BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Evaluasi Efektivitas Pengendalian Internal Penelitian ini mengevaluasi efektivitas pengendalian internal aktivitas penjualan pada PT Terang Dunia Internusa (PT TDI) dengan menggunakan COSO Framework. Setelah melaksanakan evaluasi, peneliti dapat menyimpulkan bahwa PT TDI telah memiliki sistem pengendalian internal untuk aktivitas penjualan pada tingkat yang efektif. Tingkat efektivitas tersebut ditunjukkan dengan hasil penilaian komponen komponen pada MCQ sebagai berikut: Tabel 5.1 Kesimpulan Nilai Pengendalian Internal PT TDI
Lingkungan Pengendalian Penilaian Resiko Aktivitas Pengendalian Informasi dan Komunikasi Pengawasan
Jawaban “YA” (A) 9 7 17 6 5
Total Pertanyaan (B) 15 12 20 9 7
Nilai (A/B x 100%) 60% 58,3% 85% 66,7% 71,4%
Efektif Efektif Sangat Efektif Efektif Efektif
TOTAL
44
63
69,8%
Efektif
Komponen
Kriteria
1. Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian dengan nilai 60% menunjukkan tingkat yang efektif namun berada pada level batas bawah mendekati kurang efektif. Faktor krusial yang menyebabkan adalah kurangnya integritas dan kompetensi individu dan belum adanya Visi dan Misi serta struktur organisasi yang baku sebagai dasar perusahaan dalam mencapai tujuan. Lingkungan pengendalian merupakan dasar dari struktur pengendalian internal sehingga perlu adanya upaya peningkatan
79
hingga mencapai pada tingkat maksimum. 2. Penilaian resiko Penilaian resiko menunjukkan nilai terendah dari seluruh komponen yaitu 58,3%. Faktor krusial yang menyebabkan rendahnya penilaian resiko adalah tingginya frekuensi error baik dalam proses produksi dan administrasi serta kurangnya value-added baik finansial maupun non finansial yang diberikan kepada personel. Tingginya error berdampak pada tingginya keluhan pelanggan dan kurangnya value-added berdampak pada tingginya turnover di kalangan personel. 3. Aktivitas Pengendalian Aktivitas pengendalian dengan nilai 85% menunjukkan tingkat yang sangat efektif. Faktor krusial yang mendukungnya adalah prosedur dan pemisahan tugas aktivitas penjualan yang dirincikan secara jelas serta penggunaan teknologi terkini baik untuk sistem informasi maupun infrastruktur. Aktivitas pengendalian merupakan
prosedur
dan
kebijakan
dalam
memastikan
setiap
aksi
penganggulangan resiko, namun tanpa komponen lainnya, terutama lingkungan pengendalian, aktivitas pengendalian tidak dapat mendukung efektivitas pengendalian internal secara keseluruhan. 4. Informasi dan komunikasi Informasi dan komunikasi dengan nilai 66,7% mengindikasikan bahwa sarana penghubung antara keempat komponen lainnya berada pada tingkat efektif. Komponen ini juga berada di batas bawah level efektif sehingga butuh perhatian khusus. Faktor krusial yang mempengaruhinya adalah masih minimnya
80
komunikasi antar departemen baik di level manajemen maupun staf terhadap sistem pengendalian internal. Hal tersebut menyebabkan terjadinya lack of consistency terhadap informasi yang tersedia. Selain itu, informasi yang tidak tersedia secara real time juga menjadi perhatian utama karena dapat menghambat penyampaian informasi yang berdampak pada rendahnya efisiensi. 5. Pengawasan Pengawasan berada pada tingkat efektif dengan nilai 71,4% menunjukkan bahwa prosedur pengendalian dan sistem lainnya masih dapat diandalkan dalam jangka pendek, namun untuk jangka panjang perusahaan perlu meningkatkan tingkat pengawasan. Kondisi perusahaan mengalami perubahan dari waktu ke waktu, sehingga apa yang dianggap efektif saat pertama kali diterapkan tidak dapat memastikan sistem tersebut masih dapat diandalkan di waktu yang akan datang. Faktor krusial
yang mempengaruhi adalah kurangnya kepercayaan
manajemen terhadap kompetensi dan independensi auditor internal. Auditor internal sebagai fungsi pengawas yang objektif dan independen seharusnya mendapatkan keyakinan dari seluruh stakeholder. Faktor lainnya adalah belum pernahnya dilakukan pengawasan eksternal baik dari auditor eksternal maupun benchmarking sistem pengendalian internal.
81
5.2 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini mengevaluasi sistem pengendalian internal aktivitas penjualan PT TDI yang berlokasi di kantor pusat Slipi, Jakarta Barat dan pabrik plant 2 Citeureup, Bogor. Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan. Keterbatasan penelitian tersebut diantaranya: a.
Adanya keterbatasan responden pada setiap tingkatan untuk diwawancarai, sehingga cakupan informasi yang diperoleh tidak luas.
b.
Adanya keterbatasan waktu dan perizinan sehingga informasi tidak dapat dikumpulkan secara menyeluruh.
c.
Adanya keterbatasan ruang gerak saat melakukan observasi di lapangan untuk menghindari timbulnya gangguan pada aktivitas operasional.
d.
Adanya pembatasan pengungkapan informasi, untuk menjaga rahasia perusahaan. Peneliti tidak dapat menampilkan seluruh informasi karena sebagian informasi bersifat konfidensial.
e.
Adanya pembatasan akses terhadap informasi keuangan, sehingga penelitian tidak didukung dengan analisis pengendalian internal atas laporan keuangan perusahaan. Analisis penelitian tidak dapat dilakukan dari sisi akuntansi, hanya bisa diteliti dari sisi administrasi.
5.3 Saran Peneliti telah melakukan evaluasi menggunakan metodologi dan menyusun serangkaian kesimpulan. Dengan menggunakan kesimpulan tersebut, peneliti menilai masih diperlukan peningkatan tingkat efektivitas pengendalian internal ke
82
tingkat sangat efektif. Peneliti mengemukakan beberapa saran yang dapat digunakan perusahaan dalam mencapai tingkat tersebut, diantaranya: 1. Perusahaan melalui dewan direksi dan manajemen menyusun Code of Conduct yang berisi seluruh rangkaian peraturan, etika, tanggung jawab, dan praktik kerja yang baku dan mudah dipahami. Code of Conduct memotivasi sumber daya manusia dalam perusahaan untuk lebih mengenal organisasi dan merasa menjadi bagian dari organisasi. 2. Perusahaan membentuk komite audit yang objektif dan independen dalam memberikan implementasi dan rekomendasi terkait efektivitas pengendalian internal. Komite audit juga berfungsi memastikan fungsi pengawasan auditor internal berjalan dengan efektif. 3. Perusahaan melalui dewan direksi menetapkan Visi dan Misi yang spesifik, memiliki jangka waktu pencapaian yang jelas, dan dapat ditranslasikan dengan mudah oleh seluruh stakeholder. 4. Perusahaan
menyusun
struktur
organisasi
yang
baku
dan
tersentralisasi. Departemen HRD memiliki fungsi mengevaluasi kebutuhan sumber daya, oleh sebab itu dibutuhkan komunikasi yang baik antar setiap departemen tanpa ada batas batas tertentu (zero boundaries). 5. Perusahaan melaksanakan training/pelatihan sesegera mungkin untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia dan untuk mempertahankan standar mutu internasional ISO 9001:2008 yang telah diraih perusahaan. Langkah ini juga dilakukan untuk mengurangi potensi error yang sering terjadi baik dalam proses produksi maupun administrasi.
83
6. Perusahaan memberikan wewenang pengambilan keputusan kepada setiap departemen dengan tingkat yang memadai. Setiap departemen membutuhkan desentralisasi untuk menjalankan perannya secara optimal, tentunya dengan pengawasan dan evaluasi dari dewan direksi secara intensif. 7. Perusahaan perlu berfokus pada perbaikan sistem pelaporan keuangan, salah satunya dengan menyusun laporan keuangan berdasarkan standar yang berlaku contohnya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Indonesia. Cara yang dapat dilakukan adalah menggunakan konsultan baik dalam menyusun laporan keuangan maupun memberikan pelatihan kepada bagian keuangan. 8. Perusahaan memberikan benefit finansial maupun nonfinansial untuk meningkatkan job satisfaction karyawan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi tingginya tingkat turnover karyawan. Cara lain adalah dengan menciptakan lingkungan kerja yang interaktif seperti mengadakan kegiatan gathering atau outing. Perusahaan juga perlu merincikan kriteria promosi dan kenaikan gaji untuk memotivasi karyawan dalam mencapai target dan peningkatan karir. 9. Perusahaan melakukan evaluasi rutin prosedur terhadap potensi error dan fraud. Prosedur penagihan dan prosedur pencatatan akuntansi masih memiliki banyak defisiensi dan perlu tindak lanjut perbaikan. 10. Perusahaan menerapkan sistem komunikasi informasi secara langsung/real
time.
Informasi
yang
dibutuhkan
perusahaan
harus
disampaikan langsung baik melalui lisan maupun tulisan ketika informasi didapatkan. Hal ini untuk meningkatkan efisiensi waktu, biaya, dan tenaga.
84
11. Perusahaan melakukan peningkatan kompetensi dan independensi auditor internal sebagai fungsi pengawasan. Seluruh stakeholder seharusnya memiliki keyakinan pada fungsi pengawasan tersebut. 12. Perusahaan, dalam jangka pendek, melakukan benchmarking sistem pengendalian internal dengan organisasi lain yang memiliki karakteristik yang serupa atau berada dalam industri yang sama. Dalam jangka panjang, perusahaan perlu merencanakan audit laporan keuangan oleh auditor eksternal apabila perusahaan ingin berekspansi atau menerbitkan saham ke publik dengan menjadi perusahaan terbuka.
85