BAB IV PEMBAHASAN
IV.1
Model Prediksi Harga Saham Model prediksi harga saham yang akan dibuat pada penelitian ini merupakan
model yang dibuat berdasarkan pada faktor-faktor dari siklus bisnis (business cycle) perusahaan, faktor-faktor yang menjadi dasar dalam menentukan kondisi business cycle adalah net sales dan dividend. Maka faktor tersebut akan digunakan pada penelitian ini sebagai variabel bebas untuk menentukan prediksi harga saham. Model prediksi yang akan dibuat dalam penelitian ini didasarkan pada dua kondisi yang berbeda. Model pada kondisi pertama merupakan model prediksi harga saham yang terbentuk dari kondisi aktual dividend per share yang dibagikan pada setiap tahun, sedangkan model prediksi harga saham yang kedua terbentuk dari nilai present value dari dividend per share pada setiap kuartalnya. Model prediksi ini selanjutnya akan dioptimalisasi dengan menggunakan metode linier programming yang dibantu dengan tools solver add-ins pada Microsoft Excel. Sesuai dengan penilaian harga saham, di mana harga wajar saham ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu laba bersih perusahaan, laba yang dibagikan dalam bentuk dividend (dividend discount model/DDM), jumlah saham beredar, risiko pasar, dan ekspektasi investor terhadap kelebihan tingkat bunga bebas risiko (Rm-Rf) maka semua faktor tersebut mengarah pada konsep time value of money yang menentukan present value dan future value. Apabila present value dihubungkan sebagai harga saham sekarang, maka harga saham berikutnya adalah nilai future value. Oleh karena itu, harga
55
saham sekarang akan menentukan harga saham berikutnya atau harga saham sekarang ditentukan oleh harga saham sebelumnya. Hal tersebut yang mendasari konsep pembuatan model prediksi harga saham yang dimodifikasi dengan fluktuasi harga periode sebelumnya (Pt-1) untuk meningkatkan akurasi rentang prediksi (range). Variabel k pada konsep time value of money dihubungkan dengan tingkat pertumbuhan net sales atau tingkat pertumbuhan dividend per share. Langkah pertama dalam merancang model prediksi harga saham adalah mencari tingkat pertumbuhan dari masing-masing variabel dan mencari rata-rata pertumbuhan (moving average growth) dari masing-masing variabel. Untuk mengurangi fluktuasi data (tingkat pertumbuhan dividend dan net sales dari beberapa periode sebelumnya), maka akan digunakan moving average sebagai salah satu metode peramalan (forecast) yang akan turut memodifikasi model peramalan harga saham dalam skripsi ini. Intercept tetap digunakan pada model ini, hal ini dikarenakan model prediksi tetap dianalogikan dengan persamaan multiregresi. Sesuai dengan pembahasan di atas maka hasil persamaan objektif yang berhasil terbentuk adalah sebagai berikut. Stock Price = a + β X1 + β X2 +Pt-1
Di mana: a
= Intercept
β
= Slope
X1
= Moving average dari net sales
X2
= Moving average dari dividend per share
Pt-1
= Harga saham dari kuartal sebelumnya 56
Setelah memperoleh persamaan objektif yang digunakan untuk memprediksikan harga mid saham, maka langkah selanjutnya yang dilakukan oleh penulis adalah menghitung harga minimum saham dan harga maksimum saham. Dalam melakukan perhitungan harga saham minimum dan maksimum, penulis berpedoman pada teori control charts, di mana dalam menentukan harga minimum dan maksimum diperlukan standar deviasi yang bertugas sebagai pengontrol. Dalam melakukan perhitungan harga minimum dan maksimum saham, standar deviasi yang dipakai penulis adalah dua kali standar deviasi dinamis selama empat kuartal. Empat kuartal merupakan waktu yang dipakai penulis untuk membandingkan kondisi terakhir perusahaan selama 1 tahun. Sedangkan dua kali standar deviasi dipakai penulis berdasarkan perhitungan z-point yang dipakai dalam penelitian, yaitu sebesar 95 %. (Nilai z-point dapat dilihat pada lampiran 1). Oleh sebab itu, penulis memakai 2 kali standar deviasi agar nilai prediksi harga saham lebih mendekati harga aktualnya. Tabel berikut adalah tabel perhitungan harga saham (stock price) berdasarkan persamaan objektif yang telah diperoleh. Tabel 4.1 Perhitungan Harga Saham Prediksi harga minimum ( a ) a = ( b ) – standar deviasi dinamis
Harga mid saham ( b ) Stock Price = a + βX1 + β X2 + Pt-1
Prediksi harga maksimum ( c ) c = ( b ) + standar deviasi dinamis
Dalam mencari tingkat pertumbuhan net sales dan dividend per share, penulis menggunakan bantuan linier programming pada Microsoft Excel. Berikut adalah cara perhitungan aritmatika tingkat pertumbuhan yang dipakai penulis.
57
Rumus 4.1 Growth
Tingkat Pertumbuhan = nilai periode sekarang-nilai periode sebelumnya nilai periode sebelumnya
Sedangkan untuk mencari nilai rata-rata pertumbuhan (moving average growth) penulis memasukkan function sederhana, yaitu function average. Rumus 4.2 Moving Average (Excel) = AVERAGE(number 1, [number 2],….)
Pada saat mencari nilai rata-rata pertumbuhan (moving average growth), penulis menggunakan data perbandingan selama 4 kuartal, berarti pada saat mengisi nilai number 1, number 2, penulis memilih cell hingga berjumlah 4 kotak. Penulis memilih waktu selama 4 kuartal karena ingin mengetahui kondisi rata-rata selama satu tahun terakhir. Tabel berikut adalah tampilan dari tingkat pertumbuhan (growth) dan rata-rata (moving average) dari masing-masing variabel. Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Growth dan Moving Average (Dividend per Year)
Periode
Net Sales (in Billion )
Dividend
2001 Q4 2002 Q1 2002 Q2 2002 Q3 2002 Q4 2003 Q1 2003 Q2 2003 Q3 2003 Q4 2004 Q1 2004 Q2 2004 Q3
615.00 146.09 297.44 484.80 626.65 167.02 313.15 490.16 715.58 323.54 562.60 822.18
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 20.00 0.00 0.00 0.00
Stock Price 1,440.00 1,180.00 1,000.00 660.00 600.00 580.00 520.00 660.00 640.00 680.00 640.00 760.00
Growth Net Sales
(0.76) 1.04 0.63 0.29 (0.73) 0.87 0.57 0.46 (0.55) 0.74 0.46
Moving Average Growth (Net Sales) (X1)
0.29902 0.30627 0.26600 0.24984 0.29166 0.33806 0.30404
Growth Dividend per share 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 (1.00) 0.00 0.00
Moving Average Growth (Dividen) (X2)
0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 (0.2500) (0.2500)
58
2004 Q4 2005 Q1 2005 Q2 2005 Q3 2005 Q4 2006 Q1 2006 Q2 2006 Q3 2006 Q4 2007 Q1 2007 Q2 2007 Q3 2007 Q4 2008 Q1 2008 Q2
1,191.01 373.65 659.92 908.40 1,220.64 318.74 531.53 853.89 1,194.00 345.77 827.19 1,313.76 1,844.21 1,017.17 2,498.44
12.00 0.00 0.00 0.00 3.16 0.00 0.00 0.00 15.28 0.00 0.00 0.00 28.00 0.00 0.00
920.00 1,060.00 920.00 780.00 800.00 880.00 640.00 620.00 1,000.00 1,260.00 2,240.00 2,160.00 2,520.00 1,840.00 2840.00
0.45 (0.69) 0.77 0.38 0.34 (0.74) 0.67 0.61 0.40 (0.71) 1.39 0.59 0.40 (0.45) 1.46
0.27807 0.27525 0.24065 0.24746 0.22625 0.20003 0.18688 0.16225 0.21973 0.23338 0.24050 0.42167 0.41710 0.41847 0.48396
0.00 (1.00) 0.00 0.00 0.00 (1.00) 0.00 0.00 0.00 (1.00) 0.00 0.00 0.00 (1.00) 0.00
(0.2500) (0.2500) (0.2500) (0.2500) (0.2500) (0.2500) (0.2500) (0.2500) (0.2500) (0.2500) (0.2500) (0.2500) (0.2500) (0.2500) (0.2500)
Penulis melakukan perhitungan sejak kuartal 4 tahun 2001, karena model prediksi yang akan dibuat adalah model prediksi yang berlaku setelah perusahaan melakukan pemecahan saham (stock split) 1 : 4. Data dividend per share pada kuartal 1, 2 dan 3 setiap tahunnya menunjukkan angka 0.00. Hal ini merupakan cerminan dari kondisi aktual perusahaan, di mana perusahaan hanya membagikan dividend per share satu kali selama 1 tahun. Langkah berikutnya yang dilakukan penulis adalah melakukan perhitungan harga saham minimum, harga mid saham dan harga maksimum saham dengan menggunakan persamaan objektif dari tingkat pertumbuhan dan rata-rata pertumbuhan (moving average). Pada tahap awal sebelum dilakukan proses optimalisasi, nilai intercept, (β)X1 dan (β)X2 diatur dengan nilai awal 0. Hal ini dimaksudkan agar semua variabel mendapat kesempatan yang sama untuk dioptimalisasi oleh solver. Berikut adalah tampilan dari harga saham model, harga saham minimum dan harga saham maksimum.(Nilai intercept, (β)X1 dan (β)X2 = 0) Tabel berikut adalah hasil perhitungan harga saham minimum, harga mid saham dan harga maksimum.
59
Tabel 4.3 Hasil perhitungan harga saham Prediksi Harga Minimum Periode
2001 Q4 2002 Q1 2002 Q2 2002 Q3 2002 Q4 2003 Q1 2003 Q2 2003 Q3 2003 Q4 2004 Q1 2004 Q2 2004 Q3 2004 Q4 2005 Q1 2005 Q2 2005 Q3 2005 Q4 2006 Q1 2006 Q2 2006 Q3 2006 Q4 2007 Q1 2007 Q2 2007 Q3 2007 Q4 2008 Q1 2008 Q2
a = ( b ) – standar deviasi dinamis -
Harga mid saham Stock Price = a + β X1 + β X2 + Pt-1 -
47 187 405 545 514 536 602 647 672 693 675 551 542 748 440 368 629 645 856 905 1429 1280
Prediksi Harga Maksimum c = ( b ) + standar deviasi dinamis -
600 580 520 660 640 680 640 760 920 1060 920 780 800 880 640 620 1000 1260 2240 2160 2520 1840
1153 973 635 775 766 824 678 873 1168 1427 1165 1009 1058 1012 840 872 1371 1875 3624 3415 3611 2400
Hasil perhitungan harga saham di atas belum dapat dijadikan prediksi harga saham secara benar. Hal ini disebabkan oleh nilai intercept (a) dan slope(β) masih dinormalkan dengan angka 0. Model prediksi dapat digunakan apabila nilai intercept (a) dan slope (β ) telah dioptimalisasi. Langkah selanjutnya yang dilakukan penulis adalah membandingkan harga model prediksi dengan harga saham aktual. Setelah dilakukan perbandingan terhadap
60
harga saham aktual, maka model prediksi yang dibuat dengan nilai intercept (a) dan slope (β ) = 0 menunjukkan tingkat akurasi model sebesar 68.18 %. Selain melihat tingkat akurasi, penulis juga menilai jumlah mean of square error (MSE) yang terjadi apabila model prediksi tersebut digunakan untuk memprediksi harga saham perusahaan secara aktual. Tabel berikut adalah tampilan dari perbandingan harga saham aktual dengan harga saham model prediksi. Tabel 4.4 Perbandingan terhadap Harga Aktual MSE
155,873.68 Accuracy Stock Price = a + β X1 + β X2 +Pt-1 ( Nilai a = 0, β =0 )
Harga Minimum
Harga Mid Saham
Harga Maksimum
Stock Price ( Actual )
47 187 405 545 514 536 602 647 672 693 675 551 542 748 440 368 629 645 856 905 1,429 1,280
600 580 520 660 640 680 640 760 920 1,060 920 780 800 880 640 620 1,000 1,260 2,240 2,160 2,520 1,840
1,153 973 635 775 766 824 678 873 1,168 1,427 1,165 1,009 1,058 1,012 840 872 1,371 1,875 3,624 3,415 3,611 2,400
580 520 660 640 680 640 760 920 1,060 920 780 800 880 640 620 1,000 1,260 2,240 2,160 2,520 1,840 2,840
68.18%
Status Correct Correct X Correct Correct Correct X X Correct Correct Correct Correct Correct X Correct X Correct X Correct Correct Correct X
Dalam penelitian ini, langkah yang dilakukan untuk menghitung total mean of square error (MSE) yang terjadi adalah dengan cara melakukan perhitungan sum of
61
square error terlebih dahulu. Dalam penelitian ini, perhitungan nilai sum of square error (SSE) dilakukan dengan cara membandingkan harga saham aktual dan harga mid saham setiap kuartal. Setelah mengetahui selisih antara harga mid saham dengan harga aktual, maka nilai selisih tersebut (error) harus dikuadratkan. Maka langkah terakhir yang dilakukan dalam menghitung sum of square error (SSE) adalah menjumlahkan nilai eror kuadrat dari masing-masing kuartal. Tabel 4.5 Menghitung SSE
Periode 2003 Q1 2003 Q2 2003 Q3 2003 Q4 2004 Q1 2004 Q2 2004 Q3 2004 Q4 2005 Q1 2005 Q2 2005 Q3 2005 Q4 2006 Q1 2006 Q2 2006 Q3 2006 Q4 2007 Q1 2007 Q2 2007 Q3 2007 Q4 2008 Q1 2008 Q2 SSE
Stock Price ( Actual )
Harga Mid
580 520 660 640 680 640 760 920 1,060 920 780 800 880 640 620 1,000 1,260 2,240 2,160 2,520 1,840 2,840
600 580 520 660 640 680 640 760 920 1,060 920 780 800 880 640 620 1,000 1,260 2,240 2,160 2,520 1,840
Error 400.00 3,600.00 19,600.00 400.00 1,600.00 1,600.00 14,400.00 25,600.00 19,600.00 19,600.00 19,600.00 400.00 6,400.00 57,600.00 400.00 144,400.00 67,600.00 960,400.00 6,400.00 129,600.00 462,400.00 1,000,000.00 2,961,600.00
Setelah mengetahui nilai sum of square error, maka langkah selanjutnya yang dilakukan penulis untuk menghitung mean of square error (MSE) adalah membagi nilai sum of square error (SSE) dengan banyaknya sampel (n) dikurangi dengan jumlah variabel bebas ditambah 1 / (k + 1).
62
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan bantuan linier programming untuk dapat menghitung besarnya MSE dari model yang telah terbentuk. Function yang dimasukkan untuk memperoleh nilai MSE adalah sebagai berikut. Rumus 4.3 Mean of Square Error (MSE) MSE = [number]/(COUNT(value 1,[value2],…))-3
Nilai number harus diisi dengan nilai sum of square error (SSE), sedangkan untuk nilai value 1 dan value 2 penulis memasukkan range banyaknya jumlah error. Angka 3 pada rumus perhitungan di atas merupakan jumlah dari variabel bebas ditambah dengan 1 (berdasarkan rumus perhitungan MSE). Mean of square error (MSE) yang baik harus menunjukkan angka yang kecil, namun dalam sebuah prediksi nilai mean of square error (MSE) tidak bisa dihilangkan. Hasil perhitungan dengan menggunakan Microsoft Excel diperoleh hasil MSE sebesar 155,873.68 point. Berikut tampilan gambar dari proses perhitungan mean square error (MSE).
Gambar 4.1 Perhitungan MSE 63
Setelah diketahui tingkat akurasi dan nilai MSE dari model prediksi yang dibuat, penulis ingin memaksimalkan model agar kedua hal tersebut dapat menunjukkan nilai yang lebih baik dan semakin mampu memprediksi harga saham sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh penulis adalah memanfaatkan solver-add-ins tools pada Microsoft Excel. Tampilan gambar di bawah ini merupakan tampilan proses solver add-ins yang dilakukan oleh penulis.
Gambar 4.2 Solver Add-ins Target optimalisasi diukur dari nilai mean of square error (MSE), di mana semakin kecil nilai mean of square errror (MSE) maka akan semakin akurat hasil
64
prediksinya, sehingga nilai mean of square error (MSE) menjadi target cell yang harus diminimalisasi dengan mengubah nilai slope(β)dividend dan slope(β)net sales sebagai changing cell saat melakukan optimalisasi dengan solver. Oleh sebab itu harga mid saham akan berubah seiring dengan perubahan intercept dan slope(β). Pada saat proses solver, penulis melakukan minimize agar solver dapat berjalan sesuai tujuan penulis. Jika nilai MSE menjadi sasaran (target cell) untuk diminimalkan, maka terdapat dua asumsi yang akan muncul. Hal pertama yang dapat terjadi adalah nilai MSE yang kecil akan mengakibatkan tingkat akurasi menjadi tinggi, sedangkan hal lainnya yang dapat terjadi apabila nilai MSE diminimumkan adalah rendahnya tingkat akurasi yang akan dicapai. Tabel berikut adalah hasil solver add-ins yang dilakukan oleh penulis. Tabel 4.6 Summary Output Solver Add-ins Slope Net Sales
Intercept
Slope Dividend
-139.95 551.93 -432.51 Y = -139.95 + 551.93 (Average Growth Net Sales) 432.51 (Average Growth Dividend per share) + Pt-1 Harga Harga Periode Minimum Harga Mid Maksimum 2003 Q1 2003 Q2 2003 Q3 2003 Q4 2004 Q1 2004 Q2 2004 Q3 2004 Q4 2005 Q1 2005 Q2 2005 Q3 2005 Q4 2006 Q1 2006 Q2 2006 Q3 2006 Q4 2007 Q1
72 216 411 542 535 691 738 769 792 794 780 644 620 819 498 458 726
625 609 527 658 661 835 776 882 1,040 1,161 1,025 873 879 951 698 709 1,097
1,178 1,002 642 773 788 979 814 995 1,288 1,528 1,270 1,102 1,137 1,083 897 961 1,468
Accuracy
MSE
72.73% 139,010.95 Stock Price ( Actual ) 580 520 660 640 680 640 760 920 1,060 920 780 800 880 640 620 1,000 1,260
Status Correct Correct X Correct Correct X Correct Correct Correct Correct Correct Correct Correct X Correct X Correct
65
2007 Q2 2007 Q3 2007 Q4 2008 Q1 2008 Q2
746 1,057 1,103 1,628 1,516
1,361 2,441 2,358 2,719 2,075
2,240 2,160 2,520 1,840 2,840
1,976 3,825 3,614 3,810 2,635
X Correct Correct Correct X
Setelah dilakukan proses solver, maka dapat diketahui bahwa model prediksi yang berhasil dibentuk adalah Y = -139.95 + 551.93 (Average Growth Net Sales) 432.51 (Average Growth Dividend per share) + Pt-1. Model prediksi tersebut memiliki tingkat akurasi sebesar 72.73 %, sedangkan nilai MSE yang diperoleh menunjukkan angka sebesar 139,010.95 point . Pada data tabel di atas bisa dilihat bahwa model memprediksikan harga minimum saham PT Tunas Baru Lampung Tbk yang akan terjadi pada kuartal 1 tahun 2004 adalah Rp 535.00, sedangkan nilai maksimum sebesar Rp 661.00 dan nilai harga mid saham sebesar Rp 788.00, maka jika dilihat dari harga sebenarnya yang terjadi pada kondisi aktual dapat terlihat bahwa harga saham menunjukkan angka sebesar Rp 680.00. Prediksi yang dilakukan oleh model dapat membantu memprediksi harga minimum yang dapat terjadi pada kuartal tersebut dan membantu memprediksi harga maksimum yang dapat terjadi pada kuartal tersebut.
4,500 4,000 3,500
Stock Price
Harga Model
Harga Minimum
Harga Model
Rupiah
3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 2008 Q1
2007 Q3
2007 Q1
2006 Q3
2006 Q1
2005 Q3
2005 Q1
2004 Q3
2004 Q1
2003 Q3
2003 Q1
2002 Q3
2002 Q1
-
Periode
Gambar 4.3 Perbandingan Harga Prediksi dan Harga Aktual (Model Dividend per Year) 66
Model prediksi Y = -139.95 + 551.93 (Average Growth Net Sales) - 432.51 (Average Growth Dividend per share) + Pt-1 merupakan model yang berpedoman pada nilai dividend per share setiap tahunnya. Pada penelitian ini, penulis membuat dua model berdasarkan dua kondisi yang berbeda. Model pertama dibuat berdasarkan kondisi dividend per share setiap tahun, sedangkan model kedua dibuat berdasarkan nilai present value dari dividend per share yang ada pada setiap kuartal. Pada pembahasan selanjutnya penulis mencoba membuat model prediksi berdasarkan kondisi yang kedua, yaitu nilai dividend per share yang terdapat pada setiap kuartal. Nilai tersebut merupakan nilai dari present value dari dividend per share pada setiap tahunnya. Langkah pertama yang dilakukan penulis masih merupakan langkah yang sama seperti pembuatan model sebelumnya. Penulis menghitung tingkat pertumbuhan dari variabel net sales dan dividend per share. Setelah itu penulis mencari rata-rata (moving average) dari masing-masing pertumbuhan yang terjadi. Tabel berikut adalah tampilan dari tingkat pertumbuhan (growth) dan rata-rata (moving average) dari masing-masing variabel. Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Growth dan Moving Average (Dividend Quarterly)
Periode
Net Sales (in Billion )
Dividend
2001 Q4 2002 Q1 2002 Q2 2002 Q3 2002 Q4 2003 Q1 2003 Q2 2003 Q3 2003 Q4
615.00 146.09 297.44 484.80 626.65 167.02 313.15 490.16 715.58
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 18.80 19.19 19.59 20.00
Stock Price 1,440.00 1,180.00 1,000.00 660.00 600.00 580.00 520.00 660.00 640.00
Growth Net Sales (0.76) 1.04 0.63 0.29 (0.73) 0.87 0.57 0.46
Moving Average Growth (Net Sales) (X1) 0.29902 0.30627 0.26600 0.24984
Growth Dividend per share 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.02 0.02 0.02
Moving Average Growth (Dividen) (X2) 0.0000 0.0000 0.0052 0.0104
67
2004 Q1 2004 Q2 2004 Q3 2004 Q4 2005 Q1 2005 Q2 2005 Q3 2005 Q4 2006 Q1 2006 Q2 2006 Q3 2006 Q4 2007 Q1 2007 Q2 2007 Q3 2007 Q4 2008 Q1 2008 Q2
323.54 562.60 822.18 1,191.01 373.65 659.92 908.40 1,220.64 318.74 531.53 853.89 1,194.00 345.77 827.19 1,313.76 1,844.21 1,017.17 2,498.44
11.36 11.57 11.78 12.00 2.99 3.05 3.10 3.16 14.21 14.56 14.92 15.28 26.39 26.91 27.45 28.00 66.77 68.09
680.00 640.00 760.00 920.00 1,060.00 920.00 780.00 800.00 880.00 640.00 620.00 1,000.00 1,260.00 2,240.00 2,160.00 2,520.00 1,840.00 2840.00
(0.55) 0.74 0.46 0.45 (0.69) 0.77 0.38 0.34 (0.74) 0.67 0.61 0.40 (0.71) 1.39 0.59 0.40 (0.45) 1.46
0.29166 0.33806 0.30404 0.27807 0.27525 0.24065 0.24746 0.22625 0.20003 0.18688 0.16225 0.21973 0.23338 0.24050 0.42167 0.41710 0.41847 0.48396
(0.43) 0.02 0.02 0.02 (0.75) 0.02 0.02 0.02 3.50 0.02 0.02 0.02 0.73 0.02 0.02 0.02 1.38 0.02
0.0156 (0.0924) (0.0930) (0.0936) (0.0942) (0.1740) (0.1739) (0.1738) (0.1738) 0.8885 0.8900 0.8914 0.8929 0.2000 0.1989 0.1978 0.1967 0.3611
Langkah berikutnya yang dilakukan penulis adalah melakukan perhitungan harga saham minimum, harga mid saham dan harga maksimum saham dengan menggunakan persamaan objektif yang memiliki nilai intercept (a) dan slope(β) = 0. Tabel berikut adalah hasil perhitungan harga saham minimum, harga mid saham dan harga maksimum. Tabel 4.8 Hasil perhitungan harga saham (Dividend Quarterly) Prediksi Harga Minimum Periode
2001 Q4 2002 Q1 2002 Q2 2002 Q3 2002 Q4 2003 Q1 2003 Q2 2003 Q3 2003 Q4 2004 Q1 2004 Q2 2004 Q3 2004 Q4
a = ( b ) - standar deviasi dinamis -
Harga mid saham Stock Price = a + β X1 + β X2 + Pt-1 -
47 187 405 545 514 536 602 647
Prediksi Harga Maksimum c = ( b ) + standar deviasi dinamis -
600 580 520 660 640 680 640 760
1,153 973 635 775 766 824 678 873
68
2005 Q1 2005 Q2 2005 Q3 2005 Q4 2006 Q1 2006 Q2 2006 Q3 2006 Q4 2007 Q1 2007 Q2 2007 Q3 2007 Q4 2008 Q1 2008 Q2
672 693 675 551 542 748 440 368 629 645 856 905 1,429 1,280
920 1,060 920 780 800 880 640 620 1,000 1,260 2,240 2,160 2,520 1,840
1,168 1,427 1,165 1,009 1,058 1,012 840 872 1,371 1,875 3,624 3,415 3,611 2,400
Apabila dibandingkan dengan perhitungan harga prediksi saham pada kondisi dividend per share yang dibagikan per tahun, hasil perhitungan menunjukkan angka yang sama. Hal ini disebabkan karena kondisi intercept (a) dan slope(β) masih dinormalkan dengan angka 0. Oleh sebab itu, jika dibandingkan dengan harga aktual maka tingkat akurasi yang diperoleh masih sama dengan model yang dibuat berdasarkan kondisi yang pertama, yaitu sebesar 68.18 %, sedangkan nilai mean of square error (MSE) masih menunjukkan angka yang sama seperti model prediksi yang dibuat berdasarkan kondisi yang pertama.. Maka langkah selanjutnya yang dilakukan dalam penelitian ini adalah langsung melakukan proses optimalisasi kembali terhadap model dengan menggunakan tools solver add-ins. Dalam melakukan proses solver, langkah yang dilakukan merupakan langkah yang sama seperti model prediksi sebelumnya. Nilai mean of square error (MSE) tetap menjadi sasaran (target cell) untuk dioptimalisasi, sedangkan nilai intercept (a) dan slope(β) masih berperan sebagai changing cell. Pada kondisi model yang kedua, nilai tingkat akurasi dan nilai mean of square error (MSE) yang akan dihasilkan dapat mempunyai dua asumsi. Asumsi yang pertama yang akan muncul adalah tingkat akurasi
69
menjadi semakin tinggi dan nilai mean of square error (MSE) yang semakin rendah. Sedangkan asumsi kedua adalah tingkat akurasi model akan menurun namun nilai mean of square error (MSE) akan semakin kecil pula. Setelah dilakukan proses run atas input solver parameter, maka hasil prediksi harga saham minimum, harga mid saham, dan harga saham maksimum dapat dijabarkan sebagai berikut. Tabel 4.9 Summary Output Solver Add-ins (Dividend Quarterly) Slope Net Sales
Intercept
Slope Dividend
-136.06 725.74 178.36 Y = -136.06 + 725.74(Average Growth Net Sales) + 178.36(Average Growth Dividend per share) + Pt-1 Harga Harga Periode Minimum Harga Mid Maksimum 2003 Q1 2003 Q2 2003 Q3 2003 Q4 2004 Q1 2004 Q2 2004 Q3 2004 Q4 2005 Q1 2005 Q2 2005 Q3 2005 Q4 2006 Q1 2006 Q2 2006 Q3 2006 Q4 2007 Q1 2007 Q2 2007 Q3 2007 Q4 2008 Q1 2008 Q2
128 274 462 592 592 629 670 696 719 700 687 549 520 906 581 551 821 719 1,062 1,107 1,631 1,560
681 666 578 707 718 773 708 809 967 1,068 933 777 778 1,038 780 802 1,193 1,334 2,445 2,362 2,723 2,120
1,234 1,059 693 823 845 917 746 922 1,215 1,435 1,178 1,006 1,036 1,170 980 1,054 1,564 1,950 3,829 3,617 3,814 2,679
Accuracy
MSE
81.82% 136,555.03 Stock Price ( Actual )
Status
580 520 660 640 680 640 760 920 1,060 920 780 800 880 640 620 1,000 1,260 2,240 2,160 2,520 1,840 2,840
Correct Correct Correct Correct Correct Correct X Correct Correct Correct Correct Correct Correct X Correct Correct Correct X Correct Correct Correct X
70
Setelah dilakukan proses solver, maka dapat diketahui bahwa tingkat akurasi dari model meningkat menjadi 81.82 %, sedangkan nilai MSE yang diperoleh menunjukkan angka sebesar 136,555.03 point. Hasil di atas lebih mencerminkan tingkat akurasi, nilai MSE yang lebih baik dibandingkan dengan model pada kondisi pertama (dividend per year). Penulis menyimpulkan proses solver yang dilakukan telah menghasilkan kondisi di mana tingkat akurasi yang lebih tinggi dan nilai MSE menjadi rendah, sehingga model yang telah terbentuk lebih mendekati nilai aktual dari harga saham. Namun model prediksi yang kedua tidak mencerminkan keadaan aktual dari perusahaan yang membagikan dividend per share hanya sebanyak 1 kali selama 1 tahun. Oleh sebab itu, penelitian ini memberikan kesempatan kepada para pengguna model untuk memilih model mana yang lebih sesuai. Pada data tabel bisa dilihat bahwa model memprediksikan harga minimum saham PT Tunas Baru Lampung Tbk yang akan terjadi pada kuartal 1 tahun 2004 adalah Rp 592.00, sedangkan nilai maksimum sebesar Rp 845.00 dan nilai harga mid saham sebesar Rp 718.00, maka jika dilihat dari harga sebenarnya yang terjadi pada kondisi yang aktual dapat terlihat bahwa harga saham menunjukkan angka sebesar Rp 680.00. Harga saham prediksi dapat memberikan gambaran kepada investor mengenai batas minimum dan batas maksimum dari fluktuasi harga saham yang dapat terjadi pada kuartal tersebut. Prediksi yang dilakukan oleh model dapat membantu memprediksi harga minimum yang dapat terjadi pada kuartal tersebut dan membantu memprediksi harga maksimum yang dapat pada kuartal tersebut. Maka dapat disimpulkan model prediksi yang berhasil dibuat oleh penulis untuk memenuhi tujuan penelitian adalah model prediksi Y = -136.06 + 725.74 (Average Growth Net Sales) + 178.36(Average Growth Dividend per share) + Pt-1. Tampilan 71
gambar di bawah ini merupakan perbandingan pergerakan harga minimum, harga mid saham, harga maksimum terhadap harga aktual.
4,500 4,000
Stock Price
Harga Mid
Harga Minimum
Harga Maksimum
Rupiah
3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 2008 Q1
2007 Q3
2007 Q1
2006 Q3
2006 Q1
2005 Q3
2005 Q1
2004 Q3
2004 Q1
2003 Q3
2003 Q1
2002 Q3
2002 Q1
-
Periode
Gambar 4.4 Perbandingan Harga Prediksi dan Harga Aktual (Model Divided Quarterly) Dalam pembahasan sebelumnya telah diterangkan bahwa penulis membuat dua model prediksi dengan kondisi yang berbeda. Model prediksi harga saham yang pertama terbentuk dari kondisi dividend per share yang dibagikan pada setiap tahun. Model tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut. Y = -139.95 + 551.93X1- 432.51X2 + Pt-1…..(1) Sedangkan model prediksi harga saham yang kedua terbentuk dari nilai present value dividend per share pada setiap kuartal. Model tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut. Y = -136.06 + 725.74X1 + 178.36X2 + Pt-1…..(2) Model prediksi pertama memiliki tingkat akurasi sebesar 72.73 % dan nilai mean of square error (MSE) sebesar 139, 010.95 point, sedangkan model prediksi yang kedua
72
menunjukkan tingkat akurasi sebesar 81.82 % dan memiliki nilai mean of square error sebesar 136,555.03 point. IV.2
Klasifikasi Business Cycle Stage pada PT Tunas Baru Lampung Tbk. Tahapan siklus bisnis (business cycle stage) pada PT Tunas Baru Lampung Tbk
dibagi menjadi 4 kelas atau kelompok. Pembagian menjadi 4 kelas ini didasarkan pada teori business cycle stage yang dikemukakan oleh Block dan Hirt (2005). Dalam pembahasan sebelumnya diketahui bahwa net sales dan dividend merupakan faktor fundamental yang dapat mencerminkan kondisi siklus bisnis (business cycle). Diketahui bahwa nilai maksimum dari dividend per share yang dibagikan oleh PT Tunas Baru Lampung Tbk. adalah Rp 17.02 dan nilai minimum dividend per share adalah Rp 0.00 (perusahaan tidak membagi dividen), maka nilai maksimum ini harus dibandingkan dengan nilai minimum agar memperoleh range, setelah itu range dibagi menjadi 4 kelas. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa range yang dihasilkan sebesar 17.02 (Rp 0.00 Rp 17.02). Jika range dibagi dengan jumlah kelas, maka didapatkan hasil 4.26 (17.02 dibagi 4). Oleh sebab itu, dapat diketahui interval setiap kelas memiliki range sebesar 4.26. Berikut adalah hasil perhitungan interval kelas yang dilakukan oleh penulis. Tabel 4.10 Interval Kelas (Berdasarkan Dividend per share) Interval Kelas <= 4.26 4.27 to 8.53 8.54 to 12.80 > 12.80
Status Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV
Keterangan : Tahap I
: 0.00 sampai dengan 4.26 (dividend per share)
Tahap II
: 4.27 sampai dengan 8.53 (dividend per share)
73
Tahap III
: 8.54 sampai dengan 12.80 (dividend per share)
Tahap IV
: lebih besar dari 12.80 (dividend per share)
Setelah diketahui interval setiap kelas, maka penulis membuat grafik untuk menunjukkan letak business cycle stage PT Tunas Baru Lampung Tbk. Dalam membuat grafik, penulis menjadikan dividend per share sebagai garis X (x-axis) dan net sales sebagai garis Y (y-axis).
Gambar 4.5 Grafik Business Cycle Stage Dalam grafik diketahui bahwa pada tahap pertama PT Tunas Baru Lampung Tbk memiliki pergerakan net sales dan dividend per share yang paling banyak, di mana pada tahap pertama terdapat 24 kuartal yang mengalami nilai pasang surut. Hal ini mengindikasikan perusahaan memiliki masa yang paling lama pada tahap pertama. Jika dibandingkan dengan teori business cycle stage yang diungkapkan oleh Block dan Hirt (2005), tahap pertama merupakan tahap di mana perusahaan mengalami tahap development. Pada tahap ini perusahaan masih memiliki nilai net sales yang relatif kecil dan perusahaan mempunyai pilihan untuk tidak membagikan dividend. Hal ini dikarenakan perusahaan masih membutuhkan dana untuk melakukan perluasan usaha yang menunjang peningkatan penjualan dan produktivitas pada periode berikutnya. Namun pada PT Tunas Baru Lampung Tbk, tahap development diwarnai dengan 74
aktivitas pembagian dividend. Perusahaan membutuhkan dana lebih untuk dapat membagikan dividend kepada para pemegang saham. Pada tahap kedua pergerakan net sales dan dividend per share tidak sebanyak tahap pertama, di mana pada tahap ini hanya terdapat 8 kuartal yang mengalami nilai pasang surut. Tahap kedua mencerminkan pertumbuhan (growth) yang sedang dialami oleh perusahaan. Perusahaan sudah memiliki cash yang lebih banyak untuk dapat dibagikan kepada para pemegang saham. Pada tahap ini perusahaan mengalami peningkatan net sales dan dividend per share. PT Tunas Baru Lampung Tbk sudah memiliki nilai dividend per share dalam jumlah yang lebih besar jika dibandingkan dengan nilai dividend per share pada tahap sebelumnya. Dalam grafik terlihat bahwa PT Tunas Baru Lampung Tbk tidak melalui business cycle stage ketiga melainkan perusahaan langsung berada pada tahap keempat. Pada tahap ketiga seharusnya perusahaan mengalami tahap ekspansi (expansion), di mana dalam tahap ekspansi perusahaan masih menunjukkan peningkatan atas net sales namun peningkatan tersebut tidak sebesar jika dibandingkan dengan tahap kedua. Tahap ekspansi merupakan tahap transisi perusahaan dari keadaan yang belum stabil mejadi keadaaan yang lebih stabil. Pada tahap ketiga perusahaan berusaha untuk meningkatkan market share perusahaan. Peningkatan market share yang lebih besar menyebabkan kondisi keuangan dan modal perusahaan dapat meningkat. Diketahui dalam grafik bahwa PT Tunas Baru Lampung Tbk sudah mencapai tahap keempat. Dalam tahap keempat perusahaan sudah memiki dividend per share dengan skala sedang sampai tinggi. Pada tahap ini keadaan net sales dan ekonomi secara keseluruhan lebih stabil. Klasifikasi business cycle stage pada PT Tunas Baru Lampung Tbk hanya sampai pada periode kuartal 2 tahun 2008. Hal ini disebabkan oleh 75
keterbatasan data yang diperoleh. Namun telah diambil kesimpulan bahwa perusahaan sudah memasuki tahap keempat, di mana perusahaan sudah mulai menuju ke arah matang (mature). IV.3
Analisis Peluang atau Risiko Investasi pada PT Tunas Baru Lampung Tbk Business cycle stage yang dialami oleh PT Tunas Baru Lampung Tbk tidak
menunjukkan tahap yang lazim. Hal ini bisa dilihat dari perkembangan net sales dan dividend per share yang tidak melewati tahap ketiga, perusahaan hanya melewati tahap pertama, kedua dan keempat.. Tahap ketiga merupakan tahap yang penting dari siklus bisnis sebuah perusahaan. Pada tahap ini perusahaan berusaha untuk meningkatkan market share perusahaan dengan cara inovasi produk atau dengan strategi lainnya dan berusaha menjaga kestabilan pertumbuhan perusahaan agar tidak turun. Namun agar dapat melakukan analisis risiko atau peluang pada PT Tunas Baru Lampung Tbk secara menyeluruh, penulis mencoba mengidentifikasi perkembangan keadaan net sales, net cash flow, earnings per share dan dividend per share selama kuartal 1 tahun 2000 sampai dengan kuartal 2 tahun 2008. Penulis juga menggunakan analisis debt to equity ratio (DER), total asset turnover (TATO) dan return on assets (ROA). Analisis debt to equity ratio (DER) digunakan untuk menganalisis sejauh mana perusahaan dapat memperoleh pinjaman dan dapat membandingkannya dengan struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan, sedangkan total asset turnover (TATO) digunakan untuk menganalisis sejauh mana asset yang dimiliki oleh perusahaan dapat secara efektif mendukung penjualan yang terjadi pada perusahaan dan analisis return on assets (ROA) digunakan untuk menganalisis tingkat profitabilitas yang dialami perusahaan.
76
IV.3.1 Net Sales pada PT Tunas Baru Lampung Tbk Data net sales yang dipakai oleh penulis diperoleh melalui laporan keuangan (income statement) pada periode kuartal 1 tahun 2000 sampai dengan kuartal 2 tahun 2008. Dalam penelitian ini, penulis melakukan identifikasi net sales secara keseluruhan guna mengetahui perkembangan yang dialami oleh PT Tunas Baru Lampung Tbk. Pada tahun 2000 perusahaan memperoleh rata-rata penjualan bersih (net sales) sebesar Rp 403,528,530,250.00. Pada tahun 2000, perusahaan memperoleh penjualan bersih (net sales) dengan trend yang beragam pada setiap kuartalnya, namun untuk kuartal 4 tahun 2000 tingkat penjualan bersih (net sales) mengalami kenaikan persentase pertumbuhan yang paling kecil bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Pada kuartal 1 tahun 2000, penulis tidak menghitung tingkat persentase pertumbuhan yang terjadi. Hal ini disebabkan karena kuartal 1 merupakan kuartal pembanding untuk tingkat pertumbuhan pada kuartal berikutnya. Hal serupa terjadi pula pada tahun berikutnya. Berikut adalah tampilan tabel net sales pada tahun 2000. Tabel 4.11 Net Sales 2000 (Quarterly) n 1 2 3 4
Kuartal 2000 Q1 2000 Q2 2000 Q3 2000 Q4
Net Sales Rp 156,464,165,000.00 Rp 320,517,045,000.00 Rp 470,457,365,000.00 Rp 666,675,546,000.00
Growth (%) Net Sales (Average) 0.00% 104.85% Rp 403,528,530,250.00 46.78% 41.71%
Kuartal 2 tahun 2000 merupakan tingkat pertumbuhan penjualan bersih (net sales) yang paling tinggi selama tahun 2000. Tingkat pertumbuhan penjualan bersih (net sales) pada kuartal 2 tahun 2000 menunjukkan peningkatan pertumbuhan sebesar 104.85 % dari kuartal 1 tahun 2000. Pada kuartal 3 tahun 2000, persentase pertumbuhan net sales tidak mengalami pertumbuhan sebesar kuartal 2 tahun 2000, jumlah persentase
77
pertumbuhan penjualan bersih (net sales) hanya mencapai 46.78 %. Sedangkan pada kuartal 4 tahun 2000, tingkat persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) yang diperoleh perusahaan tidak jauh berbeda dengan kuartal sebelumnya. Persentase pertumbuhan lebih kecil dan menunjukkan angka sebesar 41.71 %. Tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) pada tahun 2001 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2001 perusahaan hanya mencapai tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) sebesar Rp 373,829,104,000.00. Pada kuartal 1 tahun 2001, tingkat penjualan bersih (net sales) perusahaan tidak sebesar kuartal 1 tahun 2000. Tingkat penjualan bersih perusahaan hanya mencapai angka sebesar Rp 133,425,529,000.00. Berikut adalah tampilan tabel net sales pada tahun 2001. Tabel 4.12 Net Sales 2001 (Quarterly) n 1 2 3 4
Kuartal 2001 Q1 2001 Q2 2001 Q3 2001 Q4
Net Sales Rp 133,425,529,000.00 Rp 301,059,744,000.00 Rp 445,833,440,000.00 Rp 614,997,703,000.00
Growth (%) 0.00% 125.64% 48.09% 37.94%
Net Sales (Average) Rp 373,829,104,000.00
Tingkat penjualan bersih (net sales) yang terjadi pada kuartal 2 tahun 2001 tidak sebesar tingkat penjualan bersih (net sales) pada kuartal 2 tahun 2000, di mana pada kuartal 2 tahun 2001 perusahaan memiliki tingkat penjualan bersih (net sales) sebesar Rp 301,059,744,000.00. Jika dibandingkan dengan kuartal 1 tahun 2001, perusahaan mengalami peningkatan persentase pertumbuhan sebesar 125.64 %. Pada kuartal 2 tahun 2001, tingkat persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) merupakan tingkat pertumbuhan yang tertinggi selama tahun 2001. Kondisi persentase pertumbuhan net sales perusahaan pada kuartal 3 tahun 2001 tetap menunjukkan peningkatan
78
pertumbuhan, namun persentase pertumbuhan yang terjadi tidak sebesar peningkatan pada kuartal 2 tahun 2001. Peningkatan persentase pertumbuhan net sales pada kuartal 3 tahun 2001 terjadi sebesar 48.09 %. Pada kuartal 4 tahun 2001, tingkat persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) yang dialami perusahaan tetap mengalami peningkatan, namun peningkatan yang terjadi yang tidak sebesar peningkatan yang terjadi pada kuartal 3 tahun 2001. Oleh sebab itu, jika dibandingkan dengan tahun 2000 maka tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) yang terjadi pada tahun 2001 mengalami penurunan pertumbuhan sebanyak 7.36 %. Berikut adalah tampilan tabel growth pada tahun 2001. Tabel 4.13 Growth 2001 Year 2000 2001
Net Sales ( Average ) Rp 403,528,530,250.00 Rp 373,829,104,000.00
Growth ( % ) -7.36%
Tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) pada tahun 2002 menunjukkan peningkatan yang lebih besar dibandingkan tahun 2001. Tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) pada tahun 2001 menunjukkan angka sebesar Rp 388,744,402,250.00. Pada kuartal 1 tahun 2002, tingkat penjualan bersih (net sales) yang dicapai melebihi tingkat penjualan (net sales) yang terjadi pada kuartal 1 tahun 2001. Berikut adalah tampilan tabel net sales pada tahun 2002. Tabel 4.14 Net Sales 2002 (Quarterly) n 1 2 3 4
Kuartal 2002 Q1 2002 Q2 2002 Q3 2002 Q4
Net Sales Rp 146,086,955,000.00 Rp 297,442,733,000.00 Rp 484,799,248,000.00 Rp 626,648,673,000.00
Growth (%) Net Sales (Average) 0.00% 103.61% Rp 388,744,402,250.00 62.99% 29.26%
79
Pada kuartal 2 tahun 2002, tingkat persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) yang dialami perusahaan menunjukkan peningkatan yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kuartal 2 tahun 2001. Akan tetapi bila dibandingkan dengan kuartal 1 tahun 2002 kondisi persentase pertumbuhan net sales mengalami kondisi yang meningkat. Tingkat pertumbuhan pada kuartal 2 tahun 2002 menunjukkan peningkatan pertumbuhan sebesar 103.61 %. Pada kuartal 3 tahun 2002, kondisi persentase pertumbuhan net sales perusahaan mengalami peningkatan, namun peningkatan yang dialami perusahaan tidak sebesar peningkatan persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) pada kuartal 2 tahun 2002. Sedangkan pada kuartal 4 tahun 2002, tingkat persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) yang dialami oleh perusahaan menunjukkan peningkatan yang tidak sebesar kuartal 3 tahun 2002. Peningkatan persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) pada kuartal 4 tahun 2002 mengalami gejala yang sama seperti kuartal 4 tahun 2001, yang berbeda hanya tingkat persentase yang terjadi. Oleh sebab itu, jika dibandingkan dengan tahun 2001 maka tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) yang terjadi pada tahun 2002 mengalami peningkatan pertumbuhann sebanyak 3.99 %. Berikut adalah tampilan tabel growth pada tahun 2002. Tabel 4.15 Growth 2002 Year 2001 2002
Net Sales ( Average ) Rp373,829,104,000.00 Rp388,744,402,250.00
Growth ( % ) 3.99%
Tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) yang terjadi pada tahun 2003 kurang lebih tidak jauh berbeda dengan tahun 2002. Pada tahun 2003, tingkat ratarata penjualan bersih (average net sales) mengalami peningkatan yang lebih besar jika dibandingkan tahun 2002. Tingkat rata-rata pernjualan bersih (average net sales) 80
menunjukkan angka sebesar
Rp 421,476,935,250.00. Pada kuartal 1 tahun
2003,
perusahaan memiliki net sales yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kuartal 1 tahun 2002, tingkat penjualan bersih (net sales) pada kuartal 1 tahun 2003 menunjukkan angka sebesar Rp 167,015,988,000.00. Sedangkan tingkat persentase pertumbuhan penjualan bersih yang terjadi pada kuartal 2 tahun 2003 tidak mengalami peningkatan persentase pertumbuhan yang lebih besar jika dibandingkan dengan kuartal 2 tahun 2002. Akan tetapi jika dibandingkan dengan kuartal 1 tahun 2003, kondisi persentase pertumbuhan net sales perusahaan mengalami peningkatan. Pada kuartal 2 tahun 2003 perusahaan hanya mampu meningkatkan persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) sebesar 87.50 %. Berikut adalah tampilan tabel net sales pada tahun 2003. Tabel 4.16 Net Sales 2003 (Quarterly) n 1 2 3 4
Kuartal 2003 Q1 2003 Q2 2003 Q3 2003 Q4
Net Sales Rp 167,015,988,000.00 Rp 313,151,872,000.00 Rp 490,163,440,000.00 Rp 715,576,441,000.00
Growth (%) 0.00% 87.50% 56.53% 45.99%
Net Sales (Average) Rp 421,476,935,250.00
Tingkat persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) pada kuartal 3 tahun 2003 mengalami peningkatan yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kuartal 2 tahun 2003 dan kuartal 3 tahun 2002. Peningkatan persentase pertumbuhan yang terjadi hanya sebesar 56.53 %, sedangkan peningkatan persentase pertumbuhan yang terjadi pada kuartal 4 tahun 2003 merupakan kondisi yang pertama kali terjadi selama periode 2000-2003, di mana perusahaan mengalami peningkatan persentase pertumbuhan yang paling besar. Oleh sebab itu, jika dibandingkan dengan tahun 2002 maka tingkat ratarata penjualan bersih (average net sales) yang terjadi pada tahun 2003 mengalami
81
peningkatan persentase pertumbuhan sebanyak 8.42 %. Berikut adalah tampilan tabel growth pada tahun 2003. Tabel 4.17 Growth 2003 Year 2002 2003
Net Sales ( Average ) Rp 388,744,402,250.00 Rp 421,476,935,250.00
Growth ( % ) 8.42%
Tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) yang terjadi pada tahun 2004 mengalami peningkatan yang lebih besar jika dibandingkan pada tahun 2003. Pada tahun ini, tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) menunjukkan angka sebesar Rp 724,834,461,500.00. Tingkat penjualan bersih (net sales) pada kuartal 1 tahun 2004 menunjukkan peningkatan yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan yang terjadi pada kuartal 1 tahun 2003. Berikut adalah tampilan tabel net sales pada tahun 2004. Tabel 4.18 Net Sales 2004 (Quarterly) n 1 2 3 4
Kuartal 2004 Q1 2004 Q2 2004 Q3 2004 Q4
Net Sales Rp323,541,049,000.00 Rp562,603,723,000.00 Rp822,183,161,000.00 Rp1,191,009,913,000.00
Growth (%) Net Sales (Average) 0.00% 73.89% Rp 724,834,461,500.00 46.14% 44.86%
Pada kuartal 2 tahun 2004 perusahaan mengalami peningkatan persentase pertumbuhan yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kuartal 2 tahun 2003, namun bila dibandingkan dengan kuartal 1 tahun 2004, perusahaan masih menunjukkan trend persentase pertumbuhan yang meningkat. Jika dilakukan analisis net sales atas kuartal 2 tahun 2004 dan kuartal 2 tahun 2003, penurunan persentase pertumbuhan disebabkan oleh kondisi net sales pada kuartal 1 tahun 2004 menunjukkan angka yang cukup tinggi.
82
Oleh sebab itu dalam perhitungan pertumbuhan (growth), kuartal 1 berperan sebagai faktor pembanding. Dalam perhitungan pertumbuhan (growth), penulis mencoba mencari selisih penjualan bersih (net sales) antara tahun berjalan dengan tahun sebelumnya. Setelah diperoleh jumlah selisih penjualan bersih (net sales), maka jumlah tersebut dibagi dengan jumlah penjualan bersih (net sales) pada kuartal sebelumnya. Oleh sebab itu, meskipun rata-rata penjualan bersih (average net sales) pada tahun 2004 mengalami peningkatan yang lebih besar dibandingkan dengan tahun 2003, namun dalam pertumbuhan setiap kuartalnya peningkatan persentase yang terjadi tidak sebesar kondisi yang terjadi pada tahun 2003. Tingkat penjualan bersih (net sales) pada kuartal 1 menjadi faktor penentu dalam menentukan tingkat pertumbuhan (growth). Pada kuartal 3 tahun 2004, perusahaan mengalami peningkatan persentase pertumbuhan net sales yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kuartal 2 tahun 2004 dan kuartal 3 tahun 2003. Sedangkan pada kuartal 4 tahun 2004, perusahaan mengalami peningkatan persentase pertumbuhan yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kuartal 3 tahun 2004, di mana peningkatan persentase pertumbuhan ini juga tidak sebesar peningkatan yang terjadi pada kuartal 4 tahun 2003. Setelah membandingkan tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) antara tahun 2003 dan 2004, maka tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) yang terjadi pada tahun 2004 mengalami peningkatan pertumbuhan sebanyak 71.97 % dibandingkan dengan tahun 2003. Berikut adalah tampilan tabel growth pada tahun 2004. Tabel 4.19 Growth 2004 Year 2003 2004
Net Sales ( Average ) Rp 421,476,935,250.00 Rp 724,834,461,500.00
Growth ( % ) 71.97 %
83
Tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) pada tahun 2005 menunjukkan kenaikan apabila dibandingkan dengan tahun 2004. Pada tahun ini, perusahaan memiliki tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) sebesar Rp 790,650,103,250.00. Pada kuartal 1 tahun 2005, perusahaan memiliki penjualan bersih (net sales) yang lebih besar jika dibandingkan dengan penjualan bersih (net sales) pada kuartal 1 tahun 2004. Berikut adalah tampilan tabel net sales pada tahun 2005. Tabel 4.20 Net Sales 2005 (Quarterly) n 1 2 3 4
Kuartal 2005 Q1 2005 Q2 2005 Q3 2005 Q4
Net Sales Rp 373,648,926,000.00 Rp 659,916,462,000.00 Rp 908,399,367,000.00 Rp 1,220,635,658,000.00
Growth (%) 0.00% 76.61% 37.65% 34.37%
Net Sales (Average) Rp 790,650,103,250.00
Pada kuartal 2 tahun 2005, perusahaan memiliki peningkatan persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) yang lebih besar jika dibandingkan dengan kuartal 2 tahun 2004. Pada kuartal ini, perusahaan memiliki pertumbuhan sebesar 76.61 %. Pada kuartal 3 tahun 2005 perusahaan memperoleh peningkatan persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kuartal 2 tahun 2005 dan kuartal 3 tahun 2004. Sedangkan tingkat persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) pada kuartal 4 tahun 2005 juga mengalami hal yang sama seperti kuartal 3 tahun 2005, di mana perusahaan menunjukkan peningkatan persentase pertumbuhan net sales yang lebih kecil bila dibandingkan dengan sebelumnya. Oleh sebab itu, jika dibandingkan dengan tahun 2004, maka tingkat ratarata penjualan bersih (average net sales) yang terjadi pada tahun 2005 mengalami peningkatan pertumbuhan sebanyak 9.08 %. Berikut adalah tampilan tabel growth pada tahun 2005.
84
Tabel 4.21 Growth 2005 Year 2004 2005
Net Sales ( Average ) Rp 724,834,461,500.00 Rp 790,650,103,250.00
Growth ( % ) 9.08%
Tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) pada tahun 2006 mengalami penurunan, tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) pada tahun 2006 menunjukkan angka sebesar Rp 724,538,838,500.00. Pada kuartal 1 tahun 2006, penjualan bersih (net sales) yang dialami perusahaan mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kuartal 1 tahun 2005. Berikut adalah tampilan tabel net sales pada tahun 2006. Tabel 4.22 Net Sales 2006 (Quarterly) n 1 2 3 4
Kuartal 2006 Q1 2006 Q2 2006 Q3 2006 Q4
Net Sales Rp 318,737,217,000.00 Rp 531,529,828,000.00 Rp 853,889,436,000.00 Rp 1,193,998,873,000.00
Growth (%) Net Sales (Average) 0.00% 66.76% Rp 724,538,838,500.00 60.65% 39.83%
Tingkat persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) pada kuartal 2 tahun 2006 menunjukkan kenaikan apabila dibandingkan dengan kuartal 1 tahun 2006, namun persentase pertumbuhan yang terjadi pada kuartal 2 tahun 2006 memiliki perbandingan yang lebih kecil jika dibandingkan dengan peningkatan yang terjadi pada kuartal 2 tahun 2005. Persentase pertumbuhan net sales pada kuartal 2 tahun 2006 menunjukkan jumlah sebesar 66.76 %, sedangkan pada kuartal 2 tahun 2005 persenatse pertumbuhan net sales perusahaan menunjukkan angka sebesar 76.61 %. Kondisi persentase pertumbuhan net sales pada kuartal 3 tahun 2006 menunjukkan angka sebesar 60.65 %, bila dibandingkan dengan pertumbuhan net sales
85
pada kuartal 2 tahun 2006, kondisi pertumbuhan yang dialami perusahaan pada kuartal 3 tahun 2006 menunjukkan
trend penurunan. Sedangkan persentase pertumbuhan
penjualan bersih (net sales) pada kuartal 4 tahun 2006 mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan kuartal 3 tahun 2006, namun bila dibandingkan dengan kuartal 4 tahun 2005 persentase pertumbuhan net sales yang dialami oleh perusahaan mengalami trend yang meningkat. Setelah membandingkan tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) yang terjadi pada setiap kuartal dalam tahun 2006 dan tahun 2005, perusahaan mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 8.36 %. Berikut adalah tampilan tabel growth pada tahun 2006. Tabel 4.23 Growth 2006 Year 2005 2006
Net Sales ( Average ) Rp 790,650,103,250.00 Rp 724,538,838,500.00
Growth ( % ) -8.36%
Tingkat penjualan bersih yang terjadi pada tahun 2007 berbeda dengan tahun sebelumnya. Pada tahun ini, perusahaan memiliki tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) sebesar Rp 1,082,731,647,750.00. Penjualan bersih (net sales) yang terjadi dalam setiap kuartal tahun 2007 memiliki nilai yang lebih besar jika dibandingkan dengan penjualan bersih (net sales) yang terjadi pada setiap kuartal dalam tahun 2006. Berikut adalah tampilan tabel net sales pada tahun 2007. Tabel 4.24 Net Sales 2007 (Quarterly) n 1 2 3 4
Kuartal 2007 Q1 2007 Q2 2007 Q3 2007 Q4
Net Sales Rp 345,771,322,000.00 Rp 827,191,097,000.00 Rp 1,313,757,187,000.00 Rp 1,844,206,985,000.00
Growth (%) Net Sales (Average) 0.00% 139.23% Rp 1,082,731,647,750.00 58.82% 40.38%
86
Tingkat penjualan bersih (net sales) yang terjadi pada kuartal 1 tahun 2007 mengalami peningkatan yang lebih besar jika dibandingkan dengan penjualan bersih (net sales) yang terjadi pada kuartal 1 tahun 2006. Persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) yang terjadi pada kuartal 2 tahun 2007 mengalami peningkatan yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan persentase pertumbuhan yang terjadi pada kuartal 2 tahun 2006 dan kuartal 1 tahun 2007. Persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) yang terjadi pada kuartal 2 tahun 2007 menunjukkan angka sebesar 139.23 %. Sedangkan pada kuartal 3 tahun 2007, perusahaan memiliki persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) sebesar 58.82 %, jika dibandingkan dengan peningkatan persentase pertumbuhan yang terjadi pada kuartal 2 tahun 2007, perusahaan mengalami penurunan persentase pertumbuhan. Pada kuartal 4 tahun 2007, perusahaan mengalami peningkatan persentase pertumbuhan yang lebih kecil daripada kuartal 3 tahun 2007. Persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) perusahaan hanya mencapai 40.38 %, namun jika dibandingkan dengan kuartal 4 tahun 2006, perusahaan memiliki persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) yang lebih besar. Setelah membandingkan tingkat penjualan bersih (net sales) dan rata-rata penjualan bersih (average net sales) yang terjadi pada setiap kuartal dalam
tahun 2007 dan tahun 2006, perusahaan
mengalami penurunan pertumbuhan (growth) sebesar 49.44 %. Berikut adalah tampilan tabel growth pada tahun 2007. Tabel 4.25 Growth 2007 Year Net Sales ( Average ) 2006 Rp724,538,838,500.00 2007 Rp1,082,731,647,750.00
Growth ( % ) 49.44%
87
Tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) yang terjadi pada tahun 2008, mengalami peningkatan yang lebih besar jika dibandingkan dengan tahun 2007. Tingkat rata-rata penjualan bersih (average net sales) pada tahun 2008 (data hanya sampai kuartal 2) mencapai jumlah sebesar Rp 1,757,807,666,000.00. Berikut adalah tampilan tabel net sales pada tahun 2008. Tabel 4.26 Net Sales 2008 (Quarterly) n Kuartal 1 2008 Q1 2 2008 Q2
Net Sales Rp1,017,171,520,000.00 Rp2,498,443,812,000.00
Growth (%) 0.00% 145.63%
Net Sales (Average) Rp1,757,807,666,000.00
Tingkat penjualan bersih (net sales) pada kuartal 1 tahun 2008 menunjukkan jumlah yang lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah penjualan bersih (net sales) yang terjadi pada kuartal 1 tahun 2007. Pada kuartal 2 tahun 2008, perusahaan mengalami peningkatan penjualan bersih (net sales) yang lebih besar jika dibandingkan dengan kuartal 1 tahun 2008, di mana perusahaan mengalami peningkatan persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) sebesar 145.63 %. Persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) yang terjadi pada kuartal 2 tahun 2008 juga lebih besar daripada persentase pertumbuhan penjualan bersih (net sales) yang terjadi pada kuartal 2 tahun 2007. Oleh sebab itu, jika dibandingkan dengan tahun 2007 maka tingkat penjualan bersih (net sales) yang terjadi pada tahun 2008 (data hanya sampai kuartal 2) mengalami peningkatan sebanyak 62.35 %. Berikut adalah tampilan tabel growth pada tahun 2008. Tabel 4.27 Growth 2008 Year Net Sales ( Average ) 2007 Rp1,082,731,647,750.00 2008 Rp1,757,807,666,000.00
Growth ( % ) 62.35%
88
Millions
Net Sales Rp2,000,000 Rp1,800,000 Rp1,600,000
Net Sales A
Rp1,400,000 Rp1,200,000 Rp1,000,000 Rp800,000 Rp600,000 Rp400,000 Rp200,000 Rp0 2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Gambar 4.6 Net Sales (Year) Setelah dilakukan analisis secara mendalam, maka penulis menyimpulkan bahwa kondisi rata-rata penjualan bersih (average net sales) secara keseluruhan terus menunjukkan trend yang meningkat, namun hasil analisis net sales ini harus dibandingkan dengan tingkat profit yang diperoleh perusahaan. Dalam menentukan profitabilitas yang dialami perusahaan, penulis mencoba menggunakan analisis ratio return on assets. Berikut adalah hasil perhitungan return on assets (ROA) perusahaan Tabel 4.28 Return On Assets Year 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
ROA 0.19% -0.77% 4.07% 2.20% 1.22% 0.43% 2.58% 3.96% 8.38%
Pada tabel di atas terlihat bahwa perusahaan memiliki trend ROA yang meningkat dalam jangka waktu 3 tahun terakhir. Hal ini membuktikan bahwa
89
perusahaan memiliki kemampuan untuk menghasilkan profit selama 3 tahun berturutturut. Oleh sebab itu, meskipun penjualan bersih (net sales) yang dialami oleh perusahaan mengalami pasang surut dalam setiap kuartalnya, namun PT Tunas Baru Lampung Tbk memiliki prospek yang cerah untuk terus menghasilkan laba. IV.3.2 Arus Kas Bersih (Net Cash Flow) pada PT Tunas Baru Lampung Tbk Penulis memperoleh data arus kas bersih (net cash flow) dari laporan arus kas (statement of cash flow) selama kuartal 1 tahun 2000 sampai dengan kuartal 2 tahun 2008. Dari laporan arus kas (statement of cash flow) yang diperoleh, penulis juga melihat arus kas yang terjadi pada masing-masing aktivitas, maka dalam menidentifikasikan perkembangan net cash flow perusahaan penulis mencoba membandingkan pengeluaran atau penerimaan kas pada masing-masing aktivitas. Arus kas bersih (net cash flow) yang dialami oleh PT Tunas Baru Lampung Tbk menunjukkan trend yang beragam. Oleh sebab itu, penulis ingin menidentifikasikan nilai arus kas bersih (net cash flow) secara lebih mendalam. Berikut adalah tampilan gambar net cash flow pada hingga tahun 2008.
Rupiah
Rp300,000.00 Rp250,000.00 Rp200,000.00 Rp150,000.00 Rp100,000.00
Net Cash Flow
Rp50,000.00 2008 Q2
2007 Q3
2006 Q4
2006 Q1
2005 Q2
2004 Q3
2003 Q4
2003 Q1
2002 Q2
Rp100,000.00
2001 Q3
Rp50,000.00
2000 Q4
Rp0.00 2000 Q1
Millions
Net Cash Flow
Periode
Gambar 4.7 Net Cash Flow
90
Keadaan net cash flow pada tahun 2000 menunjukkan angka yang positif. pada kuartal 1 tahun 2000, penerimaan kas dari aktivitas operasi (operating) merupakan penerimaan kas yang terendah selama tahun tersebut. Net cash flow yang positif disebabkan oleh adanya penerbitan harga saham baru dan peningkatan agio saham. Oleh sebab itu, aktivitas investasi (investing) yang terjadi pada kuartal tersebut bisa ditutupi dengan penerimaan kas dari aktivitas pendanaan (financing). Pada kuartal 2 tahun 2000, net cash flow perusahaan masih menunjukkan angka yang positif, di mana penerimaan dari aktivitas operasi (operating) mulai menunjukkan peningkatan, peningkatan arus kas juga dapat pula dilihat pada aktivitas investasi (investing) dan pendanaan (financing). Oleh sebab itu, keadaan net cash flow perusahaan pada tahap ini lebih kecil dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Penambakan kas yang diterima seiring pula dengan pengeluaran kas yang dilakukan. Berikut adalah tampilan tabel net cash flow pada tahun 2000. Tabel 4.29 Net Cash Flow 2000 (dalam ribuan) Net Cash from Operating Activities
No 2000 Q1 2000 Q2 2000 Q3 2000 Q4
Rp 8,084,222.00 Rp 25,102,828.00 Rp 45,739,609.00 Rp 54,012,528.00
Net Cash from Investing Activities
Net Cash from Financing Activities
Net Cash Flow
(Rp 133,270,929.00) (Rp 229,700,697.00) (Rp 237,521,821.00) (Rp 141,422,201.00)
Rp 147,385,415.00 Rp 220,776,125.00 Rp 206,733,453.00 Rp 168,539,339.00
Rp 22,198,708.00 Rp 16,178,256.00 Rp 14,951,241.00 Rp 81,129,666.00
Pada kuartal 3 tahun 2000, keadaan net cash flow perusahaan kurang lebih tidak jauh berbeda dengan kuartal sebelumnya. Penerimaan kas pada masing-masing aktivitas digunakan untuk menutupi pengeluaran. Hal ini menyebabkan net cash flow yang terjadi pada perusahaan lebih kecil daripada kuartal 2 tahun 2000. Pada kuartal ini terdapat penambahan perolehan aktiva tetap sebesar Rp 112,060,575,000.00. Sedangkan kondisi
91
net cash flow pada kuartal 4 tahun 2000 menunjukkan angka yang lebih besar daripada periode sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh penurunan aktivitas investasi (investing) yang dilakukan oleh perusahaan, aktivitas pendanaan perusahaan (financing) juga menunjukkan penurunan pada kuartal ini. Pada kuartal 4 tahun 2000 perusahaan mengalami penurunan perolehan aktiva tetap dan hutang bank jangka panjang yang diperoleh. Pada kuartal pertama tahun 2001, net cash flow perusahaan menunjukkan angka yang negatif. Hal ini disebabkan oleh penerimaan dari aktivitas operasi (operating) tidak sebesar periode sebelumnya. Selain itu aktivitas pendanaan (financing) tidak memperoleh tambahan modal yang disetor atau penambahan penawaran umum saham atau agio yang lebih besar dari aktivitas investasi (investing). Pada kuartal pertama tahun 2001 perusahaan hanya melakukan investasi atas aktiva tetap sebesar Rp 44,018,824,000.00. Berikut adalah tampilan tabel net cash flow pada tahun 2001. Tabel 4.30 Net Cash Flow 2001 (dalam ribuan)
No
Net Cash from Operating Activities
Net Cash from Investing Activities
Net Cash from Financing Activities
Net Cash Flow
2001 Q1 2001 Q2 2001 Q3 2001 Q4
Rp 4,967,329.00 Rp 33,774,271.00 Rp 71,678,563.00 Rp 84,930,065.00
(Rp 44,938,824.00) (Rp 76,552,421.00) (Rp 116,389,196.00) (Rp 126,515,183.00)
Rp 5,083,423.00 Rp 7,070,619.00 Rp 3,870,909.00 (Rp 24,972,720.00)
(Rp 34,888,072.00) (Rp 35,707,531.00) (Rp 40,839,724.00) (Rp 66,557,838.00)
Pada kuartal 2 tahun 2001 net cash flow perusahaan juga menunjukkan angka yang negatif, namun pada kuartal 2 tahun 2001 perusahaan sudah menunjukkan peningkatan penerimaan kas yang lebih besar dari aktivitas operasi (operating). Apabila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya penerimaan kas dari operating sudah menunjukkan trend yang meningkat ke arah postif. Meskipun aktivitas pendanaan
92
(financing) menunjukkan kondisi yang sama seperti kuartal sebelumnya, namun dalam hal pendanaan jangka panjang yang diperoleh dari bank, perusahaan memperoleh tambahan yang lebih besar dari kuartal 1 tahun 2000, pendanaan jangka panjang yang diperoleh sebesar Rp 20,189,086,000.00. Pada kuartal 3 tahun 2001 terjadi peningkatan pada sisi operating dan investing perusahaan. Pada kuartal ini terjadi penambahan aktiva tetap yang lebih besar dari kuartal sebelumnya, namun penambahan aktiva tetap tidak diiringi oleh tambahan dana yang diperoleh dari aktivtas pendanaan. Hal ini disebabkan karena pada periode tersebut perusahaan melakukan pembayaran hutang yang cukup tinggi daripada kuartal 2 tahun 2001. Sedangkan pada kuartal 4 tahun 2001 net cash flow perusahaan masih menunjukkan angka yang negatif. Hal ini disebabkan oleh masalah yang sama seperti kuartal 3 tahun 2001, aktivitas operasi (operating) dan investasi (investing) tidak ditutupi dengan penerimaan kas yang diperoleh dari aktivitas pendanaan (financing), penerimaan dana dari tambahan modal atau penambahan penawaran umum saham tidak diperoleh pada kuartal tersebut. Keadaan net cash flow pada tahun 2002 kurang lebih tidak jauh berbeda dengan net cash flow yang terjadi pada tahun 2001. Net cash flow yang ada pada tahun 2002 masih menunjukkan angka yang negatif, namun aktivitas operasi (operating) menunjukkan trend yang berbeda daripada tahun 2001. Keadaan net cash flow pada kuartal 1 tahun 2002 menunjukkan angka yang negatif, bila dilihat dari aktivitas operasi (operating) jumlah penerimaan kas perusahaan menunjukkan angka yang negatif. Hal ini disebabkan oleh pembayaran kas kepada pemasok melebihi jumlah penerimaan kas yang diterima selama periode tersebut. Namun pada kuartal 1 tahun 2002 jumlah penerimaan kas dari aktivitas pendanaan (financing) sudah mulai meningkat dari tahun sebelumnya. 93
Pinjaman jangka panjang yang diperoleh dari bank menghasilkan tambahan kas sebesar Rp 57,556,553,000.00. Berikut adalah tampilan tabel net cash flow pada tahun 2002. Tabel 4.31 Net Cash Flow 2002 (dalam ribuan)
No
Net Cash from Operating Activities
2002 Q1 2002 Q2 2002 Q3 2002 Q4
(Rp 47,929,835.00) (Rp 18,569,190.00) (Rp 18,177,635.00) (Rp 3,367,699.00)
Net Cash from Investing Activities
Net Cash from Financing Activities
Net Cash Flow
(Rp 17,700,183.00) (Rp 45,688,740.00) (Rp 57,414,730.00) (Rp 65,229,806.00)
Rp 57,556,553.00 Rp 57,983,721.00 Rp 54,029,637.00 Rp 45,841,449.00
(Rp 8,073,465.00) (Rp 6,274,209.00) (Rp 21,562,728.00) (Rp 22,756,056.00)
Pada kuartal 2 tahun 2002, keadaan net cash flow masih menunjukkan angka yang negatif. Akan tetapi, yang membedakan dari kuartal 1 tahun 2002 adalah jumlah kas yang dibayarkan kepada pemasok menurun daripada kuartal 1 tahun 2002. Pinjaman bank jangka panjang yang diperoleh dari aktivitas pendanaan (financing) digunakan perusahaan untuk melakukan penambahan atas aktiva tetap yang ada pada perusahaan. Penambahan aktiva tetap pada kuartal 2 tahun 2002 menunjukkan angka Rp 45,688,740,000.00. Sedangkan kondisi net cash flow pada kuartal 3 tahun 2002 masih menunjukkan angka yang negatif. Hal ini disebabkan karena adanya penambahan aktiva tetap yang tidak bisa ditutupi oleh penerimaan kas dari aktivitas operasi (operating) dan pinjaman bank jangka panjang yang diperoleh dari aktivitas pendanaan (financing). Pada kuartal 4 tahun 2002 penerimaan kas operasi dari aktivitas operasi (operating) sudah menunjukkan trend yang meningkat, di mana jumlah penerimaan kas dari pelanggan lebih besar apabila dibandingkan dengan kuartal 3 tahun 2002. Selain itu pada kuartal 4 tahun 2002 terjadi pelunasan hutang bank jangka panjang sebesar Rp 36,654,000,000.00.
94
Keadaan net cash flow tahun 2003 masih menunjukkan angka yang negatif apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya , maka angka negatif yang terdapat pada net cash flow perusahaan sudah menunjukkan peningkatan ke nilai yang positif. Pada kuartal 1 tahun 2003 pengeluaran kas dari aktivitas investasi (investing) tidak bisa ditutupi dengan pendapatan kas dari aktivitas operasi (operating) dan aktivitas pendanaan (financing). Pada kuartal tersebut aktivitas pendanaan (financing) mengalami nilai yang negatif. Adanya pembayaran hutang jangka panjang menjadi penyebab penerimaan kas dari aktivitas pendanaan (financing) menjadi negatif. Hal ini juga pernah terjadi pada kuartal 2 tahun 2001. Berikut adalah tampilan tabel net cash flow pada tahun 2003. Tabel 4.32 Net Cash Flow 2003 (dalam ribuan)
No
Net Cash from Operating Activities
2003 Q1 2003 Q2 2003 Q3 2003 Q4
Rp 3,693,323.00 (Rp 20,914,568.00) Rp 6,936,155.00 Rp 11,250,443.00
Net Cash from Investing Activities
Net Cash from Financing Activities
Net Cash Flow
(Rp 12,679,591.00) (Rp 30,262,667.00) (Rp 46,642,883.00) (Rp 48,032,141.00)
(Rp1,616,871.00) Rp 43,539,133.00 Rp 37,142,399.00 Rp 36,381,096.00
(Rp 10,603,139.00) (Rp 7,638,102.00) (Rp 2,564,329.00) (Rp 400,602.00)
Keadaan net cash flow pada kuartal 2 tahun 2003 kurang lebih hampir sama dengan keadaan net cash flow yang terjadi pada tahun 2002. Penerimaan kas yang berasal dari aktivitas operasi (operating) menunjukkan angka yang negatif. Adanya pembayaran beban bunga dan pajak menjadikan kas yang diperoleh dari operasi menjadi negatif, namun pinjaman bank yang diperoleh pada kuartal ini lebih meningkat dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Pada kuartal ini terdapat pinjaman hutang bank jangka panjang sebesar Rp 60,054,991,000.00.
95
Pada kuartal 3 tahun 2003, keadaan net cash flow perusahaan sudah menunjukkan trend ke arah nilai yang positif, yaitu –Rp 2,564,329,000.00. Hal ini disebabkan aktivitas investasi (investing) tidak mampu ditutupi oleh penerimaan kas dari aktivitas operasi (operating) dan aktivitas pendanaan (financing). Pembelian aktiva tetap yang terjadi pada tahun tersebut lebih besar dibandingkan dengan kuartal sebelumnya pada tahun yang sama. Akan tetapi penerimaan tambahan pinjaman hutang bank jangka panjang terjadi penurunan bila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Pada kuartal 3 tahun 2003 terjadi pelunasan hutang bank yang jatuh tempo apabila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya pelunasan hutang bank yang jatuh tempo mengalami sedikit peningkatan. Keadaan net cash flow pada kuartal 4 tahun 2003 masih menunjukkan angka yang negatif, namun dalam hal penerimaan kas yang diperoleh dari aktivitas operasi (operating). Arus kas yang diperoleh menunjukkan peningkatan bila dibandingkan dengan kuartal 3 tahun 2003, sedangkan penerimaan kas yang diperoleh dari pemasok pada kuartal 4 tahun 2003 cukup untuk menutupi pembayaran beban bunga dan pajak pada kuartal tersebut. Pembelian aktiva tetap menjadi penyebab nilai net cash flow menjadi negatif. Meskipun adanya penerimaan hutang bank jangka panjang pada periode tersebut, namun penambahan aktiva tetap menjadikan keadaan net cash flow perusahaan menjadi negatif. Arus kas bersih (net cash flow) pada tahun 2004 sudah mengalami peningkatan ke arah yang positif, hanya pada kuartal 1 tahun 2004 net cash flow perusahaan menunjukkan angka penerimaan yang negatif. Hal tersebut dikarenakan penambahan aktiva tetap perusahaan tidak bisa ditutupi dengan penerimaan kas dari aktivitas operasi (operating) dan aktivitas investasi (investing). Pinjaman hutang bank jangka panjang 96
yang dilakukan pada kuartal 1 tahun 2004 merupakan pinjaman hutang bank jangka panjang yang terendah selama tahun tersebut. Sedangkan kondisi net cash flow pada kuartal 2 tahun 2004 sudah menunjukkan angka positif, namun hal ini tidak diiringi dengan peningkatan pada penerimaan kas yang diperoleh dari aktivitas operasi (operating). Penerimaan kas dari aktivitas operasi (operating) menunjukkan angka yang negatif. Hal ini disebabkan karena pada saat periode tersebut, pembayaran kas kepada pemasok melebihi penerimaan kas dari pelanggan. Keadaan net cash flow yang positif pada kuartal tersebut didukung oleh penerimaan hutang obligasi yang ada pada periode tersebut, hutang obligasi yang diperoleh sebesar Rp 289,500,000,000.00. Selain dari penambahan hutang obligasi, aktivitas pendanaan (financing) juga diisi dengan penambahan hutang bank jangka panjang dan jangka pendek. Berikut adalah tampilan tabel net cash flow pada tahun 2004. Tabel 4.33 Net Cash Flow 2004 (dalam ribuan)
No
Net Cash from Operating Activities
Net Cash from Investing Activities
Net Cash from Financing Activities
Net Cash Flow
2004 Q1 2004 Q2 2004 Q3 2004 Q4
Rp 15,909,002.00 Rp 85,899,196.00 (Rp 71,205,840.00) Rp 147,077,068.00
(Rp 23,423,473.00) (Rp 39,995,470.00) (Rp 80,724,671.00) (Rp 206,182,258.00)
Rp 2,471,952.00 Rp 162,723,427.00 Rp 192,332,826.00 Rp 62,374,608.00
(Rp 5,042,519.00) Rp 122,727,957.00 Rp 40,402,315.00 Rp 3,269,418.00
Pada kuartal 3 tahun 2004 keadaan net cash flow perusahaan menunjukkan angka yang positif, kegiatan penerimaan atau pengeluaran kas dari aktivitas operasi (operating), investasi (investing), pendanaan (financing) kurang lebih tidak jauh berbeda dengan kuartal 2 tahun 2004. Pembayaran kas kepada pemasok melebihi penerimaan kas yang diterima dari pelanggan, sehingga mengakibatkan penerimaan kas dari aktivitas operasi (operating) menunjukkan angka yang negatif. Penambahan aktiva tetap dan penerimaan
97
kas dari aktivitas pendanaan (financing) juga mengalami peningkatan dibandingkan dengan kuartal 2 tahun 2004. Adanya penambahan hutang bank jangka panjang mengakibatkan penerimaan kas dari aktivitas pendanaan (financing) menunjukkan angka yang positif. Keadaan net cash flow kuartal 4 tahun 2004 menunjukkan angka yang positif, namun jika dibandingkan dengan kuartal 3 tahun 2004 kondisi net cash flow lebih cenderung mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh penambahan aktiva tetap sebesar dua kali lebih banyak jika dibandingkan dengan kuartal 3 tahun 2004. Pada kuartal 4 tahun 2004 perusahaan juga melakukan pembayaran atas hutang bank jangka pendek sebesar Rp 203,325,237,000.00 dan pembayaran hutang bank jangka pendek sebesar Rp 15,903,111,000.00. Aktivitas pendanaan (financing) juga memperoleh tambahan dana dari penambahan hutang obilgasi sebesar Rp 300,000,000,000.00. Namun dalam hal penerimaan kas dari aktivitas operasi (operating) perusahaan memperoleh tambahan dana yang lebih besar daripada kuartal sebelumnya. Keadaan net cash flow pada tahun 2005 menunjukkan angka yang positif, penerimaan kas dari aktivitas operasi (operating) yang diperoleh pada tahun tersebut merupakan penerimaan kas yang terbesar selama periode 2000-2005. Aktivitas investasi (investing) yang terjadi pada tahun 2005 menunjukkan angka yang yang lebih besar bila dibandingkan dengan tahun 2004. Sedangkan pada kuartal 1 tahun 2005 penerimaan kas dari aktivitas pendanaan (financing) menjadi sumber perolehan dana untuk membiayai pengeluaran kas pada aktivitas operasi (operating) dan aktivitas pendanaan (financing). Penerimaan kas dari aktivitas operasi (operating) merupakan penerimaan kas yang menunjukkan angka negatif pada tahun 2005. Pada kuartal ini terdapat
98
penambahan hutang bank jangka panjang sebesar Rp 110,836,512,000.00. Berikut adalah tampilan tabel net cash flow pada tahun 2005. Tabel 4.34 Net Cash Flow 2005 (dalam ribuan)
No
Net Cash from Operating Activities
Net Cash from Investing Activities
Net Cash from Financing Activities
2005 Q1 2005 Q2 2005 Q3 2005 Q4
(Rp17,234,137.00) Rp 115,223,064.00 Rp 212,742,960.00 Rp 219,863,657.00
(Rp 50,157,032.00) (Rp 89,064,524.00) (Rp 109,169,545.00) (Rp 192,032,954.00)
Rp 76,064,922.00 (Rp 8,333,951.00) (Rp 99,151,093.00) (Rp 24,038,177.00)
Net Cash Flow Rp 8,673,753.00 Rp 17,824,589.00 Rp 4,422,322.00 Rp 3,792,526.00
Pada kuartal 2 tahun 2005, keadaan net cash flow perusahaan menunjukkan angka yang positif, dimana penerimaan kas pelanggan melebihi jumlah pembayaran kepada pemasok. Pada kuartal tersebut kas yang diperoleh dari aktivitas operasi (operating) digunakan untuk menutupi pengeluaran kas yang berasal dari aktivitas investasi (investing). Penambahan aktiva tetap yang terjadi pada kuartal 2 tahun 2005 menunjukkan jumlah sebesar sebesar Rp 69,485,032,000.00. Aktivitas pendanaan (financing) pada kuartal tersebut menunjukkan angka yang negatif. Hal tersebut terjadi karena penambahan hutang bank jangka panjang yang diperoleh perusahaan tidak mampu menutupi pembayaran hutang bank yang jatuh tempo dan pembayaran atas beban yang ditangguhkan. Sedangkan kondisi net cash flow pada kuartal 3 tahun 2005 masih menunjukkan angka yang positif, kegiatan penerimaan atau pengeluaran kas dari masing-masing aktivitas menunjukkan angka yang tidak jauh berbeda dengan kuartal 2 tahun 2005. Penerimaan kas dari aktivitas operasi (operating) menjadi sumber dana yang digunakan untuk menutupi pengeluaran pada aktivitas investasi (investing) dan aktivitas pendanaan (financing). Pembayaran hutang bank
99
jangka panjang, pembayaran hutang bank jatuh tempo dan pembayaran beban yang ditangguhkan diperoleh dari dana yang diterima dari aktivitas operasi (operating). Pada kuartal 4 tahun 2005 keadaan net cash flow menunjukkan angka yang positif, keadaan penerimaan atau pengeluaran kas dari aktivitas operasi (operating), investasi (investing), dan pendanaan (financing) tidak jauh berbeda dengan 3 tahun 2005, namun penambahan aktiva tetap lebih meningkat dibandingkan dengan kuartal 3 tahun 2005. Penambahan tersebut mengakibatkan arus kas bersih (net cash flow) yang terjadi lebih turun dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Arus kas bersih (net cash flow) yang terjadi pada tahun 2006 diawali dengan perolehan angka yang negatif. Pada kuartal 1 tahun 2006 perusahaan tidak melakukan penambahan pinjaman hutang bank, sebaliknya perusahaan melakukan pembayaran atas hutang yang sudah jatuh tempo. Meskipun penerimaan kas pada kuartal tersebut menunjukkan angka yang tinggi, namun penerimaan kas tersebut tidak mampu menutupi pengeluaran kas dari aktivitas investasi (investing) dan pendanaan (financing). Berikut adalah tampilan tabel net cash flow pada tahun 2006. Tabel 4.35 Net Cash Flow 2006 (dalam ribuan)
No
Net Cash from Operating Activities
Net Cash from Investing Activities
Net Cash from Financing Activities
Net Cash Flow
2006 Q1 2006 Q2 2006 Q3 2006 Q4
Rp 182,311,422.00 Rp 128,407,681.00 Rp 280,461,668.00 Rp 364,180,938.00
(Rp 63,177,067.00) (Rp 126,041,179.00) (Rp 192,750,108.00) (Rp 436,203,300.00)
(Rp 119,986,784.00) Rp 1,164,009.00 Rp 148,692,357.00 Rp 203,114,480.00
(Rp 852,429.00) Rp 3,530,511.00 Rp 236,403,917.00 Rp 131,092,118.00
Pada kuartal 2 tahun 2006 kegiatan pada masing-masing aktivitas kurang lebih tidak jauh berbeda dengan kuartal 1 tahun 2006. Namun pada kuartal ini net cash flow perusahaan sudah menunjukkan angka yang positif. Pembayaran hutang bank yang
100
sudah jatuh tempo sudah berkurang dibandingkan dengan kuartal 1 tahun 2006. Pada periode ini terdapat pinjaman hutang bank jangka pendek sebesar Rp 87,790,103,000.00. Penambahan aktiva tetap pada kuartal ini menunjukkan angka yang lebih besar daripada periode sebelumnya. Selain dari penambahan aktiva tetap, penerimaan kas yang diterima dari pelanggan juga menunjukkan angka yang meningkat jika dibandingkan dengan kuartal 2 tahun 2006. Keadaan net cash flow pada kuartal 3 tahun 2006 merupakan keadaan yang paling menunjukkan angka positif selama periode 2000-2006. Hal ini disebabkan karena adanya penerimaan kas dari aktivitas operasi (operating) dua kali lebih besar dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Pada kuartal ini, penerimaan kas dari aktivitas pendanaan (financing) mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena adanya penerimaan dari penawaran umum terbatas. Arus kas bersih (net cash flow) pada kurtal 4 tahun 2006 kurang lebih tidak jauh berbeda dengan kuartal sebelumnya. Penerimaan kas dari aktivitas operasi (operating) menghasilkan angka yang tertinggi pada tahun tersebut. Penerimaan yang diperoleh dari pelanggan melebihi pembayaran yang seharusnya dilakukan. Penambahan aktiva tetap merupakan penambahan yang paling tinggi selama periode 2000-2006. Aktivitas investasi (investing) yang dilakukan menunjukkan angka tertinggi selama periode 20002006. Pada kuartal 4 tahun 2006 aktivitas pendanaan (financing) menunjukkan angka yang lebih tinggi daripada kuartal 5 tahun 2006. Pada kuartal 1 tahun 2007 keadaan net cash flow menunjukkan angka yang positif, meskipun aktivitas pendanaan (financing) dan aktivitas investasi (investing) menunjukkan angka yang negatif. Pengeluaran kas yang terjadi pada aktivitas pendanaan (financing) disebabkan oleh pembayaran hutang bank yang sudah jatuh tempo dan 101
pembayaran beban bunga. Sedangkan kondisi net cash flow pada kuartal 2 tahun 2007 kurang lebih tidak jauh berbeda dengan kuartal sebelumnya, di mana net cash flow masih menunjukkan angka yang positif. Selain itu, pengeluaran kas yang terjadi pada aktivitas investasi (investing) ditutupi dengan penerimaan kas yang diperoleh dari aktivitas operasi (operating) dan aktivitas pendanaan (financing). Penambahan aktiva tetap pada periode ini cenderung menurun bila dibandingkan dengan periode sebelumnya. Penerimaan kas dari aktivitas operasi (operating) juga menunjukkan penurunan bila dibandingkan dengan periode sebelumnya. Berikut adalah tampilan tabel net cash flow pada tahun 2007. Tabel 4.36 Net Cash Flow 2007 (dalam ribuan)
No
Net Cash from Operating Activities
Net Cash from Investing Activities
Net Cash from Financing Activities
Net Cash Flow
2007 Q1 2007 Q2 2007 Q3 2007 Q4
Rp 241,969,263.00 Rp 110,756,679.00 Rp 465,509,459.00 (Rp 55,829,318.00)
(Rp 70,866,745.00) (Rp 59,755,419.00) (Rp 230,171,357.00) (Rp 81,879,456.00)
(Rp 92,568,647.00) Rp 22,975,896.00 (Rp 122,018,177.00) Rp 205,970,531.00
Rp 78,533,871.00 Rp 73,977,156.00 Rp 113,319,925.00 Rp 68,261,757.00
Arus kas bersih (net cash flow) pada kuartal 3 tahun 2007 kurang lebih tidak jauh berbeda dengan kuartal 2 tahu 2007. Penerimaan kas yang diperoleh dari aktivitas operasi (operating) merupakan penerimaan kas yang tertinggi selama tahun tersebut, pada kuartal tersebut terdapat pembayaran hutang obligasi yang jatuh tempo. Sedangkan pada aktivitas pendanaan (financing) terdapat penambahan hutang bank jangka panjang, penambahan tersebut digunakan perusahaan untuk melunasi hutang obligasi yang jatuh tempo. Keadaan net cash flow pada kuartal 4 tahun 2007 menunjukkan angka yang positif. Pada kuartal ini penerimaan kas dari aktivitas operasi (operating) dan aktivitas
102
investasi (investing) menunjukkan angka yang negatif, namun hal ini bisa ditutupi dengan penerimaan dari kas yang berasal dari aktivitas pendanaan (financing). Adanya penerimaan hutang bank jangka panjang sebesar Rp 563,526,139,000.00 merupakan pinjaman hutang bank jangka panjang yang paling besar selama periode 2000-2007. Pada tahun 2008 penulis hanya mampu menganalisis keadaan arus kas bersih (net cash flow) sampai pada kuartal 2. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan data yang diperoleh selama proses riset berlangsung. Pada kuartal 1 tahun 2008, keadaan net cash flow perusahaan menunjukkan angka yang negatif. Hal ini terjadi juga pada tahun 2001,2002, 2003, kuartal 1 tahun 2004 dan kuartal 1 tahun 2006. Berikut adalah tampilan tabel net cash flow pada tahun 2008. Tabel 4.37 Net Cash Flow 2008 (dalam ribuan)
No
Net Cash from Operating Activities
Net Cash from Investing Activities
2008 Q1 2008 Q2
Rp 97,690,538.00 Rp 144,869,704.00
(Rp 63,935,643.00) (Rp 121,632,130.00)
Net Cash from Financing Activities (Rp 57,023,531.00) (Rp 60,933,046.00)
Net Cash Flow (Rp 23,268,636.00) (Rp 37,695,472.00)
Penerimaan kas dari aktivitas operasi (operating) tidak mampu menutupi pengeluaran kas yang terjadi pada aktivitas investasi (investing) dan aktivitas pendanaan (financing). Adanya pembayaran hutang bank yang sudah jatuh tempo menjadi salah satu penyebab aktivitas pendanaan (financing) menunjukkan angka yang negatif. Sedangkan pada kuartal 2 tahun 2008, keadaan net cash flow perusahaan juga kurang lebih tidak jauh berbeda dengan kuartal sebelumnya. Berikut adalah grafik arus kas dari masing-masing aktivitas secara keseluruhan.
103
Rp500,000.00
Rupiah
Millions
Rp600,000.00
Net Cash from Activities Operating Activities Investing Activities Financing Activities
Rp400,000.00 Rp300,000.00 Rp200,000.00 Rp100,000.00
2008 Q1
2007 Q3
2007 Q1
2006 Q3
2006 Q1
2005 Q3
2005 Q1
2004 Q3
2004 Q1
2003 Q3
2003 Q1
2002 Q3
2002 Q1
2001 Q3
(Rp300,000.00)
2001 Q1
(Rp200,000.00)
2000 Q3
(Rp100,000.00)
2000 Q1
Rp0.00
(Rp400,000.00) (Rp500,000.00) Periode
Gambar 4.8 Net Cash from Activities Agar dapat menganalisis peluang atau risiko pada PT Tunas Baru Lampung Tbk maka analisis terhadap net cash flow perusahaan harus dibandingkan dengan analisis debt to equity ratio (DER) dan total assets turnover (TATO). Tabel di bawah ini adalah hasil perhitungan debt to equity ratio (DER) pada PT Tunas Baru Lampung Tbk. Tabel 4.38 Debt to Equity Ratio (DER) Year 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Total Liabilities Rp 488,559,329.00 Rp 497,860,317.00 Rp 541,524,438.00 Rp 648,645,786.00 Rp 840,285,468.00 Rp 938,257,268.00 Rp 1,183,409,316.00 Rp 1,518,219,189.00 Rp 1,698,277,804.00
Total Stockholder's Equity Rp 408,101,273.00 Rp 401,665,559.00 Rp 479,665,927.00 Rp 502,209,691.00 Rp 510,587,539.00 Rp 511,960,250.00 Rp 864,441,083.00 Rp 934,959,637.00 Rp 1,177,115,610.00
DER 1.20 1.24 1.13 1.29 1.65 1.83 1.37 1.62 1.44
104
Tabel 4.39 Total Assets Turnover (TATO) Year 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Total Sales Rp 666,675,546.00 Rp 614,997,703.00 Rp 626,648,673.00 Rp 715,576,441.00 Rp 1,191,009,913.00 Rp 1,220,635,658.00 Rp 1,193,998,873.00 Rp 1,844,206,985.00 Rp 2,498,443,812.00
Total Assets
TATO
Rp 935,029,142.00 Rp 936,636,766.00 Rp 1,021,667,855.00 Rp 1,151,280,525.00 Rp 1,352,091,974.00 Rp 1,451,438,727.00 Rp 2,049,162,958.00 Rp 2,457,120,118.00 Rp 2,880,647,337.00
71.30% 65.66% 61.34% 62.15% 88.09% 84.10% 58.27% 75.06% 86.73%
Jika data kedua tabel di atas dijadikan grafik, maka akan memberikan hasil seperti gambar di bawah ini.
Gambar 4.9 Perbandingan DER dan TATO Pada grafik perbandingan di atas dapat dilihat bahwa PT Tunas Baru Lampung Tbk. mengalami dua kondisi yang tidak lazim. Kondisi yang pertama terjadi pada tahun 2001, di mana nilai debt to equity ratio (DER) menunjukkan trend yang meningkat apabila dibandingkan dengan tahun 2000. Hal ini menggambarkan bahwa perusahaan memperolehan tambahan dana untuk meningkatkan kegiatan investasi, sedangkan pada
105
tahun 2001, nilai total asset turnover (TATO) yang diperoleh perusahaan menunjukkan trend yang menurun. Hal ini menunjukkan kondisi yang tidak normal, dana yang diperoleh oleh perusahaan meningkat akan tetapi investasi yang dilakukan mengalami penurunan. Kondisi ini mengindikasikan bahwa perusahaan mengunakan dana pinjaman yang diperoleh untuk melakukan pembayaran atas pengeluaran lain (bukan investasi). Jika dilihat pada kondisi yang sebenarnya, perusahaan tidak membagikan dividend pada tahun 2001. Maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan menggunakan dana pinjaman yang diperoleh untuk melakukan pembayaran hutang yang jatuh tempo atau pengeluaran lain-lain. Peningkatan jumlah hutang PT Tunas Baru Lampung Tbk dapat dilihat pada data lampiran 3 Laporan Keuangan tahun 2001. Kondisi tidak lazim yang kedua terjadi pada tahun 2005, nilai debt to equity ratio (DER) yang diperoleh perusahaan menunjukkan trend yang meningkat apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun pada tahun ini aktivitas investasi yang dilakukan oleh perusahaan cenderung menunjukkan hal yang sebaliknya, aktivitas investasi mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan tahun 2004. Penurunan ini tercermin pada nilai total asset turnover (TATO) yang lebih kecil. Hal ini mengindikasikan dana yang diterima oleh perusahaan untuk melakukan aktivitas investasi dengan semestinya hanya digunakan perusahaan untuk membiayai pengeluaran lain, Pada tahun 2005, perusahaan melakukan aktivitas pemberian dividend per share, namun pembayaran dividend per share yang dilakukan oleh perusahaan menunjukkan taraf yang wajar. Hal ini dapat terlihat pada penurunan nilai dividend per share yang diberikan oleh perusahaan,. Pada tahun 2004 perusahaan memberikan dividend per share sebesar Rp 3.00 per lembar, namun pada tahun 2005 perusahaan memberikan 106
dividend per share yang lebih kecil daripada tahun 2004 yaitu Rp 0.79. Hal ini mengindikasikan perusahaan tidak menunjukkan tanda-tanda bangkrut, karena dividend per share yang dibayarkan oleh perusahaan masih menunjukkan nilai yang normal dan sesuai dengan kondisi keuangan perusahaan yang sedang mengalami penurunan. Maka pada tahun ini, dana yang diperoleh perusahaan dari pinjaman digunakan kembali oleh perusahaan untuk membayar hutang yang sudah jatuh tempo. Peningkatan jumlah hutang PT Tunas Baru Lampung Tbk dapat dilihat pada data lampiran 5 Laporan Keuangan tahun 2005. Namun tidak semua kondisi financing dan investing yang dialami oleh PT Tunas Baru Lampung Tbk memiliki kondisi yang tidak lazim. Perusahaan juga mengalami kondisi yang normal pada tahun 2002,2003, 2004,2006 dan 2007. Oleh sebab itu, penulis menarik kesimpulan bahwa investasi pada PT Tunas Baru Lampung Tbk .memiliki nilai peluang yang baik, meskipun terdapat kondisi yang tidak lazim pada tahun 2001 dan 2005. IV.3.3 Earnings Per Share pada PT Tunas Baru Lampung Tbk Penulis memakai earnings per share (EPS) yang diambil dari laporan keuangan pada setiap kuartal. Earnings per share (EPS) mencerminkan tingkat pendapatan yang terdapat pada satu lembar saham, namun dalam melakukan identifikasi terhadap earnings per share (EPS) penulis juga melakukan perbandingan dengan price earnings ratio (PER), dengan melakukan perbandingan tersebut kondisi atau perkembangan perusahaan dapat terlihat. Jika earnings per share (EPS) yang dihasilkan oleh perusahaan mengalami peningkatan, maka hal tersebut akan berdampak baik terhadap price earnings ratio (PER)
perusahaan, price earnings ratio (PER) merupakan
cerminan dari harga saham yang dihitung berdasarkan satuan kali pendapatan per lembar 107
saham. Pada kuartal 1 tahun 2000, perusahaan memiliki earnings per share (EPS) sebesar Rp 29/lembar saham. Nilai earnings per share (EPS) pada kuartal 1 tahun 2000 merupakan nilai tertinggi selama tahun 2000. Pada kuartal 1 tahun 2000 perusahaan juga memiliki nilai price earnings ratio yang paling baik di antara kuartal yang lainnya. Nilai price earnings ratio (PER) yang diperoleh perusahaan menunjukkan angka sebesar 66 kali. Hal ini berarti harga saham setara dengan 66 kali besarnya pendapatan per lembar saham atau dengan kata lain break even point (BEP) investasi pada saham memerlukan waktu 66 kuartal agar bisa mengembalikan modal yang telah dikeluarkan. Jumlah saham yang beredar pada tahun 2000 menunjukkan angka sebesar 340,385,000 lembar. Tingginya earnings per share (EPS) perusahaan disebabkan oleh jumlah net income perusahaan pada kuartal 1 merupakan jumlah net income terbesar selama tahun 2000. Berikut adalah tampilan tabel earnings per share (EPS) dan price earnings ratio (PER) pada tahun 2000. Tabel 4.40 EPS dan PER tahun 2000 (Quarterly) No 2000 Q1 2000 Q2 2000 Q3 2000 Q4
EPS Rp 29.00 Rp 14.00 Rp 16.00 Rp 5.00
PER 66 136 118 370
Stock Price Rp 1,900.00 Rp 1,900.00 Rp 1,890.00 Rp 1,850.00
Pada kuartal 2 tahun 2000, earnings per share (EPS) yang diperoleh perusahaan mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan kuartal 1 tahun 2000. Hal ini disebabkan oleh net income perusahaan pada kuartal 2 tahun 2000 tidak lebih besar daripada kuartal 1 tahun 2000. Earnings per share (EPS) pada kuartal 2 tahun 2000 menunjukkan jumlah sebesar Rp 14/lembar saham. Pada kuartal ini, perusahaan memiliki price earnings ratio yang lebih rendah daripada kuartal sebelumnya, di mana
108
perusahaan memperoleh price earnings ratio (PER) sebesar 136 kali. Hal ini berarti harga saham setara dengan 136 kali besarnya pendapatan per lembar saham atau dengan kata lain break even point (BEP) investasi pada saham itu perlu waktu 136 kuartal agar bisa mengembalikan dana investasi yang telah dikeluarkan. Pada kuartal 3 tahun 2000, perusahaan mengalami peningkatan pada nilai earnings per share (EPS), yaitu sebesar Rp 16/lembar saham. Apabila dibandingkan dengan kuartal 2 tahun 2000, price earnings ratio (PER) pada kuartal 3 tahun 2000 menunjukkan peningkatan yang lebih baik, yaitu sebesar 118 kali, hal ini berarti harga saham setara dengan 118 kali besarnya pendapatan per lembar saham atau dengan kata lain break even point (BEP) investasi pada saham itu perlu waktu 118 kuartal agar bisa mengembalikan dana investasi yang telah dikeluarkan. Price earnings ratio (PER) yang semakin kecil, menunjukkan hal yang positif. Pada kuartal 4 tahun 2000, net income yang diperoleh perusahaan lebih kecil daripada kuartal sebelumnya. Pada kuartal 4 tahun 2000, perusahaan memperoleh earnings per share (EPS) dengan nilai yang paling rendah selama tahun 2000. Earnings per share (EPS) yang diperoleh perusahaan sebesar Rp 5/lembar saham dan price earnings ratio (PER) yang diperoleh perusahaan menghasilkan nilai yang lebih buruk dari kuartal 3 tahun 2000. Price earnings ratio (PER) perusahaan menunjukkan angka sebesar 370 kali, artinya harga saham setara dengan 370 kali besarnya pendapatan per lembar saham atau dengan kata lain break even point (BEP) investasi pada saham itu perlu waktu 370 kuartal agar bisa mengembalikan dana investasi yang telah dikeluarkan. Pada tahun 2001, perusahaan mengalami nilai earnings per share (EPS) yang naik turun. Earnings per share (EPS) perusahaan mengalami nilai positif hanya pada kuartal 3 tahun 2001, sedangkan pada kuartal 1,2, dan 4 tahun 2001 perusahaan 109
mengalami nilai yang negatif. Hal ini disebabkan oleh perolehan net income yang negatif. Berikut adalah tampilan tabel earnings per share (EPS) dan price earnings ratio (PER) pada tahun 2001. Tabel 4.41 EPS dan PER tahun 2001 (Quarterly) No 2001 Q1 2001 Q2 2001 Q3 2001 Q4
EPS (Rp 39) (Rp 97) Rp 43.00 (Rp 5.00)
PER (35) (13) 28 (216)
Stock Price Rp 1,350.00 Rp 1,250.00 Rp 1,200.00 Rp 1,080.00
Pada kuartal 1 tahun 2001, perusahaan memiliki nilai earnings per share (EPS) sebesar –Rp 39/lembar saham. Hal ini berarti 1 lembar saham yang dimiliki oleh investor menanggung kerugian perusahaan sebesar Rp 39. Oleh sebab itu, karena nilai earnings per share (EPS) yang diperoleh perusahaan mengalami nilai minus, maka price earnings ratio (PER) tidak bisa diartikan sebagai harga saham yang setara dengan berapa kali pendapatan per lembar sahamnya. Investor yang membeli saham tersebut dianggap sebagai penutup kerugian yang sedang dialami oleh perusahaan. Pada kuartal 2 tahun 2001, perusahan juga masih mengalami hal yang sama seperti kuartal 1 tahun 2001. Keadaan pada kuartal 2 lebih rendah jika dibandingkan dengan kuartal 1 tahun 2001, perusahaan memiliki earnings per share (EPS) sebesar – Rp 97/lembar saham. Hal ini berarti setiap 1 lembar saham yang dimiliki oleh investor mengandung kerugian sebesar Rp 97. Earnings per share (EPS) yang negatif ini menyebabkan perhitungan price earnings ratio (PER) menjadi negatif pula. Oleh sebab itu price earnings ratio (PER) tidak bisa diartikan sebagai harga saham yang setara dengan berapa kali pendapatan per lembar sahamnya. Investor yang membeli saham tersebut dianggap sebagai penutup kerugian yang sedang dialami oleh perusahaan.
110
Pada kuartal 3 tahun 2001, perusahaan mengalami hal yang berbeda jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Earnings per share (EPS) yang diperoleh perusahaan mengalami nilai yang positif, yaitu sebesar Rp 43/lembar saham. Price earnings ratio (PER) yang diperoleh perusahaan menghasilkan nilai yang lebih baik daripada kuartal 2 tahun 2001, yaitu sebesar 28 kali. Hal ini berarti harga saham setara dengan 31 kali besarnya pendapatan per lembar saham atau dengan kata lain break even point (BEP) investasi pada saham itu perlu waktu 28 kuartal agar bisa mengembalikan dana investasi yang telah dikeluarkan. Pada kuartal 4 tahun 2001, perusahaan mengalami nilai earnings per share (EPS) yang negatif. Kondisi yang terjadi pada kuartal 4 tahun 2001 adalah kondisi yang sama seperi kuartal 1 tahun 2001dan 2 tahun 2001. Perusahaan memiliki earnings per share (EPS) sebesar –Rp 5/lembar saham. Hal ini berarti setiap 1 lembar saham yang dimiliki oleh investor mengandung kerugian sebesar Rp 5. Earnings per share (EPS) yang negatif ini menyebabkan perhitungan price earnings ratio (PER) menjadi negatif pula. Oleh sebab itu price earnings ratio (PER) tidak bisa diartikan sebagai harga saham yang setara dengan berapa kali pendapatan per lembar sahamnya. Investor yang membeli saham tersebut dianggap sebagai penutup kerugian yang sedang dialami oleh perusahaan. Pada tahun 2002, keadaan earnings per share (EPS) perusahaan mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh tingginya net income yang diterima. Pada kuartal 1 tahun 2002, perusahaan memiliki earnings per share (EPS) yang paling rendah selama tahun 2002, yaitu sebesar Rp 14/lembar saham. Hal ini berarti setiap 1 lembar yang dimiliki oleh investor memiliki keuntungan sebesar Rp 14. Sedangkan price earnings ratio (PER) yang diperoleh perusahaan menunjukkan angka sebesar kali. Hal ini berarti harga saham setara dengan 21 kali besarnya pendapatan per lembar saham atau dengan 111
kata lain break event point (BEP) investasi pada saham itu perlu waktu 21 kuartal agar bisa mengembalikan dana investasi yang telah dikeluarkan. Berikut adalah tampilan tabel earnings per share (EPS) dan price earnings ratio (PER) pada tahun 2002. Tabel 4.42 EPS dan PER tahun 2002 (Quarterly) No 2002 Q1 2002 Q2 2002 Q3 2002 Q4
EPS Rp 14.00 Rp 29.00 Rp 32.00 Rp 27
PER 21 9 5 6
Stock Price Rp 295.00 Rp 250.00 Rp 165.00 Rp 150.00
Pada kuartal 2 tahun 2002, perusahaan mengalami kondisi yang lebih baik. Hal ini disebabkan kondisi net income perusahaan mengalami trend yang meningkat bila dibandingkan dengan kuartal 1 tahun 2002. Pada kuartal 2 tahun 2002, earnings per share (EPS) yang dimiliki oleh perusahaan menunjukkan angka sebesar Rp 29. Hal ini berarti setiap lembar saham yang dimiliki oleh investor memiliki keuntungan sebesar Rp 29. Sedangkan price earnings ratio (PER) juga menunjukkan trend yang meningkat bila dibandingkan dengan kuartal 1 tahun 2002. Price earnings ratio (PER) menunjukkan angka sebanyak 9 kali. Hal ini berarti harga saham setara dengan 9 kali besarnya pendapatan per lembar saham atau dengan kata lain break even point (BEP) investasi pada saham tersebut memerlukan waktu 9 kuartal agar bisa mengembalikan dana investasi yang telah dikeluarkan. Pada kuartal 3 tahun 2002, kondisi earnings per share (EPS) yang dialami perusahaan mengalami trend yang meningkat apabila dibandingkan dengan kuartal 2 tahun 2002. Pada kuartal 3 tahun 2002, perusahaan memiliki earnings per share (EPS) sebesar Rp 32/lembar saham. Hal ini berarti setiap 1 lembar saham yang dimiliki oleh investor memiliki keuntungan sebesar Rp 32. Sedangkan pada kuartal 3 tahun 2002,
112
perusahaan memperoleh price earnings ratio (PER) yang lebih baik jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Price earnings ratio (PER) yang dialami perusahaan menunjukkan angka sebesar 5 kali. Hal ini berarti harga saham setara dengan 5 kali besarnya pendapatan per lembar saham atau dengan kata lain break even point (BEP) investasi pada saham tersebut memerlukan waktu 5 kuartal agar bisa mengembalikan dana investasi yang telah dikeluarkan. Pada kuartal 4 tahun 2002, earnings per share (EPS) perusahaan menunjukkan trend yang menurun, di mana perusahaan memperoleh earnings per share (EPS) sebesar Rp 27/lembar saham. Hal ini berarti setiap 1 lembar saham yang dimiliki oleh investor memiliki keuntungan sebesar Rp 27. Namun price earnings ratio (PER) yang dimiliki perusahaan menunjukkan trend yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kuartal 3 tahun 2002, karena pada kuartal ini harga saham mengalami penurunan. Oleh sebab itu earnings per share (EPS) yang tinggi mengakibatkan price earnings ratio (PER) menjadi lebih baik. Pada kuartal 4 tahun 2002, perusahaan memperoleh price earnings ratio (PER) sebanyak 6 kali. Hal ini berarti harga saham setara dengan 6 kali besarnya pendapatan per lembar saham atau dengan kata lain break even point (BEP) investasi pada saham tersebut memerlukan waktu 6 kuartal agar bisa mengembalikan dana investasi yang telah dikeluarkan. Pada tahun 2003 terdapat perbedaan jumlah saham yang beredar, di mana pada kuartal 1 dan 2 jumlah saham yang beredar adalah 1,538,464,000 lembar, sedangkan pada kuartal 3 dan 4 jumlah saham yang beredar mencapai 1,615,387,200 lembar. Hal ini menyebabkan earnings per share (EPS) menurun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berikut adalah tampilan tabel earnings per share (EPS) dan price earnings ratio (PER) pada tahun 2003. 113
Tabel 4.43 EPS dan PER tahun 2003 (Quarterly) No 2003 Q1 2003 Q2 2003 Q3 2003 Q4
EPS Rp 4.00 Rp 12.00 Rp 13.00 Rp 16.00
PER
Stock Price
36 33 38 30
Rp 145.00 Rp 390.00 Rp 495.00 Rp 480.00
Pada kuartal 1 tahun 2003, perusahaan memiliki nilai earnings per share (EPS) terendah selama tahun 2003. Oleh sebab itu, dampak rendahnya earnings per share (EPS) perusahaan mengakibatkan semakin besarnya price earnings ratio (PER) yang diperoleh perusahaan. Price earnings ratio (PER) yang diperoleh oleh perusahaan sebanyak 36 kali. Hal ini berarti harga saham setara dengan 36 kali besarnya pendapatan per lembar saham atau dengan kata lain break even point (BEP) investasi pada saham tersebut memerlukan waktu 36 kuartal agar bisa mengembalikan dana investasi yang telah dikeluarkan. Sedangkan pada kuartal 2 tahun 2003, kondisi earnings per share (EPS) perusahaan mengalami peningkatan yang lebih baik. Earnings per share (EPS) perusahaan menunjukkan jumlah sebesar Rp 12/lembar saham. Oleh sebab itu, peningkatan earnings per share (EPS) perusahaan membawa dampak yang baik pula terhadap nilai price earnings ratio (PER) perusahaan. Pada kuartal 2 tahun 2003, price earnings ratio (PER) menunjukkan angka sebanyak 33 kali. Hal ini berarti harga saham setara dengan 33 kali besarnya pendapatan per lembar saham atau dengan kata lain break even point (BEP) investasi pada saham tersebut memerlukan waktu 33 kuartal agar bisa mengembalikan dana investasi yang telah dikeluarkan. Pada kuartal 3 tahun 2003, perusahaan memiliki earnings per share (EPS) yang lebih baik daripada kuartal 2 tahun 2002. Kondisi earnings per share (EPS) menunjukkan jumlah sebesar Rp 13/lembar saham. Hal ini berarti setiap 1 lembar saham
114
yang dimiliki oleh investor memiliki keuntungan sebesar Rp 13. Pada kuartal 3 tahun 2003, price earnings ratio (PER) menunjukkan jumlah sebesar 38 kali. Hal ini berarti harga saham setara dengan 38 kali besarnya pendapatan per lembar saham atau dengan kata lain break even point (BEP) investasi pada saham tersebut memerlukan waktu 38 kuartal agar bisa mengembalikan dana investasi yang telah dikeluarkan. Pada kuartal 4 tahun 2003, peningkatan earnings per share (EPS) membawa pengaruh pula pada price earnings ratio (PER) yang dialami perusahaan. Pada kuartal 4 tahun 2003 kondisi harga saham juga menunjukkan trend penurunan. Oleh sebab itu, hal ini mengakibatkan nilai price earnings ratio (PER) perusahaan menunjukkan trend peningkatan. Earnings per share (EPS) perusahaan menunjukkan angka sebesar Rp 16/lembar saham. Hal ini berarti setiap 1 lembar saham yang dimiliki oleh perusahaan memiliki keuntungan sebesar Rp 16. Price earnings ratio (PER) pada kuartal 4 tahun 2003 menunjukkan angka sebesar 30 kali, yang hal ini berarti harga saham setara dengan 30 kali besarnya pendapatan per lembar saham atau dengan kata lain break even point (BEP) investasi pada saham tersebut memerlukan waktu 30 kuartal agar bisa mengembalikan dana investasi yang telah dikeluarkan. Pada tahun 2004, kondisi earnings per share (EPS) perusahaan mengalami pasang surut, di mana pada kuartal 2 tahun 2004 dan 4 tahun 2004 nilai dari earnings per share (EPS) perusahaan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh menurunnya net income yang diperoleh oleh perusahaan. Berikut adalah tampilan tabel earnings per share (EPS) dan price earnings ratio (PER) pada tahun 2004.
115
Tabel 4.44 EPS dan PER tahun 2004 (Quarterly) No 2004 Q1 2004 Q2 2004 Q3 2004 Q4
EPS Rp 12.00 Rp 4.00 Rp 16.00 Rp 10.19
PER 14 40 12 23
Stock Price Rp 170.00 Rp 160.00 Rp 190.00 Rp 230.00
Pada kuartal 1 tahun 2004, perusahaan memperoleh earnings per share (EPS) perusahaan sebesar Rp 12/lembar, yang berarti setiap 1 lembar saham yang dimiliki oleh investor memiliki keuntungan sebesar Rp 12. Price earnings ratio (PER) menunjukkan jumlah sebesar 14 kali. Hal ini berarti harga saham setara dengan 14 kali besarnya pendapatan per lembar saham atau dengan kata lain break even point (BEP) investasi pada saham tersebut memerlukan waktu 14 kuartal agar bisa mengembalikan dana investasi yang telah dikeluarkan. Sedangkan pada kuartal 2 tahun 2004, kondisi earnings per share (EPS) dan price earnings ratio (PER) mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan kuartal 1 tahun 2004. Hal ini disebabkan net income yang diterima oleh perusahaan tidak sebesar net income pada kuartal 1 tahun 2004. Pada kuartal 2 tahun 2004, perusahaan memiliki nilai earnings per share sebesar Rp 4/lembar saham, yang berarti setiap 1 lembar saham yang dimiliki oleh investor memiliki keuntungan sebesar Rp 4/lembar saham. Selain itu, price earnings ratio (PER) yang dimiliki oleh perusahaan menunjukkan jumlah sebesar 40 kali. Hal ini berarti harga saham setara dengan 40 kali besarnya pendapatan per lembar saham atau dengan kata lain break even point (BEP) investasi pada saham tersebut memerlukan waktu 40 kuartal agar bisa mengembalikan dana investasi yang telah dikeluarkan. Pada kuartal 3 tahun 2004, earnings per share (EPS) yang diperoleh perusahaan merupakan nilai yang tertinggi di tahun 2004, price earnings ratio (PER) yang terjadi
116
pada tahun ini juga merupakan kondisi yang terbaik pada tahun 2004. Pada kuartal ini perusahaan memperoleh jumlah earnings per share (EPS) sebesar Rp16/lembar saham, yang berarti setiap 1 lembar saham yang dimiliki oleh investor memiliki keuntungan sebesar Rp16. Price earnings ratio (PER) yang dimiliki oleh perusahaan menunjukkan angka sebesar 12 kali. Hal ini berarti harga saham setara dengan 12 kali besarnya pendapatan per lembar saham atau dengan kata lain break event point (BEP) investasi pada saham tersebut memerlukan waktu 12 kuartal agar bisa mengembalikan dana investasi yang telah dikeluarkan. Pada kuartal 4 tahun 2004, perusahaan tidak memiliki earnings per share (EPS) sebesar kuartal 3 tahun 2004, perusahaan memperoleh earnings per share (EPS) sebesar Rp 10.19/lembar saham. Hal ini berarti setiap 1 lembar saham yang dimiliki oleh investor memiliki keuntungan sebesar Rp 10.19. Sedangkan nilai price earnings ratio (PER) yang dimiliki oleh perusahaan menunjukkan angka sebesar 23 kali, yang berarti harga saham setara dengan 23 kali besarnya pendapatan per lembar saham atau dengan kata lain break even point (BEP) investasi pada saham tersebut memerlukan waktu 23 kuartal agar bisa mengembalikan dana investasi yang telah dikeluarkan. Pada tahun 2005, perusahaan memiliki earnings per share (EPS) yang rendah. Hal ini disebabkan net income perusahaan yang menunjukkan trend yang menurun apabila dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Jumlah saham yang beredar pada tahun menunjukkan jumlah yang sama dengan tahun sebelumnya, yaitu 1,615,387,200. Berikut adalah tampilan tabel earnings per share (EPS) dan price earnings ratio (PER) pada tahun 2005.
117
Tabel 4.45 EPS dan PER tahun 2005 (Quarterly) No 2005 Q1 2005 Q2 2005 Q3 2005 Q4
EPS Rp 1.00 Rp 1.00 Rp 0.3 Rp 3.85
PER
Stock Price
265 230 659 52
Rp 265.00 Rp 230.00 Rp 195.00 Rp 200.00
Pada kuartal 1 tahun 2005, perusahaan memiliki earnings per share (EPS) sebesar Rp 1/lembar saham. Hal ini berarti setiap 1 lembar saham yang dimiliki oleh investor memiliki keuntungan sebesar Rp1. Sedangkan price earnings ratio (PER) yang dimiliki oleh perusahaan menunjukkan angka sebesar 265 kali, yang berarti harga saham setara dengan 265 kali besarnya pendapatan per lembar saham atau dengan kata lain break even point (BEP) investasi pada saham tersebut memerlukan waktu 265 kuartal agar bisa mengembalikan dana investasi yang telah dikeluarkan. Pada kuartal 2 tahun 2005, perusahaan memiliki earnings per share (EPS) yang sama dengan kuartal 1 tahun 2005, yaitu sebesar Rp 1/lembar saham. Hal ini berarti setiap 1 lembar saham yang dimiliki oleh investor memiliki keuntungan sebesar Rp1. Sedangkan nilai price earnings ratio (PER) yang dimiliki oleh perusahaan menunjukkan angka sebesar 230 kali, yang berarti bahwa harga saham setara dengan 230 kali besarnya pendapatan per lembar saham atau dengan kata lain break even point (BEP) investasi pada saham tersebut memerlukan waktu 230 kuartal agar bisa mengembalikan dana investasi yang telah dikeluarkan. Pada kuartal 3 tahun 2005, perusahaan memiliki earnings per share (EPS) yang lebih rendah dibandingkan dengan kuartal 2 tahun 2005, yaitu sebesar Rp 0.3/lembar saham. Hal ini berarti setiap 1 lembar saham yang dimiliki oleh investor memiliki keuntungan sebesar Rp 0.3. Sedangkan nilai price earnings ratio (PER) yang dimiliki
118
oleh perusahaan menunjukkan angka sebesar 659 kali, yang berarti harga saham setara dengan 659 kali besarnya pendapatan per lembar saham atau dengan kata lain break even point (BEP) investasi pada saham tersebut memerlukan waktu 659 kuartal agar bisa mengembalikan dana investasi yang telah dikeluarkan. Pada kuartal 4 tahun 2005, perusahaan mengalami peningkatan yang lebih baik bila dibandingkan dengan kuartal 3 tahun 2005. Earnings per share (EPS) pada kuartal 4 tahun 2005 merupakan earnings per share (EPS) tertinggi selama tahun 2005. Pada kuartal ini, perusahaan memperoleh earnings per share (EPS) sebesar Rp 3.85/lembar saham. Hal ini berarti setiap 1 lembar saham yang dimiliki oleh investor memiliki keuntungan sebesar Rp3.85. Sedangkan nilai price earnings ratio (PER) yang dimiliki oleh perusahaan menunjukkan angka sebesar 52 kali, yang berarti harga saham setara dengan 52 kali besarnya pendapatan per lembar saham atau dengan kata lain break even point (BEP) investasi pada saham tersebut memerlukan waktu 52 kuartal agar bisa mengembalikan dana investasi yang telah dikeluarkan. Pada tahun 2006, kondisi earnings per share (EPS) dan price earnings ratio (PER) mengalami trend yang meningkat bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2006, peningkatan earnings per share (EPS) disebabkan oleh penerimaan net income perusahaan yang meningkat. Perusahaan memiliki jumlah saham yang beredar sebesar 1.615.387.200 lembar pada kuartal 1 tahun 2006, kuartal 2 tahun 2006 dan kuartal 3 tahun 2006, sedangkan pada kuartal 4 tahun 2006 perusahaan memiliki 4,124,206,046 lembar saham beredar. Berikut adalah tampilan tabel earnings per share (EPS) dan price earnings ratio (PER) pada tahun 2006.
119
Tabel 4.46 EPS dan PER tahun 2006 (Quarterly) No 2006 Q1 2006 Q2 2006 Q3 2006 Q4
EPS Rp15.00 Rp12.00 Rp24.00 Rp13
PER 15 13 6 19
Stock Price Rp220.00 Rp160.00 Rp155.00 Rp250.00
Pada kuartal 1 tahun 2006, perusahaan memiliki earnings per share (EPS) sebesar Rp 15/lembar saham. Hal ini berarti setiap 1 lembar saham yang dimiliki oleh investor memiliki keuntungan sebesar Rp 15. Sedangkan nilai price earnings ratio (PER) yang dimiliki oleh perusahaan menunjukkan angka sebesar 15 kali, yang berarti harga saham setara dengan 15 kali besarnya pendapatan per lembar saham atau dengan kata lain break even point (BEP) investasi pada saham tersebut memerlukan waktu 15 kuartal agar bisa mengembalikan dana investasi yang telah dikeluarkan. Pada kuartal 2 tahun 2006, perusahaan memiliki earnings per share (EPS) sebesar Rp 12/lembar saham. Hal ini berarti setiap 1 lembar saham yang dimiliki oleh investor memiliki keuntungan sebesar Rp 12. Apabila dibandingkan dengan kuartal 1 tahun 2006, maka earnings per share (EPS) yang dimiliki perusahaan mengalami trend yang menurun. Sedangkan nilai price earnings ratio (PER) yang dimiliki perusahaan menunjukkan trend yang meningkat bila dibandingkan dengan kuartal 1 tahun 2001. Hal ini disebabkan oleh harga saham yang menurun. Pada kuartal 2 tahun 2006, price earnings ratio (PER) yang diperoleh perusahaan menunjukkan angka sebesar 13 kali, yang berarti bahwa harga saham setara dengan 13 kali besarnya pendapatan per lembar saham atau dengan kata lain break even point (BEP) investasi pada saham tersebut memerlukan waktu 13 kuartal agar bisa mengembalikan dana investasi yang telah dikeluarkan.
120
Pada kuartal 3 tahun 2006, perusahaan memiliki earnings per share (EPS) yang meningkat bila dibandingkan dengan 2 tahun 2006. Perusahaan memiliki earnings per share (EPS) sebesar Rp 24/lembar saham. Hal ini berarti setiap 1 lembar saham yang dimiliki oleh investor memiliki keuntungan sebesar Rp 24. Sedangkan nilai price earnings ratio (PER) yang dimiliki oleh perusahaan menunjukkan trend yang meningkat apabila dibandingkan dengan kuartal 2 tahun 2006. Perusahaan memiliki nilai price earnings ratio (PER) sebesar 6 kali. Hal ini berarti harga saham setara dengan 6 kali besarnya pendapatan per lembar saham atau dengan kata lain break even point (BEP) investasi pada saham tersebut memerlukan waktu 6 kuartal agar bisa mengembalikan dana investasi yang telah dikeluarkan. Pada kuartal 4 tahun 2006, earnings per share (EPS) yang dimiliki perusahaan menunjukkan trend yang menurun apabila dibandingkan dengan kuartal 3 tahun 2006. Hal ini disebabkan oleh penurunan net income yang diperoleh oleh perusahaan. Nilai earnings per share (EPS) yang diperoleh perusahaan sebesar Rp 13/lembar saham, yang berarti bahwa
setiap 1 lembar saham yang dimiliki oleh investor mempunyai
keuntungan sebesar Rp 13. Sedangkan nilai price earnings ratio (PER) yang dimiliki perusahaan pada kuartal 4 tahun 2006 menunjukkan angka sebesar 19 kali. Hal ini berarti harga saham setara dengan 19 kali besarnya pendapatan per lembar saham atau dengan kata lain break even point (BEP) investasi pada saham tersebut memerlukan waktu 19 kuartal agar bisa mengembalikan dana investasi yang telah dikeluarkan. Pada tahun 2007, kondisi earnings per share (EPS) perusahaan menunjukkan trend yang menurun apabila dibandingkan dengan tahun 2006. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah saham yang beredar namun tidak diringi peningkatan yang setara oleh net income perusahaan. Pada tahun 2007, jumlah saham yang beredar mengalami 121
jumlah yang berbeda pada setiap kuartalnya. Pada kuartal 1 tahun 2007 jumlah saham yang beredar mencapai 4,124,217,629 lembar, sedangkan pada kuartal 2 tahun 2007 perusahaan memiliki jumlah saham yang beredar sebesar 4,149,117,961 lembar. Selanjutnya pada kuartal 3 tahun 2007 perusahaan memiliki 4,156,097,661 lembar saham yang beredar dan pada kuartal 4 tahun 2007 perusahaan memiliki 4,163,178,493 lembar saham yang beredar. Berikut adalah tampilan tabel earnings per share (EPS) dan price earnings ratio (PER) pada tahun 2007. Tabel 4.47 EPS dan PER tahun 2007 (Quarterly) No 2007 Q1 2007 Q2 2007 Q3 2007 Q4
EPS Rp1.00 Rp6.00 Rp13.00 Rp23
PER 315 93 42 27
Stock Price Rp315.00 Rp560.00 Rp540.00 Rp630.00
Pada kuartal 1 tahun 2007, perusahaan memperoleh earnings per share (EPS) terkecil dalam tahun 2007. Perusahaan memperoleh earnings per share (EPS) sebesar Rp 1/lembar saham. Hal ini berarti setiap 1 lembar saham yang dimiliki perusahaan memiliki keuntungan sebesar Rp 1. Sedangkan nilai price earnings ratio (PER) yang dimiliki perusahaan menunjukkan angka sebesar 315 kali. Bila dibandingkan dengan kuartal yang lainnya pada tahun 2007, maka price earnings ratio (PER) pada kuartal 1 tahun 2007 memiliki nilai yang lebih rendah. Pada kuartal 2 tahun 2007, perusahaan memiliki earnings per share (EPS) yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan 1 tahun 2007, yaitu sebesar Rp 6/lembar saham. Hal ini berarti setiap 1 lembar saham yang dimiliki oleh investor memiliki keuntungan sebesar Rp 6. Sedangkan nilai price earnings ratio (PER) yang dimiliki perusahaan menunjukkan angka sebesar 93 kali. Hal ini berarti harga saham setara dengan 93 kali
122
besarnya pendapatan per lembar saham atau dengan kata lain break even point (BEP) investasi pada saham tersebut memerlukan waktu 93 kuartal agar bisa mengembalikan dana investasi yang telah dikeluarkan. Pada kuartal 3 tahun 2007, earnings per share (EPS) yang diperoleh perusahaan menunjukkan trend yang meningkat apabila dibandingkan dengan kuartal 2 tahun 2007, di mana perusahaan memperoleh earnings per share (EPS) sebesar Rp 13/lembar saham. Hal ini berarti setiap 1 lembar saham yang dimiliki oleh investor memiliki keuntungan sebesar Rp 13. Sedangkan nilai price earnings ratio (PER) yang terjadi pada kuartal ini juga menunjukkan peningkatan yang positif bila dibandingkan dengan kuartal 2 tahun 2007. Pada kuartal ini, perusahaan memiliki price earnings ratio (PER) sebesar 42 kali. Pada kuartal 4 tahun 2007, perusahaan memiliki earnings per share (EPS) yang tertinggi selama tahun 2007. Price earnings ratio (PER) yag dimiliki oleh perusahaan juga menunjukkan trend yang meningkat apabila dibandingkan dengan kuartal 3 tahun 2007. Perusahaan memperoleh earnings per share (EPS) sebesar Rp 23/lembar saham. Hal ini berarti setiap 1 lembar saham yang dimiliki oleh investor memiliki keuntungan sebesar Rp 23. Sedangkan nilai price earnings ratio (PER) yang dialami oleh perusahaan menunjukkan angka sebesar 27 kali. Hal ini berarti harga saham setara dengan 27 kali besarnya pendapatan per lembar saham atau dengan kata lain break even point (BEP) investasi pada saham tersebut memerlukan waktu 27 kuartal agar bisa mengembalikan dana investasi yang telah dikeluarkan. Penulis hanya menganalisis kondisi earnings per share (EPS) dan price earnings ratio (PER) sampai dengan kuartal 2 tahun 2008. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan perolehan data. Pada kuartal 1 tahun 2008, earnings per share (EPS) yang dimiliki oleh perusahaan sebesar Rp 31/lembar saham. Hal ini berarti setiap 1 lembar harga saham 123
yang dimiliki oleh investor memiliki keuntungan sebesar Rp 31. Sedangakan nilai price earnings ratio (PER) yang terjadi pada kuartal ini menunjukkan angka sebesar 15 kali. Berikut adalah tampilan tabel earnings per share (EPS) dan price earnings ratio (PER) pada tahun 2008. Tabel 4.48 EPS dan PER tahun 2008 (Quarterly) No 2008 Q1 2008 Q2
EPS Rp31.00 Rp58.00
Pada kuartal 2 tahun 2008,
PER 15 12
Stock Price Rp460.00 Rp710.00
nilai earnings per share (EPS) yang diperoleh
perusahaan menunjukkan trend yang meningkat, earnings per share (EPS) yang diperoleh perusahaan sebesar Rp 58/lembar saham. Hal ini berarti setiap 1 lembar harga saham yang dimiliki oleh investor memiliki keuntungan sebesar Rp 58. Sedangkan nilai price earnings ratio (PER) yang terjadi pada kuartal ini juga menunjukkan peningkatan yang positif jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Pada kuartal ini, perusahaan memiliki price earnings ratio (PER) sebesar 12 kali. Hal ini berarti harga saham setara dengan 12 kali besarnya pendapatan per lembar saham atau dengan kata lain break even point (BEP) investasi pada saham tersebut memerlukan waktu 12 kuartal agar bisa mengembalikan dana investasi yang telah dikeluarkan. Berikut adalah grafik arus kas dari masing-masing aktivitas secara keseluruhan.
124
2008 Q1
2007 Q3
2007 Q1
2006 Q3
2006 Q1
2005 Q3
2005 Q1
2004 Q3
2004 Q1
2003 Q3
2003 Q1
2002 Q3
2002 Q1
2001 Q3
2001 Q1
2000 Q3
Rp80 Rp60 Rp40 Rp20 Rp0 (Rp20) (Rp40) (Rp60) (Rp80) (Rp100) (Rp120)
2000 Q1
Rupiah
EPS
EPS
Period
Gambar 4.10 Earnings Per Share Pada gambar grafik di atas dapat terlihat bahwa earnings per share (EPS) yang diperoleh oleh perusahaan menunjukkan kondisi yang tidak lazim pada tahun 2001 dan 2005. Pada tahun 2001 perusahaan memiliki earnings per share (EPS) yang minus. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2001 perusahaan mengalami kondisi yang sulit, adanya pembayaran hutang yang sudah jatuh tempo dan net income perusahaan yang minus membuat nilai earnings per share mengandung kerugian dan turun. Pada tahun 2002 sampai dengan 2004, kondisi earnings per share (EPS) menunjukkan trend yang stabil, meskipun nilai earnings per share (EPS) perusahaan mengalami kenaikan dan penurunan. Pada tahun 2005, kondisi earnings per share (EPS) perusahaan mengalami penurunan yang drastis. Hal ini disebabkan karena net income yang diperoleh perusahaan mengalami trend yang menurun apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun untuk tahun selanjutnya, kondisi earnings per share (EPS) yang diperoleh perusahaan sudah mulai menunjukkan kondisi stabil dan semakin meningkat hingga tahun 2008. Nilai earnings per share (EPS) yang diperoleh pada kuartal 2 tahun
125
2008 merupakan nilai yang tertinggi selama periode 2000-2008. Secara keseluruhan penulis meyimpulkan bahwa kondisi perusahaan menunjukkan tanda-tanda yang aman (safety) bagi para investor untuk menanamkan modalnya. IV.3.4 Dividend per share pada PT Tunas Baru Lampung Tbk Penulis memakai data dividend per share yang diambil dari data setiap tahunnya. Namun pada tahun 2000 dan 2001, perusahaan tidak memberikan dividend per share . Dalam mengestimasi nilai dividend per share yang ada pada setiap kuartalnya. Penulis menggunakan konsep time value of money, di mana nilai dividend per share yang diperoleh pada akhir tahun merupakan future value. Oleh sebab itu, untuk memperoleh nilai saham pada masing-masing kuartal penulis melakukan perhitungan atas nilai present value dari dividend per share. Rumus 4.4 Present Value (Dividend) FV PV = ----------( 1 + n )t
Di mana : PV
= present value
FV
= future value
n
= suku bunga Bank Indonesia
t
= time Tabel 4.49 Perhitungan Present Value Dividend per share (Quarterly) Kuartal I
Kuartal II 3
PV = FV/( 1 + n )
Kuartal III 2
PV = FV/( 1 + n )
Kuartal IV 1
PV = FV/( 1 + n )
Future Value
126
Tabel 4.50 Dividend per share dan Interest rate Year 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Minimum Rate 7.93% 8.00% 9.75% 7.42% 7.32% 8.31% 12.93% 14.73% 11.74%
Interest Rate per kuartal 1.98% 2.00% 2.44% 1.86% 1.83% 2.08% 3.23% 3.68% 2.94%
Dividend per share 1.5 0 0 5 3 0.79 3.82 7 17.02
Pada tabel di atas, suku bunga Bank Indonesia yang dipakai dalam perhitungan ini adalah suku bunga bank yang paling rendah selama setahun. Setelah diketahui suku bunga terendah, maka penulis membaginya dengan banyaknya kuartal dalam setahun. Hasil dari perhitungan nilai dividend per share per kuartal dapat dilihat dari tabel berikut ini. Tabel 4.51 Present Value Dividend per share (Quarterly) Periode Kuartal 1 tahun 00 Kuartal 2 tahun 00 Kuartal 3 tahun 00 Kuartal 4 tahun 00 Kuartal 1 tahun 01 Kuartal 2 tahun 01 Kuartal 3 tahun 01 Kuartal 4 tahun 01 Kuartal 1 tahun 02 Kuartal 2 tahun 02 Kuartal 3 tahun 02 Kuartal 4 tahun 02 Kuartal 1 tahun 03 Kuartal 2 tahun 03 Kuartal 3 tahun 03 Kuartal 4 tahun 03 Kuartal 1 tahun 04
Dividend per share 1.38 1.42 1.46 1.50 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 4.70 4.80 4.90 5.00 2.84
Periode Kuartal 2 tahun 04 Kuartal 3 tahun 04 Kuartal 4 tahun 04 Kuartal 1 tahun 05 Kuartal 2 tahun 05 Kuartal 3 tahun 05 Kuartal 4 tahun 05 Kuartal 1 tahun 06 Kuartal 2 tahun 06 Kuartal 3 tahun 06 Kuartal 4 tahun 06 Kuartal 1 tahun 07 Kuartal 2 tahun 07 Kuartal 3 tahun 07 Kuartal 4 tahun 07 Kuartal 1 tahun 08 Kuartal 2 tahun 08
Dividend per share 2.89 2.95 3.00 0.75 0.76 0.78 0.79 3.55 3.64 3.73 3.82 6.60 6.73 6.86 7.00 16.69 17.02
127
Dividend per share yang dibagikan oleh perusahaan menjadi salah satu tolok ukur dalam mengklasifikasikan tahapan business cycle, di mana semakin baik kondisi yang dialami oleh perusahaan, maka pembagian dividend yang dilakukan akan menunjukkan jumlah yang meningkat. Pada perusahaan yang sedang mengalami tahap berkembang, dividend per share yang dibayarkan kepada pemegang saham tidaklah dalam jumlah yang besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang sedang mengalami tahap berkembang membutuhkan dana ekstra dalam meningkatkan produktivitasnya, pembelian aktiva-aktiva baru menjadi fokus utama perusahaan. Sedangkan dalam tahap mature, perusahaan sudah mulai membayarkan dividend kepada para pemegang saham dalam jumlah yang besar. Hal ini bukan berarti pada tahap mature perusahaan tidak membeli aktiva baru, perusahaan tetap melaksanakan kegiatan yang berguna meningkatkan produktivitasnya. Hal ini didorong oleh keadaan uang kas yang dimiliki perusahaan sudah menunjukkan keadaan yang stabil dan perusahaan sudah memiliki penganggaran yang digunakan untuk berbagai macam keperluan. Pemberian dividend per share oleh PT Tunas Baru Lampung Tbk menunjukkan trend yang meningkat. Kondisi tersebut merupakan suatu hal yang wajar, karena jika dilihat dari kondisi financing, investing dan operating (profit) perusahaan, PT Tunas Baru Lampung Tbk terus mengalami peningkatan dan memiliki kemampuan untuk menjaga kelangsungan usahanya. Pemberian dividend per share yang tinggi bukan merupakan sinyal buruk bagi para pemegang saham.
128