BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1
Sejarah Hutan Pendidikan Gunung Walat Data Badan Pengelola HPGW tahun 2012 menunjukkan bahwa kawasan
HPGW sudah mulai ditanami pohon damar (Agathis loranthifolia) pada tahun 1951. Hutan yang ditanam pada tahun 1951/1952 tersebut saat ini telah berwujud sebagai tegakan hutan damar yang lebat di sekitar base camp. Institut Pertanian Bogor (IPB) melakukan penjajakan kerjasama dengan Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat dan Direktorat Jenderal Kehutanan, Departemen Pertanian pada tahun 1967 untuk mengusahakan Hutan Gunung Walat menjadi Hutan Pendidikan. Tahun 1968 Direktorat Jenderal Kehutanan memberikan bantuan pinjaman Kawasan Hutan Gunung Walat kepada IPB untuk digunakan seperlunya bagi pendidikan kehutanan yang dikelola oleh Fakultas Kehutanan IPB. Kemudian tahun 1969 diterbitkan Surat Keputusan Kepala Jawatan Kehutanan Daerah Tingkat I Jawa Barat No. 7041/IV/69 tertanggal 14 Oktober 1969 yang menyatakan bahwa Hutan Gunung Walat seluas 359 ha ditunjuk sebagai Hutan Pendidikan yang pengelolaannya diserahkan kepada IPB. Surat Keputusan Menteri Pertanian RI No. 008/Kpts/DJ/I/73 tentang penunjukan komplek Hutan Gunung Walat menjadi Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) pada tahun 1973 diterbitkan. Pengelolaan kawasan hutan Gunung Walat seluas 359 Ha dilaksanakan oleh IPB dengan status hak pakai sebagai hutan pendidikan dan dikelola Unit Kebun Percobaan IPB dengan jangka waktu 20 tahun. Pada tahun 1973 penanaman telah mencapai 53%. Tahun 1980 seluruh wilayah HPGW telah berhasil ditanami berbagai jenis tanaman, yaitu damar (Agathis lorantifolia), pinus (Pinus merkusii), puspa (Schima wallichii), kayu afrika (Maesopsis eminii), mahoni (Swietenia macrophylla), rasamala (Altingia excelsa), sonokeling (Dalbergia latifolia), gamal (Gliricidae sp), sengon (Paraserianthes falcataria), meranti (Shorea sp), dan akasia (Acacia mangium). Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 687/Kpts-II/1992 tentang penunjukan komplek hutan gunung walat sebagai hutan pendidikan, pengelolaan kawasan hutan gunung walat sebagai hutan pendidikan dilaksanakan bersama antara
18
Fakultas Kehutanan IPB dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan/Balai Latihan Kehutanan (BLK) Bogor. Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal 24 Januari 1993. Status hukum kawasan HPGW pada tahun 2005 dikuatkan oleh diterbitkannya SK Menhut No. 188/Menhut-II/2005, yang menetapkan fungsi hutan kawasan HPGW sebagai Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) dan pengelolaannya diserahkan kepada Fakultas Kehutanan IPB dengan tujuan khusus sebagai Hutan Pendidikan.
4.2
Letak dan Posisi Geografis Hutan Pendidikan Gunung Walat terletak 2,4 km dari poros jalan
Sukabumi- Bogor (Desa Segog). Berjarak 46 km dari Simpang Ciawi dan 12 km dari Sukabumi. HPGW memiliki luas 359 ha, yang secara geografis terletak pada koordinat 6053’35” - 6055’10” LS dan 106047’50” - 106051’30” BT. Administrasi kehutanan areal HPGW termasuk BKPH Gede Barat, KPH Sukabumi, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten, sedangkan secara administrasi pemerintahan termasuk dalam wilayah Kecamatan Cicantayan dan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Desa-desa yang terletak dan berdekatan dengan HPGW adalah Desa Batununggal dan Sekarwangi (di Bagian Utara), Desa Cicantayan, Desa Cijati (di Bagian Timur), Desa Hegarmanah (di Bagian Selatan). Hutan Pendidikan Gunung Walat dibagi kedalam 3 blok, yaitu: blok Cikatomas (120 ha) terletak di bagian Timur, blok Cimenyan (125 ha) terletak dibagian Barat dan blok Tangkalak/Seseupan (114 ha) di bagian Tengah dan Selatan.
4.3
Topografi dan Jenis Tanah Hutan Pendidikan Gunung Walat terletak pada ketinggian 460 – 715 mdpl
dengan topografi yang bervariasi dari landai sampai bergelombang. HPGW merupakan bagian dari pegunungan yang berderet dari Timur ke Barat. Bagian selatan merupakan daerah yang bergelombang mengikuti punggung-punggung bukit yang memanjang dan melandai dari Utara ke Selatan, di bagian tengah terdapat puncak dengan ketinggian 676 m di atas permukaan laut, sedangkan ke bagian Utara mempunyai topografi yang semakin curam. Punggung bukit
19
kawasan ini terdapat dua patok triangulasi KN 2.212 (670 mdpl) dan KN 2.213 (720 mdpl). Kondisi topografi agak curam berkisar 15 – 25% sampai sangat curam (>40%). Berdasarkan peta tanah Gunung Walat skala 1:10.000 tahun 1981, jenis tanah Gunung Walat, yaitu: keluarga tropophumult tipik (latosol merah kekuningan), tropodult (latosol coklat), dystropept tipik (podsolik merah kekuningan), dan troporpent lipik (latosol). Keadaan ini menunjukkan bahwa tanah di Hutan Gunung Walat bersifat heterogen. Tanah latosol merah kekuningan adalah jenis tanah yang terbanyak di daerah berbatu hanya terdapat tanah latosol dan di daerah lembah terdapat tanah podsolik.
4.4
Iklim dan Hidrologi Klasifikasi iklim HPGW menurut Schmidt dan Ferguson termasuk tipe B
dan banyaknya curah hujan tahunan berkisar antara 1600-4400 mm. Suhu udara maksimum yang ada di daerah Gunung Walat pada siang hari adalah 29° C dan minimum 19° C di malam hari. Hutan Pendidikan Gunung Walat merupakan sumber air bersih yang penting bagi masyarakat sekitarnya terutama di bagian selatan yang mempunyai anak sungai yang mengalir sepanjang tahun, yaitu anak sungai Cipeureu, Citangkalak, Cikabayan, Cikatomas dan Legok Pusar. Kawasan HPGW masuk ke dalam sistem pengelolaan DAS Cimandiri.
4.5
Geologi Kandungan batu alam di HPGW terdiri dari batuan sedimen vulkanik
berwarna hijau semu abu-abu yang membentuk seri lapisan yang sangat tebal. Tebal setiap lapisan berkisar antara beberapa centimeter hingga kurang dari 35 cm. Gunung Walat terdiri dari lapisan tufa dasit yang pada horizon tertentu diselingi dengan batuan batuan tufa andesit yang merupakan bagian dari formasi breksi tua yang berumur Meosin. Keadaan Gunung Walat merupakan pulau Meosin di tengah-tengah formasi batuan vulkanik kuarter yang berasal dari Gunung Salak dan Gunung Gede. Gunung Walat dan sekitarnya dibangun oleh batuan sedimen tersier bawah (oligosen) yang disebut formasi Walat. Formasi Walat terutama disusun oleh batu pasir kuarsa yang berlapiskan silang
20
konglomerat kerakal kuarsa lempung, lignit lapisan-lapisan arang tipis. Semakin ke atas ukuran butiran bertambah dan tersingkap di Gunung Walat (dekat Cibadak) serta daerah sekitarnya. Pasir dari formasi ini dapat digunakan untuk pembuatan gelas dan diperkiraan tebalnya antara 1.000 meter hingga 1.373 meter.
4.6
Keadaan Vegetasi dan Fauna Tegakan Hutan di HPGW didominasi tanaman damar (Agathis
lorantifolia), pinus (Pinus merkusii), puspa (Schima wallichii), sengon (Paraserianthes falcataria), mahoni (Swietenia macrophylla) dan jenis lainnya seperti kayu afrika (Maesopsis eminii), rasamala (Altingia excelsa), Dalbergia latifolia, Gliricidae sp, Shorea sp, dan akasia (Acacia mangium). Di HPGW paling sedikit terdapat 44 jenis tumbuhan, termasuk 2 jenis rotan dan 13 jenis bambu. Selain itu terdapat jenis tumbuhan obat sebanyak 68 jenis. Potensi hutan tanaman berdasarkan hasil inventarisasi hutan tahun 2010 yang dilakukan oleh Universitas Gottingen (TIF) adalah sebanyak 11.381 m
3
kayu Agathis 3
loranthifolia (damar), kayu Pinus merkusii (pinus) 62.782 m , kayu Schima wallichii (puspa) 5.943 m3, tanaman campuran (mix plantation) sebanyak 19.809 3
m3 dan hutan sekunder (secondary forest) sebanyak 826 m . Pohon damar dan pinus juga menghasilkan getah kopal dan getah pinus. Di HPGW juga ditemukan lebih dari 100 pohon plus damar, pinus, kayu afrika sebagai sumber benih dan bibit unggul Areal HPGW memilki beraneka ragam jenis satwa liar yang meliputi jenis-jenis mamalia, reptilia, burung, dan ikan. Jenis mamalia yang ada yaitu babi hutan (Sus scrofa), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), kelinci liar (Nesolangus sp.), meong congkok (Felis bengalensis), tupai (Callociurus sp.), trenggiling (Manis javanica), musang (Paradoxurus hermaphroditic). Dari jenis burung (Aves) terdapat sekitar 20 jenis burung, antara lain: Elang Jawa, Emprit, Kutilang dan lain-lain. Jenis-jenis reptilia antara lain biawak, ular dan bunglon. Terdapat berbagai jenis ikan sungai seperti ikan lubang dan jenis ikan lainnya. Ikan lubang adalah ikan sejenis lele yang memiliki warna agak merah. Selain itu terdapat pula lebah hutan (Apis dorsata).
21
4.7
Penduduk Penduduk
di sekitar HPGW
umumnya memiliki mata pencaharian
sebagai petani, peternak, tukang ojek, pedagang hasil pertanian dan bekerja sebagai buruh pabrik. Pertanian yang dilakukan berupa sawah lahan basah dan lahan kering. Jumlah petani penggarap yang dapat ditampung dalam program agroforestry HPGW sebanyak 300 orang petani penggarap. 4.8
Hasil Sadapan
Tabel 1 Produksi dan upah getah pinus dan kopal di Hutan Pendidikan Gunung Walat Produksi (kg) Pinus Kopal 1 Sebelum 2001 350 2 2001-2003 900 3 2005 780 4 2006 1081 5 2007 1345 1040 6 2008 913 723 7 Maret 2009 38.5 280.0 8 April 2009 2.275,0 2,691.5 9 Mei 2009 4.502.5 3,830.0 10 Juni 2009 6.484.5 4,852.0 11 Juli 2009 6.490.0 5,932.5 12 Agustus 2009 6.823.0 6,970.5 13 September 2009 8.560.0 7,463.0 14 Oktober 2009 8.567.5 4,464.5 15 November 2009 5.682.0 5,459.0 16 Desember 2009 5.799.0 5,474.5 17 Januari 2010 5.588.5 6,117.0 18 Februari 2010 7.078.5 8,175.5 19 Maret2010 7.599.5 5,720.0 20 April 2010 6.337.5 6,586.0 21 Mei 2010 11.422.0 8,717.0 22 Juni 2010 10.775.0 6,807.5 23 Juli 2010 10.591.0 5,840.0 24 Agustus 2010 9.664.5 8,382.1 25 September 2010 7.265.0 6,250.5 26 Oktober 2010 6.925.5 4,633.5 27 November 2010 5.007.5 2,646.0 28 Desember 2010 12.953.0 9,604.0 29 Januari 2011 5.017.0 5,623.0 30 Februari 2011 7.135.0 5,634.5 31 Marer 2011 8.286.0 5,022.0 32 April 2011 7.328.0 4,541.0 33 Mei 2011 9.386.5 4,863.0 34 Juni 2011 13.677.0 4,858.5 35 Juli 2011 16.281.0 5,369.0 36 Agustus 2011 17.059.0 6,956.5 37 September 2011 15.243.5 6,060.5 38 Oktober 2011 17.401.5 5,707.0 39 November 2011 9.444.0 4,243.0 40 Desember 2011 11.034.5 3,414.0 Sumber: Rekapitulasi hasil sadapan getah pinus HPGW (olah) No
Tanggal
Upah(Rp/kg) Pinus Kopal 400 600 750 750 800 750 800 750 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600
22
Hasil sadapan yang ada di HPGW berupa getah pinus dan kopal. Di bawah ini terdapat hasil produksi dan upah getah pinus dan kopal tertera pada Tabel 1. Tabel 1 dapat dilihat bahwa penyadapan kopal sudah ada sejak sebelum 2001, sedangkan penyadapan pinus dimulai sejak tahun 2007. Pada tahun 2007 produksi pinus sebesar 1345 kg mengalami penurunan pada tahun 2008. Hal ini diakibatkan karena pada awal penyadapan, getah yang dihasilkan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun berikutnya. Pada tahun 2007 upah sadap pinussebesar Rp.800/kg dan kopal sebesar Rp.750/kg. Pemberlakuan penyamaan upah sadap kopal dan pinus mulai dilakukan pada awal tahun 2009.