91
BAB V ANALISIS RUMUSAN KONSEP PERANCANGAN Bagian ini akan membahas mengenai analisis programming atau analisis merumuskan konsep perancangan Bandung Fashion Hub. Analisis dilakukan dengan perimbanganpertimbangan materi yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya. Maksud dari penulisan bab ini adalah untuk menganalisis agar didapat kriteria perancangan berdasarkan data dan programming sehingga dapat keputusan desain yang optimal.
A. ANALISIS SISTEM PERUANGAN Tujuan dari analisis system peruangan adalah untuk mendapatkan konsep peruangan yang sesuai dengan kebutuhan ruang serta karakter kegiatan. Pertimbangan dan kriteria analisis konsep peruangan ditujukan untuk mendapatkan macam kebutuhan ruang yang sesuai dengan karakter kegiatan, mendapatkan besaran ruang yang sesuai dengan kapasitas serta standart, dan mendapatkan pola-pola aktivitas serta pengelompokan kegiatan yang akan menjadi acuan dalam menata ruang dan massa.
1. Analisis Pola Kegiatan Tujuan Menentukan pola kegiatan pengguna Bandung Fashion Hub sebagai Ruang Interaksi Fashion Stakeholder di Kota Bandung yang direncanakan. Analisis Dan Hasil Berikut ini adalah analisis dan hasil pola kegiatan pengguna berdasarkan jenis kegiatan pada Bandung Fashion Hub. a. Kegiatan Edukasi 1) Peserta Didik Sekolah Fashion
Skema 5. 1. Skema Pola Kegiatan Peserta Didik Sekolah Fashion (Sumber: Analisa Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
92 2) Staff Pengajar dan profesional
Skema 5. 2. Skema Pola Kegiatan Staff Pengajar Sekolah Fashion (Sumber: Analisa Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
b. Kegiatan Komunikasi Komunitas & Media Komunitas dan Media Fashion
Skema 5. 3. Skema Pola Kegiatan Komunitas dan Media Fashion
(Sumber: Analisa Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
c. Kegiatan Marketing Industri Fashion Lokal
Skema 5. 4. Skema Pola Kegiatan Industri Fashion (Sumber: Analisa Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
93
d. Kegiatan Hiburan dan Rekreasi Pengunjung Umum
Skema 5.5. Skema Pola Kegiatan Industri Fashion (Sumber: Analisa Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
e. Kegiatan Interaksi Pengelola Fashion Show & Pameran Gallery
Skema 5. 6. Skema Pola Kegiatan Fashion Show, Gallery dan Perpustakaan Fashion (Sumber: Analisa Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
f.
Kegiatan Pengelolaan 1) Pengelola Administrasi
Skema 5. 7. Skema Pola Kegiatan Pengelola Pusat (Sumber: Analisa Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
2) Petugas Service
94
Skema 5. 8. Skema Pola Kegiatan Petugas Service (Sumber: Analisa Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
3) Petugas Art Shop dan Café
Skema 5.9. Skema Pola Kegiatan Petugas Art Shop dan Cafe (Sumber: Analisa Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
2. Analisis Jumlah Pengguna Tujuan Tujuan dari analisis jumlah pengguna adalah untuk menentukan jumlah pengguna pada Bandung Fashion Hub sebagai Ruang Interaksi Fashion Stakeholder di Kota Bandung yang direncanakan. Analisis Dan Hasil Berdasarkan pola legiatan diatas, dapa ditentukan jumlah pengguna dari Bandung Fashion Hub yang direncanakan. Table berikut ini merupakan analisis jumlah pengguna Bandung Fashion Hub. Untuk jumlah pengunjung dihitung berdasarkan waktu rata-rata pehari saat jam kerja (jam operasional Bandung Fashion Hub dari pukul 9.00-22.00 WIB). Tabel 5. 1. Analisis Jumlah Pengguna No.
Pengguna
Jumlah
keterangan
Orang 1.
Sekolah Fashion Peserta Didik
300
Jumlah Jurusan pada Sekolah Fashion terdapat 6 jurusan sesuai kurikulum. Setiap jurusan diasumsikan terdiri dari 50 peserta didik.
Staff Pengajar
30
Jumlah staff pengajar efektif dalam setiap jurusan adalah 1:10 peserta didik. Setiap jurusan memiliki 5 staff pengajar. Sehingga Sekolah Fashion diasumsikan memiliki 30 staff pengajar
Administrasi Sekolah
6
Administrasi keuangan 2 orang, Input Nilai 2 orang, Sistem Informasi 2 orang.
2.
Komunitas & Media
95
3.
Komunitas
100
Asumsi
Pengunjung
200
Asumsi
90
Terdapat 6 kawasan potensi fashion bandung
Industry Fashion Industry Fashion
yang memiliki ciri produk fashion yang khas. dipilih 3 brand terbaik dari masing-masing kawasan untuk di display pada Bandung Fashion Hub. Sehingga industry fashon local yang diwadahi berjumlah 18 brand fashion local bandung . Pengelola dari masing-masing brand diasumsikan 5 orang. 18 x 5 = 90orang Pengunjung
360
Asumsi dalam jangka waktu 10 jam operasional masing-masing retail tenant sebanyak 20 orang. 20 dikali jumlah brand 18.
4.
Gallery Pengelola gallery Pengunjung
5 450
Informasi 2 orang, keamanan 3 orang Jumlah pengunjung perpustakaan mahasiswa 300 orang, pengunjung umum asumsi 150 orang. Total pengunjung per hari 450 orang. Dibagi 10 jam = 45 orang/jam
5.
Perpustakaan Pengelola Perpustakaan
10
Keamanan 2 orang, informasi 1 orang, peminjaman 2 orang, merapihkan buku 5 orang
Pengunjung
450
Jumlah pengunjung perpustakaan mahasiswa 300 orang, pengunjung umum asumsi 150 orang. Total pengunjung per hari 450 orang. Dibagi 10 jam = 45 orang/jam
6.
Fashion Show Pengunjung
2000
Jumlah pengunjung ketika fashion show diselenggarakan sehari 2000 orang. 2000 orang dibagi 10 jam = 200 orang/jam
Pengelola
20
Team Konseptor 10 orang dan Tim Pelaksana(lighting, soundsystem, dll) 10 orang
Brand Show/ Karya Sekolah
50
Perhari/ saat event fashion show
500
Masing-masing branad/ mahasiswa minimal
Fashion Model
menampilkan 10 karya artinya diperagakan oleh 10 orang model. 7.
Pengelola Pusat Direktur
1
Wakil Direktur
1
Sekretaris
2
Bendahara
2
Manager Program Sekolah
1
96 Fashion Manager Komunitas & Media
1
Manager Program Marketing
1
Fashion Industri Manager Program Fashion
1
Show Manager Program Gallery
1
Manager Program
1
Perpustakaan
8
Manager Maintenance
1
Manager Keamanan
1
Manager Informasi
1
Pengelola Service Cleaning Service
40
Sekolah Fashion (6 jurusan, administrasi, staff pengajar) = 6 + 1 +1 = 8 orang Industri Fashion = 4 orang Komunitas = 4 orang Gallery = 4 orang Perpustakaan = 4 orang Fashion Show = 8 orang Pengelola Pusat = 4 orang Area Landscape = 8 orang Total = 40 orang
Petugas Keamanan
32
Sekolah Fashion (6 jurusan, administrasi, staff pengajar) = 2 orang Industri Fashion = 4 orang Komunitas = 4 orang Gallery = 2 orang Perpustakaan = 2 orang Fashion Show = 8 orang Pengelola Pusat = 2 orang Area Landscape = 8 orang Total = 32 orang
Petugas Teknisi
8
Asumsi setiap fasilitas masing-masing 1 orang
Petugas Informasi
10
Asumsi setiap fasilitas masing-masing 2 orang (industry fashion, komunitas, gallery, perpustakaan, fashion show)
Petugas Medis
5
asumsi
(Sumber: Analisa Penulis, 2016)
3. Analisis Karakter Kegiatan dan Kebutuhan Fasilitas Tujuan Tujuan dari analisis karakter kegiatan dan kebutuhan fasilitas adalah untuk menentukan ruang-ruang yang dibutuhkan berdasarkan jenis kegiatan yang dilakukan
97 oleh pengguna pada perencanaan Bandung Fashion Hub sebagai Ruang Interaksi Fashion Stakeholder di Kota Bandung dengan pendekatan desain ekspresif. Analisis Dan Hasil Pada analisis kebutuhan ruang ini terdapat beberapa zona kegiatan, berdasarkan kelompok kegiatan yang terdapat pada Bandung Fashion Hub, yaitu zona kegiatan edukasi, zona kegiatan komunikasi komunitas dan media, zona kegiatan marketing, zona kegiatan interaksi, zona kegiatan hiburan serta zona kegiatan pengelolaan. Berikut merupakan analisis karakter kegiatan dan kebutuhan ruang dalam masingmasing zona pada Bandung Fashion Hub sebagai Ruang Interaksi Fashion Stakeholder dengan pendekatan Desain Ekspresif.
a. Karakter kegiatan dan kebutuhan ruang edukasi Tabel 5. 2. Karakter Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Edukasi Kegiatan
Keterangan
Kebutuhan Ruang
Masuk Bandung
Memasuki area Bandung Fashion
-
entrance jelas dan aman
Fashion Hub
Hub
Parkir
Memarkir kendaraan
-
area parkir sesuai dimensinya
-
pos keamanan dan parkir
-
akses dari parkir ke entrance
Masuk ke dalam
Memasuki bangunan
bangunan
bangunan jelas -
adanya foyer/ ruang peralihan/ ruang transisi
Menunggu pelajaran
Menunggu pelajaran, santai dan
dimulai
berinteraksi dengan teman
Absensi Pengajar dan
Mengisi absen dan mempersiapkan
mempersiapkan
bahan ajar
-
lobby, kesan akrab
-
ruang peralihan sebelum memasuki kelas
-
menampung jumlah orang dan
bahan ajar
Belajar dan Mengajar
ruang staff pengajar dimensi
furniture -
mudah di akses dari entrace
belajar dan mengajar fashion teori
-
dimensi ruang kelas
sesuai jurusan masing-masing
-
kenyamanan termal, pencahayaan, dan akustik kelas
-
pencahayaan alami
Diskusi organisasi
Diskusi organisasi, duduk,
-
bersifat akrab dan nyaman
kampus
mengemukakan pendapat,
-
lighting dan posisi ruang yang
membuat rencana kegiatan
fleksibel
Membuat karya tugas
Membuat karya tugas fashion
-
dimensi ruang fleksibel
fashion
sesuai jurusan masing-masing
-
lighting
-
akustik ruang
-
suasana dinamis
-
ruang peralihan menuju ruang
Keluar dari studio
Keluar dari studio
98 lain Istirahat
Relaksasi, berkumpul bersama
-
kesan akrab dan santai
teman
-
sejuk
-
view positif, menghindari kebosanan
-
ruang gerak bebas
Keluar kampus menuju faasilitas
-
akses jelas
lain
-
penataan sign dan landscape
Mendaftar masuk
Berlaku bagi yang sudah menjadi
-
adanya tempat penitipan
perpustakaan
anggota atau belum
Keluar kampus
barang -
ruang pengelola perpus yang juga melayani pengunjung dan pinjam meminjam buku
Membaca dan
Selain buku-buku yang
meminjam buku
berhubungan dengan fashion, seni & budaya serta karya artis
-
ketenangan di area perpustakaan
-
pembagian area yang jelas antara buku atau arsip yang bisa dipinjam atau tidak
-
lighting cukup
-
view positif
-
kenyamanan ruang (termal dan akustik)
Seminar Fashion
Fashion bersama Fashion Desainer,
-
Komunitas maupun fashion industry
lighting harus mampu menerangi seluruh ruangan
-
tersedia podium (bersifat fleksibel)
-
tersedia soundsystem
-
kenyamanan ruang (termal dan akustik)
Diskusi tentang
Diskusi ini terbuka untuk umum
fashion
dan bersifat edukatif
Melihat display karya
Melihat display dan informasi
-
lighting dan posisi ruang bersifat fleksibel
-
bersifat akrab
-
etalase display yang
karya fashion
informative -
ruang transisi sebagai area pamer
-
ruang yang cukup untuk bergerak
Pameran
Display hasil karya sekolah fashion
-
ruang yang cukup untuk bergerak, sirkulasi
-
posisi lighting dan tempat display adar karya yang di tampilkan lebih maksimal
-
jarak antar benda display dan
99 pengunjung Melihat pertunjukan
Menyaksikan pertunjukan seni
-
yang ditampilkan
Desain teater yang memenuhi standar kenyamanan (visual akustik)
-
Sound system dan audio yang mendukung
-
Penerangan yang selama pertunjukan
Keluar dari fasilitas
Keluar dari fasilitas atau kembali
-
akses yang luas
ke fasilitas penunjang lainnya
-
foyer sebagai ruang bantu adaptasi dari ruang dalam ke ruang luar
Pulang
Keluar dari area Bandung Fashion
-
kejelasan kearah parkir
Hub
-
jalan keluar yang aman
(Sumber: Analisa Penulis, 2016)
b. Karakter kegiatan dan kebutuhan ruang komunikasi komunitas dan media Tabel 5. 3. Karakter Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Komunikasi Komunitas dan Media Kegiatan
Keterangan
Kebutuhan Ruang
Masuk Bandung
Memasuki area Bandung Fashion
-
entrance jelas dan aman
Fashion Hub
Hub
Parkir
Memarkir kendaraan
-
area parkir sesuai dimensinya
-
pos keamanan dan parkir
-
akses dari parkir ke entrance
Masuk ke dalam
Memasuki bangunan
bangunan
bangunan jelas -
adanya foyer/ ruang peralihan/ ruang transisi
Mendaftar masuk
Berlaku bagi yang sudah menjadi
-
lobby, kesan akrab
-
adanya tempat penitipan
anggota atau belum
barang -
ruang pengelola ruang komunitas yang juga melayani pengunjung
Menunggu
Menunggu kegiatan dimulai
-
informatif
-
bersifat akrab dan nyaman
-
sejuk
-
view positif, menghindari kebosanan
-
ruang gerak bebas
Diskusi organisasi
Diskusi organisasi, duduk,
-
bersifat akrab dan nyaman
komunitas fashion
mengemukakan pendapat, membuat
-
lighting dan posisi ruang yang
rencana kegiatan Diskusi umum
fleksibel
Diskusi untuk pengunjung umum
-
bersifat akrab dan nyaman
yang memiliki minat dalam
-
lighting dan posisi ruang yang
100 berjejaring, duduk, mengemukakan
fleksibel
pendapat, membuat rencana kegiatan Pendaftaran
Mendaftar workshop
-
meja recepsionis
-
sirkulasi luas
-
mudah di akses
Mendatangkan ahli untuk
-
ruang fleksibel
mengadakan workshop yang dapat
-
bersifat akrab dan dinamis
diakses umum
-
view positif
-
sirkulasi luas
Relaksasi, berkumpul bersama
-
kesan akrab dan santai
teman
-
sejuk
-
view positif, menghindari
workshop
workshop
Istirahat
kebosanan
Keluar
Pulang
-
ruang gerak bebas
-
akses jelas
-
penataan sign dan landscape
Keluar dari area Bandung Fashion
-
kejelasan kearah parkir
Hub
-
jalan keluar yang aman
Keluar menuju faasilitas lain
(Sumber: Analisa Penulis, 2016)
c. Karakter kegiatan dan kebutuhan ruang marketing Tabel 5. 4. Karakter Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Marketing Kegiatan
Keterangan
Kebutuhan Fasilitas
Masuk Bandung
Memasuki area Bandung Fashion
-
entrance jelas dan aman
Fashion Hub
Hub
Parkir
Memarkir kendaraan
-
area parkir sesuai dimensinya
-
pos keamanan dan parkir
-
akses dari parkir ke entrance
Masuk ke dalam
Memasuki bangunan
bangunan
bangunan jelas -
adanya foyer/ ruang peralihan/ ruang transisi
Memasukan produk
Loading produk ke dalam ruangan
-
lobby, kesan akrab
-
akses
-
keamanan
-
adanya foyer ruang tansisi dari ruang luar dan ruang dalam
Penataan
-
area parkir
Menata produk yang ingin
-
ruang fleksibel
dipasarkan sesuai jumlah industry
-
karakter local bandung
yang diwadahi
-
ruang dinamis
-
kenyamanan termal dan akustik
-
pencahayaan yang dapat
101 menjangkau seluruh ruangan Kegiatan Pemasaran
Pemasaran produk fashion industry
-
etalase yang ‘menjual’
lokal
-
lighting yang difokuskan pada produk
-
akses dalam ruangan
-
ruang yang fleksibel untuk penataan furniture
workshop
Workshop pembuatan produk
-
- ruang fleksibel
sebagai salah satu proses
-
bersifat akrab dan dinamis
pemasaran
-
view positif
sirkulasi luas Keluar
Pulang
Keluar menuju faasilitas lain
-
akses jelas
-
penataan sign dan landscape
Keluar dari area Bandung Fashion
-
kejelasan kearah parkir
Hub
-
jalan keluar yang aman
(Sumber: Analisa Penulis, 2016)
d. Karakter kegiatan dan kebutuhan ruang interaksi Tabel 5. 5. Karakter Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Interaksi Kegiatan
Keterangan
Kebutuhan Fasilitas
Masuk Bandung
Memasuki Area Bandung Fashion
-
entrance jelas dan aman
Fashion Hub
Hub
Parkir
Memarkir kendaraan
-
area parkir sesuai dimensinya
-
pos keamanan dan parkir
-
akses dari parkir ke entrance
Masuk ke dalam
Memasuki bangunan
bangunan
bangunan jelas -
adanya foyer/ ruang peralihan/ ruang transisi
Mendaftar masuk
Berlaku bagi yang sudah menjadi
-
lobby, kesan akrab
-
adanya tempat penitipan
anggota atau belum
barang -
ruang pengelola ruang komunitas yang juga melayani pengunjung
Menunggu
pameran
-
informatif
Menunggu fashion show di mulai,
-
bersifat akrab dan nyaman
duduk dan mengobrol
-
sejuk
-
view positif,
-
menghindari kebosanan
-
ruang gerak bebas
-
ruang yang cukup untuk
Display hasil karya sekolah fashion
bergerak, sirkulasi -
posisi lighting dan tempat display adar karya yang di
102 tampilkan lebih maksimal -
jarak antar benda display dan pengunjung
Masuk ke dalam
Masuk kedalam ruang catwalk
-
transisi menuju ruang catwalk
fashion show. Duduk, ngobrol
-
ruang yang cukup untuk bergerak, sirkulasi
Menyaksikan fashion
Duduk menyaksikan peragaan
-
besaran catwalk
show
fashion oleh model di catwalk,
-
penataan ruang yang fleksibel
diskusi, jurnalis, memfoto
untuk model catwalk -
lighting focus pada peragaan fashion
-
dimensi ruang luas
-
kenyamanan termal, akustik
Loading Karya
Memasukan karya fashion ke
-
akses mudah dicapai dan jelas
Fashion (Backstage)
dalam ruang ganti (wardrobe)
-
jumlah ruang wardrobe
-
lighting
-
sirkulasi luas
-
akses menuju ruang model
Ruang Model
Ruang ganti dan make up model. Kegiatan istirahat dan metabolisme
berbeda dengan pengunjung umum -
lighting yang cukup untuk make up model
Keluar
Pulang
-
sirkulasi luas
-
beberapa privasi
-
akses menuju stage jelas
-
dekat dengan toilet
-
akses jelas
-
penataan sign dan landscape
Keluar dari area Bandung Fashion
-
kejelasan kearah parkir
Hub
-
jalan keluar yang aman
Keluar menuju faasilitas lain
(Sumber: Analisa Penulis, 2016)
e. Karakter kegiatan dan kebutuhan ruang pengelolaan Tabel 5. 6. Karakter dan Kebutuhan Ruang Pengelolaan Kegiatan
Keterangan
Kebutuhan Fasilitas
Administrasi
Administrasi manajemen Bandung
Meliputi:
Fashion Hub
-
R. direktur
-
R. wakil direktur
-
Ruang sekretaris
-
Staff sekretaris
-
Ruang keuangan
-
Staff keuangan
-
Area ini merupakan area semi privat, hanya yang
103 berkepentingan yang boleh masuk Operasional
-
Ruang Manager
Manager Sekolah Fashion Manager Komunitas Manager Fashion Industri Manager Pameran & Fashion Show Manager art shop Manager café & restaurant -
Ruang staff dan ruang ganti yang dilengkapi dengan kamar mandi dan toilet
-
Mengawasi jalannya kegiatan di Bandung Fashon Hub
-
Melayani kebutuhan pengunjung
-
Mengoperasikan alat-alat yang digunakan
-
Melayani penjualan tiket
-
Menginformasikan kegiatan yang berlangsung di Bandung Fashion Hub
-
Mengatur kegiatan yang berlangsung di Bandung Fashion Hub
Service
Perawatan fisik bangunan dan
-
menjaga keamanan
keamanan
-
menjaga dan memelihara kondisi fasilitas yang disediakan Bandung Fashion Hub
(Sumber: Analisa Penulis, 2016)
f. Karakter kegiatan dan kebutuhan ruang hiburan (Café, Restaurant, Fashion dan Merchandise) Tabel 5. 7. Karakter Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Hiburan; Café & Restaurant Kegiatan
Keterangan
Kebutuhan Fasilitas
masuk
Datang ke counter, langsung
-
rak, refrigerator penyimpanan
memesan dan menerima pesanan
makanan dan minuman siap
datang dan lansung ke tempat
santap
duduk
-
rak dua arah (self service)
-
ke meja / kursi dan langsung menempati
-
pelayan dibalik meja bar siap melayani
104 Menikmati makanan
Menikmati pesanan makanan dan
dan minuman
minuman
-
kontak visual/ view yang positif agar pengunjung merasa betah
-
adanya hiburan (tv, screen, music, audio)
Selesai
Selesai makan dan minum
-
berkesan akrab
-
ruang gerak yang cukup
-
posisi kasir terlihat oleh pengunjung/ dekat pintu keluar
-
pelayan yang bebeas bergerak (service)
(Sumber: Analisa Penulis, 2016)
Tabel 5. 8. Karakter Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Hiburan; Fashion & Merchandise Kegiatan
keterangan
Kebutuhan Fasilitas
Masuk
Melihat-lihat atau membeli fashion
-
etalase pajangan
& merchandise
-
rak-rak penyimpanan produk fashion & merchandise
-
ruang gerak yang cukup
-
view positif yang dapat membuat pengunjung betah
selesai
Selesai melihat-lihat atau membeli
-
posisi kasir terlihat oleh pengunjung/ dekat pintu keluar
(Sumber: Analisa Penulis, 2016)
4. Analisis Kebutuhan Ruang Tujuan Menentukan kebutuhan ruang berdasarkan karakter kegiatan fasilitas Bandung Fashion Hub yang akan direncanakan. Analisis Dan Hasil Pada analisis kebutuhan ruang kelompok kegiatan, jenis kegiatan, ruang, jumlah dan keterangan terkait persyaratan ruang yang dibutuhkan dalam Bandung Fashion Hub. Tabel 5. 9. Analisis Kebutuhan Ruang Kelompok Kegiatan Edukasi
Jenis Kegiatan
Ruang
Masuk Bandung Fashion Hub Parkir
Entrance
Masuk ke dalam bangunan Aktivitas Sekolah Fashion
Lobby/ Rg. Peralihan/ Rg. Transisi 1. Kelas Teori 2. Studio 3. Rg. Komunal 4. Rg. Informasi
Jumlah
Keterangan Sirkulasi kendaraan dan orang dimensi area parkir pos keamanan pos ticketing
Area parkir
1 6 6 3 1
-
Jumlah ruang kelas teori dan studio berdasarkan
105 5.
Rg. Loker
6
jumlah jurusan Ruang komunal sebagai ruang transisi antar kelas mudah di akses bersifat semi privat sekat Bersifat akrab dan fleksibel -
Aktivitas Pengajar
Diskusi Organisasi istirahat
Masuk ke perpus Aktivitas Perpustakaan
Aktivitas Seminar, Diskusi Umum
Display Karya &informasi
Komunikasi Komunitas
1. 2.
Ruang Absensi Ruang Staff Pengajar 3. Ruang Konsultasi Ruang Organisasi Kampus 1. Rg. Komunal taman 2. Kantin 3. Musholla 4. Toilet Lobby/ Rg. Peralihan/ Rg. Transisi 1. Rg. Penitipan 2. Rg. Daftar 3. Rg. Baca 4. Rg. Rak Buku 5. Rg. Arsip 6. Rg. Internet 7. Rg. Diskusi kecil 8. Rg. Pengurus Perpus 9. Toilet 1. Rg. Seminar 2. Rg. Press Conference 3. Rg. Proyektor 4. Rg, Control 5. Rg. Transisi/ foyer 1. Rg. Display Karya 2. Rg. Informasi 3. Rg. Buku tamu
1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Masuk Bandung Fashion Hub Parkir
Entrance
Masuk ke dalam bangunan Mendaftar masuk, informasi &menunggu Aktivitas Diskusi Organisasi Komunitas
Lobby/ Rg. Peralihan/ Rg. Transisi 1. Ruang pendaftaran 2. Hall
1
Rg. Diskusi orgnaisasi/ Rg. Rapat
1 1
Seminar & Diskusi Umum
1. 2.
Rg. Seminar Rg. Press Conference Rg. Proyektor Rg, Control Rg. Transisi/ foyer
1 1
1. RuangWorkshop 2. Tempat Penyimpanan
1 1
Area parkir
3. 4. 5. Aktivitas Workshop
1 1
1 1 1
-
Pembagian rakrak buku yang bisa dipinjam dengan rak-rak buku yang tidak bisa di pinjam Pembagian area baca & area internet Ruang seminar bersifat ruang serba guna
-
small gallery sirkulasi gerak luas karya yang ditampilkan adalah karya fashion berupa foto, gambar, produk fashion, ataupun instalasi Sirkulasi kendaraan dan orang dimensi area parkir pos keamanan pos ticketing
akses jelas surkulasi luas view positif Bersifat semi privat dan penataan ruang yang fleksibel Diskusi untuk pengunjung umum yang memiliki minat dalam berjejaring, duduk, mengemukakan pendapat, membuat rencana kegiatan Ditujukan untuk masyarakat pada
106 Barang
uumnya. uang fleksibel bersifat akrab dan dinamis view positif sirkulasi luas Tempat untuk dudukduduk relaksasi (taman) Sama seperti pintu masuk. Penataan landscape menuju fasilitas lain Sirkulasi kendaraan dan orang dimensi area parkir pos keamanan pos ticketing -
Marketing Hiburan
&
Istirahat
Rg. Komunal
1
Keluar dari fasilitas menuju fasilitas lain
Rg. Transisi/ Foyer
1
Masuk Bandung Fashion Hub Parkir
Entrance
Masuk ke dalam bangunan Aktivitas bazaar/ expo fashion lokal
Lobby/ Rg. Peralihan/ Rg. Transisi 1. Rg. loading barang 2. Rg. Hall Expo 3. Rg. Hiburan (panggung) 4. Rg. Informasi 5. Rg. Ganti 6. Rg. Metabolisme
Aktivitas Retail Fashion
Aktivitas Cafe
Aktivitas Restaurant
Merchandise shop
Service area
Interaksi
Masuk Bandung Fashion Hub Parkir
Area parkir
1.
Retail Industri Fashion dan Desainer (etalaser, area shopping)) 2. Rg. Loading Barang 3. Koridor sirkulasi 4. Atrium/ plaza 5. Rg. Kasir 6. Rg. Staff Retail 1. Area makan dan minum 2. Area makanan siap santap 3. Pantry bar 4. Dapur café 5. Rg. Cuci 6. Kasir 7. Corner Staff 8. Gudang 9. Rg. Staff 1. Rg. Makan dan minum 2. Dapur restaurant 3. Rg. Cuci 4. Kasir 5. Corner staff 6. Gudang 7. Rg. Staff 1. Rg. Etalase 2. Area shopping 3. Kasir 1. Lavatory 2. Gudang 3. parkir Entrance Area parkir
1 1 1 1 1 1 1 20
1
1 1 20 1
Digunakan untuk mengadakan expo fashion yang mengundang industry fashion local.
Digunakan untuk brand fashion maupun fashion desainer. Merupakan retail tetap (tenant)
Kebutuhan ruang untuk satu cafe
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Kebutuhan ruang untuk satu cafe
Menjual souvenirsouvenir
Sirkulasi kendaraan dan orang dimensi area
107
Masuk ke dalam bangunan Fashion show (Back stage)
Fashion Show (on stage)
Pameran
Pengelola
Administrasi
Operational
Service
Lobby/ Rg. Peralihan/ Rg. Transisi 1. Loading area 2. Ruang Model 3. Rg. Metabolisme 4. Rg. Wardrobe 5. Rg. Transisi menuju stage 6. Koridor/ hall penguhubung antar ruang 1. Lobby 2. Rg. Registrasi 3. Rg Informasi 4. Stage/ Catwalk 5. Area duduk 6. Area Media 7. Rg. Control 8. Rg. Tunggu 9. Rg. Metabolism Rg. Registrasi Rg. Informasi Rg. Pamer / Display Rg. Gudang 1. Rg. Direktur 2. Rg. Wakil Direktur 3. Rg. Manager Keuangan dan staff 4. Rg. Sekretaris dan staff 5. Rg. Manger Operasional 6. Lavatory 7. Rg. Tamu 8. Receptionist 9. Dapur kecil 10. Rg. Rapat 11. Rg. Keamanan 12. Gudang 1. Recepcionist 2. Rg. Manager Sekolah Fashion dan staff 3. Rg. Manager Perpustakaan dan staff 4. Rg. Manager Fashion Show&Gallery dan Staff 5. Rg. Manager Komunitas dan staff 6. Rg. Manager Retail Fashion (retail, expo, café, restaurant, merchandise) dan staff 7. Rg. Informasi 1. Rg. Staff service 2. Rg. Gudang 3. Pos Keamanan 4. Pos Parkir 5. Rg. Mecanical
parkir pos keamanan pos ticketing
1 1 1 1 1 1
Akses ruang backstage berbeda dengan akses pengunjung umum
1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Ruang fleksibel/ bersifat serbaguna
Administrasi pengelola pusat
1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
1
1
1
1 1 1 8 4 1
Ruang operational berada pada masingmasing fasilitas (kelompok kegiatan)
108
6.
Electrical Rg. Genset
1
(Sumber: Analisa Penulis, 2016)
5. Analisis Persyaratan dan Perencanaan Ruang Tujuan dari analisis persyaratan ruang adalah untuk menentukan identitas ruangruang pada bangunan Bandung Fashion Hub sebagai Ruang Interaksi Fashion Stakeholder di Kota Bandung agar bangunan dapat terakomodasi dan tertata sesuai dengan kebutuhannya. Kriteria Terdapat kriteria-kriteria dalam menganalisis identitas ruang yang dibutuhkan pada Bandung Fashion Hub. Kriteria-kriteria tersebut diantaranya adalah sebagai berikut. a. Tingkat Privasi b. Pencahayaan c. Penghawaan d. Pencapaian e. Suasana ruang f. View g. Perencanaan Ruang Analisis dan Hasil Analisis identitas terdiri dari faktor-faktor yang menunjukkan kualitas ruangruang tersebut. Faktor-faktor tersebut adalah pencahayaan, suhu, akses, atmosfer ruang, dan view. Area ruang dibagi menjadi area edukasi, area komunikasi komunitas & media, area marketing & hiburan, area interaksi, area pengelolaan, dan area service. Berikut keterangan dari analisis dan hasil analisis tabel identitas di bawah ini: a. Tingkat Privasi Karakter ruang dengan tingkat privasi diantaranya adalah sebagai berikut. 1) Publik, ruang dapat diakses oleh semua pengguna. 2) Semi Publik, ruang dapat diakses oleh hampir semua pengguna. 3) Semi privat, ruang hanya diakses oleh pengguna yang berhak dan/atau pengguna yang diundang. 4) Privat, ruang hanya diakses oleh pengguna-pengguna tertentu, tertutup untuk publik. b. Pencahayaan 1) Penggunaan cahaya alami dan buatan (+++) 2) Penggunaan cahaya alami (++) 3) Penggunaan cahaya buatan (+)
109 c. Penghawaan 1) Penggunaan penghawaan alami (++) 2) Penggunaan penghawaan buatan (+) d. Pencapaian 1) Pencapaian Langsung (++) 2) Pencapaian Tidak Langsung (+) e. Atmosfer atau suasana ruang 1) Suasana ruang yang ramai (+++) 2) Suasana ruang sedikit ramai (++) 3) Suasana ruang tenang (+) f. View 1) View ruang terbuka (+++) 2) View ruang sedikit terbuka (++) 3) View ruang tertutup (+) a. Analisis Persyaratan Ruang Edukasi Tabel 5. 10. Persyaratan Ruang Edukasi
PERSYARATAN NO.
RUANG
TINGKA T PRIVASI
PENCAH AYAAN
PENGH AWAA N
PENC APAIA N
SUASANA RUANG
VIE W
++ ++ ++
+++ +++ +++
+++ +++ +++
1. 2 3
Entrance Area parkir Lobby/ Rg. Peralihan/ Rg. Transisi
Public Public Public
++ +++ +++
++ ++ ++
1
Kelas Teori
+++
Ruang Kelas +++ +
++
++
2
Studio
+++
+++
+
++
++
3 4 5
Rg. Komunal Rg. Informasi Rg. Loker
++ + +++
++ + ++
++ ++ +
+++ + ++
+++ +++ ++
6
Ruang Staff Pengajar Ruang Konsultasi
Semi public Semi public Public Public Semi public Semi privat Semi privat
+++
+++
++
++
++
+++
+++
+
+
++
Semi public
+++
+++
++
2 3 4 5
Ruang Organisasi Kampus Rg. Komunal Kantin Musholla Toilet
Public Public Public Public
++ +++ +++ +++
+++ +++ + +
+++ +++ +++ ++
1
Lobby
Public
+++
+++
+++
7
1
Ruang Penunjang Sekolah +++ ++
++ ++ ++ + +++ ++ + ++ Perpustakaan ++ ++
PERENCANA AN RUANG
110 2 3 4 5 6
Rg. Penitipan Rg. Daftar Rg. Baca Rg. Rak Buku Rg. Arsip
7 8
10
Rg. Internet Rg. Diskusi kecil Rg. Pengurus Perpus Toilet
1
Rg. Seminar
2 3
Rg. Press Conference Rg. Proyektor
4 5 6 1
9
2 3
Public Public Public Public Semi privat Public Semi public Semi privat Public
+++ +++ +++ +++ +++
+ + + + +
++ ++ + ++ +
+++ ++ + + +
+++ +++ +++ ++ ++
+++ +++
+ +
+ +
+ ++
+++ ++
+
+
+
++
++
+++
Rg, Control Rg. Transisi/ foyer
Semi public Semi privat Semi privat Privat Public Public
Rg. Display Karya Rg. Informasi Rg. Buku tamu
Semi public Public Public
+++
+ ++ + Seminar & Diskusi Umum +++ ++ ++
+ ++
+
+
+
++
+
+
+
+
+
+
+ +++ +++
++ +++ +++
+ + +++
+++
+ + + + +++ ++ Display Karya +++ ++
++
+++
+++ +++
+ +
++ ++
+++ +++
++ ++
(Sumber: Analisa Penulis, 2016)
b. Analisis Persyaratan Ruang komunikasi Komunitas dan Media Tabel 5. 11. Analisis Persyaratan Ruang Komunikasi Komunetas dan Media
PERSYARATAN NO.
1 2 3
4 5 6
7 8 9 10 11 12 13
RUANG
Entrance Area parkir Lobby/ Rg. Peralihan/ Rg. Transisi Ruang pendaftaran Hall Rg. Diskusi orgnaisasi/ Rg. Rapat Rg. Seminar Rg. Press Conference Rg. Proyektor Rg, Control Rg. Transisi/ foyer Ruang Workshop Tempat Penyimpanan Barang
TINGKA T PRIVASI
PENCAH AYAAN
PENGH AWAA N
PENC APAIA N
SUASANA RUANG
VIE W
Public Public Public
++ ++ +++
++ ++ ++
++ ++ ++
+++ +++ +++
+++ +++ +++
Public
+++
+
++
++
+++
Public Semi privat
+++ +++
++ +
++ +
+++ ++
+++ ++
Semi public Semi privat Semi privat Privat Semi public Semi public Semi public
+++
+
++
++
+
+
+
+
++
+
+
+
+
+
+
+ +++
+ +
+ ++
+ +
+ +++
+++
+
++
+++
+++
+
+
++
++
++
PERENCANA AN RUANG
111 14
Toilet
Public
+++
++
++
+
+
(Sumber: Analisa Penulis, 2016)
c. Analisis Persyaratan Ruang Marketing dan Hiburan Tabel 5. 12. Analisis Persyaratan Ruang Marketing dan Hiburan.
PERSYARATAN NO.
RUANG
TINGKA T PRIVASI
PENCAH AYAAN
PENGH AWAA N
PENC APAIA N
SUASANA RUANG
VIE W
++ ++ ++
+++ +++ +++
+++ +++ +++
1 2 3
Entrance Area parkir Lobby/ Rg. Peralihan/ Rg. Transisi
Public Public Public
++ +++ +++
++ ++ ++
1
Rg. loading barang Rg. Hall Expo Rg. Hiburan (panggung) Rg. Informasi
Semi privat Public Public
+++
Bazaar Expo ++ ++
++
++
+++ +++
+ +
++ ++
+++ +++
+ ++
Public
+++
+
++
++
++
5
Rg. Ganti & toilet
Public
+
+
+
+
1
Retail Industri Fashion dan Desainer (etalaser, area shopping) Rg. Loading Barang Koridor sirkulasi Atrium/ plaza Rg. Kasir Rg. Staff
Public
+++
+
++
++
++
Semi privat Public
+++
++
++
++
+++
+++
+
++
+++
+++
Public Public Privat
+++ +++ +++
+ + +
++ ++ ++
+++ ++ ++
+++ +++ ++
Public
+++
+
++
+++
+++
Public
+++
+
++
+++
+++
3
Area makan dan minum Area makanan siap santap Pantry bar
+++
+
++
+++
++
4 5 6 7 8 9
Dapur café Rg. Cuci Kasir Corner Staff Gudang Rg. Staff
Semi public Privat Privat Public Privat Privat Semi privat
+ + +++ + + +
+++ +++ + +++ +++ +
+ + ++ + + +
+++ ++ ++ + + ++
+ + ++ + + +
1
Public
+++
+
Restaurant ++
+++
+++
2 3
Rg. Makan dan minum Dapur restaurant Rg. Cuci
+ +
+++ +++
+ +
+++ ++
+++ +
4 5 6
Kasir Corner staff Gudang
Privat Semi privat Public Privat Privat
+++ + +
+ + +++
++ + +
++ ++ +
+ + +
2 3 4
Retail
2 3 4 5 6
Café 1 2
PERENCANA AN RUANG
112 7
Rg. Staff
Privat
+
+
+
+++
+ + Merchandise + ++
1
Rg. Etalase
Public
++
+++
2
Area shopping
Public
+++
+
++
++
++
3
Kasir
Semi public
+++
+
++
++
++
1
Lavatory
+
+
+
+
+
2
Gudang
+
+++
+
+
+
3
Loading Barang & Parkir
Semi privat Semi privat Semi private
+
++
++
++
+++
Service
d. Analisis Persyaratan Ruang Interaksi Tabel 5. 13. Analisis Persyaratan Ruang Interakresi
PERSYARATAN NO.
RUANG
TINGKA T PRIVASI
PENCAH AYAAN
PENGH AWAA N
PENC APAIA N
SUASANA RUANG
VIE W
++ ++ +++
++ ++ ++
+++ +++ +++
+++ +++ +++
++
+++
1 2 3
Entrance Area parkir Lobby/ Rg. Peralihan/ Rg. Transisi
Publik Publik Publik
++ ++ +++
1
Loading area Ruang Model Rg. Metabolisme Rg. Wardrobe
Semi private Semi public Semi privat Semi public Semi public
+++
2 3 4
Fashion Show (backstage) + ++
+
+
++
+
+
+
+
+
++
+
+++
+
++
+++
++
+++
+
++
+++
++
+++
+++
5
Rg. Transisi menuju stage Koridor/ hall penguhubung antar ruang
1
Lobby
Public
+++
2
Rg. Registrasi
Publik
+++
+
++
++
+++
3
Rg Informasi
Public
+++
+
++
++
+++
4
Stage/ Catwalk
+++
+
++
+++
+
5
Area duduk
+++
+
++
++
+
6
Area Media
+++
+
++
++
+
7 8 9
Rg. Control Rg. Tunggu Rg. Metabolism
Semi public Semi publik Semi public private Public Public
+ +++ +++
+ + +
+ ++ +
+ +++ +
+ +++ +
1 2 3
Rg. Registrasi Rg. Informasi Rg. Pamer /
Publik Publik Semi
+++ +++ +++
+ + +
++ ++ ++
++ ++ +
+++ +++ ++
Fashion Show (on stage) + ++
Pameran
PERENCANA AN RUANG
113
4
Display Rg. Gudang
5
Toilet
publik Semi privat Publik
+
+
+
+
+
+++
+
+
+
+
e. Analisis Persyaratan Ruang Pengelola Tabel 5. 14. Analisis Persyaratan Pengelola
PERSYARATAN NO.
RUANG
TINGKA T PRIVASI
PENCAH AYAAN
PENGH AWAA N
PENC APAIA N
SUASANA RUANG
VIE W
++ ++ ++
+++ +++ +++
+++ +++ +++
1. 2 3
Entrance Area parkir Lobby/ Rg. Peralihan/ Rg. Transisi
Publik Publik Public
++ ++ +++
++ ++ +++
1 2
Private Private
+++ +++
Administrasi +++ + +++ +
+ +
++ ++
Semi private
+++
+++
++
++
++
+++
++
++
++
+++
+++
++
++
++
+ +++
+ +++
+ ++
+ ++
+ +++
8
Receptionist
+++
+++
++
++
+++
9
Dapur kecil
+
+
+
++
++
10
Rg. Rapat
+
+
+
++
++
11
Rg. Keamanan
+++
+
++
++
++
12
Gudang
Semi private Semi private private Semi publik Semi publik Semi private Semi private Semi private Semi private
+++
6 7
Rg. Direktur Rg. Wakil Direktur Rg. Manager Keuangan dan staff Rg. Sekretaris dan staff Rg. Manger Operasional Lavatory Rg. Tamu
+
++
+
+
+
1
Rg. Manager Sekolah Fashion dan staff Rg. Manager Perpustakaan dan staff Rg. Manager Fashion Show&Gallery dan Staff Rg. Manager Komunitas dan staff Rg. Manager Retail Fashion (retail, expo, café, restaurant, merchandise)
Semi private
+++
Operational +++ +
++
++
Semi private
+++
+++
+
++
++
Semi private
+++
+++
+
++
++
Semi private
+++
+++
+
++
++
Semi private
+++
+++
+
++
++
3
4 5
2
3
4
5
PERENCANA AN RUANG
114
6
dan staff Rg. Informasi
1
Rg. Staff service
2
Rg. Gudang
3
Pos Keamanan
4 5
Pos Parkir Rg. Mecanical Electrical Rg. Genset
6
Semi publik
+++
+++
Semi private Semi private Semi private Publik Private
++
Private
+
+++
+++
Service +++ +
++
++
+
++
+
+
+
+++
+++
++
++
++
+++ +
+++ +++
++ +
+++ ++
++ +
+
+++
+
+++
+
6. Analisis Hubungan Ruang Tujuan Tujuan dari analysis hubungan ruang adalah untuk mengetahui hubungan keterkaitan antar ruang yang ada pada Bandung Fashion Hub sebagai ruang interaksi fashion stakeholder di kota Bandung. Analisis Dan Hasil Berikut ini adalah analisis dan hasil pola hubungan ruang berdasarkan kebutuhan dan persyaratan ruang yang telah didapat sebelumnya. a. Zona Kegiatan Edukasi
Skema 5. 2. Analisis Hubungan Ruang Edukasi (Sumber: Analisis penulis, 2016)
115
Skema 5. 3. Analisis Hubungan Ruang Edukasi (Perpustakaan) (Sumber: Analisis Penulis 2016)
b. Zona Kegiatan Komunikasi Komunitas & Media
Skema 5. 4. Analisis Hubungan Ruang Komunikasi Komunitas (Sumber: Analisis penulis, 2016)
c. Zona Kegiatan Marketing & Hiburan
Skema 5. 5. Analisis Hubungan Ruang Marketing dan Hiburan (Sumber: Analisis penulis, 2016)
116
Skema 5. 6. Analisis Hubungan Ruang Komunikasi Komunitas (Sumber: Analisis penulis, 2016)
d. Zona Kegiatan Interaksi
Skema 5. 7. Analisis Hubungan Ruang Interaksi (Sumber: Analisis penulis, 2016)
e. Zona Kegiatan Pengelola
Skema 5. 8. Analisis Hubungan Ruang Pengelola & Service (Sumber: Analisis penulis, 2016)
117 7. Analisis Organisasi Ruang Tujuan Berdasarkan analisis karakter kegiatan, kebutuhan ruang, dan besaran ruang, maka organisasi ruang berdasarkan zona kegiatan pada Bandung Fashion Hub adalah berikut ini: a. Zona Edukasi 1) Sekolah Fashion
Skema 5. 9. Organisasi Ruang Zona Edukasi (Sekolah Fashion) (Sumber: Analisa Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
118 2) Perpustakaan
Skema 5. 10. Organisasi Ruang Zona Edukasi (Sumber: Analisa Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
b. Zona Komunikasi Komunitas dan Media
Skema 5. 11. Organisasi Ruang Zona Komunitas & Media (Sumber: Analisa Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
119 c. Zona Marketing dan Hiburan
Skema 5. 12. Organisasi Ruang Zona Marketing dan Hiburan (Sumber: Analisa Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
d. Zona Interaksi
Skema 5. 13 Organisasi Interaksi (Fashion Show & Pameran) (Sumber: Analisa Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
120 e. Zona Pengelolaan & Service
Skema 5. 14. Organisasi Pengelolaan (Sumber: Analisa Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
8. Analisis Luasan Ruang Tujuan Analisa luasan ruang bertujuan untuk mendapatkan ruang gerak sesuai kebutuhan kegiatan yang diwadahi Pada rancangan bangunan Bandung Fashion Hub. Kriteria Dasar pertimbangan/ kriteria dalam pendekatan besar luasan ruang antara lain: a. Kegiatan yang berada dalam fasilitas meliputi bentuk, pola dan cara kegiatan b. Jumlah pelaku kegiatan c. Besarnya flow gerak pelaku kegiatan Pada ruang-ruang yang telah memiliki standard, biasanya flow grak telah ditentukan dalam standard tersebut. Namun pada ruang-ruang khusus diperlukan untuk melakukan perhitungan tersendiri. Perincian persentasi flow grak adalah sebagai berikut: a. 5 – 10 %
: standard minimum
b. 20 %
: kebutuhan keleluasaan sirkulasi
c. 30 %
: Tuntutan kenyamanan fisik
d. 40 %
: tuntutan kenyamanan psikologis
e. 50 %
: tuntutan spesifik kegiatan
f.
: Keterkaitan dengan banyak kegiatan
70 %
121 Analisis Dan Hasil a. Besaran Ruang Zona Edukasi Tabel 5. 15. Analisa Besaran Ruang Zona Edukasi Nama Ruang Zona Edukasi 1 Entrance dan Resepsionis No
Sumber NAD Standar ruang 0,8 m2/org
Jumlah / Kapasitas 500 orang
2 3
Kanopi R. Informasi
Asumsi NAD Standar 6 m2/orang
4
Kelas Teori
NMH
15 unit/ 20 orang
5
Studio
NMH
12 unit
6
Rg. Loker
Asumsi
1
8
Pos Keamanan
NAD
1 unit, 2 orang
Perpustakaan 2 Locker Room 3
Ruang Koleksi
1
Asumsi
1
Asumsi
3 unit
Perhitungan Luas 0,6 m2 x 500 = 300 m2 Prediksi peak hour 20% 0,2 x 300 = 60 m2 Total 300 m2 + 60 m2 = 360 m2 Flow 40% = 0,4 x 360 = 144 m2 Total = 360 + 144 = 504 m2 Asumsi 350m2 1 Meja panjang 1 x 2,5 x 0,8 = 2 m2; 2 kursi 2 x 0,5 x 0,6 = 0,6 m2; 1 almari 1 x 0,5 x 1 = 0,5 Luas furniture: 2 + 0,6 + 0,5 = 3,1 m2 Flow 40% dari 3,1 m2 = 1,24 m2 Luas minimal 6,2 + 2,48 = 17,36 m2 14mx8m= 112 m2 Flow 30%= 0,3x800=33,6 m2 Total= 112+33,6=145,6 m2 20mx20m= 400m2 Flow 30%= 0,3x400=120 m2 Total= 400+140=540 m2 Asumsi 40 m2 Flow 20% = 0,2 x 4 m2 = 8 m2 Total: 40 m2 + 8 m2 = 48 m2 Standar ruang 0,8 m2/orang 1 meja = 2 m2 2 kursi = 1 m2 1,6 m2 + 2 m2 + 1 m2 = 3,2 m2 Flow 8% = 0,08 x 3,2 m2 = 0,2 m2 Total = 3,2 m2 + 0,2 m2 = 3,4 m2 3,4 m2 x 2 buah = 6,8 m2
Asumsi 160 m2 Flow 40%= 0,4x160=64 m2 160+64= 224 m2 Asumsi 1000 m2 Flow 50%=0,5x1.000=500 m2
Total (m2) 504m2
350m2 17 m2
2.184 m2
6.480 m2
48 m2
6,8 m2
224 m2
4500 m2
122
4
Ruang Baca
NAD
3 unit/50 orang
5
Ruang Internet
NAD
20 unit komputer
6
Ruang Diskusi
Asumsi
6 unit
1.000+500=1500 m2 Standar ruang 1.5 m2/orang 1.5 m2 x 50 orang = 75 m2 Flow 40% = 0,4 x 75 m2 = 37.5 m2 Total: 75 m2 + 37.5 m2 = 112.5 m2 Standar ruang 3 m2/orang 3 m2 x 20 = 60 m2 Flow 30% = 0,3 x 60 m2 = 18 m2 Total: 60 m2 + 18 m2 = 78 m2 Asumsi 100 m2 Flow 20% = 0,2 x 100 = 10 m2 Total: 100 m2 + 10 m2 = 110 m2 LUAS TOTAL
337.5 m2
78 m2
660 m2
15.329.3 m2
Sumber : Analisa Annisa Fadhilla Jasmine, Buku Arsitek Data dan Buku Time Saver, 2016
b. Besaran Ruang Zona Marketing dan Hiburan Tabel 5. 16. Analisa Besaran Ruang Zona Marketing dan Hiburan Nama Sumber Ruang Zona Local Fashion Shop 1 Retail Shop Asumsi No
Loading Dock 3 Gudang Zona Café 1 Retail Café 2
2 3 4 5
Gudang Dapur Bar Area Makan
Jumlah / Kapasitas
Perhitungan Luas
Asumsi
1 unit
Asumsi 10x15=150 m2 Flow 30%=0,3x150=45 m2 150+45=195 m2 Asumsi 20 m2
Asumsi
1 unit
Asumsi 15 m2
Asumsi
15 unit
Asumsi Asumsi Asumsi NAD
1 unit 1 unit 1 unit 1 unit, 100 orang
Asumsi 150m2 Flow 30%=0,3x150=45m2 150+45=195 m2 Asumsi 20 m2 Asumsi 50 m2 Asumsi 10 m2 Standar ruang 1,3 m2/orang 1,3 m2 x 100 orang = 130 m2 Flow 40% = 0,4 x 130 m2 = 52 m2 Total 130 m2 + 52 m2 = 182 m2 LUAS TOTAL=
15 unit
Total (m2) 2.925 m2
20 m2 15 m2 2.925 m2
20 m2 50 m2 10 m2 182 m2
6.147 m2
Sumber: Analisa Annisa Fadhilla Jasmine, Buku Arsitek Data dan Buku Time Saver, 2016
c. Besaran Ruang Zona Komunitas & Media Tabel 5. 17. Analisa Besaran Ruang Zona Komunitas dan Media No 1 2
Nama Ruang Entrance Lobby & Informasi
Sumber Asumsi NAD Standar ruang 0,8
Jumlah/ Kapasitas 500 orang
Perhitungan Luas Asumsi 350m2 0,6 m2 x 500 = 300 m2 Prediksi peak hour 20% 0,2 x 300 = 60 m2
Total (m2) 350m2 504m2
123 m2/org
3
R. Seminar dan R. Press Conf
NAD
2 unit/200 orang
4
Hall Pameran Hall Diskusi dan Workshop R. Organisasi Komunitas
Asumsi
1 unit
Total 300 m2 + 60 m2 = 360 m2 Flow 40% = 0,4 x 360 = 144 m2 Total = 360 + 144 = 504 m2 Modul 2 m2/orang 200x2=400 m2 Flow 20%=0,2x400=80 m2 400+80=480 m2 Asumsi 1800 m2
Asumsi
2 unit
Asumsi 1.800 m2
3.600 m2
NAD
4 unit/ 50 orang
660 m2
R. Administra si Pengelola
Asumsi
1 unit
Modul 3 m2/orang 50x3=150 m2 Flow 10%= 0,1x150=15 m2 150+15=165 m2 Asumsi modul ruang 25mx25m= 625 m2
5
6
7
960m2
1.800 m2
LUAS TOTAL=
625 m2
8.499 m2
Sumber: Analisa Annisa Fadhilla Jasmine, Buku Arsitek Data dan Buku Time Saver, 2016
d. Besaran Ruang Interaksi Tabel 5. 18. Besaran Ruang Zona Interaksi No. 1
2
Nama Ruang Lobby & Informasi
Sumber NAD Standar ruang 0,8 m2/org
Jumlah/ Kapasitas 100 orang
Asumsi
3
Fashion Hall R. Tunggu
4 5
Stage Backstage
Asumsi Asumsi
6
R. Transisi
Asumsi
4 sisi
7
Loading Dock R. Pengelola R. Gudang Toilet Pengunjung
Asumsi
1 unit
Asumsi
1 unit
Asumsi Asumsi
2 unit 4 unit@6 KM
8 9 10
NAD
1 unit/ 2000 orang 1 unit/ 20 orang
8 unit/ 4 orang
Perhitungan Luas
Total (m2)
0,6 m2 x 100 = 60 m2 Prediksi peak hour 20% 0,2 x 60 = 12 m2 Total 60 m2 + 12 m2 = 72 m2 Flow 40% = 0,4 x 72 = 28.8m2 Total = 72 + 28.8 = 100 m2 Modul 1,5 m2/orang 2.000x1,5= 3.000 m2 Modul 2 m2/orang 2x20=40 m2 Flow 50%=0,5x40=20 m2 40+20=60 m2 Asumsi 1.000 m2 Asumsi ruang 20 m2 Flow 40%= 0,4x20=8 m2 20+8=28 m2 Asumsi satu sisi 800 m2 800x4= 3.200 m2 Asumsi 20 m2
100m2
Asumsi modul ruang 25mx25m= 625 m2 Asumsi 50 m2 Asumsi 12x15=180 m2 Flow 30%=0,3x180=54 m2 180+54=234 m2 LUAS TOTAL=
3.000 m2 60 m2
1.000 m2 224 m2
3.200 m2 20 m2 625 m2 100 m2 936 m2
9.265 m2
Sumber: Analisa Annisa Fadhilla Jasmine, Buku Arsitek Data dan Buku Time Saver, 2016
124 e. Besaran Ruang Pengelola dan Service Tabel 5. 19. Analisa Besaran Ruang Zona Pengelola No
Nama Ruang
Sumber
Jumlah / Kapasitas 4 unit/ 10 orang
1
R. Kantor Pengelola
NAD
2
Ruang Rapat
NAD
2 unit/ 20 orang
3
Ruang Tamu
NAD
1 unit/ 10 orang
4 5 6
Ruang Arsip Pantry KM/WC Pengelola
Asumsi NAD Asumsi
1 unit 4 orang 12 unit@6 KM
Perhitungan Luas Standar 50 m2/orang 50x10=500 m2 Flow 50% = 0,5 x 500= 250 m2 500+250=750 m2 Standart 4 m2/orang 4x20=80 m2 Flow 50%=0,5 x80= 40 m2 80+40=120 m2 Standar 2 m2/orang 10 orang x 2 m2 = 20 m2 Flow 50% = 0,5 x 20 m2 = 10 m2 Total: 20 m2 + 10 m2 = 30 m2 Asumsi 10 m2 Time saver 13,5 m2 Asumsi 12x15=180 m2 Flow 30%=0,3x180=54 m2 180+54=234 m2 LUAS TOTAL
Total (m2) 3.000 m2
240 m2
30 m2
10 m2 14 m2 2.808 m2
6.102 m2
Sumber: Analisa Annisa Fadhilla Jasmine, Buku Arsitek Data dan Buku Time Saver, 2016
Tabel 5. 20. Analisa Besaran Ruang Zona Service No 1 2 3 4 5 6 7 8
9
Nama Ruang Ruang Genset Ruang Panel Janitor Ground Tank Roof Tank Ruang Pompa Gudang Ruang CCTV
KM/WC Servis
Sumber Asumsi
Jumlah / Kapasitas 1 unit
Perhitungan Luas Asumsi 36 m2
Total (m2) 36 m2
Asumsi
1 unit
Asumsi 12 m2
12 m2
Asumsi Asumsi
1 unit 2 tangki
Asumsi 4 m2 Asumsi 10 m2
4 m2 10 m2
Asumsi Asumsi
2 tangki 1 pompa
Asumsi 10 m2 Asumsi 30 m2
10 m2 30 m2
Asumsi Time Saver
1 unit 1 unit, 2 orang
10 m2 15 m2
NMH
1 WC, 1 westafel
Asumsi 10 m2 Furnitur: 2 kursi 2 x 0,5 x 0,6 = 1,2 m2 1 meja security 2 x 1, 2 x 0,8 = 1,92 m2 Besaran furniture 5,82 m2 Standar 0,8 m2/orang 0,8 x 2 = 1,6 m2 Flow furniture 2 x 5,82 = 11,64 m2 Flow ruang 30% dari 11,64 = 3,492 m2 Total 11,64 m2 + 3,492 m2 = 15,132 m2 1 x 1,80 = 1,8 m2 1 x 0,54 = 0,54 m2
2,4 m2
125 Total: 1,8 + 0,54 = 2,34 m2 129,4 m2
LUAS TOTAL
Sumber: Analisa Annisa Fadhilla Jasmine, Buku Arsitek Data dan Buku Time Saver, 2016
Tabel 5. 21. Analisa Besaran Ruang Zona Parkir No
Sumber
1
Nama Ruang Parkir
3
Basement
NAD
20 mobil
4 5 6
Pos Masuk Pos Keluar R. Penitipan Helm
Asumsi Asumsi NAD
1 1 1
NAD
Jumlah / Kapasitas 150 mobil 100 motor
Perhitungan Luas Standar mobil 2,5 m x 5 m 2,5 m x 5 m x 150 = 1.875 m2 Standar motor 0,75 m x 2,25 m 1 m x 2 m x 100 = 200 m2 Flow 70% = 0,7 x 2.075 = 1.452 m2 1.875+200+1.452= 3.527 m2 Standar mobil 2,5 m x 5 m 2,5 m x 5 m x 20 = 250 m2 Flow 70% = 0,7 x 250 = 175m2 250+175= 425m2 Asumsi 4 m2 Asumsi 4 m2 Rak helm 0,5 m2 Jumlah rak 5 buah Meja 1 m2 kursi 0,5 m2 (5 x 0,5 m2) + 1 m2 + 0,5 m2 = 4 m2 Flow 40% = 0,4 x 4 m2 = 1,6 m2 Total 4 m2 + 1,6 m2 = 5,6 m2 LUAS TOTAL
Total (m2) 3.527 m2
425 m2
4 m2 4 m2 5,6 m2
3.965,6 m2
Sumber: Analisa Annisa Fadhilla Jasmine, Buku Arsitek Data dan Buku Time Saver, 2016
Rekapitulasi Besaran Ruang Tabel 5. 22. Rekapitulasi Besaran Ruang Kelompok Ruang
Total (m2)
Zona Edukasi
15.329.3 m2
Zona Marketing dan Hiburan
6.147 m2
Zona Komunitas dan Media
8.499 m2
Zona Interaksi
9.265 m2
Zona Pengelola
6.102 m2
Zona Service
129,4 m2
Zona Parkir
3.965,6 m2
LUAS TOTAL
49.437.3 m2
Sumber: Analisa Annisa Fadhilla Jasmine, 2016
126
B. ANALISIS PENATAAN LOKASI DAN TAPAK Terdapat enam aspek yang akan dianalisis terkait panataan tapak. Keenam aspek tersebut adalah analisis pemilihan tapak, analisis tapak terpilih, analisis pola pencapaian, analisis view dan orientasi, analisis factor klimatologi, serta analisis penzoningan akhir.
1. Analisis Pemilihan Lokasi Tujuan Analisis pemilihan lokasi bertujuan untuk memperoleh lokasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan konsep perencanaan dan perancangan Bandung Fashion Hub sebagai ruang interasi stakeholder fashion di Kota Bandung dengan pendekatan desain ekspresif yang direncanakan. Dasar Pertimbangan & Kriteria Dasar pertimbangan lokasi Bandung Fashion Hub memiliki pertimbangan lokasi yang terletak pada wilayah perkembangan perkotaan agar dapat menarik minat masyarakat terhadap perkembangan kreativitas khususnya fashion, sehingga mengurangi kendala lokasi yang terlalu jauh dari pusat kota serta keberadaannya dapat membawa arti lebih. Selain itu juga berada di kawasan pendidikan terutama pendidikan tinggi karena komunitas kreatif dan fashion umumnya berasal dari ekosistem kampus ataupun lembaga pendidikan. Pemanfaatan lahan diperkotaan, harus dengan cermat dilakukan, pemanfaatan ruang kota yang maksimal menjadi pertimbangan yang utama. Pemanfaatan fasilitas perkotaan sebagai pendukung fungsi Bandung Fashion Hub sebagai ruang interaksi stakeholder fashion di Kota Bandung, prasarana infrastruktur jalan, air, listrik harus terpenuhi. Kota Bandung dibagai menjadi beberapa Sub Wilayah Kota. Berdasarkan RTRW Kota Bandug Tahun 2011-2031 Daerah Strategis di Kota Bandung meliputi daerah berikut ini:
127
Gambar 5. 1. Peta Kawasan Strategis di Kota Bandung (Sumber: RTRW Kota Bandung 2011-2031)
Berikut ini adalah kriteria yang dibutuhkan mengenai analisis pemilihan lokasi, yaitu: a. Kesesuaian dengan Rencana Tata Kota RTRW Kota Bandung b. Terletak di Pusat Kota Bandung dengan lokasi strategis agar menjadi Wadah Interaksi Fashion Stakeholder di Kota Bandung, sehingga dapat meningkatkan potensi fashion sebagai salah satu penunjang ekonomi kreatif. c. Pencapaian mudah diakses bagi masyarakat Kota Bandung maupun masyarakat di luar Kota Bandung. Minimal mudah dicapau melalui jalan tol atau gate kawasan (terminal, stasiun atau bandara). d. Mempunyai value: keberadaan Bandung Fashion Hub dapat memberikan arti bagi masyarakat pada umumnya serta tempat dimana fasilitas tersebut berada. Khususnya terhadap masyarakat yang memiliki minat dalam fashion (edukasi, komunitas maupun industry. Terdapat berbagai aktivitas masyarakat kota, dimana masyarakat datang untuk melakukan interaksi social. Analisis Berdasarkan pertimbangan tersebut, terpilih alternative lokasi pada Sub Wilayah Kawasan Cibeunying, masing-masing berada pada daerah Kecamatan Coblong dan Kecamatan Sumur Bandung. Kedua daerah tersebut memiliki kesesuaian terhadap kriteria yang telah disebutkan di atas.
Berada pada wilayah strategis pelayanan perdagangan dan jasa, dan tidak menutup kemungkinan pada pelayanan pariwisata (mixed use)
128
Berapa pada pemanfaatan zonasi pengembangan area komersial serta pedagangan jasa
Gambar 5. 2. Analisis Potensi Satuan Wilayah Kerja di Kota Bandung (Sumber: RTRW Kota Bandung 2011-2031)
Terletak di Pusat Kota Bandung dengan lokasi yang strategis agar potensi fashion bandung dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat luas. Inti Pusat Kota tersebut merupakan daerah komersial, daerah perdagangan, daerah social dan budaya, sehingga menjadi pertimbangan utama dalam pemilihan lokasi site. Daerah tersebut meliputi daerah berikut ini:
129
Gambar 5. 3. Analisis Kawasan Terpilih untuk Site (Sumber: Analisis Penulis, 2016)
1) Kecamatan Coblong, SWK Cibeunying
Terdapat banyak fasilitas pendidikan yang cukup terkenal di kota Bandung
Terdapat banyak fasilitas perkantoran, pemerintah ataupun swasta
Terdapat tempat perbelanjaan, pertokoan dan beberapa mall serta fasilitas lainnya
Lingkungan yang masih asri
Tempat anak muda, komunitas biasanya berkumpul
Kemudahan akses, dapat dicapai dari berbagai tempat atau menuju tempat lain
2) Kecamatan Sumur Bandung
Menjadi salah satu tujuan utama masyarakat kota maupun luar kota untuk berbelanja karena terdapat banyak tempat perbelanjaan
Terdapat beberapa bangunan bersejarah
130
Kemudahan akses, dapat dicapai dari berbagai tempat atau menuju tempat lain
Hasil Dari persyaratan dan kriteria yang telah disebutkan, maka kecamatan Coblong memenuhi kriteria lokasi yang dibutuhkan untuk Bandung Fashion Hub. Adapun beberapa lokasi yang akan menjadi site/ tapak Bandung Fashion Hub yaitu berada di Kecamatan Coblong di daerah Cipaganti. Potensi daerah Cipaganti untuk menjadi tapak Bandung Fashion Hub adalah sebagai berikut: Potensi Daerah Cipaganti: 1) Akses Daerah Cipaganti Daerah jalan Cipaganti merupakan daerah yang mudah diakses karena lokasinya terhubung pada jalan Pasupati yakni jalan utama yang membelah kota Bandung menjadi Bandung Utara dan Bandung Selatan. Cipaganti berada di sebelah utara jalan Pasupati. Sejak Tahun 2000an dibangun jalan layang Pasupati yang kini menjadi ikon kota bandung. Dengan pembangunan tersebut koneksi memudahkan akses ke jalan Cipaganti. Selain itu akses dari jalan Cipaganti menuju tempattempat lain terbilang cukup mudah. Jalan cipaganti mudah dicapai dari berbagai tempat di Kota Bandung. Batas-batas daerah cipaganti: Batas Timur
: Jl. Cihampelas – Jl. Ir. Djuanda – Jl. Merdeka
Batas Barat
: Jl. Sukajadi – Jl. Setiabudi
Batas Utara
: Jl. Setiabudi – Jl. Ciumbeuleuit
Batas Selatan
: Jl. Pasupati
2) Lingkungan Tempat Perbelanjaan, Komersial dan Jasa Daerah Jalan Cipaganti merupakan salah satu daerah komersial Bandung. Pada daerah ini terdapat beberapa aktivitas komersial, seperti tempat perbelanjaan, FO, kuliner dan jasa. Aktivitas pada area ini merupakan aktivitas yang bersifat rekreatif untuk sekedar refreshing ke tempat hiburan perbelanjaan, taman dan pedestrian di daerah Cipaganti. 3) Fasilitas Pendidikan Selain memiliki beberapa tempat berbelanja, daerah Cipaganti terdapat pula beberapa fasilitas pendidikan. Hal ini terlihat pada aktivitas lingkungan dan jalan cipaganti yang diramaikan anak sekolah. Daerah Cipaganti juga terintegrasi dengan beberapa perguruan tinggi yang berada di utara Kota Bandung seperti Universitas
Parahyangan,
Universitas
Maranatha dan Institur Teknologi Bandung. 4) Kantor Pemerintah dan Swasta
Pendidikan
Indonesia,
Universitas
131 Daerah Cipaganti memiliki beberapa kantor pemerintahan maupun kantor swasta. Aktivitas terlihat ketika hari kerja, selain menjadi akses jalan, daerah Cipaganti menjadi sasaran kegiatan istirahat dan makan siang pada daerah ini. Pada hari libur kegiatan jalan CIpaganti ditambah dengan jumlah wisatawan dari Luar Bandung yang datang. 5) Fasilitas Umum Beberapa fasilitas umum seperti rumah sakit, kantor polisi dan tempat ibadah terdapat di sekitar daerah Cipaganti. Beberapa fasilitas tersebut menambah intensi para wisatawan untuk datang ke kota Bandung, khususnya daerah Cipaganti. 6) Permukiman Penduduk Pusat Kota bukan hanya sebagai tempat bekerja dan hiburan, tetapi juga terdapat beberapa permukiman. Beberapa permukiman penduduk terdapat di Daerah Cipaganti. Permukiman di daerah ini beragam mulai dari permukiman elit dan permukiman minim. Kini sudah banyak permukiman yang beralih menjadi tempat komersil dikarenakan daerah cipaganti sangat strategis untuk bisnis komersil.
2. Analisis Pemilihan Tapak/ Site Tujuan Analisis pemilihan tapak bertujuan untuk memperoleh tapak yang tepat berdasarkan lokasi daerah yang telah ditentukan dan sesuai dengan kebutuhan konsep perencanaan dan perancangan Bandung Fashion Hub sebagai ruang interasi stakeholder fashion di Kota Bandung dengan pendekatan desain ekspresif yang direncanakan. Dasar Pertimbangan Berikut ini adalah kriteria yang dibutuhkan mengenai analisis pemilihan tapak, yaitu: a. Kesesuaian dengan Rencana Tata Kota RTRW Kota Bandung b. Terletak di Pusat Kota Bandung dengan lokasi strategis agar menjadi Wadah Interaksi Fashion Stakeholder di Kota Bandung, sehingga dapat meningkatkan potensi fashion sebagai salah satu penunjang ekonomi kreatif. c. Memiliki orientasi yang banyak dan lingkungan yang baik, aman dan nyaman. d. Pencapaian mudah diakses bagi masyarakat Kota Bandung maupun masyarakat di luar Kota Bandung. Minimal mudah dicapau melalui jalan tol atau gate kawasan (terminal, stasiun atau bandara). e. Dapat menjadi ruang interaksi publik baru bagi masyarakat , khususnya peminat fashion di kota Bandung.
132 f.
Adanya sarana dan prasarana transportasi jalan mendukung bagi pengunjung yang menggunakan kendaraan umum maupun pengunjung yang membawa kendaraan sendiri.
g. Terintegrasi dengan lembaga pendidikan, komersial dan perkantoran (CBD), Ruang Publik dan tempat-tempat potensi fashion. Analisa Dan Hasil
Gambar 5. 4. Analisis Alternatif Site (Sumber: Analisa Penulis, Googleearth.com)
Alternatif site berada di daerah Cipaganti, sehingga memiliki potensi dan kelemahan yang hampir sama untuk menjadi site terpilih. Site ditentukan berdasarkan kriteria yang telah disebutkan di atas. No. 1.
Kriteria (Skala 1-3) Akses Pencapaiaan site oleh kendaraan
Alternatif Alternatif Alternatif Site 1 Site 2 Site 3 3 1 2
pribadi maupun kendaraan umum 2.
Terdapat Banyak View menuju tapak
3
2
1
3.
Kedekatan dengan Sarana Prasarana
3
2
1
Kota 4.
Luas Tapak & Bentuk Tapak
3
1
2
5.
Fasilitas & Sarana Utilitas
3
2
1
6.
Kualitas Topografi (pohon,
2
3
1
Kesesuaian dengan RTRW
3
3
3
Jumlah
20
14
11
pemandangan, lingkungan sekitar) 7.
Dari hasil analisis diatas, site yang terpilih menjadi lokasi site Bandung Fashion Hub sebagai ruang interaksi stakeholder fashion di Kota Bandung yang direncanakan adalah site alternative 1 yang berada di Jl. Cipaganti, Kecamatan Coblong, Kota Bandung.
133
Gambar 5. 5. Eksisting Tapak Terpilih (Sumber: Analisa Penulis, Googleearth.com)
Data Fisik
Sebelah Utara : Hotel New Sany Rosa dan Setiabudi Superarket
Sebelah Barat : Pertokoan dan FO
Sebelah Selatan : Permukiman Penduduk
Sebelah Timur : Kantor, Pertokoan dan Permukiman
Gambar 5. 6. Eksisting di Sekitar Tapak (Sumber : Analisis dan Dokumentasi Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
134 3. Analisis Pola Pencapaian Tujuan Tujuan dari analisis pola pencapaian adalah untuk menentukan pola pencapaian menuju tapak berdasarkan kriteria. Kriteria Berikut ini adalah standar kriteria yang dibutuhkan dalam menganalisis pola pencapaian pada tapak yang terpilih. a. Kemudahan akses yang ditempuh dari jalan-jalan yang berkaitan langsung dengan site bagi seluruh pengguna. b. Sirkulasi lalu lintas sekitar site, keberadaan ME dan SE tidak / meminimalisir kemacetan. c. Kemudahan pencapaian kendaraan dari jalan utama d. Pertimbangan keamanan akses kedalam dan keluar site. Analisis Gambar berikut ini merupakan sirkulasi eksisting yang berada di sektitar tapak. Jalan utama yang dilalui oleh kendaraan umum adalah Jl. Cipaganti dan Jl. Dr. Setiabudi.
Gambar 5. 7. Sirkulasi di Sekitar Tapak (Sumber : Analisis dan Dokumentasi Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
Jalan Dr. Setiabudi memiliki 4 ruas jalan yang berukuran 12m. Sedangkan Jalan Cipaganti urusan ruas jalan 8m, dan masing-masing jalan Cipaganti Permai, Jl. Cipaganti Permai 2 lebar ruas jalan 4m. Berdasarkan keempat jalan utama tersebut terdapat empat
alternative pencapaian. Jalur yang pertama yakni melalui jalur
Cipaganti, jalur yang kedua melalui jalur Setiabudi, Jalur Ketiga melalui Jalan Cipaganti Permai 2, dan Jalur terakhir melalui Jalan Cipaganti Permai. Berikut merupakan analisis pemilihan pencapaian.
135 Tabel 5. 23. Analisis Pemilihan Pencapaian Alternatif 1
Pencapaian
Alternatif 2
melalui Pencapaian
jalan Cipaganti (8m, 2 Jalan jalur) Satu
Dr.
Pasupati
dari
Alternatif 4
melalui Pencapaian melalui Jl. Pencapaian melalui Jl. Setiabudi Cipaganti Permai 2 (4m, Cipaganti Permai (4m,
(12m, 4 jalur) arah
Alternatif 3
1 jalur)
1 jalur)
Jl. Satu arah dari Setiabudi Gang Kecil & bebas Gang Kecil dan bebas
menuju menuju Cihampelas
arah
arah
Setiabudi-Lembang & Setiabudi-Cihampelas Terdapat trotoar jalan Terdapat trotoar jalan dua sisi
-
dua sisi
Kondisi jalan cukup Kondisi jalan ramai
Kondisi jalan cenderung Kondisi
ramai
sepi
cenderung sepi
(Sumber: Analisis Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
Pencapaian menuju tapak dibedakan menjadi : a. Pencapaian pengguna yang berjalan kaki. b. Pencapaian pengguna yang menggunakan kendaraan pribadi, pengelola, dan servis. c. Pencapaian pengguna yang menggunakan transportasi umum.
jalan
136 Hasil Gambar berikut ini merupakan hasil pencapaian menuju dan keluar tapak.
Gambar 5. 8. Analisa Pencapaian Menuju dan Keluar Tapak (Sumber : Analisis dan Dokumentasi Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
Dari analisis diatas maka pencapaian terhadap site terpilih alternative 2 (Jl. Setiabudi) sebagai pencapaian utama dan alternative 1 (Jl. Cipaganti) sebagai pencapaian sekunder dengan pertimbangan sebagai berikut: a. Kemudahan akses dari jalan setiabudi menuju site dikarenakan jalan setiabudi memiliki akes dari arah lembang - setiabudi dan dari arah Pasupati – Cipaganti. Dari alternative yang terpilih ini dapat diakses oleh pengguna Bandung Fashion Hub baik yang membawa kendaraan pribadi, menggunakan kendaraan umum dan jalan kaki. b. Jalan Setiabudi memiliki lebar jalan yang optimal untuk dilewati segala jenis kendaraan, dan didukung oleh jalan Cipaganti. c. Jalan Setiabudi dan Cipaganti memiliki trotoar dikedua sisi jalan sehingga mampu menjaga keamanan pejalan kaki. d. Atas pertimbangan tersebut diatas, Jalan Setiabudi (alt 2) menjadi main entrance sedangangkan Jalan Cipaganti menjadi side entrance.
4. Analisis View dan Orientasi Tujuan Tujuan dari analisis view dan orientasi adalah untuk menentukan orientasi analisa view bangunan, sesuai dengan kebutuhan zona kegiatan secara tepat sehingga mampu menunjang konsep desain bangunan yang ekspresif. Kriteria Kriteria yang dibutuhkan guna menganalisis view dan orientasi pada tapak terpilih adalah: a. Letak point of view terlihat jelas oleh pengguna
137 b. Arah pandang pengunjung dari luar ke dalam site, untuk mendapatkan area ekspose terbaik c. Akses menuju tapak Analisis Pada analisis view dan orientasi terdapat analisis view dari tapak dan analisis view menuju tapak. a. View dari tapak Terdapat empat view dari dalam tapak, view tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
Gambar 5. 9. Analisa View dari Tapak (Sumber : Analisis dan Dokumentasi Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
1. View utama menuju Jl. Dr. Setiabudi. Pada poin view ini, fasad bangunan harus dioptimalkan untuk mencipkatan suasana yang welcome dari bangunan 2. View kedua mengarah ke Jl. Cipaganti yang merupakan akses sirkulasi side entrance dan juga service. 3. View ketiga mengarah ke Jl. Cipaganti Permai 2 yang terdapat pertokoan, kuliner dan permukiman penduduk. 4. View keempat mengarah ke Jl. Cipaganti Permai yang terdapat permukiman penduduk.
138 Hasil
Gambar 5. 10. Zoning Ruang terhadap view dari tapak (Sumber : Analisis dan Dokumentasi Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
Pada sisi timur dan selatan site viewnya dirasa kurang baik karena merupakan permukiman penduduk dan gang kecil. sedangkan view yang cukup baik adalah view ke arah utara, barat laut dan barat yaitu menghadap jalan raya setiabudi dan cipaganti serta pertokoan dan permukiman penduduk. Respon zoning terhadap view dari dalam site yaitu meletakan massa bangunan yang membutuhkan view ke arah luar yang bersifat dinamis yaitu zoning kegiatan pengelola, komunitas dan Pendidikan Fashion.
b. View menuju tapak
Gambar 5. 11. Analisa View menuju tapak (Sumber : Analisis dan Dokumentasi Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
Terdapat empat view menuju tapak, view tersebut antara lain: 1. View Utama dari Jl. Dr. Setiabudi. Pada poin ini, fasad bangunan harus dioptimalkan untuk point of interest bangunan karena merupakan akses main entrance.
139 2. View kedua dari Jl. Cipaganti yang merupakan view dari akses side entrance dan juga service. 3. View ketiga dari Jl. Cipaganti Permai 2 yang merupakan view dari pertokoan, kuliner dan permukiman penduduk. 4. View keempat dari Jl. Cipaganti Permai yang merupakan view dari permukiman penduduk. Hasil
Gambar 5. 12. Zoning Ruang terhadap view menuju tapak (Sumber : Analisis dan Dokumentasi Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
View ke dalam site dinilai berdasarkan raut pemandangan yang dapat di akses ke dalam site. view dapat dilihat karena jalan/ akses pemandangan ke dalam view mudah dicapai oleh penglihatan. view ke dalam site yang paling baik adalah view dari sisi barat daya, barat dan barat laut. hal ini dikarenakan dari arah tersebut merupakan jalan raya sehingga dapat mengakses pemandangan ke dalam site dengan mudah. Respon zoning terhadap view ke dalam site yeitu dengan menentukan peletakan massa bangunan yang membutuhkan view dari luarske dalam zite. zoning kegiatan massa yang paling membutuhkan view dari luari yaitu kegiatan market, kegiatan exhibition, kegiatan komunitas dan kegiatan pendidikan.
5. Analisis Faktor Klimatologi & Kebisingan Tujuan Tujuan dari analisis factor klimatologi adalah untuk menentukan respon bangunan terhadap iklim khususnya matahari, angina dan kebisingan. Kriteria Pada analisis factor klimatologi dan kebisingan terdapat tiga factor yang akan dibahas, yaitu matahari, angina dan sumber kebisingan. Berikut ini adalah kriteria-kriteria yang dibutuhkan guna menganalisis factor klimatologi dan kebisingan yang terpilih.
140 a. Mengoptimalkan kualitas sinar matahari dan angin yang berpotensi sebagai pencahayaan dan penghawaan alamai bagi bangunan untuk kenyamanan pengguna Bandung Fashion Hub yang direncanakan. b. Menghasilkan respon desain yang tepat terhadap kondisi sinar matahari dan kualitas angin pada bangunan. c. Menghasilkan respon desain yang tepat terhadap sumber bising. Analisis Analisi mengenai factor klimatologi dan kebisingan dibedakan menjadi dua, yakni analisis matahari, analisis angina dan analisis site terhadap sumber bising. a. Matahari Berikut adalah pola pergerakan matahari pada tapak terpilih.
Gambar 5. 13. Analisa pola pergerakan matahari terhadap tapak (Sumber : Analisis dan Dokumentasi Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
Berdasarkan ilustrasi pada gambar diatas didapat analisis mengenai pergerakkan matahari pada tapak terpilih. 1) Cahaya matahari yang datang dari timur (Jalan Cipaganti Permai 2) merupakan cahaya matahari positif dan berpotensi menjadi sumber pencahayaan alami bagi bangunan pada bagian timur. 2) Cahaya matahari siang, pada pukul 12.00 berpotensi menjadi sumber pencahayaan alami pada bangunan melalui skylight. 3) Cahaya matahari sore, tidak berpotensi sebagai sumber pencahayaan alami karena cenderung redup. 4) Diperlukan barrier sebagai penghalang cahaya matahari berlebih yang datang dari arah barat (Jalan Cipaganti).
141 b. Angin
Gambar 5. 14. Analisa Angin terhadap tapak (Sumber : Analisis dan Dokumentasi Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
Berdasarkan ilustrasi pada gambar diatas didapat analisis mengenai pergerakkan angin pada tapak terpilih. 1) Pergerakan angin terbesar berasal dari arah selatan menuju ke utara. Dari arah selatan tidak terdapat bangunan yang tinggi sehingga tidak menghalangi pergerakkan angin yang datang dari arah selatan site. 2) Pergerakan angin dari barat ataupun dari timur mungkin terjadi, namun intensitasnya lebih sedikit dibanding dari selatan. c. Bising
Gambar 5. 15. Analisa Kebisingan terhadap Tapak (Sumber : Analisis dan Dokumentasi Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
Berdasarkan ilustrasi pada gambar diatas didapat analisis mengenai kebisingan pada tapak terpilih yaitu: 1) Kebisingan berasal dari kegiatan yang berasal dari luar site, baik berasal dari sirkulasi kendaraan, maupun kegiatan service yang terjadi pada bangunan lain.
142 2) Pada site kebisingan paling tinggi berasal dari sirkulasi kendaraan pada Jl. Dr. Setiabudi di sebelah utara dan kebisingan sedang berasal dari sirkulasi pada Jl. Cipaganti di sebelah barat site. Hasil a. Matahari Pemanfaatan cahaya matahari yaitu pada pagi dan siang hari. Respon bangunan terhadap cahaya matahari pagi yaitu dengan memperluas bidang transparan bangunan atau dengan meningkatkan jumlag bukaan bangunan. barrier berupa vegetasi dapat digunakan untuk mengurangi intensitas cahaya matahari ketika sore hari. Selain itu dapat untung mengurangi cahaya matahari pada sore hari dapat menggunakan material yang berfungsi sebagai filter pada bangunan yang akan dirancang. Zoning terhadap matahari
Gambar 5. 16. Zoning Ruang Pola Pergerakan Matahari terhadap Tapak (Sumber : Analisis dan Dokumentasi Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
Dalam merespon sinar matahari kelompok kegiatan yang paling membutuhkan cahaya alami adalah kegiatan edukasi, hal ini berdasarkan pertimbangan jadwal dan jenis kegiatan yang sedang berlangsung. Respon terhadap sinar matahari sore yang bersifat lebih panas maka digunakan barrier dalam site ini menggunakan pohon eksisting. Selain sebagai penyejuk, pohon dapat bermanfaat untuk shading terhadap bangunan. b. Angin
Respon bangunan terhadap angin yaitu dengan meletakkan ruang-ruang yang membutuhan penghawaan alami yang optimal pada bagian selatan bangunan. Barrier berupa vegetasi dapat digunakan pada bangunan untuk menghalangi sirkulasi udara yang tidak segar masuk ke dalam bangunan. Zoning terhadap Angin
143
Gambar 5. 17. Zoning Ruang terhadap Angin pada Tapak (Sumber : Analisis dan Dokumentasi Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
merespon angin dapat dilakukan dengan penataan massa bangunan supaya memungkinkan terjadinya aliran sirkulasi angina didalam bangunan. Respon zoning kegiatan terhadap arah angina dalam site yang akan dirancang dengan membuat alur angin dari sumber angin dengan penataan zoning kegiatan. c. Kebisingan Kebisingan berasal dari kegiatan yang berasal dari luar site, baik berasal dari sirkulasi kendaraan, maupun kegiatan service yang terjadi pada bangunan lain. Pada site kebisingan berasal sirkulasi kendaraan Jl. Setiabudi di sebelah utara site dan Jl. Cipaganti di sebelah barat. Zoning terhadap Kebisingan
Gambar 5. 18. Zoning Ruang terhadap Kebisingan pada Tapak (Sumber: Analisis dan Dokumentasi Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
Untuk merespon kebisingan yang berasal dari arah utara sirkulasi Jl. Setiabudi yaitu dengan barrier beupa lahan yang dikosongkan untuk publik space. Sedangkan kebisingan yang berasal dari arah barat sudah cukup teredam dengan
144 barrier pohon eksisting. Respon zoning kegiatan terhadap kebisingan yaitu meletakan massa berdasarkan kebutuhan akan tinggi rendahnya tingkat kebisingan. Untuk zona kegiatan yang membutuhkan ketenangan (zona edukasi) maka diletakkan menjauhi kebisingan. 6. Analisis Pezoningan Akhir Tujuan Tujuan dari analisis penzoningan akhir adalah untuk menentukan konsep penzoningan akhir pada bangunan Bandung Fashion Hub yang direncanakan. Kriteria Berikut ini adalah kriteria-kriteria yang dibutuhkan untuk membantu menganalisi penzoningan akhir pada tapak terpilih, yaitu: a. Kemudahan akses seluruh pengguna b. Setiap fungsi kegiatan memiliki kebutuhan terhadap nilai ekspose, kebutuhan merespon klimatologi serta tingkat privasi. c. Kriteria yang digunakan berdasarkan zoning pada analisis diatas. Analisis Dalam proses analisis zonifikasi ini, zona dikelompokkan berdasarkan fungsi kegiatannya, yaitu : a. Kegiatan Penerima Merupakan area umum dan berhubungan dengan lingkungan luar. Zona ini menjadi area pertama yang dikunjungi sehingga pencapaian harus terlihat jelas dan dekat dengan main entrance di Jl. Dr. Setiabudi. b. Kegiatan Edukasi Zona ini merupakan tempat berlangsungnya kegiatan edukasi, perputakaan, seminar dan diskusi/sharing infomasi. Seluruh kegiatan bersifat publik. c. Kegiatan Interaksi Kegiatan Interaksi merupakan kegiatan yang dapat menghubungkan kegiatan seluruh pengguna Bandung Fashion Hub yang didalamnya akan diselenggarakan fashion show, diskusi karya fashion, dan pameran. Kegiatan bersifat publik yaitu untuk umum, sedangkan area backstage merupakan area yang bersifat private. d. Kegiatan Marketing & Hiburan Merupakan zona yang berisi kegiatan marketing (jual-beli) produk fashion industry local. Jenis kegiatan diantaranya kegiatan expo bazaar fashion, kegiatan retail dan kegiatan workshop. Seluruh kegiatan tersebut bersifat publik. Selain itu kegiatan pada zona ini merupakan zona publik yang bersifat hiburan sehingga memungkinkan pengunjung untuk dapat berkegiatan secara bebas,
145 berupa cafe, open space, dan retail shop. Zona ini harus diletakkan pada tempat yang mudah diakses dan strategis. e. Kegiatan Komunikasi Komunitas Merupakan zona kegiatan komunitas untuk berjejaring, berdiskusi, jurnalistik media fashion dan mengadakan event fashion maupun event social-budaya kreatif yang akan diadakan di Bandung Fashion Hub. Zona ini bersifat publik. f.
Kegiatan Pengelola Zona ini merupakan zona yang bersifat privat dan semi privat. Hal itu dikarenakan meskipun para pengelola bisa ditemui oleh pengunjung, namun keberadaannya harus tetap dipisahkan dari zona publik. Para pengelola bertugas mengelola seluruh aspek yang berhubungan dengan kegiatan pameran, informasi, pemeliharaan bangunan, pengawasan, dan sebagainya.
g. Kegiatan Servis Merupakan zona yang berisi kegiatan yang bersifat pelayanan yang mendukung kegiatan utama. Contoh kegiatan tersebut adalah mechanical electrical, sehingga peletakkan zona ini berada dibagian paling belakang atau tidak terlihat karena bukan merupakan kegiatan yang perlu diekspos. Zona ini menggunakan side entrance, yakni melalui jalan lingkungan (Jl. Cipaganti Permai) sehingga sirkulasi masuk zona ini berbeda dengan sirkulasi publik.
146 Hasil Gambar berikut ini merupakan konsep skematik penzoningan dari analisis penzoningan akhir pada tapak
Gambar 5. 19. Zoning Akhir pada Tapak (Sumber : Analisis dan Dokumentasi Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
147
C. ANALISIS BENTUK DAN TATANAN Pada analisis bentuk dan tatanan terdapat enam aspek yang akan dianalisis. Ketujuh aspek tersebut diantaranya adalah analisis massa bangunan, analisis sirkulasi, analisis sirkulasi bangunan, analisis bentuk bangunan, analisis material, finishing, dan warna serta analisis interior banguanan.
1. Analisis Massa Bangunan Tujuan Tujuan dari analisis massa bangunan ini adalah untuk menentukan gubahan massa bangunan sebagai dasar perancangan Bandung Fashion Hub yang direncanakan. Kriteria Adapun kriteria dari analisis massa bangunan, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Penempatan massa bangunan sesuai KDB yang tertera pada Perda Kota Bandung no.8 tahun 2009, yakni maksiman 80%. b. Penempatan massa bangunan berdasarkan fungsi-fungsi kegiatan. c. Penempatan massa menyesuaikan dengan kondisi tapak. Analisis Dan Hasil
Gambar 5. 20. Skema Zoning Akhir pada Tapak (Sumber : Analisis dan Dokumentasi Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
Dari kriteria-kriteria tersebut, maka didapat skema gubahan massa pada gambar di atas. Area penerimaan merupakan titik awal dari keseluruhan area. Oleh karena itu, penempatan main entrance dan side entrance diletakkan pada area ini. Zona marketing menempati area ramai dan menjadi point of interest dari keseluruhan fungsi. Edukasi menempati sisi timur tapak terkait respon terhadap klimatologi. Zona interaksi menjadi pusat/core kegiatan sehingga diletakan ditengah massa yang menghubungkan zona edukasi, marketing, komunitas. Sedangkan zona pengelolaan dan service berada di sisi selatan bangunan.
2. Pezoningan Sirkulasi Bangunan Tujuan
148 Tujuan dari analisis sirkulasi bangunan adalah untuk mendapatlan pola sirkulasi yang dapat memudahkan pengguna dalam melakukan aktivitas pada Bandung Fashion Hub. Kriteria Kriteria
pengaturan
arah
sirkulasi
pada
Bandung
Fashion
Hub
perlu
mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Kelancaran, kenyamanan, serta kemudahan untuk mengakses bangunan b. Pola sirkulasi mendukung tampilan eksterior atau fisik bangunan sehingga menarik perhatian pengunjung. c. Pola sirkulasi dalam bangunan searah. Menghindari terjadi cross circulation. d. Pengarahan petunjuk sirkulasi melalui penataan landscape. Analisis Dan Hasil Analisis sirkulasi bangunan pada Bandung Fashion Hub dibedakan menjadi dua, yaitu sirkulasi luar bangunan dan sirkulasi dalam bangunan. a. Sirkulasi Luar Bangunan Sirkulasi luar bangunan dibedakan berdasarkan pengguna Bandung Fashion Hub: 1) Sirkulasi pejalan kaki. Pejalan kaki mencapai bangunan dibedakan dengan sirkulasi pengguna yang menggunakan kendaraan agar kenyamanan dan keamanan
pejalan
kaki
terjaga.
Respon
desainnya
adalah
dengan
menyediakan pedestrian dalam area tapak yang terintegrasi dengan bahu jalan yang sudah ada pada Jl. Cipaganti dan Jl. Setiabudi. Desain jalan pedestrian juga mengarahkan secara langsung agar pengunjung dapat mengakses langsung menuju bangunan Bandung Fashion Hub. 2) Sirkulasi pengguna yang membawa kendaraan pribadi, diarahkan memasuki bangunan melalui pos parkir. Kemudian sirkulasi diarahkan menuju zona penerimaan untuk mengarahkan pengunjung pada bangunan. sirkulasi kendaraan pada site merupakan sirkulasi yang menerus dan menghindari cross circulation.
Gambar 5. 21. Zoning Ruang terhadap Sirkulasi dalam Tapak
149 (Sumber : Analisis dan Dokumentasi Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
b. Sirkulasi Dalam Bangunan Sirkulasi dalam bangunan pada Bandung Fashion Hub dibedakan menjadi dua, yakni sirkulasi horizontal dan sirkulasi vertical. 1) Sirkulasi Horizontal Pola sirkulasi horizontal dirancang melalui pengolahan elemen dinding, lantai dan elemen atap. Pengolahan tersebut dapat melalui olah material, warna, tekstur dan pola. Konfigurasi alur gerak horizontal yang direncanakan pada bangunan ini yaitu alur langsung dari suatu ruang ke ruang lain, alur tidak langsung melalui perantara ruang atau koridor, dan alur memusat. Alur memusat yang direncakan berada pada zona interaksi dimana masing-masing dari zona fungsi bermuara pada zona interaksi ini. Titik temu pada pusat sekaligus sebagai over-view untuk dapat melihat seluruh zona fungsi yang berada pada Bandung Fashion Hub.
Gambar 5. 22. Skema Sirkulasi antar Zoning Ruang pada Tapak (Sumber : Analisis dan Dokumentasi Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
2) Sirkulasi Vertikal Pola sirkulasi vertical didesain dengan mempertimbangankan kenyamanan dan keamanan pengguna. Sirkulasi vertical yang digunakan dalam bangunan berupa tangga, ramp, escalator dan lift.
150
Gambar 5. 23. Sirkulasi Vertikal Tangga dan Ramp Sumber: http://www.archdaily.com/775484/boldrewood-innovation-campusgrimshaw/5620e912e58ece6d4400024e-boldrewood-innovation-campus-grimshaw-photo (kiri) dan http://www.archdaily.com/779038/ramp-house-studiomk27/56737855e58ecea0f900008e-ramp-house-studio-mk27-photo (kanan)
Gambar 5. 24 Sirkulasi Vertikal Eskalator dan Lift Sumber: http://www.archdaily.com/787256/crossrail-unveils-new-station-designs-forlondons-elizabeth-line/5733299fe58ecec6df000067-crossrail-unveils-new-station-designs-forlondons-elizabeth-line-image (kiri) dan http://img.archiexpo.com/images_ae/photo-g/653426846773.jpg (kanan)
3. Analisis Bentuk Bangunan Tujuan Tujuan dari analisis bentuk bangunan adalah untuk menentukan bentuk bangunan yang digunakan sebagai dasar perancangan Bandung Fashion Hub yang sesuai dengan konsep Desain Ekspresif. Kriteria Adapun kriteria-kriteria pada analisis bentuk bangunan yang diantaranya sebagai berikut: a. Bentuk yang dapat membentuk ruang interaksi antara zona fungsi stakeholder. b. Bentuk yang atraktif c. Bentuk yang mengundang ke dalam bangunan dan memiliki kesan yang ramah. d. Bentuk yang dapat mengekspresikan karakter fashion e. Bentuk yang dapat mengekspresikan Kota Bandung sebagai Kota Kreatif
151 Analisis Dan Hasil a. Analisis Dimensi (Proporsi dan Skala) Analisis dimensi ruang ditentukan melalui kisaran jumlah pengguna, tingkat privasi dari masing-masing kelompok aktivitas dan setting suasana.
Keterangan Jumlah Pengguna & tingkat privasi: 1) Pengguna Publik (bersifat umum) (+++) 2) Pegguna Semi Publik (bersifat umum untuk yang memiliki kepentingan) (++) 3) Pengguna Semi Privat/ Prifat (tidak bersifat umum, hanya yang memiliki kepengtingan (+) Keterangan Setting Suasana: 1) Ramai (+++) 4) Ramai pada kondisi tertentu (++) 5) Sepi (+) Tabel 5. 24. Analisis Dimensi Ruang Kelompok Kegiatan
Setting
Jumlah Pengguna & Tingkat
Suasana
Privasi
Kegiatan Edukasi
++
++
Kegiatan Marketing & Hiburan
+++
+++
Kegiatan Komunikasi Komunitas
++
+++
Kegiatan Interaksi
+++
+++
Kegiatan Pengelola
++
+
Kegiatan Serivice
+
++
(sumber: Analisis Penulis, 2016)
Hasil
Gambar 5. 25. Dimensi Ruang pada masing-masing Kelompok Kegiatan (sumber: Analisis Penulis, 2016)
152 b. Analisis dan hasil peletakan massa Massa bangunan ditempatkan sesuai zona masing masing karakter kegiatan fashion.
Gambar 5. 26. Analisis Peletakan Massa (Sumber : Analisis dan Dokumentasi Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
c. Analisis Wujud Bentuk (Konfigurasi) Tujuan Menentukan bentuk bangunan yang digunakan sebagai dasar perancangan Bandung Fashion Hub sebagai Ruang Interaksi dan Rekreasi. Kriteria
Bentuk bangunan mampu mewadahi fungsi ruang
Bentuk bangunan dapat merespon tapak dan membentuk image bangunan icon fashion
Sirkulasi kegiatan.
153 Analisis 1. Orientasi Bangunan Berdasarkan analisis view yang sudah dijabarkan sebelumnya, view pada tapak mengarah pada arah barat dan utara tapak dimana terdapat view dari area Jl. Cipaganti di barat dan area Jl. Setiabudi di utara.
Gambar 5. 27. Analisis Orientasi Massa Bangunan (Sumber : Analisis dan Dokumentasi Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
2. Bentuk Dasar Massa Bangunan Bentuk dasar bangunan berdasarkan konsep karakter kegiatan fashion dimana terdapat karakter kegiatan forecasting, show off, market dan shopping. Pengelompokan massa bangunan dibagi berdasarkan jumlah jurusan yang
154 terdapat pada sekolah fashion. Bentuk dasar massa bangunan berbentuk kubus sebagai bentuk yang efisien dan fleksibel.
Gambar 5. 28. Bentuk Dasar Massa Bangunan (Sumber : Analisis dan Dokumentasi Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
Pembagian massa bangunan berdasarkan karakter kegiatan fashion sehinga membentuk 8 massa bangunan, yaitu:
Gambar 5. 29. Macam Massa Bangunan berdasarkan Kelompok Kegiatan (Sumber : Analisis dan Dokumentasi Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
3. Konfigurasi Massa Bangunan Bentuk atraktif yang digunakan dalam rancangan Bandung Fashion Hub adalah bentuk geometris yang ditata melalui penataan layout dan olah ketinggian lantai. Elemen penyusun bentuk dan ruang bangunan diolah melalui material, warna, tekstur dan pola. Ekspresi bentuk yang mengungkapkan kesan inovatif, konektifitas, dan branding marketing di gambarkan pada analisis bentuk dibawah ini.
155
Gambar 5. 30. Bentuk Bandung Fashion Hub Tapak (Sumber : Analisis dan Dokumentasi Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
Gambar 5. 31. Analisis Konfigurasi Massa Bangunan yaitu Konfigurasi Massa Memusat (Sumber : Analisis dan Dokumentasi Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
Zona Interaksi (pada gambar zona berwarna ungu) berada pada core massa bangunan. zona interaksi merupakan zona dimana seluruh pengguna dapat
156 melakukan kegiatan bertema fashion dalam zona yang sama. Dengan kata lain zona interaksi merupakan zona muara kegiatan fashion stakeholder di kota Bandung. Kegiatan yang berlangsung dalam zona ini adalah kegiatan fashion show/forum dan pameran kaarya. 4. Respon Bentuk terhadap Pencahayaan
Gambar 5. 32. Respon Bentuk terhadap Pencahayaan (Sumber : Analisis dan Dokumentasi Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
Respon bentuk terhadap pencahayaan alami / respon terhadap matahari yaitu:
Sisi barat massa bangunan sekaligus sebagai respon view bangunan menghadap jalan cipaganti yaitu dengan mengaplikasikan fasade rooster sebagai secondary skin. Dengan ini, cahaya alami dapat memasuki ruang sekaligus menghasilkan efek shading sehingga panas dapat tersaring dan memberikan kesan peneduh. Pada bagian sisi timur, vegetasi eksisting di kombinasikan dengan penataan landscape berfungsi sebagai terhadap cahaya matahari.
Penataan landscape luar dan dalam bangunan dapat memberikan efek teduh dalam bangunan.
Mengaplikasikan reflection pond membantu menurunkan temperature ruang sehingga ruang dalam maupun ruang luar bangunan menjadi sejuk.
Mengaplikasikan atap green roof.
157 5. Respon Bentuk terhadap Angin
Gambar 5. 33. Analisis Respon Bantuk terhadap Angin (Sumber : Analisis dan Dokumentasi Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
Respon bentuk terhadap angin yaitu dengan penataan massa bangunan sehingga memungkinkan pergerakan angin memasuki ruang bangunan. Selain itu courtyard sebagai ryang terbuka pada tapak diletakan di tengah massa sehagai ruang terbuka sekaligus sebagai wadah kegiatan interaksi dan rekreasi. Penataan landscape antar massa bangunan membuat kesan teduh pada ruang, 6. Respon Bentuk terhadap Kebisingan
Gambar 5. 34. Analisis Respon Bentuk terhadap Kebisingan (Sumber : Analisis dan Dokumentasi Annisa Fadhilla Jasmine, 2016)
158 Respon Bentuk terhadap kebisingan yaitu pada tahap awal peletakan massa bangunan; dengan membuat jarak dari sumber bising yakni dari bagian utara (Jl. Setiabudi) dan bagian timur (Jl. Cipaganti).
4. Analisis Material, Finishing Dan Warna Tujuan Tujuan dari analisis material, finishing dan warna adalah untuk menentukan material, finishing dan warna yang digunakan dalam perancangan Bandung fashion hub. Kriteria Adapun kriteria-kritera pada analisis material, finishing, dan warna bangunan diantaranya adalah sebagai berikut: a. Material yang memiliki nilai durability yang tinggi b. Material yang memilki ketahanan terhadap iklim Indonesia khususnya Bandung c. Menggunakan finishing yang dapat memperkuat ketahanan material dan aman d. Penggunaan warna basic supaya objek fashion terekspose dalam bangunan e. Menggunakan material yang konstruktif berupa kaca, baja, kayu, dinding beton atau batu bata. Penggunaan material yang merupakan material modern mengekspresikan bangunan kontemporer yang memiliki style. Analisis Dan Hasil adapun analisis dan hasil dari analisis material, finishing, dan warna yakni sebagai berikut. a. Material yang akan digunakan pada Bandung Fashion Hub diantaranya: 1) Beton
Gambar 5. 35. Aplikasi material kaca pada bangunan (sumber: http://www.archdaily.com/597278/5x17-daecheong-dong-small-house-jmyarchitects)
Kelebihan : Kuat dan tahan beban tekan serta dapat dijadikan sebagai struktur penyangga.
Kekurangan : Berat apabila digunakan untuk massa dengan bentang yang besar.
159 2) Kaca
Gambar 5. 36. Aplikasi material kaca pada bangunan (sumber: http://www.archdaily.com/276957/gehua-youth-and-cultural-center-openarchitecture , http://www.archdaily.com/780224/the-forum-studio804 , http://www.archdaily.com/464897/aula-medica-wingardhs )
Kelebihan: terkesan ringan, transparan yang dapat diartikan ramah dan terbuka, modern.
Kekurangan: memerlukan perawatan yang lebih banyak dari material lain apabila dihubungkan dengan penampilan bangunan, serta tidak dapat digunakan sebagai tumpuan utama bangunan.
3) Kayu
Gambar 5. 37. Aplikasi material kayu pada bangunan (sumber: http://www.archdaily.com/780224/the-forum-studio804 & http://www.archdaily.com/495483/culture-house-eemhuis-neutelings-riedijk-architects )
Kelebihan: elemen menyiratkan kehangatan, terkesan elegan tetapi tidak asing, serta memiliki kesan natural.
Kekuranagn: membutuhkan perawatan khusus, apabila menghendaki bentuk yang rumit lebih sulit untuk direalisasikan.
160
4) Baja
Gambar 5. 38. Aplikasi material baja pada bangunan (sumber: http://www.archdaily.com/619099/clareview-community-recreation-centre-teeplearchitects)
Kelebihan : Fleksibel, kuat menahan beban tarik, serta ringan.
Kekurangan : Rawan terhadap api serta mahal.
5) Batu Bata dan hebel
Gambar 5. 39. Aplikasi material bata pada bangunan (sumber: http://www.archdaily.com/487338/paul-h-cocker-architecture-gallery-gowhastings-architects & http://www.archdaily.com/228765/yue-art-gallery-tao-leiarchitect-studio )
Kelebihan : mudah membentuk bidang, tahan panas, fleksibel
Kekurangan : sulit membuat pasangan bata rapi karena ukuran yang beragam
6) Polycarbonate
Gambar 5. 40. Polycarbonate Sellular (sumber:http://www.archdaily.com/438204/gusswerk-extension-lp-architektur)
Polycarbonate Cellular material yang dapat memberikan solusi pencahayaan dan pemanfaatan konsumsi energi. Manfaat material polycarbonate yang fleksibel dan hijau lebih baik dari segi kualitas dan fungsi untuk dinding, jendela,
skylight
dan
interior.
Polycarbonate
diaplikasikan
dengan
161 menggunakan framing aluminium sehingga dapat membentuk bentuk ruang yang fleksibel. Berdasarkan analisa material diatas, maka Bandung Fashion Hub yang dirancang menggunakan elemen kombinasi antara kaca, kayu, beton, baja, batu bata dan polycarbonate sebagai material bangunan. Pemilihan tersebut didasari dengan alasan beton dapat memperkuat struktur bangunan, kaca dapat menambah efek ringan bangunan sehingga terkesan mengundang dan terbuka, baja digunakan sebagai bagian penguat struktur seperti atap bangunan, kayu digunakan sebagai ornamen dalam bangunan sedangkan batu bata yag diplester sebagai elemen dasar dinding bangunan. b. Finishing Untuk finishing material dapat menggunakan cat dan beberapa bagian dinding bangunan dapat menggunakan beton ekspos dengan finishing dengan penggunaan coating berwarna clear atau doft. Untuk finishing baja, dapat menggunakan lapisan galvalum mengandung unsur alumunium dan zinc sehingga baja yang memiliki siklus hidup hingga ratusan tahun. Sedangkan untuk finishing kayu dapat menggunakan vernis dan anti rayap agar kayu tahan lama. c. Warna Pemilihan warna yang mencerminkan kebutuhan masyarakat modern yang bersifat kekotaan. Pengguna yang merupakan masyarakat umum khususnya masyarakat yang memiliki minat terhadap perkembangan fashion yang memiliki karakter tersendiri, sehingga pemilihan warna dasar pada bangunan yang dirancang lebih mengarah pada tone simpel, aktif, dinamis dan kontemporer. Konsep penerapan warnanya ialah warna-warna seperti warna putih, abu-abu, dan hitam
sebagai
tone
warna
dasar
dalam
bangunan.
Warna-warna
ini
dikombinasikan dengan warna-warna cerah seperti oranye, biru, kuning lemon, ungu, dan sebagainya namun dalam porsi dan intensitas yang lebih sedikit sebagai elemen visual yang atraktif. Adapun tone warna yang muncul dari material tetap dipertahankan sebagai penguat elemen arsitektural.
162
Gambar 5. 41. Aplikasi warna pada bangunan (sumber: http://www.archdaily.com/487338/paul-h-cocker-architecture-gallery-gowhastings-architects, http://www.archdaily.com/495160/cocochi-comfort-gallery-utsuwauid-architects, & http://www.archdaily.com/780224/the-forum-studio804 )
5. Pezoningan Interior Bangunan Tujuan Tujuan dari analisis interior bangunan adalah untuk merumuskan elemen interior ruang yang akan digunakan dalam Bandung Fashion Hub. Kriteria Adapun kriteria-kriteria pada analisis interior bangunan diantaranya adalah sebagai berikut: a. Memberikan nilai estetika pada interior bangunna b. Memberikan perbedaan dimensi skala antar ruang Analisis Dan Hasil Berikut ini adalah analisis dan hasil dari analisis interior bangunan, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Plafon Desain plafon dapat dikombinasikan dengan pencahayaan buatan, membentuk suatu pola sirkulasi tertentu dalam bangunan. Material plafon yang digunakan bervariasi, dapat menggunakan kayu ataupun metal. Namun dibeberapa ruang terdapat ruang yang tidak menggunakan plafon, hal itu dikarenakan agar memberi kesan luas.
Gambar 5. 42. Contoh Penggunaan Plafon dengan tone warna basic putih dapat memberikan kesan luas. Pengolahan bentuk, warna dan lighting memberikan kesan ekpresi atraktif. (Sumber : http://www.archdaily.com/619073/john-m-harper-branch-library-and-stork-familyymca-teeple-architects )
163 b. Dinding
Dinding didesain untuk memberi kesan aktraktif dan ekspresif agar menciptakan suasana ruang yang nyaman dan menarik bagi penggunanya. Dinding pada bangunan Bandung Fashion Hub disini nantinya dapat berfungsi sebagai media interaksi dengan mengaplikasikan bukaan-bukaan ataupun elemen yang transparan. Dinding juga berfungsi sebagai pamer pada gallery fashion. Penggunaan dinding batu bata/ hebel yang diplester dan difinishing dengan warna dasar (putih, abu-abu dan hitam) berfungsi sebagai basic ruang sehingga aktivitas maupun karya fahion dapat ditonjolkan. Adapun beton ekspos dapat digunakan sebagai ekspresi komtemporer pada bangunan.
Gambar 5. 43. Contoh Dinding Hebel Ekspos (Sumber : http://www.archdaily.com/623851/hattiloo-theatre-archimania)
c. Lantai Lantai yang digunakan dapat menunjang sirkulasi dan kenyamanan penggunanya. Penggunaan warna-warna netral dengan beberapa aksen yang dapat memberikan kenyamanan pengguna. Penggunaan material beton cor dapat menjadi salah satu alternatif solusinya. Memiliki warna abu-abu, sehingga perawatan yang dilakukan cukup minim untuk dilakukan karena tidak cukup terlihat apabila terkena kotoran kecil dari alas kaki komuter. Namun dibeberapa ruang juga tidak memungkiri penggunaan lantai dengan menggunakan keramik. Lantai disusun dengan menggunakan pola-pola geometris sehingga dapat mengekspresikan kesan yang atraktif baik di dalam bangungan maupun diluar bangunan.
Sumber : Gambar 5. 44. Aplikasi material baja pada bangunan (sumber: http://www.archdaily.com/619099/clareview-community-recreation-centreteeple-architects)
164
D. ANALISIS SISTEM STRUKTUR Tujuan dari analisis system struktur, teradapat tiga aspek yang dianalisis. Ketiga aspek tersebut adalah analisis pendekatan konsep sub-structure, analisis pendekatan structure, serta analisis pendekatan konsep upper structure.
1. Analisis Pendekatan Konsep Sub-Structure Tujuan Tujuan dari analisis pendekatan konsep sub-structure adalah untuk menentukan system sub-structure atau struktur bawah sebagai penopang bangunan Bandung Fashion Hub. Kriteria Kriteria-kriteraia pada analisis pendekatan konsep substructure adalah sebagai berikut: a. Dapat menyalurkan beban bangunan hingga 2-3 lantai untuk bangunan Bandung Fashion Hub. b. Dapat menyalurkan beban dan getaran c. Cukup dalam menghadapi gaya lateral d. Daya dukung tanah dan kondisi hidrologis, dimana daya dukung tanah dan kondisi ketinggian air tanahnya normal. Analisis Berdasarkan kondisi site, maka system alternative sub struktur yang dipilih adalah: a. System pondasi sumuran
Pondasi sumuran merupakan pondasi yang berupa campuran agregat kasar yang dimasukan kedalam lubang yang berbentuk seperti sumur dengan besi-besi di dalamnya. Pondasi ini biasanya digunakan pada tanah yang labil dan memiliki sigma 1,50 kg/cm2. Pondasi sumuran juga dapat digunakan untuk bangunan berlantai banyak seperti medium rise yang terdiri dari 3-4 lantai dengan syarat keadaan tanah relatif keras.
Gambar 5. 45. Pondasi Sumuran (sumber: Kuliah Rekayasa Struktur Bangunan, 2014)
165 b. System pondasi tiang pancang
Untuk bangunan dengan lantai banyak (lebih dari 2 lantai). Mempunyai kemampuan menahan beban besar dan stabil. Pondasi ini mampu menahan guncangan dari struktur di atasnya. Pondasi berikut ini merupakan pondasi yang banyak digunakan untuk pembangunan gedung berlantai banyak seperti apartemen, kondominium, rent office dan sebagainya.
Gambar 5. 46. Pondasi Tiang Pancang (sumber: Kuliah Rekayasa Struktur Bangunan, 2014)
c. Sistem Pondasi Foot Plate Merupakanjenis pndasi yang digunakan untuk gedung lantai dua adalah jenis fondasi telapak atau dikenal juga dengan nama foot plate. Jenis konstruksi ini menggunakan beton bertulang dengan ukuran dan detail penulangan tertentu. Sesuai dengan analisa teknis fondasi tersebut harus mampu berfungsi sesuai dengan peruntukanya.
Gambar 5. 47. Pondasi Footplate (sumber: Kuliah Rekayasa Struktur Bangunan, 2014)
d. Sistem Pondasi Retaining Wall Retaining wall merupakan pondasi dinding yang berfungsi sebagai penahan tanah agar kondisinya stabil dan tidak longsing atau terlindung dari erosi. Retaining wall biasa diaplikasikan pada tanah yang kondisinya miring atau punya tingkat elevasi yang berbeda. Pengaplikasian retaining wall dapat menjadi daya tarik bangunan
166 salah satunya sebagai elemen dekorasi taman, sekaligus sebagai penahan beban tanah.
Gambar 5. 48. Pondasi Retaining Wall (sumber: Kuliah Rekayasa Struktur Bangunan, 2014)
Hasil
Substructure yang digunakan pada Bandung Fashion Hub adalah sistem pondasi sumuran dan retaining wall pada basement. Pondasi sumuran juga dapat digunakan untuk bangunan yang terdiri dari 2-3 lantai. Selain itu, pondasi sumuran cukup kaku dalam menghadapi gaya lateral dan dapat menyalurkan beban dan getaran. Dalam sistem pondasi retaining wall, dapat menekan material diluar dinding, seperti tanah, digunakan untuk ruang-ruang bawah tanah seperti basement. 2. Analisis Pendekatan Konsep Super Structure Tujuan Tujuan dari analisis pendekatan konsep super-structure adalah untuk menentukan system super--structure atau struktur badan bangunan Bandung Fashion Hub. Kriteria a. Memiliki fleksibilitas tinggi, dapat menyesuaikan bentuk dan karakter tiap massa. b. Ringan dan kuat c. Kemampuan menahan gaya-gaya lateral d. Menambah nilai estetika e. Tidak mengganggu sirkulasi ruang Analisis a. Sistem kolom dan balok
Kolom diperlukan untuk menyalurkan beban bangunan ke pondasi. Bentuk dan perletakan kolom perlu dipertimbangkan untuk efisiensi ruang. Sedangkan balok digunakan untuk mendukung beban horizontal dari plat lantai, menuju kolom, untuk diteruskan ke pondasi.
167 b. Sistem Truss
Merupakan sistem struktur yang mendukung kekuatan bangunan dari luar. Sistem ini memungkinkan penggunaan kolom dan balok yang minim. Salah satu sistem truss ada yang dapat digabung dengan sistem struktur lain. Jenis truss antara lain tetriced bracing, single diagonal bracing, dan k-bracing. c. Sistem Core
Sistem ini biasa digunakan untuk menyalurkan beban bangunan tinggi. Sistem ini tetap membutuhkan sistem kolom dan balok. d. Dinding
Fleksibilitas dalam desain dinding sangat diperlukan maka konstruksi yang digunakan adalah konstruksi rangka dimana dinding tidak berfungsi sebagai pemikul beban. Beban dari atap disalurkan ke pondasi lewat kolom. Bahan yang digunakan sebagai dinding bercirikan kontemporer yaitu bahan-bahan fabrikasi ,batako, kaca, alumunium
(a)
(b)
(c) Gambar 5. 49. (a) Struktur Kolom Dan Balok, (b) Struktur Truss, (c) dan Struktur Core (sumber: Kuliah Rekayasa Struktur Bangunan 3, 2014)
Hasil
Super-structure yang digunakan pada Bandung Fashion Hub adalah kolom dan balok sebagai rangka ruang sekaligus sebagai penyalur beban bangunan menuju pondasi. Sedangkan dinding digunakan sebagai penyekat antar ruang. Pemilihan kolom dan balok juga memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditentukan di atas.
168 3. Analisis Pendekatan Konsep Upper Structure Tujuan Tujuan dari analisis pendekatan konsep upper-structure adalah untuk menentukan system upper-structure atau struktur atap sebagai penopang bangunan Bandung Fashion Hub. Kriteria a. Kemampuan menahan bentangan lebar b. Ringan dan kuat
c. Kemudahan dalam teknologi dan material bahan. d. Mendukung estetika penampilan bangunan e. Efektif Analisis
a. Struktur Rangka Baja Bentangan relatif besar, sehingga variasi bentuk atap beragam. Struktur atap dengan karakter ini sangat berpotensi untuk di ekspos. Struktur rangka baja dapat menjadi alternatif ruang-ruang
yang
membutuhkan bentangan lebar, seperti hall.
Gambar 5. 50. Struktur Rangka Baja (sumber: Kuliah Rekayasa Struktur Bangunan 3, 2014)
b. Space Frame (Struktur Rangka Ruang) Space frame adalah struktur rangka yang membentuk bidang 3 dimensi. Struktur ini sangat kaku, namun memiliki kekuatan yang baik. Untuk mencapai bentang yang cukup lebar, hanya membutuhkan ketebalan sebesar 5% dari lebar bentangan. Untuk kantilever membutuhkan ketebalan 7 – 14 persen dari bentangan. Karena itu, struktur ini sangat ekonomis
169 dengan hanya menggunakan baja tanpa perkuatan beton. Pemasangannya lebih mudah dikarenakan space frame ini merupakan bahan baku yang pemasangannya hanya dengan merakit modul-modul yang sudah terdapat di pasaran tanpa perlu membuat yang baru di lokasi.
Gambar 5. 51. Struktur Space-Frame (sumber: Kuliah Rekayasa Struktur Bangunan 3, 2014)
c. Struktur kabel Pada dasarnya sistem struktur ini mengacu kepada kekuatan gaya tarik kabel yang kemudian dimanfaatkan sebagai penopang kantilever bentang yang cukup lebar dengan menggantungkannya pada sebuah tiang atau kolom struktur. Dengan menggunakan kabel ini, tidak ada kolom struktur penyangga atap pada bagian dalam ruang.
Gambar 5. 52. Struktur Kabel (sumber: Kuliah Rekayasa Struktur Bangunan 3, 2014)
Hasil Karena kebutuhan ruang yang membutuhkan ruang dengan bentang lebar maka dipilihlah sistem rangka baja sebagai sistem penutup atapnya. Selain itu, sistem rangka baja dalam pemasangannya mudah dan sangat efisien dengan hanya merakit modul-modul yang sudah terdapat di pasaran atau dalam kata lain sudah fabrikasi.
170
E. ANALISIS SISTEM UTILITAS Pada analisis system utilitas terdapat sembilan aspek yang akan dianalisis. Kesembilan aspek tersebut diantaranya adalah analisis sistem jaringan listrik, analisis sistem sistem air bersih, analisis sistem pembuangan air kotor, analisis sistem penanggulangan kebakaran, analisis sistem pengkondisisan udara, analisis sistem komunikasi dan sound system, analisis sistem penangkal petir, analisis sistem keamanan, analisis sistem pembuangan sampah. 1. Analisis Sistem Pencahayaan (Lighting) Tujuan Tujuan dari analisis sistem lighting adalah untuk mendapatkan pencahayaan pada bangunan agar efisien dan efektif serta memberikan rasa nyaman kepada pengguna. Kriteria Adapun kriteria-kriteria dalam analisis sistem lighting, diantaranya adalah sebagai berikut. a. Kebutuhan akan penerangan untuk melalukan aktivitas normal. b. Kebutuhan akan penerangan untuk ruangan tertutup c. Kebutuhan akan penerangan untuk menambah nilai estetika. Analisis Analisis mengenai sistem lighting dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 5. 25. Macam Pencahayaan Jenis Pencahayaan Alami
Sumber Matahari:
Kelebihan melalui
jendela, skylight, atau ventilasi
Kekurangan
Hemat biaya
Menimbulkan
Diperlukan vegetasi
oleh
rasa
panas dan silau.
didalam
bangunan Buatan
Berbagai jenis lampu: Wall ceiling, spotlight, fluorescent, lampu pijar, atau LED.
Penunjang
aktivitas
pada ruang tertutup. Penunjang
aktivitas
pada malam hari. Menambah
Membutuhkan biaya pengadaan. Membutuhkan perawatan
nilai
serta
biayanya.
estetika bangunan.
Sumber : Kuliah Fisika Bangunan, 2014 Hasil Berdasarkan analisa yang telah dilakukan, maka pencahayaan atau lighting pada bangunan yang digunakan adalah sebagai berikut.
171 a. Pencahayaan Alami Dengan penggunaan bukaan-bukaan yang berupa ventilasi pada araea dimana dipergunakan sebagai area hiburan yang berifat santai dan komunal, luas (hall), serta terdapat vegetasi. Untuk mengurangi panas dan glare dari pencahayaan alami tersebut, dipergunakan desain yang mampu mengurangi panas dan glare, misalnya adalah menerapkan desain dengan menggunakan secondary skin. 1) Skylight
Gambar 5. 53. Skylight (sumber:
: http://www.archdaily.com/555439/elizabeth-de-portzamparc-wins-competitionto-design-le-bourget-metro-station-in-paris
& http://www.archdaily.com/catalog/us/products/6361/modular-skylights-atrium-longlightridgelight-velux- diakes pada 8 maret 2016)
Penambahan skylight dapat membantu memasukkan cahaya alami kedalam bangunan. Cahaya yang masuk tidak menyilaukan dan lebih lembut. Dalam perencanaan skylight ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: a) Penempatan skylight pada ketinggian yang cukup sehingga cahaya akan tersebar sebelum menyentuh lantai, dan menghindari terjadinya silau. b) Luas skylight pada sebuah ruang sebaiknya tidak melebihi 5% dari luas lantai. c) Permukaan skylight yang terbentuk melengkung atau miring lebih dapat menahan silau dan menyebarkan cahaya dengan lebih baik, dibandingkan dengan permukaan yang lurus atau kotak. Juga dapat menggunakan baffle atau miringkan kaca penutup untuk menghindari cahaya langsung. 2) Overhang
Gambar 5. 54. Overhang (sumber: : http://architizer.com/projects/lake-house1/ & http://architizer.com/projects/338worsleys/ - diakes pada 8 maret 2015)
172 Overhang berguna untuk mengontrol sinar matahari dan air hujan, serta mempengaruhi tingkat iluminasi cahaya masuk kedalam ruangan dan dapat memantulkan cahaya dari permukaan yang ada dibawahnya. 3) Mengganti sebagian bidang dinding dengan material kaca atau glass block
Gambar 5. 55. Kaca Jendela (sumber: : http://www.archdaily.com/619073/john-m-harper-branch-library-and-storkfamily-ymca-teeple-architects - diakes pada 8 maret 2016)
Material glass block digunakan untuk menyalurkan sinar alami dari matahar ke dalam ruangan. Bahan ini tidak menimbulkan menyalurkan efek silau dan panas panas matahari karena material ini memiliki ketebalan dengan dimensi yang cukup tebal sehingga udara di dalam ruangan tetap teras sejuk. Jenis kaca yang cocok untuk mengganti sebagian bidang dinding untuk memperoleh cahaya matahari yang maksimal masuk ke dalam ruangan dan dapat meredam efek panas radiasi matahari sehingga tidak mempengaruhi suhu ruang adalah jenis Radiation Repelling Glass. b. Pencahayaan Buatan
Gambar 5. 56. Dari Kiri ke Kanan : Lampu Spotlight, Lampu Downlight, Lampu Fluorescent, dan Lampu LED (sumber: : www.google.com - diakes pada 8 maret 2015)
Peletakkan cahaya buatan disesuaikan dengan fungsi ruang dan aktivitas penggunanya. Penggunaan lampu spot light untuk pencahayaan pada ruang edukasi, fashion show, pameran dan retail. Wall light dan down light sebagai pemberi karakter ruangan dan bangunan. Penggunaan lampu fluorescent untuk area pengelolaan dan LED untuk petunjuk dan informasi pada ruangan.
173 2. Analisis Sistem Pengendalian Udara Tujuan Tujuan dari analisis sistem pengkondisian udara adalah untuk menentukan sistem pengendalian udara agar tercapai suhu yang optimal pada bangunan Bandung Fashion Hub. Kriteria Terdapat beberapa kriteria dalam menganalisis sistem pengkondisian udara, yakni sebagai berikut. a. Kenyamanan udara dalam ruang. b. Kebutuhan AC yang disesuaikan dengan ruang. c. Respon iklim dan lingkungan. d. Keefektifan dan keefisienan penggunaan. e. Hemat energi. Analisis Terdapat dua jenis penghawaan, yakni penghawaan alami dan penghawaan buatan. Untuk lebih jelasnya dapat dililaht dalam tabel dibawah ini. Tabel 5. 26. Macam Penghawaan Jenis
Kelebihan
Kekurangan
Penghawaan
(+)
(-)
Penghawaan Alami Jendela dan bukaan
Hemat listrik
Tidak dapat diatur dengan
Lebih sehat bagi tubuh
presisi
Ramah lingkungan
Debu juga ikut masuk
Ikut menjaga keutuhan lapisan
Noise dari luar juga ikut
ozone sebagai pelindung bumi
masuk
dari radiasi sinar matahari dan benda-benda ruang angkasa. Udara alam yang bersih dengan volume yang cukup dalam ruang dalam akan menyebabkan manusia yang beraktivitas dalam ruang tersebut menjadi lebih sehat
Penghawaan Buatan AC Central
AC Split
Scope pelayanannya besar
Apabila kalor besar, kapasitas
Udara
AHU juga harus besar.
segar
terdistribusi
secara merata ke beberapa
Jika pusat mati, keseluruhan
zona dan dapat diatur
area penghawaan terkena
Kondisi
penghawaan
tiap
Scope pelayan kecil
174 ruangtidak saling terkait Exhaust Fan
Membantu pembuangan dan
Bisa digunakan
pergantian udara kotor
servis
pada area
Beban kalor besar
Sumber : Kuliah Utilitas Bangunan, 2014 Hasil Berdasarkan data dan analisa penghawaan diatas, digunakan pengahwaan pada bangunan Bandung Fashion Hub system sebagai berikut. a. Penghawaan alami sebagai system penghawaan yang ramah lingkungan dan hemat. Penghawaan ini digunakan pada bagian ruangan yang tidak memerlukan kekedapan suara yang tinggi, misalnya café, ruang komunal, ruang istirahat. Adapun solusi desain terhadap system pengahawaan bangunan Bandung Fashion Hub yaitu melalui: 1) Menyesuaikan jumlah bukaan dengan dimensi ruang. Jumlah bukaan miniman 5% dari luaas ruangan, dan idealnya diletakan pada dua sisi yang berbeda sehingga sirkulasi udara yang masuk dan keluar lebih lancar. 2) Memilih arah jenis bukaan yang tepat dan mengaplikasikan ventilasi silang
Gambar 5. 57. Penataan kondisi pada ruang luar dengan penataan satu sisi lebih dingin dan satu sisi lebih panas sehingga terjadi sirkulasi udara. (sumber: : buku pasal-pasal Pengantar Fisika Bangunan)
3) Ventilasi silang Mengorientasikan bangunan kea rah utara-selatan guna meminimalkan penyerapan pengaruh maksimal radiasi matahari 4) Membuat ketinggian plafond yang tidak terlalu tinggi, cukup 280 – 300 cm sehingga volume udara tidak terlalu besar dan mengakibatkan kerja AC tidak terlalu berat. 5) Khususnya pada ruang –ruang perkantoran sebaiknya di buat dinding-dinding penyekat yang tidak terlalu tinggi karena apabila menggunakan AC jenis split, maka penyebaran udaranya sejuk akan terdistribusi secara merata (tidak terhalang).
175 b. AC central dipergunakan sebagai system penghawaan buatan yang mudah diatur.
Skema 5. 15. Sistem Penghawaan Buatan AC Central (Sumber : Kuliah Utilitas Bangunan, 2014)
c. Exhaust fan, digunakan pada area servis, toilet, pantry, dan parkir basement. Exhaustfan berdungsi untuk membantu grakan sirkulasi udara sehingga penghawaan sejuk dalam ruang tersebut tetap terkontrol. Kelompok ruang yang menjadi sumber panas, bau, dan lembab (dapur dan toilet) sebaiknya di pasang exhaust fan sehingga udara panas,asap dan bau dapat terbuang ke luar ruangan. Apabila tidak dibuang ke luar ruangan dan ruangan menggunakan AC maka bau yang tidak sedap akan melekat dan bertahan lebih lama dan asap panas dari kompor akan membuat AC berkerja lebih berat. AC yang berkerja terlalu berat memerlukan energy listrik lebih banyak dan disamping itu ACmenjadi cepat rusak.
Gambar 5. 58. Exhaust Fan (Sumber : www.google.co.id, 2015)
3. Analisis Sistem Jaringan Listrik Tujuan Tujuan dari analisis sistem jaringan listrik adalah menentukan sistem jaringan listrik yang digunakan pada bangunan untuk memenuhi kebutuhan dan menunjang aktivitas pengguna di dalam bangunan Bandung Fashion Hub. Kriteria Terdapat beberapa kriteria dalam menganalisis sistem jaringan listrik, yakni sebagai berikut. a. Kelancaran distribusi sumbernya. b. Efektifitas dan efisiensi sumber listrik terhadap bangunan. c. Macam aktivitas yang terjadi membutuhkan tenaga listrik (penerangan, penghawaan, pengkondisian suara, dan lain-lain).
176 Analisis Dalam pengadaan sumber tenaga listrik ada dua sumber untuk mendapatkannya. Kedua sumber tersebut berasal dan PLN dan genset. a. PLN Daya listrik utama untuk bangunan Bandung Fashion Hub menggunakan sumber listrik yang berasal dari PLN. Kelebihan
: Daya listrik besar, biaya murah, perawatan dan operasional mudah
serta murah. Kekurangan : Terkadang terjadi pemadaman listrik secara mendadak dan voltage tidak stabil. b. Genset Genset sebagai pembangkit listrik dalam keadaan darurat, ketika sumber listrik dari PLN sedang mengalami gangguan. Kelebihan
: Dapat digunakan kapan saja, tegangan yang dikeluarkan dapat
diatur. Kekurangan : Biaya pengadaan dan perawatan cukup besar. Hasil
Skema 5. 16. Jaringan Listrik Bersumber dari PLN dan Genset (Sumber : Kuliah Utilitas Bangunan, 2014)
Dari analisis sistem jaringan listrik diatas, didapat hasil bahwa kedua sumber tersebut dapat digunakan secara bersamaan dan saling melengkapi. Sumber listrik dari PLN dan genset dihubungkan dengan sebuah alat bernama automatic transfer system atau lebih dikenal dengan sistem ATS, yaitu suatu alat transfer yang secara otomatis akan menjalankan genset apabila aliran listrik dari PLN padam.
4. Analisis Sistem Komunikasi Dan Sound System Tujuan dari analisis sistem komunikasi dan sound system adalah untuk menentukan sistem
komunikasi
pada
bangunan
yang
memudahkan
pengelola
dalam
berkomunikasi baik di dalam maupun di luar bangunan Bandung Fashion Hub, serta memudahkan pengguna mengenai informasi. Kriteria Terdapat beberapa kriteria dalam menganalisis sistem komunikasi dan sound system, yakni sebagai berikut. a. Kebutuhan komunikasi di dalam bangunan.
177 b. Kemudahan perawatan dan operasional peralatan. c. Tata suara untuk menginformasikan informasi. Analisis Analisis mengenai sistem komunikasi dan sound system dibagi menjadi dua, yakni telekomunikasi dan sound system. a. Telekomunikasi Sistem telekomunikasi terdiri dari sistem telekomunikasi internal dan eksternal. Sistem telekomunikasi
internal
berupa
intercom untuk
menghubungkan
komunikasi antar ruang dalam bangunan. Sedangkan komunikasi eksternal berupa jaringan dari Telkom yang menyediakan fasilitas telepon baik lokal, interlokal, maupun internasional. b. Sound System Untuk
informasi
suatu
kegiatan,
pengimuman
infromasi,
menyuarakan
background music, dan panggilan kepada seseorang. c. Wifi Wifi adalah sebuah teknologi terkenal yang memanfaatkan peralatan elektronik untuk bertukar datasecara nirkabel (menggunakan gelombang radio) melalui sebuah jaringan komputer, termasuk koneksi Internet berkecepatan tinggi. Hasil Hasil dari analisis sistem komunikasi dan sound system diantaranya adalah sebagai berikut. a. Sistem telekomunikasi
Skema 5. 17. Sistem Kerja Telfon (Sumber : Kuliah Utilitas Bangunan, 2014)
System komunikasi yang direncanakan pada Bandung Fashion Hub menggunakan sistem intercom antar ruang, penyediaan telepon yang disediakan dalam beberapa line, radio komunikasi, dan alat telepon.
178 b. Sound system
Mikrofon Tape
Switch Selector
Sentral
Attenuator
Monitor
AMPLIFIER
AUX Skema 5. 18. Sistem Soundsystem pada Bangunan (Sumber : Kuliah Utilitas Bangunan, 2014)
pada bangunan diatur pada ruangan khusus, dengan petugas disebut announcer yang menginformasikan pengumuman, menyuarakan background music, serta panggilan kepada seseorang. Sound system diletakkan pada ruang informasi, hall, emplasemen. c. Wifi
Skema 5. 19. Sistem Kerja Wifi (Sumber : Kuliah Utilitas Bangunan, 2014)
pada bangunan diatur pada ruangan, misalnya pada ruang internet, perpustakaan, hall, serta ruang pengelola. Wifi digunakan untuk mengakses suatu informasi yang menunjang kegiatan-kegiatan yang ada pada Bandung Fashion Hub.
5. Analisis Sistem Air Bersih Tujuan Tujuan dari analisis sistem air bersih adalah menentukan sistem air bersih yang akan digunakan pada Bandung Fashion Hub. Kriteria Terdapat beberapa kriteria dalam menganalisis sistem air bersih, yakni sebagai berikut. a. Kemampuan untuk menyediakan air bersih b. Luas bangunan atau wilayah yang terlayani.
179 Analisis Dalam pengadaan air bersih terdapat beberapa sumber system air bersih, salah satunya adalah sistem tangki tekan. Sistem Tangki Tekan ini dipakai bila sambungan langsung tidak bisa diterapkan (misal: tekanan air dari PAM rendah). Pada sistem ini, air dari ground tank dipompakan ke dalam suatu bejana tertutup sehingga udara di dalamnya terkompresi. Air dari tangki terkompresi ini didistribusikan keseluruh bangunan yang dilayani. Pompa bekerja secara otomatis yang diatur suatu detektor tekanan/pressure switch yang akan membuka atau menutup saklar motor penggerak pompa. Pompa berhenti bekerja kalau tekanan dalam tangki telah mencapai tekanan tertentu yang telah ditetapkan, dan kembali bekerja setelah tekanan mendekati batas minimum yang telah ditetapkan. Daerah fluktuasi tekanan berkisar antara 1,00 kg/cm2 – 1,50 kg/cm2. Sumber air yang digunakan pada sistem ini biasanya dari PDAM, atau sumur dangkal/dalam.
Skema 5. 20. Sistem Kerja Tangki Tekan (Sumber : Kuliah Utilitas Bangunan, 2014)
Keuntungan dari sistem tangki tekan ini adalah sebagai berikut: 1) Lebih baik dari segi estetika dibanding tangki atap. 2) Perawatan mudah karena dapat diletakkan di ruang pompa. 3) Biaya awal lebih murah. Sedangkan kekurangan dari sistem tangki tekan ini adalah sebagai berikut. 1) Fluktuasi tekanan 1,0 kg/cm2 - 1,5 kg/cm2 sangat besar dibandingkan sistem gravitasi yang hampir tanpa perubahan tekanan. 2) Fluktuasi tekanan akan berpengaruh pada aliran alat plumbing. Misalnya pada alat pemanas gas dapat menghasilkan suhu yang berubah-ubah. 3) Udara dalam tangki tekan akan makin berkurang, sehingga setiap beberapa hari harus menambah udara. 4) Pompa lebih sering bekarja, karena jumlah air dalam tangki tekan relatif sedikit, sakelar cepat haus.
180
Hasil
Skema 5. 21. Sistem Kerja Air Bersih yang bersumber dari PDAM dan Deep Well (Sumber : Kuliah Utilitas Bangunan, 2014)
Dari analisis mengenai sistem pengadaan air bersih disimpulkan bahwa air bersih pada perencanaan bangunan Bandung Fashion Hub menggunakan sistem Tangki tekan. Sumber air diperoleh dari PAM dan deep well.
6. Analisis Sistem Pembuangan Air Kotor Tujuan Tujuan dari analisis sistem pembuangan air kotor adalah untuk menentukan sistem pembuangan air kotor, berupa limbah dari toilet, pantry, cafe, dan air hujan. Kriteria Terdapat beberapa kriteria dalam menganalisis sistem pembuangan air kotor, yakni sebagai berikut. a. Pembuangan limbah air kotor tidak mengganggu kesehatan, lingkungan, penciuman, dan visual. b. Memelihara sumber air di dalam tanah. Analisis Berdasarkan sumbernya air kotor dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah sebagai berikut. a. Air bekas buangan Air bekas buangan yang dimaksud adalah air bekas toilet, wastafel dan lainnya. Pembuangan air bekas buangan menggunakan pipa PVC baik yang digunakan untuk pipa vertikal maupun pipa horizontal. b. Air limbah Air limbah adalah air bekas buangan yang tercampur kotoran. Air ini tidak boleh dibuang langsung ke lingkungan, tetapi harus melalui proses di dalam bak penampungan. Pada bangunan skala besar (banyak penghuni) penampungan air limbah menggunakan bak pengolahan limbah (sewage treatment). Adapun tempatnya disebut dengan Sewage Treatment Plant (STP). Limbah terkumpul diolah secara mekanis, diaduk dan diberi udara agar bakteri pengurai dapat hidup dengan baik. Hasil pengolahan limbah diberi zat pembersih sehingga air hasil
181 pengolahan limbah dapat dipompa keluar ke riol kota atau digunakan untuk menyiram tanaman. Sewage treatment dapat diletakan di luar atau di dalam bangunan pada bagian lantai terbawah yang letaknya lebih rendah dari toilet, dan orang harus bisa masuk untuk maintenace. c. Air limbah khusus Air limbah khusus diantaranya adalah air bekas cucian kotoran dan alat tertentu seperti buangan rumah sakit, laboratorium, restoran, pabrik, dan sebagainya. Sebagai contoh air limbah dari restoran yang banyak mengandung lemak treatment-nya berupa grease trap (penangkap lemak) d. Air hujan Air hujan yang jatuh langsung ke tanah sebaiknya dibuatkan resapan (hidropori) agar air dengan mudah meresap ke tanah. Air hujan yang jatuh di atap bangunan tinggi (atap plat atau dak) diatur alirannya ke lobang pembuangan yang kemudian disalurkan ke bawah melalui pipa-pipa yang diletakan di ruang shaft. Hasil Dari analisis mengenai sistem pembuangan air kotor disimpulkan bahwa air sistem utilitas kotor dibedakan menjadi tiga bagian, yakni air kotor yang berasal dari toilet, air limbah pantry atau cafe, dan air hujan.
Skema 5. 22. Sistem Kerja Pembuangan Air Kotor (Sumber : Kuliah Utilitas Bangunan, 2014)
a. Untuk air kotor dari toilet, dibagi menjadi dua limbah, yaitu limbah cair dan limbah padat. Keduanya ditampung di STP (Sewage Treatment Plan) untuk diolah dan diproses. Sisa air dari proses STP ini kemudian dibuang ke riol kota. b. Air limbah dari pantry dan cafe, disalurkan ke sumur resapan, kemudian disalurkan ke riol kota. c. Air hujan, melalui talang air dan plumbing/pipa-pipa, langsung dibuang ke riol kota, setelah melalui bak kontrol dan resapan.
182
7. Analisis Sistem Penanggulangan Kebakaran Tujuan Tujuan dari analisis sistem penanggulangan kebakaran adalah untuk menentukan sistem penanggulangan kebakaran pada bangunan Bandng Fshion Hub yang dibagi menjadi tiga yaitu pendeteksian, evakuasi, dan pemadaman. Kriteria Sistem pemadaman kebakaran merupakan salah satu perangkat dalam utilitas pada bangunan terkait dengan pengamanan jika terjadi kebakaran pada bangunan atau pencegahan terhadap bahaya kebakaran yang lebih besar terhadap bangunan. Terdapat beberapa kriteria dalam menganalisis sistem penanggulangan kebakaran, yakni sebagai berikut. a. Keselamatan pengguna banguna. b. Kecepatan evakuasi bangunan. c. Kemudahan penggunaan alat pemadam kebakaran. d. Pemilihan alat pemdama kebakaran yang efektif. Analisis dan Hasil Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dalam suatu bangunan, yaitu pendeteksian, evakuasi, dan pemadaman. a. Pendeteksian menggunakan smoke/heat detector yang dihubungkan dengan alarm atau bel dan fire alarm junction box, kemudian ke main control fire alarm. Bila terjadi kebakaran, heat/smoke detector akan mendeteksi asap dan panas yang secara otomatis akan membunyikan alarm/bel. Kemudian menghidupkan pompa di GWR ke sprinkler dan FDC (Fire House Cabinet) pada tiap lantai. Smoke/ Heat Detector
Alarm/ Bell
GWR
Sprinkler FDC
Skema 5. 23. Sistem Proteksi Kebakaran (Sumber : Kuliah Utilitas Bangunan, 2014)
Gambar 5. 59. Dari Kiri Ke Kanan: Sprinkler, Heat Detector, Dan Smoke Detector. (Sumber : Kuliah Utilitas Bangunan, 2014)
183 b. Evakuasi, dilakukan ketika terjadi keadaan darurat pada bangunan, misalnya gempa bumi, kebakaran, dan sebagainya. Dalam perencanaan arsitektur, beberapa hal perlu dilakukan untuk sistem evakuasi bangunan sekaligus menunjang konsep desain bangunan diantaranya adalah sebagai berikut. 1) Penggunaan bahan bangunan yang tidak mudah terbakar. 2) Perawatan alat pemadam kebakaran secara teratur. 3) Jalur evakuasi yang jelas sehingga tidak memicu keraguan bagi pengguna. 4) Meletakkan alat pemadam kebakaran di setiap lantai. 5) Menggunakan penanda audio dan visual ketika terjadi keadaan darurat, untuk memudahkan pengguna difabel dalam membaca situasi. 6) Menggunakan penerangan darurat pada koridor, tangga darurat, dan pintu keluar sebagai petunjuk pengguna keluar dari area bangunan. 7) Tangga darurat memiliki lebar minimal 1,25 meter dan lebar pintu darurat 90 cm.
Gambar 5. 60. Tangga Darurat (Sumber : Dokumentasi Annisa Fadhilla Jasmine)
c. Penanggulangan kebakaran dengan cara pemadaman, dengan menempatkan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) ditempat-tempat yang ditentukan, serta penempatan hydrant di dalam dan luar bangunan. Penempatan hydrant di dalam bangunan diletakkan dekat/bersamaan dengan alarm kebarakan, sedangkan peletakan hydrant di luar bangunan harus dapat dengan mudah dijangkau oleh mobil pemadam kebakaran.
Gambar 5. 61. Dari Kiri Ke Kanan: APAR, Hydrant Indoor, dan Hydrant Outdoor. (Sumber : Kuliah Utilitas Bangunan, 2014)
184 8. Analisis Sistem Keamanan Tujuan Tujuan dari analisis sistem keamanan petir adalah untuk menentukan sistem keamanan pada bangunan untuk keamanan dan kenyamanan para pengguna Bandung Fashion Hub. Kriteria Terdapat beberapa kriteria dalam menganalisis sistem keamanan pada bangunan Bandung Fashion Hub, yakni sebagai berikut. a. Memantau keadaan pada ruang-ruang yang ada pada Bandung Fashion Hub. b. Kemudahan dalam pantauan. c. Diletakkan pada setiap ruangan yang membutuhkan. Analisis a. CCTV (Closed Circuit Television) CCTV diletakkan pada setiap sudut ruangan untuk memonitor aktivitas pengguna dalam suatu ruang. CCTV dapat bekerja selama 24 jam atau sesuai kebutuhan, setiap gambar dapat ditayang ulang pada posisi waktu yang diinginkan. Peralatan untuk CCTV berupa kamera, monitor televisi, kabel coaxial, timelaps video recorder, dan ruang kontrol yang dilengkapi monitor-monitor, ruangan ber-AC, dan diletakkan pada tempat yang tersembunyi dan tidak mudah diketahui. b. Bel atau Alarm Alarm digunakan untuk memperingatkan operator atau administrator mengenai adanya masalah (bahay) dari jaringan. Alarm memberikan tanda bahaya berupa sinyal dan sunyi. c. Petugas Keamanan Sistem pengamanan dalam gedung oleh menggunakan petugas keamanan, yakni satpam. Hasil Hasil dari analisis sistem keamanan pada bangunan Bandung Fashion Hub yang direncanakan adalah menggunakan sistem CCTV, alarm, dan petugas keamanan berupa satpam.
9. Analisis Sistem Pembuangan Sampah Tujuan Tujuan dari analisis sistem pembuangan sampah adalah untuk menentukan sistem jaringan sampah pada bangunan sehingga bangunan Bandung Fashion Hub lebih nyaman digunakan.
185 Kriteria Terdapat beberapa kriteria dalam menganalisis sistem pembuangan sampah, yakni sebagai berikut. a. Pembuangan limbah sampah tigak mengganggu kesehatan, penciuman, dan visual. b. Memelihara sumber air di dalam tanah. c. Memelihara kualitas ekosistem lingkungan. Analisis Analisis sistem pembuangan sampah pada bangunan Bandung Fashion Hub dari berbagai ruang dilakukan dengan proses pengangkutan oleh petugas cleaning service, menuju bak sampah diluar bangunan, kemudian diangkut oleh truk sampah menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Hasil Sampah dibawa Cleaning Service
Ruang
Bak Sampah
Sampah dibawa Truk Sampah
TPA
Skema 5. 24. Sistem Pembuangan Sampah (Sumber : Kuliah Utilitas Bangunan, 2014)
Hasil dari analisis sistem pembuangan sampah pada bangunan adalah dengan menyediakan tempat sampah pada ruang yang berada di Bandung Fashion Hub dengan jarak antar tempat sampah +20 meter. Pengumpulan tempat sampah diletakkan di bak sampah untuk kemudian diangkut truk sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang ada di Kota Bandung.
10. Analisis Sistem Penangkal Petir Tujuan Tujuan dari analisis sistem penangkal petir adalah untuk menentukan sistem penangkal petir yang tepat untuk melindungi bangunan dari hantaran petir ketika dalam kondisi cuaca yang buruk. Kriteria Terdapat beberapa kriteria dalam menganalisis sistem penangkal petir, yakni sebagai berikut. a. Kemampuan untuk melindungi bangunan dari sambaran petir.
186 b. Tidak menyebabkan efek elektrifikasi atau flashover pada saat penangkal petir mengalirkan arus listrik ke grounding. c. Praktis dan ekonomis. Analisis Besarnya kebutuhan bangunan akan instalasi sistem penangkal petir, ditentukan oleh besarnya kemungkinan kerusakan serta bahaya yang ditimbulkan akibat petir. Beberapa macam penangkal petir diantaranya adalah sebagai berikut. a. Sistem Konvensional (Sistem Franklin) Batang runcing dari bahan copper spit, dipasang pada bangunan, dan dihubungkan dengan tembaga menuju elektroda di dalam tanah. Dibuat bak kontrol dalam tanah untuk memudahkan pemeriksaan dan pengetesan. Sistem ini praktis, murah, namun jangkauannya terbatas. b. Sistem Sangkar (Sistem Faraday) Hampir sama seperti Sistem Franklin, tetapi dibuat memanjang, sehingga jangkauannya luas. Biayanya sedikit mahal dan dalam segi estetika cukup mengganggu. c. Sistem Radioaktif/Semi Radioaktif (Sistem Thomas) Sistem ini digunakan untuk bangunan tinggi dan besar. Pemasangannya tidak terlalu tinggi karena sistem payung digunakan untuk melindungi. Dalam satu bangunan cukup menggunakan satu tempat penangkal petir.
Gambar 5. 62. Dari Kiri ke Kanan: Sistem Franklin, Sistem Faraday, dan Sistem Thomas (Sumber: www.google.co.id, 2015)
Hasil
Batang Penangkal Petir
Kabel Konduktor Penangkal Petir
Tempat Pembumian
Skema 5. 25. Sistem Penangkal Petir (Sumber : Kuliah Utilitas Bangunan, 2014)
Hasil analisis mengenai sistem penangkal petir pada bangunan Bandung Fashion Hub yang direncanakan adalah menggunakan penangkal petir sangkar (Sistem Faraday) karena memiliki jangkauan luas untuk melindungi bangunan dari hantaran petir.