BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan a. Pengetahuan pasien simulasi mengenai feedback konstruktif meningkat secara bermakna setelah mengikuti pelatihan pemberian feedback konstruktif (t(18) = -3,491, p = 0,003) b. Keterampilan PS memberikan feedback konstruktif: -
Domain
1
(keterampilan
interpersonal)
meningkat
setelah
mengikuti pelatihan pemberian feedback konstruktif akan tetapi peningkatan tersebut tidak bermakna. Hal ini ditemukan baik pada pengukuran 1 dan 2 (Z = -0,961, p = 0,337) maupun pada pengukuran 1 dan 3 (t(18) = -1,601, p = 0,127). Terjadi penurunan nilai
keterampilan
memberikan
feedback
konstruktif
pada
pengukuran 2 dan 3, namun hal penurunan tersebut juga tidak bermakna secara statistik (Z = -0,403, p = 0,687) -
Domain 2 (aplikasi teknik pemberian feedback konstruktif) meningkat secara bermakna setelah mengikuti pelatihan pemberian feedback konstruktif baik pada pengukuran 1 dan 2, maupun 1 dan 3 (t(18) = -4,924, p = 0,000). Tidak ada perbedaan antara nilai keterampilan memberikan feedback konstruktif pada pengukuran 2 dan 3
73
74
c. Modul ‘Focusing Feedback on Interpersonal Skills: A Workshop for Standardized Patients, 3rd edition” yang dikembangkan oleh Howley et al. (2005) perlu dimodifikasi agar dapat diterapkan di Indonesia. Hal yang perlu dimodifikasi antara lain: -
Materi yang diberikan dalam pelatihan sebaiknya dibatasi menjadi 1 topik untuk setiap pelatihan. Dengan demikian, pelatihan pemberian feedback konstruktif sebaiknya dipecah menjadi 2 pelatihan, yaitu pelatihan mengenai teori feedback konstruktif dan pelatihan pemberian feedback konstruktif berdasarkan observasi
-
Setiap pelatihan memiliki sesi latihan untuk menguatkan hal yang telah dipelajari dalam sesi pelatihan tersebut. Pada pelatihan pemberian feedback konstruktif berdasarkan observasi, sebaiknya PS mendapatkan sesi latihan utuh (mulai dari sesi wawancara dengan mahasiswa hingga sesi pemberian feedback) untuk melatih keterampilan interpersonal PS ketika memberikan feedback
-
Pelatihan sebaiknya dilakukan secara berkala dan terdapat sesi review pada setiap awal pelatihan untuk menguatkan pengetahuan PS
mengenai
feedback
konstruktif
yang
telah
dipelajari
sebelumnya
V.2. Saran Berdasarkan hasil yang didapat dari penelitian ini, berikut adalah rekomendasi untuk penelitian selanjutnya:
75
a. Perlu dilakukan validasi konstruk kembali terhadap alat ukur kuesioner MaSP dengan merevisi item-item kuesioner yang tidak valid. Jumlah responden kuesioner juga perlu ditambah (minimal 300 responden) agar analisis faktor yang dilakukan dapat memberikan hasil yang lebih valid b. Pelatihan pemberian feedback konstruktif sebaiknya tidak hanya menitikberatkan pada penguasaan dan aplikasi teknik pemberian feedback akan tetapi juga memperhatikan keterampilan interpersonal PS dalam memberikan feedback. Hal ini sesuai dengan rekomendasi modifikasi dari model Howley et al. yang telah disebutkan sebelumnya. c. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai dampak yang ditimbulkan dari pemberian feedback konstruktif PS terhadap proses pembelajaran mahasiswa. Selain itu, perlu dilakukan eksplorasi lebih lanjut terhadap persepsi mahasiswa dan dosen serta tantangan yang mungkin timbul pada saat menerapkan pemberian feedback pasien simulasi
V.3. Ringkasan Feedback merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembelajaran keterampilan klinis. Feedback memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pembelajaran (Norcini, 2003) karena dapat meningkatkan penguasaan kognitif dan keterampilan serta meningkatkan motivasi belajar mahasiswa (Shute, 2008).
76
Di tingkat preklinik, pembelajaran keterampilan klinis pada umumnya dilakukan dalam skills lab dengan menggunakan berbagai metode, salah satunya adalah simulasi. Simulasi adalah sebuah metode pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar yang hampir serupa dengan kenyataan yang dijumpai di institusi kesehatan. Salah satu contoh metode simulasi yang biasa digunakan sebagai metode
pembelajaran
keterampilan
komunikasi
adalah
dengan
menggunakan pasien simulasi. Keunggulan dari penggunaan pasien simulasi dalam proses pembelajaran keterampilan adalah pasien simulasi dapat dilatih untuk memerankan kasus spesifik tertentu serta memberikan feedback. Terdapat beberapa domain dari feedback pasien simulasi, antara lain: domain keterampilan klinis (meliputi feedback mengenai keterampilan anamnesis dan pemeriksaan fisik), keterampilan interpersonal, serta keterampilan komunikasi (Bokken et al., 2009). Penggunaan pasien simulasi untuk memberikan feedback dalam pembelajaran keterampilan klinis telah banyak dilakukan di luar negeri. Dari beberapa penelitian pasien simulasi yang telah dilakukan, didapatkan bahwa feedback pasien simulasi dapat memberikan dampak terhadap pembelajaran keterampilan mahasiswa. Di Indonesia, belum banyak ditemukan penelitian yang khusus meneliti mengenai pemberian feedback pasien simulasi kepada mahasiswa dan apakah feedback tersebut memberikan dampak yang sama seperti yang telah didapatkan di luar negeri.
77
Penelitian ini bertujuan untuk melihat dampak pelatihan terhadap kemampuan pasien simulasi dalam memberikan feedback konstruktif kepada mahasiswa FKUAJ yang mengikuti skills lab wawancara psikiatri. Beberapa aturan dasar yang harus diajarkan kepada pasien simulasi dalam memberikan feedback adalah sebagai berikut (Cleland et al., 2010): ‘Student-first’ rule, domain rule, “I” rule, dan ‘No judgement’ rule. Aturan dasar ini turut dimasukkan sebagai materi dalam pelatihan pemberian feedback konstruktif yang dilakukan dalam penelitian ini. Penelitian
ini
merupakan
penelitian
kuantitatif
menggunakan
pendekatan kuasi eksperimental dengan rancangan one group pre-test-posttest. Untuk menilai keberhasilan dari program pelatihan ini, dilakukan evaluasi menggunakan kerangka evaluasi Kirkpatrick. Evaluasi dilakukan pada tingkat 1, 2 dan 3. Evaluasi tingkat 1 dilakukan dengan menyebarkan kuesioner di akhir pelatihan, evaluasi tingkat 2 menggunakan data pre-test dan post-test (kognitif) yang dilakukan pada saat pelatihan, dan evaluasi tingkat 3 dilakukan dengan menganalisis kuesioner Maastricht Assessment of Simulated Patients (MaSP) yang disebarkan pada akhir skills lab wawancara psikiatri skenario 1 (pre-test), 2 dan 3 (post-test). Seluruh data dianalisis menggunakan uji beda mean yang sesuai dengan hasil uji normalitas data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: a) Pelatihan pemberian feedback konstruktif diterima dengan sangat baik oleh PS, terbukti dari tingginya tingkat kepuasan terhadap pelatihan pada evaluasi Kirkpatrick tingkat 1; b) Kemampuan PS dalam memberikan feedback konstruktif meningkat secara
78
bermakna, baik dari aspek kognitif maupun aspek psikomotor, setelah mengikuti pelatihan. Akan tetapi, pelatihan ini tidak meningkatkan keterampilan interpersonal PS dalam proses pemberian feedback; c) Model pelatihan pemberian feedback konstruktif yang disusun berdasarkan modul (Howley et al., 2005) merupakan modul yang efektif dan feasible untuk diterapkan di FKUAJ dengan beberapa modifikasi sesuai dengan saran yang diajukan oleh peneliti. Beberapa keterbatasan yang dimiliki oleh penelitian ini antara lain: tidak dilakukannya evaluasi terhadap keterampilan pemberian feedback konstruktif PS pada saat pelatihan (evaluasi Kirkpatrick tingkat 2b), validasi konstruk alat ukur yang dilakukan setelah pengambilan data selesai dilakukan, serta tidak dapat mengevaluasi dampak pelatihan pemberian feedback konstruktif terhadap performa mahasiswa. Perlu dilakukan validasi konstruk kembali terhadap alat ukur kuesioner MaSP dengan merevisi item-item kuesioner yang tidak valid. Selain itu, perlu juga dilakukan penelitian mengenai dampak yang ditimbulkan dari pemberian feedback konstruktif PS terhadap proses pembelajaran mahasiswa.