46
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas I Denpasar Selatan berada di wilayah Kecamatan Denpasar Selatan dengan luas wilayah kerja seluas 14,87 Km2, terdiri dari 3 wilayah kerja yaitu Kelurahan Sesetan dengan luas wilayah 7,39 Km2, Kelurahan Panjer dengan luas wilayah 3,59 Km2 dan Desa Sidakarya dengan luas wilayah 3,89 Km2. Di Kelurahan Sesetan terdapat 13 SD negeri. SD yang menjadi sampel dalam penelitian ini ada 4 SD meliputi: SD 13, SD 4, SD 7 dan SD 10 Sesetan. SD 13 dan SD 4 Sesetan adalah SD yang mendapat program Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut dari Poltekkes Denpasar Jurusan Kesehatan Gigi. Program ini telah dilaksanakan sejak tahun 2001. Pelayanan diberikan pada seluruh siswa mulai dari kelas II sampai dengan kelas V. Macam kegiatan yang dilakukan mulai dari upaya promotif, preventif dan kuratif sederhana. Upaya promotif berupa penyuluhan kesehatan gigi dan mulut, baik untuk perorangan maupun kelompok yang dilakukan 1 kali dalam seminggu, upaya preventif berupa sikat gigi massal, kumur-kumur larutan fluor, topikal aplikasi dengan mengulaskan larutan fluor pada permukaan gigi, pengulasan bahan sealent serta upaya kuratif sederhana berupa penambalan gigi yang karies, pencabutan gigi susu yang sudah goyang dan perawatan gigi yang sakit. Sedangkan SD 7 dan SD 10 Sesetan merupakan SD UKGS yang tidak mendapat pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut. Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut diberikan oleh tenaga kesehatan gigi
Puskesmas yaitu berupa penyuluhan
47
kesehatan gigi yang dilakukan setiap 1 bulan sekali. Jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu sebesar 128 orang, yang diambil dari 4 sekolah dasar terpilih terdiri dari SD 13 Sesetan sebanyak 31 responden, SD 4 Sesetan 33 responden, SD 7 Sesetan 35 responden dan SD 10 Sesetan 29 responden. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden yang sekaligus dengan pengisian kuesioner serta hasil pemeriksaan gigi yang dilakukan oleh tenaga dokter dan perawat gigi. 5.2 Karakteristik Responden Responden adalah siswa kelas VI SD yang mendapat program pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut yaitu sebanyak 64 orang, terdiri dari 20 orang laki-laki (31,3%) dan 44 orang perempuan (68,7%), sedang responden pada SD UKGS jumlahnya sama yaitu sebanyak 64 orang, terdiri dari 34 orang laki-laki (53,1%) dan 30 orang perempuan (46,9%). Responden siswa kelas VI lebih banyak laki-laki pada SD UKGS yaitu 53,1% sedang responden pada SD pelayanan
asuhan
lebih
banyak
perempuan
yaitu
68,7%.
Menurut
Gondhoyuwono (1997), menyatakan bahwa perempuan lebih memperhatikan keindahan, kebersihan, penampilan diri, sehingga berupaya mengatasi masalah kesehatan yang timbul pada gigi dan mulutnya. Umur responden antara 11-14 tahun, umur 11 tahun lebih banyak pada SD UKGS yaitu sebesar 32,8%,
umur 12 tahun paling banyak pada SD
pelayanan asuhan yaitu sebanyak 67,1%. Menurut Depkes RI (1994) menyatakan bahwa umur 12 tahun perlu mendapat perhatian, oleh karena pada umur ini anak-anak meninggalkan sekolah dasar.
48
Dengan demikian umur 12 tahun dipilih sebagai sampel untuk memantau kesehatan gigi anak secara menyeluruh dan untuk perbandingan keadaan kesehatan gigi anak secara internasional (Tabel 5.1). Tabel 5.1 Karakteristik responden yang mendapat pelayanan asuhan dan yang mendapat UKGS berdasarkan jenis kelamin dan umur Pelayanan Asuhan
Responden Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Umur 11 th 12 th 13 th 14 th Total
UKGS Total
n
%
n
%
n
%
20 44 64
31,3 68,7 100
34 30 64
53,1 46,9 100
54 74 128
42,2 57,8 100
20 43 0 1 64
31,3 67,1 0 1,6 100
21 40 1 2 64
32,8 62,5 1,6 3,1 100
41 83 1 3 128
32.0 64,8 0,8 2,4 100
5.3 Pengetahuan Responden tentang Kesehatan Gigi dan Mulut
Pengetahuan responden diukur berdasarkan pada 10 item pertanyaan dengan alternatif jawaban “a, b dan c”. Apabila jawaban responden benar, diberi skor 1 dan bila jawaban salah diberi skor 0. Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh rata-rata pengetahuan siswa adalah 5,1, nilai median 5 dan modus 5. Nilai pengetahuan tertinggi adalah 9 dan nilai terendah 3. Tingkat pengetahuan responden di kategorikan menjadi pengetahuan baik dan buruk. Kategori pengetahuan baik, apabila skor pengetahuan responden di atas nilai rata-rata yaitu antara 5,2-9 dan kategori pengetahuan buruk, bila skor pengetahuan di bawah nilai rata-rata yaitu antara 3-5,0.
49
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, dari 128 responden, hanya sebesar 32,8% responden memiliki tingkat pengetahuan baik. Namun responden pada SD pelayanan asuhan memiliki tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan kategori baik sebesar 45,3% dan SD UKGS sebesar 20,3%. SD yang mendapat pelayanan asuhan memiliki tingkat pengetahuan lebih baik dari SD UKGS (Tabel 5.2). Tabel 5.2 Distribusi pengetahuan responden berdasarkan SD pelayanan asuhan dan SD UKGS di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011 Variabel Pelayanan Asuhan
Baik
Pengetahuan % Buruk
% 6
Total
%
64
100
29
45,3
35
54,7
13
20,3
51
79,7
64
100
42
32,8
86
67,2
128
100
UKGS
Total
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dari 10 item pertanyaan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut yang ditanyakan pada responden, maka diperoleh bahwa paling banyak responden telah mengetahui penyakit jaringan keras gigi yaitu sebesar 75%, selanjutnya 71,1% responden mengetahui cara menghilangkan plak. Hanya 33,6% responden mengetahui tentang penyebab gigi berlubang, waktu menyikat gigi yang baik 45,3%, alat bantu menyikat gigi 46,1%, dan akibat tidak rajin menggosok gigi sebesar 47,7% (Tabel 5.3).
50
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Kesehatan Gigi dan Mulut pada SD di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011 Jawaban Responden No
Item Pengetahuan
Benar % 75
F 32
Salah % 25
1.
Penyakit jaringan keras gigi
F 96
2.
Faktor yang mempercepat karies
80
62,5
48
37,5
3.
Penyebab gigi berlubang
43
33,6
85
66,4
4.
Cara menghilangkan plak
91
71,1
37
28,9
5.
Dalam sehari minimal menyikat gigi
78
60,9
50
39,1
6.
Waktu menyikat gigi yang baik
58
45,3
70
54,7
7.
Lama waktu menyikat gigi
66
51,6
62
48,4
8.
Syarat sikat gigi yang baik
72
56,3
56
43,8
9.
Alat bantu menyikat gigi
59
46,1
69
53,9
10.
Akibat tidak rajin menggosok gigi
61
47,7
67
52,3
5.2 Sikap Responden terhadap Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut Pengukuran variabel sikap dilakukan berdasarkan 10 item pertanyaan, apabila jawaban “Setuju” diberi skor 2, “Kurang Setuju” diberi skor 1 dan bila jawaban “Tidak Setuju” diberi skor 0. Rata-rata nilai sikap responden adalah 8,4, median adalah 8 dan nilai modus 11. Nilai sikap tertinggi adalah 17 dan nilai terendah 3. Sikap responden dikategorikan menjadi kategori baik dan buruk. Kategori sikap dikatakan baik, apabila skor sikap di atas nilai rata-rata yaitu antara 8,5-17 dan sikap dikatakan buruk apabila skor sikap di bawah rata-rata yaitu antara 3-8,3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, secara keseluruhan responden memiliki sikap yang baik terhadap pencegahan penyakit gigi dan mulut yaitu sebesar 46,9%. Namun responden pada SD pelayanan asuhan memiliki sikap dengan kategori baik yaitu sebesar 59,4% dan SD UKGS hanya sebesar 32,4%.
51
Hal ini menunjukkan bahwa sikap responden pada SD pelayanan asuhan lebih baik dari SD UKGS (Tabel 5.4). Tabel 5.4
Distribusi Sikap Responden pada SD Pelayanan Asuhan dan SD UKGS di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011 Sikap
Variabel
Baik F
Buruk %
F
%
Pelayanan Asuhan
38
59,4
26
40,6
UKGS
22
32,4
42
65,6
Total
60
46,9
68
53,1
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, sebagian besar responden memiliki sikap setuju bahwa sikat gigi yang baik mempunyai kepala sikat yang kecil yaitu sebesar 79,7%, selanjutnya 63,3% responden memiliki sikap setuju pasta gigi berfluoride dapat mencegah terjadinya gigi berlubang.
Namun hanya
sebagian kecil responden memiliki sikap setuju untuk memeriksakan gigi paling lambat setiap enam bulan sekali yaitu sebesar 7,8% (Tabel 5.5).
52
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi sikap responden terhadap pencegahan penyakit gigi dan mulut pada SD di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011 No
Pernyataan
1
Menyikat gigi sebaiknya dilakukan minimal dua kali sehari. Sikat gigi yang baik mempunyai kepala sikat yang kecil Makanan yang manis dapat mencegah terjadinya gigi berlubang. Makan buah-buahan yang berserat dan berair dapat membersihkan gigi. Bila sakit gigi, sebaiknya segera mencari pelayanan kesehatan gigi. Pasta gigi berfluoride, dapat mencegah terjadinya lubang gigi. Rajin-rajinlah menggosok gigi untuk mencegah timbulnya bau mulut. Pada waktu menyikat gigi hendaknya seluruh permukaan gigi harus disikat. Menambal gigi yang berlubang dapat mencegah penularan penyakit gigi dan mulut Sebaiknya memeriksakan gigi paling lambat setiap enam bulan sekali.
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Setuju F % 27
Jawaban Responden Kurang Setuju Tidak Setuju F % %F %
21,1
76
59,4
25
19,5
102 79,7
16
12,5
10
7,8
9
7,0
16
12,5
103
80,5
59
46,1
31
24,2
38
29,7
26
20,3
44
34,4
58
45,3
81 63,3
19
14,8
28
21,9
22
7,2
52
40,6
54
42,2
17 13,3
49
38,3
62
48,4
13 10,2
55
43,0
60
46,9
10
71
55,5
47
36,7
7,8
53
5.5 Perilaku Responden terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut Variabel perilaku diukur dengan 6 item pertanyaan, apabila jawaban “Benar” diberi skor 1 dan bila jawaban “Salah” diberi skor 0. Rata-rata nilai perilaku siswa adalah 3,2, median adalah 3 dan nilai modus 3. Nilai perilaku tertinggi adalah 6, dan nilai terendah adalah 1. Perilaku dikategorikan menjadi perilaku baik dan buruk. Kategori perilaku baik, apabila skor perilaku di atas nilai rata-rata yaitu antara 3,3-6 dan kategori buruk bila skor perilaku di bawah rata-rata yaitu antara 1-3,1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, secara keseluruhan
responden
pada SD di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan mempunyai perilaku baik terhadap kesehatan gigi dan mulut yaitu sebesar 40,6% sedang responden pada SD pelayanan asuhan mempunyai perilaku kesehatan gigi dan mulut lebih baik yaitu sebesar 57,8% (Tabel 5.6). Tabel 5.6
Distribusi Perilaku Responden pada SD Pelayanan Asuhan dan SD UKGS di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011 Perilaku
Variabel
Pelayanan Asuhan UKGS
Total
Baik
Buruk
F
%
F
%
37
57,8
27
42,2
15
23,4
49
76,6
52
40,6
76
59,4
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keseluruhan responden, sebesar 76,6% responden berperilaku menyikat gigi yang baik. Selanjutnya responden yang
54
bisa melakukan gerakkan sikat gigi untuk dataran pengunyahan sebesar 48,4%, responden yang mengetahui cara menyimpan sikat gigi sebesar 38,3% dan yang memeriksakan kesehatan gigi sebesar 41,4% (Tabel 5.7). Tabel 5.7 Distribusi frekuensi perilaku responden terhadap kesehatan gigi dan mulut pada SD di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011 No
Item Perilaku
1.
Menyikat gigi yang baik
Jawaban responden Baik Buruk F % F % 98 76,6 30 23,4
2.
Gerakan sikat gigi untuk bagian
85
66,4
43
33,6
62
48,4
66
51,6
gigi yang menghadap ke pipi 3.
Gerakkan sikat gigi untuk dataran pengunyahan
4.
Cara menyimpan sikat gigi
49
38,3
79
61,7
5.
Penggunaan pasta gigi
66
51,6
62
48,4
6.
Memeriksakan kesehatan gigi
53
41,4
75
58,6
5.6 Status Kesehatan Gigi dan Mulut Status kesehatan gigi dan mulut responden diukur dengan menghitung indeks
DMF-T untuk gigi permanent
dan indeks OHI-S. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata DMF-T pada SD UKGS adalah 2,90, lebih tinggi dari SD pelayanan asuhan yaitu 2,0. Rata-rata decay (karies) adalah 4,30 lebih tinggi dari missing dan filling. Rata-rata filling (0,15) sangat kecil bahkan tidak ada sama sekali pada SD UKGS yang berarti tidak ada gigi yang ditambal (Tabel 5.8).
55
Tabel 5.8 Rata-rata DMF-T siswa SD Pelayanan Asuhan dan SD UKGS di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011 Status DMF-T Decay
Pelayanan asuhan 1,80
UKGS 2,50
Missing
0,05
0,40
Filling
0,15
0,00
DMF-T
2,00
2,90
Rata-rata indeks OHI-S responden pada SD pelayanan asuhan adalah 0,99 termasuk kategori baik (0,0 -1,2) lebih baik dari SD UKGS yaitu 3,22 termasuk kategori buruk (3,1 – 6,0) (Tabel 5.9). Tabel 5.9
Rata-rata OHI-S Siswa SD Pelayanan Asuhan dan SD UKGS di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011
Status OHI-S Debris
Pelayanan asuhan
UKGS
0,70
2,00
Calculus
0,29
1,22
OHI-S
0,99
3,22
5.6 Pengaruh Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut, Pengetahuan, Sikap dan Perilaku terhadap Status Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa SD di wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011 Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa, variabel pelayanan asuhan dengan nilai DMF-T diperoleh nilai X2 = 14,458 dengan p sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan ada pengaruh antara pelayanan asuhan dengan status DMF-T siswa. Nilai OR sebesar 5,942 berarti siswa SD pelayanan asuhan kemungkinan mempunyai nilai DMF-T baik 5,942 kali dibandingkan dengan siswa SD UKGS. Pelayanan asuhan dengan indeks OHI-S menunjukkan adanya
56
pengaruh yang bermakna dengan nilai p=0,000 lebih kecil dari α=5% (0,000<0,05). Dengan nilai OR = 9,930 yang berarti siswa SD pelayanan asuhan kemungkinan mempunyai nilai OHI-S baik 9,930 kali dibandingkan dengan siswa SD UKGS. Variabel pengetahuan dengan DMF-T diperoleh nilai X2 = 1,282 dengan p sebesar 0,258 lebih besar dari α = 5% (0,258 > 0,05), maka Ho diterima. Hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh antara pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan status DMF-T siswa. Pengetahuan dengan OHI-S diperoleh nilai X2 = 1,312 dengan p sebesar 0,252 lebih besar dari α = 5% (0,252 > 0,05). Hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh antara pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan status OHI-S siswa. Variabel sikap dengan DMF-T diperoleh nilai X2 = 0,031 dengan p sebesar 0,861 lebih besar dari α = 5% (0,861 > 0,05), maka Ho diterima. Hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh antara sikap dengan status DMF-T siswa. Sikap dengan OHI-S diperoleh nilai X2 = 1,557 dengan p sebesar 0,212 lebih besar dari α = 5% (0,212 > 0,05). Hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh antara sikap dengan status OHI-S siswa. Variabel perilaku dengan status DMF-T diperoleh nilai X2 = 11,473 dengan p sebesar 0,001 lebih kecil dari α = 5% (0,001 < 0,05), maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan ada hubungan antara perilaku dengan status DMF-T siswa SD. Dengan nilai OR sebesar 5,800 berarti siswa SD yang mempunyai perilaku baik kemungkinan mempunyai nilai DMF-T baik 5,800 kali dibandingkan dengan siswa SD yang mempunyai perilaku buruk.
57
Untuk perilaku dengan status OHI-S diperoleh nilai X2 = 11,175 dengan p sebesar 0,001 lebih kecil dari α = 5% (0,001 < 0,05), maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan ada pengaruh antara perilaku dengan status OHI-S siswa. Dengan nilai OR sebesar 10,185 berarti siswa SD yang mempunyai perilaku baik kemungkinan mempunyai nilai OHI-S baik 10,185 kali dibandingkan dengan siswa SD yang mempunyai perilaku buruk (Tabel 5.10). Tabel 5.10 Distribusi Pelayanan Asuhan, Pengetahuan, Sikap serta Perilaku terhadap Status Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa SD di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011 DMF-T Variabel
OHI-S
Baik f
Buruk %
Baik
Buruk
f
%
f
%
f
%
- Pelayanan Asuhan
57
89,1
7
10,9
a61
95,3
b3
4,7
- UKGS
37
57,8
27
42,2
c43
67,2
d21
32,8
X2=14,458 p=0,000 OR=5,942
Pengetahuan - Baik
34
81,0
- Buruk
60
69,8
8 19,0 26
30,2
X2=14,821 p=0,000 OR=9,930
37
88,1
5
11,9
67
77,9
19
22,1
X2=1,282 p=0,258
X2=1,312
p=0,252
Sikap - Baik
45
75
15
25
52
86,7
8
13,3
- Buruk
49
72,1
19
27,9
52
76,5
16
23,5
X2=0,031 p=0,861
X2=1,557 p=0,212
Perilaku - Baik
47
90,4
5
9,6
a50
96,2
2
3,8
- Buruk
47
61,8
29
38,2
c54
71,1
22
28,9
X2=11,473 p=0,001 OR=5,800
X2=11,175 p=0,001 OR=10,185
58
Analisis multivariat dilakukan untuk menentukan variabel yang paling dominan dalam pola hubungan antara variabel bebas yang meliputi pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut, pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap variabel terikat yaitu status kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh dua variabel yang dapat dimasukan ke dalam regresi logistik yang mempunyai nilai p lebih kecil dari 0,000. Variabel bebas yang dapat dimasukan ke dalam model regresi logistik yaitu variabel pelayanan asuhan dan perilaku siswa sekolah dasar. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ganda menunjukkan bahwa variabel pelayanan asuhan memberikan pengaruh secara signifikan sebesar (p = 0,003), dengan risk ratio (RR) 4,262 yang berarti bahwa siswa SD yang mendapat pelayanan asuhan memiliki risiko DMF-T baik 4,262 kali lebih besar dibandingkan dengan SD UKGS (Tabel 5.11). Tabel 5.11 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Pelayanan Asuhan dan Perilaku dengan DMF-T siswa SD di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011
Variabel Pelayanan Asuhan Perilaku Constant
B
S.E.
1.450 1.359 0.039
0.493 0.551 0.276
Wald 8.638 6.091 0.019
df
Sig. 1 1 1
0.003 0.014 0.889
Exp(B) 4.262 3.893 1.039
Hasil analisis regresi logistik ganda menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan memberikan pengaruh secara signifikan terhadap status OHI-S siswa SD di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011 adalah variabel pelayanan asuhan sebesar (p = 0,004). Dengan risk ratio (RR) 6,726
59
artinya bahwa siswa SD yang mendapat pelayanan asuhan memiliki risiko OHIS baik 6,726 kali lebih besar dibandingkan dengan siswa SD yang tidak mendapat pelayanan asuhan (Tabel 5.12). Tabel 5.12 Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda antara Pelayanan Asuhan dan Perilaku dengan OHI-S siswa SD di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2011
Variabel Pelayanan Asuhan Perilaku Constant
B
S.E.
1.906 1.843 0.408
0.666 0.787 0.288
Wald 8.182 5.477 2.012
df
Sig. 1 1 1
0.004 0.019 0.156
Exp(B) 6.726 6.313 1.504