HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
Kondisi Umum Jakarta Timur
1.1.
Letak Geografis Jakarta Timur
Berdasarkan Undang-Undang No. 4 Tahun 1966 tentang pembagian wilayahwilayah dalam dekonsentralisasi maka Daerah Khusus Ibukota Jakarta dibagi menjadi 5 wilayah administrasi, yaitu: Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Kotamadya Jakarta Timur terletak di antara koordinat 106o49’35” BT106°59’22” BT dan 06o10’37” LS - 06°23’42” LS serta mempunyai ketinggian rata-rata 6 meter di atas permukaan laut (mdpl). Kotamadya Jakarta Timur mempunyai luas wilayah 188,03 km2 dan dialiri 5 buah sungai di dalamnya, yaitu: Ci (Sungai) Liwung, Sungai Sunter, Kali Malang, Kali Cipinang, dan Cakung drain. Luas wilayah Jakarta Timur per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 3. Batas-batas wilayah kota meliputi : •
Utara
: Kotamadya Jakarta Pusat dan Kotamadya Jakarta Utara
•
Timur
: Kabupaten Bekasi dan Kota Bekasi
•
Selatan
: Kabupaten Bogor
•
Barat
: Sungai Ciliwung dan Kotamadya Jakarta Selatan
Tabel 3. Luas Wilayah per Kecamatan Tahun 2007 Nama Kecamatan
Luas Area (km2)
Pasar Rebo 12,98 Ciracas 16,08 Cipayung 28,45 Makasar 21,86 Kramat Jati 13,00 Jatinegara 10,25 Duren Sawit 22,65 Cakung 42,28 Pulo Gadung 15,60 Matraman 4,88 Jumlah 188,03 Sumber: BPS Jakarta Timur Tahun 2007
% Terhadap Kotamadya Jakarta Timur 6,90 8,55 15,13 11,63 6,91 5,45 12,05 22,49 8,30 2,60 100
19
1.2.
Iklim Jakarta Timur memiliki suhu rata-rata 27°C, curah hujan rata-rata 243,14
mm/bulan dengan curah hujan terbesar jatuh pada bulan Februari (1.081,4 mm/bulan) dan terendah jatuh pada bulan Juli (6,6 mm/bulan). Letak wilayah di daerah khatulistiwa dan dipengaruhi oleh angin musim timur yang terjadi pada bulan Mei sampai dengan Oktober dan angin musim barat pada bulan November sampai dengan April seperti yang terlihat pada Tabel 4. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2007 tekanan udara di Jakarta Timur rata-rata sebesar 1.011,5 mb. Tekanan udara tertinggi terjadi pada bulan Agustus (1.012,5 mb) dan terendah pada bulan Desember (1.010,0 mb). Rata-rata kelembaban udara sebesar 77,7%. Kelembaban udara tertinggi terjadi di bulan Pebruari (86%) dan terendah pada bulan September (70%). Rata-rata kecepatan angin 3,3 knot/jam, dengan kecepatan angin tertinggi ada pada bulan Januari dan Maret (5 knot/jam) dan terendah pada bulan April (2 knot/jam). Tabel 4. Keadaan Iklim Jakarta Timur Tahun 2007 Kelembaban Tekanan Curah Hujan Udara Bulan Udara (mm) (mb) (%) Januari 274,9 1.012,4 75 Februari 1.081,4 1.012,2 86 Maret 144,0 1.010,9 78 April 310,8 1.011,6 85 Mei 53,1 1.011,7 80 Juni 127,0 1.010,1 79 Juli 6,6 1.011,8 75 Agustus 64,8 1.012,5 72 Septrmber 27,4 1.012,3 70 Oktober 168,0 1.011,1 74 November 126,4 1.011,1 75 Desember 533,3 1.010,0 83 2917,7 Jumlah 12.137,7 932 Rata-rata/bulan 243,14 1.011,5 77,7 2006 163,7 1.011,6 75,4 2005 150,0 1.009,7 80 Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Tahun 2007
Kecepatan angin (knot/jam) 5 3 5 2 3 2 3 3 3 3 4 4 40 3,3 3,7 3,3
20
1.3.
Pendidikan Peningkatan partisipasi sekolah penduduk diimbangi dengan penyediaan
fisik sarana pendidikan. Menurut data Sudin Dikdas dan Sudin Dikmen Jakarta Timur, di wilayah Jakarta Timur terdapat 850 Sekolah Dasar (SD), 569 Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan 134 Sekolah Menengah Atas. Dengan jumlah siswa masing SD, SMP, dan SMA masing-masing sebanyak 261.000, 113.00, dan 57.000. sementara jumlah guru SD, SMP, dan SMA masing-masing 11.000, 6.900, dan 4.800. Sehingga rasio murid-guru SD sekitar 23,27; SMP sekitar 16,26; SMA sekitar 11,79 (Tabel 5). Tabel 5. Jumlah Sekolah, Gedung, Guru, Murid Menurut Tingkatan Tahun 2007 Tingkat Rasio Sekolah Gedung Guru Murid Pendidikan Murid-Guru SD
850
706
11.218
261.029
23,27
Negeri
679
540
7.567
216.905
28,66
Swasta
171
166
3.651
44.124
12,08
SMP
569
242
6.949
112.985
16,26
Negeri
96
96
3.716
84.789
22,82
Swasta
473
146
3.233
28.196
8,72
SMA
134
134
4.809
56.699
11,79
Negeri
39
39
2.340
33.739
14,42
Swasta
95
95
2.469
22.960
9,30
Sumber: Sudin Dikdas dan Sudin Dikmen Jakarta Timur Tahun 2007 2.
Data dan Analisis
2.1.
Lanskap Sekitar Tapak Tapak yang dimaksud adalah sekolah dengan lingkungan tetangganya,
yaitu pada sisi depan, belakang, kanan serta kiri dari lokasi sekolah. Dari hasil survey dapat dilihat semua sekolah berada di tepi jalan yang dapat dilalui kendaraan baik roda dua maupun roda empat. Sekolah lokasi studi memiliki kondisi lanskap sekitar yang beragam, pada sisi kanan sekolah didapati 14,29% sekolah bersebelahan dengan sekolah lain, 42,86% sekolah bersebelahan dengan perumahan, 14,29% sekolah bersebelahan
21
dengan perkantoran, 14,29% sekolah bersebelahan dengan lahan kosong dipenuhi semak, dan 14,29% sekolah bersebelahan dengan pasar. Pada sisi kiri sekolah, didapati 42,86% sekolah bersebelahan dengan sekolah lain, 28,57% sekolah bersebelahan dengan komplek perumahan, dan 28,57% bersebelahan dengan komplek pertokoan. Pada sisi depan didapati 14,29% sekolah berhadapan dengan sekolah lain, 28,57% sekolah berhadapan dengan komplek perumahan, 57,14% sekolah berhadapan dengan pertokoan. Pada sisi belakang, 71,43% sekolah membelakangi deretan perumahan, 14,29% sekolah bersebelahan dengan lahan kosong dipenuhi semak, dan 14,29% sekolah bersebelahan dengan pasar. Jumlah sekolah dan persentase sekolah dengan batasbatasnya dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Lanskap Sekitar Tapak Sekolah Lanskap Keterangan Bagian Sekolah lain Komplek perumahan Pertokoan Kanan Perkantoran Semak Pasar Sekolah lain Komplek perumahan Pertokoan Kiri Perkantoran Semak Pasar Sekolah lain Komplek perumahan Pertokoan Depan Perkantoran Semak Pasar Sekolah lain Komplek perumahan Pertokoan Belakang Perkantoran Semak Pasar Sumber: Survei, 2010
Jumlah sekolah (n) 1 3 1 1 1 3 2 2 1 2 4 5 1 1
Persentase (%) 14,29 42,86 14,29 14,29 14,29 42,86 28,57 28,57 14,29 28,57 57,14 71,43 14,29 14,29
22
2.2.
Penggunaan Ruang Berdasarkan hasil survey, pengamatan, dan perolehan data yang dimiliki
masing-masing sekolah, terdapat angka penggunaan ruang yang bervariasi. Luas total tanah yang ada mulai dari 2.351 m2 sampai dengan 15.354 m2, sehingga luasan rata-rata 7.921 m2. Luas total tanah yang paling kecil yaitu pada SMAN 12, sedangkan yang paling luas yaitu SMAN 113 yang merupakan SMA Negeri terluas kedua di DKI Jakarta. Ruang terbangun (RB) berisi bangunan yang berdiri di atas luasan tanah tersebut, luasan RB yang ada antara lain mulai dari 1.750 m2 sampai dengan 4.500 m2, di mana RB yang paling kecil terdapat pada SMAN 12 dan yang terluas ada pada SMAN 44, dengan luas rata-rata RB sebesar 3.351 m2. Ruang terbuka (RT) atau ruang yang tidak diisi oleh bangunan mulai dari 601 m2 sampai dengan 11.422 m2. Ruang inilah yang digunakan untuk bermacam-macam kegiatan pendidikan di luar kelas (Gambar 4-5). Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan salah satu bagian yang mengisi Ruang Terbuka (RT), luasan RTH yang dijumpai mulai dari 96 m2 sampai dengan 8.206 m2, RTH yang paling kecil ada pada SMAN 12 sedangkan sekolah dengan RTH yang paling luas yaitu SMAN 113. Rata-rata luasan RTH pada semua SMAN yaitu 2.501. Ruang Terbuka Hijau pada sekolah dapat berupa kebun, taman sekolah, jalur hijau, lapangan rumput, hutan sekolah, atau taman tanaman obat keluarga (TOGA). Ruang Terbuka Terbangun (RTB) merupakan ruang terbuka yang berisi elemen keras penunjang kegiatan outdoor. Elemen keras tersebut dapat berupa tempat parkir, shelter, area duduk-duduk, lapangan olah raga dengan bentuk dan ukuran tertentu beralaskan paving block, beton, asphalt, dan lain sebagainya. RTB yang dijumpai pada sekolah studi berkisar antara 505 m2 hingga 3.216 m2. Seperti yang terlihat pada Tabel 8, sekolah dengan luas RTB terkecil yaitu SMAN 12 sedangkan yang memiliki RTB terluas yaitu SMAN 113, dengan luasan rata-rata sebesar 2.069 m2.
23
Tabel 7. Luasan Ruang dalam Lingkungan Sekolah Ruang Ruang Koefisien Ruang Ruang Luas Terbuka Terbuka Dasar Sekolah Terbangun Terbuka (m2) Hijau Terbangun Bangunan 2 2 (m ) (m ) (m2) (m2) (%) 2.351 1.750 601 96 505 SMAN 12 74,4 9.250 3.597 5653 3.629 2.024 SMAN 42 38,9 6.648 4.500 2148 380 1768 SMAN 44 67,7 5.703 3.124 2579 827 1.752 SMAN 48 54,8 7.684 3.250 4434 2.150 2.284 SMAN 53 42,3 8.460 3.302 5158 2.221 2.937 SMAN 81 39,0 3.932 11422 8.206 3.216 SMAN 113 15.354 25,6 Rataan 7.921 3.351 4.571 2.501 2.069 49 Sumber: Survei dan Data Sekolah, 2010
Gambar 4. Ruang Terbuka Terbangun (RTB) Sekolah
Gambar 5. Ruang Terbuka Hijau (RTH) sekolah
24
2.3.
Tata Letak/Layout Sekolah Secara umum, tapak berbentuk segi empat (baik beraturan maupun tak
beraturan), namun ada juga tapak yang berbentuk segi lima. Pintu masuk menghadap jalan utama, di mana pada pintu masuk juga terdapat pos keamanan. Lapangan olahraga selain digunakan sebagai tempat berolah raga umumnya juga digunakan sebagai tempat berlangsungnya upacara bendera, terletak di tengah-tengah bangunan membentuk leter L atau leter U (Gambar 6). Posisi ini ditemukan hampir pada semua sekolah sampel studi, dimana semuanya (100%) beralaskan perkerasan atau paving.
(b)
(a)
Gambar 6. Layout Sekolah (a) Letter L, (b) Letter U
Ruangan kelas terletak berbaris bersebelahan memanjang dengan koridor terletak di sampingnya. Deretan kelas saling berhadapan dengan lapangan olahraga terletak di tengahnya. Ruang guru, ruang tata usaha, dan ruang kepala sekolah terpisah, umumnya ruang kepala sekolah berdekatan dengan ruang tata usaha. Selain ruang kelas, dalam deretan ini juga terdapat perpustakaan, laboratorium, klinik/UKS, ruang serba guna dan toilet. Letak mushalla dan kantin terpisah dari gedung utama. Dari semua sampel sekolah yang ada memiliki lima karakter layout yang hampir sama. Lokasi parkir dekat dengan pintu masuk dan keluar, terdapat pemisahan antara parkir kendaraan roda dua dengan kendaraan roda empat. Umumnya sekolah tidak menyediakan tempat parkir untuk kendaraan roda empat, sehingga parkir untuk kendaraan roda empat ditempatkan di pinggir lapangan, itupun hanya untuk kendaraan kepala sekolah, guru, atau staff yang lain. Sedangkan untuk kendaraan roda empat siswa tidak difasilitasi.
25
Pada bagian depan koridor kelas biasanya di buat planter box atau bak tanaman yang umumnya berukuran dengan lebar 1-1,5 m dan memanjang mengelilingi pinggir lapangan (Gambar 7). Bak tanaman tersebut diisi oleh tanaman hias seperti pohon peneduh, perdu, maupun groundcover. Pada semua sampel sekolah juga menggunakan tanaman dalam pot ataupun pot gantung untuk memberikan suasana hijau dan indah karena terbatasnya lahan.
(a)
(b)
Gambar 7. (a) Planter Box, (b) Tanaman Dalam Pot
8
26
9
27
10 28
11 29
12 30
13 31
32
14
33
2.4.
Sosial Pengguna/user terdiri atas siswa, guru, staff tata usaha dan staff lainnya.
Jumlah siswa rata-rata 836, yang terdiri dari kelas X, XI, dan XII. Pengguna terbanyak dari tapak sekolah adalah remaja yang berusia sekitar 15 tahun hingga 19 tahun. Sedangkan jumlah guru yang tersedia rata-rata 64 orang, karyawan tata usaha 16 orang, karyawan kebersihan 6 orang. Proses kegiatan belajar mengajar berlangsung selama 5 hari dalam seminggu, mulai hari senin sampai dengan jum’at. Semua sekolah sampel hanya mengadakan 1 shift rombongan belajar, yaitu pagi dari pukul 06.45 hingga pukul 14.45. Sedangkan pada hari Sabtu digunakan untuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan belajar mengajar biasa berlangsung di dalam ruang kelas atau di laboratorium, kecuali mata pelajaran olahraga. Kegiatan pelajaran olahraga dipusatkan di lapangan olahraga atau menggunakan track di luar sekolah, misalnya di jalan sekitar sekolah ketika olahraga lari. Selain itu, untuk mata pelajaran seperti fisika dan biologi kadang-kadang menggunakan ruangan di luar laboratorium ketika praktikum, seperti di kebun, halaman, atau taman toga. Pada hari Sabtu beberapa sekolah mengadakan kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan biasanya berpusat di lapangan olahraga (Gambar 15). Kegiatan ekstrakurikuler yang memanfaatkan ruang terbuka untuk melakukan kegiatannya antara lain Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), Palang Merah Remaja (PMR), Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), kelompok pecinta alam, dan berbagai ekstrakurikuler bidang olahraga, seperti basket, voli, bulu tangkis, sepak bola, futsal, dan lain-lain. Kegiatan ekstrakurikuler ini terkait dengan keberadaan fasilitas yang ada di sekolah. Keberadaan fasilitas sekolah yang baik dan sesuai dapat memberi kontribusi terhadap prestasi yang diperoleh. Lapangan basket dimiliki semua sekolah (100%), lapangan voli dimiliki 86% sekolah. Lapangan bulutangkis dimiliki oleh 14% sekolah, lintasan lompat jauh dimiliki 29% sekolah, tenis lapangan dimiliki 14% sekolah, lapangan futsal dimiliki 100% sekolah (Tabel 8). Keseluruhan fasilitas olahraga ini umumnya dalam kondisi yang baik dan layak untuk digunakan, kecuali beberapa sekolah memiliki lapangan yang garis batasnya sudah tidak jelas. Fasilitas olahraga lapangan basket dan lapangan futsal ini terdapat dalam satu lapangan dimana
34
dalam satu lapangan tersebut terdapat dua fungsi yang berbeda, dapat digunakan sebagai lapangan basket ataupun lapangan futsal. Biasanya lapangan basket atau lapangan futsal ini juga digunakan sebagai lapangan utama untuk mengadakan upacara bendera.
b. SMAN 48
a. SMAN 12
Gambar 15. Lapangan Futsal (a), Lapangan Basket (b) Tabel 8. Fasilitas Lapangan Olahraga SMA
Basket
Voli
12 X 42 X X 44 X X 48 X X 53 X X 81 X X 113 X X % 100% 86% Sumber: Survei, 2010 Ket: X= ada
Bulutangkis
Lompat jauh
Tenis lapangan
X X
X 29%
X 29%
X 14%
Futsal X X X X X X X 100%
Berdasarkan penggunaan fasilitas olahraga yang ada disekolah, kegiatan ekstrakurikuler (ekskul) dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu ekskul olahraga dan non olahraga. Ekskul olahraga diantaranya basket, voli, bulutangkis, sepak bola dan futsal, dan beladiri. Ekskul basket diselenggarakan oleh 100% sekolah, demikian juga dengan futsal. Untuk ekskul non olahraga yang melangsungkan kegiatannya di ruang terbuka diantaranya Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), Palang Merah Remaja (PMR), Praja Muda Karana (Pramuka), Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), dan teater. Paskibra diselenggarakan oleh 100% sekolah, PMR diselenggarakan oleh
35
100% sekolah, Pramuka diselenggarakan oleh 86% sekolah, KIR diselenggarakan oleh 100% sekolah, dan teater diselenggarakan oleh 86% sekolah (Tabel 9). Semua sekolah mewajibkan setiap siswanya untuk memilih minimal satu jenis ekskul untuk diikuti dan termasuk komponen penilaian dalam rapot. Tabel 9 . Kegiatan Ekstrakurikuler yang Menggunakan Ruang Terbuka Sekolah Sampel Ekskul Persentase (%) 12 42 44 48 53 81 113 Basket X X X X X X X 100% Voli X X X X X X 86% Bulutangkis X X 29% Futsal X X X X X X X 100% Bela diri X X X X X 71% Paskibra X X X X X X X 100% PMR X X X X X X X 100% Pramuka X X X X X X 86% KIR X X X X X X X 100% Teater X X X X X X 86% Sumber: Survei, 2010 Ket: X= ada 2.5.
Aktivitas Fungsi ruang mengikuti aktivitas yang ada di dalamnya. Fungsi ruang
dalam lingkungan sekolah dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu fungsi edukatif dan fungsi non edukatif. Ruang edukatif adalah ruang yang digunakan oleh civitas academica untuk kegiatan belajar mengajar seperti praktikum dan membaca. sedangkan ruang non edukatif adalah ruang yang digunakan untuk menunjang kegiatan selain kegiatan belajar mengajar (Tabel 10). Ruang dengan fungsi edukatif dapat berupa ruang kelas, ruang laboratorium, dan perpustakaan. Sedangkan ruang dengan fungsi non edukatif dibagi menjadi beberapa sub fungsi, antara lain fungsi peribadatan. Sub fungsi peribadatan yaitu berupa mushalla yang dapat ditemui pada semua sekolah sampel (100%), dengan aktivitas yang dapat dilakukan antara lain ibadah ritual seperti solat, mengaji, dan mengambil air wudhu, kadang juga digunakan oleh siswa sebagai tempat untuk diskusi dan rapat. Sub fungsi selanjutnya adalah fungsi himpunan siswa yang dimiliki oleh semua sampel sekolah. Ruang sub fungsi himpunan siswa adalah ruangan yang digunakan siswa sebagai tempat berkumpul dan melakukan kreativitas di dalamnya, seperti yang terhimpun dalam kegiatan
36
ekstrakurikuler atau organisasi kesiswaan lainnya. Ruang dengan fungsi ini dapat berupa ruang Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), sekretariat ekskul, koperasi siswa, dan ruang serbaguna. Ruang dengan sub fungsi rekreasi didapati pada kantin (dimiliki oleh 100% sekolah sampel), koperasi (dimiliki oleh 100% sekolah sampel), taman sekolah (dimiliki oleh 100% sekolah sampel), dan lapangan olahraga (dimiliki oleh 100% sekolah sampel). Aktivitas yang dapat dilakukan antara lain berjalan, duduk-duduk, melihat pemandangan, mengobrol, makan, minum, transaksi jualbeli,
mengadakan
pertunjukan
teater
atau
drama,
olahraga,
menonton
pertandingan, kegiatan ekskul lainnya. Ruang dengan sub fungsi sirkulasi terdapat pada area parkir (dimiliki oleh 100% sekolah sampel) dan jalan di dalam sekolah (dimiliki oleh 100% sekolah sampel). Sedangkan ruang dengan sub fungsi penyangga dapat berupa area penghijauan seperti kebun yang biasa terletak pada bagian belakang sekolah atau jalur hijau yang diisi dengan tanaman penahan angin, peredam bising, sekaligus peneduh yang juga ditemui pada lingkar luar lokasi sekolah. Tabel 10 . Penggunaan Ruang dan Fasilitas No Fungsi Aktivitas 1 Edukatif Belajar mengajar, praktikum, membaca, olahraga, rapat, upacara bendera 2 Non edukatif Ritual ibadah • Peribadatan Rapat, diskusi • Himpunan siswa • Kesehatan • Rekreasi
• Sirkulasi
Fasilitas Kelas, laboratorium, perpustakaan, lapangan olahraga, ruang guru, ruang kepala sekolah Mushalla Ruang OSIS, sekretariat ekskul Klinik, UKS Taman sekolah, plaza, kantin, koperasi, lapangan olahraga
Berobat, istirahat Berjalan, duduk-duduk, melihat pemandangan, mengobrol, makan, minum, transaksi jual beli, olahraga, menonton pertandingan, kegiatan ekskul Berjalan, berkendara Parkir, jalan di dalam sekolah Pasif Area penghijauan
• Penyangga Sumber: Survei, 2010 2.6. Tanaman Lanskap Sekolah
37
Dari hasil survey dan pengamatan, dijumpai sekitar 15 spesies pohon hingga 37 spesies pohon di setiap sekolah sampel, dan terindikasi sekitar 74 spesies pohon. Masing-masing sekolah memiliki semak mulai dari 4 spesies hingga 48 spesies, dan terindikasi sekitar 63 spesies semak. Masing-masing sekolah memiliki tanaman penutup tanah (groundcover) mulai dari 6 spesies hingga 13 spesies, dan terindikasi sekitar 28 spesies tanaman penutup tanah (groundcover). Tanaman merambat hanya dimiliki oleh lima sekolah, dimana masing-masing sekolah memiliki tanaman merambat mulai dari 1 spesies hingga 6 spesies, dan terindikasi sekitar 11 spesies tanaman merambat. Tanaman air hanya dimiliki oleh tiga sekolah, dimana masing-masing sekolah memiliki tanaman air mulai dari 1 spesies hingga 3 spesies, dan terindikasi sekitar 4 spesies tanaman air. 2.6.1. Fungsi Kontrol Visual Tanaman yang ada di lingkungan sekolah sampel terdiri dari pohon, semak atau perdu, penutup tanah, tanaman merambat, serta tanaman air. Fungsi visual dari tanaman lanskap ini antara lain sebagai pembentuk estetika, peneduh, pengarah, screen, dan sebagai alas. Sedangkan dari segi biofisik, tanaman lanskap sekolah sampel ini memiliki fungsi antara lain kontrol angin, filter radiasi matahari, pencegah banjir, peredam bising, dan penyerap polutan. Dari segi sosial, tanaman ini dapat digunakan oleh user sebagai obyek ilmu pengetahuan atau bisa juga sebagai komoditas ekonomi dalam skala kecil. Pohon Dari jumlah pohon yang ada, masing-masing memiliki fungsi tertentu pada masing-masing sekolah. Untuk fungsi peneduh didapat dari pengamatan bentuk kanopi, posisi, dan ketinggian. Diperoleh nilai rataan dari penggunaan pohon sebagai peneduh adalah 34,75% dari jumlah total pohon yang ada. Penggunaan pohon untuk fungsi estetik rata-rata yaitu 30,07%. Penggunaan pohon dengan fungsi sebagai pengarah rata-rata 21,35%, sebagai penghalang pandangan / screen rata-rata sebanyak 13,83% (Gambar 16).
38
40 35
Persentase (%)
30 25 20 15
34,75
30,07 21,35
10
13,83
5 0 Fungsi Peneduh
Fungsi Estetika
Fungsi Pengarah
Fungsi Screen
Fungsi
Gambar 16. Grafik Persentase Fungsi Pohon Semak Pada semak teridentifikasi empat fungsi utama, yaitu fungsi estetik, fungsi pengarah, fungsi screen, dan fungsi pembatas. Semak dengan fungsi estetika dimiliki oleh semua sekolah dengan rata-rata penggunaan tertinggi yaitu 55,25%. Semak sebagai pengarah memiliki nilai rataan penggunaan sebesar 10,58%. Semak sebagai screen rata-rata sebanyak 8,34%, biasanya semak ini digunakan untuk menutupi pemandangan yang kurang baik. Semak dengan fungsi sebagai pembatas atau border rata-rata sebanyak 25,83%, semak jenis ini penggunaan paling banyak untuk pinggiran taman di halaman sekolah (Gambar 17). 60
Persentase (%)
50 40 30
55,25
20 25,83
10 10,58
8,34
Fungsi Pengarah
Fungsi Screen
0 Fungsi Estetik
Fungsi
Gambar 17. Grafik Persentase Fungsi Semak
Fungsi Pembatas
39
Penutup Tanah Penutup tanah atau ground cover juga didapati pada semua sekolah. Fungsi dari penutup tanah ini dapat dibagi menjadi tiga fungsi. yaitu pembentuk estetika, pembatas atau border, dan alas. Fungsi pembentuk estetika sebesar 29,35%. Fungsi pembatas atau border sebesar 64,70%. Sedangkan sebagai fungsi alas sebesar 5,95% (Gambar 18). 70 60
Persentase (%)
50 40 64,7
30 20 10
29,35 5,95
0 Fungsi Estetika
Fungsi Pembatas
Fungsi Alas
Fungsi
Gambar 18. Grafik Persentase Fungsi Penutup Tanah Tanaman Merambat Tanaman merambat atau climbing plant didapati pada semua sekolah, tetapi keragaman jenisnya sangat rendah. Adapun fungsi yang terdapat pada tanaman merambat ini dibagi menjadi dua fungsi, yaitu fungsi estetika dan fungsi penanung (dibuat semacam shelter). Fungsi estetika pada tanaman merambat sebesar 99,79%, sedangkan fungsi penanung sebesar 0,21% (Gambar 19).
40
100
Persentase (%)
80 60 99,79 40 20 0
0,21 Fungsi Estetika
Fungsi Penaung Fungsi
Gambar 19. Grafik Persentase Fungsi Semak Tanaman Air Tanaman air atau water plant hanya didapati pada tiga sekolah dengan keragaman jenis yang sangat rendah. Adapun fungsinya hanya sebagai penambah kesan estetika saja. 2.6.2. Frekuensi Relatif Frekuensi relatif (FR) merupakan nilai yang menunjukkan tingkatan dominan suatu tanaman diantara semua tanaman yang ditemukan di tujuh sekolah sampel. Masing-masing spesies tanaman memiliki nilai yang menunjukkan seberapa banyak jumlah tanaman tersebut ditemukan di antara tanaman spesies lain di tujuh sekolah sampel dengan menggunakan rumus penghitungan
FR =
100%
Pohon Urutan pohon dengan frekuensi relatif lima teratas adalah glodogan tiang (Polyalthia longifolia) menempati urutan pertama dari daftar pohon yang paling banyak didapatkan di tujuh sekolah sampel, dengan FR 14,73% dari keseluruhan spesies pohon yang ditemukan. Keberadaannya sebesar 71,43% dari semua sekolah sampel. Artinya 71,49% dari tujuh sekolah sampel menanam pohon ini dan jumlah spesies pohon ini sebesar 14,73% dari keseluruhan spesies pohon yang
41
ditemukan di seluruh sekolah sampel. Pada urutan ke-dua dengan nilai FR sebesar 7,08%, keberadaannya di 85,71% dari semua sekolah sampel adalah palem raja (Roystonea regia). Urutan berikutnya adalah pohon mangga (Mangifera indica) dengan nilai FR sebesar 6,90% dan keberadaannya paling sering ditemui , yaitu di semua (100%) sekolah sampel. Selanjutnya palem putri (Veitchiia merilii) dengan nilai FR 5,96% dan terdapat di 57,14% sekolah sampel. Urutan pohon dengan frekuensi lima terbawah adalah mahoni (Switenia mahogani), jamblang (Syzygium cumini), jambu mawar (Syzygium jambos), asem (Tamarindus indica), dan ginje (Thevetia peruviana). Dengan nilai FR sebesar 0,11% dan keberadaannya masing-masing 14,29%. Daftar pohon beserta nilai frekuensi dari masing-masing sekolah sampel dapat dilihat pada Lampiran 1. Semak/Perdu Urutan psemak/perdu dengan frekuensi relatif lima teratas adalah tehtehan (Acalipha macrophyla) menempati urutan pertama dari daftar semak/perdu yang paling banyak didapatkan di tujuh sekolah sampel, dengan mendominasi 12,42% dari keseluruhan spesies semak/perdu yang ditemukan. Keberadaannya sebesar 85,71% dari semua sekolah sampel. Pada urutan ke-dua dengan nilai FR sebesar 9,95% dan keberadaannya di 85,71% dari sekolah sampel adalah soka (Ixora sp.). Selanjutnya dracaena (Dracaena sp.) dengan nilai FR sebesar 9,65% dan keberadaanya 86,71% dari sekolah sampel. Adenium (Adenium sp.) ada pada urutan berikutnya dengan nilai FR sebesar 6,60% dengan keberadaannya 57,14% dari sampel sekolah. Selanjutnya dengan nilai FR 6,15% dan keberadaannya 85,71% dari sekolah sampel adalah bougenvil (Bougenvillea sp.). Urutan semak/perdu dengan frekuensi relatif lima terbawah adalah bunga kancing
(Gomphrena
globosa),
kemuning
(Murayya
paniculata),
tebu
(Saccarhum officinarum), sangitan (Sambucus javanica), legundi (Vitex trifolia), dan daun enok dengan nilai FR sebesar 0,04% dengan keberadaannya sebesar 14,29% dari jumlah sekolah sampel. Daftar semak/perdu beserta nilai frekuensi dari masing-masing sekolah sampel dapat dilihat pada Lampiran 2.
42
Penutup tanah Urutan penutup tanah dengan frekuensi relatif lima teratas adalah lili paris (Clorophytum sp.) menempati urutan pertama dari penutup tanah yang paling banyak didapatkan di tujuh sekolah sampel, dengan nilai FR 28,43% dari keseluruhan spesies penutup tanah yang ditemukan. Keberadaannya sebesar 57,14% dari semua sekolah sampel. Pada urutan ke-dua dengan nilai FR sebesar 22,06% dan keberadaannya di 85,71% dari sekolah sampel adalah Sansiveira (Sansiviera sp.) Selanjutnya adam hawa (Rhoeo discolor) dengan nilai FR sebesar 8,91% dan keberadaanya 42,86% dari sekolah sampel. Pakis (Cycas rumphii) ada pada urutan berikutnya dengan nilai FR sebesar 6,68% dengan keberadaannya 14,29% dari sampel sekolah. Selanjutnya dengan nilai FR 6,46% dan keberadaannya 42,86% dari sekolah sampel adalah kucai variegata (Carex morowii 'variegata'). Urutan penutup tanah dengan frekuensi lima terbawah adalah krokot (althernantera sp.) dan paku sarang burung (Asplenium nidus) dengan nilai FR sebesar 0,13% dan keberadaanya 14,29% dari sekolah sampel. Selanjutnya dengan nilai FR 0,04% dan keberadaannya 14,29% dari sekolah sampel adalah begonia (Begonia sp.), taiwan beauty (Cuphea hyssopifolia), dan sutra bombay (Portulaca sp.). Daftar penutup tanah beserta nilai frekuensi dari masing-masing sekolah sampel dapat dilihat pada Lampiran 3. Tanaman Merambat Urutan tanaman merambat dengan frekuensi relatif lima teratas adalah sirih belanda (Epipremnum sp.) menempati urutan pertama dari tanaman merambat yang paling banyak didapatkan di tujuh sekolah sampel, dengan nilai FR 49,15% dari keseluruhan spesies tanaman merambat yang ditemukan. Keberadaannya sebesar 85,71% dari semua sekolah sampel. Pada urutan ke-dua dengan nilai FR sebesar 20,15% dan keberadaannya di 57,14% dari sekolah sampel
adalah
anggrek
(Dendrobium
sp.).
Selanjutnya
sirih
gading
(Raphidophora aurea) dengan nilai FR sebesar 12,99% dan keberadaanya 28,57% dari sekolah sampel. Philodendron (Philodendron sp.) ada pada urutan berikutnya dengan nilai FR sebesar 6,03% dengan keberadaannya 57,14% dari sampel sekolah. Selanjutnya dengan nilai FR 4,52% dan keberadaannya 14,29% dari
43
sekolah sampel adalah tanduk rusa (Platycerium bifurcatum). Daftar tanaman merambat beserta nilai frekuensi dari masing-masing sekolah sampel dapat dilihat pada Lampiran 4. Tanaman Air Melati air (Echinodorus sp.) menempati urutan pertama dari tanaman air yang paling banyak didapatkan di tujuh sekolah sampel, dengan nilai FR 52,63% dari keseluruhan spesies tanaman air yang ditemukan. Keberadaannya sebesar 28,57% dari semua sekolah sampel. Pada urutan ke-dua dengan nilai FR sebesar 31,58% dan keberadaannya di 14,29% dari sekolah sampel adalah paku ekor kuda (Equisetum hymale). Selanjutnya papyrus (Cyperus papyrus) dengan nilai FR sebesar 10,53% dan keberadaanya 14,29% dari sekolah sampel. Apu-apu (Pistia startiotes) ada pada urutan berikutnya dengan nilai FR sebesar 5,26% dengan keberadaannya 14,29% dari sampel sekolah. Daftar tanaman air beserta nilai frekuensi dari masing-masing sekolah sampel dapat dilihat pada Lampiran 5. 2.7.
Desain Taman Pada umunya sekolah memiliki desain formal pada tamannya. Kurang
lebih 61,86% taman pada halaman sekolah memiliki pola formal, hal ini dilihat dari bentukan dan pola penanaman (Tabel 11). Pada halaman sekolah juga ditemukan elemen-elemen keras (hardscape) bernilai estetik yang sengaja diadakan untuk menunjang kegiatan outdoor siswa dan untuk menambah estetika halaman sekolah (Tabel 12). Elemen keras yang dapat dilihat pada mayoritas sekolah sampel antara lain podium upacara, bangku taman, tempat sampah, pot gantung, pot duduk, serta wastafel outdoor. Sedangkan elemen keras lainnya yang minoritas sekolah memilikinya antara lain kolam ikan, shelter, dan pergola.
44
Tabel 11. Persentase Desain Taman Desain Taman (%)
Sekolah
Formal
Informal
12
80
20
42
62
38
44
67
33
48
54
46
53
60
40
81
65
35
113
45
55
61,86
38,14
Rataan Sumber: Survei, 2010 Tabel 12. Elemen Keras
Elemen Keras Sekolah
Podium
Bangku
Tempat
Pot
Taman
Sampah
Gantung
X
X
X
Pot Duduk
12
X
42
X
X
X
X
X
44
X
X
X
X
X
48
X
X
X
X
X
53
X
X
X
X
X
81
X
X
X
X
X
113
X
X
X
X
Persentase
100%
100%
100%
100%
71%
Sumber: Survei, 2010 Ket: X= ada
2.8.
Pemeliharaan Pemeliharaan (maintanence) lingkungan sekolah dari sekolah yang diteliti
dilakukan oleh penjaga sekolah dan/atau tukang kebun khusus di bawah koordinasi dari Wakil Kepala Sekolah bidang sarana dan prasarana (sapras) sekolah masing-masing. Dalam pelaksanaannya didapati berbagai kendala dan keterbatasan, diantaranya kurang pedulinya sekolah terhadap kebersihan dan
45
kenyamanan lingkungan sekolah. Keterbatasan tenaga sumber daya manusia juga menjadi kendala yang cukup berarti, karena pemeliharaan seluruh sekolah dibebankan hanya pada beberapa user, dalam hal ini adalah penjaga sekolah atau tukang kebun. Dibeberapa sekolah seorang penjaga sekolah atau tukang kebun juga merangkap tugas membersihkan ruang kelas, kantor, dan ruang lainnya. Kendala lain yang sering didapati adalah terbatasnya dana operasional untuk kebersihan lingkungan sekolah. Hal yang tidak kalah penting adalah tingkat partisipasi yang rendah dari user. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di sekolah sampel antara lain menyapu lingkungan sekolah, menyiram tanaman sesekali diselingi dengan memangkas, menyiangi, memupuk dan menyulam. Kegiatan yang rutin dilakukan setiap hari di semua sekolah adalah menyiram tanaman, menyapu lingkungan sekolah, dan membuang sampah. Penyiraman tanaman biasanya dilakukan pada pagi dan/atau siang hari disetiap harinya, kecuali saat musim hujan. Pada sekolah sampel didapati kegiatan rutin yang dilakukan pada 100% sekolah sampel adalah menyapu lingkungan sekolah. Pada beberapa sekolah penyapuan dilakukan sampai tiga kali dalam sehari, pagi sebelum siswa masuk, siang setelah jam istirahat, dan sore setelah jam pulang siswa. Selain itu kegiatan pemeliharaan yang juga dilakukan oleh semua sekolah sampel (100%) adalah menyiram tanaman. Menyiram tanaman dilakukan setiap hari, dengan intensitas 1-2 kali dalam sehari, pada saat pagi dan sore hari. Namun pada saat musim penghujan kegiatan menyiram tanaman ini disesuaikan. Membuang sampah juga menjadi kegiatan rutin harian dari semua sekolah sampel (100%). Sampah hasil dari kegiatan user di sekolah, baik sampah dari kegiatan belajar mengajar maupun makan, setiap harinya dibuang ke tempat penampungan sampah sementara terdekat oleh tukang kebun atau penjaga (Tabel 13). Kegiatan memangkas tanaman dengan frekuensi bulanan terdapat pada 71,43% sekolah sampel, dan sisanya sejumlah 28,57% dilakukan secara insidentil. Penyiangan tanaman dengan frekuensi mingguan dilakukan oleh 14,29%, frekuensi bulanan 14,29%, dan sebanyak 71,43% melakukan secara insidentil. Kegiatan pemupukan tanaman dilakukan oleh 42,86% sekolah dengan frekuensi bulanan, dengan frekuensi semesteran 42,86%, dan sisanya 14,29% secara
46
insidentil. Sedangkan untuk penyulaman tanaman dilakukan secara insidentil oleh semua sekolah sampel (100%). Tabel 13. Frekuensi Kegiatan Pemeliharaan Taman Sekolah Persentase Sekolah dengan Frekuensi Pemeliharaan (%) Kegiatan Pemeliharaan Harian Mingguan Bulanan 6 bulanan Tahunan Insidentil Penyapuan lingkungan sekolah 100 Penyiraman tanaman 100 Pembuangan 100 sampah Pemangkasan tanaman 71,4 28,6 Penyiangan tanaman 14,3 14,3 71,4 Pemupukan tanaman 42,8 42,8 14,3 Penyulaman tanaman 100 Sumber: Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana, 2010
2.9.
Persepsi Pengguna Terhadap Lanskap Sekolah Responden dari masing-masing sekolah sampel terdiri atas 25 siswa, mulai
dari siswa kelas X sampai dengan kelas XII, dan 5 guru bidang studi dan pegawai lainnya. Jumlah keseluruhan responden dari tujuh sekolah sampel adalah 210 orang. Responden terbanyak adalah para siswa, sebanyak 175 orang dengan umur berkisar antara 16 sampai 18 tahun. Sedangkan guru dan pegawai sebanyak 35 orang dengan umur berkisar antara 30-50 tahun. Jumlah responden laki-laki dan perempuan dalam satu sekolah umumnya sebanding, dalam studi ini juga tidak dilihat pengaruh perbedaan gender. Tabel 14. Keberadaan RTH (taman) Jumlah Responden dari SMAN (%) Taman sekolah 12 42 44 48 53 81 Memiliki Tidak memiliki
113
Rataan
100
100
100
100
100
100
100
100
0
0
0
0
0
0
0
0
47
Tabel 14 menunjukkan 100% sekolah sampel memiliki Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada sekolahnya. Bentuk RTH dari sekolah sampel berupa taman, hutan sekolah, maupun Tanaman Obat Keluarga (TOGA). Tabel 15. Keberadaan Tanaman di Sekolah Jumlah Responden dari SMA (%) Jumlah Tanaman pada taman dan 12 42 44 48 53 81 halaman sekolah Cukup 20,0 80,0 20,0 43,3 60,0 53,3
113
Rataan
76,7
50,5
Kurang
43,3
20,0
56,7
33,3
23,3
36,7
23,3
33,8
Sangat kurang
36,7
0,0
23,3
23,3
16,7
10,0
0,0
15,7
Tabel 15 menunjukkan 50,5% responden dari tujuh sekolah sampel, menyatakan jumlah tanaman pada sekolah dirasa sudah cukup. Pernyataan ini paling banyak (80%) terdapat pada SMAN 42 dan terendah (20%) pada SMAN 12 dan SMAN 44. Tetapi sebanyak 33,8% responden menyatakan bahwa tanaman yang ada di sekolah dirasa kurang, hal ini terdapat paling banyak (56,7%) pada SMAN 44 dan terendah (20%) pada SMAN 42. Sedangkan 15,7% responden menyatakan jumlah tanaman pada sekolah sampel sangat kurang, hal ini terdapat paling banyak (36,7%) pada SMAN 12 dan paling rendah (0%) pada SMAN 42 dan 113. Tabel 16. Fasilitas outdoor yang ada Jumlah Responden dari SMA (%) Fasilitas dalam proses belajar
Rataan
12
42
44
48
53
81
113
Menunjang
26,7
50,0
43,3
60,0
33,3
36,7
20,0
38,6
Cukup menunjang
36,7
43,3
46,7
33,3
13,3
46,7
70,0
41,4
Kurang menunjang 36,7
6,7
10,0
6,7
43,3
16,7
10,0
18,6
0,0
0,0
0,0
10,0
0,0
0,0
1,4
Sangat kurang menunjang
0,0
Tabel 16 menunjukkan terdapat 41,4% responden dari tujuh sekolah sampel, menyatakan kondisi fasilitas outdoor telah cukup menunjang kegiatan,
48
pernyataan ini paling banyak (70%) terdapat pada SMAN 113 dan terendah (13,3%) terdapat pada SMAN 53. Seperti yang dilihat pada Tabel 17, fasilitas yang perlu ditambah berdasarkan jenisnya (sarana umum, sarana pendukung lingkungan, elemen taman, dan sarana olahraga). Sarana umum yang menurut responden paling perlu ditambah adalah tempat istirahat dan tempat cuci tangan/wastafel sebesar 7%. Tempat istirahat dengan permintaan tertinggi (11,2%) terdapat pada SMAN 42 dan terendah (2,1%) terdapat pada SMAN 53. Tempat cuci tangan dengan permintaan tertinggi (11,4%) terdapat pada SMAN 44 dan terendah (0%) terdapat pada SMAN 113. Sarana pendukung lingkungan yang menurut responden paling perlu ditambah adalah papan nama tanaman, yaitu sebesar 10,6%. Dengan permintaan tertinggi (12,5%) terdapat pada SMAN53 dan 81 sedangkan yang terendah terdapat (7,1%) pada SMAN 113. Elemen taman yang menurut responden paling perlu ditambah adalah bangku taman, yaitu sebesar 5,7%. Dengan permintaan tertinggi (9,1%) terdapat pada SMAN 113 dan terendah (3%) pada SMAN 44. Sarana olahraga yang menurut responden paling perlu ditambah adalah lapangan bulutangkis, yaitu sebesar 9,9%. Dengan permintaan tertinggi (18,2%) terdapat pada SMAN 113 dan terendah (5,2%) terdapat pada SMAN 12.
49
Tabel 17. Fasilitas yang perlu ditambah Jumlah Responden dari SMA (%) Fasilitas yang perlu ditambah 12 42 44 48 53 81 Sarana Umum Tempat istirahat 7,7 8,2 11,4 6,9 8,3 6,3 Kantin 4,5 7,1 5,3 5,0 3,1 3,6 Masjid/mushalla 3,9 0,0 3,0 2,0 0,0 0,0 Toilet 6,5 6,1 3,8 3,0 7,3 7,1 Area parkir 10,3 4,1 6,1 5,9 3,1 0,0 Tempat cuci tangan 7,7 11,2 6,1 2,0 2,1 10,7 Sarana Pendukung Lingkungan Tempat pengomposan Temapat sampah Rumah kaca Apotek hidup Papan nama tanaman Elemen Taman Banagku taman Lampu penerangan Kolam hias Air mancur Sarana Olahraga Lapangan basket Lapangan voly Lapangan bulutangkis Panjat tebing
12,5
113
Rataan
0,0 3,0 5,1 6,1 8,1
7,0 4,5 2,0 5,7 5,4
9,1
7,0
2,0
4,0
1,3
2,0
3,8
4,0
2,1
3,9 9,7 5,8
5,1 4,1 9,2
3,8 13,6 8,3
4,0 7,9 4,0
3,1 11,5 2,1
3,6 4,0 9,8 17,2 10,7 3,0
3,9 10,5 6,2
11,0
9,2
9,8
11,9
12,5
12,5
7,1
10,6
3,2
6,1
3,0
5,9
7,3
5,4
9,1
5,7
2,6 1,3 7,7
7,1 3,1 2,0
4,5 1,5 0,0
4,0 8,9 3,0
8,3 4,2 0,0
1,8 2,7 0,0
4,0 0,0 2,0
4,6 3,1 2,1
7,1 0,0
3,1 0,0
2,3 3,0
3,0 5,0
0,0 0,0
7,1 0,0
0,0 0,0
3,2 1,1
5,2 0,6
8,2 4,1
6,8 3,8
8,9 5,0
16,7 8,3
5,4 18,2 0,9 2,0
9,9 3,5
Berdasarkan kuisioner yang telah disebarkan, dan dapat dilihat pada Tabel 18, responden paling banyak menggunakan kendaraan sepeda motor untuk berangkat ke sekolah (49,5%), dengan pengguna sepeda motor paling banyak ada pada SMAN 113 sebanyak 73,3% dan paling sedikit ada pada SMAN 53 sebanyak 20%. Selanjutnya sebanyak 32,9% responden berangkat ke sekolah dengan menggunakan kendaraan umum, dengan pengguna kendaraan umum
50
paling banyak ada pada SMAN 12 sebanyak 50% dan paling sedikit ada pada SMAN 42 sebanyak 23,3%. Berikutnya sebanyak 11% responden berangkat ke sekolah dengan menggunakan mobil pribadi, dengan pengguna mobil paling banyak ada pada SMAN 53 sebanyak 30% dan paling sedikit ada pada SMAN 12, 44, dan 113 sebanyak 0%. Selanjutnya sebanyak 5,2% responden berangkat ke sekolah tanpa menggunakan kendaraan (berjalan kaki), dengan pejalan kaki paling banyak ada pada SMAN 12 sebanyak 13,3% dan paling sedikit ada pada SMAN 42, 81, dan 113 sebanyak 0%. Selanjutnya sebanyak 1,4% responden berangkat ke sekolah dengan menggunakan sepeda, dimana hanya ada satu sekolah saja yang respondennya menggunakan sepeda, yaitu SMAN 48, sebesar 10%. Dari responden yang menggunakan kendaraan ke sekolah, baik kendaraan umum maupun pribadi, sebanyak 53,3% responden mengatakan bahwa lahan parkir harus diperluas,terutama pada SMAN 12, kemudian tipe parkir perlu diubah (19,5%) terutama pada SMAN 42 dan 44, selain itu lahan parkir juga perlu diperbaiki karena sudah rusak (12,9%) terutama pada SMAN 48, 53, dan 81. Sedangkan sebanyak 13,3% responden menyatakan bahwa lahan parkir sudah nyaman,terutama pada SMAN 42, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 19. Untuk perkerasan yang paling banyak dipilih responden adalah conblock sebanyak 77,1% sebagai bahan perkerasan, terutama (90%) di SMAN 12 dan 42. Aspalth berada pada posisi selanjutnya (14,3%), terutama di SMAN 48, 81, dan 113 sebesar 20%. Beton menjadi pilihan terakhir (8,6%) terutama di SMAN 113 sebesar 30% (Tabel 20). Tabel 18. Alat transportasi yang digunakan Jumlah Responden dari SMA (%) Alat transportasi yang digunakan
12
42
44
48
81
113
Mobil
0,0
26,7
0,0
3,3 30,0 16,7
0,0
11,0
Motor
36,7
50,0
56,7
53,3 20,0 56,7
73,3
49,5
Sepeda
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
1,4
50,0
23,3
36,7
26,7 40,0 26,7
26,7
32,9
13,3
0,0
6,7
0,0
5,2
Kendaraan umum
10,0
53
Rataan
0,0
Tidak berkendaraan
6,7 10,0
0,0
51
Tabel 19. Kondisi sarana parkir Jumlah Responden dari SMA (%) Kondisi sarana parkir 12 42 44 48 53 81 Perlu diperluas 80,0 23,3 56,7 63,3 60,0 13,3 Diperbaiki karena rusak 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Tipe parkir dirubah 13,3 26,7 26,7 20,0 13,3 33,3 Sudah nyaman 0,0 43,3 3,3 0,0 10,0 36,7 Perlu diperbaiki agar nyaman 6,7 6,7 13,3 16,7 16,7 16,7
6,7 3,3 0,0
1,0 19,5 13,3
13,3
12,9
Tabel 20. Bahan perkerasan pada taman sekolah Jumlah Responden dari SMA (%) Bahan perkerasan pada taman sekolah 12 42 44 48 53 81 Aspalt 6,7 10,0 13,3 20,0 10,0 20,0 Conblock 90,0 90,0 83,3 76,7 80,0 70,0 Beton 3,3 0,0 3,3 3,3 10,0 10,0 Lainnya 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
113 20,0 50,0 30,0 0,0
113 76,7
Rataan 53,3
Rataan 14,3 77,1 8,6 0,0
Umumnya kesan responden (41%) terhadap pola penghijauan sekolah menyatakan pola penghijauan di sekolah kurang memberi kenyamanan, terutama (60%) pada SMAN 113. Sekolah sampel yang dirasa pola penghijauannya telah memberi kenyamanan adalah SMAN 42 seperti yang dinyatakan oleh 43,3% respondennya, seperti dapat dilihat pada Tabel 21. Kesan terhadap lanskap sekolah dibagi atas tiga aspek, kenyamanan, keteduhan, dan ukuran. Umumnya (43,3%) responden mengatakan bahwa lanskap sekolah mereka telah cukup nyaman. Kesan nyaman terhadap lanskap sekolah paling banyak (56,6%) dirasa responden pada SMAN 42. Terasa kurang nyaman paling banyak (33,3%) dirasa responden pada SMAN 12. Sedangkan untuk kesan kenyamanan, umumnya (47,1%) responden mengatakan bahwa lanskap sekolah mereka sedikit teduh. Kesan teduh terhadap lanskap sekolah paling banyak (53,3%) dirasa responden pada SMAN 42. Terasa gersang/panas paling banyak (36,7%) dirasa responden pada SMAN 12 dan 44. Selanjutnya untuk kesan kelapangan, umumnya (35,7%) responden mengatakan bahwa lanskap sekolah mereka sedikit lapang. Kesan lapang terhadap lanskap sekolah paling banyak (56,7%) dirasa responden pada SMAN 113. Kesan sangat sempit paling banyak
52
(23,3%) dirasa responden pada SMAN 12, seperti yang tercantum dalam Tabel 22. Tabel 21. Pola penghijauan sekolah Jumlah Responden dari SMA (%) Pola penghijauan 12 42 44 48 53 81 Nyaman 13,3 43,3 16,7 13,3 23,3 23,3 Cukup nyaman 43,3 36,7 36,7 40,0 43,3 40,0 Kurang nyaman 43,3 20,0 46,7 46,7 33,3 36,7 Belum nyaman 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Tabel 22. Kesan terhadap lanskap sekolah Jumlah Responden dari SMA (%) Kesan terhadap lanskap sekolah 12 42 44 48 53 81 Aspek Kenyamanan Nyaman 26,7 56,7 16,7 40,0 43,3 36,7 Cukup nyaman 40,0 30,0 53,3 46,7 50,0 43,3 Kurang nyaman 33,3 13,3 30,0 13,3 6,7 20,0 Tidak nyaman 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 Aspek Keteduhan Teduh 23,3 53,3 20,0 13,3 20,0 13,3 Sedikit teduh 40,0 33,3 43,3 53,3 56,7 53,3 Gersang/panas 36,7 13,3 36,7 33,3 23,3 30,0 Sangat gersang 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 3,3 Aspek Ukuran Lapang 0,0 46,7 26,7 23,3 33,3 16,7 Sedikit lapang 0,0 43,3 26,7 30,0 53,3 53,3 Sempit 76,7 10,0 46,7 46,7 13,3 30,0 Sangat sempit 23,3 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
113 20,0 20,0 60,0 0,0
113
Rataan 21,9 37,1 41,0 0,0
Rataan
40,0 40,0 20,0 0,0
37,1 43,3 19,5 0,0
10,0 50,0 33,3 6,7
21,9 47,1 29,5 1,4
56,7 43,3 0,0 0,0
29,0 35,7 31,9 3,3
Umumnya (83,3%) responden menyukai adanya pohon di sekolah mereka. Ukuran pohon yang lebih disukai (40%) adalah pohon tinggi dengan ketinggian lebih dari 7 meter. Jenis pohon yang disukai (54,8%) adalah pohon berbunga dan daun berwarna hijau. Selain itu, sebanyak 38,6% responden suka dengan adanya semak di sekolah mereka, dengan jenis yang berbunga indah disukai oleh banyak responden (47,1%). Penanaman semak yang lebih disukai (54,8%) adalah dipangkas teratur dan rapi. Untuk tanaman merambat, sebanyak 47,1% responden menyukainya, dengan jenis kombinasi antara berbunga indah dan berdaun indah (42,9%). Untuk tanaman rumput, sebanyak 77,6% responden menyukainya
53
sebagai elemen lanskap sekolah dan penanaman pada sisi lapangan lebih disukai (27,6%), seperti yang dapat dilihat pada Tabel 23. Desain taman yang lebih disukai (45,7%) adalah formal. Bentuk partisipasi dalam pemeliharaan umumnya (50,4%) dengan tidak melakukan vandalisme atau merusaknya (Tabel 24). Tabel 23. Ukuran pohon yang disukai Jumlah Responden dari SMA (%) Ukuran pohon yang disukai
53
81
113
Rataan
12
42
44
48
Pohon tinggi
40,0
46,7
33,3
40,0
43,3 36,7 40,0
40,0
Pohon sedang
46,7
36,7
43,3
43,3
33,3 40,0 30,0
39,0
Pohon pendek
13,3
16,7
23,3
16,7
23,3 23,3 30,0
21,0
Tabel 24. Bentuk partisipasi dalam pemeliharaan Bentuk partisipasi Jumlah Responden dari SMA (%) dalam pemeliharaan taman sekolah 12 42 44 48 53 81 Tidak merusak 52,8 32,6 51,4 62,9 51,5 40,0 Terjun langsung memelihara 19,4 18,6 22,9 8,6 21,2 22,5 Melarang orang untuk merusak 16,7 25,6 14,3 11,4 9,1 15,0 Memberi sumbangan dana pemeliharaan 11,1 23,3 11,4 17,1 18,2 22,5 3.
Rekomendasi
3.1.
Pemanfaatan Edukatif
Rataan 113 61,8
50,4
8,8
17,4
17,6
15,7
11,8
16,5
Proses belajar mengajar di dalam suatu tapak sekolah sebaiknya dapat dilakukan di dalam maupun di luar ruang kelas. Demi mencapai tujuan tersebut maka vegetasi yang digunakan di dalam tapak adalah tanaman yang dapat memberikan kontribusi dalam proses tersebut. Vegetasi yang dimaksud antara lain tanaman Hibiscus rosasinensis (kembang sepatu) yang sering digunakan untuk menerangkan organ reproduksi pada tanaman, berbagai tanaman rambat untuk menjelaskan mengenai pergerakan tanaman, beberapa jenis tanaman air, berbagai tanaman produksi, dan lain-lain (Tasyara, 2008).
54
Pada sekolah sampel terdapat 121 spesies tanaman, baik pohon, semak, penutup tanah, tanaman merambat, maupun tanaman air, dengan jumlah masingmasing 74 spesies pohon, 63 spesies semak, 28 spesies tanaman penutup tanah, 11 spesies tanaman merambat, dan 4 spesies tanaman air. Dilihat dari jumlah spesies yang ada dari sekolah sampel, maka keberadaan dari vegetasi merupakan sebuah potensi untuk membantu pemahaman siswa dalam pelajaran tertentu yang berkaitan dengan vegetasi atau lingkungan. Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) khususnya di Jakarta sebagai media/sarana edukatif dirasa sangat kurang. Hal ini bisa dilihat dari muatan lokal (mulok) yang ada pada tujuh sekolah sampel yang ada, hanya dua di antaranya yang bermuatan lokal Pendidikan Lingkungan Hidup, yaitu SMAN 48 dan SMAN 12. Setiap SMAN di Jakarta memang diwajibkan memiliki mulok, tetapi mata pelajaran mulok tersebut disesuaikan dengan program sekolahnya masing-masing. Untuk itu, pemanfaatan RTH pada SMAN di Jakarta harus terintegrasi dengan mata ajaran yang ada. Dalam Tabel 25 dapat dilihat contoh peranan RTH dalam membantu proses pemahaman siswa dalam mata ajar tertentu yang terintegrasi dengan Pendidikan Lingkungan Hidup berdasarkan garis-garis besar isi materi (GBIM) tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan tema manusia dan lingkungannya.
55
Tabel 25. Peranan RTH berdasarkan GBIM tingkat SMA bertema manusia dan lingkungan No
GBIM
Kompetensi Dasar
1.
Hubungan manusia dan lingkungan hidup
3.
Lingkungan fisik dan perubahan ekosistem
1. Menjelaskan pengertian hubungan manusia dan lingkungan hidup 2. Menjelaskan etika manusia dengan lingkungan (tanggung jawab manusia dengan memelihara ciptaan Tuhan yang lain) 3. Menjelaskan ekosistem perairan dan daratan dan jenis-jenis lingkungan fisik yang ada di dalamnya
4.
Dampak perubahan ekosistem
5.
Lingkungan 7. Menjelaskan pengertian hidup dan pembangunan pembangunan berkelanjutan dan berwawasan berwawasan lingkungan lingkungan 8. Menjelaskan peran masyarakat dalam pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan (masyarakat, institusi pendidikan, industri, dll) 9. Kearifan budaya dalam memelihara lingkungan
4. Menjelaskan penyebab perubahan ekosistem daratan dan dampaknya 5. Menjelaskan penyebab perubahan ekosistem perairan dan dampaknya 6. Menjelaskan dampak negatif perubahan tata ruang terhadap ekosistem
Tingkat Pendidikan/ Tingkatan Umur Kelas X (15-16 tahun)
Kelas X (15-16 tahun)
Kelas X (15-16 tahun)
Kelas XII (17-18 tahun)
Integrasi Materi Ajar pada Pendidikan Formal
Peranan RTH
Terintegrasi dengan sosiologi, materi hubungan masyarakat dan lingkungan
Outdoor class dan alat bantu ajar
Terintegrasi dengan Biologi, materi hubungan antara ekosistem , perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem s.d.a
Outdoor class dan alat bantu ajar
Terintegrasi dengan Geografi, materi lingkungan hidup dan pembangunan berwawasan lingkungan
Outdoor class dan alat bantu ajar
Outdoor class dan alat bantu ajar
56
Dalam satu minggu terdapat lima hari efektif kegiatan belajar mengajar (KBM). Dimana setiap siswa dan guru melakukan KBM hanya di dalam ruangan, baik ruang kelas maupun ruang laboratorium. Keberadaan RTH sebagai tempat belajar outdoor sangat diperlukan untuk mengurangi rasa bosan baik dari murid maupun guru dalam melakukan KBM. Perbedaan mendasar antara ruang kelas dan RTH dalam mengakomodasi para siswa untuk tempat belajar adalah suasana. Suasana yang ditimbulkan dari ruang kelas sangat tertutup dan formal, membuat para siswa cenderung lebih cepat jenuh, bosan, dan susah menyerap pelajaran yg diberikan. Sedangkan pada RTH terkesan terbuka dan informal, membuat siswa excited, memberi suasana baru. Menurut Sari (2006), luasan ruang terbangun (RB) yang ideal bagi sebuah SMA adalah sebesar 40%, sedangkan luasan ruang terbuka (RT) sebesar 60% dari luasan total tanah yang ada. Dengan komposisi ruang terbuka terbangun (RTB) maksimal sebesar 37% dan ruang terbuka hijau (RTH) minimal sebesar 23%. Selain itu, koefisien dasar bangunan maksimal 40%. Berikut adalah luasan RB, RTB, dan RTH yang ada pada sekolah sampel dan seharusnya ada pada sekolah sampel. Tabel 26. Luas RB, RTH, dan RTB yang seharusnya Sekolah
SMAN 12 SMAN 42 SMAN 44 SMAN 48 SMAN 53 SMAN 81 SMAN 113
Luas
2351 9250 6648 5703 7684 8460 15354
Ruang Terbangun (m2)
Ruang Terbuka Hijau (m2)
Eksisting
Seharusnya (maks 40%)
Eksisting
Seharusnya (min 23%)
1750 3597 4500 3124 3250 3302 3932
940 3700 2659 2281 3074 3384 6142
96 3629 380 827 2150 2221 8206
541 2128 1529 1312 1767 1946 3531
Ruang Terbuka Terbangun (m2) Seharusnya Eksisting (maks 37%) 505 2024 1768 1752 2284 2937 3216
870 3423 2460 2110 2843 3130 5681
Dari Tabel 26 dapat dilihat bahwa sekolah yang memiliki luasan RB yang ideal dimilki oleh SMAN 42, 81, dan 113. Sedangkan SMAN 12, 44, 48, dan 53 memiliki RB yang lebih besar dari 40%. Untuk RTH yang ideal dimiliki oleh SMAN 42, 53, dan 113. Sedangkan untuk RTB semua sekolah telah memiliki RTB yang ideal.
57
Dengan asumsi kebutuhan manusia untuk dapat belajar di RTH sekolah sama dengan gathering di dalam sekolah sebesar 4 m2/orang (Sebayang, 1996), maka dapat dihitung berapa daya dukung maksimal yang dapat ditampung di dalam RTH sekolah sampel untuk melakukan kegiatan outdoor class. Menurut Boulon (1992) dalam Nurisjah (2003), menyatakan bahwa secara umum rumus yang diajukan adalah sebagai berikut: DD = A S
Dimana, DD
= Daya dukung
A
= Luas area (m2)
S
= Standar rata-rata individu (orang/m2) Dengan menggunakan rumus di atas, maka didapat daya dukung dari
masing-masing sekolah sampel (tabel 27). Dari penghitungan dengan rumus di atas, hanya SMAN 12 yang daya dukung RTH nya tidak cukup untuk menampung jumlah siswa dalam satu kelas (rata-rata siswa dalam satu kelas 30-40 siswa). Namun, kegiatan outdoor class masih bisa disiasati dengan menggunakan RTB yang ada. Tabel 27. Daya dukung RTH untuk belajar per sekolah Ruang Terbuka Hijau Daya Dukung Sekolah (m2) (orang) SMAN 12 96 24 SMAN 42 3629 907 SMAN 44 380 95 SMAN 48 827 207 SMAN 53 2150 538 SMAN 81 2221 555 SMAN 113 8206 2052 Rataan 2501 625 3.2.
Ameliorasi Iklim Mikro Laurie (1986) dalam Mulgiati (2010) mengatakan standar kelembaban
bagi kenyamanan manusia dalam beraktifitas berkisar antara 40% - 75%. Pada daerah tropis, kondisi kenyamanan dirasakan manusia bila berada pada suhu 27°C - 28°C.
58
Menurut Munandar (2010) pada umumnya daerah yang bervegetasi yang tumbuh baik mampu menekan suhu rata-rata tahunan sebesar 1°C hingga 2°C. Fluktuasi suhu harian di daerah yang bervegetasi yang sangat rapat akan jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan daerah terbuka. Tajuk vegetasi yang rapat akan menahan atau bahkan menurunkan efek peningkatan radiasi matahari dan menahan turunnya suhu minimum pada malam hari. Menurut Griffits (1976) dalam Munandar (2010) pada musim panas, suhu di bawah tegakkan vegetasi akan lebih rendah dibandingkan daerah terbuka, sebab tajuk pohon mempunyai kemampuan menyerap sebagian besar radiasi matahari. Relatife Humidity (RH) rata-rata pada ketujuh sekolah sampel sebesar 54,24% dengan RH paling rendah ada pada SMAN 113 pada saat siang hari di lapangan, yaitu sebesar 32% dan paling tinggi ada pada SMAN 42 pada saat pagi hari di bawah naungan pohon,yaitu sebesar 73%. Sedangkan suhu rata-rata pada ketujuh sekolah sampel sebesar 32,19°C dengan suhu paling rendah ada pada SMAN 42 pada saat pagi hari di bawah naungan pohon dan SMAN 53 pada saat pagi hari di lapangan dan di bawah naungan pohon yaitu sebesar 27°C, suhu tertinggi ada pada SMAN 42, SMAN 53, dan SMAN 113 pada saat siang hari di lapangan sebesar 41°C. Temperature Humidity Index (THI) adalah indeks yang menunjukkan tingkat kenyamanan suatu area secara kuantitatif berdasarkan nilai suhu dan kelembaban udara relatif. Dalam studi ini sampel suhu di ambil pada waktu pagi, siang, dan sore hari, masing-masing di tiga tempat berbeda, di bawah naungan pohon, di lapangan (tanpa naungan) dan di dalam ruang kelas. Dengan menggunakan THI dapat diketahui kenyamanan dari sekolah sampel, bila nilai THI lebih dari 27 maka dikatakan tidak nyaman. Menurut Fandeli (2009) THI dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: THI = 0,8T +
THI
= Temperature Humidity Index
T
= Suhu udara rata-rata (°C)
RH
= Relative Humidity rata-rata (%)
RH * T 500
59
Nilai rata-rata suhu udara (T) harian dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: T = (Tpagix 2 + Tsiang + Tsore ) 4
Sedangkan nilai rata-rata kelembaban relatif (RH) harian dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
( ) RH = RHpagi + RHsiang + RHsore 3
Dengan menggunakan perhitungan rumus di atas, dapat diketahui bahwa Termal Humidity Index rata-rata dari keseluruhan sekolah sampel sedikit di atas batas kenyamanan, yaitu sebesar 28,4. Namun jika dilihat berdasarkan perbedaan tempatnya, di bawah naungan pohon, di lapangan (tanpa naungan), dan di dalam kelas, maka terlihat ada perbedaan yang cukup nyata. Nilai THI pada lapangan lebih besar dari pada di bawah naungan pohon dan di dalam ruangan, artinya adanya vegetasi yang memberikan naungan (RTH) secara signifikan dapat meningkatkan kenyamanan dalam suatu kawasan dengan menurunkan nilai THI 1-2 point (Tabel 28).
Tabel 28. Daftar Suhu, Kelembabab dan THI Sekolah SMAN 12 SMAN 42 SMAN 44 SMAN 48 SMAN 53 SMAN 81 SMAN 113 Rataan
Tempat Ruangan Lapangan Naungan Pohon Ruangan Lapangan Naungan Pohon Ruangan Lapangan Naungan Pohon Ruangan Lapangan Naungan Pohon Ruangan Lapangan Naungan Pohon Ruangan Lapangan Naungan Pohon Ruangan Lapangan Naungan Pohon
Pagi 28 29 28 28 28 27 29 29 28 29 30 29 28 27 27 28 29 28 30 31 29 28,5
Suhu (°C) Siang Sore 31 30 36 32 32 31 32 30 41 35 33 31 37 32 40 34 36 32 33 30 39 33 35 31 37 31 41 36 36 31 33 30 39 34 36 30 33 30 41 36 37 32 36,1 32,0
Rataan 29,3 31,5 29,8 29,5 33,0 29,5 31,8 33,0 31,0 30,3 33,0 31,0 31,0 32,8 30,3 29,8 32,8 30,5 30,8 34,8 31,8 31,3
Pagi 70 68 71 71 68 73 62 61 64 60 59 64 72 70 73 61 59 63 64 57 67 65,6
Kelembaban (%) Siang Sore 48 52 41 50 52 54 52 54 42 51 56 57 45 50 43 49 47 54 45 53 41 45 49 52 45 52 44 47 47 53 45 54 40 49 47 55 40 53 32 49 50 56 45,3 51,9
Rataan 56,7 53,0 59,0 59,0 53,7 62,0 52,3 51,0 55,0 52,7 48,3 55,0 56,3 53,7 57,7 53,3 49,3 55,0 52,3 46,0 57,7 54,2
THI 26,7 28,5 27,3 27,1 29,9 27,3 28,7 29,8 28,2 27,4 29,6 28,2 28,3 29,7 27,7 27,0 29,4 27,8 27,8 31,0 29,1 28,4 60
61
3.3.
Konsep Tata Hijau Dari ketujuh sekolah yang diteliti SMAN 42 Jakarta memiliki lanskap
sekolah yang paling ideal. Dengan daerah sekitar sekolah yang dikelilingi oleh Komplek Lapangan Udara Halim Perdana Kusuma yang banyak memiliki Ruang Terbuka Hijau menjadikan lingkungan di dalam sekolah memiliki tingkat kenyamanan yang cukup untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Data hasil pengukuran THI juga menunjukkan indeks kenyamanan termal pada lingkungan SMAN 42 Jakarta menunjukkan angka 27,1 yang berarti tingkat kenyamanan masuk dalam kategori nyaman. Penggunaan ruang pada SMAN 42 Jakarta juga telah sesuai dengan peraturan Dinas Pekerjaan Umum yang mensyaratkan penggunaan Ruang Terbangun (RB) dan Ruang Terbuka (RB) sebesar 40% dan 60%. Secara spesifik penggunaan ruang pada SMAN 42 Jakarta adalah RB 3.597 m2 (38,9%), RTB 2.024 m2 (21,9%), RTH 3.629 m2 (39,2%), dengan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) 38,9%. Dengan penggunaan ruang tersebut, SMAN 42 Jakarta mampu meningkatkan nilai indeks kenyamanan (THI) hingga batas nyaman untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. Tata letak sekolah pada SMAN 42 juga memiliki andil yang cukup besar dalam meningkatkan nilai indeks kenyamanan (THI). Tata letak yang menyerupai huruf U dengan lapangan sebagai pusatnya memberikan kesan luas pada lingkungan sekolah. Penanaman pohon penanung pada sisi lapangan memberikan kenyamanan bagi siswa yang sedang belajar di dalam kelas ataupun yang sedang berolah raga di lapangan karena bayangan dari pohon penaung mampu menghalau panas yang berlebih dari matahari. Pada SMAN 42 Jakarta juga terdapat hutan sekolah yang ditanami pohon tinggi yang berfungsi sebagai penaung. Keberadaan hutan sekolah ini selain mampu meningkatkan nilai indeks kenyamanan (THI) juga dapat menjadi sarana/media edukatif yang baik bagi para siswa. Dengan tingginya tingkat kenyamanan maka model sekolah yang ideal untuk Jakarta Timur adalah SMAN 42 Jakarta. Dengan pembagian fungsi dan presentase luas ruang beserta aktivitas dan fasilitasnya dapat dilihat pada Tabel dan konsep ruang dapat dilihat pada Gambar.
62
Gambar 20. Konsep Pembagian Ruang dalam sekolah
Tabel 29. Pembagian Ruang, Alokasi ruang, Aktifitas dan Fasilitas Pembagian Ruang Fungsi Ruang Alokasi Ruang (%) Edukatif 27
Ruang Terbangun (RB)
Peribadatan
7
Kesiswaan
5
Penerima
1
Sirkulasi-parkir
10
Ruang Terbuka Terbangun (RTB) Rekreasi-lapangan
Ruang Terbuka Hujau (RTH)
27
Penyangga Rekreasi
13 9
Penerima
1
Aktifitas Belajar, diskusi Beribadah, wudhu, diskusi, duduk-duduk Diskusi, ajang kreatifitas Datang dan pergi, menjaga keamanan Berjalan, berkendaraan, memarkir Berolahraga, upacara, latihan ekskul Pasif, viewing, belajar Makan, minum, duduk-duduk, viewing, menonton pertandingan olahraga, belajar Pasif
Fasilitas Ruang kelas, ruang guru, kantor kepala sekolah Mushalla, tempat wudhu Ruang serba guna, papan pengumuman Gerbang, pos keamanan, meja piket, identitas sekolah Parkir, jalan setapak, pergola Lapangan olahraga dan upacara Arboretum, tembok, parit Taman, bangku taman
Taman
63
Entrance
21
64