BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki panjang garis pantai mencapai 104.000 km dengan luas wilayah laut sebesar 7,7 juta km2 (Pusat Data, Statistik dan Informasi, 2013). Kondisi tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya kelautan termasuk kekayaan keanekaragaman hayati dan non hayati. Potensi pengembangan sumber daya kelautan di Indonesia meliputi perikanan tangkap, budidaya laut, budidaya air payau (tambak), budidaya air tawar, serta pengembangan industri bioteknologi kelautan seperti industri bahan baku untuk makanan, industri bahan pakan alami, benih ikan dan udang, serta industri bahan pangan. Perkembangan volume produksi perikanan tangkap skala nasional dalam dekade terakhir terlihat cukup stabil. Volume produksi perikanan tangkap mengalami kenaikan rata-rata nasional sebesar 3,20% dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011. Volume produksi perikanan budidaya berkembang lebih cepat dibandingkan perikanan tangkap dengan kenaikan rata-rata nasional mencapai 25,62%. Perikanan budidaya terdiri dari budidaya laut, tambak, kolam, karamba, jaring apung, dan sawah. Volume produksi perikanan budidaya laut mengalami kenaikan rata-rata nasional sebesar 32,34%. Volume produksi perikanan budidaya tambak menduduki
1
peringkat kedua dengan kenaikan rata-rata nasional sebesar 16,64%. Kenaikan volume produksi tersebut diikuti dengan kenaikan nilai produksi perikanan. Kenaikan rata-rata nasional nilai produksi perikanan tangkap dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 adalah sebesar 9,81%, sedangkan kenaikan rata-rata nasional nilai produksi perikanan budidaya adalah sebesar 25,97% (Pusat Data, Statistik dan Informasi, 2013). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa secara umum komoditas perikanan Indonesia mengalami peningkatan volume dan nilai produksi. Industri pangan merupakan industri yang membutuhkan input sumber daya dalam jumlah besar. Aktivitas produksi pangan, penyimpanan, dan distribusi membutuhkan sejumlah energi yang dapat menyebabkan beberapa efek negatif terhadap lingkungan. Di sisi lain, konsumen menginginkan produk makanan yang aman dan berkualitas tinggi tetapi diproduksi dengan dampak minimal terhadap lingkungan. Oleh karena itu, sektor industri diharapkan untuk lebih serius dalam memperhatikan dampak lingkungan dan pemanfaatan sumber daya dalam sistem produksinya (Yi et al., 2011). LCA merupakan suatu metode kompilasi dan evaluasi antara input, output, dan potensi dampak lingkungan dari suatu sistem siklus hidup produk. LCA digunakan untuk mengetahui seberapa besar dampak lingkungan yang disebabkan pada tahap siklus hidup suatu produk mulai dari pemilihan bahan baku, teknologi proses, penggunaan material dan energi, pemanfaatan produk sampingan pada suatu sistem produksi, sampai dengan produk itu selesai digunakan oleh konsumen (Guinée, 2011).
2
Industri perikanan memiliki tingkat ketergantungan tinggi terhadap sumber daya air. Sistem produksi ini berkaitan erat dengan berkurangnya sumber daya air dan adanya kebutuhan untuk mengontrol pelepasan limbah ke dalam ekosistem penerima (d’Orbcastel et al., 2009). Udang merupakan salah satu hasil perikanan dan kelautan yang menjadi komoditas ekspor utama Indonesia. Nilai ekspor udang mencapai 37,80% dari keseluruhan nilai perdagangan ekspor komoditas perikanan pada tahun 2011 (Pusat Data, Statistik dan Informasi, 2011b). Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu jenis udang introduksi yang akhir-akhir ini banyak diminati
karena
memiliki
keunggulan
seperti
tahan
penyakit,
pertumbuhannya cepat (masa pemeliharaan 100 – 110 hari), dan pemeliharaannya lebih mudah (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2012). Indonesia merupakan negara ketiga terbesar pengekspor udang vannamei di dunia setelah Thailand dan China. Peningkatan volume ekspor udang vannamei saat ini dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan udang di pasar global. Peningkatan volume ekspor tersebut harus sejalan dengan peningkatan luas tambak udang di Indonesia, baik itu tambak udang intensif, semi intensif, maupun tambak tradisional. Namun di sisi lain, peningkatan luas tambak ini telah menimbulkan masalah terhadap penurunan kualitas air pesisir akibat beban limbah tambak yang cukup tinggi. Perairan pesisir dimana terdapat kegiatan budidaya tambak secara visual telah memperlihatkan kekeruhan yang tinggi dan dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap kelangsungan perikanan pesisir dan kegiatan
3
budidaya itu sendiri. Oleh karena itu, salah satu program peningkatan produksi perikanan budidaya dalam arah kebijakan dan strategi Kementrian Kelautan dan Perikanan dalam RPJMN 2010-2014 adalah pengembangan sistem kesehatan ikan dan lingkungan pembudidayaan ikan (Pusat Data, Statistik dan Informasi, 2011a). Industri pembesaran udang merupakan salah satu industri yang harus memperhatikan penggunaan sumber daya dan energi serta limbah dan emisi yang dihasilkannya. Oleh karena itu, akan dilakukan penelitian pada salah satu industri pembesaran udang yang bertujuan untuk menganalisis siklus hidup udang vannamei dari proses persiapan tambak hingga proses panen udang dari hasil pembesaran.
1.2. Rumusan Masalah Permasalahan lingkungan dalam proses suatu industri adalah penggunaan air dan bahan, penggunaan energi, limbah yang dihasilkan, serta emisi yang dihasilkan. Terbatasnya sumber energi menjadi perhatian serius bagi industri-industri dalam kegiatan produksinya. Pengelolaan energi yang efisien dapat meningkatkan daya saing karena akan menurunkan biaya produksi. Selain itu juga dapat mengurangi limbah dan emisi yang dihasilkan selama penggunaan energi. Sektor industri saat ini diharapkan untuk lebih serius dalam memperhatikan dampak lingkungan akibat aktivitasnya. Hal ini seiring dengan bertambah buruknya kualitas lingkungan baik itu udara, air, tanah, dan sebagainya.
4
Tambak udang merupakan salah satu industri yang membutuhkan energi khususnya untuk menjaga faktor utama keberhasilan tambak yaitu pemenuhan kebutuhan jumlah oksigen terlarut. Oksigen terlarut untuk udang dapat disediakan oleh fitoplankton yang berfotosintesis pada siang hari, namun pada malam hari asupan oksigen hanya dapat diperoleh dari kincir yang digerakkan dengan energi listrik. Tambak udang juga membutuhkan bahan pakan dan air untuk media pertumbuhan udang. Oleh karena itu akan dilakukan penelitian pada proses pembesaran udang di PT Indokor Bangun Desa yang bertujuan untuk menganalisis siklus hidup udang vannamei dari proses persiapan tambak hingga proses panen udang dari hasil pembesaran.
1.3. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Komoditas yang digunakan dalam penelitian adalah udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di PT Indokor Bangun Desa. 2. Fokus penelitian adalah menganalisis penggunaan bahan dan energi maupun pengeluaran limbah dan emisi pada proses pembesaran udang vannamei dengan metode LCA. 3. Ruang lingkup LCA dimulai dari proses persiapan tambak hingga proses panen udang dari hasil pembesaran. 4. Parameter emisi yang dianalisis dibatasi pada CO2, NOX, dan SO2.
5
5. Input-output yang diukur merupakan input-output yang berhubungan langsung dengan proses pembesaran udang vannamei.
1.4. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Menganalisis penggunaan bahan dan energi. 2. Menganalisis limbah dan emisi yang dihasilkan. 3. Mengetahui potensi dampak lingkungan pada proses pembesaran udang. 4. Mengetahui langkah perbaikan yang dapat diterapkan untuk mengurangi penggunaan bahan dan energi maupun pengeluaran limbah dan emisi.
1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Memberikan informasi kepada pelaku usaha mengenai penerapan LCA pada proses pembesaran udang, khususnya udang vannamei. 2. Sebagai alternatif peningkatan kualitas lingkungan melalui adanya upaya penghematan penggunaan bahan dan energi, serta pengurangan jumlah limbah dan emisi yang dihasilkan selama proses pembesaran udang.
6