BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1. Aspek Geografis Dan Demografis Aspek geografis dan demografis merupakan aspek kondisi kewilayahan yang mutlak diperhatikan sebagai ruang dan subyek pembangunan. Dari uraian ini diharapkan dapat terpetakan potensi, isu-isu strategis dan permasalahan pembangunan yang dihadapi Kabupaten Parigi Moutong saat ini dan 5 (lima) tahun mendatang. 2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah a). Luas dan Batas Wilayah Administrasi Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Parigi Moutong tahun 2013, Kabupaten Parigi Moutong memiliki luas 6.231,85 km2 terdiri dari 22 Kecamatan (Tahun 2012). Wilayah ini terbentang dari Kecamatan Sausu (wilayah paling Selatan) sampai di Kecamatan Moutong (wilayah paling Utara). Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Tinombo yaitu 638,62 km2 dan yang terkecil adalah Kecamatan Parigi yaitu 23,50 km2. Secara lebih jelasnya data luas wilayah setiap Kecamatan di Kabupaten Parigi Moutong dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan Di Kabupaten Parigi Moutong tahun 2013 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Kecamatan Sausu Torue Balinggi Parigi Parigi Selatan Parigi Barat Parigi Utara Parigi Tengah Ampibabo Kasimbar Toribulu Siniu Tinombo Tinombo Selatan Tomini
Ibukota Kecamatan Sausu Torue Balinggi Masigi Dolago Parigimpu’u Toboli Binangga Ampibabo Kasimbar Toribulu Siniu Tinombo Maninili Tomini
Luas (Km²) 410,32 275,84 223,88 23,50 396,42 118,29 98,63 75,10 191,44 280,78 212,38 118,96 638,62 379,81 216,38
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
Persentase 6,58 4,43 3,59 0,38 6,36 1,90 1,58 1,21 3,07 4,51 3,41 1,91 10,25 6,09 3,47
II-1
No. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
Ibukota Kecamatan Mepanga Pangana Palasa Palasa Moutong Moutong Bolano Lambunu Lambunu Taopa Taopa Bolano Bolano Ongka Malino Ongka Parigi Moutong Kecamatan
Luas Persentase (Km²) 207,10 3,32 613,16 9,84 581,01 9,32 382,47 6,14 243,26 3,90 164,26 2,64 380,24 6,10 6.231,85 100
Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2011–2013, Data Sulawesi Tengah.
Secara data detail aspek wilayah di Kabupaten Parigi Moutong menurut Kecamatan, diuraikan sebagai berikut: Sausu : Luas wilayah 410.32 km2 atau 6,58% dari total wilayah Kabupaten yang berjarak 52 km dari Ibukota Kabupaten dengan Ibukota Kecamatan di Sausu; Torue
Balinggi
Parigi
Parigi Selatan Parigi Barat
Parigi Utara
: Berjarak 29 km dari Ibukota Kabupaten, memiliki luas wilayah 275,84 km2 atau 4,43% dari total wilayah Kabupaten dengan Ibukota Kecamatan di Torue; : Luas wilayah Kecamatan Balinggi seluas 223,88 km2, berjarak kurang lebih 33 km dari Ibukota Kabupaten dengan Ibukota Kecamatan di Balinggi; : Merupakan ibukota Kabupaten Parigi Moutong dengan Luas wilayah sebesar 23,50 km2 adalah Kecamatan yang memiliki luas wilayah terkecil di Kabupaten dengan Persentase luas wilayah sebesar 0,38% dengan Ibukota Kecamatan Kelurahan Masigi; : Luas wilayah 396,42 km2 atau 6,36% dari total luas wilayah Kabupaten yang berjarak 8 km dari Ibukota Kabupaten dengan Ibukota Kecamatan di Dolago; : Parigimpu’u adalah ibukota Kecamatan Parigi Barat dengan luas wilayah 118,29 km2 atau 1,90% dari total luas wilayah yang jarak 4 km dari Ibukota Kabupaten Parigi Moutong; : Luas wilayah 98,63 km2 atau 1,90% dari total luas wilayah Kabupaten Parigi Moutong berjarak 16 km dari Ibukota Kabupaten, dengan Ibukota Kecamatan di Toboli.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-2
Parigi Tengah
: Luas wilayah 75,10 km2 atau 1,21% dari total luas wilayah adalah ibukota Kabupaten yang berjarak 9 km dari Ibukota, dengan Ibukota Kecamatan di Binangga. Ampibabo : Memiliki jarak 44 km dari Ibukota Kabupaten dengan luas wilayah 191,44 km2 atau sebesar 3,07% dari total wilayah, dengan Ibukota Kecamatan di Ampibabo. Kasimbar
: Luas wilayah 280,78 km2, berjarak 86 km dari Ibukota Kabupaten, dengan Ibukota Kecamatan di Kasimbar.
Toribulu
: Luas wilayah 212,38 km2, berjarak 75 km dari Ibukota Kabupaten, dengan Ibukota Kecamatan di Toribulu
Siniu
: Luas wilayah 118,96 km2, berjarak 37 km dari Ibukota Kabupaten, dengan Ibukota Kecamatan di Siniu.
Tinombo
: Luas wilayah 638,62 km2, berjarak 167 km dari Ibukota Kabupaten, dengan Ibukota Kecamatan di Tinombo.
Tinombo Selatan
: Luas wilayah 379,81 km2, berjarak 113 km dari Ibukota Kabupaten, dengan Ibukota Kecamatan di Maninili.
Tomini
: Luas wilayah 216,38 km2, berjarak 200 km dari Ibukota Kabupaten, dengan Ibukota Kecamatan di Tomini.
Mepanga
: Luas wilayah 207,10 km2, berjarak 214 km dari Ibukota Kabupaten, dengan Ibukota Kecamatan di Mepanga.
Palasa
: Luas wilayah 613,16 km2, berjarak 285 km dari Ibukota Kabupaten, dengan Ibukota Kecamatan di Palasa.
Moutong
: Luas wilayah 581,01 km2, berjarak 290 km dari Ibukota Kabupaten, dengan Ibukota Kecamatan di Moutong.
Bolano Lambunu
: Luas wilayah 382,47 km2, berjarak 260 km dari Ibukota Kabupaten, dengan Ibukota Kecamatan di Lambunu.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-3
Taopa
: Luas wilayah 243,26 km2, berjarak 278 km dari Ibukota Kabupaten, dengan Ibukota Kecamatan di Taopa.
Bolano
: Luas wilayah 164,26 km2, berjarak 255 km dari Ibukota Kabupaten, dengan Ibukota Kecamatan di Bolano.
Ongka Malino
: Luas wilayah 380,24 km2, berjarak 240 km dari Ibukota Kabupaten, dengan Ibukota Kecamatan di Ongka.
Merujuk pada data yang tersaji di atas, Kabupaten Parigi Moutong merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah, Secara administratif wilayah Kabupaten Parigi Moutong pada tahun 2013 memiliki luas wilayah sebesar 6,231.85 km2 atau sebesar 9,54% dari total wilayah Provinsi Sulawesi Tengah terdiri dari 22 Kecamatan dan kemudian memekarkan kecamatan menjadi 23 kecamatan (kecamatan terakhir adalah Kecamatan Sidoan) dengan 220 berstatus desa dan 5 berstatus kelurahan. Adapun batas-batas wilayah sebagai berikut :
b). Letak dan Kondisi Geografis Letak strategis Kabupaten Parigi Moutong terletak di pesisir Timur Pulau Sulawesi yang membentang sepanjang Teluk Tomini yang secara geografis terletak pada posisi 2°22 Lintang Utara dan 3°48 Lintang Selatan, serta 119°22 dan 124°22 Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Parigi Moutong yang jaraknya relatif dekat dengan Kota Palu sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah merupakan peluang bagi Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong untuk meningkatkan berbagai aspek kehidupan masyarakat, terutama peningkatan kesejahteraan masyarakat. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-4
KEC. SAUSU
Gambar 2.1 Peta Wilayah Kabupaten Parigi Moutong c). Topografi Menurut karakteristik topografinya, permukaan tanah Kabupaten Parigi Moutong cenderung datar sebagaimana sebagian wilayah provinsi Sulawesi Tengah yang terletak di kawasan pesisir pantai dengan ketinggian antara 0-28 meter di atas permukaan laut (mdpal). Ketinggian 0-15 mdpal yaitu Kecamatan Parigi, Torue, Balinggi, Parigi Barat, Parigi Utara, Parigi Tengah, Ampibabo, Kasimbar, Toribulu, Siniu, Tinombo, Tinombo Selatan, Tomini, Mepanga, Palasa, Moutong dan Kecamatan Taopa. Adapun daerah lainnya memiliki ketinggian antara 16 mdpal hingga 28 mdpal adalah Kecamatan Sausu, Parigi Selatan, Bolano Lambunu, Bolano dan Ongka Malino. Kabupaten Parigi Moutong merupakan dataran berombak lembut. Daerah Tomini sampai Moutong memiliki topografi berupa dataran yang cenderung berombak-ombak diselingi bagian yang berbukit. Luas dataran menjadi 3 bagian yaitu 2 bagian dataran rendah yang dipisahkan oleh satu bagian dataran tinggi. Daerah Ampibabo sampai Donggulu, topografi tanahnya mulai datar sampai berombak. Daerah Tambarana, topografi tanahnya bertekstur datar sampai dengan berombak kasar. Keadaan topografi dengan luas kemiringan lahan rata-rata: a. Datar (0-8)% = 146.134 Ha. b. Bergelombang (8-15)% = 60.443 Ha. c. Curam (15-45)% =142.186 Ha. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-5
d. Sangat curam ( >45)% = 1.97 Ha. Hasil landform wilayah Kabupaten Parigi Moutong terdiri dari dataran rendah dan perbukitan serta pegunungan yang membentang sepanjang pantai dari Utara sampai Selatan dengan ketinggian rata-rata 15 -375 m di atas permukaan laut. d). Geologi Sumber daya alam yang dimiliki Kabupaten Parigi Moutong belum dikelola dengan baik, penanganan masalah pengelolaan sumberdaya alam harus segera dilakukan agar hasilnya dapat bermanfaat bagi masyarakat dan keseimbangan alam dapat dipelihara dengan baik. Sektor pertambangan merupakan sumberdaya alam yang sampai sekarang belum dimanfaatkan dengan baik guna meningkatkan pendapatan masarakat. Sumberdaya alam terutama tambang yang sudah dimanfaatkan di Kabupaten Parigi Moutong adalah endapan emas yang berupa endapan sedimenter yang berada di sekitar hulu sungai. Tambang ini diusahakan oleh masyarakat dan masih dilakukan secara tradisional. Beberapa potensi pertambangan logam, non logam maupun batuan yang ada di wilayah Kabupaten Parigi Moutong meliputi: a) Batu bara, merupakan proses pengendapan tumbuhtumbuhan yang tertimbun dan mengalami proses pengawetan dalam pengaruh tekanan serta temperatur yang cukup tinggi dan dalam waktu lama. Batu bara dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi/bahan bakar. Lokasi bahan galian di Bukit Malino Besar, Dusun Despot Swakarsa Desa Ongka di Kecamatan Bolana Lambunu. Dari hasil analisa Grab sampling memiliki nilai kalori 1820 Kkal. b) Emas dan mineral pengikut, dengan luas kurang lebih 97.091 Ha diarahkan di Kecamatan Moutong, Taopa, Palasa, Ampibabo, Sausu, Parigi Barat, Toribulu, Kasimbar dan Tinombo Selatan. Emas (Au) dan Perak (Ag), merupakan hasil proses yang dierosi dan diendapkan oleh sungai-sungai berupa endapan aluvial. Emas dan perak termasuk dalam golongan mineral logam-logam berharga atau The Precious Metals. Jenis mineral bijihnya dapat berupa emas murni atau native-gold. Terdapatnya emas di Kabupaten Kabupaten Parigi Moutong berada dalam tubuh batuan dan endapan aluvial yang berasosiasi dengan mineral perak. Tambang ini diusahakan oleh masyarakat dan masih dilakukan secara tradisional. Lokasi yang diindikasikan terdapat emas dan perak di Kabupaten Kabupaten Parigi Moutong adalah di: (a) Sungai Mentawa Sausu, Sungai Torue dan Sungai Dolago Kecamatan Sausu; (b) Sungai Tombi Ampibabo, Kecamatan Ampibabo; (c) Sungai Tamborong Siaga Maninili, Sungai Tada, Sungai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-6
Marantasi Kecamatan Tinombo; (d) Sungai Moutong Kecamatan Moutong; (e) Sungai Gangga-Lemusa, Sungai Uwelutu Binangga Kecamatan Parigi; dan (f) Sungai Bugis Swakarsa Wanagading, Perbukitan Gunung Sari, Perbukitan Santigi Kecamatan Bolano Lambunu. c) Biji besi dengan luas lahan kurang lebih 41.247 Ha di Kecamatan Tinombo Selatan, Bolano Lambunu, Toribulu dan Sausu. Biji Besi (Magnetit dan Hematit), merupakan endapan konsentrasi residu besi. Proses pelapukan kimia yang cukup kuat terhadap suatu batuan dapat menghasilkan suatu endapan (Konsentrasi) residu (sisa). Makin lama residu yang tertinggal di tempat asal akan terus terakumulasi, sehingga kemurnian dan nilai komersil tercapai, karena unsur-unsur yang tidak dikehendaki meninggalkan tempat. d) Timah hitam/galena dengan luas kurang lebih 20.116 Ha yang tersebar di Kecamatan Ampibabo dan Toribulu; e) Sekis hijau/marmer/geneis/batu poles, luas kurang lebih 50 Ha diarahkan di Kecamatan Palasa, Tomini dan Bolano Lambunu. Secara geoligis batuan ini terbentuk akibat proses metamorfosis yang berubah batuan asalnya menjadi metamorf. Batuan asal bisa berupa batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf itu sendiri yang mengalami perubahan karena pengaruh tekanan dan temperatur tinggi. Penyebaran kelompok batuan metamorf ini dan corak warna serta fisiknya adalah sebagai berikut: (a) Sekis Klorit (Marmer hijau), lokasi: pebukitan Ogomojolo Lambori Palasa dan Tingkulan sampai Tomini Kecamatan Tomini. Corak: hijau muda sampai hijau tua dan merah kecoklatan; (b) Sekis Mika (Abu-abu), Lokasi: Pebukitan Ogotumubu, Ambesia, Tilung, Ogobayas Kecamatan Tomini dan Pebukitan Papau Moutong; (c) Geneis, Lokasi: Pebukitan Marantale Kecamatan Ampibabo dan Pebukitan Parigimpu’u Kecamatan Parigi, Corak warna: Kecoklatan strip putih kotor. f) Pasir batu kerikil (sirtukil) seluas 42 Ha, tersebar pada seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten. Pasir dan batu terdapat pada hampir semua sungai di setiap desa dan kecamatan di Kabupaten Kabupaten Parigi Moutong yaitu: (a) Kecamatan Sausu: Sungai Torono, Sungai Sausu Trans, Sungai Torue, Sungai Tindaki dan Sungai Mouti; (b) Kecamatan Parigi: Sungai Dolago, Sungai Baliara, Sungai Lemusa, Sungai Bambalemo, Sungai Binangga dan Sungai Pelawa; (c) Kecamatan Ampibabo: Sungai Towera, Sungai Tombi, Tapoya, dan Sungai Marantale; (d) Kecamatan Tinombo: Sungai Tinombo, Sungai Bainaa, Sungai Sidoan, Sungai Sigenti, dan Sungai Tada; (e) Kecamatan Kasimbar: Sungai Toribulu dan Sungai Kasimbar; (f) Kecamatan Tomini: Sungai Bobalo, Sungai Palasa, Sungai Lambori, Sungai Tomini, Sungai Mensung, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-7
Sungai Moubang dan Sungai Ogobayas, Sungai Tilung dan Sungai Ogotumubu; (g) Kecamatan Moutong dan Bolano Lambunu: Sungai Lobu, Sungai Taopa, Sungai Lambunu, Sungai Ongka, Sungai Kayu Agung. Lokasi yang terindikasi terdapat emas dan perak di Kabupaten Kabupaten Parigi Moutong adalah (a) Sungai Mentawa Sausu, Sungai Torue dan Sungai Dolago Kecamatan Sausu; (b) Sungai Tombi Ampibabo Kecamatan Ampibabo; (c) Sungai Tamborong Siaga Maninili, Sungai Tada, Sungai Marantasi Kecamatan Tinombo; (d) Sungai Moutong Kecamatan Moutong; (e) Sungai Gangga-Lemusa, Sungai Uwelutu Binangga Kecamatan Parigi; dan (f) Sungai Bugis Swakarsa Wanagading, Perbukitan Gunung Sari, Perbukitan Santigi di Kecamatan Bolano Lambunu. Kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam juga banyak terdapat di sekitar lereng, dan perbukitan terutama dalam penggunaan lahan untuk Pertanian atau Perkebunan masyarakat. Disamping itu, penggunaan lahan untuk Pertanian di lereng-lereng yang lebih 45% masih di tanami oleh penduduk dengan tanaman semusim yang akan mengkibatkan erosi dan longsor. Kondisi ini dapat dijumpai antara lain di kecamatan Kasimbar, dan Ampibabo. e). Hidrologi Kabupaten Parigi Moutong memiliki beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS). Tingginya sedimentasi, berkurangnya jumlah dan debit mata air, serta semakin meluasnya wilayah bukaan di bagian hulu. Kondisi DAS menunjukkan besar mengalami degradasi, sehingga diperlukan rehabilitasi. Ketersediaan DAS sangat mendukung dalam pengembangan Pertanian melalai Daerah Irigasi (DI). Secara umum DAS terdapat pada kecamatan serta nama sungai di Kabupaten Parigi Moutong dijelaskan sebagaimana berikut: Kecamatan Sausu: Sungai Torono, Sungai Sausu Trans, Sungai Torue, Sungai Tindaki dan Sungai Mouti. Kecamatan Parigi: Sungai Dolago, Sungai Baliara, Sungai Lemusa, Sungai Bambalemo, Sungai Binangga dan Sungai Pelawa. Kecamatan Ampibabo: Sungai Towera, Sungai Tombi, Tapoya dan Sungai Marantale Kecamatan Tinombo: Sungai Tinombo, Sungai Bainaa, Sungai Sidoan, Sungai Sigenti dan Sungai Tada. Kecamatan Kasimbar: Sungai Toribulu dan Sungai Kasimbar Kecamatan Tomini: Sungai Bobalo, Sungai Palasa, Sungai Lambori, Sungai Tomini, Sungai Mensung, Sungai Moubang dan Sungai Ogobayas, Sungai Tilung dan Sungai Ogotumubu. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-8
Kecamatan Moutong dan Bolano Lambunu: Sungai Lobu, Sungai Taopa, Sungai Lambunu, Sungai Ongka, Sungai Kayu Agung. f). Klimatologi Kabupaten Parigi Moutong mengalami musim panas dan musim hujan. Musim panas terjadi antara bulan April-September, sedangkan musim hujan terjadi pada bulan Oktober-Maret. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April yaitu 125 mm dan diikuti pada bulan November 115 mm, curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli dan Oktober yaitu 2 mm, dan rata-rata curah hujan mencapai 50,42 mm/bulan. Kecepatan angin ratarata berkisar antara 5 hingga 7 knots dan kecepatan angin maksimum mencapai 15 hingga 21 knots. Arah angin terbanyak pada tahun 2009 berada pada posisi 315o. Hasil pencatatan suhu udara pada Laboratorium Pertanian Dolago Kabupaten Parigi Moutong pada tahun 2012 bahwa ratarata suhu udara adalah 27,7°C. Suhu udara terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu sebesar 26,7°C, sedangkan bulan-bulan lainnya suhu udara berkisar antara 26,7-28,8°C. Kelembaban udara rata- rata tertinggi terjadi pada bulan April yang mencapai 80%, sedangkan kelembaban udara terendah terjadi pada bulan Juni dan Agustus yaitu 82%. Curah hujan tertinggi yang tercatat pada Laboratorium Pertanian Dolago Kabupaten Parigi Moutong tahun 2012 terjadi pada bulan Juni yaitu 123,0 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada Maret yaitu 11,7 mm. Sementara itu kecepatan angin pada tahun 2010 rata-rata 3,7 knots. Arah angin pada tahun 2010 masih berada pada posisi yang sama dengan tahun sebelumnya yaitu datang dari posisi utara. Secara lengkap tersaji pada Tabel 2.2 berikut; Tabel 2.2 Keadaan Curah Hujan dan Hari Hujan Menurut Bulan Tahun 2012 Jumlah Hujan Curah Hujan No. Kecamatan (Hari) (mm) 1. Januari 8 99 2. Pebruari 10 122 3. Maret 19 122 4. April 15 227 5. Mei 21 164 6. Juni 19 331 7. Juli 18 214 8. Agustus 19 223 9. September 18 272 10. Oktober 16 247 11. Nopember 19 323
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-9
No.
Kecamatan
12. Desember Rata-Rata Tahun 2012
Jumlah Hujan (Hari) 11 16,08
Curah Hujan (mm) 38 198,50
Sumber: Kabupaten Parigi Moutong dalam Angka Tahun 2013
Kabupaten Parigi Moutong beriklim tropis yang dipengaruhi oleh iklim musim dengan curah hujan rata-rata dibawah 1.000 mm per tahun. Suhu udara berkisar antara 27°C sampai 36°C dengan kelembaban antara 78% pada musim hujan dan 70% pada musim kemarau. g). Penggunaan lahan Lahan di Kabupaten Parigi Moutong terdiri dari lahan kering dan lahan basah. Lahan basah sebagian besar digunakan untuk sawah, sementara lahan kering digunakan untuk lahan Pertanian, perkebunan, kehutanan, industri, perumahan dan bangunan lainnya. Rencana Pola Ruang Kota mencakup rencana pengembangan kawasan lindung dan kawasan budi daya pada wilayah daratan seluas ± 39.504 ha dan wilayah laut seluas ± 10.460 ha. Klasifikasi pola ruang wilayah Kabupaten Parigi Moutong terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budidaya, sebagai berikut: g.1) Kawasan Budidaya Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan. Adapun rincian luas kawasan budi daya yang tersebar dalam wilayah Kabupaten Parigi Moutong adalah sebagai berikut: Kawasan Hutan Produksi yang meliputi; 1) Hutan Produksi Terbatas seluas kurang lebih 110.008 Ha tersebar di Kecamatan Sausu, Balinggi, Torue, Parigi Selatan, Parigi Barat, Parigi Utara, Siniu, Ampibabo, Toribulu, Kasimbar, Tinombo Selatan, Tinombo, Palasa, Bolano Lambunu, Taopa dan Moutong; 2) Hutan Produksi Tetap seluas kurang lebih 21.805 Ha yang tersebar di Kecamatan Sausu, Balinggi, Torue, Parigi Selatan, Siniu, Tinombo dan Mepanga; dan 3) Kawasan Hutan Produksi yang dapat dikonversi seluas kurang lebih 16.056 Ha tersebar di Kecamatan Sausu, Siniu dan Ampibabo. Kawasan Peruntukan Pertanian, meliputi; 1) Kawasan Pertanian Lahan Basah seluas kurang lebih 52.048 Ha di Kecamatan Sausu, Balinggi, Torue, Parigi Selatan, Parigi Barat, Parigi, Siniu, Ampibabo, Kasimbar, Toribulu, Tinombo Selatan, Tomini, Palasa, Taopa, Mepanga, Bolano Lambunu dan Moutong; 2) Kawasan Pertanian Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-10
Lahan Kering seluas kurang lebih 87.172 Ha tersebar pada semua Kecamatan di Kabupaten. Kawasan Peruntukan Perkebunan, meliputi; (1) Kawasan Pengembangan Kakao mencapai kurang lebih 65.439 Ha tersebar pada wilayah Kecamatan Sausu, Balinggi, Torue, Parigi Selatan, Parigi Utara, Parigi Barat, Parigi Tengah, Siniu, Ampibabo, Toribulu, Kasimbar, Tinombo Selatan, Tinombo, Palasa, Tomini, Mepanga, Bolano Lambunu, Taopa dan Moutong; (2) Kawasan Pengembangan Tanaman Kelapa seluas kurang lebih 27.328 Ha, tersebar pada wilayah Kecamatan Sausu, Balinggi, Torue, Parigi Selatan, Parigi Utara, Parigi Barat, Parigi, Parigi Tengah, Siniu, Ampibabo, Toribulu, Kasimbar, Tinombo Selatan, Tinombo, Palasa, Tomini, Mepanga, Bolano Lambunu, Taopa dan Moutong; (3) Kawasan Pengembangan Tanaman Cengkeh seluas kurang lebih 3.331 Ha, tersebar pada wilayah Kecamatan Ampibabo, Parigi Utara, Parigi Selatan, Kasimbar, Tinombo, Tinombo Selatan, Tomini, Palasa dan Bolano Lambunu dan 4) Kawasan Pengembangan Tanaman Perkebunan Lainnya seluas kurang lebih 2.117 Ha, yang tersebar di seluruh Kecamatan. Kawasan Peruntukan Perikanan, di sepanjang pesisir pantai Teluk Tomini, wilayah perairan Teluk Tomini serta wilayah daratan untuk perikanan darat terutama pada wilayah Kecamatan Sausu, Torue, Parigi Selatan, Kecamatan Ampibabo, Kasimbar, dan Bolano Lambunu. Kawasan Peruntukan Industri, meliputi; kawasan peruntukan industri besar yang berada pada Kecamatan Parigi Utara seluas kurang lebih 98 Ha dan Kecamatan Moutong sebagai pendukung kawasan strategis nasional KAPET Palapas; Kawasan Peruntukan Industri Kecil dan Agro Industri yang berada pada semua Kecamatan di Kabupaten Parigi Moutong. Kawasan Peruntukan Pertambangan, yaitu; 1) mineral logam, antara lain; emas dan mineral pengikut, dengan luas kurang lebih 97.091 Ha diarahkan di Kecamatan Moutong, Taopa, Palasa, Ampibabo, Sausu, Parigi Barat, Toribulu, Kasimbar dan Tinombo Selatan; biji besi dengan luas lahan kurang lebih 41.247 Ha di Kecamatan Tinombo Selatan, Bolano Lambunu, Toribulu dan Sausu; timah hitam/galena dengan luas kurang lebih 20.116 Ha yang tersebar di Kecamatan Ampibabo dan Toribulu; luas lahan pencadangan mineral logam sebesar kurang lebih kurang lebih 40.000 Ha yang tersebar hampir di seluruh Kecamatan yang ada. 2) mineral non logam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-11
dengan luas lahan pencadangan sebesar kurang lebih 5.000 Ha yang tersebar pada beberapa Kecamatan. 3) batuan, meliputi; sekis hijau/marmer/geneis/batu poles, luas kurang lebih 50 Ha diarahkan di Kecamatan Palasa, Tomini dan Bolano Lambunu; pasir batu kerikil (sirtukil) seluas 42 Ha, tersebar pada seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten; dan luas lahan pencadangan wilayah sebesar kurang lebih 250 Ha. tersebar di beberapa Kecamatan Kawasan Peruntukan Pariwisata, terdiri atas; 1) Kawasan Pariwisata Alam, meliputi: Pulau Rosita Kecamatan Sausu, Pantai Tumpapa Kecamatan Balinggi, Pantai Nalera Uwevolo Kecamatan Siniu, Pantai Nadoli Silanga Kecamatan Siniu, Pasir Putih Sidoan, Pasir Putih Ongka Kecamatan Bolano Lambunu, dan Pantai Moian Palapi; 2) Kawasan Pariwisata Buatan, meliputi; Bambalemo Beach Kecamatan Parigi, kawasan pariwisata hortikultura Kecamatan Torue. Kawasan Ternak Kabupaten antara lain; 1) Kawasan Ternak Sapi, kerbau, kuda, kambing dan ayam diarahkan pada semua Kecamatan di Kabupaten; 2) Kawasan Ternak Babi diarahkan di Kecamatan Sausu, Balinggi, Torue dan Kecamatan Tinombo. g.2) Kawasan Lindung Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Luas kawasan lindung tersebar di wilayah Kabupaten Parigi Moutong seluas ± 214.596 ha yang terdiri atas Hutan Lindung, Kawasan Suaka Alam/Cagar Alam, Hutan Mangrove, Sungai dan Danau dengan rincian sebagaimana berikut; Hutan Lindung seluas 148.690 Ha atau 69,29%; Kawasan Suaka Alam/Cagar Alam seluas 56.131 Ha atau 26,16%; Hutan Mangrove seluas 6.791 ha atau 3,16%; Sungai seluas 2.867 Ha atau 1,39%; Danau seluas 117 Ha atau 0,05%. 2.1.2. Potensi Pengembangan Kawasan Perbedaan kondisi geografis wilayah mengakibatkan perbedaan sumber daya alam yang dimiliki, sehinga berdampak pada perbedaan komoditi unggulan yang diusahakan di setiap Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-12
wilayah. Oleh karena itu Kabupaten Parigi Moutong memiliki banyak komoditi unggulan yang dihasilkan oleh masing-masing wilayah, baik dari Sektor petanian maupun dari Sektor industri pengolahan yang memanfaatkan bahan baku hasil Pertanian. a). Pertanian Sektor Pertanian merupakan sektor paling dominan di Kabupaten Parigi Moutong. Sektor ini memberikan kontribusi lebih dari 50% tiap tahunnya dalam perekonomian daerah. Sub Sektor yang paling besar kontribusinya adalah Sub-Sektor Tanaman Bahan Makanan. Nilai Tambah Bruto (NTB) Sektor ini mencapai lebih dari Rp1,67 triliun pada tahun 2012, atau lebih 20% NTB seluruh Sektor ekonomi. Komoditi‐komoditi yang termasuk dalam sub sektor ini adalah padi, palawija (jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar) dan hortikultura (sayur‐sayuran dan buah‐buahan). Komoditi Sektor Pertanian Kabupaten Parigi Moutong pada tahun 2012 yang salah satunya adalah padi meliputi; tanaman padi sawah dengan luas Panen sebesar 54.603 hektar dengan jumlah produksi mencapai 261.768 ton. Sementara produksi tanaman padi ladang dengan luasan lahan sebesar 356 hektar dengan jumlah produksi gabah yang dihasilkan sebanyak 1.269 ton. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa produktivitas padi sawah dan padi ladang di Kabupaten Parigi Moutong hingga tahun 2012 sebanyak 83,67 Kwintal/Hektar. Pada tahun 2012, hasil produksi tanaman jagung di Kabupaten Parigi Moutong mencapai 15.460 ton, dengan luas panen sebesar 4.344 hektar. Angka tersebut menurun dibanding tahun sebelumnya, yakni produksi tanaman jagung seluas 7.989 Ha dengan total produksi sebesar 31.866 ton. Secara detail data produktivitas komoditi‐komoditi yang termasuk dalam Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan (padi, palawija) disajikan pada Tabel 2.3 berikut: Tabel 2.3 Produktivitas Tanaman Padi dan Palawija Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Tahun Jenis No. Tanaman 2008 2009 2010 2011 2012 1. Padi 51,94 51,77 54,46 52,42 83,67 2. Jagung 38.44 37,92 39,88 39,89 35,59 3. Kedelai 13,23 14,45 14,46 16,91 16,98 4. Kacang Tanah 18,62 18,28 17,90 17,39 16,17 5. Kacang Hijau 8,61 8,64 8,68 8,89 9,06 6. Ubi Kayu 171,89 189,12 193,11 204,17 200,72 7. Ubi Jalar 103,52 105,83 108,12 110,06 107,82 Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-13
Selain kelompok tanaman bahan pangan yang dicakup dalam sajian ini tidak hanya meliputi tanaman padi dan palawija juga disajikan produksi sayur-sayuran dan buah-buahan. Kelompok tanaman sayuran yang diproduksi sebanyak 19 (sembilan belas) macam yaitu; Bawang Merah, Bawang daun, Kubis, Kembang kol, Petsai/Sawi, Wortel, Kacang Panjang, Cabe Besar, Cabe Rawit, Tomat, Terung, Buncis, Ketimun, Labu Siam, Kangkung, Bayam, Melon, Semangka dan Blewah. Data produksi tanaman sayur-sayuran pada tahun 2012 baik dari sisi luas panen, produktivitas, maupun produksinya sebagaimana pada tabel 2.4 berikut. Tabel 2.4 Luas, Produksi dan Produktivitas Tanaman Sayur Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2012 Luas Panen Produksi Produktivitas No. Jenis Sayuran (Ha) (Kw) (Kw/Ha) 1. Bawang Merah 255 7.545 30 2. Bawang daun 1 42 42 3. Kubis 6 266 44 4. Kembang kol 5 145 29 5. Petsai/Sawi 56 1.896 34 6. Wortel 8 283 35 7. Kacang Panjang 224 7.987 36 8. Cabe Besar 112 2.703 24 9. Cabe Rawit 508 24.024 47 10. Tomat 345 15.377 45 11. Terung 179 6.873 38 12. Buncis 7 362 52 13. Ketimun 79 2.754 35 14. Labu Siam 18 551 31 15. Kangkung 157 8.561 55 16. Bayam 97 1.798 19 17. Melon 32 1.101 34 18. Semangka 106 4.821 45 19. Blewah 1 35 35 Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2013
Tanaman buah-buahan yang diproduksi di Kabupaten Parigi Maotong terdiri atas 23 (dua puluh tiga) antara lain Alpukat, Belimbing, dan Langsat. Data produktivitas luas lahan dan produksi tanaman buah-buahan di Kabupaten Parigi Moutong disajikan pada Tabel 2.5 berikut. Tabel 2.5 Luas, Produksi dan Produktivitas Tanaman Buah-buahan Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2012
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-14
No.
Jenis Tanaman Buah-Buahan
Tanaman yang menghasilkan (Pohon)
1. Alpukat 2.477 2. Belimbing 383 3. Langsat 4.545 4. Durian 41.149 5. Jambu Biji 1.052 6. Jambu Air 1.047 7. Jeruk Siam 139.809 8. Jeruk besar 357 9. Mangga 15.861 10. Manggis 694 11. Nangka 12.242 12. Nanas 10.651 13. Pepaya 17.972 14. Pisang 67.873 15. Rambutan 38.997 16. Salak 2.037 17. Sawo 1.147 18. Sirsak 345 19. Sukun 801 20. Anggur 23 21. Melinjo 379 22. Petai 647 23. Jengkol 339 Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2013
Produksi (Kw)
Produktivitas (kg/Phn)
4.483 432 8.011 74.078 690 1.176 185.638 1.064 40.293 1.511 24.521 841 20.525 57.972 42.160 428 1.917 145 1.271 7 195 700 413
180,99 112,79 176,26 180,02 65,59 112,32 132,78 298,04 254,04 217,72 200,30 7,90 114,21 85,41 108,11 21,01 167,13 42,03 158,68 30,43 51,45 108,19 121,83
b). Peternakan Potensi Sub-Sektor Peternakan di Kabupaten Parigi Moutong terdiri atas ternak besar (Kerbau, Sapi, Kuda) dan ternak kecil (Kambing dan Babi). Pada tahun 2012 populasi ternak baik ternak besar maupun ternak kecil dimana populasi terbesar adalah ternak kambing sebanyak 32.231 ekor, ternak Sapi sebanyak 26.287 ekor dan Babi 25.475 ekor. Angka tersebut mengalami peningkatan dibanding tahun 2011, sebagaimana terlihat pada Tabel 2.6 berikut. Tabel 2.6 Populasi Ternak Besar dan Kecil Di Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008-2012 Tahun 2008 2009 2010 2011 2012
Sapi 19.639 26.188 24.793 24.277 26.287
Ternak Besar Kerbau 60 61 34 45 51
Kuda 321 302 324 326 328
Ternak Kecil Kambing Babi 25.724 12.567 28.350 21.560 29.589 22.854 30.882 24.225 32.231 25.475
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-15
Sumber: BPS 2009-2013 (diolah kembali)
Sementara untuk populasi unggas di Kabupaten Parigi Moutong hingga tahun 2012 menurut data BPS tahun 2013, populasi unggas terbesar adalah Ayam Pedaging sejumlah 520.603 ekor, Ayam Buras 394.108 ekor, Ayam Ras Petelur 13.364 ekor dan itik 36.462 ekor. Dari keempat jenis unggas tersebut terjadi peningkatan yang signifikan kecuali jenis ayam buras yang populasinya menurun dari tahun sebelumnya. Data perkembangan populasi unggas di Kabupaten Parigi Moutong pada Tabel 2.7 berikut. Tabel 2.7 Jumlah Populasi Unggas Di Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008-2012 Unggas Ayam Ayam Ayam Pedaging Petelur Buras 2008 452.210 10.592 298.648 2009 362.900 12.581 320.091 2010 343.073 11.436 393.650 2011 367.707 12.407 452.698 2012 520.603 13.364 394.108 Sumber: BPS 2009-2013 (diolah kembali) Tahun
Itik 26.345 26.260 29.538 29.819 36.462
c). Perkebunan Perkebunan di Kabupaten Parigi Moutong termasuk Sub Sektor Pertanian yang mempunyai peranan besar terhadap pendapatan masyarakat. Jenis tanaman yang telah diusahakan oleh masyarakat antara lain tanaman Kelapa, Coklat, dan Cengkah. Luas Areal perkebunan Kakao pada tahun 2012 tercatat seluas 69.948 Ha, dengan hasil produksi mencapai 48.244 ton. Produksi Kakao tersebut sebagian besar terdapat di Kecamatan Sausu dan Kecamatan Bolano Lambunu. Areal perkebunan Kelapa pada tahun 2008 tercatat seluas 27.328 Ha, dan hasil produksinya mencapai 41.600 Ton. Produksi kelapa tersebut sebagian besar terdapat di Kecamatan Ampibabo dan Tomini. Perkebunan Cengkeh pada tahun 2008 tercatat seluas 3.330 Ha, sedangkan hasil produksinya mencapai 555,21 Ton. Produksi cengkeh tersebut sebagian besar terdapat di Kecamatan Tomini, Tinombo Selatan, dan Kasimbar. Produksi Komoditi perkebunan lainnya pada tahun 2008 adalah Jambu Mete (130 ton), Lada (9,6 ton), Pala (1,5 ton), Kemiri (8,9 ton) dan Kapuk (170,9 ton ) dan Panili (1,26 ton). Secara lengkap disajikan pada Tabel 2.8 berikut:
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-16
Tabel 2.8 Produksi Hasil Perkebunan Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008-2012 Produksi/Tahun (Ton) Jenis Komoditi 2008 2009 2010 2011 Kelapa 41.600 41.522 40.580 40.252 Cengkeh 555,21 591,00 635,63 2.256 Kakao 43.901 43.962 42.403 37.005 Kopi 129,44 123,85 11,00 96,00 Lada 9,60 10,70 11,00 2,00 Lainnya 421,73 534,36 774,00 Sumber: BPS 2009-2013 (diolah kembali)
2012 40.252 643 48.244 96 10 692
Pada tahun 2012, produksi perkebunan kelapa di Kabupaten Parigi Moutong sebesar 40.252 Ton dengan luas tanam sebanyak 27.33 Ha. Tanaman perkebunan kelapa tersebut semuanya adalah perkebunan milik masyarakat yang terdapat di sebagian wilayah Kecamatan, secara lengkap data tersebut disajikan pada Tabel 2.9 berikut: Tabel 2.9 Jumlah Luas Lahan Perkebunan Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2012 Luas Areal/Tahun (Hektar) Jenis Komoditi 2008 2009 2010 2011 2012 Kelapa 27.328 27.386 27.399 27.101 27.333 Cengkeh 3.330 3.466 3.576 4.009 3.629 Kakao 65.392 65.439 65.348 65.378 69.948 Kopi 327 376,50 371 357 358 Lada 62,63 50,03 49 43 43 Lainnya 1.345,45 1.555 2.254 1.806 Sumber: BPS 2009-2013 (diolah kembali)
Produksi perkebunan lainnya yang menjadi andalan Kabupaten Parigi Moutong adalah tanaman Kakao. Keseluruhan areal perkebunan tahun 2012 yang tercatat seluas 98.163 Ha, didominasi Kakao sebesar 65.391 Ha, kemudian tanaman kelapa seluas 27 328 Ha seluas cengkeh 3.330 Ha, sedangkan jenis tanaman lainnya di bawah 1.000 Ha. Data produktivitas tanaman perkebunan tahun 2008–2012 di Kabupaten Parigi Moutong dapat dilihat pada Tabel 2.10 berikut. Tabel 2.10 Produktivitas Tanaman Perkebunan Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2012 Jenis Luas Areal/Tahun (Hektar) Komoditi 2008 2009 2010 2011 2012 Kelapa 1,52 1,52 1,48 1,49 1,47 Cengkeh 0,17 0,17 0,18 0,56 0,18
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-17
Kakao Kopi Lada Lainnya
0,67 0,40 0,15 0,31
0,67 0,33 0,21 0,34
0,65 0,03 0,22 -
0,57 0,27 0,05 0,34
0,69 0,27 0,23 0,38
Sumber: BPS 2009-2013 (diolah kembali).
d). Perikanan Potensi perikanan di Kabupaten Parigi Moutong, yakni produksi dan pengembangan sektor diarahkan pada daerah Kawasan Pesisir Pantai Teluk Tomini. Kabupaten Parigi Moutong merupakan kawasan pesisir, sehingga untuk menyesuaikan potensi perikanan, pengembangan dan intensifikasi difokuskan pada semua kecamatan yang ada. Perkembangan produksi perikanan dari tahun ke tahun dilihat pada Gambar 2.2 berikut ini.
Sumber: BPS 2009-2013 (diolah kembali)
Gambar 2.2 Produksi Menurut Jenis Usaha Perikanan Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Pada gambar di atas terlihat produksi Perikanan di Kabupaten Parigi Moutong tahun 2012 tercatat sebesar 23.460 ton, yang mengalami kenaikan sebesar 2,73% dari tahun 2011 sebesar 22.821 ton. Produksi tersebut merupakan produksi perikanan laut secara keseluruhan, sedangkan perikanan darat tidak tersedia data yang akurat, sehingga disajikan hanya pada peningkatan produksi perikanan laut.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-18
e). Potensi Lahan Kabupaten Parigi Moutong e.1) Potensi Hutan dan Non Hutan Kawasan Hutan memiliki seluas sebesar 603.537 Ha mencakup antara lain Hutan Lindung seluas 148.690,54 Ha (24,64%), Hutan Cagar Alam dengan luas sebesar 56.431,57 Ha (9,35%), Hutan Produksi Terbatas seluas 23.555,99 Ha (3,90%), Hutan Produksi Tetap memiliki luasa 110.008,09 Ha (18,23%), Hutan Konversi seluas 14.306,47 Ha (2,37%) dan Areal Penggunaan Lain dengan luas sebesar 250.544,34 Ha atau 41,51% dari total kawasan hutan di Kabupaten Parigi Moutong. Kawasan non hutan merupakan pewilayahan komoditas sebagai suatu kesatuan fungsional kawasan yang mempunyai karakter kegiatan budidaya komoditi Pertanian tertentu, yang potensial dan prospektif dikembangkan lebih lanjut menjadi kawasan-kawasan sentral produksi. Aktifitas lain yang berkaitan dengan kegiatan Pertanian dan budidaya komoditas unggulan. Pewilayaan komoditas ditentukan atas dasar hasil penilaian kesesuaian lahan untuk berbagai komoditas unggulan, keadaan wilayah secara umum serta kondisi penggunaan lahan saat ini. Hasil analisis dari penggunaan lahan antara lain Perkebunan dengan luasan sebesar 89.929 Ha, Sawah dengan luas 30.887 Ha yang terdiri atas; Sawah Tadah Hujan seluas 1.011 Ha dan Tanah Ladang seluas 77.889 Ha. e.2) Potensi Mineral Berdasarkan hasil survey umum yang telah dilakukan oleh Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Parigi Moutong, beberapa kandungan potensi bahan galian atau sumber daya mineral yang telah diinventarisasi adalah sebagai berikut : Batu Bara Batubara (coal) termasuk mineral endapan bahan bakar dan energi. Kejadiannya karena proses pengendapan (sedimentasi) daripada tumbuh-tumbuhan yang kemudian tertimbun dan mengalami proses pengawetan dan bebas dari bakteri-bakteri pembusuk, di samping itu karena pengaruh tekanan dan temperatur yang cukup besar dalam waktu yang lama. Lokasi : Bukit Malino Besar, Dusun Despot Swakarsa Desa Ongka Kecamatan Bolano Lambunu Nilai Kalori : 1820 cal/gr Kegunaan : sebagai sumber energi/bahanbakar Emas (Au) dan Perak (Ag) Emas dan perak termasuk dalam golongan mineral Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-19
logam-logam berharga (The Precious Metals). Jenis mineral bijih dapat berupa emas murni (native gold), bentuk persenyawaan berupa teluid, electrum (Au, Ag) atau amalgam. Secara umum emas terbentuk dari hasil proses hidrotermal yang terdapat pada batuan dan sebagian tererosi dan diendapkan di sungai-sungai berupa endapan alluvial. Keterdapatan emas di Kabupaten Parigi Moutong berada dalam tubuh batuan dan endapan alluvial yang berasosiasi dengan mineral perak. Pengusahaannya oleh masyarakat dan masih dilakukan secara tradisional. Lokasi indikasi keberadaan emas dan perak di Kabupaten Parigi Moutong tersebar di beberapa tempat yaitu: Sungai Mentawa Sausu, Sungai Torue dan Sungai Dolago Kecamatan Sausu. Sungai Tombi Ampibabo Kecamatan Ampibabo. Sungai Tamborong Siaga Maninili, Sungai Tada, Sunagai Marantasi Kecamatan Tinombo. Sungai Moutong Kecamatan Moutong. Sungai Gangga-Lemusa, Sungai Uwelutu Binangga Kecamatan Parigi. Sungai Bugis Swakarsa Wanagading, Perbukitan Gunung Sari, Perbukitan Santigi Kecamatan Bolano Lambunu. Manfaat dari logam emas terutama digunakan untuk cadangan moneter, perhiasan, kedokteran, industri kimia, dekorasi interior dan lain-lain. Manfaat perak terutama untuk cadangan moneter setelah emas, industri kimia, seni dan perhiasan. Tembaga (Cu), Timah hitam, Seng (Zn) dan Arsen (As) Mineral-mineral ini termasuk dalam golongan mineral mineral non Ferrous (The Nonferrous Metals). Secara umum mineral ini merupakan hasil dari Metasomatis Kontak. Lokasi penyebaran mineral mineral Tembaga, Timah hitam , Seng dan Arsen yaitu Sungai Mentawa Sausu Trans, Pebukitan Tompera Sausu, Sungai Torue, Sungai Trans, Pebukitan Tomborong Maninili Siaga, Sungai Silitunang UPT Trans, Sungai Ganonggol Gunung Sari, Sungai Bugis Swakarsa Wanagading, Sungai Moutong dan Sungai Tinombo. Kegunaan Logam Arsen untuk bahan campuran beberapa jenis logam antara lain dengan Pb untuk bahan peluru, untuk campuran warna, obat-obatan industri kimia, industri perlistrikkan, komunikasi, amunisi, transportasi dan lin-lain. Kegunaan logam Pb antara lain untuk Pembungkus kabel, solder, lempengan Pb, amunisi, baterai dan lain-lain.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-20
Biji Besi (Magnetit dan Hematit) Bijih besi berupa magnetit, hematit merupakan endapan konsentrasi residu besi. Proses pelapukan kimia yang cukup kuat (Dominan) terhadap suatu batuan dapat menghasilkan suatu endapan (Konsentrasi) residu (sisa). Makin lama residu yang tertinggal di tempat asal akan terus terakumulasi, sehingga kemurnian dan nilai komersil tercapai, karena unsur-unsur yang tidak di kehendaki meninggalkan tempat. Biji besi yang dijumpai didaerah ini berupa berupa magnetit dan hematit. Lokasi : Keterdapatan biji besi ini adalah di pebukitan Marantasi Sipayo Kecamatan Tinombo, berupa bongkah-bongkah berukuran besar dari 1 Meter. Kegunaan : Besi sangat dibutuhkan untuk berbagai jenis industri, manufaktur dan konstruksi.
Kaolin Kaolin di daerah Parigi Moutong indikasinya berupa adanya alterasi batuan beku yang kaya feldspar, membentuk kaolinit. Lokasi : Mineral Kaolin di Kabupaten Parigi Moutong di jumpai di desa Binangga Kecamatan Parigi. Manfaat : Untuk Industri-industri Kertas, Karet, Tekstil, Barang barang Porselin, Refraktori dan bahan penggosok.
Pasir Silikat (Kuarsa dan Feldspar) Pasir kuarsa terdapat sebagai endapan sedimen,berasal dari rombakan batuan yang mengandung silicon dioksida (Kuarsa SiO2) seperti Granit, Riolit dan Granodiorit. Endapan pasir kuarsa terjadi setelah melalui proses transportasi, sortasi dan sedimentasi. Proses transportasi oleh air menyebabkan butiran pasir menjadi bertambah halus dan relatif menjadi lebih murni. Pasir kuarsa merupakan hasil pelapukan fisik (desintegrasi) batuan beku granit yang bersifat pegmatik (berbutir sangat kasar) yang selanjutnya tererosi atau terbawa oleh media air dan diendapkan pada tepi sungai atau pantai. Endapan pasir silikat di Kabupaten Parigi Moutong umumnya terdapat di daerah pantai dan hulu sungai yang membentuk endapan cukup tebal dan penyebaran yang luas. Lokasi Pasir silikat (kuarsa dan feldspar) menyebar luas di beberapa pantai dan sungai di Kabupaten Parigi Moutong yaitu: Pantai Maliali, Tanjung, Tambu Sausu, Sausu Piore, Pantai Malakosa, Pantai Purwosari, Pantai Torue, Pantai Tindaki, Pantai Masi Nambaru, Sungai Sausu, Sungai Torue,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-21
Sungai Sampaloe Torue, Sungai Dolago, Pantai Avolua, Pantai Marantale,Sungai Tada, Pantai Siaga Maninili, Pantai Sinei, Pantai Malalang dan Pantai Ogotion. Hasil Analisa Laboratorium terhadap pasir silikat (kuarsa dan feldspar) di Kabupaten Parigi Moutong terdiri dari: SiO2 (60,40-78,28)% Al2O3 (11,05-23,12)% K2O (3,77-4,36)% Manfaat : Endapan pasir feldspar-kuarsa digunakan sebagai bahan pembuatan industri keramik/gelas, abrasif, bahan imbuhan, industri kimia, industri ct,isolasi, industri semen Portland, isolator tegangan rendah sampai menegah, industri kaca, dan kertas. Granit Granit termasuk bahan galian industri yang berkaitan dengan intrusi plutonik batuan asam. Batuan ini terjadi dari proses pembekuan magma bersifat asam, terbentuk jauh di dalam kulit bumi sehingga disebut sebagai batuan dalam. Bentuk intrusi dapat berupa batholit, lakolit maupun phacolit. Akibat kegiatan tektonik dan erosi maka batuan ini tersingkap di permukaan bumi. Bermanfaat untuk material fondasi bangunan, alas badan jalan, campuran beton dalam bentuk fraksi ukuran dari split hingga pasir debu sebagai pemecahan granit, sebagai panel prasasti, dinding eksterior, tegel, tangga bangunan, batu nisan dll. Lokasi Granit di Kabupaten Parigi Moutong terdapat di pebukitan Dolago, Parigimpu’u Kecamatan Parigi, Pebukitan Tolai, Torue Kecamatan Sausu. Corak warna: putih bintik hitam. Hasil analisis fisik laboratorium: Kuat Tekanan (805-1.204,85)kg/cm2 Ketahanan Aus (0,045-0,080)mm/mnt Penyerapan Air (0,080-0,16)% Bobot Jenis (2,60-2,61)gr/cm3 Kekekalan Bentuk (Baik/tidak cacat)
Marmer Merupakan hasil metamorfosa batu gamping atau dolomit yang mengalami kristalisasi akibat pengaruh temperatur dan tekanan. Bermanfaat untuk ornamen dinding atau lantai dan pembuatan barang kerajinan. Terdapat di Pebukitan Marantale, Avolua Kecamatan Ampibabo, Pebukitan Pangi, Binangga dan Parigimpu’u Kecamatan Parigi. Umumnya merupakan sisipan pada batuan metamorf seperti Gneiss. Corak warna: Putih strip abu-abu sampai putih kotor.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-22
Kelompok Batuan Metamorf: Sekis Klorit (marmer Hijau), Sekis Mika (Abu-abu) dan Gneis Secara geologis batuan ini terbentuk akibat proses metamorfosis yang berubah batuan asalnya menjadi metamorf. Batuan asal bisa berupa batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf itu sendiri yang mengalami perubahan karena pengaruh tekanan dan temperatur tinggi. Secara ekonomis batuan ini biasa juga disebut sebagai marmer atau pualam. Adapun jenisnya tergantung dari kandungan mineral yang mendominasi dalam batuan tersebut yang memberikan warna yang khas sehingga bisa bernilai ekonomis. Seperti sekis mika dengan komposisi mineral dari muskovit dengan warna abu-abu, sekis klorit atau marmer hijau dan gneis. Penyebaran kelompok batuan metamorf ini dan corak warna serta fisiknya adalah sebagai berikut:
Sekis Klorit (Marmer Hijau) Lokasi : Pebukitan Ogomojolo Lambori Palasa dan Tingkulan sampai Tomini Kecamatan Tomini. Corak : Hijau muda sampai hijau tua dan merah kecoklatan. Sekis Mika (Abu-abu) Lokasi : Pebukitan Ogotumubu, Ambesia, Tilung, Ogobayas Kecamatan Tomini dan Pebukitan Papau Moutong. Gneiss Lokasi : Pebukitan Marantale Kecamatan Ampibabo dan Pebukitan Parigimpu’u Kecamatan Parigi, Corak warna: Kecoklatan strip putih kotor. Gamping Limonit Kegunaan batu gamping sangat banyak antara lain untuk pondasi rumah/pengeras jalan/bangunan fisik lainnya, penetral keasaman tanah, kapur tohor dan kapur padam, bahan bangunan, bahan baku pembuatan semen portland. Khusus untuk gamping limonit di Kabupaten Parigi Moutong dapat dijadikan sebagai batu pualam untuk lantai karena keindahan coraknya. Lokasi gamping Limonit di Kabupaten Parigi Moutong adalah Perbukitan Ogobagis (Polu Megang) Sidoan Kecamatan Tinombo.
Pasir dan Batu (Sirtu) Pasir dan Batu di daerah ini merupakan hasil endapan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-23
yang berasal dari semua jenis batuan. Sumber utama adalah batu pasir dan konglomerat dari formasi malasa. Bermanfaat untuk bahan bangunan, pengisi coran, pembuatan tegel dan dekorasi bangunan. Terdapat di hampir semua sungai dalam jumlah cukup besar. Lokasi keterdapatannya secara umum pada hampir semua sungai di setiap desa dan Kecamatan di Kabupaten Parigi Moutong yaitu: Kecamatan Sausu: Sungai Torono, Sungai Sausu Trans, Sungai Torue, Sungai Tindaki dan Sungai Mouti. Kecamatan Parigi: Sungai Dolago, Sungai Baliara,Sungai Lemusa, Sungai Bambalemo, Sungai Binangga dan Sungai Pelawa. Kecamatan Ampibabo:Sungai Towera, Sungai Tombi, Tapoya dan Sungai Marantale. Kecamatan Tinombo: Sungai Tinombo, Sungai Bainaa, Sungai Sidoan, Sungai Sigenti dan Sungai Tada. Kecamatan Kasimbar: Sungai Toribulu dan Sungai Kasimbar. Kecamatan Tomini: Sungai Bobalo, Sungai Palasa, Sungai Lambori, Sungai Tomini, Sungai Mensung, Sungai Moubang dan Sungai Ogobayas, Sungai Tilung dan Sungai Ogotumubu. Kecamatan Moutong dan Bolano Lambunu: Sungai Lobu, Sungai Taopa, Sungai Lambunu, Sungai Ongka, Sungai Kayu Agung. e.3) Potensi Pariwisata Beberapa obyek wisata yang banyak dikunjungi adalah sumber mata air panas Kayuboko, air terjun Likunggavali Marantale, Boneagi Sigenti, serta obyek wisata ekologi semacam Bendungan Besar Gangga dan Pulau Maleo Sausu Peore. Selain itu, obyek wisata lain juga terdapat di sejumlah wilayah Kecamatan di Kabupaten Parigi Moutong yang memiliki prospek untuk dikembangkan yaitu; 1. Kecamatan Sausu Rasita Cinta Tanah Air lokasi di Desa Sausu Piore berjarak 58 km dari ibukota Kabupaten Tempat telur/sarang Burung Maleo Pantai Tumpapa 2. Kecamatan Balinggi Air Terjun Tolai berlokasi di Desa Tolai berjarak 29 km dari ibukota Kabupaten. Jembatan buatan Belanda di Desa Balinggi berjarak 60 km dari ibukota Kabupaten
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-24
Kubur raja Balinggi di Desa Balinggi Jati berjarak ± 40
KM dari ibu kota Kabupaten 3. Kecamatan Parigi Pantai Sinar Kampal di Desa Kampal Pantai Bambalemo Beach di Desa Bambalemo Kubur Raja Toni Kota di Desa Loji Kubur Raja Magau Janggo di Desa Masigi 4. Kecamatan Parigi Selatan Bendungan Gunung Mulia di Desa Sumbersari berjarak 14 km dari ibukota Kabupaten. Pantai Masi di Desa Sumbersari Pulau Lindu di Desa Boyantongo Tanjung Makakata di Desa Boyantongo 5. Kecamatan Parigi Barat Air Panas Kayuboko lokasi di Desa Kayuboko berjarak 3 km dari ibukota Kabupaten. Perkebunan Durian di Desa Kayuboko 6. Kecamatan Parigi Utara Air Terjun Pangi lokasi di Desa Pangi berjarak 14 km dari ibukota Kabupaten. Panorama puncak Pompausea G. Labuan Sory di Desa Toboli berjarak 16 km dari ibukota Kabupaten Pantai Uwenggalajo di Desa Toboli Formosa Beach di Desa Toboli Pantai Polindolara Di Desa Toboli Pantai Montivou di Desa Toboli Bulu Malali (Kuburan Tua) di Desa Toboli 7. Kecamatan Parigi Tengah Pantai Kayu Bura di Desa Pelawa 8. Kecamatan Ampibabo Air Terjun Lingkunggavali/Panjat Tebing lokasi di Desa Marantale berjarak 27 km dari ibukota Kabupaten Air Terjun Polindolara lokasi di Desa Marantale berjarak 27 km dari ibukota Kabupaten Wisata Gunung Sidole di Desa Sidole Pantai Nalera di Desa Marantale Tanjung Maranindi di Desa Marantale Pantai Nadoli di Desa Silanga Pulau Kelelawar di Desa Tomoli Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-25
Kubur Keramat Baruga di Desa Tomoli Kubur Magau Makagero di Desa Buranga Kubur Raja Ampibabo di Desa Ampibabo Perkebunan Rambutan di Desa Buranga Perkebunan Kelapa Hibrida di Desa Tomoli
9. Kecamatan Kasimbar Air Panas Kasimbar lokasi di Desa Kasimbar berjarak 90 km dari ibukota Kabupaten Batu Polangga lokasi di Desa Laemanta berjarak 85 km dari ibukota Kabupaten Batu Dolade di Desa Kasimbar berjarak 90 km dari ibukota Kabupaten Gunung Palambalaila di Desa Donggulu berjarak 84 km dari ibukota Kabupaten Air Terjun di Desa Laemanta berjarak 84 km dari ibukota Kabupaten Batu Putih di Desa Laemanta berjarak 84 km dari ibukota Kabupaten Goa Pongoribuong di Desa Donggulu berjarak 84 km dari ibukota Kabupaten Vatu Talompulu di Desa Siantar Sapo Oge di Desa Donggulu Pantai Volo Vatu Raa di Desa Kasimbar Pantai Jonayasa di Desa Laemanta Pantai Peningka di Desa Laemanta Pantai Tanjung di Desa Donggulu Pantai Mapana di Desa Donggulu Kubur Tobaraka di Desa Laemanta Sapo Oge di Desa Donggulu Pantai Posona berada di desa Pesona yang yang jaraknya ± 97 dari Ibukota Kabupaten Parigi Moutong dan ± 5 Km dari ibu kota Kecamatan. 10. Kecamatan Toribulu Batu Baruga di Desa Donggulu berjarak 84 km dari ibukota Kabupaten Batu Sopa/Simpusria di Desa Donggulu berjarak 84 km dari ibukota Kabupaten 11. Kecamatan Siniu Gunung Siniu di Desa Siniu Air Terjun Silanga di Desa Silanga berjarak 29 km dari ibukota Kabupaten 12. Kecamatan Tinombo Ogo Alas lokasi di Desa Lombok Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-26
Batu Tikar lokasi di Desa Sidoan Tambak Ikan di Desa Baina Rumah Adat Tinombo di Desa Dusunan Rumah Adat Raja Kuti Tombolotutu di Desa Tinombo Penangkaran rusa di Desa Lombok
13. Kecamatan Tinombo Selatan Polo Sobuo di Desa Sinei Monumen Katulistiwa di Desa Sinei 14. Kecamatan Tomini Gua Tingkulang di Desa Tingkulang berjarak 192 km dari ibukota Kabupaten Air Terjun dan Air Panas di Desa Tilung berjarak 84 km dari ibukota Kabupaten Burung Rajawali di Desa Ambesia berjarak 198 km dari ibukota Kabupaten Pulau Kubur di Desa Ambesia 15. Kecamatan Palasa Air Terjun Ogomojolo lokasi di Desa Ogomojolo berjarak 185 km dari ibukota Kabupaten 16. Kecamatan Mepanga Pulau Ogotion di Desa Mensung 17. Kecamatan Moutong Tambang Emas berlokasi di Desa Molosipat Pulau Lalayo di Desa Moutong Tengah 18. Kecamatan Bolano Lambunu Gunung Tinombala lokasi di Desa Tinombala berjarak 210 km dari ibukota Kabupaten Arung Jeram Sungai Ongka lokasi di Desa Ongka berjarak 223 km dari ibukota Kabupaten Burung Maleo dan Tarsius Santigi lokasi di Desa Ongka berjarak 223 km dari ibukota Kabupaten Batu Pahat Santigi di Desa Ongka Danau Bolano Sau di Desa Bolano Danau Batu Dako di Desa Bolano Bendung Lambunu di Desa Kota Nagaya Benteng Lambunu di Desa Lambunu Pulau Ongka di Desa Ongka Pasir Putih Santigi di Desa Ongka Pulau Putia di Desa Ongka 19. Kecamatan Taopa Arung Jeram Sungai Taopa lokasi di Desa Taopa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-27
Pantai Moian di Desa Palapi Pulau Pasir Putih di Desa Sibatang Perkebunan Jeruk dan Rambutan di Desa Gunung Sari Dagat Dedei (Laut Kecil) di Desa Bajo Pulau Mandara di Desa Bajo 2.1.3. Wilayah Rawan Bencana a) Kawasan Rawan Longsor Longsor adalah pergerakan massa batuan/tanah dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Longsor mudah terjadi pada wilayah yang relatif terjal dengan formasi batuan yang telah mengalami pelapukan dan erosi berat, dan juga pada wilayah rawan gempa. Agen utamanya adalah hujan dan kadang-kadang dipicu oleh beban dan getaran serta akar tunggang. Lokasi longsor dan rawan longsor banyak ditemui di sisi-sisi jalan, tebing-tebing dekat sungai (di bagian hulu), tebing sungai dan lahan perkebunan. Kabupaten Parigi Moutong secara umum dipengaruhi oleh struktur geologi yang aktif sehingga wilayah ini rawan terhadap bencana seperti: gempa bumi, gerakan tanah, longsor, dan banjir. Kondisi ini disebabkan kerena wilayah Kabupaten Kabupaten Parigi Moutong terletak pada zona aktif utama Sesar Sulawesi Tengah seperti: Sesar Palu-Koro dan Sesar Sorong yang didukung oleh susunan batuan wilayah ini yang kurang kokoh. Wilayah rawan bencana khususnya bencana longsor: terjadi di Kecamatan antara lain kecamatan Parigi Tengah, Kecamatan Parigi Utara, Kecamatan Tomini dan Kecamatan Ampibabo, Sungai Lambunu di Kecamatan Bolano Lambunu. Bencana banjir terjadi di Kecamatan antara lain meliputi: Sungai Sausu di Kecamatan Sausu, Sungai Torue di Kecamatan Torue, Sungai Dolago di Kecamatan Parigi Selatan, Sungai Burangga di Kecamatan Ampibabo, Sungai Tompis, Sungai Laemanta, Sungai Kasimbar, Sungai Posona di Kecamatan Kasimbar, Sungai Sigenti dan Sungai Tada di Kecamatan Tinombo Selatan, Sungai Sidoan di Kecamatan Tinombo dan Sungai Palasa di Kecamatan Palasa. Posisi Kabupaten Kabupaten Parigi Moutong yang berada pada zona struktur geologi aktif mengakibatkan wilayah ini rawan akan bencana alam. Pengrusakan hutan di daerah hulu akan mengakibatkan erosi dan banjir dan juga menyebabkan pendangkalan di daerah hilir sungai yang dapat mengganggu kelangsungan kehidupan biota laut, terumbu-terumbu karang diperairan laut Teluk Tomini akibat kekeruhan air. Selain bencana alam akibat faktor geologi, juga kerawanan bencana karena kegiatan perilaku manusia yang kurang memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-28
kelestarian lingkungan. Penebangan hutan untuk dijadikan lahan Pertanian ataupun untuk diambil kayunya merupakan penyebab utama terjadinya bencana longsor dan banjir. Dampak bencana alam pada umumnya cenderung memberikan dampak negatif. antara lain: a) Aspek sosial yang terdiri dari Timbulnya konflik di dalam masyarakat dalam penyediaan sarana dan prasarana, Timbulnya kecemburuan sosial antara masyarakat di lokasi rawan bencana dengan kawasan lainya. b) Aspek Ekonomi: Gempa tektonik menyebabkan kerusakan tanaman dan bangunan, lumpuhnya berbagai aktivitas ekonomi seperti system transportasi laut dan darat. c) Aspek Lingkungan mengakibatkan rusaknya bangunan, retaknya tanah memuturkan jalan, listrik dan sarana-prasarana lainnya, serta korban jiwa, kesuburan tanah makin berkurang karena erosi. b) Kawasan Abrasi Pantai Kondisi abrasi menunjukkan erosi yang terjadi di tepi pantai. Dugaan kuat penyebab abrasi adalah hilang atau rusaknya “terumbu karang” di perairan sekitar pantai dan “hutan mangrove” di zone pasut (pasang-surut) pantai. Gejala abrasi di wilayah Kabupaten Parigi Moutong terlihat di Kecamatan Parigi, Siniu, Kasimbar, Tinombo, Tinombo Selatan, Tomini, Moutong dan Torue. Abrasi telah merusak tanggul pantai, bahkan di beberapa daerah tersebut telah merusak badan jalan. 2.1.4. Aspek Demografis a). Jumlah dan Rasio Penduduk Perkembangan penduduk Kabupaten Parigi Moutong hingga tahun 2012 terus memperlihatkan peningkatan penduduk dari tahun 2008-2012 sebesar 2,86%. Jumlah penduduk Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2012 adalah 428.359 jiwa. Jumlah penduduk terbesar Tahun 2012 adalah Kecamatan Tinombo dengan jumlah penduduk sebanyak 35.244 jiwa dan Kecamatan yang terendah penduduknya adalah Kecamatan Parigi Utara sebanyak 5.768 jiwa. Data tren pertumbuhan penduduk Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008–2012 tersaji pada Tabel 2.11 berikut. Tabel 2.11 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Kecamatan Sausu Torue Balinggi Parigi
2008 20.026 18.111 16.392 23.833
2009 20.906 18.300 15.894 27.354
Tahun 2010 21.484 18.757 16.451 28.296
2011 21.977 18.986 16.594 29.158
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
2012 22.451 19.185 16.704 29.826
II-29
Kecamatan Parigi Selatan Parigi Barat Parigi Utara Parigi Tengah Ampibabo Kasimbar Toribulu Siniu Tinombo Tinombo Selatan Tomini Mepanga Palasa Moutong Bolano Lambunu Taopa Bolano Ongka Malino Jumlah
Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 21.574 20.755 21.700 21.989 22.232 6.461 6.769 7.127 7.266 7.396 5.378 5.518 5.614 5.697 5.768 7.472 7.961 8.197 8.272 8.335 19.788 20.056 20.579 20.944 21.274 19.685 20.126 20.848 21.186 21.596 13.928 15.975 16.380 16.891 17.407 8.309 8.301 8.682 8.722 8.749 30.849 32.496 34.252 34.820 35.244 23.025 24.499 25.550 25.988 26.377 13.264 16.998 17.872 18.301 18.719 20.302 26.735 27.449 28.051 28.624 23.092 25.208 26.292 27.163 28.060 20.015 19.173 20.294 20.705 21.089 57.443 53.145 55.019 20.362 20.639 13.649 12.314 12.745 12.870 12.974 15.577 15.776 19.715 19.934 382.596 398.483 413.588 421.234 428.359
Sumber: BPS Tahun 2008–2013 Berdasarkan rasio jenis kelamin, jumlah penduduk Kabupaten Parigi Moutong pada tahun 2012 sebesar 428.359 jiwa terdiri atas 220.408 jiwa penduduk laki-laki dan 207.951 jiwa penduduk perempuan dengan Rasio jenis kelamin sebesar 106. Ini artinya setiap 100 penduduk perempuan terdapat 106 penduduk laki-laki, atau jumlah penduduk perempuan relatif lebih sedikit daripada penduduk laki-laki. Pada tingkat Kecamatan, Sausu mempunyai rasio jenis kelamin tertinggi, yaitu 109 dan yang terendah rasio adalah Kecamatan Moutong dan Taopa masing-masing 103. Tabel 2.12 Jumlah dan Rasio Penduduk Kabupaten Parigi Moutong Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012 Jumlah Penduduk Rasio Kecamatan Jenis Laki-Laki Perempuan Jumlah Kelamin Sausu 11.709 10.742 22.451 109 Torue 9.863 9.322 19.185 106 Balinggi 8.569 8.135 16.704 105 Parigi 15.167 14.659 29.826 103 Parigi Selatan 11.420 10.812 22.232 106 Parigi Barat 3.842 3.554 7.396 108 Parigi Utara 2.996 2.772 5.768 108 Parigi Tengah 4.225 4.110 8.335 103 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-30
Jumlah Penduduk Kecamatan Ampibabo Kasimbar Toribulu Siniu Tinombo Tinombo Selatan Tomini Mepanga Palasa Moutong Bolano Lambunu Taopa Bolano Ongka Malino Jumlah/Rasio
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
10.926 11.193 9.021 4.514 18.185 13.579 9.618 14.619 14.414 10.687 10.701 6.593 8.189 10.378 220.408
10.348 10.403 8.386 4.235 17.059 12.798 9.101 14.005 13.646 10.402 9.938 6.381 7.587 9.556 207.951
21.274 21.596 17.407 8.749 35.244 26.377 18.719 28.624 28.060 21.089 20.639 12.974 15.776 19.934 428.359
Rasio Jenis Kelamin 106 108 108 107 107 106 106 104 106 103 108 103 108 109 106
Sumber: BPS Parimo tahun 2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
b). Tingkat Kepadatan Penduduk Kepadatan Penduduk sering dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka tingkat kepadatan penduduk juga mengalami peningkatan. Kepadatan penduduk Kabupaten Parigi Moutong akhir tahun 2012 tercatat 69 jiwa/km², dengan luas wilayah Kabupaten Parigi Moutong seluas 6.231,85 km². Tabel 2.13 Tingkat Kepadatan Penduduk Kabupaten Parigi Moutong Menurut Kecamatan Tahun 2012 Jumlah Luas Kepadatan No. Kecamatan Penduduk Wilayah Penduduk 1. Sausu 22.451 410,32 55 2. Torue 19.185 275,84 70 3. Balinggi 16.704 223,88 75 4. Parigi 29.826 23,50 1.269 5. Parigi Selatan 22.232 396,42 56 6. Parigi Barat 7.396 118,29 63 7. Parigi Utara 5.768 98,63 58 8. Parigi Tengah 8.335 75,10 111 9. Ampibabo 21.274 191,44 111 10. Kasimbar 21.596 280,78 77 11. Toribulu 17.407 212,38 82 12. Siniu 8.749 118,96 74 13. Tinombo 35.244 638,62 55 14. Tinombo Selatan 26.377 379,81 69 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-31
No.
Kecamatan
15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
Tomini Mepanga Palasa Moutong Bolano Lambunu Taopa Bolano Ongka Malino Parigi Moutong
Jumlah Penduduk 18.719 28.624 28.060 21.089 20.639 12.974 15.776 19.934 428.359
Luas Wilayah 216,38 207,10 613,16 581,01 382,47 243,26 164,26 380,24 6.231,85
Kepadatan Penduduk 87 138 46 36 54 53 96 52 69
Sumber: BPS 2009-2013
Berdasarkan data penyebaran dan tingkat kepadatan penduduk, Kecamatan Parigi sebagai Ibukota Kabupaten Parigi Moutong merupakan Kecamatan yang memiliki kepadatan tertinggi dengan kepadatan penduduk sebanyak 1.269 jiwa/km², sedangkan Kecamatan Moutong merupakan wilayah yang terjarang penduduknya yaitu sebanyak 36 jiwa/km² dengan sebanyak 21.089 jiwa dan memiliki total wilayah seluas 581,01 km². c). Komposisi Umur Penduduk Komposisi atau struktur umur penduduk Kabupaten Parigi Moutong tahun 2012 hampir 67,90% berada pada kelompok umur 0-34 tahun. Hal ini menunjukkan penduduk Kabupaten Parigi Moutong dominan berada pada kelompok penduduk usia muda. Dengan melihat perbandingan jumlah penduduk yang berusia non-produktif dengan penduduk usia produktif dapat diketahui besarnya angka ketergantungan pada tahun 2012 yaitu sebesar 0,32 artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif (15-64 tahun) menanggung sebanyak kurang lebih 32 orang penduduk usia tidak produktif (0-14) tahun dan 65 tahun ke atas. Tabel 2.14 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2012 Jumlah Penduduk Kelompok Umur Total Laki-Laki Perempuan 0-4 25.279 23.889 49.168 5-9 27.368 25.796 53.164 10-14 23.686 22.102 45.788 15-19 18.068 17.485 35.553 20-24 15.881 16.105 31.986 25-29 19.070 19.099 38.169 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-32
Kelompok Umur 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75+ Jumlah
Jumlah Penduduk Laki-Laki Perempuan 18.948 18.199 17.924 16.729 14.437 13.202 11.360 10.308 9.399 8.116 6.440 5.314 4.886 4.299 3.245 3.095 2.244 2.141 2.173 2.074 220.408 207.951
Total 37.147 34.653 27.639 21.668 17.515 11.754 9.185 6.340 4.385 4.247 428.359
Sumber: BPS Parimo tahun 2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat 2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Indikator ekonomi yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan pembangunan melalui pengukuran pencapaian indikator makro ekonomi. Komponen-komponen indikator makro terdiri dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), laju pertumbuhan ekonomi (LPE), PDRB perkapita, dan inflasi. a). Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator ekonomi jangka panjang, sehingga ditekankan pada prosesnya pencapaiannya, tidak sekedar pada output (nilai pertumbuhan). Tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh sumber-sumber yang dimiliki daerah, peranan modal dan tenaga kerja. Laju pertumbuhan ekonomi (PDRB riil) Kabupaten Parigi Moutong tahun 2012 mencapai 7,77%, artinya penambahan nilai PDRB riil tahun 2012 dari nilai PDRB riil tahun sebelumnya adalah 7,77% (dihitung dari nilai PDRB riil tahun 2011). Kondisi ini menurun dibandingkan tahun 2011, yaitu sebesar 7,80%. Perekonomian Kabupaten Parigi Moutong selama lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi sebesar 7,51% dan tahun 2009 sebesar 7,59%. Kemudian pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi kembali meningkat menjadi 7,78%. Sementara pada tahun 2011 pertumbuhan menurun menjadi 7,80 dan tahun 2012 menjadi 7,77%. Tabel 2.15 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Parigi Moutong Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (%) Tahun 2008–2012 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-33
Sektor Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengelola Listrik dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Parigi Moutong Sulawesi Tengah Nasional
2008 4,97
2009 5,99
Tahun 2010 6,48
2011 6,21
2012 7,30
11,98
7,19
8,06
7,67
7,64
10,69 5,67 13,56
8,37 6,63 8,62
7,98 5,24 7,06
7,65 4,91 7,14
8,21 5,87 7,09
12,55
12,10
11,85
14,09
10,03
7,24
8,59
8,70
8,23
6,67
28,75
7,90
6,69
7,93
7,97
8,41 7,51 7,78 6,10
8,57 7,59 7,71 4,70
8,91 7,78 8,75 6,20
7,15 7,80 9,16 6,46
7,66 7,77 9,27 6,23
Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
Pertumbuhan pada semua sektor ekonomi yang terjadi secara fluktuatif. Pertumbuhan sektoral pada lima sektor sebagai berikut: Sektor Pertanian 7,30%, Sektor Industri Pengolahan sebesar 8,21%, Sektor Listrik dan Air Bersih sebesar 5,87%, Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan mencapai 7,97%, serta Sektor Jasa-Jasa sebesar 7,66%. Sektor-Sektor lainnya mengalami perlambatan Sektoral karena sudah mencapai kestabilan pertumbuhan. Namun demikian, pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 10,03% tergolong sangat tinggi, karena besarnya arus barang yang masuk dan keluar daerah. Peningkatan nilai tambah sektoral ditentukan oleh perkembangan pada masing-masing sub-sektor. Pertumbuhan Sektor Pertanian bersumber dari produksi hasil hutan, padi, dan hortikultura. Peningkatan sektor ekonomi juga mendorong pergerakan dan aktvitas ekonomi sektor yang lainnya (multiplier effect). Produk industri terutama industri makanan menjadi pendorong pertumbuhan sektor Industri Pengolahan. Demikian juga pembangunan infrastruktur dapat menjadi sumber pertumbuhan pada sektor lainnya. Peningkatan nilai tambah pada Sektor barang secara langsung dan tidak langsung memengaruhi peningkatan pada Sektor jasa. Perkembangan yang pesat pada sub sektor Komunikasi ditambah dengan bertambahnya output pada sektor-sektor lainnya menyebabkan pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sangat tinggi. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-34
Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Parigi Moutong tahun 2012 sebesar 7,77% berada di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,23%. Hal ini menunjukkan kinerja ekonomi Kabupaten Parigi Moutong melampaui kinerja secara nasional. b). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) PDRB merupakan indikator untuk mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi dalam suatu wilayah tertentu. Semakin besar kemampuan daerah menghasilkan barang dan jasa secara agregat, semakin besar PDRB di wilayah tersebut. PDRB menunjukkan kemampuan suatu wilayah dalam memproduksi barang dan jasa dalam perekonomian kurun waktu tertenu. Tinggi rendahnya kemajuan daerah yang diukur dengan nilai PDRB diyakini mengambarkan kondisi secara ekonomi dari berbagai sektor yang ada. Pertumbuhan Sektoral dapat mencerminkan struktur ekonomi dan pergesaran struktur ekonominya. PDRB Atas Dasar Harga (ADH) Berlaku menunjukkan pergeseran struktur ekonomi, dan PDRB ADH Konstan menunjukkan pertumbuhan atau perkembangan ekonomi di suatu wilayah. PDRB Kabupaten Parigi Moutong tahun 2012 ADH berlaku mencapai Rp8.248.049 juta. Struktur perekonomian Kabupaten Parigi Moutong ditunjang 9 (sembilan) sektor ekonomi pembentuk PDRB yang mengalami peningkatan lebih dari satu triliun rupiah dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp7.246.793 juta. Demikian pula, PDRB ADH Konstan mencapai Rp3.501.032 juta, jika dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp3.248.699 juta. Data perkembangan distribusi setiap sektor usaha terhadap PDRB ADH Berlaku Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008–2012 secara detail dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.16 Nilai dan Persentase kontribusi Sektor PDRB ADH Berlaku Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Tahun Sektor Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengelola Listrik dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan
2008
2009
2010
2011
2012
2.616.697
2.921.700
3.289.464
3.718.651
4.298.461
79.027
92.916
110.030
123.646
135.559
339.972
399.414
459.537
530.538
600.409
9.320
10.272
11.656
12.861
14.408
362.353
400.443
478.791
543.383
561.858
706.150
812.277
973.784
1.151.456
1.308.496
369.959
425.588
488.384
553.637
621.611
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-35
Sektor Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahan Jasa-Jasa Total
2008
2009
Tahun 2010
2011
2012
44.505
49.978
56.113
63.659
71.270
322.849 4.850.832
402.020 5.514.608
478.487 6.346.246
548.962 7.246.793
635.977 8.248.049
Tabel… Tahun Sektor Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengelola Listrik dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahan Jasa-Jasa Total
2008
2009
2010
2011
2012
53,94
52,98
51,83
51,31
52,11
1,63
1,68
1,73
1,71
1,64
7,01 0,19 7,47
7,24 0,19 7,26
7,24 0,18 7,54
7,32 0,18 7,50
7,28 0,17 6,81
14,56
14,73
15,34
15,89
15,86
7,63
7,72
7,70
7,64
7,54
0,92
0,91
0,88
0,88
0,86
6,66 100
7,29 100
7,54 100
7,58 100
7,71 100
Sumber: BPS 2009-2013 (diolah Kembali)
Berdasarakan data disajikan pada Tabel 2.16 di atas terlihat peran terkecil adalah sektor Listrik dan Air Bersih, serta sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan sebesar 0,17% dan 0,86%. Kedua sektor memiliki nilai paling kecil, namun memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan ke depan (forward linkage). Sektor-sektor yang memberikan kontribusi cukup besar adalah Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, mencapai sebesar 15,86%. Sektor ini secara langsung digerakkan melalui peningkatan NTB pada sektor pertanian, sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Industri Pengolahan, serta sektor listrik dan air bersih. Selanjutnya, sektor angkutan dan Komunikasi juga cukup besar kontribusinya sebesar 7,54%. Sektor yang meningkat cukup pesat yaitu sektor bangunan mencapai sebesar 6,81% pada tahun 2012. Peningkatan NTB sektoral juga dipengaruhi oleh perkembangan masing-masing sub-sektor, terutama komoditikomoditi yang termasuk dalam klasifikasi sektor tersebut. Pertumbuhan sektor Pertanian bersumber dari produksi hasil hutan, padi dan hotikultura. Peningkatan satu sektor ekonomi juga memberikan daya dorong pergerakan pada sektor yang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-36
lainnya disebut efek penganda (multiplier effect). Semakin beragamnya produk industri terutama industri makanan menjadi pendorong pertumbuhan sektor industri Pengolahan. Demikian juga pembangunan infrastruktur dapat menjadi sumber pertumbuhan pada sektor lainnya. Peningkatan NTB pada sektor barang secara langsung dan tidak langsung memengaruhi peningkatan pada sektor jasa. Perkembangan yang pesat pada sub-sektor komunikasi ditambah dengan bertambahnya output pada sektor-sektor lainnya menyebabkan pertumbuhan sektor perdagangan, Hotel, dan Restoran cukup tinggi. Selain itu, pengeluaran pemerintah pun memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan yang tinggi pada Sektor JasaJasa melalui sub sektor Pemerintahan Umum.
Tabel 2.17 Nilai dan Persentase Kontribusi Sektor PDRB ADH Konstan Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Tahun Sektor Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengelola Listrik dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahan Jasa-Jasa Total
2008
2009
2010
2011
2012
1.449.830
1.536.732
1.627.566
1.722.637
1.864.957
33.816
36.248
40.028
43.546
45.398
155.198
168.188
181.677
196.573
211.555
2.886
3.077
3.244
3.397
3.597
162.374
176.369
196.651
215.255
216.649
359.200
402.678
452.911
516.665
565.414
194.478
211.184
229.553
248.112
265.036
19.335
20.862
22.278
24.336
25.915
221.755 2.598.872
240.760 2.796.098
260.263 3.014.171
280.976 3.251.497
302.511 3.501.032
Lanjutan Tabel… Tahun Sektor Pertanian Pertambangan dan Penggalian
2008
2009
2010
2011
2012
55,79
54,96
54,00
52,98
53,27
1,30
1,30
1,33
1,34
1,30
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-37
Sektor Industri Pengelola Listrik dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahan Jasa-Jasa Total
2008 5,97 0,11 6,25
2009 6,02 0,11 6,31
Tahun 2010 6,03 0,11 6,52
2011 6,05 0,10 6,62
2012 6,04 0,10 6,19
13,82
14,40
15,03
15,89
16,15
7,48
7,55
7,62
7,63
7,57
0,74
0,75
0,74
0,75
0,74
8,53 100,00
8,61 100,00
8,63 100,00
8,64 100,00
8,64 100,00
Sumber: BPS 2009-2013 (diolah Kembali)
NTB terbesar berasal dari sektor pertanian. Hal ini sesuai dengan mata pencaharian utama penduduk yang masih bertumpuh pada sektor primer. sub-sektor pertanian yang dominan adalah sub-sektor tanaman bahan makanan, dengan komoditas unggulan padi dan palawija. Distribusinya lebih tinggi dalam total NTB dibanding sub-sektor perkebunan dengan komoditas kakao, kelapa, dan cengkeh. Pada tahun 2012, distribusi sub-sektor pertanian tanaman pangan meningkat, sementara sub-sektor perkebunan mengalami penurunan. c). PDRB per Kapita Perhitungan PDRB yang melibatkan penduduk di dalamnya disebut PDRB perkapita. PDRB Perkapita dihitung dengan membagi total PDRB dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun. PDRB perkapita digunakan sebagai indikator kesejahteraan penduduk. Angka PDRB menunjukkan ukuran kesejahteraan atau pendapatan yang diterima penduduk secara agregat, namun hingga saat ini masih dianggap sebagai ukuran yang cukup relevan. Tabel 2.18 Pendapatan Perkapita Pertahun (Rp) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Pendapatan Tahun Perkapita 2008 2009 2010 2011 2012 Parigi Moutong 12,14 13,55 15,28 17,13 19,25 (Jt Rp) Sulawesi 11,30 12,53 14,16 16,51 18,50 Tengah (Jt Rp) Sumber: BPS Parigimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
PDRB perkapita Kabupaten Parigi Moutong terus meningkat dari tahun ke tahun, yakni PDRB perkapita ADH Berlaku maupun ADH Konstan tahun 2000. Pada Tabel 2.18 di atas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-38
ditunjukkan PDRB perkapita tahun 2012 sebesar Rp19.254.991, meningkat sebesar Rp2,12 juta selama kurun satu tahun. Kondisi ini mengindikasikan terjadi peningkatan kemampuan daya beli masyarakat di Parigi Moutong. Hal ini juga dibuktikan dengan meningkatnya PDRB perkapita ADH Konstan 2000. Pada tahun 2012, PDRB ADH Konstan Kabupaten Parigi Moutong sebesar Rp8.173.125, naik sebesar Rp0,46 juta dibanding tahun 2011 sebesar Rp7.712.338. d). Tingkat lnflasi Inflasi adalah kecenderungan terjadinya kenaikan harga berbagai barang secara terus-menerus. Inflasi dapat disebabkan oleh tarikan permintaan (demand pull inflation) dari sisi permintaan, dan inflasi yang disebabkan tekanan biaya (cost push inflation) dari sisi penawaran. Inflasi Kabupaten Parigi Moutong terakhir dihitung pada tahun 2011 sebesar 5,94%, lebih rendah dibanding tahun 2010 sebesar 6,82%. Secara lengkap perkembangan inflasi di Kabupaten Parigi Moutong disajikan pada Tabel 2.19 berikut. Tabel 2.19 Perkembangan Inflasi Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008-2012 Tahun Tingkat Inflasi 2008 2009 2010 2011 2012 Parigi Moutong 6,82 5,94 6,02 Sulawesi Tengah 10,40 5,73 6,40 4,47 5,87 Nasional 11,06 2,78 6,96 3,79 4,30 Sumber: BPS 2009-2013 (diolah Kembali)
2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial Pembangunan manusia sebagai insan dan sumberdaya pembangunan merupakan bagian integral. Kualitas sumber daya manusia yang baik ditentukan dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya. Pembangunan manusia yang berkualitas merupakan kunci bagi tercapainya kesejahteraan suatu negara (welfare state). Selama kurun 2008-2012, berbagai program pembangunan yang telah dilaksanakan di Kabupaten Parigi Moutong, bertujuan untuk meningkatkan sember daya manusia yang ditandai meningkatnya derajat kesehatan dan pendidikan penduduk. Gambaran capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan atas fokus kesejahteraan sosial melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM), antara lain: indikator angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi murni, angka kelangsungan hidup bayi, angka usia harapan hidup, Persentase penduduk yang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-39
memiliki lahan, dan rasio penduduk yang bekerja. a) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai ratarata sederhana dari indeks harapan hidup (e0), indeks pendidikan (angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah), dan indeks standar hidup layak. Komponen IPM adalah usia hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living). Usia hidup diukur dengan angka harapan hidup atau e0 yang dihitung menggunakan metode tidak langsung (Metode Brass, varian Trussel) berdasarkan variabel rata-rata anak lahir hidup dan rata-rata anak yang masih hidup. Komponen pengetahuan diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah yang dihitung berdasarkan data Susenas/BPS menggunakan indikator partisipasi sekolah dasar, menengah, dan tinggi sebagai pengganti rata-rata lama sekolah karena sulitnya memperoleh data rata-rata lama sekolah secara global. Indikator angka melek huruf diperoleh dari variabel kemampuan membaca dan menulis, sedangkan indikator rata-rata lama sekolah dihitung dengan menggunakan dua variabel secara serempak; yaitu tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Komponen standar hidup layak diukur dengan indikator rata-rata konsumsi riil yang telah disesuaikan. Sebagai catatan, UNDP menggunakan indikator PDB per kapita riil yang telah disesuaikan (adjusted real GDP per capita) sebagai ukuran komponen tersebut karena tidak tersedia indikator lain yang lebih baik untuk keperluan perbandingan antar negara. Keberhasilan pembangunan tidak hanya diukur melalui pembangunan fisik, melainkan juga pencapaian pembangunan non fisik yang lebih menekankan pada aspek pembangunan manusia. Secara umum pembangunan manusia Kabupaten Parigi Moutong relatif lebih baik tercermin dari IPM Kabupaten Parigi Moutong yang meningkat dari tahun 2008 dengan indeks sebesar 67,81. Pada tahun 2012, IPM mencapai 69,28. Perkembangan IPM Kabupaten Parigi Moutong masih di bawah rata-rata IPM Provinsi Sulawesi Tengah. IPM yang masih rendah ini membutuhkan solusi yang cerdas dan tepat sasaran dari pemerintah Kabupaten Parigi Moutong. Secara jelasnya posisi IPM Kabupaten Parigi Moutong dibanding Provinsi Sulawesi Tengah dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-40
Sumber: BPS 2009-2013 (diolah kembali)
Gambar 2.3 Posisi Relatif IPM Kabupaten Parigi Moutong Dibanding Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2008–2012 Perbandingan capaian pembangunan antara provinsi Sulawesi Tengah dengan Kabupaten Parigi Moutong untuk IPM pada lima tahun terakhir dapat dijelaskan yakni untuk kondisi Sulawesi Tengah lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Parigi Moutong. IPM Kabupaten Parigi Moutong lebih rendah selama 5 (lima) tahun terakhir. Pada tahun 2012, IPM Kabupaten Parigi Moutong mencapai 69,75, sementara IPM Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 72,15. Perbandingan capaian IPM pada tahun 2012 antar kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah dapat dilihat pada Gambar 2.4 sebagai berikut.
Sumber: Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah, 2013
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-41
Gambar 2.4 Capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota Se-Sulawesi Tengah Tahun 2012 Pada Gambar 2.4 ditunjukkan, Tahun 2012 capaian relatif IPM tertinggi di Kota Palu sebesar 77,48 Tahun, dan terendah di Kabupaten Sigi sebesar 68,61 Tahun. Sementara capaian IPM Kabupaten Parigi Moutong pada urutan ke-7 dari 11 kabupaten/kota di Sulawesi Tengah. Kondisi ini menjadi tantangan pembangunan pada lima tahun mendatang di Kabupaten Parigi Moutong. b) Pendidikan b.1) Angka Melek Huruf Peningkatan kualitas sumber daya manusia ditandai oleh semakin meningkatnya IPM yang terlihat pada tiga indikator utama, yaitu kesehatan, pendidikan dan daya beli. Indikator pendidikan diukur melalui angka melek huruf penduduk dewasa, serta rata-rata lama sekolah. Faktor lain yang berpengaruh terhadap kualitas pendidikan adalah belum idealnya rasio siswa terhadap guru, rasio siswa terhadap daya tampung sekolah, dan rasio guru terhadap sekolah.
Tabel 2.20 Angka Melek Huruf Kabupaten Parigi Tahun 2008-20012 Tahun Uraian 2008 2009 2010 Parigi Moutong 93,55 93,68 93,70 Sulawesi Tengah 95,68 95,78 96,08 Nasional 92,20 92,60 92,91
Moutong 2011 93,96 96,12 92,99
2012 93,98 96.12 93,53
Sumber: BPS 2009-2013 (diolah kembali)
Berdasarkan data di atas, Angka Melek Huruf (AMH) Tahun 2008 mencapai 93,59 dan pada tahun 2012, AMH untuk Kabupaten Parigi Moutong mencapai adalah 93,98%. Peningkatan kecil AMH di Kabupaten Parigi Moutong dalam lima tahun terakhir. Data perbandingan AMH kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah sebagai berikut.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-42
Sumber: Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah, 2013
Gambar 2.5 Capaian Angka Melek Huruf Kabupaten/Kota Se-Sulawesi Tengah Tahun 2012 Berdasarkan Gambar 2.5 di atas tahun 2012, capaian AMH tertinggi di Kota Palu (99,34%) dan terendah di Kabupaten Parigi Moutong (93,98%). Terdapat 6 daerah memiliki AMH di atas Provinsi Sulteng yaitu Kota Palu, serta Kabupaten Buol, Poso, Tojo Una-Una, Morowali, dan Sigi. Kondisi ini merupakan masalah utama pembangunan pada lima tahun akan datang di kabupaten Parigi Moutong. Data dari tahun ke tahun perkembangan AMH di Kabupaten Parigi Moutong mengalami peningkatan AMH yang masih kurang baik. Kondisi AMH yang buruk ini terutama karena pemerintah daerah belum mampu menyelesaikan masalah buta huruf pada masyarakat Komunitas Adat Terpencil (KAT). b.2) Angka Rata-rata Lama Sekolah Rata-rata lama sekolah (mean years of schooling) merupakan satu sub-komponen yang mempengaruhi penilaian pembangunan manusia. Indikator ini menunjukkan sampai pada jenjang pendidikan tertentu, tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten Parigi Moutong. Indikator rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Parigi Moutong pada tahun 2008 tercatat 7,02 tahun. Angka ini mengalami peningkatan sebesar 0,14 menjadi 7,17 pada tahun 2012. Peningkatan ini menunjukkan sebagian besar penduduk terutama kelompok usia produktif memiliki rata-rata lama sekolah makin tinggi. Dengan kata lain, penduduk usia produktif di Kabupaten Parigi Moutong memiliki jenjang pendidikan yang tertinggi ditamatkan semakin meningkat. Kondisi ini dapat dilihat seperti pada Tabel 2.21 berikut.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-43
Tabel 2.21 Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Tahun Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Parigi Moutong 7,02 7,10 7,12 7,16 7,17 Sulawesi Tengah 7,81 7,89 8,00 8,03 8,03 Nasional 7,50 7,72 7,92 7,94 7,97 Sumber: BPS 2009-2013 (diolah kembali)
Rata-rata lama sekolah pada lima tahun terakhir Provinsi Sulawesi Tengah lebih tinggi dibanding Kabupaten Parigi Moutong. Rata-rata lama sekolah Kabupaten Parigi Moutong pada tahun 2012 baru mencapai 7,17 tahun, atau rata-rata lama sekolah berada pada jenjang pendidikan kelas 7 atau SMP kelas 1, sementara itu rata-rata lama sekolah Provinsi Sulteng berada pada jenjang pendidikan kelas 8 atau SMP kelas 2. Perbandingan capaian Rata-rata lama sekolah pada tahun 2012 antar kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tengah dapat dilihat pada Gambar 2.6 berikut.
Sumber ; Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah, 2013
Gambar 2.6 Capaian Angka Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) Kabupaten/Kota Se-Sulawesi Tengah Tahun 2012 Gambar 2.6 di atas menunjukkan pada tahun 2012, capaian RLS tertinggi di Kota Palu sebesar 11,05 Tahun dan terendah di Kabupaten Parigi Moutong sebesar 7,17 Tahun. Terdapat 4 (empat) daerah memiliki RLS di atas RLS Provinsi Sulawesi Tengah yaitu Kota Palu, serta Kabupaten Buol, Poso, Touna, Morowali, dan Sigi. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-44
b.3) Angka Partisipasi Kasar Indikator APK digunakan melihat seberapa besar anak usia menurut tingkat pendidikan tertentu berada dalam lingkup pendidikan dan penyerapan dunia pendidikan formal terhadap penduduk usia sekolah. Nilai lain yang sering dipergunakan adalah Angka Partisipasi Sekolah (APS). Secara umum indikator-indikator ini menunjukkan seberapa besar program-program yang dicanangkan oleh pemerintah telah berhasil seperti wajib belajar 9 tahun. APK menunjukkan proporsi anak sekolah secara gender pada jenjang tertentu. APK tidak memperhatikan mengenai usia sekolah. APK menurut Jenis kelamin dan jenjang Pendidikan di Kabupaten Parigi Moutong disajikan pada Tabel 2.22 berikut.
Tabel 2.22 Capaian APK Menurut Jenjang Pendidikan Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 APK/Tahun Uraian 2008 2009 2010 2011 Parigi Moutong SD/MI/Paket A 108,25 112,22 110,77 102,44 SMP/MTs/Paket 70,82 72,65 65,16 75,84 B SMA/MA/SMK/ 45,34 44,25 40,93 61,95 Paket C Sulawesi Tengah SD/MI/Paket A 110,32 113,79 112,08 103,13 SMP/MTs/Paket 85,23 76,69 74,46 84,94 B SMA/MA/SMK/ 59,86 59,35 60,32 65,96 Paket C Nasional SD/MI/Paket A 112,19 111,12 110,42 111,68 SMP/MTs/Paket 86,37 86,86 81,25 80,59 B SMA/MA/SMK/ 59,46 59,06 62,55 62,85 Paket C
2012 102,54 76,02 62,46 103,80 79,22 69,73 102,58 89,57 64,66
Sumber: BPS 2009-2013 (diolah kembali)
b.4) Angka Partisipasi Murni Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-45
Angka Partisipasi Murni (APM) di Kabupaten Parigi Moutong dari tiap jenjang pendidikan meningkat setiap tahunnya, kecuali pada tahun 2008 terjadi penurunan terutama pada jenjang Perguruan Tinggi. Kondisi tersebut disebabkan kurang meratanya kesempatan penduduk di pedesaan dalam mendapatkan layanan pendidikan tinggi. Promosi program pendidikan dasar yang dilakukan pemerintah di berbagai daerah secara luas yang disertai berbagai dana bantuan pendidikan terbatas pada kelompok masyarakat miskin, yang sifatnya menyeluruh seperti Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Gambaran APM di Kabupaten Parigi Moutong dalam Tabel 2.23 berikut. Tabel 2.23 Capaian APM Menurut Jenjang Pendidikan Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 APM/Tahun Uraian 2008 2009 2010 2011 SD/MI/Paket A Parigi Moutong 91,94 92,33 91,29 93,46 Sulawesi Tengah 92,82 92,98 93,54 89,99 Nasional 93,78 93,99 94,37 94,76 SMP/MTs/Paket B Parigi Moutong 57,64 57,30 53,45 60,44 Sulawesi Tengah 59,73 60,22 60,83 61,74 Nasional 66,90 67,39 67,43 67,73
2012 94,02 91,08 91,03 50,59 61,25 68,12
SMA/MA/SMK/Paket C
Parigi Moutong Sulawesi Tengah Nasional
28,39 39,39 44,84
33,76 39,52 44,97
29,17 40,23 45,11
48,13 46,99 45,59
48,78 51,28 47,97
Sumber: BPS 2009-2013 (diolah kembali)
c) Kesehatan c.1) Angka Usia Harapan Hidup (UHH) Rata-rata Angka Usia Harapan Hidup pada saat lahir (eo) adalah hasil perhitungan proyeksi yang sering dipakai sebagai salah satu Indikator Kesejahteraan Rakyat. UHH adalah angka perkiraan lama hidup rata-rata penduduk Kabupaten Parigi Moutong dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur adalah selama 64-65,47 tahun. UHH Kabupaten Parigi Moutong masih lebih rendah dibanding capaian UHH Provinsi Sulawesi Tengah dan nasional, dimana lima tahun terakhir capaian UHH Kabupaten Parigi Moutong berdasarkan sensus penduduk yang dilakukan BPS disajikan dalam Tabel 2.24 sebagai berikut. Tabel 2.24 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-46
Angka Usia Harapan Hidup (UHH) Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008-2012 Tahun Uraian 2008 2009 2010 2011 Parigi Moutong 64,53 64,84 65,16 65,47 Sulawesi Tengah 66,10 66,35 66,60 66,86 Nasional 69,00 69,20 69,40 70.76
2012 65,79 66,86 -
Sumber: BPS 2009-2013 (diolah kembali)
Berdasarkan Tabel 2.24 di atas, pada tahun 2008 UHH sebesar 64,53 tahun naik menjadi 65,79 tahun pada tahun 2012. Artinya, terjadi kenaikan usia rata-rata masyarakat Kabupaten Parigi Moutong. Perbandingan capaian UHH pada tahun 2012 antar kabupaten/Kota di provinsi Sulawesi Tengah dapat dilihat pada Gambar 2.7 berikut.
Sumber: Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah, 2013
Gambar 2.7 Capaian Angka Usia Harapan Hidup (UHH) Kabupaten/Kota Se-Sulawesi Tengah Tahun 2012 Pada Gambar 2.7 di atas, capaian UHH tertinggi tahun 2012 di Kota Palu sebesar 70,54 Tahun dan terendah di Kabupaten Tojo Una-una sebesar 64,20 Tahun. Sementara capaian UHH Kabupaten Parigi Moutong sebesar 65,79 Tahun, termasuk kelompok menengah atau urutan ke-7 dari 11 kabupaten/kota di Sulawesi tengah. Perbandingan capaian pembangunan antara Provinsi Sulawesi Tengah dan nasional dengan Kabupaten Parigi Moutong untuk UHH pada lima tahun terakhir, dimana UHH Sulawesi Tengah lebih tinggi dibanding Kabupaten Parigi Moutong. UHH Kabupaten Parigi Moutong lebih rendah selama 5 (lima) tahun terakhir, pada tahun 2012 mencapai 65,79 tahun, sementara itu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-47
rata-rata Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 66,86 tahun. c.2) Persentase Bayi Gizi Buruk Persentase gizi buruk masyarakat di Kabupaten Parigi Moutong dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Pada tahun 2012, kasus gizi buruk di Kabupaten Parigi Moutong sebanyak 13 orang atau 3% dari seluruh jumlah balita yang terdata. Hal ini membuktikan asupan gizi masyarakat sudah baik. Data persentase bayi gizi buruk di Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008-2012 pada Tabel 2.25 sebagai berikut.
Tabel 2.25 Persentase Bayi Gizi Buruk Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Tahun Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Balita Gizi Buruk 32 23 20 13 13 Jumlah Balita 40.435 42.113 47.473 48.361 49.168 Parigi Moutong 0,08 0,05 0,04 0,03 0,03 Sulawesi Tengah 2,10 0,80 1,60 3,56 2,02 Sumber: BPS Parimo tahun 2009-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
d) Ketenagakerjaan Indikator ketenagakerjaan yang umum digunakan menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat adalah laju pertumbuhan angkatan kerja yang terserap pada lapangan pekerjaan. Di satu sisi, tingginya angkatan kerja di suatu daerah dapat menggerakan aktivitas perekonomian daerah tersebut. Di sisi lain, tingginya angkatan kerja yang tidak terserap di pasar tenaga kerja akan mengakibatkan masalah-masalah sosial dan penyakit masyarakat lainnya. Kondisi ketenagakerjaan seperti persentase angkatan kerja yang bekerja dan distribusi lapangan pekerjaan sangat bermanfaat untuk melihat peran ketenagakerjaan terhadap ekonomi suatu daerah. Tingginya produktivitas tenaga kerja akan menghasilkan output yang besar dan selanjutnya meningkatkan pendapatan tenaga kerja. Peningkatan pendapatan tenaga kerja akan meningkatkan kemampuan daya beli (purchasing power) masyarakat dan mampu pemenuhan kebutuhan hidup (basic needs) yang layak. Data rasio penduduk yang bekerja di Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2010-2012 disajikan pada Tabel 2.26 berikut. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-48
Tabel 2.26 Rasio Penduduk yang Bekerja Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2010-2012 Tahun Uraian 2010 2011 2012 Jumlah Penduduk yang Bekerja 195.285 195.285 201.595 Angkatan Kerja 199.858 199.858 211.965 Parigi Moutong 0,98 0,98 0,95 Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
2.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga a) Kebudayaan Pembangunan kebudayaan di Kabupaten Parigi Moutong bertujuan melestarikan kebudayaan daerah, serta mempertahankan nilai-nilai budaya daerah di tengah semakin derasnya pengaruh budaya global. Pembangunan seni dan budaya di Kabupaten Parigi Moutong sudah mengalami kemajuan yang ditandai dengan meningkatnya pemahaman terhadap nilai budaya dan penggunaan bahasa daerah Kaili, namun peningkatan jati diri masyarakat Kabupaten Parigi Moutong seperti rasa kebersamaan dirasakan mulai tergerus. Kondis tersebut menyebabkan solidaritas sosial, rasa kekeluargaan, budaya kerja keras, semangat gotong royong, penghargaan nilai budaya dan bahasa daerah juga mulai terdegradasi.
Sumber: BPS 2009-2013 (diolah kembali)
Gambar 2.8 Jumlah Gedung Kesenian Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 b) Pemuda dan Olahraga Kegiatan kepemudaan dan olahraga di Kabupaten Parigi Moutong dilaksanakan melalui berbagai macam kegiatan kepemudaan dan olahraga. Pembinaan olahraga dilaksanakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-49
melalui kegiatan pembinaan olahraga pelajar dan pembinaan olahraga masyarakat yang meliputi pengadaan sarana dan prasarana, penyelenggaraan olahraga dari tingkat SD, SMP, dan SMA. b.1) Jumlah Klub Olahraga Pemerintah daerah Kabupaten Parigi Moutong senantiasa terus berupaya meningkatkan prestasi pemuda dengan melakukan pembenahan pada berbagai aspek, baik infrastruktur maupun suprastruktur. Selain itu, dilengkapi fasilitas dan dukungan terhadap organisasi induk olah raga, beserta organisasi cabang olah raga, penyelenggaraan pertandingan olahraga antarsekolah, serta pertandingan olahraga antar klub, serta antar kecamatan atau antar desa/kelurahan. Data jumlah klub olahraga di Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008-2012 sebagai berikut.
Sumber: BPS 2009-2013 (diolah kembali)
Gambar 2.9 Jumlah Klub Olahraga Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012
b.2) Jumlah Lapangan Olahraga Rasio lapangan olah raga di Kabupaten Parigi Moutong pada tahun 2012 sebesar 10,53 menunjukkan tersedia sebanyak 10 klub olahraga tiap 10.000 penduduk, dan tersedia 1 (satu) lapangan olahraga untuk setiap 10.000 penduduk. Kondisi tersebut membutuhkan perhatian serius pemerintah, peningkatan partisipasi masyarakat dan keterlibatan dunia usaha untuk meningkatkan ketersediaan lapangan olahraga. Rasio lapangan olahraga per 10.000 penduduk di Kabupaten Parigi Moutong disajikan pada Tabel 2.27 sebagai berikut. Tabel 2.27 Jumlah Lapangan Olahraga Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-50
Uraian Jumlah Lapangan Olahraga Jumlah Penduduk
2008
2009
Tahun 2010
2011
2012
280
360
400
447
451
382.176 404.495 413.588 421.232 428.359 7,33 8,90 9,67 10,61 10,53 Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
Rasio
Data pada Tabel 2.27 di atas menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan rasio lapangan olah raga per 10.000 penduduk di Kabupaten Parigi Moutong setiap tahunnya, meski rasio lapangan olahraga masih sangat rendah.
2.3. Aspek Pelayanan Umum Gambaran umum kondisi daerah aspek pelayanan umum dapat dilihat dari 2 (dua) fokus layanan, yaitu: fokus layanan urusan wajib dan fokus layanan urusan pilihan. Kedua fokus tersebut diuraikan sebagai berikut. 2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib Layanan urusan wajib Pemerintah Daerah terdiri dari 23 urusan, yaitu: 1). Pendidikan Sektor pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam menentukan kualitas SDM. Kualitas SDM memiliki ciri yang inovatif, kreatif, berkarakter dan berbudi pekerti. Urusan wajib bidang pendidikan yang menjadi kewenangan pemerintah Kabupaten adalah mulai dari pendidikan usia dini, pendidikan dasar hingga pendidikan menengah. Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan pendidikan dapat dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut: 1.a) Pendidikan Dasar 1.a.1) Angka Partisipasi Sekolah (APS) APS pada berbagai jenjang pendidikan menunjukkan proporsi penduduk usia tertentu dan sesuai dengan usia sekolah yang bersekolah pada jenjang tersebut. APS digunakan untuk mengetahui seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan, yang dapat dilihat dari penduduk yang masih sekolah pada umur tertentu. Beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi APS di daerah pedalaman dan pegunungan antara lain; 1) Kondisi geografis, hambatan geografis dan artian wilayah Kota yang cukup luas, dengan topografinya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-51
sehingga menyebabkan jarak tempuh dalam mengakses fasilitas sekolah jauh lebih sulit; 2) Kemampuan ekonomi masyarakat yang relatif masih rendah; dan 3) Masih terdapat hambatan budaya, di mana kesadaran untuk mencapai pendidikan yang lebih tinggi belum merupakan kebutuhan. Pemerataan kesempatan pendidikan pada tingkat SD telah meningkat secara tajam dari waktu ke waktu. Hal ini ditunjukkan APM yang mendekati 100. Program pendidikan selama ini telah meningkatkan angka partisipasi pada jenjang SD. APM SLTP juga meningkat cukup baik. Namun, angka partisipasi masih harus ditingkatkan, mengingat masih relatif kecil jika dikaitkan dengan program wajib belajar 9 (Sembilan) tahun. Keberhasilan Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong melaksanakan pendidikan dasar 9 tahun dapat dilihat dari tingkat partisipasi sekolah usia 7-12 tahun (SD/MI), dan usia 13-15 tahun (SMP/MTs), dimana rasio APS penduduk usia 7-12 tahun maupun rasi APS penduduk usia 7-12 tahun mencapai 988,19 pada tahun 2012. Sedangkan untuk usia 13-15 tahun menunjukan penurunan dari 677,05% pada tahun 2011 menjadi 758,50 tahun 2012. Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong memiliki tanggungjawab besar dalam mengatasi faktor-faktor penyebab anak usia sekolah tersebut tidak berada di bangku sekolah. Sejak diluncurkan Inpres SD Nomor 5 Tahun 1973, terus tumbuhnya kesempatan belajar sehingga mencapai angka tertinggi pada pendidikan SD. Perluasan SD memberikan pengaruh positif terhadap perluasan kesempatan pada jenjang lebih tinggi. Banyaknya penduduk yang berstatus masih sekolah pada kelompok usia sekolah tertentu, merupakan indikator yang dapat digunakan untuk melihat tingkat partisipasi pendidikan penduduk atau kesempatan penduduk dalam memperoleh pendidikan. Besarnya daya serap penduduk usia sekolah dalam pendidikan sebagai gambaran tingkat daya serap penduduk usia sekolah partisipasi penduduk usia sekolah. Gambaran tingkat daya serap penduduk usia sekolah partisipasi penduduk usia sekolah di Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008-2012. Tabel 2.28 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Usia 7-12 dan 13-15 Tahun Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Tahun Jenjang Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012 Parigi Moutong Tingkat SD/MI 98,33 98,51 98,67 98,82 99,24 Tingkat SMP/MTs 58,02 59,66 64,63 67,70 75,85 Sulawesi Tengah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-52
Tingkat SD/MI Tingkat SMP/MTs
97,16 81,13
97,22 83,41
97,52 84,17
96,58 84,14
96,58 84,14
Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
Sebagaimana pada tabel di atas, rasio APS jenjang pendidikan SD/MI (usia 7-12 tahun) di Kabupaten Parigi Moutong pada tahun 2008 mencapai 98,33, dan jenjang SMP/MTs (usia 13-15 tahun) sebesar 58,02. Pada tahun 2012, APS mencapai 99,24 untuk jenjang pendidikan SD/MI (usia 7-12 tahun), sedangkan jenjang pendidikan SMP/MTs (usia 13-15 tahun) adalah 75,85. Rasio capaian APS Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2012, jenjang SD/MI (usia 7-12 tahun) sebesar 96,58 lebih rendah dari capaian Kabupaten Parigi Moutong. Sementara itu, untuk jenjang pendidikan SD/MI (usia 7-12 tahun) pada tahun 2012 sebesar 84,14. 1.a.2) Ketersediaan Sekolah Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan dasar per 10.000 jumlah penduduk usia dasar. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan dasar jumlah sekolah jenjang pendidikan dasar per 10000 jumlah penduduk usia SD/MI dan SMP/MTs yang sesuai dengan jenjang pendidikan dasar. Rasio ketersediaan sekolah di Kabupaten Parigi Moutong tahun 20082012 untuk jenjang SD/MI dan SMP/MTs disajikan sebagai Gambar 2.10 berikut.
Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
Gambar 2.10 Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah Di Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Data tersaji di atas menggambarkan ketersediaan sekolah baik pada jenjang SD/MI maupun SMP/MTs pada jenjang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-53
pendidikan dasar di Kabupaten Parigi Moutong dari tahun ke tahun yang semakin baik. Hal tersebut dapat dilihat dari meningkatnya rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah pendidikan dasar. Secara lengkap data ketersediaan sekolah pendidikan dasar di Kabupaten Parigi Moutong disajikan pada Tabel 2.29 berikut. Tabel 2.29 Rasio Ketersediaan Sekolah/Penduduk Usia Sekolah Di Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Tahun Jenjang Pendidikan 2008 2009 2010 2011 2012 Parigi Moutong Tingkat SD/MI 73,86 78,89 76,78 77,08 75,68 Tingkat SMP/MTs 35,04 46,19 46,86 47,59 47,51 Sulawesi Tengah Tingkat SD/MI 75,78 73,28 74,78 74.78 Tingkat SMP/MTs 44,09 63,11 63.11 Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
1.a.3) Rasio Guru/Murid Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru berdasarkan tingkat pendidikan per 10.000 jumlah murid berdasarkan tingkat pendidikan. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar juga mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran. Pelayanan pendidikan dapat diamati dari rasio guru terhadap siswa selama tahun 2008-2012 terlihat bahwa rasio guru terhadap siswa mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan terdapat peningkatan kualitas pelayanan pendidikan karena jumlah guru yang menanggung sejumlah murid menjadi semakin banyak. Kondisi rasio guru terhadap murid dapat dilihat pada tabel 2.30 berikut ini: Tabel 2.30 Rasio Guru dan Murid pada Jenjang Pendidikan Dasar Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian Jumlah Guru SD/MI Jumlah Murid SD/MI Parigi Moutong Sulawesi Tengah Jumlah Guru SMP/MTs Jumlah Murid SMP/MTs Parigi Moutong
2008 2.836 49.573 57 148.800
2009 3.118 62.334 50 250.300
Tahun 2010 4.045 70.691 57 133.400
1.087
1.081
1.703
1.741
1.114
14.870
11.615
18.125
21.560
14.326
73
93
94
81
78
2011 3.589 65.573 55 147
2012 3.627 66.319 55 147.1*
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-54
Uraian Sulawesi Tengah
2008 104.500
2009 121.400
Tahun 2010 129.000
2011 11,67
2012 11.67*
Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
Selama kurun waktu tahun 2008–2012 rasio ketersediaan guru di Kabupaten Parigi Moutong untuk jenjang pendidikan dasar, baik SD/MI dan SMP/MTs per 10.000 jumlah murid mengalami penurunan pada tahun 2009 dibanding tahun 2008. Kemudian meningkat lagi pada tahun 2012, hingga tahun 2012 rasio ketersediaan guru pendidikan dasar di Kabupaten Parigi Moutong sebesar 59, terdiri atas rasio ketersediaan guru SD/MI sebesar 55 dan rasio ketersediaan guru jenjang pendidikan SMP/MTs sebesar 78. Gambaran ketersediaan guru/murid di Kabupaten Parigi Moutong per jenjang pendidikan selama kurun waktu tahun 2008-2012. 1.a.4) Rasio Guru Terhadap Murid Per Kelas Rata- Rata Rasio guru terhadap murid per kelas rata-rata jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI) di Kabupaten Parigi Moutong merupakan perbandingan antar guru dengan jumlah murid ratarata perkelas pada jenjang pendidikan dasar. Angka tersebut diperlukan untuk mengetahui rata-rata ketersediaan guru yang dapat melayani kelas dalam suatu sekolah. Data rasio guru terhadap murid per kelas rata-rata di Kabupaten Parigi Moutong pada jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI) disajikan pada tabel 2.31 berikut. Tabel 2.31 Rasio Guru/Murid Per Kelas Rata-Rata SD/MI Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian
2008
2009
Tahun 2010
2011
2012
Jumlah Guru Sekolah Pendidikan Dasar Per 2.611 2.966 2972 2.958 3.555 Kelas Jumlah Murid 52.063 60.003 65.672 64.702 65.247 Pendidikan Dasar Parigi Moutong 50,15 49,43 45,26 45,72 54,49 Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
1.b) Pendidikan Menengah 1.b.1) Angka Partisipasi Sekolah Salah satu indikator yang sering digunakan untuk mengukur partisipasi pendidikan murid, diantaranya adalah Angka Partisipasi Sekolah (APS). Indikator ini menunjukkan seberapa besar anak usia menurut tingkat pendidikan tertentu berada dalam lingkup pendidikan dan penyerapan dunia pendidikan formal terhadap penduduk usia sekolah. APS dihitung Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-55
berdasarkan jumlah murid kelompok usia pendidikan yang masih menempuh pendidikan menengah per 1.000 jumlah penduduk usia pendidikan menengah. APS menurut jenjang pendidikan adalah ukuran banyaknya penduduk yang bersekolah dalam suatu jenjang pendidikan. Untuk mengetahui besarnya tingkat partisipasi/ kesempatan/daya serap penduduk usia sekolah pada jenjang pendidikan SMA/SMK/MA. Besarnya APS menurut jenjang pendidikan SMA/SMK/MA di Kabupaten Parigi Moutong dibawah 100%. Pola umum terjadi, di mana jenjang sekolah menengah mempunyai angka partisipasi tinggi. Partisipasi Murni merupakan indikator yang baik. Angka ini selalu lebih kecil dari angka partisipasi kasar. Secara jelasnya data tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
Gambar 2.11 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Usia 16-19 Tahun Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Rasio APS pada jenjang pendidikan SD/MI (usia 16-19 tahun) di Kabupaten Parigi Moutong pada tahun 2008 mencapai 468,88. Angka rasio APS tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun hingga pada data terakhir tahun 2012, mencapai 561,79. Tabel 2.32 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Usia 16-19 Tahun Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Jenjang Pendidikan Jumlah Murid Usia 16-19 Tahun Jumlah Penduduk kelompok Usia 16-19 Tahun
2008
2009
Tahun 2010
8.858
9.734
11.417
11.815
12.006
18.892
19.410
20.758
20.983
21.371
2011
2012
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-56
Parigi Moutong 46,89 50,15 55,00 56,31 Sulawesi Tengah 50,75 49,30 50,06 57,59 Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
56,18 57.59
Pada Tabel 2.32 di atas, rasio APS pada jenjang pendidikan SMA/MA/SMK (usia 16-19 tahun) pada tahun 2008 mencapai 46,89. APS tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun hingga pada data terakhir tahun 2012, mencapai 56,18. Walaupun angka APS tersebut sebenarnya turun dari 56,31 di tahun 2011, untuk periode yang sama capain rasio APS pada jenjang pendidikan SMA/MA/SMK Provinsi Sulawesi Tengah berada di atas capaian Kabupaten Parigi Moutong. 1.b.2) Rasio Ketersediaan Sekolah Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah ketersediaan sekolah pada jenjang tertentu per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan tertentu yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pada jenjang pendidikan tersebut. Rasio ketersediaan sekolah pada jenjang Pendidikan SMA/MA/SMK di Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008-2012 disajikan sebagai tabel berikut. Tabel 2.33 Rasio Ketersediaan Sekolah Terhadap Penduduk Usia Sekolah Jenjang Pendidikan Menengah di Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Tahun Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah Sekolah 37 40 43 54 65 SMA/MA/SMK Jumlah penduduk 18.892 19.410 20.758 20.983 21.371 usia (16-19) Tahun Parigi Moutong 19,59 20,61 20,71 25,74 30,42 Sulawesi Tengah 16,07 13,25 14,26 27,66 27.66 Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2018-2013 (diolah kembali)
Sebagaimana pada Tabel 2.33 di atas, rasio APS pada jenjang pendidikan SMA/MA/SMK di Kabupaten Parigi Moutong pada tahun 2008 mencapai 19,59. Rasio APS tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun hingga pada data terakhir tahun 2012, mencapai 30,42. Rasio ketersedian sekolah juga masih menjadi hambatan di dalam pembangunan pendidikan di Kabupaten Parigi Moutong, namun demikian capaiannya sudah berada di atas ratarata provinsi Sulawesi Tengah. 1.b.3) Rasio Guru Terhadap Murid Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-57
tingkat pendidikan per 10.000 jumlah murid berdasarkan tingkat pendidikan. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar juga mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran. Selama tahun 2008-2012, rasio ketersediaan guru di Kabupaten Parigi Moutong untuk jenjang pendidikan menengah, SMA/MA/SMK per 10.000 jumlah murid menunjukkan naik turun dari tahun ke tahun. Rasio ketersediaan guru SMA/MA/SMK pada tahun 2009, mengalami peningkatan dibanding tahun 2008. Sementara itu, pada tahun 2010 mengalami kenaikan dengan rasio ketersediaan guru SMA/MA/SMK mencapai 95,44, hingga tahun 2012 mencapai 77,85. Gambaran ketersediaan guru/murid jenjang pendidikan Menengah di Kabupaten Parigi Moutong per jenjang pendidikan selama kurun waktu tahun 2008-2012. Tabel 2.34 Rasio Guru Terhadap Murid Jenjang Pendidikan Menengah Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008-2012 Uraian
Tahun 2010
2008 2009 2011 Jumlah Guru 612 757 907 1.352 SMA/MA/SMK Jumlah Murid 8.330 10.038 9.503 11.418 SMA/MA/SMK Parigi Moutong 73,47 75,41 95,44 118,41 Sulawesi Tengah 125.500 125.500 124.400 10,79 Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
2012 950 12.203 77,85 10.79*
1.b.4) Rasio Guru Terhadap Murid Per Kelas Rata- Rata Rasio guru terhadap murid per kelas rata-rata pada jenjang pendidikan menengeh SMA/MA/SMK di Kabupaten Parigi Moutong merupakan perbandingan antar Guru dengan jumlah murid rata-rata per kelas pada jenjang pendidikan menengah. Angka tersebut diperlukan untuk mengetahui rata-rata ketersediaan guru yang dapat melayani kelas dalam suatu jenjang pendidikan. Untuk lebih detail data mengenai rasio guru terhadap murid per kelas rata-rata pada jenjang pendidikan menengeh SMA/MA/SMK di Kabupaten Parigi Moutong tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.35 berikut. Tabel 2.35 Rasio Guru dan Murid Per Kelas Rata- Rata Pendidikan Menengah Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Tahun Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah Guru 397 403 405 422 427 Sekolah Pendidikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-58
Uraian Menengah Per Kelas Jumlah Murid Pendidikan Menengah Parigi Moutong Sulawesi Tengah
2008
Tahun 2010
2009
2011
2012
9.281
10.718 11.606 11.933 12.124
42,78 -
37,60 -
34,90 -
35,36 0,27
35,22 0.27*
Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
1.c) Fasilitas Pendidikan Untuk sasaran tersedianya fasilitas pendidikan yang memadai di Kabupaten Parigi Moutong, pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan berupaya meningkatkan pelayanan bidang pendidikan melalui peningkatan sarana dan prasarana pendidikan mulai tingkat pendidikan dini hingga pendidikan menengah. Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan sangat mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar pada sebuah lembaga pendidikan. Pada tahun 2012 jumlah SD mencapai 450 sekolah yang tersebar di Kabupaten Parigi Moutong. Sebanyak 54% dalam kondisi baik dan layak digunakan untuk proses belajar mengajar. Gedung SMP di Kabupaten Parigi Moutong berjumlah 119 sekolah, terdapat 45,38% dalam kondisi baik. Sementara itu, pada tingkat SMA tersedia 20,37% gedung sekolah dalam kondisi baik atau 11 dari 54 Sekolah Menengah Atas (SMA) yang ada. Tabel 2.36 Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan Kondisi Bangunan Baik Di Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian Jumlah Sekolah Pendidikan SD/MI Kondisi Bangunan Baik Jumlah Seluruh Sekolah SD/MI Parigi Moutong Jumlah Sekolah Pendidikan SMP/MTs Kondisi Bangunan Baik Jumlah Seluruh Sekolah SMP/MTs Persentase SMP/MTs Jumlah Sekolah Pendidikan SMA/SMK/MA Kondisi Bangunan Baik
2008
2009
Tahun 2010
52
78
167
243
350
395
422
447
450
450
13,16
18,48
37,36
54,00
77,78
11
16
20
54
72
84
113
116
119
121
13,10
14,16
17,24
45,38
59,50
5
4
6
11
11
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
2011
2012
II-59
Uraian
2008
2009
Tahun 2010
2011
Jumlah Seluruh Sekolah 37 40 43 54 SMA/SMK/MA Persentase SMA/SMK/MA 13,51 10,00 13,95 20,37 Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
2012 65 16,92
1.d) Angka Putus Sekolah Angka drop-out (putus sekolah) pada jenjang pendidikan menengah di Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008-2012 disajikan sebagai berikut.
Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
Gambar 2.12 Capaian Kinerja APS Tingkat Pendidikan SD/MI di Parigi Moutong Tahun 2008-2012 1.e) Angka Kelulusan Tingkat pendidikan yang ditamatkan merupakan salah satu indikator dampak yang menggambarkan tingkat pendidikan yang dicapai (ditamatkan) penduduk berumur 5 tahun ke atas yang pernah sekolah. Secara umum penduduk Kabupaten Parigi Moutong menurut tingkat pendidikan semakin baik. 1.f.1) Angka Kelulusan SD/MI Angka kelulusan jenjang pendidikan SD/MI di Kabupaten Parigi Moutong selama kurun waktu 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 2.37 berikut. Tabel 2.37 Angka Kelulusan SD/MI di Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian
Tahun
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-60
Jumlah lulusan pada jenjang SD/MI Jumlah Siswa Tingkat Tertinggi pada Jenjang SD/MI pada Tahun Sebelumnya Parigi Moutong
2008
2009
2010
2011
2012
7.582
7.618
8.015
8.739
8.720
7.615
7.796
8.016
8.739
8.720
99,57%
97,72%
100%
100%
100%
Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
1.f.2) Angka Kelulusan SMP/MTs Angka kelulusan pada tingkat SMP/MTs di Kabupaten Parigi Moutong, tahun ke tahun terus memperlihatkan hasil yang menggembirakan, meski belum mencapai angka terbaik. Namun sudah memperlihatkan peningkatan dari tahun ke tahun. Angka kelulusan pendidikan tingkat SMP/MTs di Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008–2012 secara tersaji pada Tabel 2.38 berikut. Tabel 2.38 Angka Kelulusan SMP/MTs di Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian
2008
2009
Tahun 2010
2011
Jumlah lulusan pada 3.934 5.606 5.374 5.482 jenjang SMP/MTs Jumlah Siswa Tingkat Tertinggi 4.863 5.647 5.406 5.676 SMP/MTs pada Tahun Sebelumnya Parigi Moutong 80,90% 99,27% 99,41% 96,58% Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
2012 5.869 5.914 99,24%
1.f.3) Angka Kelulusan SMA/SMK/MA Angka kelulusan pada jenjang pendidikan SMA/SMK/MA cukup stabil, meski pada tahun 2012 terjadi penurunan angka kelulusan sebesar 1,71% dari tahun sebelumnya. Data angka kelulusan pendidikan tingkat SMA/SMK/MA di Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008–2012 sebagai berikut. Tabel 2.39 Angka Kelulusan SMA/SMK/MA Parigi Moutong Tahun 2008-2012 Uraian Jumlah lulusan pada jenjang SMA/SMK/MA
2008
2009
Tahun 2010
2011
2012
1.949
3.429
2.961
3.273
3.456
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-61
Jumlah Siswa Tingkat Tertinggi pada Jenjang 2.252 3.453 3.039 3.290 SMA/SMK/MA pada Tahun Sebelumnya Parigi Moutong 86,55 99,30 97,43 99,48 Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
3.535 97,77
1.f.4) Angka Melanjutkan dari SD/MI ke SMP/MTs Data pendidikan juga terkait dengan perkembangan Angka Melanjutkan dari SD/MI ke SMP/MTs di Parigi Moutong tahun 2008-2012 tertuang dalam Tabel 2.40 berikut. Tabel 2.40 Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs di Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian Jumlah Siswa Baru Tingkat I pada Jenjang SMP/MTs Jumlah Lulusan pada Jenjang SD/MI Tahun Ajaran Sebelumnya Parigi Moutong Sumber: BPS Parigi Moutong
2008
2009
Tahun 2010
4845
6078
6450
6907
7795
6048
7582
7618
8015
8739
80,11 80,16 84,67 86,18 tahun 2009-2013 (diolah kembali)
89,20
2011
2012
1.f.5) Angka Melanjutkan dari SMP/MTs Ke SMA/SMK/MA Kondisi pendidikan yang berhubungan dengan Angka Melanjutkan dari SMP/MTs Ke SMA/SMK/MA di Parigi Moutong tahun 2008-2012 tertuang dalam tabel 2.41 berikut. Tabel 2.41 Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA di Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Tahun Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah Siswa Baru Tingkat I pada 2.867 3180 4.576 4.676 4.984 Jenjang SMA/SMK/MA Jumlah Lulusan SMP/MTs Tahun 3.615 3.934 5.606 5.374 5.482 Ajaran Sebelumnya Parigi Moutong 79,31 8,08 81,63 87,01 90,92 Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
1.f.6) Kualifikasi Guru yang Memenuhi S1/D-IV Kualifikasi guru sangat berpengaruh terhadap proses belajar Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-62
mengajar siswa dan mutu pendidikan. Untuk itu perlunya tingkat kualifikasi guru yang berkualitas pada setiap jenjang pendidikan. Data kualifikasi guru di Parigi Moutong tahun 2008-2012 tertuang dalam Tabel 2.42 berikut. Tabel 2.42 Jumlah Guru yang Memenuhi Kualifikasi S1/D-IV di Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Jenjang Pendidikan
2008 Guru SD/MI berijasah kualifikasi 313 S1/D-IV Jumlah Guru SD/MI 3211 Parigi Moutong 9,75% Guru SMP/MTs berijasah kualifikasi 495 S1/D-IV Jumlah Guru 634 SMP/MTs Parigi Moutong 78,08% Guru SMA/SMK/MA berijasah kualifikasi 386 S1/D-IV Jumlah Guru 418 SMA/SMK/MA Parigi Moutong 92,34% Jumlah guru keseluruhan 1.194 berijasah kualifikasi S1/D-IV Jumlah 4.263 Keseluruhan Guru Parigi Moutong 28,01% Sulawesi Tengah 35,31% Sumber: BPS Parigi Moutong tahun
2009
Tahun 2010
2011
2012
339
569
838
895
3040 11,15%
3369 16,89%
3443 24,34%
3555 25,18%
708
1026
848
896
1021
1325
1105
1076
69,34%
77,43%
76,74%
83,27%
477
629
596
559
525
691
702
559
90,86%
91,03%
84,90%
100,00%
1.524
2.224
2.282
2.350
4.586
5.385
5.250
5.190
33,23% 41,30% 43,47% 38,32% 59,78% 60,89% 2009-2013 (diolah kembali)
45,28% 60.89%*
2). Kesehatan Pembangunan kesehatan di Kabupaten Parigi Moutong hingga tahun 2012 terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan kesehatan salah satunya dapat dilihat kondisi ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan dan perkembangan akses kesehatan dan pelayanan kepada masyarakat sebagai berikut. 2.a) Rasio Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Per Satuan Balita Pemeliharaan kesehatan ibu dan anak-anak sejak usia dini merupakan strategi pemenuhan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi; peningkatan status kesehatan dan gizi yang baik, lingkungan yang sehat dan aman, pengembangan psikososial/ Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-63
emosi, kemampuan berbahasa dan pengembangan kemampuan kognitif (daya pikir dan daya cipta) serta perlindungan anak. Pengalaman empirik dibeberapa tempat menunjukkan, bahwa strategi pelayanan kesehatan dasar masyarakat dengan fokus pada ibu dan anak seperti itu, dapat dilakukan pada Posyandu. Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat, dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Secara lengkap mengenai Rasio ketersediaan sarana Posyandu di Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008–2012 sebagai berikut.
Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
Gambar 2.13 Rasio Posyandu Per Satuan Balita Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Gambar 2.13 di atas menunjukan keberadaan posyandu di Kabupaten Parigi Moutong sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan khususnya peningkatan kualitas kesehatan ibu, bayi, dan balita. Melalui posyandu, diperoleh berbagai pelayanan dan informasi kesehatan dasar ibu, bayi, dan balita. Data Posyandu di Kabupaten Parigi Moutong pada tahun 2012 sebanyak 425 posyandu, dengan jumlah balita sebanyak 49.168 balita, sehingga rasio posyandu per satuan balita adalah 8,64. 2.b) Pelayanan Puskesmas, Pustu dan Polindes Puskesmas, Pustu dan Polindes merupakan salah satu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-64
sarana penunjang kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Semakin banyak jumlah sarana kesehatan seperti Puskesmas, Pustu dan Polindes, maka semakin memudahkan akses masyarakat dalam menjangkau pelayanan kesehatan. Jumlah Puskesmas, Pustu, dan Polindes terhadap jumlah penduduk di Kabupaten Parigi Moutong bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih luas, ketersediaan Puskesmas semakin dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Pada tahun 2012 di Kabupaten Parigi Moutong tersedia sebanyak 186 unit sarana pelayanan pelayanan kesehatan yaitu: 21 Puskesmas, 81 Puskesmas Pembantu, dan 189 Polindes.
Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
Gambar 2.14 Ketersediaan Puskesmas, Pustu dan Polindes Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Menurut penyebaran per kecamatan terlihat pada hampir semua Kecamatan telah terdapat minimal satu puskesmas, dan sedikitnya terdapat 5 Pustu. Data ketersediaan sarana kesehatan seperti Puskesmas, Pustu, dan Polindes di Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008–2012 sebagai berikut. Tabel 2.43 Ketersediaan Puskesmas dan Pustu Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2009-2012 Uraian Jumlah Puskesmas Jumlah Penduduk Parigi Moutong Sulawesi Tengah Jumlah Pustu
2008 2009 16 19 382.176 404.495 0,004 0,005 0,066 0,065 84 84
Tahun 2010 19 413.588 0,005 0,065 83
2011 19 421.232 0,005 0,070 81
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
2012 21 428.359 0,005 0.065* 81
II-65
Jumlah Penduduk 382.176 404.495 413.588 421.232 Parigi Moutong 0,22 0,21 0,20 0,19 Sulawesi Tengah 0,30 0,29 0,28 0,26 Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
428.359 0,19 0.25*
2.c) Rasio Rumah Sakit Per Satuan Penduduk Rumah sakit merupakan sarana kesehatan yang berfungsi menyelenggarakan pelayanan kesehatan rujukan, asuhan keperawatan secara berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien. Semakin banyak jumlah rumah sakit, semakin mudah akses bagi masyarakat dalam mendapatkan layanan. Kabupaten Parigi Moutong sejak tahun 2008 hingga tahun 2012, memiliki 1 (satu) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Anuntaloko. Data ketersediaan rumah sakit per penduduk dari tahun 2008–2012 tersaji pada Gambar 2.15 berikut.
Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
Gambar 2.15 Rasio Rumah Sakit Per Jumlah Penduduk Di Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Gambar 2.15 di atas terlihat cakupan pelayanan rumah sakit terhadap jumlah penduduk Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008 mencapai 0,002. Artinya untuk 1.000 jumlah penduduk Kabupaten Parigi Moutong pada tahun 2008 dilayani rumah sakit sebanyak 0,002, angka tersebut tetap hingga tahun 2010. Selanjutnya, meningkat menjadi 0,003 per 1.000 penduduk pada Tahun 2011 dan Tahun 2012. 2.d) Rasio Dokter Per Satuan Penduduk Indikator ini menggambarkan tingkat pelayanan yang dapat diberikan oleh dokter dibandingkan jumlah penduduk yang ada. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-66
Standar sistem pelayanan kesehatan terpadu, idealnya satu orang dokter melayani 2.500 penduduk. Jumlah dokter di Kabupaten Parigi Moutong hingga tahun 2012 sebanyak 35 orang dengan penduduk sebanyak 428,359 jiwa. Artinya rasio ketersediaan dokter terhadap 1.000 jumlah penduduk di Kabupaten Parigi Moutong sebesar 0,08. yakni, 1.000 jiwa penduduk dapat dilayani oleh dokter sebanyak 0,08. Gambaran secara lengkap mengenai rasio dokter per satuan penduduk di Kabupaten Parigi Moutong selama kurun waktu tahun 2008–2012.
Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
Gambar 2.16 Rasio Dokter Per Jumlah Penduduk di Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 2.e) Rasio ketersediaan Tenaga Medis Rasio ketersediaan tenaga medis di Kabupaten Parigi Moutong tahun ke tahun meningkat, meskipun tidak terlalu tajam. Hal ini menunjukkan semakin meningkat pula ketersediaan SDM yang memberikan layanan kesehatan bagi masyarakat. Perkembangan rasio ketersediaan tenaga medis di Kabupaten Parigi Moutong terhadap penduduk pada tahun 2008-2012 pada Tabel 2.44 sebagai berikut. Tabel 2.44 Rasio Ketersediaan Tenaga Medis Per Penduduk Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Tahun Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah Tenaga 594 620 801 829 522 Medis Jumlah 382.176 404.495 413.588 421.232 428.359 Penduduk Parigi Moutong
1,55
1,53
1,94
1,97
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
1,22
II-67
Uraian
2008
2009
Tahun 2010
2011
Sulawesi Tengah 1,29 1,50 1,41 1,65 Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
2012 1.65*
Pada tahun 2012, secara umum rasio ketersediaan tenaga medis dan paramedis di Kabupaten Parigi Moutong mencapai 1,22. Ini berarti 1 (satu) tenaga untuk melayani setiap 1.000 penduduk. Angka tersebut menurun jika dibanding Tahun 2011 yang mencapai 1,97. Artinya, tersedia 2 (dua) tenaga untuk melayani setiap 1.000 penduduk. Rasio ketersediaan tenaga medis dan paramedis pada masing-masing kecamatan sudah cukup merata. Meski, terdapat perbedaan antar kecamatan dipandang tidak terlalu besar. Perbedaan tersebut karena kondisi geografis kecamatan yang sulit dan aksesibilitas yang rendah. Langkah strategis yang dikembangkan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk dapat menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS). 2.f) Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani Data jumlah cakupan komplikasi kebidanan yang mendapat penanganan definitif di Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008 sampai tahun 2012 menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Namun, persentasenya bervariasi yang disebabkan jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan juga cukup variatif. Komplikasi kebidanan yang tidak ditangani secara tepat akan menyebabkan risiko kematian ibu, sehingga dapat meningkatkan angka kematian ibu (AKI). Data jumlah ibu hamil risiko tinggi yang ditangani di Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008-2012 sebagai berikut. Tabel 2.45 Persentase Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Tahun Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah Komplikasi Kebidanan yang 290 210 305 470 602 Mendapat penanganan difinitif Jumlah Ibu dengan Komplikasi 1.798 1.798 1.776 1.702 1.714 Kebidanan Parigi Moutong 16,13 11,68 17,17 27,61 35,12 Sulawesi Tengah 19,70 39,40 70,70 43,10 43.10* Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
2.g) Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-68
yang Memiliki Kompetensi Kebidanan Berdasarkan data Dinas kesehatan Kabupaten Parigi Moutong, cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan mencapai 87,08% meningkat jika dibanding tahun sebelumnya sebesar 77,55%. Secara keseluruhan dari tahun ke tahun, cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan pada posisi tertinggi. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompentensi kebidanan mengalami penurunan, jika dilihat data yang tersedia 2008. Namun, jika dilihat jumlah ibu bersalin yang ditolong oleh Tenaga Kesehatan di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dan jumlah seluruh sasaran ibu bersalin di satu wilayah kerja dalam kurun waktu yang sama secara keseluruhan terus mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan sebagian besar persalinan di Kabupaten Parigi Moutong sudah ditolong oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan. Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain akses terhadap sarana dan pelayanan kesehatan khususnya pertolongan persalinan semakin mudah dan peningkatan kesadaran masyarakat untuk melakukan persalinan dengan ditolong oleh tenaga kesehatan. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dari tahun 2008- 2012 sebagai berikut. Tabel 2.46 Persentase Pertolongan Persalinan oleh Bidan Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Tahun Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah Ibu Bersalin yang ditolong oleh 6.661 6.802 6.208 6.299 7.124 Tenaga Kesehatan Jumlah Seluruh 7.313 8.476 8.476 8.122 8.181 Sasaran Ibu Bersalin Parigi Moutong 91,08 80,25 73,24 77,55 87,08 Sulawesi Tengah 78,90 80,10 85,60 83,20 83.20* Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
2.h) Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) UCI adalah tercapainya imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11 bulan), ibu hamil, WUS, dan anak SD. Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi: 1 (satu) dosis BCG, 3 (tiga) dosis DPT, 4 (empat) dosis Polio, 4 (empat) dosis Hepatitis B, 1 (satu) dosis Campak. Ibu hamil dan WUS meliputi 2 (dua) dosis TT. Anak SD meliputi 1 (satu) dosis DT, 1 (satu) dosis campak, dan 2 (dua) dosis TT. Gambaran cakupan desa/kelurahan UCI Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008–2012 pada Tabel 2.47 sebagai berikut. Tabel 2.47 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-69
Persentase Universal Child Immunization (UCI) Terhadap Desa Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Tahun Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah Desa / 139 128 142 153 174 Kelurahan UCI Jumlah Seluruh 180 180 200 225 225 Desa/Kelurahan Parigi Moutong 77,22 71,11 71,00 68,00 77,33 Sulawesi Tengah 70,50 69,50 60,20 78,10 82,00 Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
Data menunjukkan peningkatan cakupan desa/kelurahan UCI di Kabupaten Parigi Moutong mencapai 77,33%. Kondisi mengambarkan tujuan pelaksanaan UCI belum tercapai secara optimal. 2.i) Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Cakupan balita gizi buruk yang mendapat perawatan mencapai angka 100. Hal ini berarti semua balita gizi buruk sudah mendapatkan perawatan medis di sarana pelayanan kesehatan. Upaya pemerintah Kabupaten Parigi Moutong dalam penanganan balita gizi buruk di antaranya dengan pemberian makanan tambahan, penyediaan posyandu, dan peran kader gizi di posyandu dalam deteksi dini balita gizi buruk. Gambaran cakupan balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan pelayanan kesehatan Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008–2012 pada Tabel 2.48 sebagai berikut. Tabel 2.48 Persentase Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Tahun Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah Balita Gizi Buruk Mendapat 32 23 20 13 13 Perawatan Jumlah Balita Gizi Buruk yang 32 23 20 13 13 ditemukan Parigi Moutong 100 100 100 100 100 Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
2.j) Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Parigi Moutong, pola penyakit yang masuk dalam sepuluh besar penyakit (Puskesmas) pada tahun 2012 adalah influenza, diare, hipertensi, Tifus, tersangka TB Paru, DBD dan infeksi saluran pernapasan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-70
Data ini menunjukkan terjadi transisi epidemilogi di Kabupaten Parigi Moutong dengan menonjolnya penyakit-penyakit tidak menular seperti penyakit hipertensi dan diabetes mellitus. Beberapa penyakit menjadi perhatian dunia dan dituangkan dalam komitmen bersama melalui Millennium Development Goals (MDGs) antara lain: TBC, HIV AIDS, dan malaria. Selain itu, TBC BTA juga menjadi perhatian yang serius. Merujuk pada data Dinas Kesehatan Kabupaten Parigi Moutong, angka penemuan TBC (Case Detection Rate/CDR) di Kabupaten Parigi Moutong dari tahun 2008-2012 memperlihatkan kondisi yang bervariasi. Angka penemuan TBC (CDR) di Kabupaten Parigi Moutong pada tahun 2010 jauh di bawah target yaitu sebesar 19,34%. Sedangkan data CDR tahun 2009, angka penemuan TBC (CDR) mencapai 100%. Tabel 2.49 Persentase Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian Jumlah Penderita Baru TBC BTA Positif yang ditemukan dan diobati Jumlah Perkiraan Penderita Baru TBC BTA Positif Parigi Moutong
2008
2009
Tahun 2010
2011
2012
202
183
153
218
224
172
183
791
210
400
117,44
100,00
19,34
103,81 56,00
Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
2.k) Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD Jumlah kasus DBD pada tahun 2008 dilaporkan sebanyak 54 kasus di Kabupaten Parigi Moutong dan mencapai 96,30% yang ditangani. Capaian tersebut meningkat pada tahun tahun 2012 mencapai 100%. Gambaran memperlihatkan masih tingginya prevalensi penyakit DBD di Kabupaten Parigi Moutong yang dipengaruhi oleh tingginya resiko penularan di masyarakat seperti disajikan pada tabel 2.50 berikut. Tabel 2.50 Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian Jumlah Penderita Baru DBD yang ditangani sesuai SOP Jumlah Penderita DBD yang ditemukan
2009
Tahun 2010
2011
52
47
129
83
93
54
47
129
83
93
2008
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
2012
II-71
Tahun 2008 2009 2010 2011 Parigi Moutong 96,30 100 100 100 Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali) Uraian
2012 100
2.l) Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin Berbagai kebijakan terkait penanganan masalah kesehatan bagi masyarakat miskin telah dilaksanakan di provinsi maupun kabupaten/kota. Salah di antaranya melalui Jamkesmas yang ditujukan bagi masyarakat miskin. Jamkesmas adalah sistem jaminan kesehatan yang pengelolaanya secara bersama dan terkoordinasi antara pemerintah daerah dengan instansi terkait, yakni Dinas Kesehatan dan RSUD Anuntaloko. Tabel 2.51 Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian
2008
2009
Tahun 2010
2011
Jumlah Kunjungan 39.090 42.061 34.300 34.545 Pasien Miskin Strata 1 Jumlah seluruh 84.520 73.870 83.400 79.127 penduduk miskin Parigi Moutong 46,25 56,94 41,13 43,66 Sulawesi Tengah 79,81 93,55 98,68 81,36 Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
2012 50.548 76.116 66,40 81.36*
2.m) Cakupan Kunjungan Bayi Cakupan kunjungan bayi (neonates) lengkap pada tahun 2012 di Kabupaten Parigi Moutong tergolong tinggi yaitu 92,17%. Hal ini menunjukkan hampir semua ibu hamil sudah melakukan kunjungan neonates lengkap. Cakupan neonates lengkap Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008-2012 pada Tabel 2.52 berikut. Tabel 2.52 Cakupan Kunjungan Bayi (Neonates) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian Jumlah Kunjungan Bayi Memperoleh Pelayanan Kesehatan Jumlah Seluruh Bayi Lahir Hidup Parigi Moutong Sulawesi Tengah Sumber: BPS Parigi Moutong
2008
2009
Tahun 2010
5.719
5.627
0
6.514
7.015
7.232
7.330
7.039
7.638
7.611
2011
2012
79,08 76,77 0,00 85,28 74,06 75,01 80,50 93,72 tahun 2009-2013 (diolah kembali)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
92,17 93.72*
II-72
2.n) Cakupan Puskesmas Gambaran lain mengenai akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan adalah cara pengobatan yang ditempuh yakni melalui konsultasi ke tenaga medis atau mengobati sendiri. Umumnya penduduk yang mampu membiayai pengobatan medis pergi ke tenaga medis, apabila mengalami serangan penyakit, kecuali bila dianggap ringan. Sebaliknya, penduduk berkemampuan rendah belum tentu pergi ke tenaga medis. Mereka pergi ke tenaga medis apabila penyakitnya cukup serius, karena tidak ada pilihan lainnya. Alternatif lain ditempuh dengan membeli obat yang tersedia di warung-warung atau toko obat/apotek yang nilainya lebih murah dibanding pergi tenaga medis kesehatan. Cakupan puskesmas di Kabupaten Parigi Moutong tahun 2012 mencapai 95%. Kondisi ini menunjukkan hampir setiap Kecamatan dalam wilayah Kabupaten Parigi Moutong sudah memiliki puskesmas. Cakupan puskesmas di Kabupaten Parigi Moutong disajikan pada Tabel 2.53 berikut. Tabel 2.53 Persentase Cakupan Puskesmas Terhadap Jumlah Kecamatan Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Tahun Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah Puskesmas 16 19 19 19 21 Jumlah Kecamatan 20 20 20 22 22 Parigi Moutong 0,80 0,95 0,95 0,86 0,95 Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
2.o) Cakupan Pustu Cakupan Pustu di Kabupaten Parigi Moutong tahun 2012 mencapai 0,36%. Hal ini menunjukkan sebanyak 36% desa di Kabupaten Parigi Moutong telah memiliki Pustu untuk memberikan layanan kesehatan bagi masyarakat hingga pedesaan. Cakupan puskesmas pembantu (Pustu) tahun 2008– 2012 pada Tabel 2.54 berikut. Tabel 2.54 Persentase Cakupan Puskesmas Terhadap Jumlah Desa Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Tahun Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah Puskesmas 84 84 83 81 81 Pembantu Jumlah Seluruh Desa 180 180 200 225 225 Parigi Moutong 0,47 0,47 0,42 0,36 0,36 Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
3). Pekerjaan Umum Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-73
Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan Urusan Pekerjaan Umum salah satunya dapat dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut. 3.a) Proporsi Panjang Jaringan Jalan dalam Kondisi Baik Jaringan jalan yang baik, memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah maupun terhadap sosial budaya kehidupan masyarakat. Infrastruktur jalan merupakan modal fisik dalam perekonomian, sehingga pertumbuhan dan perkembangan ekonomi yang tinggi dapat dicapai melalui ketersediaan infrastruktur tersebut. Kinerja Jaringan jalan berdasarkan kondisi dapat dikategorikan dengan jalan kondisi baik, sedang, rusak dan rusak berat. Proporsi kondisi jalan baik di Kabupaten Parigi Moutong mengalami peningkatan, yakni pada tahun 2011 proporsi jalan kondisi baik sepanjang 226.03 Km atau 20,74% dari panjang jalan keseluruhan 1.040,07 Km, sementara data terakhir pada tahun 2012 kondisi tersebut meningkat sebesar 1,50% atau sepanjang 226,03 Km dari total panjang jalan 1.016,65 Km. Gambaran panjang jalan dalam kondisi baik di Kabupaten Parigi Moutong selama kurun waktu 2008-2012 pada Gambar 2.17 sebagai berikut.
Sumber: BPS Parigi Moutong Tahun 2009-2013 (diolah kembali)
Gambar 2.17 Proporsi Panjang Jaringan Jalan Di Kabupaten Parigi Moutong Berdasarkan Kondisi Tahun 2008–2012 3.b) Rasio Jaringan Irigasi Infrastruktur penting yang diperlukan untuk peningkatan produksi pertanian khususnya produksi tanaman pangan adalah jaringan irigasi. Jaringan irigasi untuk mengatur jaringan air, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, dan penggunaannya. Secara operasional jaringan irigasi terdiri atas empat kategori yaitu jaringan irigasi teknis, setengah teknis, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-74
sederhana, dan non-PU.
Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali
Gambar 2.18 Rasio Jaringan Irigasi Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Panjang jaringan irigasi keseluruhan di Kabupaten Parigi Moutong pada tahun 2012 sebanyak 31.119 Km, sementara untuk luasan lahan budidaya pertanian yang dialiri seluas 54.247 Ha. Sehinga, rasio panjang jaringan irigasi terhadap luas lahan budidaya masyarakat di Kabupaten Parigi Moutong adalah 0,57. Angka tersebut dari tahun ke tahun cenderung menurun yang disebabkan meningkatnya luas budidaya setiap tahunnya yang tanpa dibarengi peningkatan jaringan irigasi. 3.c) Rasio Tempat Ibadah Beribadah menurut agama dan kepercayaan yang dianut, merupakan wujud kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta mendapatkan jaminan dan lindungan dari Pemerintah. Jumlah rumah ibadah di Kabupaten Parigi Moutong pada tahun 2012 sebanyak 1.184 unit untuk digunakan penduduk sebanyak 428,359 jiwa. Dimana, rasio rumah ibadah terhadap jumlah penduduk adalah 2,76. Data ketersediaan sarana ibadah terhadap jumlah penduduk di Kabupaten Parigi Moutong dilihat pada Gambar 2.19.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-75
Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
Gambar 2.19 Rasio Tempat Ibadah Terhadap Jumlah Penduduk Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 3.d) Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi Rumah tinggal berakses sanitasi sekurang-kurangnya mempunyai akses untuk memperoleh layanan sanitasi, sebagai berikut; 1) Fasilitas air bersih, 2) Pembuangan air besar/tinja, 3) Pembuangan air limbah (air bekas) dan 4) pembuangan sampah. Keempat faktor tersebut merupakan prasyarat sebuah rumah tinggal sehat. Kesadaran masyarakat akan pentingnya rumah tinggal berakses sanitasi dasar (mempunyai fasiiitas pembuangan air besar/tinja) sudah cukup baik. Hal ini terlihat makin bertambahnya jumlah rumah tinggal di Kabupaten Parigi Moutong yang mempunyai akses sanitasi (mempunyai fasilitas pembuangan air besar/tinja). Gambaran kondisi rumah tinggal berakses sanitasi di Kabupaten Parigi Moutong selama kurun waktu 20082012.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-76
Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
Gambar 2.20 Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012
3.e) Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Per Satuan Penduduk Pertumbuhan penduduk dan dinamika populasi penduduk saat ini, diyakini dapat meningkatkan kebutuhan konsumsi masyarakat yang pada akhirnya cenderung menimbulkan ekses lain diantaranya berupa hasil sisa/sampah. Masalah persampahan semakin meluas dan memberikan pengaruh bagi sebagian besar aspek kehidupan. Selain pentingnya peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat, dunia usaha dan seluruh stakeholders, peran pemerintah daerah tetap diperlukan untuk menyediakan fasilitas penanganan dan pengolahan persampahan. 3.f) Rasio Rumah Layak Huni Rumah layak huni merupakan kebutuhan dasar (basic needs) yang harus dipenuhi. Pemerintah perlu tetap berupaya dalam meningkatkan kualitas hunian, terutama masyarakat berpenghasilan rendah. Tujuannya untuk mendorong masyarakat lainnya untuk berpartisipasi dan peduli terhadap sesama. Rasio rumah layak huni merupakan jumlah rumah yang memenuhi kriteria layak huni untuk setiap 1.000 penduduk. 3.g) Panjang Jalan Dilalui Roda Empat Kondisi jaringan jalan berdasarkan kondisi dapat dikategorikan dengan jalan kondisi baik, sedang, rusak, dan rusak berat. Rasio kondisi jalan baik di Kabupaten Parigi Moutong mengalami penurunan, di mana pada tahun 2000 sebesar 0,003 hingga tahun 2012 menjadi 0,002. Gambaran perkembangan rasio panjang jaringan jalan terhadap penduduk di Kabupaten Parigi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-77
Moutong selama kurun waktu 2008-2012. Tabel 2.55 Panjang Jaringan Jalan Dilalui Roda Empat Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian
2008 1.066,90
2009 1.122,20
Tahun 2010 1.016,65
2011 1.040,07
Panjang Jalan Jumlah 382.176 404.495 413.588 421.232 Penduduk Rasio 0,003 0,003 0,002 0,002 Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
2012 1.016,65 428.359 0,002
3.h) Panjang Jalan Kabupaten dalam Kondisi Baik Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan ketersediaan jalan dalam kondisi baik di Kabupaten Parigi Moutong hingga tahun 2012 panjang jalan keseluruhan adalah 1.016,65 sementara panjang jalan dalam kondisi baik sepanjang 558,97 km atau banyak 54,98% jalan Kabupaten dalam kondisi baik. Kondisi Panjang Jalan dalam kondisi baik kabupaten pada Tabel 2.56 berikut. Tabel 2.56 Panjang Jalan Kabupaten dalam Kondisi Baik (> 40 KM/Jam) di Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian Panjang jalan Kabupaten dalam kondisi baik Panjang seluruh jalan Kabupaten Parigi Moutong
2008
2009
Tahun 2010
538,78
570,37
518,51
498,30
558,97
1.066,90
1.122,20
1.016,65
1.040,07
1.016,65
50,50
50,83
51,00
47,91
54,98
2011
2012
Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
Data kondisi kemantapan jalan tersebut di atas, sebagian besar jalan Kabupaten masih dalam kondisi baik. Penanganan jalan dari tahun ke tahun menjadi tanggungjawab pemerintah dan dihadapkan pada keterbatasan anggaran. Selain itu, kualitas pengerjaan jalan dan kondisi geografis turut mempengaruhi kemampuan daerah dalam meningkatkan kemantapan jalan. 4). Perhubungan Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan perhubungan salah satunya dapat dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut: 4.a) Jumlah Arus Penumpang Angkutan Umum Jasa transportasi angkutan bis Kabupaten Parigi Moutong Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-78
sebagai bagian dari memanfaatkan moda transportasi darat. Arus penumpang menggunakan kendaraan angkutan umum pada tahun 2012 mencapai 67.148 orang penumpang masuk dan penumpang keluar sebanyak 69.968 orang. Menunjuk data Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Parigi Moutong data arus penumpang masuk mengalami peningkatan sebesar 24,15% jika dibanding tahun sebelumnya, demikian pula dengan arus penumpang keluar juga terjadi peningkatan pada tahun sebelum sebesar 29,15% pada tahun 2011. Data detail jumlah arus penumpang angkutan bis keluar/masuk Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008–2012 seperti pada Gambar 2.21 berikut:
Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
Gambar 2.21 Jumlah Arus Penumpang Angkutan Umum (Bis) yang Masuk/Keluar Daerah Parigi Moutong Tahun 2008–2012
4.b) Rasio Izin Trayek Seluruh angkutan umum yang beroperasi wajib memiliki izin trayek. Tujuannya untuk melakukan penataan, pengaturan, dan penambahan trayek angkutan umum, sehingga mengurangi adanya trayek ilegal yang dilakukan para pengendara angkutan umum. Rasio ijin trayek adalah perbandingan jumlah ijin trayek yang dikeluarkan selama 5 (lima) tahun terhadap jumlah penduduk di Kabupaten Parigi Moutong dari tahun ke tahun semakin meningkat, Periode 2008-2012, jumlah ijin trayek yang dikeluarkan makin meningkat sebagaimana terlihat pada Tabel 2.57 berikut. Tabel 2.57 Rasio Izin Trayek Di Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian Tahun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-79
Jumlah Izin Trayek yang dikeluarkan Jumlah Peduduk Rasio
2008
2009
2010
2011
2012
788
354
374
456
184
382.176 404.495 413.588 421.232 428.359 0,0021
0,0009
0,0009
0,0011
0,0004
Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
4.c) Jumlah Uji Kir Angkutan Umum Uji kir angkutan umum merupakan pengujian setiap angkutan umum yang akan dioperasikan di jalan agar memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan. Pengujian dimaksud meliputi uji tipe yaitu pengujian fisik untuk pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan yang dilakukan terhadap landasan kendaraan bermotor dan kendaraan bermotor dalam keadaan lengkap dan penelitian rancang bangun dan rekayasa kendaraan bermotor yang dilakukan terhadap jenis kendaraan, bak terbuka, angkutan umum, truk, dan kendaraan bermotor yang dimodifikasi tipenya. Uji Kir angkutan umum dilakukan berkala untuk mobil yang layak beroperasi seperti, mobil bus, mobil barang dan kendaraan lainnya yang dioperasikan di jalan, meliputi pemeriksaan dan pengujian fisik kendaraan bermotor dan pengesahan hasil uji. Uji Kir di Kabupaten Parigi Moutong yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan setempat. Jumlah angkutan umum yang melakukan uji kir pada tahun 2012 sebanyak 1.568 kendaraan, jumlah tersebut menurun bila dibanding tahun 2008 mencapai 1.199 kendaraan. Gambaran secara lengkap mengenai jumlah kendaraan yang telah melakukan Uji Kir di Kabupaten Parigi Moutong selama kurun waktu tahun 2008-2012 disajikan pada Tabel 2.58 berikut. Tabel 2.58 Jumlah Uji Kir Angkutan Umum Di Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008-2012 Tahun Angkutan Umum 2008 2009 2010 2011 2012 Mobil Penumpang 20 88 104 121 136 Bus 774 496 529 544 559 Truck 616 378 425 471 529 Pick Up 779 888 985 123 331 Lainnya 10 12 13 13 13 Jumlah 2.199 1.862 2.056 1.272 1.568 Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
4.d) Jumlah Pelabuhan Laut /Terminal Bis Fungsi modal perhubungan laut untuk memperlancar aksesibilitas melalui laut, termasuk dalam hal pemasokan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-80
terhadap barang-barang kebutuhan dan pengiriman hasil produksi daerah. Sarana perhubungan laut di Kabupaten Parigi Moutong lebih bersifat untuk transportasi barang. Data jumlah pelabuhan laut dan terminal bis di Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008–2012.
Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
Gambar 2.22 Jumlah Pelabuhan Laut dan Terminal Bis Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008–2012 4.e) Angkutan Darat Tingginya arus penumpang dan barang dalam suatu daerah memberikan gambaran terbukanya perekonomian dan sosial daerah tersebut. Suatu daerah yang frekuensi arus perpindahan orang, barang, dan jasanya rendah menunjukkan rendahnya aktivitas daerah tersebut. Gambaran arus penumpang dan barang di Kabupaten Parigi Moutong dalam beberapa tahun terakhir disajikan pada gambar berikut.
Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
Gambar 2.23 Persentase Angkutan Darat Terhadap Penumpang Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008–2012 4.f) Kepemilikan KIR Angkutan Umum Uji Kir dilakukan secara berkala setiap 6 (enam) bulan untuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-81
mobil penumpang, termasuk mobil bus, mobil barang, dan jenis kendaraan lainnya yang dioperasikan di jalan. Pemeriksaan dan pengujian fisik kendaraan bermotor dan pengesahan hasil uji dilakukan oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika. Jumlah angkutan umum yang telah melakukan uji kir pada tahun 2012 sebanyak 861 unit kendaraan angkutan umum atau sebesar 35,45% dari total angkutan umum yang ada di Kabupaten Parigi Moutong. Capaian tersebut terlihat menurun jika dibandingkan dengan jumlah angkutan umum yang memiliki kir tahun 2011 yaitu sebanyak 879 unit angkutan umum atau 40,86% dari total jumlah angkutan umum 2.151 unit. Berikut ini adalah gambaran lengkap jumlah kendaraan angkutan umum yang memiliki Kir di Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008–2012. Tabel 2.59 Persentase Kepemilikan KIR Angkutan Umum Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008–2012 Tahun Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah Angkutan Umum yang Tidak Memiliki KIR 20 88 104 879 861 pada Tahun n) Jumlah Angkutan Umum 2.199 1.862 2.056 2.151 2.429 pada Tahun n Persentase 0,91 4,73 5,06 40,86 35,45 Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
4.g) Lama Pengujian Kelayakan Angkutan Umum (KIR) Pengurusan pengujian kelayakan angkutan umum (Kir) tentunya membutuhkan waktu untuk melakukan pemeriksaan kelayakan sebelum dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Parigi Moutong. Data lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR) di Kabupaten Parigi Moutong disajikan pada Tabel 2.60 berikut. Tabel 2.60 Lama Pengujian Kelayakan Angkutan Umum (KIR) Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008–2012 Tahun Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Jangka waktu proses 30 30 30 30 30 pengujian KIR Menit Menit Menit Menit Menit Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
4.h) Biaya Pengujian Kelayakan Angkutan Umum Biaya pengurusan Pengujian Kelayakan Angkutan Umum (Kir) yang dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan Kabupaten Parigi Moutong relatif bervariasi tergantung jenis kendaraan yang akan menjalani uji kelayakan. Besaran biaya Pengujian Kelayakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-82
Angkutan Umum di Kabupaten Parigi Moutong berdasarkan jenis kendaraan disajikan pada Tabel 2.61 berikut: Tabel 2.61 Biaya Pengujian Kelayakan Angkutan Umum (KIR) Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008–2012 Uraian
2008 (Rp) 26.500
2009 (Rp) 26.500
Tahun 2010 (Rp) 26.500
2011 (Rp) 26.500
a. Pick-Up b. Truck JBB 5.200 s/d 7.000 31.500 31.500 31.500 31.500 JBB 7.001 s/d 7.500 36.500 36.500 36.500 36.500 JBB 7.501 s/d 14.000 41.500 41.500 41.500 41.500 JBB 14.000 s/d Keatas 56.000 56.000 56.000 56.000 c. Bus Penumpang s/d 8 Org 16.500 16.500 16.500 16.500 Penumpang 9 s/d 13 Org 26.500 26.500 26.500 26.500 Penumpang 14 s/d 51 Org 31.500 31.500 31.500 31.500 Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
2012 (Rp) 26.500 31.500 36.500 41.500 56.000 16.500 26.500 31.500
4.i) Persentase Pemasangan Rambu-rambu Lalu Lintas Tingginya jumlah sarana transportasi seperti kendaraan pribadi, angkutan darat dan kendaraan lainnya secara kuantitatif perlu ditunjang dengan ketersediaan rambu-rambu lalu lintas. Pemasangan rambu-rambu lalu lintas bertujuan untuk mengatur lalu lintas kendaraan bermotor, sehingga dapat mengurangi angka kecelakaan. Pada tahun 2012, terpasang hanya 90 rambu dan penunjuk jalan atau 1,32% dari jumlah rambu yang seharusnya tersedia. Persentase jumlah rambu-rambu yang terpasang terhadap rambu-rambu yang seharusnya tersedia disajikan sebagai Gambar 2.24 berikut.
Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
Gambar 2.24 Persentase Pemasangan Rambu-Rambu Lalu Lintas Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2010-2012 5). Lingkungan Hidup Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-83
lingkungan hidup salah satunya dapat dilihat dari indikator kinerja penanganan sampah. Salah satu masalah yang dihadapi kota-kota di Indonesia khususnya di Kabupaten Parigi Moutong adalah masalah persampahan. Masalah persampahan cukup rumit adalah pengadaan tempat pembuangan akhir (TPA) yang layak secara teknis maupun non teknis. 5.a)
Persentase Penanganan Sampah Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong melalui Dinas Lingkungan hidup telah melakukan upaya meningkatkan kebersihan lingkungan di Kabupaten Parigi Moutong. Upaya nyata yang dilakukan adalah dengan menyediakan Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) khususnya di Ibukota kabupaten Kecamatan Parigi Kota, lokasi Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) yang terfokus dan ketersediaan kendaraan pengangkut sampah. 5.b)
Persentase Penduduk Berakses Air Minum Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga sangat tergantung kepada kemampuan layanan penyediaan air bersih ataupun tinggi rendahnya akses masyarakat untuk memperoleh air bersih, di samping usaha yang secara sadar dilakukan oleh masyarakat. Secara umum kondisi terkini mengenai rumah tangga yang memperoleh akses air bersih di Kabupaten Parigi Moutong disajikan sebagai berikut. Tabel 2.62 Persentase Penduduk Berakses Air Minum Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008-2012 Uraian
Tahun 2010
2008 2009 2011 2012 Penduduk Berakses 381 386 386 372 336 Air Minum Jumlah Penduduk 382.176 404.495 413.588 421.232 428.359 Persentase 0,10 0,10 0,09 0,09 0,08 Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
6). Pertanahan Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan pertanahan salah satunya dapat dilihat dart Persentase luas lahan bersertifikat. Semakin besar Persentase luas lahan bersertifikat menggambarkan semakin besar tingkat ketertiban administrasi kepemilikan lahan di suatu daerah. Administrasi pertanahan di Kabupaten Parigi Moutong sepertinya belum optimal. Hal ini terbukti belum adanya data yang dapat menggambarkan hal tersebut sebagai berikut. 6.a) Persentase Luas Lahan Bersertifikat Total luas Lahan yang bersertifikat di Kabupaten Parigi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-84
Moutong tahun 2008-2012 yaitu 5.816 hektar. Dari luas lahan tersebut, terdapat 1.588 hektar lahan milik penduduk yang memiliki status atau berstatus sertifikat pada tahun 2008. Dengan demikian rasio penduduk memiliki lahan bersertifikat berkurang dari 0,42% pada tahun 2008 dari jumlah penduduk di Kabupaten Parigi Moutong. Data luas Lahan yang bersertifikat di Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008-2012 disajikan sebagaimana pada Tabel 2.63 berikut. Tabel 2.63 Persentase Luas Lahan Bersertifikat Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008-2012 Uraian
2008
2009
Tahun 2010
2011
Jumlah Luas Lahan 1.588 1.066 669 1.246 Bersertifikat Jumlah 382.176 404.495 413.588 421.232 Penduduk Persentase 0,42 0,26 0,16 0,30 Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
2012 1.247 428.359 0,29
6.b) Penyelesaian Kasus Tanah Negara Badan Pertanahan Negara (BPN) Kabupaten Parigi Moutong dari tahun 2008 hingga tahun 2012 telah menyelesaikan kasus sengketa tanah sebanyak 64 kasus. Pencapaian tersebut setiap tahunnya mengalami peningkatan dengan capaian penyelesaian 100%. Artinya seluruh kasus sengketa pertanahan yang terdaftar dapat terselesaikan. Jumlah Kasus yang terdaftar pada tahun 2012 sebanyak 35 kasus, dari jumlah kasus tersebut terselesaikan seluruhnya. Secara lengkap pada Tabel 2.64. Tabel 2.64 Persentase Kasus Tanah yang diselesaikan dan Kasus yang Terdaftar Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008-2012 Uraian
Tahun 2010
2008 2009 2011 Jumlah Kasus yang 7 5 10 17 Diselesaikan Jumlah Kasus yang 7 5 10 17 Terdaftar Persentase 100 100 100 100 Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
2012 35 35 100
7). Kependudukan dan Catatan Sipil Merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, pasal 7 ayat (2) dan (3) disebutkan bahwa urusan administrasi kependudukan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-85
merupakan salah satu urusan wajib yang harus diselenggarakan oleh Kabupaten/Kota berkaitan dengan pelayanan dasar. Hasil kinerja dari urusan administrasi dan kependudukan tersebut, nantinya dapat dijadikan sebagai basis data untuk penyediaan pelayanan dasar, khususnya pelayanan kesehatan dan pendidikan bagi masyarakat. Administrasi kependudukan merupakan rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan yang hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan Sektor lain. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka penanganan kependudukan di Kabupaten Parigi Moutong antara lain: Pembangunan dan Pengembangan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) secara terpadu, implementasi sistem administrasi kependudukan dimulai dari pembangunan, updating dan pemeliharaan, serta koordinasi pelaksanaan kebijakan kependudukan, pemberian bimbingan dan supervisi pelaksanaan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil. Data administrasi kependudukan belum dikelola secara optimal di Kabupaten Parigi Moutong. Akta yang diterbitkan lebih dominasi Akta Kelahiran, dan persentasenya masih sangat rendah. Sementara itu akta-akta lainnya belum dapat diterbitkan secara baik. Hal tersebut terjadi karena masyarakat tidak melaporkan tentang perkawinan, kematian, maupun perceraian. Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan kependudukan dan catatan sipil salah satunya dapat ditihat dari indikator kinerja sebagai berikut. 7.a)
Rasio Penduduk BerKTP Per Satuan Penduduk Indikator untuk menggambarkan tertib administrasi kependudukan di Kabupaten Parigi Moutong, antara lain jumlah penduduk yang memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) terhadap jumlah penduduk yang wajib memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP). Kelompok penduduk tersebut adalah warga negara berusia 17 tahun ke atas atau kurang dari 17 tahun yang telah menikah. Dari rasio tersebut hanya disajikan tahun 2011-2012. Hal ini disebabkan tahun sebelumnya pelaksanaan administrasi kependudukan dari tahun 2008- 2010 dilaksanakan oleh pihak ketiga (swasta).
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-86
Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
Gambar 2.25 Rasio Penduduk BerKTP Per Satuan Penduduk Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2011-2012 7.b) Rasio Akta Kelahiran Per 1000 Penduduk Pertumbuhan penduduk akan selalu dikaitkan dengan tingkat angka kelahiran. Pertumbuhan penduduk adalah peningkatan atau penurunan jumlah penduduk dalam suatu daerah dari waktu ke waktu. Pertumbuhan penduduk yang negatif berarti jumlah penduduk yang ada pada suatu daerah mengalami penurunan yang disebabkan oleh banyak hal, antara lain. Pertumbuhan penduduk meningkat jika jumlah kelahiran lebih besar dari jumlah kematian. Pada tahun 2012 jumlah pengurusan akte kependudukan Kabupaten Parigi Moutong sebanyak 11.174 akte yang sudah terdaftar. Jumlah ini menurun secara tajam dibanding tahun sebelumnya yaitu sebanyak 12,124 akte. Rasio penduduk yang memiliki Akta Kelahiran tahun 2011 sebanyak 29, dan tahun 2012 sebesar 26. Gambar rasio Akta Kelahiran Per 1000 Penduduk di Kabupaten Parigi Moutong selama kurun waktu tahun 2008–2012 sebagai berikut.
Sumber: Kabupaten Parigi Moutong dalam Angka 2013
Tabel 2.26 Rasio Kepemilikan Akte Akta Kelahiran Per 1000 Penduduk Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-87
7.c)
Rasio Pasangan Berakte Nikah Akte Nikah merupakan syarat mutlak kepemilikannya bagi pasangan yang telah menikah. Hal ini dilakukan untuk penertiban administrasi kependudukan di Kabupaten Parigi Moutong. Berdasarkan data dasar setiap tahun jumlah pasangan nikah yang terdaftar terus memperlihatkan peningkatan. Pada Tahun 2012, jumlah pasangan menikah yang terdaftar sebanyak 399 pasangan, dan semuanya memiliki akta nikah, sehingga rasio jumlah pasangan nikah berakte nikah dengan jumlah keseluruhan pasangan nikah adalah 1 (satu). Hal ini berarti setiap pasangan nikah telah memiliki Akta Nikah. Gambaran kepemilikan akta nikah oleh pasangan yang menikah di Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008–2012 secara detail disajikan sebagai berikut. Tabel 2.65 Rasio Pasangan Berakta Nikah Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2010-2012 Tahun Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah Pasangan 46 343 486 519 399 Nikah Berakte Nikah Jumlah Keseluruhan 46 343 486 519 399 Pasangan Nikah Rasio 1 1 1 1 1 Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
7.d) Kepemilikan KTP Data jumlah penduduk Kabupaten Parigi Moutong tahun 2011 sebesar 464.539 jiwa yang terdiri dari jumlah laki-laki 239.643 jiwa dan jumlah perempuan 224.896 jiwa, dari jumlah tersebut terdapat 303.417 penduduk wajib memiliki KTP. Jumlah tersebut hanya terdapat 125.339 jiwa atau 0,52% memilik KTP .
Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
Gambar 2.27 Data Kepemilikan KTP Penduduk Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2011-2012 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-88
7.e) Rasio Akta Kelahiran Per 1000 Penduduk Indikator ini merupakan gambaran tertib administrasi kependudukan. Salah satu bentuk tertib administrasi kependudukan dapat dilihat dari jumlah penduduk yang telah memiliki Akta Kelahiran. Jumlah Akta kelahiran dari tahun 2008–2012 sebanyak 50.811 buah. Pada Tahun 2012, jumlah pengurusan Akta Kelahiran penduduk Kabupaten Parigi Moutong sebanyak 11.174 lembar yang sudah terdaftar dan memiliki Akta Kelahiran. Jumlah ini menurun dibanding tahun sebelumnya sebanyak 12.124 lembar pada Tahun 2011. Penduduk yang sudah memiliki Akta Kelahiran pada tahun 2008 sebanyak 6.321 jiwa, jumlah ini meningkat menjadi 6.680 lembar pada tahun 2009. Gambaran mengenai jumlah Akte kelahiran yang terdata pada dinas kependudukan di Kabupaten Parigi Moutong selama kurun waktu tahun 2008-2012. Tabel 2.66 Jumlah Akte Kelahiran Administrasi Kependudukan Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian
2008
2009
Tahun 2010
2011
2012
Penduduk Memiliki Akta 6.321 6.680 14.512 12.124 11.174 Kelahiran Jumah 382.176 404.495 413.588 421.232 428.359 Penduduk Persentase 16,54 16,51 35,09 28,78 26,09 Sumber: Kabupaten Parigi Moutong dalam Angka Tahun 2008-2013
7.f) Ketersediaan Database Kependudukan Skala Kabupaten Pertumbuhan penduduk selalu dikaitkan dengan angka kelahiran. Pertumbuhan penduduk adalah peningkatan atau penurunan jumlah penduduk dalam suatu daerah dari waktu ke waktu. Pertumbuhan penduduk yang negatif berarti jumlah penduduk pada suatu daerah mengalami penurunan yang disebabkan oleh banyak hal antara lain pertumbuhan penduduk meningkat jika jumlah kelahiran lebih besar dari jumlah kematian. Tabel 2.67 Ketersediaan Database Kependudukan Skala Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008-2012 Tahun Uraian 2008 2009 2010 2011 Ketersediaan Database √ Kependudukan
2012 √
Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-89
7.g) Penerapan KTP Nasional Berbasis NIK Penerapan KTP nasional berbasis Nomor Induk Kependudukan (NIK) bertujuan untuk menghasilkan NIK tunggal (single identity). Selain itu, bertujuan untuk meningkatkan tingkat akurasi data kependudukan secara nasional. Penerapan KTP nasional berbasis NIK juga sudah dilaksanakan secara bertahap dua tahun terakhir di Kabupaten Parigi Moutong. Tabel 2.68 Penerapan KTP Nasional Berbasis NIK Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008-2012 Tahun Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Penerapan KTP √ √ Nasional berbasis NIK Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
8). Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera: 8.a)
Jumlah Anak Per Keluarga Tujuan Program Keluarga Berencana secara demografi untuk menurunkan angka kelahiran, dan secara filosofis bertujuan mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Jumlah anak dalam keluarga yang dianjurkan Pemerintah adalah 2 (dua) anak lebih baik. Data jumlah anak dalam keluarga di Kabupaten Parigi Moutong selama kurun waktu tahun 2008-2012 rata-rata berjumlah 2-3 orang anak. Tabel 2.69 Jumlah Anak Per Keluarga Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008-2012 Tahun Uraian 2008 2009 2010 2011 Parigi Moutong 1,30 1,64 2,32 2,68 Sulawesi Tengah 3,51 3,76 4,40 4,25
2012 2,78 4,53
Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
8.b)
Rasio akseptor KB Tingkat fertilitas pasangan usia subur (PUS) di Kabupaten Parigi Moutong cukup menggembirakan Untuk mendukung keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) untuk mengatur kelahiran maka pada setiap Kecamatan telah dibentuk klinik KB. Pencapaian akseptor baru pada tahun 2012, secara keseluruhan sekitar 82,65%. Berdasarkan persentase pencapaian tahun 2008 atau lima tahun sebelumnya mengalami peningkatan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-90
Pencapaian jumlah akseptor baru, tidak terlepas dari keberadaan petugas KB di lapangan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya program KB tersebut. Secara jelas dapat dilihat pada Tabel 2.70. Tabel 2.70 Rasio Akseptor Keluarga Berencana Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008-2012 Tahun Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Parigi Moutong 76,35 78,91 79,12 81,55 82,65 Sulawesi Tengah 79,23 80,59 79,75 81,31 82,03 Sumber: Kabupaten Parigi Moutong dalam Angka 2013
8.c)
Cakupan Peserta KB Aktif Cakupan peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif menggunakan alat dan obat kontrasepsi (alokon) dibandingkan dengan jumlah pasangan usia subur di wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru dan lama yang masih aktif memakai alokon terus-menerus, hingga saat ini untuk menunda, menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan. Tabel 2.71 Rasio Cakupan Peserta KB Aktif Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008-2012 Tahun Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Parigi Moutong 56,74 60,7 61,75 57,51 60,02 Sulawesi Tengah 55,98 61,49 61,07 60,49 61,02 Sumber: Kabupaten Parigi Moutong dalam Angka 2013
Menurut data abseptor KB yang terdaftar pada tahun 2008 sebanyak 56,76% aktif menggunakan alat dan obat kontrasepsi dibanding jumlah pasangan usia subur di Kabupaten Parigi Moutong, dan tahun 2012 meningkat menjadi 60,02% sementara Provinsi Sulawesi Tengah lebih tinggi 1 (satu) digit dibandingkan capaian Kabupaten Parigi Moutong. 9). Ketenagakerjaan Indikator ketenagakerjaan yang umum digunakan untuk mengukur besarnya jumlah angkatan kerja (bekerja dan mencari kerja) berbanding dengan penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) atau disebut Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif mencari pekerjaan. Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan ketenagakerjaan salah satunya dapat dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-91
11.a) Angka Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Berdasarkan publikasi ILO (International Labour Organization), penduduk dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu: tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk usia kerja, yaitu penduduk usia 15 tahun atau lebih, seiring dengan program wajib belajar 9 tahun. Selanjutnya, tenaga kerja dibedakan menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja (penduduk yang sebagian besar kegiatannya adalah bersekolah, mengurus rumah tangga atau kegiatan lainnya selain bekerja). TPAK adalah ukuran menggambarkan perbandingan jumlah angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja dan dihitung dari jumlah angkatan kerja dibagi jumlah penduduk 15 tahun ke atas dikali 100. Dengan kata lain bahwa, TPAK adalah rasio antara angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja. Semakin besar TPAK, maka semakin besar Persentase jumlah angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja, dan sebaliknya. Faktor-faktor yang mempengaruhi TPAK antara lain: jumlah penduduk yang bersekolah, jumlah penduduk yang mengurus rumah tangga, struktur umur, dan tingkat pendidikan. TPAK mencerminkan penyediaan tenaga kerja di pasar kerja. Tingkat partisipasi kerja pada dasarnya digunakan untuk mengetahui bagaimana seseorang yang telah masuk ke usia kerja (usia 15 tahun ke atas) menentukan pilihannya antara bekerja, sekolah, atau melakukan aktivitas lainnya. Keputusan seseorang untuk bekerja, sekolah, atau lainnya dalam kurun waktu tertentu biasanya dipengaruhi oleh keadaan rumah tangga orang tersebut. Keadaan rumah tangga disini cenderung pada kesejahteraan ekonomi keluarga. Tabel 2.72 TPAK Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008-2012 Uraian Parigi Moutong Sulawesi Tengah
2008 69,76
2009 69,27
Tahun 2010 73,58 69.22
2011 75,55 73,00
2012 68,00 66,38
Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
Merujuk pada Tabel 2.72 di atas, TPAK Kabupaten Parigi Moutong pada Tahun 2010 sebesar 73,58 dan turun menjadi 68,00 pada tahun 2012. Sedangkan, TPAK Provinsi Sulawesi Tengah pada Tahun 2010 sebesar 69,22 dan Tahun 2012 sebesar 66,38. Kondisi ini menunjukkan TPAK Kabupaten Parigi Moutong lebih tinggi dari Provinsi Sulawesi Tengah. 11.b) Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pengangguran merupakan bagian dari angkatan kerja yang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-92
tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Angkatan kerja merupakan bagian penduduk yang sedang bekerja dan siap masuk pasar kerja, atau dapat dikatakan sebagai pekerja dan merupakan potensi penduduk yang akan masuk pasar kerja. Sedangkan, bukan angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak bekerja ataupun mencari kerja. Indikator ketenagakerjaan yang digunakan untuk mengukur tingkat pengangguran adalah tingkat pengangguran terbuka (unemployment), yaitu jumlah pengangguran dibagi jumlah angkatan kerja. Gambaran bahwa tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Parigi Moutong dalam tiga tahun terakhir (periode 2008-2012) berkisar sebesar 2,29-3,41%. Tabel 2.73 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008-2012 Tahun 2008 2009 2010 2011 Parigi Moutong 4,44 3,75 2,29 4,89 Sulawesi Tengah 5,45 5,43 4,61 3,93 Nasional 7,14 6,56 Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2011-2013 (diolah kembali) Uraian
2012 3,43 3,93 6,14
Kabupaten Parigi Moutong yang memiliki kecenderungan TPT berfluktuasi hamper sama TPT Provinsi Sulawesi Tengah relatif sama pada tahun 2012 dan berada di bawah rata-rata nasional. TPT yang diperinci menurut kabupaten/kota dari tahun 20082012 dapat dilihat pada Tabel 2.74 berikut. Tabel 2.74 Perbandingan Tingkat Penganggur Terbuka Menurut Kabupaten/Kota se Sulawesi Tengah Tahun 2008-2012 Kabupaten/kota
2008 2009 Banggai Kepulauan 5,52 4,10 Banggai 5,38 3,97 Morowali 3,92 4,99 Poso 5,41 4,92 Donggala 4,92 3,39 Tolitoli 6,90 6,61 Buol 5,09 5,76 Parigi Moutong 4,44 3,75 Tojo Una-una 4,79 5,64 Sigi Palu 8,30 12,82 Sulawesi Tengah 5,45 5,43 Sumber: BPS Sulawesi Tengah, 2013
Tahun 2010 3,07 3,29 4,87 3,45 3,77 4,92 3,82 2,29 4,50 4,59 10,91 4,61
2011 2,45 4,08 3,58 2,92 3,14 4,82 3,76 4,89 3,41 3,25 5,40 3,93
2012 3,42 7,53 4,63 2,31 4,06 1,15 2,26 3,43 1,65 1,41 7,03 3,93
Berdasarkan Tabel 2.74 di atas, dapat dilihat pada tahun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-93
2012 TPT tertinggi di Kabupaten Banggai sebesar 7,53%, dan Kota Palu yaitu 7,03%. Sementara, Kabupaten Toli-Toli memiliki TPT paling rendah sebesar 1,15%, Kabupaten Sigi sebesar 1,41%, dan Kabupaten Tojo Una-Una sebesar 1,65%. 10). Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Upaya mewujudkan kemakmuran bagi masyarakat juga telah dilakukan melalui pemberdayaan usaha ekonomi rakyat dan perkoperasian. Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan koperasi dan usaha kecil dan menengah dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut. 12.a) Persentase Koperasi Aktif Penguatan koperasi merupakan usaha untuk pemberdayaan ekonomi rakyat berbasis desa. Semakin banyaknya koperasi yang aktif, maka semakin berkembangnya ekonomi pedesaan. Data jumlah koperasi aktif tahun 2008 sebanyak 196 dari 210 koperasi yang terdaftar atau sebesar 93,33%. Secara keseluruhan data jumlah koperasi yang aktif dari tahun 2008-2012 meningkat dari tahun ke tahun. Secara jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.75. Tabel 2.75 Persentase Koperasi Aktif Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Tahun Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah Koperasi Aktif 196 210 223 220 224 Jumlah Koperasi 210 223 224 224 249 Parigi Moutong 93,33 94,17 99,36 98,21 89,96 Sulawesi Tengah 67,91 65,58 68,44 64,02 64,45 Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
12.b) Jumlah UKM Non BPR/LKM UKM Usaha kecil dan menengah merupakan usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh orang perorangan maupun kelompok masyarakat. Semakin banyak jumlah UKM menunjukkan semakin besar kapasitas aktivitas perekonomian daerah. Gambaran ketersediaan UKM di Kabupaten Parigi Moutong disajikan pada Tabel 2.76 sebagai berikut. Tabel 2.76 Jumlah UKM Non BPR/LKM UKM Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian Parigi Moutong Sulawesi Tengah
2008 38.573 527.457
2009 43.971 646.272
Tahun 2010 50.766 664.304
2011 56.815 672.913
2012 57.181 681.483
Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-94
12.c) Jumlah BPR/LKM BPR sebagai lembaga keuangan bank yang tidak menerima simpanan masyarakat dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu menjadikan penyaluran dana sebagai usaha. Sedangkan, lembaga keuangan mikro (LKM) merupakan lembaga keuangan non bank baik berupa koperasi maupun non koperasi yang bergerak pada usaha simpan pinjam atau di dalamnya adalah unit simpan pinjam sebagai lembaga pembiayaan mikro kecil. Semakin banyak BPR/ LKM semakin terbuka akses keuangan bagi masyarakat khususnya rumah tangga miskin atau unit usaha kecil. Data jumlah BPR/LKM di Kabupaten Parigi Moutong disajikan sebagai berikut.
Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
Gambar 2.28 Jumlah Lembaga BPR/LKM Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 12.d) Usaha Mikro dan Kecil (UMK) Perkembangan jumlah koperasi dan UKM di Kabupaten Parigi Moutong dari tahun 2008-2012 mengalami peningkatan. Pada Tahun 2011, jumlah UMK sebanyak 50.371 mengalami kenaikan sebanyak 50.529 UMK atau 0,31% dibanding tahun 2011 sebanyak 158 UMK. UMK pada tahun 2012 juga mengalami kenaikan sebesar 2.020 UMK atau sebesar 0,64% dibanding tahun 2011. Tabel 2.77 Perkembangan Usaha Mikro Kecil (UMK) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian Jumlah usaha mikro dan kecil
2008
2009
Tahun 2010
2011
2012
33.893
39.188
45.459
50.371
50.529
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-95
Uraian Jumlah seluruh UKM Parigi Moutong Sulawesi Tengah
2008 38.573 87,87 95,98
2009 43.971 89,12 96,72
Tahun 2010 50.766 89,55 96,80
2011 56.815 88,66 96,93
2012 57.181 88,37 96,97
Sumber: BPS Parimo tahun 2009-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
11).
Penanaman Modal Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA) memiliki peranan semakin penting dalam pembangunan daerah. Kebijakan daerah yang kondusif bagi investor asing (market friendly) bertujuan meningkatkan potensi ekspor, serta terjadinya alih teknologi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah. Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan penanaman modal dapat dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut. 13.a) Jumlah Investor Berskala Nasional (PMDN/PMA) Penanaman modal dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, tidak hanya bagi investor, tetapi juga bagi perekonomian di mana modal itu ditanamkan serta bagi negara asal para investor. Kebijakan mengundang investor, terutama investor asing adalah untuk meningkatkan potensi ekspor dan substitusi impor, juga agar terjadi alih teknologi yang dapat mempercepat laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah, khususnya Kabupaten Parigi Moutong. Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA) di Kabupaten Parigi Moutong belum tercatat dengan baik, karena kelembagaan khusus menangani investor masih sebatas kepala bidang di Bappeda Parigi Moutong. 12). Kebudayaan Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan kebudayaan salah satunya dapat di lihat dari indikator kinerja "jumlah sarana dan penyelenggaraan seni dan budaya serta jumlah benda, situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan". Penyelenggaraan urusan kebudayaan di Kabupaten Parigi Moutong terlihat dari ketersediaan sarana prasarana penyelenggaraan seni dan budaya serta intensitas kegiatannya, dan keberadaan situs serta kawasan cagar budaya yang dilestarikan. 14.a) Penyelenggaraan Festival Seni dan Budaya Penyelenggaraan festival seni budaya yang di laksanakan pada tahun 2012 sebanyak 2 (dua) kegiatan resmi, di samping itu banyak kegiatan yang tidak resmi yang dilaksanakan oleh organisasi kemasyarakatan yang tidak terdata secara resmi. Data Penyelenggaraan Festival Seni dan Budaya di Kabupaten Parigi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-96
Moutong Tahun 2008–2012 disajikan pada Tabel 2.78 berikut.
Tabel 2.78 Penyelenggaraan Festival Seni dan Budaya Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian Jumlah Penyelenggaraan festival seni dan budaya
2008
2009
Tahun 2010
1
2
2
2011
2012
2
2
Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
14.b) Sarana Penyelenggaraan Seni dan Budaya Sarana penyelenggaraan seni dan budaya diukur menggunakan indikator jumlah sarana penyelenggaraan seni dan budaya di Kabupaten Parigi Moutong tersebar di kecamatan berjumlah 28 sarana berupa gedung pertemuan. Data Sarana penyelenggaraan Seni dan Budaya di Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 disajikan pada Tabel 2.79 berikut. Tabel 2.79 Jumlah Sarana Penyelenggaraan Seni dan Budaya Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Tahun Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah sarana penyelenggaraan seni 18 20 24 28 28 dan budaya Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
14.c) Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang Dilestarikan Persentase benda, situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 disajikan pada Tabel 2.80 berikut. Tabel 2.80 Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang Dilestarikan Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Tahun Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah Benda,Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang 26 27 27 27 27 dilestarikan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-97
Total Benda,situs dan kawasan yang dimiliki daerah Persentase
13
20
20
20
20
2,00
1,35
1,35
1,35
1,35
Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
13). Kepemudaan dan Olahraga Pelaksanaan urusan kepemudaan dan keolahragaan didukung melalui beberapa program yaitu peningkatan peran serta kepemudaan, peningkatan upaya penumbuhan kewirausahaan dan kecakapan hidup pemuda, pembinaan dan pemasyarakatan olahraga dan peningkatan sarana dan prasarana olahraga. Pembinaan terhadap generasi muda dilakukan dengan melakukan fasilitasi untuk memenuhi kebutuhan dalam pengembangan jiwa kewirausahan dan kemandirian bagi pemuda dengan harapan pemuda tidak hanya mengandalkan pekerjaan formal sebagai pekerja/pegawai. Pembinaan olahraga dilakukan dengan mengidentifikasi potensi dan bakat bidang olahraga baik bagi pelajar maupun masyarakat luas melalui proses seleksi, pembinaan dan kompetisikompetisi olahraga di tingkat provinsi yang dipersiapkan untuk menghadapi kompetisi regional maupun nasional. Pembangunan dan pembinaan olahraga harus didukung dengan kesiapan tenaga pelatih, sarana dan prasarana, serta fasilitas lain yang mengikuti perkembangan teknologi informasi. 13.a) Jumlah Organisasi Pemuda Pembangunan kepemudaan dan keolahragaan selama tahun 2008–2012 dilaksanakan melalui program-program sebagai berikut: Program Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Pemuda, Program Peningkatan Peran Serta Kepemudaan, Program Peningkatan Upaya Penumbuhan Kewirausahaan dan Kecakapan Hidup Pemuda, Program Pemberdayaan dan Pengembangan Pemuda, Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga, Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-98
Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
Gambar 2.29 Jumlah Organisasi Pemuda Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 13.b) Jumlah Organisasi Olahraga Organisasi olahraga adalah organisasi formal yang dibentuk oleh sekelompok masyarakat olahraga yang bekerjasama dengan suatu perencanaan-perencanaan kerja dan peraturan-peraturan, untuk mencapai suatu tujuan pembangunan dunia olahraga. Di Kabupaten Parigi Moutong terdapat 25 cabang olahraga yang secara formal organisasinya bernaung di Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Cabang Parigi Moutong. Tabel 2.81 Jumlah Organisasi Pemuda Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian Jumlah organisasi pemuda
2008 35
2009 38
Tahun 2010
2011
38
2012
40
40
Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
13.c) Jumlah Kegiatan Kepemudaan Jumlah kegiatan pemuda yang dibentuk sekelompok pemuda dalam bidang kepemudaan. Pada tahun 2012 di Kabupaten Parigi Moutong terdapat 110 jumlah kegiatan kepemudaan. Data jumlah kegiatan kepemudaan Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 tersaji pada Tabel 2.82 berikut. Tabel 2.82 Jumlah Kegiatan Kepemudaan Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Tahun Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-99
Jumlah organisasi olahraga
85
93
98
100
110
Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
13.d) Jumlah Kegiatan Olahraga Kegiatan kepemudaan adalah kegiatan yang diselenggarakan dalam bentuk pertandingan, perlombaan dan upacara, serta kejadian atau peristiwa sejenis. Jumlah kegiatan kepemudaan mengindikasikan animo pemuda berpartisipasi dalam pembangunan daerah. Jumlah kegiatan kepemudaan yang tinggi merupakan indikator efektifitas keberadaan organisasi pemuda dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Secara umum frekuensi kegiatan kepemudaan di Kabupaten Parigi Moutong, khususnya kegiatan bersifat tetap sebagai agenda rutin tahunan organisasi kepemudaan antara lain kegiatan yang dilaksanakan oleh KNPI, OKP-OKP, dan organisasi kepemudaan lainnya seperti kegiatan olahraga masih sangat rendah.
Tabel 2.83 Jumlah Kegiatan Olahraga Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Tahun Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah kegiatan 23 34 27 45 38 Olahraga Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
13.e) Rasio Gelanggang/Balai Remaja Capaian kinerja dari indikator rasio lapangan olahraga per 1.000 penduduk di Kabupaten Parigi Moutong diperoleh dari jumlah lapangan olah raga di Kabupaten Parigi Moutong yaitu sebanyak 24 Gelanggang remaja dibandingkan dengan jumlah penduduk Kabupaten Parigi Moutong pada tahun 2012 sebanyak 428.359 jiwa, sehingga capaian kinerjanya adalah 0,056. Tabel 2.84 Rasio Gelanggang Olahraga Per Penduduk Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Tahun Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Jumlah 9 13 17 20 24 Gelanggang Jumlah 382.176 404.495 413.588 421.232 428.359 Penduduk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-100
Parigi Moutong
0,024
0,032
0,041
0,047
0,056
Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
13.f) Rasio Lapangan Olahraga Tabel 2.85 Rasio Lapangan Olahraga Per Penduduk Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian
2008
2009
Tahun 2010
2011
2012
Jumlah Lapangan 280 360 400 447 451 Olahraga Jumlah 382.176 404.495 413.588 421.232 428.359 Penduduk Parigi Moutong 0,73 0,89 0,96 1,06 1,05 Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
Berdasarkan pada Tabel 2.85 di atas, pada Tahun 2008 rasio lapangan olahraga per penduduk Kabupaten Parigi Moutong sebesar 0,73 dan meningkat hingga Tahun 2012 menjadi 1,05. 14). Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Kondisi umum Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008 sampai tahun 2012 cukup kondusif. Menurut laporan Satpol PP, faktor yang memicu terjadinya tindak kriminal di antaranya tekanan ekonomi, semakin berkembangnya modus kejahatan dan kontrol sosial masyarakat yang semakin rendah menjadikan kecenderungan meningkatnya tindak kriminalitas dan kerawanan sosial. Dengan semakin berkembangnya arus informasi dan teknologi, juga menjadi pemicu kecenderungan untuk melakukan tindak kriminalitas dan kerawanan sosial di masa-masa mendatang khususnya kasus cyber crime. Sebagai konsekuensi dari daerah Kabupaten yang memiliki heterogenitas tinggi dari sisi agama, etnis/suku, budaya, bahasa, adat kebiasaan. Heterogenitas masyarakat tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat menyulut konflik sosial (social conflict). Selain itu, penegakan peraturan daerah, peraturan kepala daerah serta peraturan lainnya di wilayah Kabupaten Parigi Moutong dilakukan antara lain dengan pendekatan preventif, dan persuasif. 15). Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan penyelenggaraan urusan otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-101
dan persandian dapat terlihat dari indikator Penyelesaian dan penegakan Perda, Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat dapat dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut. 17.a) Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Polisi Pamong Praja merupakan aparatur Pemerintah Daerah yang melaksanakan tugas Kepala Daerah dalam memelihara dan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah. Rasio polisi pamong praja menggambarkan kapasitas pemda dalam memelihara dan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah. Semakin besar rasio jumlah polisi pamong praja, semakin besar ketersediaan polisi pamong praja yang dimiliki pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan penunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah. 17.b) Jumlah Linmas Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) merupakan satuan yang memiliki tugas umum pemeliharaan ketentraman dan ketertiban masyarakat. Satuan ini memiiiki peran penting dalam ketertiban masyarakat secara luas. Rasio jumlah linmas dapat menggambarkan kapasitas Pemerintah dalam memelihara ketentraman/ketertiban masyarakat, serta mengkondisikan lingkungan yang kondusif dan demokratif sehingga tercipta kehidupan strata sosial yang interaktif. Semakin besar rasio jumlah linmas maka semakin besar ketersediaan linmas yang dimiliki pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan penunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam upaya pemeliharaan ketentraman dan ketertiban masyarakat. 17.c) Rasio Pos Siskamling Desa Rasio pos siskamling per desa/kelurahan dapat menggambarkan ketersediaan pos siskamling pada setiap desa/kelurahan. Semakin besar rasio jumlah pos siskamling, semakin besar ketersediaan kapasitas pemerintah daerah dalarn memberdayakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemeliharaan ketentraman dan ketertiban masyarakat serta keamanan lingkungan. 17.d) Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Parigi Moutong selama kurun lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang cuku tinggi. Pada tahun 2008 dan 2009, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Parigi Moutong tetap sebesar 7,51%, selanjutnya tahun 2010 meningkat menjadi 7,78%. Pada tahun 2011, pertumbuhan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-102
ekonomi kembali meningkat menjadi 7,80% dan tahun 2012 pertumbuhan menurun menjadi 7,77%. Secara jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.86 berikut. Tabel 2.86 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian Parigi Moutong Sulawesi Tengah
2008 7,51 7,78
2009 7,51 7,71
2010 7,78 8,75
2011 7,80 9,16
2012 7,77 9,27
Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Parigi Moutong berada di atas 5%, artinya pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Parigi Moutong sehingga diharapkan dalam menciptakan lapangan kerja atau kesempatan kerja baru (Okun’s Law).
Sumber ; Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah, 2013
Gambar 2.30 Capaian Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Se-Sulawesi Tengah Tahun 2012 Pada gambar di atas menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2012 yang tertinggi di Kabupaten Banggai 16,59%, dan terendah di Kabupaten Tolitoli sebesar 7,55%. Sementara pertumbuhan ekonomi Kabupaten Parigi Moutong berada pada urutan 10 dari 11 Kabupaten/Kota di Sulawesi Tengah. 17.e) Angka Kemiskinan Persentase penduduk miskin menunjukkan banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. Penghitungan pengeluaran penduduk tersebut dilakukan berdasarkan data Susenas baik pengeluaran makanan maupun non makanan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-103
Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
Gambar 2.31 Angka Kemiskinan Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Berbagai upaya tersebut telah berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Parigi Moutong dari 21,73% di tahun 2007 menjadi 17,36% pada tahun 2012. Pada Tabel 2.29 di atas, menjelaskan kemiskinan di Kabupaten Parigi Moutong masih masih tinggi. Hal ini merupakan permasalahan yang membutuhkan solusi cerdas dari pemerintah Kabupaten Parigi Moutong pada lima tahun yang akan datang. Perbandingan capaian pengentasan kemiskinan provinsi Sulawesi Tengah, dan nasional dengan Kabupaten Parigi Moutong dalam lima tahun terakhir. Persentase masyarakat miskin Sulawesi Tengah pada tahun 2012 mencapai 14,94% dan nasional sebesar 11,66%. Angka secara nasional ini lebih rendah dari Provinsi Sulawesi Tengah dan Kabupaten Parigi Moutong. Gambaran perbandingan angka kemiskinan pada tahun 20112012 antar kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah dapat dilihat pada Gambar 2.30 berikut.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-104
Sumber: Bappeda Provinsi Sulawesi Tengah, 2013
Gambar 2.32 Capaian Persentase Angka Kemiskinan Kabupaten/Kota Se-Sulawesi Tengah Tahun 2011-2012 Pada gambar di atas Tahun 2011-2012, capaian relatif persentase masyarakat miskin terendah terjadi di Kota Palu (9,24%-8,58%) Sementara persentase masyarakat miskin Kabupaten Parigi Moutong 18,85% pada tahun 2011. Sebaliknya, pada tahun 2012 sebesar 17,36%. Hal ini menunjukkan pemerintah Kabupaten Parigi Moutong selama 2 (dua) tahun terakhir di dalam menekan jumlah masyarakat miskin, namun belum berhasil menurunkan angka kemiskinan secara tajam. 17.f) Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat Fungsi utama pemerintah adalah melayani masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pemerintah perlu terus berupaya dalam meningkatkan kualitas pelayanan. Ukuran keberhasilan penyelenggaraan pelayanan ditentukan oleh tingkat kepuasan penerima layanan. Kepuasan penerima layanan dapat dicapai apabila penerima layanan memperoleh sesuai standar pelayanan yang baik. Kurun waktu tahun 2008-2012 telah disusun Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) sebagai tolak ukur di dalam menilai tingkat kualitas pelayanan yang diselenggarakan pemerintah. Di samping itu, data IKM menjadi dasar penilaian terhadap unsur pelayanan yang masih memerlukan perbaikan dan menjadi pendorong setiap unit penyelenggara layanan untuk meningkatkan kualitas layanan. Gambaran pelaksanaan survei IKM tersebut di Kabupaten Parigi Moutong disajikan sebagai berikut. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-105
Tabel 2.87 Survei Indeks Kepuasan Masyarakat Di Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008-2012 Uraian
2008 2009 Survey Indeks Kepuasan Masyarakat Ada √ √ Tidak ada
Tahun 2010
2011
2012
√
√
√
Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
16). Ketahanan Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar (basic needs) manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak dasar masyarakat. Pangan harus senantiasa tersedia secara cukup, aman, bermutu, bergizi, dan beragam dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat, serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat. Penyelenggaraan pangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat secara adil, merata, dan berkelanjutan dengan berdasarkan pada kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan ketahanan pangan. Merujuk pada UU No 18 Tahun 2012 tentang Pangan, mendefinisikan bahwa kedaulatan pangan merupakan hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal. Sedangkan, kemandirian pangan adalah kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat. Selanjutnya, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Berdasarkan perspektif kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan ketahanan pangan, harus mengutamakan produksi wilayah setempat dengan memanfaatkan sumber daya dan kearifan lokal secara optimal. Untuk mewujudkan hal tersebut, tiga hal pokok yang harus diperhatikan adalah; 1) ketersediaan pangan yang berbasis pada pemanfaatan sumber daya lokal secara Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-106
optimal; 2) keterjangkauan pangan (distribusi) dari aspek fisik dan ekonomi oleh seluruh masyarakat, terutama pada daerah rawan pangan, serta 3) pemanfaatan pangan atau konsumsi pangan untuk hidup sehat, aktif, dan produktif. Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Ketahanan Pangan ditetapkan empat jenis pelayanan dasar yaitu ketersediaan dan cadangan pangan, distribusi dan akses pangan, penganekaragaman dan keamanan pangan, dan penanganan kerawanan pangan. Keterpaduan SPM Bidang Ketahanan Pangan dengan tiga aspek strategis di atas merupakan rekonstruksi kebijakan pangan menuju ketahanan pangan, kemandirian pangan, dan kedaulatan pangan melalui kerjasama kolektif dan sinergis diantara pihak-pihak terkait. 17).
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Upaya meningkatkan pemberdayaan masyarakat lebih difokuskan pada aspek pengembangan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam pembangunan melalui penguatan kapasitas pengembangan lembaga masyarakat dan pengembangan pola pembangunan partisipatif, pemantapan nilai-nilai sosial dasar bagi masyarakat, pengembangan usaha ekonomi produktif, pengembangan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan hidup dengan mendayagunakan teknologi tepat guna. 18). Statistik Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan kondisi statistik dapat dilihat dari ketersediaan dokumen statistik daerah. Dokumen statistik tersebut sangat diperlukan dalam rangka memenuhi kebutuhan perencanaan, perumusan kebijakan strategis daerah, serta bahan untuk evaluasi kinerja pelaksanaan pembangunan daerah. 18.a) Ketersediaan Dokumen Statistik Salah satu instrumen analisis sebagai bahan evaluasi perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah. Ketersediaan dokumen statistik juga menjadi bahan penentuan/ perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan daerah adalah data/informasi statistik (data statistik). Secara umum diketahui bahwa ketersediaan dokumen statistik memudahkan pemerintah dalam mendapatkan data potensi daerah secara umum sebagai bahan evaluasi atas kinerja/pelaksanaan pembangunan daerah sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan bagi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dokumen statistik sebagaimana dimaksud di atas adalah Kabupaten Dalam Angka, PDRB, IPM, Suseda, Kecamatan Dalam Angka, Indeks Gini Rasio, Input Output, IKM dan INK. Ketersediaan dokumen statistik di Kabupaten Parigi Moutong Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-107
selama kurun tahun 2008-2012. Ketersediaan dokumen statistik di Kabupaten Parigi Moutong sebagai berikut. Tabel 2.88 Ketersediaan Dokumen Statistik Di Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008-2012 Uraian Kabupaten Dalam Angka PDRB IPM Suseda Kecamatan Dalam Angka Indeks Gini Ratio Input Ouput IKM IHK
2008 √ √ √ √ √ √ √ √ √
2009 √ √ √ √ √ √ √ √ √
Tahun 2010 √ √ √ √ √ √ √ √ √
2011 √ √ √ √ √ √ √ √ √
2012 √ √ √ √ √ √ √ √ √
Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
19). Kearsipan Arsip merupakan dokumen yang berisi data/informasi beberapa tahun ke belakang. Keberadaan arsip sesungguhnya teramat sangat penting untuk mengingatkan peristiwa/kejadian/kronologis pelaksanan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan arsip secara baku. Pada jajaran pemerintahan daerah pengelolaan arsip secara baku dilaksanakan masing-masing SKPDdan Arsip yang dipandang sanagt penting namun dengan keterbatasan sarana penyimpanan di SKPD di sediakan Kantor Arsip Daerah. Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan kearsipan salah satunya dapat dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut: 19a). Pengelolaan Arsip Secara Baku Pengelolaan arsip secara baku menjadi salah satu indikator ketersediaan data yang baik dan terkelola secara terintegrasi. Semakin baik pengelolaan arsip secara baku, semakin baik dalam memenuhi kebutuhan data dan informasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pemerintah dan pembanguan di Kabupaten Parigi Moutong. Tabel 2.89 SKPD yang Telah Menerapkan Arsip Secara Baku Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008-2012 Uraian Jumlah SKPD yang Telah Menerapkan Arsip Secara
2008 10
Tahun 2009 2010 2011 9
8
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
7
2012 7
II-108
Baku Jumlah SKPD 26 26 30 30 30 Parigi Moutong 0,38 0,35 0,27 0,23 0,23 Sulawesi Tengah 0,42 0,44 0,46 0,48 0,48* Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
Sebagaimana tersaji pada tabel di atas, terlihat bahwa penerapan Pengelolaan arsip secara baku dari 57 SKPD yang terdapat di Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong. Pada tahun 2008 sebanyak 10 SKPD yang sudah menerapkan kearsipan secara baku, namun hingga pada tahun 2012 terjadi penurunan SKPD yang telah menerapkan kearsipan secara baku yaitu menjadi hanya sebanyak 7 SKPD dari 30 SKPD dengan capaian kinerja sebesar 23%. Kondisi kearsipan secara baku di Kabupaten Parigi Moutong lebih rendah dari Provinsi Sulawesi Tengah yang sudah mencapai 48%. 20). Komunikasi dan Informatika Sarana/prasarana (teknologi) komunikasi dan informasi saat ini telah berkembang dengan pesat dan telah merevolusi cara hidup manusia antara lain cara berkomunikasi, cara belajar, cara bekerja, dan cara berbisnis. Dengan teknologi komunikasi dan informasi segala aktivitas manusia dapat dilakukan melalui cara baru, inovatif, instan, transparan, akurat, tepat waktu, efektif dan dapat memberikan kenyamanan yang lebih dalam mengelola dan menikmati kehidupan. Selain itu, semua proses pelaksanaaan kegiatan serta konten dapat ditransformasikan dari fisik dan statis menjadi digital, mobile, virtual serta personal, dengan demikian kecepatan kinerja akan lebih meningkat. Teknologi informasi dapat digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasifkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang dapat digunakan untuk berbagai kepentingan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan. Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan komunikasi dan informatika salah satunya dapat di lihat dari ketersediaan sarana/prasarana (teknologi) komunikasi dan informasi sebagai berikut. 22.a) Jumlah Jaringan Komunikasi Pada tahun 2008-2012, berdasarkan data Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Parigi Moutong jumlah jaringan telpon seluluer diketahui sebanyak 4 (empat) operator jaringan yaitu Telkomsel, Indosat, Excelcomindo dan Flexi, secara jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.90 berikut. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-109
Tabel 2.90 Jumlah Jaringan Komunikasi Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian Jumlah jaringan telepon genggam
2008
2009
4
4
Tahun 2010 2011 4
2012
4
4
Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
22.b) Jumlah Surat Kabar Nasional/Lokal Pada Tahun 2008-2012, data jenis surat kabar di Kabupaten Parigi Moutong yakni surat kabar terbitan nasional 2 (dua) harian dan 2 (dua) terbitan harian daerah di Kabupaten Parigi Moutong. Sedangkan operator jaringan sebanyak 3 (tiga) operator jaringan yaitu Telkomsel, Indosat, dan Excelcomindo. Secara jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.91 Jumlah Surat Kabar Lokal/Nasional di Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Tahun 2008 2009 2010 2011 Nasional 2 2 2 2 Lokal 0 0 2 2 Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali) Jenis Surat Kabar
2012 3 2
22.c) Jumlah Penyiaran Radio/TV Lokal Proses demokratisasi telah menempatkan publik sebagai pemilik dan pengendali utama ranah penyiaran. Frekuensi milik publik dan sifatnya terbatas, maka penggunaannya harus sebesarbesarnya bagi kepentingan publik. Artinya media penyiaran harus menjalankan fungsi pelayanan informasi publik yang sehat termasuk di Kabupaten Parigi Moutong. Dasar pelayanan informasi yang sehat tertuang dalam Undang-undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 yaitu prinsip keberagaman isi (diversity of content) dan prinsip keberagaman kepemilikan (diversity of ownership). Salah satu TV lokal yang aktif mengadvokasi dan memberikan informasi bagi masyarakat di Kabupaten Parigi Moutong adalah TV Rindo. Berdasarkan hasil monitoring, pemantauan dan penertiban frekuensi radio yang telah dilakukan diketahui jumlah radio/TV lokal/nasional di Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Pada Tabel 2.92 sebagai berikut. Tabel 2.92 Jumlah Radio/TV Lokal/Nasional di Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Media
Tahun
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-110
Radio Televisi
2008 2 4
2009 2 4
2010 2 4
2011 2 4
2012 2 4
Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
22.d) Ketersediaan Website Milik Pemerintah Daerah Pertumbuhan media online juga diikuti pertumbuhan mediamedia online pemerintah. Pentingnya lembaga pemerintah memiliki website sebagai media untuk menyebarkan informasi. Kondisi ini merupakan perkembangan yang menarik dan positif. Meski masih banyak terdapat website milik pemerintah yang dikelola belum optimal. Di era informasi dan teknologi, pembangunan dan pengembangan website milik pemerintah menjadi keniscayaan. Pada era teknologi informasi saat ini, kebutuhan informasi yang terdistribusi secara cepat sangat dibutuhkan masyarakat. Dengan informasi yang cepat ini memberikan manfaat bagi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan (action) yang lebih cepat. Selain itu, kehadiran teknologi informasi memberikan dinamika masyarakat dalam berbagai bidang untuk bergerak cepat. Salah satu informasi penting yang dibutuhkan masyarakat adalah informasi mengenai kebijakan dan program pemerintah. Kehadiran media informasi telah menjadikan kebijakan-kebijakan pemerintah dapat terdistribusi dan tersalurkan secara cepat ke tengah masyarakat. Namun, media informasi tersebut memiliki keterbatasan dalam menyajikan informasi yang dipublikaskan oleh pemerintah. Media massa dapat mempublikasikan informasi kebijakan pemerintah dalam waktu cepat tetapi tidak secara lengkap. Peran penting dari website pemerintah dapat menyajikan informasi tentang pemerintah lebih lengkap dan akurat, meski kecepatan publikasinya tidak secepat media massa/media online swasta. Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong telah mengembangkan website milik pemerintah sejak tahun 20082012. Namun dalam perkembangannya belum dimanfaatkan secara optimal, up-date data dan informasi masih lambat. Tabel 2.93 Ketersediaan Web Site Milik Pemerintah Daerah Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 parigimoutongkab.com 1 1 1 1 1 Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD Uraian
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-111
22.e) Kegiatan Pameran/Expo Setiap bulan Agustus, Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan dalam peringatan HUT adalah Pameran Potensi daerah. Kegiatan ini merupakan upaya untuk menginformasikan kebijakan, hasil pembangunan daerah serta pengembangan potensi dan budaya daerah kepada masyarakat luas. Pengetahuan dan pemahaman tentang kebijakan dan hasil pembangunan daerah sangat diperlukan untuk meningkatkan kebersamaan dalam mewujudkan visi-mis Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong. Kelancaran dan keberhasilan Pemkab didalam mewujudkan visi-misi pembangunan tidak dapat dilakukan sendiri, tetapi harus didukung oleh peran swasta dan masyarakat. Di sisi lain didalam penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, Pemerintah daerah juga dituntut untuk meningkatkan kemampuan dalam mengakses serta mengembangkan berbagai potensi masyarakat. Animo pengunjung dari tahun ke tahun terus meningkat sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 setiap tahun pemda kabupaten Kabupaten Parigi Moutong. Pengunjung berasal dari berbagai lapisan masyarakat. Tabel 2.94 Jumlah Pameran/Expo di Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian
Tahun 2010
2008 2009 2011 Jumlah 1 1 1 1 Pameran/Expo Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
2012 1
21). Perpustakaan Urusan perpustakaan memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam peningkatan kualitas pendidikan. Perpustakaan Daerah Kabupaten Parigi Moutong berusaha untuk memperbaiki kualitas layanan dan selalu berupaya agar masyarakat tertarik berkunjung ke perpustakaan. Untuk lebih meningkatkan layanan perpustakaan pada masyarakat layanan perpustakaan dengan melakukan perbaikan baik dari sisi fisik, fungsi, maupun administrasi. Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan perpustakaan salah satunya dapat dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut: 23.a) Jumlah perpustakaan Perpustakaan merupakan wahan tersedia bahan pustaka Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-112
untuk masyarakat, yang disusun menurut sistem tertentu dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat serta sebagai penunjang kelangsungan pendidikan. Perkembangan jumlah perpustakaan pada tahun 2012 sebanyak 54 unit yang tersebar di sejumlah kecamatan. 23.b) Jumlah Pengunjung Perpustakaan Per tahun Indikator efektifitas penyediaan pelayanan perpustakaan di daerah dapat dilihat dari banyaknya jumlah pengunjung perpustakaan. Banyaknya jumlah pengunjung perpustakaan dapat menggambarkan tingginya budaya baca di daerah. Tabel 2.95 Jumlah Pengunjung Perpustakaan Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian
2008
2009
Tahun 2010
2011
Jumlah kunjungan ke 91.319 71.196 13.355 11.984 perpustakaan Jumlah populasi yang harus 382.696 398.483 413.388 421.234 dilayani Parigi Moutong 0,24 0,18 0,03 0,03 Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
2012 16.887 428.359 0,04
23.c) Jumlah Ketersediaan Buku pada Perpustakaan Ketersediaan jumlah perpustakaan, dan jumlah buku dapat menggambarkan kapasitas yang dimiliki oleh daerah untuk memberikan pelayanan bahan bacaan bagi masyarakat. Selain itu, menunjukkan peningkatan mutu dan kualitas pengetahuan masyarakat, serta mendukung kelangsungan pelayanan pendidikan. Fasilitas perpustakaan dan buku diharapkan dapat mencerdaskan sumberdaya manusia di Kabupaten Parigi Moutong. Tabel 2.96 Jumlah Koleksi Buku Perpustakaan Daerah Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian Jumlah koleksi judul buku yang tersedia di Perpustakaan daerah Jumlah koleksi jumlah buku yang tersedia di Perpustakaan daerah Parigi Moutong
2008
2009
Tahun 2010
1.034
571
314
420
235
5.056
2.239
1.045
1.421
1.029
0,20
0,26
0,30
0,30
0,23
2011
2012
Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2009-2013 (diolah kembali)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-113
23.d) Jumlah Kendaraan Perpustakaan Untuk memudahkan masyarakat untuk mengakses bahan pustaka yang ada di Perpustakaan milik Pemerintah daerah. Data yang diperoleh, Pemerintah daerah Kabupaten Parigi Moutong menyediakan unit kendaraan perpustakaan keliling yang berfungsi sebagai perpustakaan keliling. 2.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan Layanan Urusan Pilihan Pemerintah Daerah terdiri dari 8 (delapan) urusan, yaitu: 1) Pertanian Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan Pertanian salah satunya dapat dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut: 1.a) Produktivitas Padi, Palawija dan Perkebunan Tanaman pangan terdiri dari komoditas padi, jagung, kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Produksi Tanaman Padi sawah hingga tahun 2012, luas panen sebesar 54.603 Ha dari jumlah produksi 261.758 ton. Jika dilihat dari produtivitasnya hasil tanaman padi pada tahun 2012 adalah sebesar 83,67 kwintal/hektar. Data produksi Padi dan Palawija tahun 2008–2012 sebagai berikut. Tabel 2.97 Produktivitas Padi atau Bahan Pangan Utama Lokal Lainnya di Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Tahun (Ton/Hektar) Jenis Tanaman 2008 2009 2010 2011 2012 Padi 51,94 51,77 54,46 52,42 83,67 Jagung 38.44 37,92 39,88 39,89 35,59 Kedelai 13,23 14,45 14,46 16,91 16,98 Kacang Tanah 18,62 18,28 17,90 17,39 16,17 Kacang Hijau 8,61 8,64 8,68 8,89 9,06 Ubi Kayu 171,89 189,12 193,11 204,17 200,72 Ubi Jalar 103,52 105,83 108,12 110,06 107,82 Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
Seluruh jenis tanaman palawija yang lain mengalami penurunan baik luas panen maupun produksinya, kecuali kacang tanah yang mengalami peningkatan luas panen maupun produksinya periode 2008-2012. Untuk kacang tanah produksinya turun 1,22%, sedangkan kacang hijau produksinya naik 0,17%, ubi kayu 3,45% dan ubi jalar turun 2,24%. Tabel 2.98 Produksi Padi dan Palawija Lainnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-114
di Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Tahun Jenis Tanaman 2008 2009 2010 2011 2012 Padi 243.583 232.978 257.712 259.469 261.758 Jagung 8.119 13.282 22.551 31.866 15.460 Kedelai 848 1.325 204 2.760 1.572 Kacang Tanah 479 795 824 833 681 Kacang Hijau 87 166 169 215 183 Ubi Kayu 2.114 468 9.308 9.392 7.948 Ubi Jalar 1.470 408 5.092 4.183 3.828 Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
Luas panen jagung pada tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 50,12% dari 7.989 Hektar pada tahun 2011 menjadi 4.344 hektar pada tahun 2012. Peningkatan luas lahan ini juga diiringi dengan peningkatan produksi jagung dari 31.866 ton pada tahun 2011 menjadi 15.460 ton pada tahun 2012 atau turun sebesar 50,12%. Tabel 2.99 Kontribusi Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan Terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008-2012 Dalam Jumlah Rupiah 2008 2009 2010 2011 Kontribusi Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan : - ADH Berlaku 992.422 1.125.905 1.318.399 1.457.623 - ADH Konstan 582.781 623.145 674.906 703.677 Jumlah PDRB : - ADH Berlaku 4.851.014 5.514.609 6.323.281 7.217.787 - ADH Konstan 2.598.871 2.796.098 3.013.631 3.248.699 Persentase Kontribusi Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan : - ADH Berlaku 20,46 20,42 20,85 20,19 - ADH Konstan 22,42 22,29 22,40 21,66 Uraian
2012 1.669.854 761.231 8.248.049 3.501.032 20,25 21,74
Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
Tanaman sayur-sayuran mencakup 19 jenis sayuran antara lain Bawang Merah, Bawang daun, dan Kubis. Tanaman sayursayuran tersebut merupakan jenis tanaman yang diusahakan oleh masyarakat setempat. Sedangkan, jenis buah-buahan yang dimonitor melalui survei Pertanian sebanyak 23 jenis antara lain: Durian, Belimbing, dan Langsat. Tanaman perkebunan Kabupaten Parigi Moutong tahun 2012 meliputi; produksi perkebunan kelapa di Kabupaten Parigi Moutong sebesar 40.252 ton dengan luas tanam sebanyak 27.333 hektar yang tersebar di seluruh wilayah Kecamatan. Produksi perkebunan kakao di Kabupaten Parigi Moutong Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-115
pada tahun 2012 sebesar 48.244 Ton dengan luas tanam sebanyak 69.948 Ha yang banyak dijumpai di seluruh Kecamatan. Gambaran Kontribusi Sektor Perkebunan di Kabupaten Parigi Moutong selama kurun waktu tahun 2008-2012. Tabel 2.100 Kontribusi Sektor Perkebunan Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian
Dalam Jumlah Rupiah 2009 2010 2011
2008 2012 Kontribusi Sektor Perkebunan : - ADH Berlaku 958.755 1.014.471 1.112.306 1.272.000 1.439.316 - ADH Konstan 481.906 502.555 520.161 560.469 589.506 Jumlah PDRB : - ADH Berlaku 4.851.014 5.514.609 6.323.281 7.217.787 8.248.049 - ADH Konstan 2.598.871 2.796.098 3.013.631 3.248.699 3.501.032 Persentase Kontribusi Sektor Perkebunan terhadap PDRB - ADH Berlaku 19,76 18,40 17,59 17,62 17,45 - ADH Konstan 18,54 17,97 17,26 17,25 16,84 Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
1.b) Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong memiliki potensi Pertanian yang cukup besar, hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong. Pada tahun 2012 kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong ADH Berlaku mencapai Rp2.616.697 Juta dan ADH Konstan Rp1.449.830 juta. PDRB Kabupaten Parigi Moutong tahun 2009 ADH Berlaku mencapai Rp4.851.014 juta dan ADH Konstan mencapai Rp2.598.871 juta. Persentase kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong tahun 2009 sebesar 53,94% ADH Berlaku dan 55,79% ADH konstan. Persentase kontribusi ini terus meningkat tahun ke tahun hingga tahun 2012 mencapai 52,11% ADH Berlaku dan 53,27% ADH Konstan. Gambaran kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong selama kurun waktu tahun 2008-2012. Tabel 2.101 Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Dalam Jumlah Rupiah 2008 2009 2010 2011 Kontribusi Sektor Pertanian: - ADH Berlaku 2.616.697 2.921.700 3.322.300 3.759.165 - ADH Konstan 1.449.830 1.536.732 1.636.366 1.738.023 Jumlah PDRB: - ADH Berlaku 4.851.014 5.514.609 6.323.281 7.217.787 - ADH Konstan 2.598.871 2.796.098 3.013.631 3.248.699 Uraian
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
2012 4.298.461 1.864.957 8.248.049 3.501.032
II-116
Dalam Jumlah Rupiah 2008 2009 2010 2011 2012 Persentase Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB : - ADH Berlaku 53,94 52,98 52,54 52,08 52,11 - ADH Konstan 55,79 54,96 54,30 53,50 53,27 Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD Uraian
2) Kehutanan Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan kehutanan salah satunya dapat dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut: 2.a) Persentase Hutan menurut Fungsinya Tingkat penggundulan dan kerusakan hutan (deforestrasi) menjadi permasalahan utama yang terjadi di sub sektor kehutanan yang membutuhkan solusi komprehensif. Praktek illegal logging, perambahan hutan, kebakaran hutan, pembukaan hutan untuk keperluan di luar Sektor kehutanan. Selain itu pengelolaan hutan yang belum menerapkan prinsip-prinsip hutan lestari merupakan faktor penyebab lainnya terjadinya kerusakan hutan. Luas kawasan hutan di Kabupaten Parigi Moutong tahun 2012 tercatat seluas 603.537 Ha yang terdiri dari, Hutan Budidaya seluas 205.122,11 Ha (66,01%), hutan Lindung seluas 205.122,11 Ha (33,99%). Persentase pemanfataan fungsi hutan Kabupaten Parigi Moutong tahun 2012 digambarkan secara lengkap sebagaimana pada gambar berikut.
Sumber: BPS 2013 (diolah kembali)
Gambar 2.33 Persentase Luas Hutan Menurut Fungsi Hutan Tahun 2012 Kabupaten Parigi Moutong memiliki potensi kehutanan yang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-117
cukup besar dapat dilihat dari kontribusi Sektor kehutanan terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong. Pada tahun 2008 kontribusi Sektor kehutanan terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong ADH Berlaku mencapai Rp145.817 Juta dan ADH Konstan mencapai Rp83.382. Persentase kontribusi Sektor kehutanan terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008 sebesar 3,01% ADH Berlaku dan 3,21% ADH konstan. Persentase kontribusi ini meningkat bila pada tahun berikut tahun 2009 yang mencapai 3,04% ADH Berlaku dan 3,06% ADH Konstan. Kontribusi Sektor kehutanan terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong pada tahun 2012 baik ADH Berlaku maupun ADH Konstan mengalami penurunan bila dibanding dengan kontribusi Sektor kehutanan terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008 dan 2009. Pada tahun 2012, persentase kontribusi Sektor kehutanan terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong ADH Berlaku mencapai 3,03% dan ADH Konstan mencapai 2,92%. Pada tahun 2011, persentase kontribusi kehutanan terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong ADH mencapai 2,92% dan ADH Konstan mencapai 2,89%. Gambaran kontribusi Sektor kehutanan terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong selama kurun waktu tahun 2008-2012.
Tabel 2.102 Nilai Kontribusi Sektor Kehutanan Terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Dalam Jumlah Rupiah 2008 2009 2010 2011 2012 Kontribusi Sektor Kehutanan : - ADH Berlaku 145.817 167.870 186.904 210.978 249.955 - ADH Konstan 83.382 85.676 89.446 93.868 102.236 Jumlah PDRB : - ADH Berlaku 4.851.014 5.514.609 6.323.281 7.217.787 8.248.049 - ADH Konstan 2.598.871 2.796.098 3.013.631 3.248.699 3.501.032 Persentase Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap PDRB - ADH Berlaku 3,01 3,04 2,96 2,92 3,03 - ADH Konstan 3,21 3,06 2,97 2,89 2,92 Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD Uraian
3) Energi dan Sumberdaya Mineral Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-118
energi dan sumber daya mineral salah satunya dapat dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut: 3.a) Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian terhadap PDRB Pada tahun 2008 kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong ADH Berlaku mencapai Rp 79.027,- dan ADH Konstan mencapai Rp33.816,-. Adapun jumlah PDRB Kabupaten Parigi Moutong tahun 2009 ADH Berlaku mencapai Rp4.851.014 Juta dan ADH Konstan mencapai Rp2.598.871 juta. Persentase kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008 sebesar 1,63% ADH Berlaku dan 1,30% ADH Konstan. Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian ADH Berlaku pada tahun 2010 meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2009, di mana pada tahun 2010 Sektor Pertambangan dan Penggalian berkontribusi sebesar 1,70%, pada tahun 2011 sebesar 1,66% dan pada tahun 2012 juga sebesar 1.64%. Demikian pula ADH Konstan, Persentase kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian pada tahun 2009 meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2010. Persentase kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian tahun 2010 Sektor Pertambangan dan Penggalian berkontribusi sebesar 1,30%. Gambaran kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong selama kurun waktu tahun 2008-2012.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-119
Tabel 2.103 Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian Terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008-2012 Dalam Jumlah Rupiah 2008 2009 2010 2011 Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian : - ADH Berlaku 79.027 92.916 107.671 119.625 - ADH Konstan 33.816 36.248 39.170 42.176 Jumlah PDRB : - ADH Berlaku 4.851.014 5.514.609 6.323.281 7.217.787 - ADH Konstan 2.598.871 2.796.098 3.013.631 3.248.699 Persentase Kontribusi Sektor terhadap PDRB - ADH Berlaku 1,63 1,68 1,70 1,66 - ADH Konstan 1,30 1,30 1,30 1,30 Uraian
2012 135.559 45.398 8.248.049 3.501.032 1,64 1,30
Sumber: BPS 2009-2013 (diolah kembali)
4) Pariwisata Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan pariwisata salah satunya dapat di lihat dari indikator kinerja sebagai berikut: 4.a) Jumlah Kunjungan Wisata Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang merupakan gambaran potensi keuangan daerah pada umumnya mengandalkan unsur pajak daerah dan retribusi daerah. PAD dari retribusi, maka daerah dapat menggali potensi sumber daya alam yang berupa obyek wisata. Pemerintah menyadari bahwa pariwisata bukanlah merupakan penyumbang terbesar dalam pendapatan daerah, tetapi memiliki potensi untuk meningkatkan PAD. Kabupaten Parigi Moutong masih mempunyai potensi alam dan seni budaya yang cukup besar yang dapat dimanfaatkan oleh daerah untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Dalam era globalisasi, pariwisata memiliki peran strategis menunjang pembangunan perekonomian daerah. Sektor ini sebagai penghasil devisa yang cukup andal, juga mampu menyerap tenaga kerja dan mendorong investasi. Untuk mengembangkan Sektor ini pemerintah daerah berusaha keras membuat rencana dan berbagai kebijakan yang mendukung kearah kemajuan Sektor ini. Salah satu kebijakan adalah menggali, menginventarisir dan mengembangkan obyek-obyek wisata yang ada sebagai daya tarik utama bagi wisatawan. Pengembangan obyek-obyek wisata terus dilanjutkan, sebagai upaya pemerintah daerah dalam menarik wisatawan nusantara (wisnu) dan wisatawan mancanegara (wisman) sebagai upaya meningkatkan PAD. Pada tahun 2012, lokasi obyek wisata Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-120
dan tempat rekreasi, terdapat 67 obyek/kawasan wisata dengan jumlah kunjungan sebanyak 683 wisatawan. Secara rinci data tersebut seperti disajikan pada Tabel 2.104 sebagai berikut. Tabel 2.104 Jumlah Kunjungan Wisata di di Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian Jumlah Objek Wisata (Objek) Jumlah Kunjungan Wisata (Orang) Parigi Moutong
2008
2009
Tahun 2010
2011
2012
67
67
67
67
67
703
806
163
683
683
10
12
2
10
10
Sumber: BPS 2009-2013 (diolah kembali)
4.b) Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap PDRB Pembangunan Sektor pariwisata Kabupaten Parigi Moutong, cukup potensial karena adanya obyek wisata dapat di katakan cukup memadai. Selain itu, letak geografis Kabupaten Parigi Moutong berada pada jalur Trans Sulawesi memudahkan aksesibilitas wisatawan untuk mengunjungi destinasi pariwisata. Kontribusi Sektor parawisata terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong yang bersumber dari Hotel/Penginapan dan Restoran/Rumah makan dari tahun ke tahun terus menunjukkan peningkatan. Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap PDRB Kabupaten disajikan pada Tabel 2.105 sebagai berikut. Tabel 2.105 Kontribusi Sektor Parawisata Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Dalam Jumlah Rupiah 2008 2009 2010 2011 Kontribusi Sektor Parawisata : - ADH Berlaku 27.045 30.570 34.403 39.137 - ADH Konstan 11.043 12.079 13.276 14.492 Jumlah PDRB : - ADH Berlaku 4.851.014 5.514.609 6.323.281 7.217.787 - ADH Konstan 2.598.871 2.796.098 3.013.631 3.248.699 Persentase Kontribusi Sektor Parawisata terhadap PDRB - ADH Berlaku 0,56 0,55 0,54 0,54 - ADH Konstan 0,42 0,43 0,44 0,45 Uraian
2012 44.602 15.651 8.248.049 3.501.032 0,54 0,45
Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
5) Kelautan dan Perikanan Gambaran umum penyelenggaraan urusan kelautan dan perikanan di Kabupaten Parigi Moutong diantaranya dapat dilihat dari tingkat produksi perikanan laut, perairan umum, perairan air tawar dan air payau serta kontribusi Sektor perikanan terhadap Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-121
PDRB Kabupaten Parigi Moutong sebagaimana disajikan berikut. 5.a) Jumlah Produksi Perikanan Produksi Perikanan di Kabupaten Parigi Moutong tahun 2010 sebesar 22.683 ton atau melampaui target daerah sebesar 21.250. Jumlah produksi ini meningkat dengan sebesar 22.821 ton pada tahun 2011, dan tahun 2012 jumlah produksi sebesar 23.460 ton. Data perkembangan produksi perikanan dan Target Daerah dari tahun 2008 hingga tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Tabel 2.106 Jumlah Produksi Perikanan Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008-2012 Uraian
2008
2009
Tahun 2010
2011
2012
Jumlah Produksi 21.054 22.026 22.683 22.821 23.460 Ikan (Ton) Target Daerah (Ton) 22.100 21.500 22.250 22.500 23.000 Jumlah 95,30 102,50 102,00 101,50 102,00 Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
5.b) Konsumsi Ikan Jumlah konsumsi ikan di Kabupaten Parigi Moutong 36,70 Kg melebihi target daerah pada tahun 2008. Selanjutnya, pada tahun 2012, jumlah konsumsi ikan meningkat menjadi 42,50 Kg. Data perkembangan jumlah konsumsi ikan dan target daerah dari tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 2.107 berikut. Tabel 2.107 Jumlah Konsumsi Ikan Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian Jumlah Konsumsi Ikan (Kg) Target Daerah (Kg) Jumlah
2008
2009
Tahun 2010
2011
2012
36,70
37,85
39,65
41,50
42,50
35,50 103,40
37,20 101,80
38,70 102,50
40,10 103,50
41,75 101,80
Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
5.c) Kontribusi Sektor Perikanan terhadap PDRB Sektor Perikanan merupakan Sub-Sektor Pertanian yang memiliki potensi yang sangat besar. Kontribusi Sektor Perikanan terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong pada tahun 2012 ADH Berlaku mencapai Rp669.803 juta atau 8,12% dari total PDRB ADH Berlaku sebesar Rp8.248.049 juta dan PDRB ADH Konstan Rp316.135 juta atau 9,03% dari total PDRB Rp3.501.032 juta. Peningkatan kontribusi sub-Sektor perikanan terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008-2012 secara lengkap Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-122
disajikan pada Tabel 2.108 berikut. Tabel 2.108 Perkembangan Kontribusi Sektor Perikanan Terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian
Dalam Jumlah Rupiah 2009 2010 2011
2008 2012 Kontribusi Sektor Perikanan : - ADH Berlaku 356.482 424.120 492.513 578.612 669.803 - ADH Konstan 222.556 242.662 264.994 289.187 316.135 Jumlah PDRB : - ADH Berlaku 4.851.014 5.514.609 6.346.245 7.246.794 8.248.049 - ADH Konstan 2.598.871 2.796.098 3.014.171 3.251.497 3.501.032 Persentase Kontribusi Sektor Perikanan Terhadap PDRB - ADH Berlaku 7,35 7,69 7,76 7,98 8,12 - ADH Konstan 8,56 8,68 8,79 8,89 9,03
Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
5.d) Cakupan Bina Kelompok Nelayan Jumlah kelompok nelayan sesuai data yang diperoleh tahun 2008 tercatat sebanyak 55 kelompok nelayan dan yang mendapatkan bantuan oleh Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong sebanyak 50 kelompok atau 91% mendapat bantuan. Pada tahun 2012, kelompok nelayan mendapatkan bantuan sebanyak 250 kelompok atau 84%. Binaan kelompok nelayan 5 (lima) tahun terakhir di Kabupaten Parigi Moutong dapat pada Tabel 2.109. Tabel 2.109 Cakupan Bina Kelompok Nelayan Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian Jumlah Kelompok Nelayan yang Mendapatkan Bantuan Pemda Jumlah Kelompok Nelayan Persentase
Tahun 2008
2009
2010
2011
2012
50
61
129
179
210
55
65
150
200
250
91
94
86
90
84
Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
5.e) Produksi Nelayan Produksi Perikanan di Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008 tercatat sebesar 22.500 ton. Jumlah produksi ini meningkat dengan sebesar 30.800 ton pada tahun 2012. Sementara proporsi kontribusi hasil kelompok nelayan sebesar 76,17% dari total jumlah produksi perikanan di Kabupaten Parigi Moutong pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-123
tahun tersebut. Perkembangan produksi perikanan dan target daerah dari tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Tabel 2.110. Tabel 2.110 Jumlah Produksi Nelayan Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian 2008 2009 2010 Jumlah Produksi Ikan (Ton) Kontribusi Hasil 21.054 22.026 22.683 Kelompok Nelayan Jumlah Produksi Ikan di 22.500 23.200 24.500 Daerah Parigi Moutong 93,57 94,94 92,58 Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah
2011
2012
22.821
23.460
25.500
30.800
89,49 & SKPD
76,17
6) Perdagangan Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan perdagangan salah satunya dapat dilihat dari indikator kinerja. 6.a). Kontribusi Sektor Perdagangan (Perdagangan, Hotel dan Restoran) terhadap PDRB Sektor Perdagangan (Perdagangan, Hotel dan Restoran) mempunyai kontribusi cukup tinggi terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong. Sektor Perdagangan merupakan Sektor andalan selain Sektor Pertanian di Kabupaten Parigi Moutong. Pada tahun 2012. Kontribusi Sektor Perdagangan terhadap capaian PDRB Kabupaten Parigi Moutong ADH Berlaku sebesar Rp1.308.496 juta dan ADH Konstan sebesar Rp 565.414 juta. PDRB Kabupaten Parigi Moutong tahun 2012 ADH Berlaku mencapai Rp8.248.049 juta dan ADH Konstan Rp3.501.032 juta, sehingga kontribusi Sektor Perdagangan terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong tahun 2012 sebesar 15,86% ADH Berlaku dan 16,15% ADH Konstan. Gambaran kontribusi Sektor Perdagangan (Perdagangan, Hotel dan Restoran) terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong selama kurun 2008-2012. Tabel 2.111 Kontribusi Sektor Perdagangan Terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Dalam Jumlah Rupiah 2008 2009 2010 2011 2012 Kontribusi Sektor Perdagangan (Perdaganagan, Hotel Retoran) : - ADH Berlaku 706.150 812.277 968.505 1.145.219 1.308.496 - ADH Konstan 359.200 402.678 450.405 513.865 565.414 Jumlah PDRB : - ADH Berlaku 4.851.014 5.514.609 6.323.281 7.217.787 8.248.049 - ADH Konstan 2.598.871 2.796.098 3.013.631 3.248.699 3.501.032 Persentase Kontribusi Sektor Perdagangan (Perdagangan, Hotel Retoran) terhadap PDRB Uraian
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-124
- ADH Berlaku 14,56 14,73 15,32 15,87 - ADH Konstan 13,82 14,40 14,95 15,82 Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
15,86 16,15
7) Perindustrian Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan perindustrian salah satunya dapat dilihat dari indikator kinerja: 7.a) Kontribusi Sektor Industri terhadap PDRB Sektor perindustrian di Kabupaten Parigi Moutong memiliki kontribusi cukup besar terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong. Pada tahun 2012, persentase kontribusi Sektor perindustrian terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong ADH Berlaku mencapai 7,28% dan ADH Konstan mencapai 6,04%. Gambaran secara lengkap mengenai Persentase kontribusi Sektor perindustrian terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong selama kurun waktu tahun 2008-2012. Tabel 2.112 Kontribusi Sektor Industri Terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian
Dalam Jumlah Rupiah 2009 2010 2011
2008 Kontribusi Sektor Industri - ADH Berlaku 339.972 399.414 457.058 524.329 - ADH Konstan 155.198 168.188 181.617 195.504 Jumlah PDRB : - ADH Berlaku 4.851.014 5.514.609 6.323.281 7.217.787 - ADH Konstan 2.598.871 2.796.098 3.013.631 3.248.699 Persentase Konstribusi Sektor Industri Terhadap PDRB - ADH Berlaku 7,01 7,24 7,23 7,26 - ADH Konstan 5,97 6,02 6,03 6,02
2012 600.409 211.555 8.248.049 3.501.032 7,28 6,04
Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
7.b) Kontribusi Industri Rumah Tangga terhadap PDRB Industri rumah tangga di Kabupaten Parigi Moutong memiliki peran penting terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Parigi Moutong. Pada tahun 2008, kontribusi industri rumah tangga terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong ADH Berlaku mencapai 2,47% dan ADH Konstan mencapai 2,03%. Pada tahun 2012, Persentase kontribusi industri rumah tangga terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong ADH Berlaku mencapai 2,71% dan ADH Konstan mencapai 2,22%. Gambaran kontribusi Sektor perindustrian terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong selama kurun waktu tahun 2008-2012 pada Tabel 2.113 sebagai berikut.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-125
Tabel 2.113 Kontribusi Sektor Industri Rumah Tangga Terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Dalam Jumlah Rupiah 2008 2009 2010 2011 Kontribusi Industri Rumah Tangga - ADH Berlaku 119.645 142.309 164.478 191.770 - ADH Konstan 52.705 58.858 64.447 70.676 Jumlah PDRB : - ADH Berlaku 4.851.014 5.514.609 6.323.281 7.217.787 - ADH Konstan 2.598.871 2.796.098 3.013.631 3.248.699 Persentase Konstribusi Sektor Perindustrian Terhadap PDRB - ADH Berlaku 2,47 2,58 2,60 2,66 - ADH Konstan 2,03 2,11 2,14 2,18 Uraian
2012 223.334 77.694 8.248.049 3.501.032 2,71 2,22
Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
7.c) Pertumbuhan Industri Kecenderungan membaiknya perekonomian daerah merupakan faktor pendorong pertumbuhan Sektor industri. Jumlah perusahaan industri sesuai data tahun 2008 sebanyak 220 perusahaan yang terdiri dari: Industri Aneka (Industri Logam, Mesin, Elektronika) dan Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan. Pada tahun 2009, tercatat 398 perusahaan atau tumbuh sebesar 44,72%, serta tahun 2010 juga industri tumbuh sebesar 42,15%. Namun pada tahun 2011-2012 terjadi penurunan pertumbuhan industri. Indikator di atas menunjukkan terjadi peningkatan industri dari tahun sebelumnya, khususnya jumlah perusahaan industri naik dari tahun ketahun maupun daya serap tenaga kerjanya yang berdampak pada peningkatan value added Sektor industri terhadap pendapatan regional Kabupaten Parigi Moutong. Secara jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.114. Tabel 2.114 Pertumbuhan Industri di Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian Jumlah Industri Aneka Jumlah Industri Parigi Moutong
2008 89 220 40,45
2009 178 398 44,72
Tahun 2010 290 688 42,15
2011 21 709 2,96
2012 17 726 2,34
Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
7.d) Bina Kelompok Pengrajin Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-126
Perekonomian daerah yang membaik dan berkembang merupakan faktor pendorong tumbuhnya pengrajin di Kabupaten Parigi Moutong. Jumlah kelompok pengrajin sesuai data tahun 2008, tercatat 220 pengrajin dan mendapatkan bantuan sebanyak 2 (dua) pengrajin. Pada tahun 2012, pengrajin yang mendapatkan bantuan sudah mencapai 18 pengrajin. Kondisi Binaan kelompok pengrajin 5 (lima) tahun terakhir di Kabupaten Parigi Moutong dapat dilihat pada Tabel 2.115 ini. Tabel 2.115 Kelompok Pengrajin di Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian Jumlah kelompok pengrajin yang mendapatkan bantuan binaan PEMDA Jumlah Kelompok Pengrajin Cakupan Bina klpk Pengrajin
2008
2009
2
4
220 0,91
398 1,01
Tahun 2010
2011
2012
1
5
18
688 0,15
709 0,71
726 2,48
Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
8) Transmigrasi Transmigrasi pada dasarnya merupakan strategi pembangunan wilayah yang bertujuan untuk peningkatan taraf hidup dan pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia secara terintegrasi dan lintas sektoral. Selain itu, untuk pemerataan penyebaran penduduk dan tenaga kerja serta pembukaan dan pengembangan daerah produksi baru. Transmigrasi juga ditujukan bagi pelaksanaan pembangunan daerah yang dapat menjamin peningkatan taraf hidup transmigran dan masyarakat sekitarnya. Gambaran umum daerah terkait urusan transmigrasi diantaranya dapat dilihat dari beberapa aspek, seperti perkembangan transmigran, perkembangan jumlah lokasi (UPT), dan peningkatan Kota Terpadu Mandiri (KTM). 8.a)
Transmigrasi Swakarsa Kabupaten Parigi Moutong merupakan salah satu daerah penerima transmigrasi yang sangat potensial di Provinsi Sulawesi Tengah. Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Parigi Moutong, jumlah transmigran yang ditempatkan di daerah setempat sampai tahun 2008, tercatat 18.127 KK dengan total mencapai 78.622 orang. Transmigrasi Umum Tahun 2008 berasal dari Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Sulawesi Selatan. Secara umum Kecamatan Bolano Lambunu merupakan daerah penempatan transmigrasi terbesar, yaitu sebanyak 5.445 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-127
kepala keluarga atau 22.024 jiwa. 2.4. Aspek Daya Saing Daerah Daya Saing Daerah merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dengan potensi, ciri khas dan keunggulan daerah. Daya saing (competitiveness) merupakan kunci keberhasilan pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan. Gambaran umum kondisi daerah terkait aspek daya saing daerah dapat dilihat dari capaian pemerintah daerah terhadap aspek-aspek antara lain; Kemampuan Ekonomi Daerah, Fasilitas Wilayah/Infrastruktur, Iklim Berinvestasi dan Sumber Daya Manusia. 2.4.1. Kemampuan Ekonomi Daerah Kemampuan ekonomi daerah dalam kaitannya dengan daya saing daerah adalah bahwa kapasitas ekonomi daerah harus memiliki daya tarik (attractiveness) bagi pelaku ekonomi untuk berinvestasi. Adanya investasi diharapkan dapat menciptakan multiflier effect bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah dan bermaura pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan kemampuan ekonomi daerah salah satunya dapat dilihat pada Pengeluaran Rata-Rata Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita/Angka Konsumsi Rata-Rata Rumah Tangga Per Kapita Sebulan (Pangan dan Non Pangan) dan Produktivitas Total Daerah. a). Pengeluaran Rata-rata Konsumsi Rumah Tangga per Kapita Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional, konsumsi penduduk dibagi menjadi dua kelompok, yaitu konsumsi untuk makanan dan bukan makanan. Penggolongan ini digunakan untuk melihat tingkat urgensi kebutuhan. Dalam kondisi pendapatan terbatas, terdapat kecenderungan untuk mendahulukan kebutuhan makanan. Seiring dengan peningkatan pendapatan, terjadi penurunan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan atau peningkatan porsi yang dibelanjakan bukan untuk makanan. Pola pengeluaran dapat menjadi salah satu indikator untuk menilai tingkat kesejahteraan (ekonomi) masyarakat dan perubahan komposisinya sebagai indikasi adanya perubahan tingkat kesejahteraan. Indikator pengeluaran rata-rata konsumsi rumah tangga per kapita dimaksudkan untuk mengetahui tingkat konsumsi rumah tangga yang menjelaskan seberapa atraktif tingkat pengeluaran rumah tangga. Semakin besar angka konsumsi Rumah Tangga semakin atraktif bagi peningkatan kemampuan ekonomi daerah. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-128
Pada tahun 2008, pengeluaran konsumsi rata-rata rumah tangga per kapita sebulan di Kabupaten Parigi Moutong masih berada kisaran Rp275.000 hingga tahun 2012 telah mencapai kisaran Rp 350.000. Secara lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.116. Tabel 2.116 Angka Konsumsi Rata-Rata Rumah Tangga per Kapita (Pangan) Di Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian Total Pengeluaran RT (Pangan) Jumlah Rumah Tangga Parigi Moutong
2008
2009
Tahun 2010
2011
2012
275.000
300.000
350.000
350.000
350.000
91.133
91.759
94.474
96.253
98.047
3,02
3,27
3,70
3,64
3,57
Sumber: BPS 2009-2013 (diolah kembali)
Angka konsumsi rata-rata rumah tangga perkapita non pangan Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008–2012 ditunjukkan pada Tabel 2.117 berikut. Tabel 2.117 Angka Konsumsi Rata-Rata Rumah Tangga per Kapita (Non-Pangan) Di Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian Total Pengeluaran Rumah Tangga Non Pangan Total Pengeluaran Rumah Tangga Parigi Moutong Sulawesi Tengah
2008
2009
Tahun 2010
250.000
250.000
250.000
250.000
250.000
91.133
91.759
94.474
96.253
98.047
2,74 1,20
2,72 1,44
2,65 0,86
2,60 2,96
2,55 3,49
2011
2012
Sumber: BPS 2009-2013 (diolah kembali)
Perbandingan capaian pembangunan antara provinsi Sulawesi Tengah dengan Kabupaten Parigi Moutong untuk Angka Konsumsi Rata-Rata Rumah Tangga per Kapita (Non-Pangan) dibanding total pengeluarannya pada lima tahun terakhir dapat dijelaskan dimana Untuk kondisi Sulawesi Tengah proporsinya masih jauh lebih kecil dibanding dengan kondisi Angka Konsumsi Rata-Rata Rumah Tangga per Kapita (Non-Pangan) di Kabupaten Parigi Moutong. Namun pada tahun 2012 Provinsi Sulawesi Tengah terjadi peningkatan proporsi dibanding dengan rata-rata pengeluaran Rumah tangga non-pangan masyarakat Kabupaten Parigi Moutong yaitu berada pada 3,49%. b). Produktivitas Total Daerah Produktivitas total daerah dapat menggambarkan besarnya tingkat produktivitas tiap Sektor untuk mendorong perekonomian Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-129
suatu daerah. Sektor/lapangan usaha di Kabupaten Parigi Moutong yang menunjang PDRB Kabupaten Parigi Moutong terdiri dari 9 (sembilan) yaitu: Pertanian; Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Listrik, Gas dan Air Bersih; Konstruksi; Perdagangan, Hotel dan Restoran; PengAngkutan dan Komunikasi; Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan; serta Jasa-Jasa. Dari ke-9 Sektor tersebut, yang berkontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Parigi Moutong adalah Sektor Jasa-Jasa, disusul kemudian oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Sektor yang kontribusinya terkecil adalah Sektor Listrik dan Air Bersih. Gambaran secara lengkap mengenai produktivitas total daerah Per Sektor (ADH berlaku) di Kabupaten Parigi Moutong tahun 2012. Tabel 2.118 Produktivitas Total Daerah PerSektor (ADH Berlaku) Di Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008-2012 Uraian Nilai Tambah Sektor ke-i Jumlah Angkatan Kerja Parigi Moutong
Tahun 2010
2008
2009
2011
2012
2.616.697
2.921.700
3.289.464
243.645
253.728
231.056
268.188
211.965
10,74
11,52
14,24
13,87
20,28
3.718.651 4.298.461
Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
2.4.2 Fasilitas Wilayah/lnfrastruktur Fasilitas wilayah atau infrastruktur merupakan faktor penunjang daya saing daerah dalam hubungannya dengan ketersediaan (availability) fasilitas. Infrastruktur bertujuan mendukung aktivitas ekonomi di berbagai Sektor di daerah dan antar-wilayah. Semakin lengkap ketersediaan wilayah/ infrastruktur, maka semakin baik daya saing daerah. Gambaran umum kondisi daya saing daerah terkait dengan fasilitas wilayah/infrastruktur dapat dilihat dari aksesibilitas daerah, penataan wilayah, fasilitas bank dan non bank, ketersediaan air bersih, fasilitas listrik, ketersediaan Rumah Makan/Restoran serta ketersediaan penginapan. a).
Aksesibilitas Daerah Rasio panjang jalan terhadap jumlah kendaraan merupakan indikator penting aksesibilitas daerah yang digunakan untuk melihat ketersediaan sarana jalan terhadap jumlah kendaraan dalam rangka memberikan kemudahan/akses bagi masyarakat dalam melakukan aktivitas di seluruh wilayah dengan kondisi dan karakteristik fisik yang berbeda. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan perekonomian suatu darah menyebabkan jumlah perjalanan/ mobilisasi yang dilakukan setiap individu semakin meningkat. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-130
Oleh karenanya kebutuhan akan transportasi umum akan semakin tinggi pula. Meningkatnya kebutuhan transportasi harus disertai dengan pengembangan sarana/prasarana transportasi (kendaraan, jalan dan lingkungan). Secara jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.119. Tabel 2.119 Rasio Panjang Jalan per Jumlah Kendaraan Di Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian Panjang Jalan Jumlah Kendaraan Rasio
2008 1.066,90
2009 1.122,20
Tahun 2010 1016,65
2011 1.016,65
2012 1.016,65
48.850
42.712
45.345
49.131
40.511
0,02
0,03
0,02
0,02
0,03
Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
b).
Penataan wilayah Penataan wilayah di Kabupaten Parigi Moutong diatur di dalam RTRW Kabupaten Parigi Moutong tahun 2010-2030. Bentuk penataan wilayah yang diatur dalam RTRW adalah perencanaan pemanfaatan lahan. Berdasarkan RTRW Kabupaten Parigi Moutong, rencana pemanfaatan lahan di Kabupaten Parigi Moutong terbagi ke dalam 2 (dua) kawasan, yaitu; kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung meliputi; hutan konservasi, sempadan, hutan lindung, ruang terbuka hijau dan perairan. Kawasan budidaya meliputi: kawasan budidaya berfungsi lindung (hutan produksi, tanaman tahunan/perkebunan, hutan rakyat); kawasan budidaya Pertanian (Pertanian lahan basah, Pertanian lahan kering, perikanan, peternakan) dan kawasan budidaya non Pertanian (kawasan pariwisata, kawasan peruntukan industri, kawasan pemerintahan/ fasilitas umum, kawasan permukiman, kawasan perdagangan/jasa. Seiring dengan pesatnya perkembangan pembangunan, terdapat konsekuensi yang tidak dapat dihindari dalam pemanfaatan/tata guna lahan, yaitu tingginya rasio perubahan alih fungsi lahan. Hal ini ditandai dengan timbulnya pusat-pusat kegiatan baru seperti; kawasan industri, perdagangan/jasa dan tumbuhnya kawasan-kawasan permukiman. c).
Fasilitas Bank dan Non Bank Ketersediaan fasilitas bank dan non bank sangat penting untuk menunjang aspek daya saing daerah. Dengan adanya fasilitas tersebut berbagai lalu lintas keuangan dapat berjalan dengan lancar. Indikator kinerja berkaitan dengan fasilitas bank dan non bank salah satunya dapat dilihat dari jenis dan jumlah bank serta cabang-cabangnya. Bebarapa lembaga keuangan bank Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-131
di Kabupaten Parigi Moutong antara lain BNI 46, Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Danamon, dan Bank Sulteng serta lembaga keuangan non bank lainnya. d). Ketersediaan Air Bersih Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan ketersediaan air bersih salah satunya dapat dilihat dari Persentase jumlah rumah tangga yang menggunakan air bersih. Air bersih (clean Water) adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak, Sumber air bersih dapat dibedakan atas: Sumur dan air dalam tanah. Data tahun 2012, banyaknya air minum yang disalurkan pada rumah tangga di Kabupaten Parigi Moutong sebanyak 0,34%. Angka tersebut mengalami penurunan jika dibanding tahun sebelumnya tahun 2008 sebesar 0,42%. Pemanfaatan air bersih yang bersumber dari PDAM Kabupaten Parigi Moutong selain dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga juga instansi pemerintah, instansi swasta dan lain-lainnya. Gambaran jumlah rumah tangga yang menggunakan air bersih di Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008-2012. Tabel 2.120 Persentase Rumah Tangga yang Mengunakan Air Bersih (PAM) di Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian
2008
2009
Jumlah RT menggunakan Air 381 386 Bersih Jumlah Rumah 91.133 91.759 Tangga Parigi Moutong 0,42 0,42 Sumber: BPS 2009-2013 (diolah kembali)
Tahun 2010
2011
2012
386
372
336
94.474
96.253
98.047
0,41
0,39
0,34
e).
Fasilitas listrik Penyediaan tenaga listrik bertujuan untuk meningkatkan perekonomian dan bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Bila sumber energi listrik telah mencapai pada suatu daerah atau wilayah, maka kegiatan ekonomi dapat ditingkatkan melalui tumbuhnya berbagai usaha yang memanfaatkan energi tersebut. Terwujudnya pembangunan bidang ekonomi sangat ditentukan oleh ketersediaan energi listrik. Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan fasilitas listrik salah satunya dapat dilihat dari Persentase jumlah rumah tangga yang mengunakan listrik. Gambaran secara lengkap mengenai data rumah tangga yang menggunakan listrik selama tahun 2008–2012 .
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-132
Tabel 2.121 Persentase rumah Tangga yang menggunakan listrik di Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Uraian
2008
2009
Tahun 2010
2011
Jumlah RT 29.124 36.944 39.753 52.929 menggunakan listrik Jumlah Rumah 91.133 91.759 94.474 96.253 Tangga Parigi Moutong 31,96 40,26 42,08 54,99 Sumber: BPS Parimo tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah &
2012 52.929 98.047 53,98 SKPD
f).
Ketersediaan Rumah Makan/Restoran Ketersediaan Rumah Makan/Restoran dalam suatu daerah menunjukan tingkat daya tarik investasi pada daerah tersebut. Banyaknya Rumah Makan/Restoran dapat menunjukan perkembangan kegiatan ekonomi suatu daerah dan peluangpeluang yang ditimbulkannya. Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan ketersediaan Rumah Makan/Restoran salah satunya dapat dilihat dari jumlah Rumah Makan/Restoran. Selama kurun waktu 2008-2012 jumlah Rumah Makan/Restoran yang berhasil didata di Kabupaten Parigi Moutong terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Data tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.33 di bawah ini.
Sumber: BPS 2009-2013 (diolah kembali) Gambar 2.34 Jumlah Rumah Makan/Restoran di Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 g).
Ketersediaan Penginapan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-133
Ketersediaan penginapan sangat menunjang dalam pelaksanaan pembangunan perekonomian suatu daerah. Banyaknya penginapan dapat menunjukan perkembangan kegiatan ekonomi pada suatu daerah dan peluang-peluang yang ditimbulkannya. Berikut ini akan disajikan data ketersediaan hotel dan penginapan tahun 2008–2012 sebagai berikut.
Sumber: BPS 2009-2013 (diolah kembali)
Gambar 2.35 Jumlah Hotel/Penginapan di Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Pada tahun 2012, jumlah hotel dan penginapan di Kabupaten Parigi Moutong sebanyak 47 hotel/penginapan, dan seluruhnya berstatus non bintang (hotel melati, penginapan lainnya). Angka tersebut mengalami peningkatan pada tahun 2010 sebesar 7.32% yang pada sebelumnya tahun 2009 jumlah hotel dan penginapan di Kabupaten Parigi Moutong sama dengan tahun 2010 sebanyak 41 hotel. 2.4.3. Iklim Berinvestasi Investasi merupakan salah satu indikator penting dalam meningkatkan pembangunan perekonomian. Investasi akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja baru sehingga diharapkan akan mengurangi beban pengangguran dan kemiskinan. Masuknya investor asing ke suatu wilayah, sangat tergantung dari kondisi keamanan dan politik dalam negeri suatu wilayah. Kondisi keamanan dan politik dalam negeri yang stabil merupakan modal penting dalam menarik minat investasi asing di Indonesia pada umumnya, khususnya di Kabupaten Parigi Moutong. Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan iklim investasi salah satunya dapat dilihat dari indikator kinerja; Angka Kriminalitas, Jumlah Demonstrasi, Kemudahan Perizinan, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-134
Pengenaan Pajak Daerah, Peraturan Daerah (Perda) yang Mendukung Iklim Usaha dan Status Desa (Persentase Desa Berstatus Swasembada Terhadap Total Desa). a). Angka kriminalitas Tindak kriminalitas akan memunculkan rasa tidak aman bagi masyarakat. Berbagai bentuk kejahatan seperti pencurian, penipuan, dan perampokan, maupun kekerasan dan kejahatan susila masih sering terjadi. Dengan masih adanya jumlah kejahatan yang tinggi ini, keleluasaan masyarakat untuk melakukan kegiatannya masing-masing menjadi terganggu. Oleh sebab itu, upaya untuk menciptakan keamanan, ketertiban dan penanggulangan kriminalitas merupakan salah satu prioritas untuk mewujudkan stabilitas penyelenggaraan pemerintahan terutama menjaga iklim berinvestasi di daerah. Pemerintah daerah dapat terselenggara dengan baik apabila pemerintah dapat memberikan rasa aman kepada masyarakat, menjaga ketertiban dalam pergaulan masyarakat, serta menanggulangi kriminalitas sehingga secara kuantitas dan kualitas tindak kriminalitas dapat diminimalisir. Angka kriminalitas dapat menggambarkan tingkat keamanan masyarakat, semakin rendah angka kriminatitas, maka semakin tinggi tingkat keamanan masyarakat. b).
Jumlah Demonstrasi Unjuk rasa atau demonstrasi merupakan sebuah gerakan protes yang dilakukan sekumpulan orang di hadapan umum. Unjuk rasa biasanya dilakukan untuk menyatakan pendapat kelompok tersebut atau penentang kebijakan yang dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai sebuah upaya penekanan secara politik oleh kepentingan kelompok. Semakin sedikit jumlah demonstrasi, maka semakin tinggi tingkat kesepahaman dan semakin tinggi pula tingkat kestabilan kondisi keamanan suatu wilayah. c).
Kemudahan Perizinan Investasi asing yang masuk ke suatu wilayah/daerah bergantung kepada daya saing investasi yang dimiliki oleh wilayah/daerah yang bersangkutan. Makin tinggi daya saing suatu daerah, makin tinggi minat investasi. Pembentukan daya saing investasi berlangsung secara terus-menerus dari waktu ke waktu dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kemudahan perizinan. Kemudahan perizinan suatu wilayah/daerah sangat menunjang dalam pembuatan proses administrasi suatu investasi. d).
Pengenaan Pajak Daerah (Jumlah dan Macam Pajak Daerah) Pajak daerah merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-135
pribadi atau badan (dalam hal ini perusahaan) kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang berdasarkan perundangundangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah (sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku). Sedangkan Retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan (dalam hal ini perusahaan). e).
Status Kelurahan Pembangunan desa/kelurahan dalam jangka panjang ditujukan untuk memperkuat dasar-dasar sosial ekonomi perdesaan yang memiliki hubungan fungsional yang kuat dan mendasar dengan kota-kota dan wilayah di sekitarnya. Pembangunan desa dan pembangunan Sektor yang lain di setiap pedesaan mempercepat pertumbuhan desa menjadi desa swasembada yang memiliki ketahanan di segala bidang dan dengan demikian dapat mendukung pemantapan ketahanan nasional. Berdasarkan statusnya, desa atau kelurahan diklasifikasikan menjadi 3 (tiga), yakni desa/kelurahan swadaya; desa/kelurahan swakarya; dan desa/kelurahan swasembada (berkembang). Tabel berikut adalah gambaran secara lengkap mengenai jumlah desa/kelurahan menurut klasifikasinya di Kabupaten Parigi Moutong tahun 2010-2012. Tabel 2.122 Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Status Desa Di Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2010–2012 Tahun
2010 2011 2012
Swadaya
Klasifikasi Swakarsa
Swasembada
85 93 93
50 58 58
65 74 74
Jumlah
200 225 225
Sumber: BPS Parigi Moutong tahun 2011-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
2.4.4 Sumber Daya Manusia SDM berkualitas merupakan kunci keberhasilan pembangunan daerah. Pembangunan SDM harus benar-benar diarahkan agar mampu menghasilkan SDM yang memiliki etos kerja yang produktif, terampil, kreatif, disiplin, profesional dan mampu memanfaatkan, mengembangkan serta menguasai ilmu dan teknologi yang inovatif dalam rangka memacu pelaksanaan pembangunan nasional. Gambaran umum kondisi daerah aspek daya saing daerah terkait dengan sumber daya manusia salah satunya dapat dilihat dari kualitas tenaga kerja dan tingkat ketergantungan penduduk.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-136
a).
Kualitas Tenaga Kerja Salah satu faktor penting yang tidak dapat diabaikan dalam kerangka pembangunan daerah adalah kualitas SDM. Kualitas SDM ini berkaitan erat dengan kualitas tenaga kerja yang tersedia untuk mengisi kesempatan kerja di dalam negeri dan di luar negeri. Kualitas tenaga kerja di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk suatu wilayah maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya. b).
Tingkat Ketergantungan Penduduk Tingkat ketergantungan penduduk digunakan untuk melihat gambaran besarnya beban yang harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Penduduk muda berusia dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia di atas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Penduduk usia 15-64 tahun, adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja. Meskipun tidak terlalu akurat, rasio ketergantungan semacam ini memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi demografi. Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tinggi Persentase dependency ratio, maka semakin tinggi beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan penduduk yank tidak produktif lagi. Gambaran rasio ketergantungan penduduk Kabupaten Parigi Moutong tahun 2008-2012 sebagaimana tabel 2.123 berikut. Tabel 2.123 Rasio Ketergantungan Penduduk di Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2008–2012 Tahun Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 Parigi Moutong 60,01 62,74 60,49 58,38 58,03 Sulawesi Tengah 50,20 49,94 49,08 58,28 78,70 Sumber: BPS Parimo tahun 2009-2013, Data Sulawesi Tengah & SKPD
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-137
Rasio ketergantungan pada periode 2008-2012 mengalami penurunan, yakni dari 60,01% pada tahun 2008 menjadi 58,03% pada tahun 2012 atau menurun sebesar 1.98%. artinya setiap 100 orang yang berusia kerja (dianggap produktif) mempunyai tanggungan sebanyak 60 orang pada tahun 2008 menurun menjadi 58 orang tahun 2012 yang belum produktif dan dianggap tidak produktif lagi. Dari indikator ini terlihat bahwa pada tahun 2012 penduduk usia kerja di Kabupaten Parigi Moutong masih dibebani tanggung jawab akan penduduk muda yang proporsinya lebih banyak dibandingkan tanggung jawab terhadap penduduk tua. Rasio ketergantungan di Provinsi Sulawesi tengah lebih tinggi di banding dengan Kabupaten parigi Moutong. Dimana dari tahun ketahun terjadi peningkatan angka ketergantungan sejak lima tahun terakhir hingga pada tahun 2012 berada pada 78,70% atau setiap 100 orang yang berusia kerja (dianggap produktif) mempunyai tanggungan sebanyak 78,7 orang pada tahun tersebut.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Parigi Moutong Tahun 2013-2018
II-138