BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1
Sejarah Singkat CV.CITA NASIONAL Perusahaan CV Cita nasional adalah perusahaan milik perseorangan
yang bergerak dalam pengelolaan susu murni menjadi susu segar pasteurisasi dan homogenisasi dalam kemasan cup, minipack dan purepeck dengan merk dagang “Susu Segar Nasional”, produk lainnya yaitu yogurt dengan merk dagang “Yogurt Nasional” dalam kemasan cup dan bottle. Didirikan pada tanggal 10 November 2000 dan diresmikan oleh Prof. Dr.Ir Bungaran Saragih Mec, selaku Menteri Pertanian dan Perkebunan Republik Indonesia. Lokasi pabrik terletak di Jalan Raya Salatiga Kopeng Km 5 Desa Sumogawe,Kecamatan Getasan,Kabupaten Semarang. Keadaan wilayah mempunyai topografi yang berbukit dengan ketinggian 400-500 dpl dan suhu udara rata-rata 250C serta kelembaban 80-90%.Luas areal milik perusahaan sekitar 40.000 m2. Dalam rangka ikut meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang sedang tumbuh menyiapkan generasi penerus bangsa dan turut serta menyukseskan progam pemerintah untuk mencerdaskan dan meningkatkan kesehatan masyarakat mengingat hal tersebut sangatlah penting bagi perusahaan maka pemilik perusahaan bertekad mendirikan
30
suatu perusahaan. Pemilik bernama Bapak H.Rudi Kurnia Danuwijaya mempunyai cita-cita untuk membuat produk yang berdaya guna. Maka mendirikan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pengelolaan susu pasteurisasi dan homogenisasi dengan nama “CV Cita Nasional”. 4.1.2
Struktur dan Manajemen Perusahaan Perusahaan ini merupakan badan usaha yang berbentuk CV, dengan
nomor ijin usaha perusahaan (SIUP) No.155/KWDPP.11/3.1/IX/2000. Struktur organisasi yang diterapkan yaitu dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang berkedudukan di Jakarta dan dalam pelaksanaan kegiatan di perusahaan dibantu oleh Plan Manager beserta supervisor masing-masing. Personalia perusahaan dijelaskan pada tabel 1 berikut ini :
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Tabel 1. Personalia CV. Cita Nasional 2014 Nama Jabatan Rudi Kurnia Danuwijaya Direktur Utama Ir. Iskandar Muklas Plan Manager Enang Komara Kepala Personalia Moh.Nur Ali Muslim,S.Pt Kepala QC dan R&D Supriyati Kepala Administrasi Ade Herman Kepala Mekanik Anjas Asmara Kepala Mekanik Atang Suparman Kepala Gudang Nur Haryanto Asisten Proses Produksi Santosa Asisten Pengemasan Agung Tri Kuncoro,S.Pt Asisten QC dan R&D Ir.Heri Hidayat Konsultan Industri Arifin Konsultan Industri Sumber: Arsip CV. Cita Nasional, 2013
31
Pelaksanaan kegiatan sehari-hari yang meliputi proses maupun administrasi didukung tenaga kerja sejumlah 101 orang yang terdiri 95 karyawan dan 6 karyawati. Pihak manajemen meliputi pimpinan maupun staf di CV Cita Nasional, sedangkan pekerja adalah orang yang terkait dengan hubungan kerja dengan pihak manajemen dan menerima upah (gaji) dari perusahaan. Selain itu adanya sistem pembagian gaji karyawan dengan standar minimal yang sudah ditetapkan oleh Departemen Tenaga Kerja yang ada di wilayah Jawa tengah dan upah lembur diberikan bagi karyawan yang mempunyai waktu lebih. Sistem pembagian kerja yang digunakan adalah sistem 2 “shift” dengan 2 kelompok kerja dimana masing-masing shift bekerja 15 hari kerja sebulan dengan waktu istirahat kurang lebih 60 menit dari jam 12.00-13.00 WIB sehingga dengan begitu setiap shift sehari kerja sehari tidak. Waktu kerja staf kantor yaitu hari senin sampai hari jumat pukul 08.00-16.00 WIB. Namun untuk kepentingan pengecekan sebelum produksi dimulai, karyawan bagian produksi dan laboratorium yang hari tersebut bertugas, umumnya datang lebih awal yaitu pukul 06.00-17.00 WIB. Karyawan bagian filling mulai bertugas pukul 07.00-17.00 WIB, selain itu untuk memenuhi pemesanan, proses produksi dapat berlangsung hingga pukul 17.00 WIB.
32
4.1.3
Macam Persediaan yang dibutuhkan dan cara memenuhinya. Dalam memenuhi kebutuhan bahan baku susu murni,CV Cita Nasional
bekerja sama dengan beberapa Koperasi Unit Desa (KUD) diantaranya KUD “Andini Luhur” dengan kapasitas produksi susu murni sekitar 5.600 liter/hari, KUD “Cepogo” sekitar 4.000 liter/hari, KUD “Sumber Karya” sekitar 3.000 liter/hari, KUD “Boyolali Kota” sekitar 3.000 liter/hari, dan KUD “GAPOKTAN Banyu Aji” sekitar 3.000 liter/hari . Oleh sebab itu, kapasitas susu murni tersebut dapat mencukupi kebutuhan untuk produksi. Keperluan susu murni untuk produksi CV Cita Nasional saat ini sekitar 45.000 liter/hari. Secara tidak langsung keberadaan pabrik memberikan peluang pemasaran susu murni bagi masyarakat sekitar yang berprofesi sebagai peternak sapi perah. Pengelolaan susu segar menjadi olahan susu dan yogurt nasional diperlukan beberapa bahan tambahan dan bahan penolong. Bahan tambahan tersebut diantaranya : Gula, Flavour, Pewarna, Starter Yogurt, Citrid Acid, Lactid Acid, Sweet Whey, Skim Milk, Coklat Powder dan bahan penolong diantaranya : CMC dan Pekitn. Bahan tambahan dan bahan penolong tersebut yang akan diolah dan di produksi menjadi susu murni kemasan dan yogurt. Pemasok atau supplier yang mengirimkan bahan terkadang tidak sesuai dengan jumlah pemesanan , dikarenakan persediaan yang ada dalam pemasok terbatas. Penumpukan dan kekurangan persediaan juga kadang terjadi
33
diakibatkan persediaan yang dipesan tidak tepat waktu. Pengendalian persediaan hanya menggunakan sistem FIFO dan LIFO untuk mengetahui bahan mana yang akan di produksi lebih dahulu. 4.1.4
Biaya-biaya Persediaan Perusahaan Banyaknya bahan tambahan dan bahan penolong mengakibatkan
munculnya persediaan bahan tambahan dan bahan penolong. Persediaanpersediaan tersebut mengakibatkan munculnya biaya-biaya yang akan dikeluarkan dari adanya persediaan di yang disimpan dan yang akan dipesan. Terdapat dua macam biaya persediaan yang ada di perusahaan diantaranya biaya pesanan atau ordering cost dan biaya simpanan atau carryng cost. 1. Biaya Pemesanan atau Ordering Cost Dalam persediaannya mengeluarkan biaya pemesanan , biaya-biaya yang dikeluarkan dalam biaya pemesanan tersebut adalah : a. Biaya angkut Dalam
memesan
bahan
tambahan
dan
bahan
penolong
memerlukan biaya angkut. Pemesanan yang dilakukan diperoleh dari pemasok sehingga selama proses penempatan barang ke dalam gudang memerlukan tenaga angkut. b. Biaya Administrasi
34
Dalam pemesanan bahan, perusahaan juga mengeluarkan biaya administrasi, dilakukan untuk memesan setiap pesanan dari supplier. c. Biaya telepon Pemesanan bahan kepada supplier perusahaan mengeluarkan biaya telepon. d. Biaya bensin Proses pengiriman bahan juga memerlukan biaya bensin yang digunakan untuk membawa barang sampai di perusahaan yang diangkut oleh beberapa truk. 2. Biaya Penyimpanan atau Carrying Cost Persediaan disimpan di dalam gudang, dalam penyimpanan persediaan CV. Cita Nasional mengeluarkan biaya penyimpanan seperti; biaya keamanan logistik, penyusutan gudang, perawatan gudang dan biaya listrik. 4.2 Temuan Penelitian Dalam penulisan sistem pengendalian persediaan bahan baku di perusahaan penulis menemukan data-data berupa kebutuhan sediaan selama satu tahun , biaya simpanan, biaya persediaan dan lead time sebagai berikut : 4.2.1
Kebijakan Kebutuhan Selama Satu Tahun, Biaya Persediaan dan Masa Lead Time Perusahaan
35
Penentuan
sistem
pengendalian
persediaan
perusahaan
sudah
ditetapkan oleh manajer produksi. Berapa besar jumlah kebutuhan dalam satu tahun, biaya persediaan yang dikeluarkan dan masa lead time pesanan. Kebijakan tersebut dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini : Tabel 2 Kebijakan Kebutuhan Selama Satu Tahun, Biaya Persediaan dan Masa Lead Time CV Cita Nasional 2012-2013 (Rp.000,00) No
Nama Bahan
Kebutuhan (1 th)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Gula Flavour Pewarna Strarter Yoghurt Citric Acid Lactic acid Sweet Whey Skim Milk Coklat Powder CMC Pekitn Jumlah
864 ton 9.600 kg 1.200 kg 20 kg 2.400 kg 2.400 kg 960 kg 6.000 kg 48 ton 96 ton 24.000 kg
Biaya Pemesanan Rp.24.480 Rp. 1.920 Rp. 1.680 Rp. 1.120 Rp. 6.480 Rp. 6.480 Rp.13.680 Rp.14,520 Rp.12.480 Rp.14.480 Rp.10.080 Rp.107.800
Biaya Simpanan
Lead time
Rp. 15.950 Rp. 11.150 Rp. 11.150 Rp. 7.550 Rp. 11.150 Rp. 11.150 Rp. 11.150 Rp. 11.150 Rp. 11.150 Rp. 11.150 Rp. 11.150 Rp.123.850
3 hari 3 hari 3 hati 3 hari 3 hari 3 hari 3 hari 3 hari 3 hari 3 hari 3 hari
Sumber : Arsip CV Cita Nasional 2012-2013
Dari tabel tersebut, maka dapat dilihat sistem pengendalian persediaan yang diterapkan oleh perusahaan. Kebutuhan selama satu tahun, biaya persediaan selama satu tahun dengan jumlah biaya pesanan yang terdiri dari biaya angkut, biaya administrasi, biaya telepon dan biaya bensin sebesar Rp.107.800.000,00 dan biaya simpanan yang terdiri dari biaya keamanan logistik, biaya perawatan gudang, biaya penyusutan gudang dan biaya listrik
36
sebesar Rp.123.850.000,00 yang dikeluarkan oleh perusahaan dan masa lead time tiap pemesanan bahan adalah 3 hari. 4.2.2
Penerapan Sistem Pengendalian Persediaan dengan menggunakan metode EOQ dan ROP Berdasarkan temuan yang ditemukan dilapangan ,maka data tersebut
kemudian di olah untuk mengetahui sistem pengendalian persediaan dengan metode EOQ dan ROP. Dengan perhitungan matematis tersebut ,maka akan diperoleh keputusan apa yang akan di ambil oleh perusahaan terhadap sistem pengendalian persediaan tersebut. Berikut perhitungan dengan menggunakan sistem pengendalian menggunakan metode EOQ dan ROP : 1.
Perhitungan EOQ Dalam menentukan sistem pengendalian persediaan menggunakan teknik EOQ atau Economic Order Quantity akan menentukan seberapa besar
pesanan
ekonomis
yang
dilakukan
perusahaan
guna
meminimumkan biaya persediaan, perhitungan dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini:
37
Tabel 3 Sistem Pengendalian Persediaan menggunakan metode EOQ Tahun 2012-2013 No
Nama Bahan
Kebutuhan (1 th)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Gula Flavour Pewarna Strarter Yoghurt Citric Acid Lactic acid Sweet Whey Skim Milk Coklat Powder CMC Pekitn
864 ton 9.600 kg 1.200 kg 20 kg 2.400 kg 2.400 kg 960 kg 6.000 kg 48.000 kg 96.000 kg 24.000 kg
Biaya Pesan (Per Pesan) Rp. 510.000,Rp 160.000,Rp. 140.000,Rp.1.120.000,Rp. 135.000,Rp. 135.000,Rp. 640.000,Rp. 710.000,Rp. 260.000,Rp. 310.000,Rp. 210.000,-
Biaya Simpan (Per unit) Rp.1.772.222,Rp. 27.875,Rp. 223.000,Rp. 755.000,Rp. 446.000,Rp. 446.000,Rp. 278.750,Rp. 44.600,Rp. 22.300,Rp. 11.150,Rp. 44.600,-
EOQ (per kg/ton) 23 ton 331 kg 43 kg 8 kg 43 kg 43 kg 89 kg 570 kg 1.109 kg 2.402 kg 510 kg
Sumber : data sekunder yang diolah,2014
Perhitungan EOQ dengan memasukkan data-data berupa kebutuhan satu tahun (D) , biaya pesan (per pesan)/ordering cost (P) dan biaya simpan/unit /carrying cost (H). Dengan memakai rumus , maka akan diketahui berapa jumlah pesanan yang paling ekonomis atau disebut EOQ. Jika dibandingkan dengan jumlah pesanan yang dilakukan oleh perusahaan, maka metode EOQ menghasilkan jumlah pesanan yang paling ekonomis. Dari perhitungan EOQ maka akan menghasilkan biaya pesanan optimum, biaya simpanan optimum, total persediaan optimum dan frekuensi pesanan optimum. Seperti dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini :
38
Tabel 4 Biaya pesanan optimum, biaya simpanan optimum, total biaya persediaan optimum dan frekuansi pemesanan optimum dengan metode EOQ Tahun 2012-2013 (Rp.000,00)
No
Nama Bahan
Biaya Pesanan Optimum
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Gula Flavour Pewarna Strarter Yoghurt Citric Acid Lactic acid Sweet Whey Skim Milk Coklat Powder CMC Pekitn Jumlah
Rp.19.158 Rp. 4.640 Rp. 3.907 Rp. 2.800 Rp. 7.535 Rp. 7.535 Rp. 12.297 Rp. 12.737 Rp. 11.253 Rp. 12.390 Rp. 9.882 Rp.104.134
Biaya Simpan Optimum Rp. 20.381 Rp. 4.613 Rp. 4.795 Rp. 3.020 Rp. 9.589 Rp. 9.589 Rp. 12.404 Rp. 12.711 Rp. 12.365 Rp. 13.391 Rp. 11.373 Rp.114.231
Total Biaya Persediaan Optimum
Frekuensi Pesan
Rp. 39.539 Rp. 9.254 Rp. 8.701 Rp. 5.820 Rp. 17.124 Rp. 17.124 Rp. 24.701 Rp. 25.448 Rp. 23.619 Rp. 25.781 Rp. 21.255 Rp.218.366
38 kali 29 kali 28 kali 3 kali 56 kali 56 kali 11 kali 11 kali 43 kali 40 kali 47 kali
Sumber : data sekunder diolah, 2014
Dapat dijelaskan pada tabel tersebut, metode EOQ akan mengakibatkan biaya persediaan optimum dengan frekuensi pemesanan yang optimum. Biaya
pesan
optimum
dapat
ditentukan
dengan
rumus
, dari rumus tersebut maka akan didapat jumlah biaya pesanan yang optimum dari masing-masing bahan menghasilkan biaya pesan optimum sebesar Rp.104.134.369,39,00. Biaya simpan optimum dapat di tentukan dengan
rumus
,
biaya
simpan
optimum
sebesar
Rp.114.231.243,06 Total biaya persediaan optimum didapat dari
39
penjumlahan biaya pesan optimum dan jumlah biaya simpan optimum, sehingga total biaya persediaan optimum adalah Rp.218.365.612,45. Frekuensi pesanan optimum dapat ditentukan dengan rumus
, dari
masing-masing bahan. Perhitungan biaya pesan optimum, biaya simpan optimum dan frekuensi optimum dapat dilihat di lampiran. 4.3.2
Perhitungan ROP Sistem pengendalian persediaan metode ROP ,yaitu perhitungan untuk menentukan kapan akan dilakukan pesanan ulang atau pemesanan kembali yang paling efisien. Dapat dilihat dari tabel 5 berikut ini : Tabel 5 Sistem Pengendalian Persediaan metode ROP Tahun 2012-2013 No
Nama Bahan
(D)
D
Lead Time
ROP
1
Gula
864 ton
3.46
3 hari
10 ton
2
Flavour
9.600 kg
38.40
3 hari
115 kg
3
Pewarna
1.200 kg
4.80
3 hari
14 kg
4
Strarter Yoghurt
20 kg
0.08
3 hari
1 kg
5
Citric Acid
2.400 kg
9.60
3 hari
29 kg
6
Lactic acid
2.400 kg
9.60
3 hari
29 kg
7
Sweet Whey
960 kg
3.84
3 hari
12 kg
8
Skim Milk
6.000 kg
24
3 hari
72 kg
9
Coklat Powder
48 ton
0.19
3 hari
1 ton
10
CMC
96 ton
0.38
3 hari
1 ton
11
Pekitn
24.000 kg
96
3 hari
288 kg
Sumber : data sekunder diolah ,2014
40
Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa perhitungan menggunakan metode ROP perusahaan akan mengetahui berapa besar pesanan yang akan dilakukan kembali, dengan rumus
dengan d adalah penggunaan
bahan selama satu tahun. ROP atau Re Order Point merupakan pemesanan kembali dimana perusahaan dapat mengetahui kapan pemesanan tersebut dapat dilakukan lagi. Dengan mengetahui ROP maka dapat digunakan untuk mengisi bahan persediaan pada masa lead time. 4.3.3 Perbandingan Kebijakan Perusahaan dengan metode EOQ dan ROP Sistem pengendalian persediaan yang diterapkan perusahaan masih sangat tradisional , perhitungan persediaan sudah ditentukan dari awal oleh perusahaan sehingga belum menggunakan sistem pengendalian persediaan metode EOQ dan ROP . Kebijakan sistem pengendalian persediaan perusahaan dengan sistem pengendalian persediaan metode EOQ dan ROP, untuk dapat mengetahui lebih efisien mana maka dapat dilakukan dengan cara membandingkannya. Perbandingan tersebut diantara lain adalah sebagai berikut : 1.
Kebijakan Biaya Simpanan Perusahaan dengan Biaya Simpanan Teknik EOQ Biaya simpan yang digunakan untuk menyimpan persediaan tersebut dikeluarkan sebanyak persediaan yang ada dalam gudang. Kebijakan biaya simpan perusahaan tersebut dapat dibandingkan dengan biaya
41
simpan optimum yang dikeluarkan dengan teknik EOQ, perhitungan tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini Tabel 6 Perbandingan kebijakan biaya simpan CV Cita Nasional dengan biaya simpan optimum metode EOQ Tahun 2012-2013 (Rp.000,-) No
Nama Bahan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Gula Flavour Pewarna Strarter Yoghurt Citric Acid Lactic acid Sweet Whey Skim Milk Coklat Powder CMC Pekitn Jumlah
Kebijakan Perusahaan Rp. 15.950 Rp. 11.150 Rp. 11.150 Rp. 7.550 Rp. 11.150 Rp. 11.150 Rp. 11.150 Rp. 11.150 Rp. 11.150 Rp. 11.150 Rp. 11.150 Rp.123.850
Biaya Simpan Optimum Rp. 20.381 Rp. 4.613 Rp. 4.795 Rp. 3.020 Rp. 9.589 Rp. 9.589 Rp. 12.404 Rp. 12.711 Rp. 12.365 Rp. 13.391 Rp. 11.373 Rp.114.231
Selisih Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
(4.431) 6.537 6.355 4.530 1.561 1.561 (1.254) (1.561) (1.215) (2.241) (223) 9.619
Sumber : data sekunder diolah ,2014
Dapat dijelaskan perbandingan dari tabel 6 tersebut antara kebijakan biaya simpan perusahaan dengan biaya simpan optimum dengan perhitungan teknik EOQ. Biaya simpan optimum untuk gula terdapat penambahan sebesar Rp.4.430.555,56, Flavour terdapat penghematan sebesar Rp.6.536.687,50, Pewarna terjadi penghematan sebesar Rp.6.355.500,00,
Starter
Yogurt
Rp.4.530.000,0,
Citrid
Acid
Rp.1.561.000,00,
Lactid
Acid
42
terjadi
penghematan
sebesar
terjadi
penghematan
sebesar
terjadi
penghematan
sebesar
Rp.1.560.000,00, Sweet Whey terjadi penambahan biaya sebesar Rp.1.254.375,00, Skim Milk terjadi penambahan biaya simpanan sebesar Rp.1.561.000,00, Coklat Powder terjadi penambahan sebesar Rp.1.215.350,00, CMC terjadi penambahan sebesar Rp.2.241.150,00, Pekitn terjadi penambahan sebesar Rp.223.000,00. Total biaya simpan optimum yang dikeluarkan oleh perusahaan jika menerapkan teknik EOQ akan menghemat biaya sebesar Rp.9.618.756,94 . 2.
Kebijakan Biaya Pesanan Perusahaan dengan Biaya Pesanan Teknik EOQ Biaya pesanan perusahaan terdiri dari beberapa biaya diantaranya biaya proses pemesanan bahan, biaya proses pengiriman bahan, biaya proses penerimaan bahan, biaya proses penempatan ke gudang, dan biaya proses pembayaran bahan. Masing-masing biaya tersebut mempunyai jumlah yang berbeda-beda. Perusahaan sudah menetapkan biaya-biaya yang akan dikeluarkan dari tiap-tiap biaya-biaya tersebut. Kebijakan biaya pesanan perusahaan dapat di bandingkan dengan biaya pesanan optimum dengan perhitungan teknik EOQ. Dapat dilihat perbandingan tersebut dalam tabel 7 berikut ini :
43
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Tabel 7 Perbandingan kebijakan biaya pesanan CV Cita Nasional dengan biaya pesanan optimum metode EOQ Tahun 2012-2013 (Rp.000,-) Nama Bahan Kebijakan Biaya Pesan Selisih Perusahaan Optimum Gula Rp. 5.322 Rp.24.480 Rp.19.158 Flavour Rp. (2.720) Rp. 1.920 Rp. 4.640 Pewarna Rp. (2.227) Rp. 1.680 Rp. 3.907 Strarter Yoghurt Rp. (1.680) Rp. 1.120 Rp. 2.800 Citric Acid Rp. (1.055) Rp. 6.480 Rp. 7.535 Lactic acid Rp. (1.055) Rp. 6.480 Rp. 7.535 Sweet Whey Rp. 1.383 Rp.13.680 Rp. 12.297 Skim Milk Rp. 1.783 Rp.14,520 Rp. 12.737 Coklat Powder Rp. 1.227 Rp.12.480 Rp. 11.253 CMC Rp 2.490 Rp.14.480 Rp. 12.390 Pekitn Rp.10.080 Rp. 9.882 Rp. 198 Jumlah Rp. 3.666 Rp.107.800 Rp.104.134 Sumber : data sekunder diolah ,2014
Dari tabel 7 tersebut dapat dijelaskan perbandingan antara kebijakan perusahaan dengan biaya pesan optimum perhitungan metode EOQ. Biaya pesan optimum seperti Gula terjadi penghematan sebesar Rp.5.321.739,13,Flavour Rp.2.720.483,38, Rp.2.226.976,74,
terjadi
Pewarna Starter
penambahan
terjadi
Yogurt
terjadi
penambahan penambahan
sebesar sebesar sebesar
Rp.1.680.000,00, Citrid Acid dan Lactid Acid terjadi penambahan sebesar Rp.1.054.883,72 Sweet Whey terjadi penghematan sebesar Rp.1.383.370,79
Skim
Milk
Rp1.783.157,89.,
Coklat
Powder terjadi penghematan sebesar
44
terjadi
penghematan
sebesar
Rp.1.226.618,58. CMC terjadi penghematan sebesar Rp.2.490.324,73 ,
Pekitn
terjadi
penghematan
sebesar
Rp.197.647,06.
Total
penghematan biaya pesanan optimum yang dikeluarkan dengan menerapkan teknik EOQ adalah sebesar Rp.3.665.630,61 3.
Kebijakan Total Biaya Persediaan perusahaan dengan Total Persediaan Teknik EOQ Total biaya adalah keseluruhan dari biaya simpanan dan biaya pesanan yang
ada
di
perusahaan.
Perbandingan
antara
kebijakan
perusahaandengan total biaya optimum dengan perhitungan teknik EOQ dapat dilihat dari tabel 8 berikut ini: Tabel 8 Perbandingan kebijakan total biaya persediaan CV Cita Nasional dengan biaya total persediaan teknik EOQ Tahun 2012-2013 (Rp.000,-) No
Nama Bahan
Kebijakan Perusahaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Gula Flavour Pewarna Strarter Yoghurt Citric Acid Lactic acid Sweet Whey Skim Milk Coklat Powder CMC Pekitn Jumlah
Rp. 40.430 Rp. 13.070 Rp. 12.830 Rp. 8.670 Rp. 17.630 Rp. 17.630 Rp. 24.670 Rp. 25.670 Rp. 23.630 Rp. 26.030 Rp. 21.230 Rp.231.650,-
Sumber : data sekunder diolah ,2014
45
Total Biaya Persediaan Optimum Rp. 39.539 Rp. 9.254 Rp. 8.701 Rp. 5.820 Rp. 17.124 Rp. 17.124 Rp. 24.701 Rp. 25.448 Rp. 23.619 Rp. 25.781 Rp. 21.255 Rp.218.366
Selisih
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
891 3.816 4.128 2.850 506 506 129 222 11 249 (25) 13.284
Dari perbandingan pada tabel tersebut maka dapat diperoleh penghematan dari tiap-tiap bahan dengan menggunakan sistem pengendalian EOQ. Kebijakan perusahaan tentang total biaya persediaan sebesar Rp.231.650,000.00 sementara perhitungan EOQ menghasilkan
total
Rp.218.365.612,45
biaya
persediaan
sehingga
menghemat
optimum
sebesar
biaya
sebesar
Rp.13.284.388,00 4.
Kebijakan Frekuensi Pemesanan perusahaan dengan Frekuensi Pemesanan Teknik EOQ Frekuensi pesanan yang dilakukan perusahaan tergantung dari berapa banyak persediaan bahan yang akan digunakan sehingga perusahaan sudah memberikan kebijakan melakukan berapa kali frekuensi pemesanan dalam satu tahun. Sistem pengendalian persediaan teknik EOQ juga memperhitungkan berapa frekuensi pesan optimum yang akan dilakukan jika menggunakan perhitungan EOQ. Perbandingan kebijakan perusahaan dengan frekuensi pesan optimum teknik EOQ dapat dilihat dari tabel 9 berikut ini :
46
Tabel 9 Perbandingan kebijakan Frekuensi Pesan CV Cita Nasional dengan Frekuensi Pesan teknik EOQ Th 2012-2013 No
Nama Bahan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Gula Flavour Pewarna Strarter Yoghurt Citric Acid Lactic acid Sweet Whey Skim Milk Coklat Powder CMC Pekitn
Kebijakan Perusahaan 48 12 12 1 48 48 12 12 48 48 48
Frekuensi Pesan 38 29 28 3 56 56 11 11 43 40 47
Sumber: data sekunder diolah ,2014
Dari perbandingan tabel diatas dapat dibandingkan antara kebijakan CV Cita Nasional dengan frekuensi pesanan yang optimum. Frekuensi pesan optimum untuk Gula dilakukan sebanyak 38 kali, Flavour sebanyak 29 kali, Pewarna sebanyak 28 kali, Starter Yogurt sebanyak 3 kali, Citrid Acid sebanyak 56 kali, Lactid Acid sebanyak 56 kali, Sweet Whey sebanyak 11 kali, Skim Milk sebanyak 11 kali, Coklat Powder sebanyak 43 kali, CMC sebanyak 40 kali, dan Pekitn sebanyak 47 kali. 5.
Kebijakan Perusahaan Terhadap ROP Sistem pengendalian persediaan teknik ROP belum diterapkan di dalam perusahaan.
ROP digunakan untuk mengetahui kapan
47
perusahaan akan melakukan pemesanan lagi pada saat persediaan tersebut sudah mencapai titik minimum. Dapat dilihat dari tabel 10 berikut ini :
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Tabel 10 Sistem pengendalian Persediaan ROP Th 2012-2013 Nama Bahan Kebijakan ROP perusahaan Gula Tidak ada 10 ton Flavour Tidak ada 115 kg Pewarna Tidak ada 14 kg Strarter Yoghurt Tidak ada 1 kg Citric Acid Tidak ada 29 kg Lactic acid Tidak ada 29 kg Sweet Whey Tidak ada 12 ton Skim Milk Tidak ada 72 kg Coklat Powder Tidak ada 1 ton CMC Tidak ada 1 ton Pekitn Tidak ada 288 kg
Sumber : data sekunder diolah ,2014
Dari perbandingan pada tabel diatas maka perusahaan dapat menentukan kapan akan melakukan pemesanan lagi disaat persediaan mencapai batas yang telah ditentukan. Dengan perhitungan ROP maka perusahaan melakukan pemesanan kembali pada saat Gula mencapai 10 ton, Flavour mencapai 115 kg, Pewarna mencapai 14 kg, Starter Yogurt mencapai 1 kg, Citrid Acid mencapai 29 kg, Lactid Acid mencapai 29 kg, Sweet Whey mencapai 12 ton, Skim Milk 72 kg, Coklat Powder mencapai 1 ton, CMC mencapai 1 ton dan Pekitn 288 kg.
48
4.4
Pembahasan Sistem Pengendalian Persediaan dengan menggunakan metode EOQ dan ROP Berdasarkan temuan, menunjukkan bahwa kebijakan perusahaan terhadap sistem pengendalian persediaan dikatakan masih belum mencapai jumlah pesanan yang ekonomis. Penerapan sistem pengendalian persediaan metode EOQ akan mengakibatkan jumlah pesanan ekonomis sehingga biaya yang dikeluarkan dapat seminimal mungkin. Perhitungan sistem pengendalian persediaan menggunakan metode EOQ dapat menentukan kebijakan terhadap pengendalian persediaan secara efektif dan efisien. Berdasarkan perhitungan sistem pengendalian persediaan metode EOQ dapat diperoleh yaitu Gula = 23 ton dengan frekuensi optimum 38 kali, Flavour = 331 kg dengan frekuensi pemesanan optimum 29 kali, Pewarna= 43 kg dengan frekuensi pemesanan optimum 28 kali, Starter Yogurt= 8 kg dengan frekuensi optimum 3 kali, Citrid Acid= 43 kg dengan frekuensi optimum 56 kali, Lactid Acid= 43 kg dengan frekuensi optimum 56 kali, Sweet Whey= 89 kg dengan frekuensi optimum 11 kali, Skim Milk= 570 kg dengan frekuensi optimum 11 kali, Coklat Powder= 1.109 kg dengan frekuensi optimum 43 kali, CMC= 2.402 kg dengan frekuensi optimum 40 kali dan Pekitn= 510 kg dengan frekuensi optimum 47 kali. Perhitungan metode EOQ juga menghasilkan biaya pemesanan optimum yang dikeluarkan sebesar Rp.104.134.369,39 , biaya simpanan optimum sebesar Rp.114.231.243,06 dan total persediaan sebesar
49
Rp.218.365.612,45 Hal tersebut mendukung teori yang dikemukakan oleh Richardus Eko Indrajit dan Richardus Djokopranoto yang menjelaskan : ”EOQ adalah jumlah pesanan yang paling ekonomis ,makin sering pengisian kembali persediaan itu dilakukan, persediaan rata-rata akan semakin kecil dan mengakibatkan biaya dalam bentuk biaya penyediaan barang akan makin kecil juga”1 Perbandingan kebijakan sistem pengendalian persediaan perusahaan dengan sistem pengendalian persediaan metode EOQ. Adanya penghematan biayabiaya persediaan jika menggunakan teknik EOQ yaitu biaya pemesanan yang dikeluarkan sebesar Rp.3.665.630,61
atau efisien 3% , biaya simpanan
sebesar Rp.9.618.756,94 atau efisien 8%, dan total persediaan sebesar Rp.13.284.388,00 atau efisien 6% Perusahaan tidak menetapkan adanya pemesanan kembali dilakukan, saat persediaan dibutuhkan baru perusahaan melakukan pemesanan. Dengan perhitungan ROP dapat diketahui kapan perusahaan akan melakukan pemesanan ulang saat persediaan mencapai tingkat minimum.Gula=10 ton, Flavour=115 kg, Pewarna=14 kg, Starter Yogurt= 1 kg, Citrid Acid= 29 kg, Lactid Acid= 29 kg, Sweet Whey= 12 ton, Skim Milk = 72 kg, Coklat Powder= 1 ton, CMC= 1 ton dan Pekitn= 288 kg.Hal tersebut mendukung teori yang dikemukakan oleh Arman Hakin Nasution dan Yudha Prasetyawan tentang ROP :
1
Eko ,Richardus Indrajit dan Richardus Djokopranoto. op,cit .Hal.54
50
“ROP adalah titik pemesanan harus dilakukan agar barang yang dipesan datang tepat waktu pada saat dibutuhkan (titik pemesanan ulang)”2 perusahaan belum menerapkan teknik ROP sehingga dengan adanya perhitungan teknik ROP maka dapat diketahui kapan perusahaan akan melakukan pemesanan ulang.
2
Hakim,Arman Nasution&Yudha Prasetyawan. op.cit,.hal 132
51