BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Partisipan dalam penelitian ini adalah masyarakat Dusun Gesing
Desa
Gesing
Kecamatan
Kandangan
Kabupaten
Temanggung yang berusia 40-70 tahun. Hasil pengukuran tekanan darah yang digunakan pada pengolahan data bersumber dari total sampling 427 partisipan. Satu partisipan datanya tidak dapat digunakan
karena
meninggal
setelah
dilakukan
pengukuran
tekanan darah tahap pertama. Hasil penelitian mengenai penetapan angka kejadian hipertensi pada usia 40-70 tahun serta gambaran faktor yang paling berpengaruh pada kejadian hipertensi di Dusun Gesing Desa Gesing
Kecamatan
Kandangan
Kabupaten
Temanggung
dipaparkan sebagai berikut. 4.1 Angka Kejadian Hipertensi Angka kejadian hipertensi pada usia 40-70 tahun di Dusun Gesing,
Desa
Gesing,
Kecamatan
Kandangan,
Temanggung dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini.
33
Kabupaten
34 Tabel 4.1 jumlah penderita hipertensi pada usia 40-70 di Dusun Gesing Desa Gesing Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung. No Klasifikasi Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase (orang(%)) (orang(%)) (orang) (%) 1 Penderita 64 88 152 35,6 % hipertensi (14,99%) (20,61%) 2
Bukan penderita hipertensi
113 (26,46%)
162 (37,94%) Total
275
64,4 %
427
100 %
Hasil penelitian dari total sampling sebanyak 427 orang pada pengukuran tekanan darah yang pertama sebanyak 168 orang memiliki tekanan darah di atas 140/90 mmHg. Selanjutnya dari 168 orang dengan tekanan darah di atas 140/90 mmHg pada pengukuran tekanan darah yang pertama dilakukan pengukuran tekanan darah tahap kedua dengan diperoleh data 152 orang yang masih memiliki tekanan darah di atas 140/90 mmHg. Artinya angka kejadian hipertensi pada usia 40-70 tahun adalah 35,6 %. Persentase sebesar 35,6 % ini pantas diberi garis merah mengingat 70 % penderita hipertensi tidak memiliki gejala, hipertensi dapat terjadi pada kurun waktu yang lama serta 90 % faktor penyebabnya belum diketahui secara pasti Adib menyebutkan berkaitan dengan faktor genetik (Diehl, 1990; Adib, 2009). Melihat tabel diatas rupanya hipertensi lebih banyak dialami oleh perempuan. Hal ini dikarenakan jumlah partisipan yang diteliti lebih banyak yang berjenis kelamin perempuan, selain itu partisipan
35 perempuan banyak yang menggunakan KB hormonal. Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Herke J. O. Sigarlaki 2006 yang menyatakan bahwa kejadian hipertensi lebih banyak terjadi kepada perempuan karena jumlah partisipan yang diteliti lebih banyak berjenis kelamin perempuan.
4.2 Gambaran Faktor yang Paling Berpengaruh Hasil
penelitian
untuk
mengetahui
faktor
penyebab
hipertensi yang paling berpengaruh ditampilkan dalam tabel dibawah ini:
36 Tabel 4.2 Faktor penyebab hipertensi di Dusun Gesing Desa Gesing Kecamatan Kandangan Kabupaten Temanggung. No Faktor Klasifikasi Frekuensi Jumlah Persen (orang) (%) 1 Garam Penggunaan < 1 sdt 0 garam saat 1 sdt 0 memasak 100 > 1 sdt 152 Mengkonsumsi 1 kali per hari 1 0,66 makanan 2 kali per hari 27 17,76 klasifikasi 80,26 3 kali per hari 122 diatas 4 kali per hari 2 1,32 Mengkonsumsi 1 kg per minggu 91 59,87 cemilan kadar 1 kg per bulan 61 40,13 garam tinggi 2 Masalah Mengkonsumsi 1-2 kali per tahun 33 21,71 1-2 kali per bulan pada makanan 7 4,61 pembuluh tinggi 1-2 kali per 17 11,18 darah kolesterol minggu 1 kali pengulangan Penggunaan 134 88,16 minyak goreng 2 kali pengulangan 13 8,55 berulang 3 kali pengulangan 1 0,66 Merokok < 1 pack per hari 35 23,03 9 5,92 ≥ 1 pack per hari Tidak merokok 108 71,05 3 Hormon KB hormonal < 12 tahun 6 3,95 > 12 tahun 55 36,18 Minum kopi 1 gelas per hari 63 41,45 > 1 gelas per 38 25 hari 4 Kegemuka Indeks masa Kurus 5 3,29 n/obesitas tubuh Berat badan 126 82,89 normal Berat badan 21 13,82 berlebih Obes k 1 0 Obes k 2 0 Obes k 3 0 5 Kurang Beraktivitas Setiap hari 136 89,47 aktivitas Dua hari sekali 8 5,26 fisik jarang 5 3,29 Tidak beraktivitas Setiap hari 3 1,97 * pada bagian persentase dengan angka yang berhuruf tebal menandakan faktor yang paling berpengaruh.
37 Faktor penyebab tertinggi adalah garam. Data diatas menyebutkan 100 % penggunaan garam melebihi 1 sendok teh per hari. Sedangkan studi pustaka menunjukkan kebutuhan garam seorang manusia hanyalah 1/10 sendok teh per hari (Diehl, 1990). Frekuensi makan partisipan juga 80,26 % tiga kali per hari. Selain data di atas peneliti juga memperoleh data 52,63 % partisipan menyatakan gemar memakan makanan yang berasa asin. 75,66 % partisipan menyatakan sering mengkonsumsi camilan yang berasa asin, walaupun dalam tabel 100% partisipan mengkonsumsi camilan berkadar garam tinggi dan 59,87 % mengkonsumsi kurang lebih 1 kg per minggu. Banyak sekali asupan garam yang masuk kedalam tubuh partisipan setiap harinya. Persentase yang sangat besar pada faktor garam ini menunjukkan bahwa garam merupakan faktor yang paling dominan menyebabkan hipertensi di Dusun Gesing
Desa
Gesing
Kecamatan
Kandangan
Kabupaten
Temanggung. Faktor penyebab yang menduduki peringkat kedua adalah hormon. Faktor pemicu yang persentasenya tinggi terkait hormon adalah kebiasaan minuman kopi. Data yang diperoleh dalam penelitian ini berkaitan dengan kebiasaan minuman kopi tidak jauh beda bahkan meningkat dibandingkan dengan persentase hasil penelitian pendahuluan yang pernah dilakukan oleh Abit dkk. pada tahun 2012. Saat ini persentase penderita hipertensi yang memiliki
38 kebiasaan minum kopi adalah 66,42 %. Mengalami peningkatan 19,92 % dibandingkan dengan data hasil studi pendahuluan. Hal itu terjadi karena daerah tersebut merupakan daerah penghasil kopi dan sangat banyak penggemar minuman kopi. Permasalahannya terletak pada waktu paruh kafein selama 6 jam. Segelas kopi mengandung kafein sebanyak 85-115 mg, jumlah tersebut tidak dapat habis dalam sehari, artinya mengkonsumsi kopi tidak boleh dilakukan setiap hari berapapun jumlahnya (Kirchheimer, 2004). Faktor pencetus lain, yang berkaitan dengan faktor hormon adalah KB hormonal. Faktor ini tidak terlalu berpengaruh bagi seluruh partisipan, karena penggunanya adalah partisipan berjenis kelamin perempuan. Jumlah pengguna KB hormonal dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Partisipan Pengguna KB Hormonal 70 60 50 40 30
Partisipan Perempuan
20 10 0 Menggunakan KB Tidak Menggunakan Hormonal KB Hormonal
Grafik 4.1 Jumah pengguna KB hormonal pada partisipan perempuan yang mengidap hipertensi
39
Bahkan 36,18 % partisipan perempuan telah menggunakan KB hormonal lebih dari 12 tahun. Diketahui penggunaan KB hormonal melebihi 12 tahun berturut-turut akan meningkatkan tekanan darah pengguna (Bustan, M.N., 1997). Faktor berikutnya adalah masalah pada pembuluh darah. Faktor ini tampaknya tidak bisa secara tegas dinyatakan sebagai penyebab karena peneliti tidak dapat memperoleh data yang menyatakan pembuluh darahnya bermasalah. Dari faktor ini penelitian dilakukan pada beberapa faktor pemicu dan faktor pemicu
yang
paling
tinggi persentasenya adalah
merokok.
Persentase merokok 28,95% dan yang merokok hanya partisipan laki-laki. Jumlahnya dapat dilihat dalam grafik dibawah ini:
Partisipan yang Merokok J u m l a h p a r t i s i p a n
50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
Partisipan Laki-laki
Merokok
Tidak Merokok
Grafik 4.2 Partisipan laki-laki berdasarkan klasifikasi merokok dan tidak merokok.
40 Faktor
merokok
ini
merupakan
faktor
yang
selalu
berpengaruh cukup tinggi meskipun tidak menduduki sebagai peringkat pertama, hal tersebut sama seperti hasil penelitian yang pernah dilakukan Syukraini Irza (2009) yang menunjukkan merokok menduduki peringkat ke tiga dan Martiningsih (2011) menunjukkan merokok menduduki peringkat ke lima. Data lain yang diperoleh peneliti adalah 92,1 % partisipan mengolah makanan khususnya lauk dengan cara digoreng. Penggunaan
minyak
goreng
berulang
sebanyak
satu
kali
pengulangan menduduki peringkat pertama dengan persentase partisipan
sebanyak 88,16
%.
Sedangkan
yang
berisiko
mengakibatkan terjadinya hipertensi adalah pengulangan lebih dari dua kali (Ayu, 2009). Dua faktor berikutnya bukan merupakan faktor yang dominan. Uji indeks massa tubuh pada partisipan menunjukkan tidak ada partisipan yang tergolong obesitas. Sedangkan kurang aktivitas fisik juga bukan masalah yang serius karena hanya 1,97 % partisipan yang tidak pernah melakukan aktivitas fisik dikarenakan kondisi tubuhnya yang sudah lemah.