41
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Deskripsi Wilayah Penelitian Puskesmas Tabanan I berada di wilayah Kecamatan Tabanan termasuk Tabanan bagian selatan dan lokasinya berada di Desa Gubug. Wilayah kerjanya meliputi 5 desa dengan luas wilayah 24,37 km2 yaitu Desa Delod Peken 4,48 km2, Desa Dauh Peken 4,49 km2, Desa Gubug 5,12 km2, Desa Bongan 4,45 km2 dan Desa Sudimara 5,83 km2. Penggunaan tanah untuk persawahan 956,00 ha, tegalan 108,2 ha, pekarangan 664,70 ha, perkebunan 225,20 ha, lainnya 493 ha dengan jumlah penduduk 34.610 jiwa terdiri dari laki-laki 17.307 jiwa dan perempuan 17.303 jiwa. Status desa : pedesaan yaitu Desa Gubug, Bongan dan Desa Sudimara sedangkan perkotaan yaitu Desa Delod Peken dan Desa Dauh Peken, ketinggian berada dibawah 500 m diatas muka air laut serta letak desa pantai adalah Desa Sudimara sedangkan yang lainnya adalah bukan pantai.(BPS, 2008). Seperti Tabel 5.1, Tabel 5.2, Tabel 5.3, Tabel 5.4 dan Tabel 5.5. Tabel 5.1 Luas Wilayah Penelitian Menurut Jenis dan Penggunaan Lahan No 1 1 2 3 4 5
Desa/Kel. 2
Luas (Km2) Sawah 3 4 4.48 4.49 89.0 5.12 253.0 4.45 236.0 5.83 368 24.37 946
Tegalan 5 21.0 15.2 29.0 21.0 22.0 108.2
Penggunaan Tanah (Ha) Pekarangan Perkebunan 6 7 142.0 27.4 142.5 40.1 112.0 68.6 134.2 51.4 134.0 37.7 664.7 225.2
Delod Peken Dauh Peken Gubug Bongan Sudimara jumlah Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabanan, 2008.
Lainnya 8 257.6 162.4 49.4 2.4 21.2 493
42
Tabel 5.2 Letak, Status , Ketinggian Desa Wilayah Penelitian Letak Desa Pantai Bukan Pantai 2 3 4 Dedod Peken 1 Dauh Peken 1 Gubug 1 Bongan 1 Sudimara 1 Jumlah 1 4
No
Desa/Kel
1 1 2 3 4 5
Kota
Status Desa Pedesaan 5 1 1 2
Ketinggian (m) dari muka laut < 500 500 s/d 700 >700
6 1 1 1 3
7 1 1 1 1 1 5
8 -
9 -
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabanan, 2008.
Tabel 5.3 Luas Wilayah, Jumlah Rumah Tangga, Jumlah Penduduk Wilayah Penelitian No
Desa/Kel.
Luas(Km2)
Jumlah KK Laki
1 1 2 3 4 5
2 Dedod Peken Dauh Peken Gubug Bongan Sudimara Jumlah
3 4.48 4.49 5.12 4.45 5.83 24.37
4
5
2.647 2.356 1.283 1.432 1.920 9.638
4.807 4.501 2.053 2.851 3.095 17.307
Penduduk Perempuan 6 4.831 4.471 2.018 2.875 3.108 17.303
Jumlah 7 9.638 8.972 4.071 5.726 6.203 34.610
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabanan, 2008.
Tabel 5.4 Banyaknya Tempat Pemasaran/Pasar Menurut Jenisnya No 1 1 2 3 4 5
Desa/Kelurahan 2 Dedod Peken Dauh Peken Gubug Bongan Sudimara Jumlah
Pasar Umum 3 2 1 1 4
TPI 4 1 1
Kelompok Pertokoan 5 14 5 1 1 21
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabanan, 2008.
Jumlah 6 16 6 1 3 26
43
Tabel 5.5 Banyaknya Ternak Menurut Jenisnya No 1 1 2 3 4 5
Desa/Kelurahan 2 Dedod Peken Dauh Peken Gubug Bongan Sudimara Jumlah
Sapi(ekor) 3 91 185 232 787 412 1.707
Babi(ekor) 4 387 165 712 1.022 1.949 4.235
Kambing(ekor) 5 11 11
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabanan, 2008. 5.1.2 Perlindungan Mata Air Berdasarkan
Diagnose Khusus Risiko
Pencemaran Hasil pengamatan lapangan dengan diagnose khusus risiko pencemaran untuk perlindungan mata air, diperoleh perlindungan mata air dengan risiko pencemaran rendah, sedang dan tinggi, seperti pada Tabel 5.6 dan gambar perlindungan mata air di lokasi penelitian seperti foto terlampir (lampiran 14). Tabel 5.6 Jumlah Perlindungan Mata Air Berdasarkan Diagnose Khusus Resiko Pencemaran Wilayah Penelitian Uraian
Delod Peken (buah) 2
Dauh Peken (buah) 1
Perlindungan Mata Air dalam katagori Pencemaran Rendah. Perlindungan Mata Air dalam 4 2 katagori Pencemaran Sedang. Perlindungan Mata Air dalam 2 4 Katagori Pencemaran Tinggi. Jumlah 8 7 Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan, tahun 2010
Desa Gubug Bongan Sudimara Jumlah (buah) (buah) (buah) (buah) 3
2
2
10
4
4
3
17
3
3
3
15
10
9
8
42
Perlindungan Mata Air untuk sampel untuk masing-masing desa diambil 3 buah sehingga jumlah PMA yang dijadikan sampel adalah 15 buah dengan katagori
44
risiko pencemaran rendah, risiko pencemaran sedang dan risiko pencemaran tinggi seperti pada Tabel 5.7 dan Tabel 5.8 Tabel 5.7 Hasil Pengamatan Kondisi Lingkungan Fisik Perlindungan Mata Air di Lokasi Penelitian Diagnose khusus PMA 1 -
Lokasi Perlindungan Mata Air (Stasiun) 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 - x - - x - - x - x - - - x
ke dalam ? Apakah terdapat retak-retak pada
-
- x
- x x - -
x -
x
x
-
-
x
bangunan ? Apakah tidak tersedia pipa penguras ? Apakah tidak tersedia pipa peluap
x x
x x x x
x x x x x x x x x x
x x x x
x x
x x
x x
x x
x x
pada bangunan ? Apakah Bangunan tersebut tidak
-
- -
- - - - -
- -
-
-
-
-
-
pemeriksaan (manhole) ? Apakah manhole tidak dilengkapi
-
x x
- x x - x
x -
x
x
x
-
x
dengan penutup ? Apakah penutup manhole tidak
-
x x
- x x - x
x -
x
x
x
-
x
dikunci (digembok) dengan baik? Apakah semua bagian yang terbuka
-
- -
- - - - -
- -
-
-
-
-
-
2
4 6
2 5 6 2 4
6 2
6
5
4
2
6
Apakah konstruksi bangunan masih memungkinkan air hujan masuk
dilengkapi dengan lubang
(peluap,) tidak terlindung terhadap masuknya serangga /binatang ? Jumlah Skor
Sumber : hasil pengamatan lapangan tahun 2010 Lokasi PMA 1,2,3 (Desa Delod Peken), 4,5,6 (Desa Dauh Peken), 7,8,9 (Desa Gubug), 10,11,12 (Desa Bongan), 13,14,5 (Desa Sudimara). x = ya ada masalah - = tidak ada masalah.
Tabel 5.8 Jumlah Sampel Masing-Masing Desa Wilayah Penelitian, Nama PMA Dan Status Risiko Pencemaran
45
No
Desa
Banjar
Nama PMA
1
Delod Peken
2
Dauh Peken
3
Gubug
4
Bongan
5
Sudimara
Sakenen Baleran Grokgak Tengah Grokgak Gede Dukuh Dauh Pala Dauh Pala Batusangian Curah Pengayehan Bongan Pala Bongan Jawa Kauh Bongan Jawa Kangin Sudimara Kelod Cenggolo Yeh Gangga
Beji Blong Beji Taman Beji Pura Gaduh Beji Mumbul Beji Sudamala Beji Dauh Pala Beji Pura Dalem Batusangian Beji Pura Tengah Beji Genggong Beji Bongan pala Beji Kayeh Kauh Beji Kayeh Sibang Beji Sudimara Kelod Beji Jabon Beji Yeh Gangga
Status Risiko Pencemaran Rendah(PR1) Sedang(PS1 Tinggi(PT1) Rendah(PR2) Sedang (PS2) Tinggi(PT2) Rendah(PR3) Sedang(PS3) Tinggi(PT3) Rendah(PR4) Sedang (PS4) Tinggi(PT4) Rendah(PR5) Sedang (PS5) Tinggi(PT5)
Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan, tahun 2010
5.1.3 Keadaan Vegetasi dan Aktivitas Masyarakat di Sekitar Perlindungan Mata Air serta Debit Perlindungan Mata Air di Lokasi Penelitian Berdasarkan hasil pengamatan vegetasi dan wawancara dengan mayarakat tentang aktivitas disekitar perlindungan mata air sampel sangat bervariasi. Pada umumnya vegetasi sekitar perlindungan mata air terdiri dari tanaman musiman maupun tahunan antara lain padi, ketela pohon sampai kepala, enau, beringin dan lain-lainya. Serta aktivitas masyarakat disekitar perlindungan mata air bervariasi yaitu dari berkebun (tegalan), pertanian (persawahan), pemukiman serta permandian umum. Untuk selengkapnya vegetasi dan aktivitas masyarakat sekitar perlindungan mata air di lokasi penelitian terlampir(lampiran 15 dan 16). Debit air perlindungan mata air dilokasi penelitian berkisar antara (0,07 – 4, 29) liter/detik. Adapun sebaran debit perlindungan mata air di lokasi penelitian disajikan Tabel 5.9 dan Gambar 5.1. Tabel 5.9 Hasil Pengukuran Debit PMA di Lokasi Penelitian
46
Bulan Peb 2010 Mei 2010
Debit PMA dil Lokasi Penelitian (liter/detik) PR1 PS1 PT1
PR2 PS2
PT2 PR3 PS3
PT3
PR4 PS4
PT4
PR5 PS5
PT5
0.13 0.12
0.15 0.14
0.35 0.25 0.35 0.22
0.03 0.03
0.33 0.31
0.82 0.72
0.08 0.08
0.39 0.35
0.13 0.29 0.13 0.26
0.08 0.07
0.50 0.45
0.86 0.77
4.29 4.20
Sumber : hasil pengukuran lapangan tahun 2010
5.1.4 Hasil Pengukuran Parameter Kualitas Air Perlindungan Mata Air Di Wilayah Penelitian Hasil pengukuran secara langsung (insitu) maupun di laboratorium untuk kualitas air dari 11 parameter yang diperiksa yang diteliti baik fisika, kimia dan mikrobiologi serta variable yang lain pada perlindungan mata air di wilayah penelitian dapat dilihat pada lampiran 1, 2 dan 3. Rerata hasil analisis kualitas air untuk parameter fisika, kimia dan bakteriologis pada perlindungan mata air di wilayah penelitian pada bulan Pebruari dan Mei 2010(lampiran 4 dan 5), jika dibandingkan dengan standar baku mutu air kelas I PerGub Bali No.8 tahun 2007 akan terlihat parameter mana yang memenuhi syarat dan parameter mana yang tidak memenuhi syarat tersaji pada Tabel 5.10. dan Gambar 5.2, 5.3 dan 5.4. 5.1.4.1 Kualitas Fisik (Temperatur, TDS dan TSS) Gambar 5.2 menunjukkan perbandingan nilai rerata temperatur air di 15(lima belas) perlindungan mata air wilayah kerja Puskesmas Tabanan I pada bulan Pebruari adalah 28,41oC dan 28,44
o
C pada bulan Mei 2010. Jika
dibandingkan dengan baku mutu air Kelas I adalah suhu air deviasi ± 3 suhu udara, dimana suhu udara rerata pada pada bulan Pebruari 27,8 0C maupun Mei 2010 28,2 0
C dengan demikian suhu air masih pada kisaran baku mutu air kelas I PerGub Bali
47
no 8 tahun 2007. Rerata TDS air perlindungan mata air pada bulan Pebruari adalah 186,53 ppm dan 189,27 ppm pada Mei 2010, Nilai TDS bulan Mei lebih tinggi dari bulan Pebruari, jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007 adalah 1.000 ppm dengan demikian TDS baik pada bulan Pebruari maupun Mei memenuhi baku mutu air kelas I. Rerata TSS air perlindungan mata air bulan
Pebruari adalah 12,27 ppm dan 7,27 ppm pada bulan Mei 2010 jika
dibandingkan dengan baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007 adalah 50 ppm TSS baik pada Pebruari dan Mei memenuhi baku mutu air Kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007, nilai TSS bulan Pebruari lebih tinggi dari bulan Mei.
Gambar 5.1 Grafik Perbandingan Rerata Temperatur Air PMA yang Diteliti bulan Pebruari dan Mei 2010
48
Gambar 5.2 Grafik Perbandingan Rerata TDS Air PMA yang Diteliti bulan Pebruari dan Mei 2010
Gambar 5.3 Grafik Perbandingan Rerata TSS Air PMA yang Diteliti bulan Pebruari dan Mei 2010
49
Tabel 5.10 Analisis Kualitas Air Perlindungan Mata Air di Wilayah Penelitian Bulan Pebruari dan Mei 2010 Variabel
Satuan
Fisika o Suhu C TDS ppm TSS ppm Kimia pH BOD5 ppm DO ppm NO3 ppm Fe ppm Pb ppm Mikrobiologis Fecal coli Jlm/100 ml Total coli Jlm/100 ml Lingk.Fisik Ipj Risk.Penc. Debit Lt/dt Vegetasi Pohon, rumpun Keterangan * = Melebihi baku IPj = Indeks Pencemaran
Rerata Bulan Pebruari Mei
Baku mutu air kelas I PerGub Bali No.8/2007
28,41 186,53 12,27
28,44 189,27 7,27
Deviasi 3 1000 50
6,75 6,74* 6,83 3,31 0,10 0,0023
6,91 5,33* 6,66 0,23 0,14 0,0039
6-9 2 6 (minimum) 10 0,3 0.03
21,07 2,00
0 30,60
50 500
2,440 4,13 0,62 39,13 4,47
2,220 4,13 0,55 39,13 4,47
5.1.4.2 Kualitas Kimia (pH, BOD5, DO, NO3, Fe dan Pb) Dari enam parameter kimia yang diukur menunjukkan perbandingan nilai rerata pH air di 15(lima belas) perlindungan mata air pada bulan Pebruari adalah 6,75 dan 6,91 pada bulan Mei 2010. Jika dibandingkan dengan baku mutu air Kelas I adalah pH (6-9) dengan demikian pH air masih pada kisaran baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007. Rerata BOD5 air perlindungan mata air pada bulan
50
Pebruari adalah 6,74 ppm dan 5,33 ppm pada Mei 2010, Nilai BOD5 bulan Mei lebih rendah dari bulan Pebruari, jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007 adalah 2 ppm dengan demikian BOD 5 baik pada bulan Pebruari maupun Mei melebihi baku mutu air kelas I. Rerata DO air perlindungan mata air bulan Pebruari adalah 6,83 ppm dan 6,66 ppm pada bulan Mei 2010 jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007 adalah 6 ppm DO baik pada Pebruari dan Mei memenuhi baku mutu air Kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007, nilai DO bulan Pebruari lebih tinggi dari bulan Mei. Rerata NO 3 air perlindungan mata air pada bulan Pebruari adalah 3,31 ppm dan 0,23 ppm pada Mei 2010, Nilai NO3 bulan Mei lebih rendah dari bulan Pebruari, jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007 adalah 10 ppm dengan demikian NO3 baik pada bulan Pebruari maupun Mei memenuhi baku mutu air kelas I. Rerata Fe air perlindungan mata air bulan Pebruari adalah 0,10 ppm dan 0,14 ppm pada bulan Mei 2010 jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007 adalah 0,3 ppm Fe baik pada Pebruari dan Mei memenuhi baku mutu air Kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007, nilai Fe bulan Pebruari lebih rendah dari bulan Mei. Rerata Pb air perlindungan mata air pada bulan Pebruari adalah 0,0023 ppm dan 0,0039 ppm pada Mei 2010, Nilai Pb bulan Mei lebih tinggi dari bulan Pebruari, jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007 adalah 0,03 ppm dengan demikian Pb baik pada bulan Pebruari maupun Mei memenuhi baku mutu air kelas I.
51
Gambar 5.4 Grafik Perbandingan Rerata pH PMA yang Diteliti bulan Pebruari dan Mei 2010
Gambar 5.5 Grafik Perbandingan Rerata, BOD5, DO, dan NO3 PMA yang Diteliti bulan Pebruari dan Mei 2010
52
Gambar 5.6 Grafik Perbandingan Rerata Fe dan Pb PMA yang Diteliti bulan Pebruari dan Mei 2010
5.1.4.3 Kualitas Mikrobiologis (Fecal coli dan Total coliform) Gambar 5.3 menunjukkan perbandingan nilai rerata Fecal coli air di 15(lima belas) perlindungan mata air pada bulan Pebruari adalah 21,07 jumlah/100 ml dan 0 jumlah/100 ml pada bulan Mei 2010. Jika dibandingkan dengan baku mutu air Kelas I adalah Fecal coli adalah 50 jumlah/100 ml dengan demikian Fecal coli air masih dibawah baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007. Rerata Total coliform air perlindungan mata air pada bulan Pebruari adalah 2,00 jumlah/100 ml dan 30,60 jumlah/100 ml pada Mei 2010, Nilai Total coliform bulan Pebruari lebih rendah dari bulan Mei, jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun
53
2007 adalah 500 jumlah/100 ml dengan demikian Total coliform baik pada bulan Pebruari maupun Mei memenuhi baku mutu air kelas I.
Gambar 5.7 Grafik Perbandingan Rerata Fecal coli dan Total coliform PMA yang Diteliti bulan Pebruari dan Mei 2010
5.1.5 Indeks Pencemaran Air Perlindungan Mata Air yang Diteliti Menurut Sumitomo dan Nemerow (1970) dalam Lampiran II Kepmen LH No.115 tahun 2005, suatu indek pencemar yang bermakna untuk suatu peruntukan, indek ini dinyatakan sebagai Indek Pencemaran (Pollutan index) yang digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap parameter kualitas air yang diijinkan, dan penulis gunakan pada mutu air pada perlindungan mata air di lokasi penelitian.
54
Adapun perhitungan Indeks Pencemaran air perlindungan mata air penelitian sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan dalam Metode Indeks Pencemaran terlampir (lampiran 6). Berdasarkan perhitungan yang sama maka diperoleh nilai (Ci/Lij), (Ci/Lij max), (Ci/Lij R) dan IP (Indeks Pencemaran) dari semua perlindungan mata air sampel (lampiran 6 s/d 10). Indeks Pencemaran air perlindungan mata air pada bulan Pebruari dan bulan Mei 2010, berdasarkan diagnose khusus inspeksi sanitasi (kelompok risiko pencemara rendah, sedang dan tinggi) perlindungan mata air nilai rerata IP pada bulan Pebruari risiko pencemaran rendah adalah 2,356, risiko pencermaran sedang 2,338, risiko pencemaran tinggi 2,626, sedangkan pada bulan Mei nilai rerata IP risiko pencemaran rendah adalah 2,131, risiko pencermaran sedang 2,202 dan risiko pencemaran tinggi 2,326. Dengan demikian rerata perlindungan mata air di wilayah penelitian semuanya termasuk katagori cemar ringan 1 ≤ IP ≤ 5. Nilai rerata Indeks Pencemaran pada bulan Pebruari dan Mei 2010 di lokasi penelitian berdasarkan risiko pencemaran seperti pada Tabel 5.11 Tabel 5.11 Analisis Kualitas Air Perlindungan Mata Air di Wilayah Penelitian Bulan Pebruari dan Mei 2010 Berdasarkan Risiko Pencemaran. Variabel
Satuan PR
Fisika Suhu TDS TSS Kimia pH BOD5 DO NO3 Fe
Rerata Risiko Pencemaran Pebruari Mei PS PT PR PS
PT
Baku mutu air kelas I PerGub Bali No.8/2007
o
C ppm ppm
28,04 181,2 11,8
28,4 185,8 13
28,8 192,6 12
28,14 180,2 7
28,42 191,6 7,2
28,76 196 7,6
Deviasi 3 1000 50
ppm ppm ppm ppm
6,66 6,29* 6,84 4,12 0,0095
6,94 7,448* 6,82 2,626 0,2098
6,66 6,49* 6,84 3,182 0,0677
6,94 5,01* 6,66 0,306 0,114
7 5,25* 6,62 0,24 0,126
6,8 5,73* 6,7 0,152 0,184
6-9 2 6 10 0,3
55
Pb Mikrobiologis Fecal coli Total coli Lingk.Fisik Ipj Risk.Penc. Debit Vegetasi
ppm
0,0013 0,002
0,0037
0,0024 0,0033
0,006
0.03 50 500
Jlm/100 ml 4,6 Jlm/100 ml 0
36,8 6
21,8 0
0 59,2
0 24,4
0 8,2
Lt/dt Pohon, rumpun
2,338 4,4 1,298 35,6 6
2,626 6 0,38 34,8 2,8
2,131 2 0,174 47 4,6
2,202 4,4 1,124 35,6 6
2,326 6 0,34 34,8 2,8
2,356 2 0,188 47 4,6
Keterangan * = Melebihi baku PR=Perlindungan mata air risiko pencemaran rendah. PS=Perlindungan mata air risiko pencemaran sedang. PT=Perlindungan mata air risiko pencemaran tinggi. IPj = Indeks Pencemaran
5.2 Pembahasan 5.2.1 Analisis Kualitas Air Perlindungan Mata Air di Wilayah Penelitian Ada satu parameter kualitas air perlindungan mata air yang melewati ambang batas kriteria baku mutu air kelas I, sebagai bahan baku untuk air minum sesuai PerGub Bali No.8 tahun 2007, yaitu BOD5 baik pada bulan Pebruari maupun Mei 2010. Kondisi lingkungan di sekitar lokasi perlindungan mata air sangat memberikan pengaruh terhadap kualitas air perlindungan mata air. Hal ini karena kondisi fisik(konstruksi) perlindungan mata air pada umumnya tidak dilengkapi pipa peluap, pipa penguras dan tutup lubang periksa(manhole) tidak ada, disamping itu penggunaan tanah untuk persawahan 956,00 ha, tegalan 108,00 ha, perkebunan 225,20 ha karena dalam pengolahan lahan menggunakan pupuk anorganik seperti N,P,K yang berpotensi untuk menghasilkan limbah pertanian maupun perkebunan. Begitu juga dengan jumlah penduduk 34.610 jiwa terdiri dari laki-laki 17.307 jiwa dan perempuan 17.303 jiwa dalam aktivitas sehari-hari seperti mandi, cuci, kakus dan aktivitas lainnya yang berpotensi menghasilkan limbah domestik. Adanya pasar
56
umum maupun pasar pelelangan ikan akan menghasilkan limbah padat maupun limbah cair, juga adanya ternak baik sapi maupun babi akan menghasilkan limbah. Apabila limbah yang dihasilkan tidak dilakukan penanganan terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan akan berdampak langsung maupun tak langsung terhadap kualitas air mata air di wilayah penelitian. 5.2.1.1 Analisis Kualitas Air Perlindungan Mata Air Ditinjau Dari Parameter Fisika 5.2.1.1.1 Temperatur Perbandingan nilai rerata temperatur air di 15(lima belas) perlindungan mata air pada bulan Pebruari adalah 28,41oC dan 28,44 oC pada bulan Mei 2010. Jika dibandingkan dengan baku mutu air Kelas I adalah suhu air deviasi ± 3 suhu udara, dimana suhu udara rerata pada pada bulan Pebruari 27,8 0C maupun Mei 2010 28,2 0
C dengan demikian suhu air masih pada kisaran baku mutu air kelas I PerGub Bali
no 8 tahun 2007. Rerata temperatur bulan Pebruari lebih rendah dari bulan Mei hal ini disebabkan karena pada bulan Pebruari termasuk bulan basah sedangkan bulan Mei termasuk bulan lembab, curah hujan bulan Pebruari lebih tinggi dari bulan Mei. Dilihat dari hasil pemeriksaan kualitas air perlindungan mata air pada lampiran 1(satu), 2(dua) dan 3(tiga), PR1 (Desa Delod Peken) mempunyai tempratur terendah bulan Pebruari ini dikarenakan sehari sebelumnya turun hujan juga waktu pengambilan sampel lebih awal yaitu jam 7.00 wita dari stasiun yang lainnya, dan yang tertinggi pada stasiun PT3 (Desa Gubug) dan PT5 (Desa Sudimara) ini dikarenakan saat pengukuran waktu menunjukkan pukul 12.30 Wita .
57
Begitu juga pada bulan Mei pada air perlindungan mata air PR1 (Desa Delod Peken) mempunyai temperatur terendah dikarenakan pengambilan sampel lebih awal yaitu jam 6.30 Wita dan tertinggi pada stasiun PT3 (Desa Gubug) dan PT5 (Desa Sudimara) yang menunjukkan pukul 12.00 Wita, semua stasiun waktu pengukuran cerah sehingga suhu cenderung meningkat. Temperatur mempunyai pengaruh terhadap kelarutan oksigen, hubungan temperatur dengan DO tidak siginfikan/berarti, diduga karena peningkatan suhu tidak terlalu besar sehingga penurunan DO juga demikian seperti terlihat pada Gambar 5.4. Temperatur air perlindungan mata air di lokasi penelitian dipengaruhi waktu pengukuran, arah sinar matahari juga naungan vegetasi di sekitar perlindungan mata air. Peningkatan suhu juga menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air, peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air, dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen (Effendi, 2003).
Gambar 5.8 Grafik Rerata Perbandingan Temperatur dan DO
58
5.2.1.1.2 Total Dissolved Solid (TDS) Padatan terlarut mencerminkan jumlah kepekatan padatan dalam contoh air. Rerata TDS air perlindungan mata air pada bulan Pebruari adalah 186,53 ppm dan 189,27 ppm pada Mei 2010, Nilai TDS bulan Mei lebih tinggi dari bulan Pebruari, jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007 adalah 1.000 ppm dengan demikian TDS baik pada bulan Pebruari maupun Mei memenuhi baku mutu air kelas I. Dilihat dari hasil pemeriksaan kualitas air perlindungan mata air pada lampiran 1(satu), 2(dua) dan 3(tiga), parameter TDS(Total Dissolved Solid) pada bulan Pebruari terendah pada perlindungan mata air (PS1 dengan nama Beji Pura Taman, di Desa Delod Peken, Banjar Grokgak Tengah)(134 ppm), tertinggi pada perlindungan mata air (PS2 dengan nama Beji Sudamala, Desa Dauh Pala, Banjar Dauh Pala)(227 ppm). Pada bulan Mei 2010 terendah pada perlindungan mata air (PS1 dengan nama Beji Blong, di Delod Peken, Banjar Sakenan Baleran)(154 ppm), tertinggi pada perlindungan mata air(PS4 dengan nama Beji Kayeh Kauh, Desa Bongan, Banjar Bongan Jawa Kauh)(222 ppm). Tingginya padatan terlarut pada bulan Pebruari yaitu PS2, diduga karena lokasi perlindungan mata air ini di atasnya terdapat pasar umum Dauh Pala, pemukiman penduduk menghasilkan limbah padat(sampah/bahan organik) dan limbah cair
dapat meresap ke dalam tanah
kemudian menuju air perlindungan mata air. Begitu juga pada perlindungan mata air tingginya padatan terlarut pada bulan Mei yaitu PS4 yang letaknya di Desa Bongan Banjar Bongan Jawa Kauh, dimana diatas sebelah utara terdapat pemukiman
59
penduduk, tegalan, kandang sapi yang menghasilkan limbah padat(sampah/bahan organik) dan limbah cair dapat meresap ke tanah dan sampai pada air perlindungan mata air yang berada di bawahnya. Bahan-bahan terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan dapat meningkatkan kekeruhan selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya akan berpengaruh terhadap proses fotosíntesis di perairan (Effendi, 2003). 5.2.1.1.3 Total Suspended Solid (TSS) Padatan tersuspensi hampir sama dengan padatan tersuspensi tetapi perbedaannya terletak pada diameter padatan tersuspensi(>10-3 mm) lebih besar dari padatan terlarut(<10-6 mm), juga mencerminkan kepekatan padatan dalam contoh air. Rerata TSS air perlindungan mata air bulan Pebruari adalah 12,27 ppm dan 7,27 ppm pada bulan Mei 2010 jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007 adalah 50 ppm TSS baik pada Pebruari dan Mei memenuhi baku mutu air Kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007, nilai TSS bulan Pebruari lebih tinggi dari bulan Mei, ini diduga disebabkan karena pada bulan Pebruari adalah musim hujan sehingga limpasan maupun partikel-partikel limbah organik terinfiltrasi kedalam tanah masuk ke air perlindungan air lebih besar disamping itu dapat masuk ke perlindungan mata air yang konstruksinya retak, dan tutup lubang periksa/manhole tidak ada. Dari hasil pemeriksaan kualitas air perlindungan mata air pada lampiran 1(satu) dan 2(dua) dan 3(tiga)TSS(Total Suspended Solid) pada bulan Pebruari terendah pada perlindungan mata air (PR2 dengan nama Beji Mumbul, Desa Dauh
60
Peken, Banjar Dukuh)(8,0 ppm), tertinggi pada perlindungan mata air (PS4 dengan nama Beji Kayeh Kauh, Desa Bongan, Banjar Bongan Jawa Kauh)(16 ppm). Pada Bulan Mei 2010 terendah pada perlindungan mata air (PR4 dengan nama Beji Bongan Pala, Desa Bongan, Banjar Bongan Pala)(5 ppm), tertinggi pada perlindungan mata air(PR1 dengan nama Beji Blong, di Desa Delod Peken, Banjar Sakenan Baleran)(12 ppm). Tingginya padatan tersuspensi bulan Pebruari pada PS4 yang letaknya di Desa Bongan Banjar Bongan Jawa Kauh, dimana diatas sebelah utara terdapat pemukiman penduduk, tegalan, kandang sapi menghasilkan limbah padat(sampah/bahan organik) dan limbah cair dapat meresap ke perairan perlindungan mata air yang berada di bawahnya. Tingginya padatan tersuspensi bulan Mei pada PR1 yang letaknya di Desa Delod Peken, Banjar Sakenan Baleran, dimana diatas sebelah barat terdapat pemukiman, permandian umum, di sebelah timur terdapat pemukinan, tegalan dimana ada kandang sapi yang menghasilkan limbah padat(sampah/organik), limbah cair yang meresap kedalam tanah yang dapat mencemari air perlindungan mata air. Bahan-bahan tersuspensi dan terlarut pada perairan alami tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan dapat meningkatkan kekeruhan selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air dan akhirnya akan berpengaruh terhadap proses fotosíntesis di perairan (Effendi, 2003). 5.2.1.2 Analisis Kualitas Air Perlindungan Mata Air Ditinjau Dari Parameter Kimia 5.2.1.2.1 Derajat Keasaman (pH)
61
pH merupakan derajat keasaman suatu larutan. Dari enam parameter kimia yang diukur menunjukkan perbandingan nilai rerata pH air di 15(lima belas) perlindungan mata air pada bulan Pebruari adalah 6,75 dan 6,91 pada bulan Mei 2010. Jika dibandingkan dengan baku mutu air Kelas I adalah pH (6-9) dengan demikian pH air masih pada kisaran baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007 Dilihat dari hasil pemeriksaan kualitas air perlindungan mata air pada lampiran 1(satu), 2(dua) dan 3(tiga), menunjukkan bahwa pH pada bulan Pebruari terendah pada perlindungan mata air(PR1, PT1, PS2, PT2, PT3, PR4, PR5)(6,5), tertinggi pada perlindungan mata air(PS5)(7,2). Pada bulan Mei 2010 terendah pada perlindungan mata air (PT1, PT2, PS3, PR5)(6,5), tertinggi pada perlindungan mata air (PS4)(7,5). Tingginya nilai pH pada bulan Pebruari pada PS5(7,2) yang letaknya di Desa Sudimara Banjar Cenggolo dengan nama Beji Jabon dibandingkan dengan yang lainnya ini diduga dipengaruhi oleh karbondioksida, karena disebelah atas utara dan barat ada persawahan dalam pengolahan tanaman menggunakan pupuk yang memungkinkan menghasilkan limbah pertanian dan dapat mencemari air perlindungan mata air. Begitu juga tingginya pH pada bulan Mei pada PS4 yang letaknya di Desa Bongan, Banjar Jawa Kauh, dengan nama Beji Kayeh Kauh, dimana diatas sebelah utara terdapat pemukiman penduduk, tegalan, kandang sapi menghasilkan limbah padat(sampah/bahan organik) dan limbah cair dapat meresap ke perairan perlindungan mata air yang berada di bawahnya. Pemecahan bahan organik oleh mikroorganisme akan menghasilkan karbondioksida. Semakin tinggi kandungan bahan organik dalam air maka karbondioksida yang dihasilkan
62
mikroorganisme semakin banyak sehingga pH semakin rendah, begitu juga sebaliknya. Nilai pH ke 15 perlindungan mata air yang diteliti baik pada bulan Pebruari maupun bulan Mei termasuk normal (6,5 - 7,5). Apabila pH lebih kecil dari pada 6,5 atau lebih besar dari 9,2 akan menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa air yang terbuat dari logam dan dapat mengakibatkan senyawa kimia berubah menjadi racun yang dapat menggangu kesehatan manusia(Sanropie, 1984). 5.2.1.2.2 Biological Oxygen Demand (BOD) Kebutuhan Oksigen Biologik (BOD) merupakan ukuran banyaknya oksigen yang diperlukan oleh jasad pengurai untuk merombak bahan organik yang ada dalam perairan dalam volume air tertentu. Rerata BOD5 air perlindungan mata air pada bulan Pebruari adalah 6,74 ppm dan 5,33 ppm pada Mei 2010, Nilai BOD5 bulan Mei lebih rendah dari bulan Pebruari, jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007 adalah 2 ppm dengan demikian BOD5 baik pada bulan Pebruari maupun Mei melebihi baku mutu air kelas I. Rerata BOD5 bulan Pebruari lebih tinggi dari bulan Mei diduga karena bulan Pebruari adalah musim hujan sehingga limbah yang berasal dari aktivitas manusia, pertanian, perkebunan, peternakan akan lebih cepat melimpas dan meresap/terinfiltrasi kedalam tanah menuju air perlindungan mata air. Dilihat dari hasil pemeriksaan kualitas air perlindungan mata air pada lampiran 1(satu), 2(dua) dan 3(tiga) BOD5 pada bulan Pebruari terendah pada perlindungan mata air(PS4 dengan nama Beji Kayeh Kauh, Desa Bongan, Banjar Bongan Jawa Kauh)(2,27 ppm), tertinggi pada perlindungan mata air(PS1 dengan
63
nama Beji Pura Taman, di Desa Delod Peken, Banjar Grokgak Tengah)(15,92 ppm). Pada bulan Mei 2010 terendah pada perlindungan mata air(PS3 dengan nama Beji Pura Tengah, Desa Gubug, Banjar Curah)(4,71 ppm), tertinggi pada perlindungan mata air(PT4 dengan nama Beji Kayeh Sibang, Desa Bongan,Banjar Bongan Jawa Kangin)(7,62 ppm). Tingginya kandungan BOD5 bulan Pebruari pada PS1 di Desa Delod Peken, banjar Grokgak Tengah, dengan nama Beji Pura Taman karena di sebelah atas barat terdapat pemukiman penduduk, trowongan untuk irigasi pertanian, kandang ternak babi yang mengeluarkan limbah padat maupun cair meresap kedalam tanah maupun melimpas dipermukaan tanah dan dapat mencemari air perlindungan mata air yang berada di bawahnya. Begitu juga tingginya kandungan BOD5 bulan Mei pada PT4 di Desa Bongan, Banjar Jawa Kangin dengan nama Beji Kayeh Sibang dimana di sebelah atas utara terdapat pemukiman penduduk, kandang sapi, kandang babi, dimana limbahnya dapat mencemari air perlindungan mata air, disamping risiko pencemaran dengan diagnose khusus termasuk risiko pencemaran tinggi. Secara umum BOD diukur dalam jangka waktu lima hari, sehingga dikenal sebagai BOD5, artinya banyaknya oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme dalam menguraikan bahan organik baik yang terlarut maupun yang tersuspensi paling tinggi dalam waktu lima hari pada suhu konstan 20oC (Alaerts dan Santika, 1987). Tingginya nilai BOD5 pada semua stasiun/perlindungan air perlindungan mata air menunjukkan tingginya bahan-bahan yang mudah terurai yang menjadi beban pencemar perairan yang telah dioksidasi secara biologis. Hal ini ini dukung oleh
jumlah
penduduk,
aktivitas
masyarakat
seperti
mandi,
cuci,
64
kakus,pertanian/persawahan, peternakan(Tabel 5.1 sampai dengan Tabel 5.5) yang semuanya menghasilkan limbah padat (sampah/organik) maupun limbah cair yang berpotensi untuk menurunkan kualitas air perlindungan mata air. Dari hasil diagnose khusus inspeksi sanitasi perlindungan mata air pada lokasi penelitian Tabel 5.7 diketahui adanya konstruksi bangunan yang memungkinkan air hujan masuk kedalam bangunan dan tidak adanya penutupan manhole(ruang periksa) dengan baik, sehingga memungkinkan sampah dan bahan lainnya masuk ke dalam perlindungan mata air. Disamping itu lokasi disekitar perlindungan mata air banyak sampah dedaunan yang merupakan hasil pelapukan dari vegetasi yang ada maka air limbah tersebut mudah terinfiltrasi ke dalam akifer air tanah dan menuju mata air. Juga didukung oleh aktivtas masyarakat di sekitar lokasi perlindungan mata air seperti pertanian, perkebunan dimana dalam pengolahan tanaman menggunakan pupuk anorganik seperti pupuk yang mengandung Nitrogen dan Phospat. Hal ini didukung oleh penelitian Sundra (2006), tingginya kandungan BOD5 pada ke 6 stasiun penelitan (Tanjung Benoa, Nusa Dua, Kuta, Legian, Canggu dan Petitenget) pada musim hujan (4,94–7,59 mg/l) maupun musim kemarau (5,02–7,49) mg/l) karena lokasi-lokasi tersebut sarat dengan aktivitas bidang perikanan, restoran, perhotelan yang semuanya sangat berpotensi menimbulkan limbah organik. Limbah organik ini akan mudah terakumulasi kedalam air sumur karena topografi tanah yang datar dan tanah-tanah di kawasan pesisir yang bersifat porous (tekstur berpasir). 5.2.1.2.3 Dissolved Oxygen (DO)
65
Rerata DO air perlindungan mata air bulan Pebruari adalah 6,83 ppm dan 6,66 ppm pada bulan Mei 2010 jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007 adalah 6 ppm DO baik pada Pebruari dan Mei memenuhi baku mutu air Kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007, nilai DO bulan Pebruari lebih tinggi dari bulan Mei. Dilihat dari hasil pemeriksaan kualitas air perlindungan mata air pada lampiran 1(satu), 2(dua) dan 5(tiga), DO pada bulan Pebruari terendah pada perlindungan mata air(PT1, PR2, PR5)(6,7ppm), tertinggi pada perlindungan mata air (PS3, PR4, PT4)(7,0 ppm). Pada bulan Mei 2010 terendah pada perlindungan mata air(PR5 dan PS5)(6,5 ppm), tertinggi pada perlindungan mata air (PR4, PT4) (6,8 ppm). Tingginya kadar DO bulan Pebruari pada PS3, PR4, PT4 dan bulan Mei pada PR4, PT4 ini dikarenakan oleh tingginya terjunan(pancuran air) yang jatuh sehingga terjadi pergerakan massa air lebih cepat dan turbulensi. Kadar oksigen yang terlarut di perairan alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu dan ketinggian tempat serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen terlarut semakin kecil (Effendi, 2003). Perbandingan nilai BOD5 dan DO pada bulan Pebruari dan Mei terlihat pada gambar 5.5, terlihat bahwa perbandingan DO pada bulan Pebruari dan Mei fluktuasi kecil ini diduga disebabkan karena turbulensi sangat keras dan tingginya pancuran air dan DO dilakukan pemeriksaan in-situ. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian dan musiman tergantung pada pencampuran dan pergerakan massa air aktivitas fotosintesis, respirasi, dan limbah yang masuk ke badan air(Effendi, 2003).
66
Gambar 5.9 Grafik Rerata Perbandingan Nilai Rerata BOD5 dan DO Menurut Sastrawijaya (2002), kandungan oksigen (O2) merupakan hal yang penting bagi kelangsungan hidup organisme perairan, sehingga penentuan kadar O2 terlarut dalam air dapat dijadikan ukuran untuk menentukan mutu air. Analisis oksigen terlarut merupakan salah satu kunci yang dapat menentukan tingkat pencemaran suatu perairan. 5.2.1.2.4 Nitrat (NO3) Rerata NO3 air perlindungan mata air pada bulan Pebruari adalah 3,31 ppm dan
0,23 ppm pada Mei 2010, Nilai NO3 bulan Mei lebih rendah dari bulan
Pebruari, jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007 adalah 10 ppm dengan demikian NO3 baik pada bulan Pebruari maupun Mei memenuhi baku mutu air kelas I.
67
Dilihat dari hasil pemeriksaan kualitas air perlindungan mata air pada lampiran 1(satu), 2(dua) dan 3(tiga), Nitrat(NO3) pada bulan Pebruari terendah pada perlindungan mata air(PT3 dengan nama Beji Genggong, Desa Gubug, Banjar Pengayehan)(0,24 ppm), tertinggi pada perlindungan mata air(PT1 nama Beji Pura Gaduh, di Desa Delod Peken, Banjar Grokgak Gede)(6,77 ppm). Pada bulan Mei 2010 terendah pada perlindungan mata air(PT3 dengan nama Beji Genggong, Desa Gubug, Banjar Pengayehan)(0,02 ppm), tertinggi pada perlindungan mata air (PR1 dan PS2)(0,41ppm). Tingginya kadar Nitrat pada PT1 pada bulan Pebruari disebabkan karena di sebelah atas barat terdapat pemukiman penduduk, tempat pembuangan
sampah/bahan
organik
yang
memungkinkan
air
limbahnya
masuk/terinfiltrasi kedalam tanah sehingga dapat mengkontaminasi air perlindungan mata air. Begitu juga pada bulan Mei kadar Nitrat paling tinggi pada PR1 dimana bagian atas sebelah barat terdapat pemukiman penduduk dan permandian umum, sedangkan pada PS2 ini disebabkan disebelah atas bagian timur ada pemukiman penduduk, pasar umum Dauh Pala kesemuanya ini berpotensi menghasilkan limbah organik dan dapat mencemari air perlindungan mata air. Menurut Margono (1991), NO3 dalam air adalah berkaitan dengan siklus Nitrogen dari alam. Nitrat (NO3) dalam usus cendrung untuk berubah menjadi nitrit (NO2) karena suasana pH lambung, dengan pH 1,5–2,5, sebagai pembentukan HCl lambung, yang kemudian dapat beraksi dengan haemoglobine dalam darah membentuk methamoglobine yang dapat menghalangi transportasi oksigen di dalam tubuh. Hal ini menyebabkan kondisi yang dikenal dengan methomoglobinemia, pada bayi disebut penyakit biru (blue baby diseases)..
68
5.2.1.2.5 Besi (Fe) Rerata Fe air perlindungan mata air bulan Pebruari adalah 0,10 ppm dan 0,14 ppm pada bulan Mei 2010 jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007 adalah 0,3 ppm Fe baik pada Pebruari dan Mei memenuhi baku mutu air Kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007, nilai Fe bulan Pebruari lebih rendah dari bulan Mei. Dilihat dari hasil pemeriksaan kualitas air perlindungan mata air pada lampiran 1(satu), 2(dua) dan 3(tiga), Fe bulan Pebruari 2010 terendah pada perlindungan mata air (PR1, PT1, PR2, PS2, PT2, PR3, PS3, PT3, PR4, PR5) (0,0095 ppm), tertinggi pada (PS1 dengan nama Beji Pura Taman, di Desa Delod Peken, Banjar Grokgak Tengah)(0,81 ppm). Pada bulan Mei 2010 terendah pada perlindungan mata air(PR1, PR3, PT3, PS4, PR5, PS5)(0(Ttd)), tertinggi pada perlindungan mata air(PT5 dengan nama Beji Yeh Gangga, Desa Sudimara, Banjar Yeh Gangga)(0,34 ppm). Tingginya kadar Fe pada bulan Pebruari pada PS1 dimana di bagian atas sebelah barat terdapat pemukiman penduduk, tempat pembuangan sampah dan trowongan untuk irigasi yang berpotensi menimbulkan limbah organik. Begitu juga pada Bulan Mei pada PT5 dimana bagian atas sebelah utara ada persawahan, bagian timur pemukiman penduduk yang berpotensi menimbulkan limbah organik. Sumber Fe diduga secara alamiah yaitu merupakan hasil pelapukan batuan induk dari lapisan tanah, mengingat di lokasi penelitian tidak ada industri pertambangan, tekstil, kimia dan kilang minyak sebagai sumber Fe buatan. Adanya unsur besi (Fe) yang berlebih menimbulkan noda-noda pada peralatan dan bahan
69
yang berwarna putih. Unsur Fe dapat menimbulkan bau, warna dan koloid pada air minum. Secara kimiawi bentuk Fe yaitu ferri dan ferro dan sifatnya ferri sukar larut dalam air dan Ferro larut dalam air. Perubahan ferro menjadi ferri melalui proses oksidasi, proses aerasi dan aktivitas mikroba bakteri besi (Leptorix, Crenothric, Galionella, Sphaerotilus dan Siderocapsa). Sedangkan ferri (Fe3+) dapat diubah menjadi ferro (Fe2+) melalui proses reduksi (Purwanto, 1997). Unsur besi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Unsur besi penting dalam proses pembentukan sel darah merah. Kekurangan zat besi dalam dalam tubuh dapat menimbulkan penyakit anemia gizi atau yang dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang darah.
5.2.1.2.6 Timbal (Pb) Rerata Pb air perlindungan mata air pada bulan Pebruari adalah 0,0023 ppm dan
0,0039 ppm pada Mei 2010, Nilai Pb bulan Mei lebih tinggi dari bulan
Pebruari, jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007 adalah 0,1 ppm dengan demikian Pb baik pada bulan Pebruari maupun Mei memenuhi baku mutu air kelas I. Dilihat dari hasil pemeriksaan kualitas air perlindungan mata air pada lampiran 1(satu), 2(dua) dan 3(tiga), Pb bulan Pebruari terendah pada perlindungan mata air(PR1, PT2, PS4, PT4, PT5)(0(Ttd)), tertinggi pada perlindungan mata air(PT1 dengan nama Beji Pura Gaduh, Desa Delod Peken, Banjar Grokgak Gede) (0,0183 ppm). Pada bulan Mei 2010 terendah pada perlindungan mata air (PR1, PS1, PT1, PR2, PS2, PR3, PS4, PT4, PR5, PT5)(0 ppm), tertinggi pada
70
perlindungan mata air(PT3 dengan nama Beji Genggong, Desa Gubug, Banjar Pengayehan)(0,021 ppm), berada dibawah kriteria baku mutu air kelas I (0,03 ppm). Tingginya kandungan Pb bulan Pebruari pada PT1 dimana bagian atas sebelah barat tempat pembuangan sampah kemungkinan ada pembuangan aki bekas, baterai bekas atau cat. Sedangkan pada bulan Mei tingginya kandungan Pb pada PT3 dengan nama Beji Genggong, Desa Gubug, Banjar Pengayehan (0,021 ppm) ini karena di sebelah utara dan timur ada jalan raya/lalu lintas adanya asap kendaraan bermotor berpotensi mencemari air perlindungan mata air. Timah hitam (Pb) pada perairan ditemukan dalam bentuk terlarut dan tersuspensi. Timbal cendrung untuk terakumulasi dalam tubuh dan mempengaruhi sistem syaraf pusat (otak dan ginjal), serta kemunduran mental pada anak yang sedang tumbuh (Effendi, 2003). Timbal merupakan logam berat yang bersifat akumulatif dalam tubuh. Timbal dan persenyawannya banyak digunakan dalam industri-industri (baterai, cat). Timbal dan persenyawaannya adalah beracun (Margono, 1991).
5.2.1.3 Kualitas Air Perlindungan Mata Air Ditinjau Dari Kualitas Mikrobiologi 5.2.1.3.1 Fecal coli Rerata Fecal coli air di 15(lima belas) perlindungan mata air pada bulan Pebruari adalah 21,07 jumlah/100 ml dan 0 jumlah/100 ml pada bulan Mei 2010. Jika dibandingkan dengan baku mutu air Kelas I adalah Fecal coli adalah 50 jumlah/100 ml dengan demikian Fecal coli air masih dibawah baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007.
71
Dilihat dari hasil pemeriksaan kualitas air perlindungan mata air pada lampiran 1(satu), 2(dua) dan 3(tiga), Fecal coli bulan Pebruari terendah pada perlindungan mata air (PR1, PR2, PR3, PT3, PR5)(0 jumlah/100 ml), tertinggi pada perlindungan mata air(PS1, PS4, PS5, PT5)(46 jumlah/100 ml). Pada bulan Mei 2010 semua perlindungan mata air(0 jumlah/100 ml), semuanya berada dibawah kriteria baku mutu air kelas I (50 ppm). Tingginya nilai Fecal coli pada bulan Pebruari pada PS1(Desa Delod Peken, Banjar Grokgak Tengah, PMA dengan nama Beji Pura Taman) dimana di atas bagian barat terdapat pemukiman penduduk, kandang ternak dan didukung pada Tabel 5.5 pada Desa Delod Peken terdapat 91 ekor sapi dan 387 ekor babi, limbah kotoran ini berpotensi mencemari air perlindungan mata air, begitu juga PS4 (Desa Bongan, Banjar Bongan Jawa Kauh) dimana di atas bagian utara terdapat pemukiman penduduk dan kandang sapi, kandang babi dimana limbahnya berpotensi mencemari air perlindungan mata air, Desa Bongan terdapat 787 ekor sapi dan 1.020 ekor babi dan pada PT5(Desa Sudimara, Banjar Yeh Gangga) dimana di atas bagian timur terdapat pemukiman penduduk, kandang babi, Desa Sudimara terdapat 1.949 ekor babi, limbahnya berpotensi
mencemari air perlindungan mata air. Adanya Fecal coli pada
perlindungan mata air menunjukkan adanya limbah dapat mencemari perlindungan mata air berasal dari kotoran manusia, kotoran binatang atau burung, dan dedaunan yang masuk melalui limpasan air hujan, maupun infiltrasi air kedalam tanah menuju perlindungan mata air. Dengan demikian air perlindungan mata air tidak bisa diminum secara langsung sebaiknya diolah terlebih dahulu misalnya dengan cara dimasak atau dengan desinfeksi dengan kaporit.
72
Jika di dalam 100 ml contoh air didapatkan 500 sel bakteri coli memungkinkan terjadinya gastroenteritis yang segera diikuti oleh demam thypus. Esherichia coli salah satu bakteri phatogen. E.coli sebagai salah satu contoh jenis coli, pada keadaan tertentu dapat mengalahkan mekanisme pertahanan tubuh , sehingga dapat tinggal di dalam blader (cystitis) dan pelvis (pyelitis) ginjal dan hati, dan sangat mengkhawatirkan. Juga bakteri tersebut dapat menyebabkan diarhea, septimia, peri tonitas, meningistis dan infeksi lainnya (Suwiawiria, 1996).
5.2.1.3.2 Total coliform Rerata Total coliform air perlindungan mata air pada bulan Pebruari adalah 2,00 jumlah/100 ml dan 30,60 jumlah/100 ml pada Mei 2010. Nilai Total coliform bulan Pebruari lebih rendah dari bulan Mei, jika dibandingkan dengan baku mutu air kelas I PerGub Bali no 8 tahun 2007 adalah 500 jumlah/100 ml dengan demikian Total coliform baik pada bulan Pebruari maupun Mei memenuhi baku mutu air kelas I. Dilihat dari hasil pemeriksaan kualitas air perlindungan mata air pada lampiran 1(satu), 2(dua) dan 3(tiga) Total coliform bulan Pebruari terendah pada perlindungan mata air(PR1, PT1, PR2, PS2, PT2, PR3, PS3, PT3, PR4, PT4, PR5, PS5, PT5)(0 jumlah/100ml), tertinggi pada perlindungan mata air(PS1 dengan Beji Pura Taman, Desa Delod Peken, Banjar Grokgak Tengah)(17 jumlah/100 ml). Pada
73
bulan Mei 2010 terendah pada perlindungan mata air(PT4, PR5, PT5)(0 jumlah/100 ml), tertinggi pada perlindungan mata air(PR1 dengan nama Beji Blong, Desa Delod Peken, Banjar Sakenen Baleran)(240 jumlah/100 ml). Tingginya Total coliform bulan Pebruari pada PS1(Desa Delod Peken, Banjar Grokgak Tengah) dimana di atas bagian barat terdapat pemukiman penduduk, kandang ternak dan didukung pada Tabel 5.5 pada Desa Delod Peken terdapat 91 ekor sapi dan 387 ekor babi, limbah kotoran ini berpotensi mencemari air perlindungan mata air, begitu juga bulan Mei pada PR1(Desa Delod Peken). Adanya bakteri coliform di makanan atau minuman menunjukkan adanya mikroorganisme yang bersifat enteropatogenik ada atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan. Bakteri coliform dibedakan atas dua group yaitu coliform faecal, misalnya Escherichia coli dan coliform non faecal, misalnya Enterobacter aerogenes. (Suwiawiria, 1996). 5.2.2 Status Mutu Air Perlindungan Mata Air. Penentuan status mutu air dengan Metode Indeks Pencemaran (IP) sesuai dengan Lampiran II Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 115 tahun 2003, metoda ini dapat digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran air. Dengan diketahuinya tingkat pencemaran suatu perairan dapat dipakai sebagai masukan terhadap terhadap pengelolaan suatu kawasan perairan, serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas air, jika terjadi penurunan kualitas air akibat pencemaran. Perbandingan rerata nilai risiko pencemaran dan indeks pencemaran bulan Pebruari dan bulan Mei 2010 tersaji Tabel 5.11 dan Gambar 5.6 Indeks Pencemaran pada bulan Pebruari lebih tinggi dari bulan Mei, ini diduga disebabkan karena pada
74
bulan Pebruari musim hujan, kondisi lingkungan, aktivitas masyarakat di lokasi perlindungan mata air.
Gambar 5.7 Grafik Perbandingan Nilai Rerata Risiko Pencemaran dan Indeks Pencemaran di Wilayah Penelitian. Berdasarkan hasil perhitungan Indeks Pencemaran (IP) terlampir (lampiran 6,7,8,9 dan 10) didapatkan nilai 0 ≤ IP ≤ 1 adalah 1 (satu) air perlindungan mata air pada PS4 (Desa Bongan) dengan nilai 0,940 pada bulan Pebruari 2010 sedangkan yang lainnya termasuk cemar ringan dengan nilai 1 ≤ IP ≤ 5. Pada bulan Mei 2010 semuanya dalam katagori cemar ringan dengan nilai 1 ≤ IP ≤ 5. Berdasarkan lokasi pengambilan sampel antar Desa pada bulan Pebruari diperoleh hasil IP tertinggi (3,960) pada PS1 (Desa Delod Peken, Banjar Grokgak Tengah, Beji PuraTaman), hal ini dimungkinkan karena Desa Delod Peken termasuk desa di lingkungan perkotaan didukung kondisi lingkungan fisik dengan diagnose khusus dengan skor
75
4(empat) sedang dan di sebalah barat terdapat trowongan dan pemukiman jaraknya kurang lebih 20 meter dari perlindungan mata air yang memungkinkan limbahnya domestik masuk dan dapat mencemari air mata air, sedangkan disebelah timur terdapat permandian umum/kali, terendah(0,940) pada PS4(Desa Bongan, Banjar Bongan Jawa Kauh, Beji Kayeh Kauh). Pada Bulan Mei terendah (2,040) pada PS3(Desa Gubug, Banjar Curah, Beji Pura Tengah), tertinggi(2,780) pada PT4(Desa Bongan, Banjar Jawa Kangin, Beji Kayeh Sibang). Tidak adanya perubahan secara berarti nilai tingkat pencemaran (bulan Pebruari dan Bulan Mei 2010) di lokasi penelitian di dukung oleh penelitian Trisnawulan (2007), air sumur di daerah Sanur Kauh yang diteliti tergolong cemar ringan dan Marwati (2008), air sumur gali diwilayah Puskesmas I Denpasar Selatan, yang diteliti tergolong cemar ringan. Untuk hal tersebut semua perlindungan mata air yang tergolong tercemar ringan, perlu dilakukan penanangan agar memenuhi baku mutu air kelas I, yang dipergunakan sebagai air baku untuk air minum. 5.2.3 Analisis Pengelolaan Lingkungan Perlindungan Mata Air Terbatasnya
sumberdaya
air
di
wilayah
penelitian,
masyarakat
memanfaatkan sumber sumber air yang berasal dari perlindungan mata air. Karena dari 15 perlindungan mata air ada satu parameter baik pada bulan Pebruari maupun Mei 2010 parameter kualitas air telah melampaui baku mutu air kelas I yaitu BOD5, begitu juga pada indeks pencemaran umumnya termasuk tercemar ringan(hanya satu perlindungan mata air pada bulan Pebruari yang memenuhi baku mutu air kelas I).
76
BOD5 merupakan salah satu indikator pencemaran perairan yang disebabkan oleh bahan organik seperti (N, P, K), sumbernya berupa limbah domestik (mandi, cuci,
kakus),
limbah
peternakan,
limbah
persawahan/pertanian,
limbah
perkebunan/tegalan. Pada Tabel 5.1 s/d Tabel 5.5 tersaji jumlah penduduk, jumlah lahan persawahan, jumlah lahan perkebunan/tegalan, jumlah ternak pada masing masing desa wilayah penelitian. Limbah pemukiman dihasilkan dari berbagai aktivitas rumah tangga kegiatan mandi, cuci, kakus/toilet(tinja dan air seni), sisa makanan/minuman(limbah dapur) dan sebagainya. Semakin banyak jumlah penduduk diikuti dengan pemenuhan kebutuhan pokok semakin besar berarti tingkat aktivitas meningkat dan semakin besar pula volume limbah yang dihasilkan. Jumlah penduduk tertinggi berada di Desa Delod Peken yaitu 9.638 jiwa, terendah pada di Desa Gubug 4.071 jiwa. Menurut Sanropie(1984), limbah yang dihasilkan tergantung kebutuhan air minum untuk pedesaan 70 liter/orang/hari, sedang untuk perkotaan 150 liter/orang/hari dan 80 % akan menjadi limbah, sehingga jumlah limbah domestik yang dihasilkan paling tinggi di desa Delod Peken yaitu sekitar 1.156,56 m3/hari, terendah 227,976 m3/hari Desa Gubug. Limbah pertanian/sawah dihasilkan berasal dari aktivitas dalam pengolahan lahan pertanian seperti penggunaan pupuk organik maupun anorganik. Makin tinggi lahan pertanian yang diolah maka makin besar pula limbah yang dihasilkan, melihat dari lahan pertanian/sawah yang ada Desa Gubug yang paling tinggi 253.0 ha, sedangkan yang paling rendah adalah di Desa Delod Peken (0). Limbah peternakan dihasilkan berupa limbah kotoran (tinja,urin), sisa makanan, melihat dari jumlah ternak yang ada yang ada di Desa Sudimara
77
1.949 ekor babi paling tinggi, sedangkan yang paling rendah Desa Dauh Peken 165 ekor babi. Begitu juga dari konstruksi bangunan perlindungan mata air dinding yang retak, tutup lubang periksa(manhole), ini memungkinkan terjadi endapan/kotoran sehingga dapat menurunkan kualitas air tersebut, tidak ada, pipa penguras dan pipa peluap tidak ada sehingga sulit dibersihkan, dinding yang retak juga sampah daun(vegetasi) dan bekas sajen sekitar perlindungan mata air, semua ini mempunyai potensi untuk menurunkan kualitas perlindungan mata air, untuk itu perlu strategi penanganan terhadap sumber sumber limbah tersebut. Untuk limbah dari aktivitas pemukiman sebaiknya semua limbah dari kamar mandi baik yang berupa tinja, air seni dan bekas mandi dan cuci dibuatkan septic tank dan peresapan dan diresapkan kedalam tanah dan diatas peresapan ditanami pohon yang mempunyai kemampuan untuk menyerap cairan seperti talas, pisang dan lainnya. Untuk limbah pertanian, sebaiknya para petani mengolah tanamannya menggunakan pupuk anorganik secara tepat sehingga limbah/kandungan N, P, K yang dihasilkan seminimal mungkin, atau dengan mengunakan pupuk organik secara tepat. Untuk limbah peternakan seperti babi mapun sapi agar dibuatkan sarana pengolahan limbah seperti septic tank atau diolah menjadi biogas sehingga mengurangi limbah yang masuk keperairan. Begitu juga untuk penanganan konstruksi bangunan perlindungan mata air pada dinding yang retak yang memungkinkan air hujan masuk ke perlindungan mata air diperbaiki dengan pelesteran/kedap air, dibuatkan pipa peluap dan penguras untuk membersihkan endapan yang ada bak penampungan air mata air dan diberi desinfektan berupa kaporit dengan kadar 0,2 – 0,5 ppm, sampah bekas sajen maupun sampah dari pepohonan agar dibersihkan setiap hari. Vegetasi/tanaman
78
yang sudah ada perlu dipertahan bila memungkin perlu ditanami pohon yang dapat mempertahan air seperti pohon beringin. Bila menggunakan air perlindungan mata air sebagai air minum sebaiknya dimasak sampai mendidih selama lima menit. .