + ) Area semi publik berada di tengah-tengah area publik, sebagai pusat yang dituju sehingga memudahkan aktivitas yang berada di public area. ( + ) Kesatuan area cukup baik. ( + ) Area publis langsung bersinggungan dengan main enterace, sehingga memudahkan sirkulasi penggunanya. ( + ) Pada area private menjadi satu kesatuan memanjang sehingga memudahkan aktivitas di dalamnya.
152
Alternatif 3 merupakan alternatif zoning yang terpilih karena menggabungkan pertimbangan-pertimbangan
berdasarkan
tingkat
kebisingan,
sirkulasi,
tingkat
keamanan. Area publik tepat berada di tengah-tengah sebagai area yang terpusat atau tertuju oleh jemaat. Gruping Terpilih
Gudang
Toilet
Stage mimbar
Stage musik
Stage choir
R.Ibadah + duduk jemaat
Ruang Pendeta
Ruang Doa
Ruang Sekretar iat
Ruang Multimedia
Ruang Konseling
Ruang Sekolah Minggu
Main enterance
Gambar : Alternatif Grouping 1 Pemilihan grouping yang terpilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang disebut dibawah ini : ( Positif ) :
Ruang ibadah raya terletak di tengah sehingga memudahkan aktivitas beribadah.
Ruang multimedia berada di belakang ruang ibadah raya yang merupakan ruang pendukung ibadah yaitu ruang soundsystem dan ruang komunikasi.
Ruang Konseling berada di depan sehingga memudahkan jemaat untuk berkonseling dengan pendeta atau para pelayan ibadah. 153
Ruang sekolah minggu berada di belakang sehingga tidak mengganggu jalannya ibadah raya dimana waktu ibadahnya dilakukan secara bersamaan dengan ibadah sekolah minggu.
( Negatif )
Ruang Pendeta letaknya berjauhan dengan ruang doa. Alternatif menggabungkan
1
merupakan
alternatif
pertimbangan-pertimbangan
grouping
yang
berdasarkan
terpilih
tingkat
karena
kebisingan,
sirkulasi, tingkat keamanan, dan kefungsionalan ruang. Dalam ha ini ruang pendukung ibadah sangatlah sesuai dengan kebutuhan dan sirkulasi ruang yang ada.
Sirkulasi Ruang
Gudang
Stage mimbar
Stage musik
Toilet
R.Ibadah + duduk jemaat
Ruang Pendeta
Ruang Sekolah Minggu
Ruang Doa
Ruang Sekretar iat
Ruang Multimedia
Ruang Konseling
Stage choir
Main enteran ce
Gambar : Sirkulasi Pengguna Ruang Keterangan :
: Sirkulasi Jemaat : Sirkulasi Pendeta 154
: Sirkulasi Pengerja : Sirkulasi Anak-anak : Sirkulasi Koster
155
ATURAN – ATURAN PERANCANGAN INTERIOR GEREJA
Psikologi Jemaat Perancangan ruang dalam gereja pada intinya adalah bagaimana membangun atmosfer ruang yang dapat membangun psikologis jemaat yang beribadah di dalamnya. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi psikologis jemaat yang beribadah di dalammya antara lain : 1. Merancang mimbar sebagai focus utama dalam gereja. Mimbar adalah pusat dari kegiatan beribadah dalam gereja, karena itu dalam perancangannya factor yang menunjang seperti background/latar mimbar, permainan ketinggian mimbar, perabot di atas mimbar serta efek pencahayaan perlu di rancang dengan konsep interior agar dapat tercapai kesatuan suasana ruang ibadah. 2. Pengolahan cahaya. Penggunaan cahaya merupakan hal yang paling penting dimana dapat memberikan efek psikologis pada saat jemaat beribadah, selain itu sejak semula Allah di gambarkan sebagai cahaya maka cahaya dapat menggambarkan keberadaan Tuhan sebagai terang dunia. 3. Pemakaian symbol. Merancang gereja tidak terlepas dari pemakaian symbol. sejak semula di Alkitab telah banyak di sebutkan pemakaian symbol. Simbol dapat mengkomunikasikan satu hal secara menyeluruh. Simbol tidak hanya berupa lambing namun warna, cahaya, garis juga merupakan symbol. Karena itu perlu mengolah elemen ruang dalam agar gereja dapat menyuarakan konsep yang di inginkan Kebutuhan Ruang Arsitektur gereja selalu mengalami perkembangan seiring dengan reformasi atau pembaharuaan dalam gereja. karena itu penting untuk merinci sejarah perkembangan gereja sehingga di hasilkan rincian kegiatan beribadah. Aktivitas ibadah berbeda-beda
156
tergantung dari kebutuhan jemaatnya. Rincian aktivitas ibadah memungkinkan pendataan ruang-ruang yang butuh di rancang. Selain itu juga di perkirakan jumlah anggita jemaat gereja yang bersangkutan. Gereja House of Blessing di rancang dengan anggapan jumlah jemaat 1000orang. jumlah ini merupakan anggapan masa antara 10-15 tahun yang akan datang. Dengan demikian di harap perancangan ini dapat menampung jemaat dengan berbagai aktivitasnya. Kesimpulan Arsitektur dan interior sebuah gereja mengalami perkembangan seiring dengan adanya reformasi atau pembaharuan dalam gereja. Karena itu penting sekali untuk merinci sejarah perkembangan gereja, sehingga dihasilkan rincian kegiatan ibadah. Aktivitas ibadah dalam gereja berbeda-beda tergantung pada kebutuhan jemaatnya. Rincian aktivitas ibadah memungkinkan pendataan ruang-ruang yang butuh di rancang. Oleh karena itu perancangan sebuah gereja sangatlah berpengaruh oleh tingkat kebutuhan jemaat yang menjadikan jemaat tersebut dapat beribadah secara nyaman dan khusuk.
Saran Merancang sebuah gereja tidak hanya mementingkan segi estetis atau keindahan dari desain tersebut, tetapi lebih dalam dari itu adalah bagaimana merancang sebuah interior gereja yang dapat sesuai dengan liturgis gereja setempat dan tata cara ibadahnya dan juga jemaat dapat merasakan adanya hubungan vertical kepada Tuhan dan menciptakan suasana bahwa Tuhan itu benar-benar hadir dalam ruangan tersebut, sehingga membuat jemaat merasa nyaman dan khusuk saat datang beribadah di dalam gereja tersebut. Hal tersebut tidak terlepas dari aspek-aspek yang diajarkan sebagai dogma oleh gereja tersebut antara lain latar belakang ajaran gereja tersebut dan juga cara beribadahnya.
157