BAB IV KONSEP PERANCANGAN
4.1.
Konsep Utama 4.1.1. Museum Alam Gunung Sewu sebagai Pusat Wisata Edukasi Geopark dengan Pendekatan Tektonika Arsitektur
Diagram 4.1 Sustainability Museum Gunung Sewu Sumber: Analisis Penulis
Konsep utama dari perancangan Museum Alam Gunung Sewu ini adalah sebagai pusat wisata edukasi Geopark, dimana wisatawan tidak hanya menikmati keindahan alam geopark, namun juga akan mengetahui kisahkisah di baliknya. Secara meso, Museum Alam Gunung Sewu dapat menjadi enlightment gate (pembuka) dan atau enlightment closure (penutup) bagi wisatawan. Di samping itu, pendekatan dengan tektonika arsitektur akan menambah nilai keunikan pada Museum Alam Gunung Sewu. Secara mikro, konsep-konsep ini kemudian dikembangkan menjadi tiga poin:
Kejujuran material sebagai bentuk dan struktur
Membawa suasana alam ke dalam ruang
Maksimalisasi respon terhadap tapak
95
4.2.
Konsep Pengembangan
4.2.1. Konsep Bentuk dan Ruang Pembagian grid sesuai dengan bentuk site dan view ke Gunung Purba. Modul besaran menyesuaikan dengan kebutuhan ruang masing-masing.
Gambar 4.1 Pembagian Grid sesuai Site Sumber: Analisis Penulis
Penyebaran transformasi bentuk aditif (penambahan) dan penekanan spasial antar massa bangunan untuk menciptakan sebuah ruang hijau dan ruang bersama yang harmoni dengan alam. Kemudian ruang bersama ini dapat berfungsi sebagai penghubung jalur storyline yang linear.
Gambar 4.2 Transformasi Aditif pada Tata Bangunan Sumber: Analisis Penulis
96
Gambar 4.3 Penekanan Spasial pada Tata Bangunan Sumber: Analisis Penulis
Gambar 4.4 Penekanan Spasial pada Tata Bangunan Sumber: Analisis Penulis
Gambar 4.5 Bentuk Linier pada Tata Bangunan Sumber: Analisis Penulis
97
Pemanfaatan ruang terbuka untuk memaksimalkan view dan materi yang dekat dengan alam dan pemanfaatan ruang vertikal sebagai penanda jalur dan pembelok storyline.
Gambar 4.6 Ruang Terbuka ke Arah Gunung Sumber: Analisis Penulis
Gambar 4.7 Ruang Terbuka ke Arah Gunung Sumber: Analisis Penulis
Gambar 4.8 Pembelok Storyline pada Tata Bangunan Sumber: Analisis Penulis
98
Ruang bersama yang dimanfaatkan sebagai ruang pamer, ruang istirahat titik lelah (fatigue point) dan jembatan penghubung antar zona. Ruang akan didesain semi-outdoor dengan tetap memperhatikan keamanan dan aksesibilitas bagi pengunjung dan staff. Organisasi kluster diterapkan di zona perkantoran dan organisasi linear di zona pameran.
Gambar 4.9 Ruang Bersama pada Tata Bangunan Sumber: Analisis Penulis
Gambar 4.10 Organisasi Spasial pada Tata Bangunan Sumber: Analisis Penulis
99
4.2.2. Konsep Tata Ruang
Gambar 4.11 Tata Ruang pada Site Sumber: Analisis Penulis
Pada desain museum alam ini, 3 bagian yang utama adalah zona pamer, zona kantor (konservasi dan manajemen), dan zona penunjang.
Gambar 4.12 Tiga Zona Utama Sumber: Analisis Penulis
Pada zona pamer, sesuai dengan analisis materi museum dan pembagian storyline, akan dibagi lagi menjadi 5 zona pamer dengan tema gunung, lembah, goa, sungai dan pantai.
100
Gambar 4.13 Zona Gunung Sumber: Analisis Penulis
Gambar 4.14 Zona Lembah Sumber: Analisis Penulis
101
Gambar 4.15 Zona Goa Sumber: Analisis Penulis
Gambar 4.16 Zona Sungai Sumber: Analisis Penulis
102
Gambar 4.17 Zona Pantai Sumber: Analisis Penulis
Gambar 4.18 Skema Potongan Zonasi Museum Utama Sumber: Analisis Penulis
103
4.2.3. Konsep Program Ruang
Tabel 4.1 Asumsi Besaran Ruang No
Jenis Ruang
1 Public Service
Kebutuhan Ruang
Lobby Utama Ruang Pamer Utama
Ruang Pamer Temporer Ruang Audiovisual Perpustakaan Lavatory Ruang Ibadah Mini Restaurant Souvenir Shop Total Sirkulasi Total Area 2 Pelestarian
Lobby Kantor Laboratorium Ruang Karantina Storage Ruang Bimbingan Guide Lavatory Ruang Ibadah Kantin Ruang Ganti Locker
Total Sirkulasi Total Area 3 Pengelola Kantor Ruang Tata Usaha Ruang Rapat
Gunung Lembah Goa Sungai Pantai
Total
150
m2
240 240 240 240 240
m2 m2 m2 m2 m2
200 100 100 24 60 120 50 2004 401 2405
m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2
60 200 120 240
m2 m2 m2 m2
18 18 30 60 30 40 816 163 979 100 50 90
m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2
104
Ruang Arsip Storage Lavatory Ruang Ibadah Kantin Ruang Ganti Locker Total Sirkulasi Total Area 4 Technical Utility Ruang Security Ruang Genset Ruang AHU Ruang Penampungan Air Gudang Loading Deck Total Sirkulasi Total Area TOTAL AREA BANGUNAN Sumber: Analisis Penulis
80 120 18 30 30 18 30 566 113 679
m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2
4 20 20
m2 m2 m2
100 120 40 304 61 365 4428
m2 m2 m2 m2 m2 m2 m2
LUAS LANSEKAP
22.033 m2
LUAS SITE
26.461 m2
KDB
16,73%
105
4.2.4. Konsep Material
Diagram 4.2 Hubungan materi museum dengan suasana material Sumber: Analisis Penulis
Gambar 4.19 Material Batu, Kayu, Membran dan Baja Sumber: Google Images
Material yang digunakan untuk menggambarkan stereotomi adalah batuan yang masif. Bisa berupa batu vulkanik maupun batu kali sebagai dasar. Kemudian untuk rangka utama menggunakan baja. Kayu digunakan untuk menambah elemen linear, bukan sebagai rangka utama. Kejujuran material yang dimaksud adalah penggunaan berbagai macam material non pabrikan tanpa perlu finishing keseluruhan. Hal ini akan membuat struktur sebagai bentuk estetika yang menarik.
106
4.2.5. Konsep Sirkulasi Konsep pencapaian langsung dianggap cocok dikarenakan rencana peletakan lobby museum dan arus entrance utama berada di satu aksis. Lobby museum yang berada di ketinggian tertentu akan memberi pengalaman ruang tersendiri bagi pengunjung.
Gambar 4.20 Pencapaian Langsung ke Lobby Museum Sumber: Analisis Penulis
Sirkulasi bagi ketiga user utama juga akan berbeda sesuai dengan analisis aktivitas masing-masing user. Namun untuk titik utama entrance dan exit akan dijadikan satu demi faktor keamanan.
Gambar 4.21 Sirkulasi Pengunjung Sumber: Analisis Penulis
107
Gambar 4.22 Sirkulasi Staff Konservasi Sumber: Analisis Penulis
Gambar 4.23 Sirkulasi Staff Manajemen Sumber: Analisis Penulis
4.2.6. Konsep Tata Pamer Sebagai pusat edukasi sekaligus wahana wisata, membawa aspek alam geopark ke dalam ruang pameran menjadi poin menarik untuk mendekatkan pengunjung dengan suasana alami.
108
Gambar 4.24 Suasana Masif dan Material Stereotomi Sumber: Analisis Penulis dan tourjogja.com
Suasana gua yang masif dan gelap akan dibawa ke ruang pamer dengan memanfaatkan material stereotomi. Ruang pamer ini dapat juga memanfaatkan elemen horizontal yang diturunkan untuk menambah suasana gelap.
Gambar 4.25 Suasana Viewdeck dan Material Linear Sumber: Analisis Penulis dan rivertopresort.com
Landform sungai yang sudah ada di eksisting site dimanfaatkan untuk menjadi salah satu materi pamer. Hal yang dilakukan antara lain menambah elemen linear berupa dek terbuka untuk observasi dan ruang sirkulasi terbuka.
109
Gambar 4.26 Suasana Bingkai Gunung Purba Sumber: Analisis Penulis
Gunung Api Purba Nglanggeran yang berada dekat dengan site dimanfaatkan sebagai materi pamer sungguhan yang akan dibingkai dengan bentuk bangunan. Bingkai ini merupakan titik tertinggi dari kelima zona museum utama.
Gambar 4.27 Titik-Titik Ruang Bersama Sumber: Analisis Penulis
Ruang bersama juga dapat dimanfaatkan sebagai ruang istirahat untuk titik lelah museum (fatigue point) sekaligus ruang pamer yang dekat dengan alam. Ruang-ruang bersama ini akan didesain semi-outdoor untuk
110
menjembatani antar massa bangunan, namun tetap berada dalam satu kesatuan storyline untuk faktor keamanan.
Gambar 4.28 Suasana Ruang Bersama dan Viewdeck Sumber: Analisis Penulis
4.2.7. Konsep Tata Cahaya Penerapan cahaya pada dasarnya dibagi 3 jenis, Artwork Lighting, Task Lighting dan General Lighting. Untuk pencahayaan museum sendiri, artwork lighting menjadi yang paling penting untuk menonjolkan materi display.
Gambar 4.29 Skema Prioritas Pencahayaan Sumber: Analisis Penulis
111
Gambar 4.30 Artwork Lighting Sumber: Analisis Penulis
Prioritas yang kedua adalah task lighting yang berfungsi untuk menerangi kegiatan-kegiatan tertentu yang terjadi di ruangan tersebut. Misalnya penerangan pada keterangan materi pameran, kantor dan laboratorium.
Gambar 4.31 Task Lighting Sumber: Analisis Penulis
Prioritas yang terakhir adalah general lighting yang merupakan penerangan umum yang diperlukan di keseluruhan museum. Penerangan ini biasanya terletak di area sirkulasi yang belum terselesaikan pencahayaannya dengan artwork atau task lighting. General lighting dapat berupa downlight yang berjumlah banyak.
112
Gambar 4.32 General Lighting Sumber: enlightermagazine.com
4.2.8. Konsep Tata Lansekap Penghijauan kembali difokuskan pada wilayah punggung bukit dimana pepohonan mulai banyak berkurang. Tahap selanjutnya adalah meminimalisir penebangan pohon eksisting dan mengembangkan ruang bersama sebagai ruang hijau. Tahap selanjutnya adalah penghijauan peneduh untuk bagian parkir yang sudah ditutupi perkerasan.
Gambar 4.33 Tahapan Tata Lansekap Sumber: Analisis Penulis
113
4.2.9. Konsep Utilitas
Gambar 4.34 Skema Sumber Air Bersih Sumber: Analisis Penulis
Sumber air bersih didapatkan dari pengolahan air bersih di wilayah embung kemudian disalurkan ke ruang penunjang yang paling tinggi (museum) untuk kemudian didistribusikan ke ruang penunjang yang lebih rendah (konservasi dan kantor). Ruang penunjang yang terbagi di 3 zona merupakan pusat (core) utilitas seperti ruang genset dan ruang AHU.
Gambar 4.35 Skema Penyebaran Utilitas Sumber: Analisis Penulis
114