BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Jakarta Culinary Center 4.1.1. Sejarah berdirinya Jakarta Culinary Center Jakarta Culinary Center (JCC) adalah sekolah dibidang tata boga (culinary) pertama di Indonesia yang memberikan bimbingan komprehensif bagi pencinta dunia tata boga dan bisnis Food & Beverage, baik bagi mereka yang berminat untuk berkarier (profesi) maupun bagi mereka yang berjiwa bisnis (entrepreneur) dibidang tata boga. Didukung oleh para professional serta chef terkenal dengan reputasi baik yang memiliki pengalaman bekerja di hotel-hotel berbintang lima ternama. Jakarta Culinary Center, yang berkantor di Sona Topas Tower-Sudirman, akan memberikan bimbingan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan para peserta didik dibidang Profesi dan bisnis Food &Beverage. Berangkat dari kurangnya tenaga professional di bidang kuliner ( dalam hal ini ” chef ” ) yang tidak hanya mahir memasak akan tetapi memiliki kemampuan dalam mengelola sebuah dapur dengan baik dan benar. Jakarta Culinary Center menawarkan program untuk mendidik murid-muridnya menjadi professional &
siap pakai dalam Food & Beverage Industri. Didirikanlah Jakarta Culinary Center pada 17 July 2004. Visi Jakarta Culinary Center : Menjadi Lembaga Pendidikan Kuliner yang berkualitas dan profesional
dalam
mengembangkan
menghasilkan tenaga profesional
dunia
kuliner
untuk
dan para pebisnis di bidang
kuliner.
Misi Jakarta Culinary Center : Membantu meningkatkan karir dan business dari setiap individu dengan pengetahuan dan cara yang benar demi masa depan di bidang food & beverage. Siswa yang belajar bukan hanya orang-orang yang menggeluti dunia kuliner namun terdapat pula dari kalangan awam dan selebriti. Mereka bisa memilih dari kelas mahir memasak, enterpreneur, profesional atau manajemen restoran. Jakarta Culinary center juga menyalurkan beberapa murid yang memang bersedia untuk magang / job training di beberapa hotel berbintang di Jakarta selama 6 bulan, dengan beberapa persyaratan tertentu diantaranya lulus test wawancara ,tertulis & test kesehatan yang diadakan oleh pihak hotel yang bersangkutan.
Jenis Program yang ada di Jakarta Culinary Center meliputi : a.
Profesional Program
-
Caturwulan Pertama mempelajari tentang Food & Beverage
Management yang akan dipadukan dengan praktek dasar mengenai pengetahuan tentang sayuran, daging, unggas, seafood dan masih banyak lagi seperti Pastry & Bakery. -
Caturwulan Kedua
mempelajari mengenai restaurant
management yang dipadukan dengan praktek memasak bermacam Cuisine dari berbagai negara di dunia yaitu Chinese, Japanese, Indonesia, Thailand, Western, French, Mexican, Spanish, Italian, American serta aneka Pastry & Bakery dan berbagai macam masakan lainnya. -
Caturwulan Ketiga mempelajari mengenai cara membuat
business plan dan bersimulasi secara langsung seorang profesional di bidang restaurant dan cafe, pada caturwulan ini terdapat program penjurusan yaitu Kitchen dan Pastry Bakery. b.
Enterpreneur Class
-
Caturwulan Pertama mempelajari mengenai Food &
Beverage Management yang merupakan point utama sebagai seorang wirausaha, berbagai strategi bisnisdan implementasi berbagai kasus. Inovasi dan kreativitas siswa akan dilatih sebagai seorang pengusaha yang dipadukan dengan praktek seperti
pengetahuan mengenai sayuran, daging, unggas, seafood dan aneka Pastry & Bakery. -
Caturwulan
Kedua
mempelajari
tentang
restaurant
management, dan mengenai pemilihan lokasi secara detail. Invovasi dan kreasi dalam desain interior serta desain dapur yang efisien, juga akan diberi pengarahan tentang bagaimana cara menggunakan peralatan dapur, pembahasan produk, menulis menu, strategi marketing dan promosi, manajemen bisinis dan keuangan yang dipadukan dengan praktek masak dari berbagai masakan seluruh negara seperti : Chinese, Japanese, Thailand, Korean, Vietnamese, Indonesian, French, Italian, mexican, Spanish, dan berbagai macam Pastry & Bakery. -
Caturwulan Ketiga mempelajari bagaimana membuat
business plan, subject dari business plan ini akan dipilih sendiri oleh siswa yang bersangkutan. Sebagai contoh seorang siswa akan membuka restoran china dan dia sebagai pengusahanya, maka pada caturwulan ini siswa tersebut harus memilih program antara Kitchen atau Pastry & Bakery untuk penjurusannya. c.
Intensive Pastry & Bakery
Program singkat 20 kali pertemuan dengan membuat berbagai macam Pastry & Bakery dengan di bimbing oleh pengajar yang berpengalaman. Melalui program ini siswa akan mendapatkan
pengalaman
yang
menyenangkan
dalam
mengembangkan
kreativitas di bidang Pastry & Bakery. d.
Mahir Memasak
Program singkat 20 kali pertemuan dengan membuat berbagai macam masakan dari beberapa negara. Melalui program ini diajarkan tehnik memasak secara singkat dan menarik yang dapat memperkaya khasanah,kreativitas serta pengetahuan memasak siswa dengan aneka cuisine internasional. e.
Program Catering
Program 48 kali pertemuan dengan mempelajari berbagai macam masakan Internasional, Pastry & Bakery serta Food & Beverage Management, yang akan menjadikan usaha catering mampu memenuhi permintaan pasar sesuai dengan yang diharapkan siswa. f.
Program Art Cooking School
Belajar memasak mengenai seni Tata Boga untuk Siswa/siswi mulai dari TK, SD, SMP, SMU/SMK yang dikoordinasi oleh pihak sekolah dengan Jakarta Culinary Center, program ini dapat menyesuaikan budget, metode dan waktu yang ditentukan oleh pihak sekolah. Di dalam persaingannya Jakarta Culinary Center mempunyai beberapa kompetitor, yaitu Chezlely Culinary School, Dharma Putra, Le Zelian Cooking School, Bogasari Baking School, Laris, Nila Chandra dan masih banyak sekolah kuliner lainnya. Yang
membedakan Jakarta Culinary Center dengan sekolah kuliner lainnya adalah Jakarta Culinary Center menawarkan bentuk program pendidikan yang singkat & padat dimana murid dapat terjun untuk praktek langsung memasak sejak awal pendidikan dengan metode hand’s on cooking. Dengan bahan & peralatan yang disediakan oleh sekolah kemudian sistem pengajaran yang menuntut semua siswa untuk selalu aktif
berkreasi.
Jakarta
Culinary Center menyediakan kualitas yang beragam bagi setiap level muridnya. Bagi level pemula setiap murid akan diberikan kompor yang memungkinkan setiap individu dapat praktek langsung.Fasilitas ini diberikan di 2 ruangan kelas. Setelah levelnya sudah lebih matang, akan dipindahkan ke dapur professional yang di setting seperti
seperti dapur di hotel
berbintang meskipun dalan skala kecil yang lebih padat.
4.1.2. Ruang Lingkup Usaha Jakarta Culinary Center adalah sebuah brand dari sebuah sekolah khusus di bidang tata boga atau kuliner. Jakarta Culinary Center sebagai The First Culinary Center adalah sekolah kuliner pertama di Indonesia yang memberikan bimbingan komprehensif bagi pencinta dunia tata boga dan bisnis Food & Beverage, baik bagi mereka yang berminat untuk berkarier (profesi) maupun bagi mereka yang berjiwa bisnis (entrepreneur) dibidang tata boga.
4.2.
Hasil Penelitian Bagian ini merupakan deskripsi terhadap hasil penelitian yang peneliti lakukan. Analisis berdasarkan pada satu sumber utama yang berhasil peneliti lakukan serta sumber-sumber lain yang penulis jadikan sebagai data pelengkapnya. Yang menjadi narasumber adalah Operational Manager, Ibu Tantri Mahajani (pada tanggal 22 Maret 2010) dan Bapak Achmad Djariat sebagai Marketing & Communication Manager (dua kali wawancara pada tanggal 25 & 26 Maret 2010). Wawancara dilakukan di kantor Jakarta Culinary Center-Sudirman, Jakarta Pusat 4.2.1. Analisis SWOT Sebelum kita menyusun atau merumuskan suatu strategi diperlukan adanya suatu analisis mengenai kondisi lingkungan pasar atau yang biasa kita sebut adalah analisis SWOT. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman potensial kemudian menghadapkannya dengan kekuatan dan kelemahan internal. Berikut analisis SWOT mengenai Jakarta Culinary Center, yaitu : A.
Kekuatan (strength), merupakan situasi atau kondisi yang
merupakan kekuatan dari suatu produk. Kekuatan yang dimiliki Jakarta Culinary Center adalah :32
32
Hasil Wawancara dengan Ibu Tantri Mahajani, Manager Operational Jakarta Culinary Center
- Merupakan sekolah dibidang tata boga (culinary) pertama di Indonesia yang memberikan bimbingan komprehensif bagi pencinta dunia tata boga dan bisnis Food & Beverage, baik bagi mereka yang berminat untuk berkarier (profesi) maupun bagi mereka yang berjiwa bisnis (entrepreneur) dibidang tata boga. - Didukung oleh para professional serta chef terkenal dengan reputasi baik yang memiliki pengalaman bekerja di hotel-hotel berbintang lima ternama. Jakarta Culinary Center,
memberikan bimbingan yang tepat untuk
memenuhi kebutuhan para peserta didik dibidang Profesi dan bisnis Food & Beverage. - Memiliki fasilitas perlengkapan dan bahan kebutuhan memasak yang berkualitas dan bermerk baik yang memadai untuk mendidik calon juru masak. - Program
atau Kurikulum dirancang khusus secara
praktikal dan spesifik sesuai kebutuhan dan keinginan calon siswa. - Materi pembelajaran yang disampaikan mengikuti standar internasional dan lebih banyak menerapkan praktek dibanding teori. Jakarta Culinary Center menawarkan bentuk program pendidikan yang singkat & padat dimana
murid dapat terjun untuk praktek langsung memasak sejak awal pendidikan dengan metode hand’s on cooking. - Lokasi sekolah strategis, karena terletak di tengah kota B.
Kelemahan (Weakness), merupakan situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari produk. Kelemahan yang ada di Jakarta Culinary Center adalah :33 ”...biaya
pendidikan
cukup
mahal,
karena
menggunakan bahan-bahan yang berkualitas, Biaya promosi yang masih terbatas, sehingga kurang bisa dapat mengembangkan jenis
kegiatan promosi
lainnya, Kurangnya sumber daya manusia untuk marketing, sehingga tidak maksimal dalam promosi, Kurangnya komunikasi internal sehingga program yang dibuat terkadang tidak berjalan dengan baik, Brand Awareness Jakarta Culinary Center belum secara universal menjangkau khalayak luas.” Hal ini dipertegas oleh Ibu Tantri Mahajani selaku Manager Operational pada wawancara tanggal 22 Maret 2010 di kantor Jakarta Culinary Center, bahwa kelemahan Jakarta Culinary Center terletak pada biaya pendidikan yang cukup mahal dan biaya promosi yang masih terbatas sehingga
33
Ibid
brand awareness belum secara universal menjangkau khalayak luas. C.
Peluang (Opportunity), peluang untuk Jakarta Culinary Center ini menurut Ibu Tantri Mahajani selaku Manager Operational adalah :34 “Sebagai sekolah kuliner, Jakarta Culinary Center mempunyai kesempatan untuk mengembangkan program pendidikannya ke jenjang akademi,selain itu JCC juga sedang mencari lokasi baru untuk mengembangkan pasar .” Mendengar hasil wawancara tanggal 22 Maret 2010 tersebut peneliti dapat menafsirkan bahwa Jakarta Culinary Center dapat menjadi lembaga pendidikan kuliner yang berkembang ke depan.
D.
Ancaman (Threat), di samping terdapat peluang bagi Jakarta Culinary Center untuk berkembang ke depan, terdapat pula hambatan atau ancaman yang cukup besar karena saat ini sudah banyak sekolah kuliner yang berkembang hal ini diutarakan oleh Ibu Tantri Mahajani, beliau mengatakan : “Sudah mulai banyak sekolah kuliner yang mulai berkembang yang diminati masyakat umum karena
34
Ibid
biaya pendidikan yang terjangkau sehingga dapat menjadi ancaman bagi usaha yang dijalankan, Mudah mendirikan usaha sejenis (Low barries to entry), Persaingan sangat ketat (Highly competitive industry) dengan sekolah kuliner lainnya.” Namun Ibu Tantri Mahajani menegaskan kembali, beliau mengatakan : ” Dengan keberadaan pesaing bukanlah suatu hambatan bagi Jakarta Culinary Center untuk berkembang, bahkan hal ini bisa memicu Jakarta Culinary Center dalam mengembangkan strategi promosinya.” Berdasarkan
penjelasan
di
atas
peneliti
dapat
menyimpulkan gambaran umum analisis SWOT yang dimiliki Jakarta Culinary Center bahwa kekuatan Jakarta Culinary Center adalah
selain
merupakan
sekolah
kuliner
pertama
yang
memberikan bimbingan komprehensif di bidang food & beverage di Indonesia, Jakarta Culinary Center juga memiliki tenaga pengajar profesional dengan reputasi baik yang memiliki pengalaman bekerja di hotel-hotel berbintang lima ternama, selain itu fasilitas perlengkapan dan kebutuhan memasak juga berkualitas, program atau kurikulum dirancang khusus secara praktikal dan spesifik, materi pembelajaran disampaikan mengikuti standar
internasional. Hal yang menjadi keunikan dari Jakarta Culinary Center adalah terletak dari sistem metode pembelajaran dalam hal ini Jakarta Culinary menggunakan metode “hand’s on cooking” yaitu suatu metode dimana murid dapat terjun untuk praktek langsung memasak sejak awal pendidikan. Lokasi sekolahnya pun juga strategis, karena terletak di tengah kota. Untuk kelemahannya, biaya pendidikan Jakarta Culinary Center masih terbilang cukup mahal, biaya promosinya juga masih terbatas, sehingga kurang bisa dapat mengembangkan jenis
kegiatan promosi lainnya, di
samping itu kurangnya sumber daya manusia untuk marketing, sehingga tidak maksimal dalam promosi, kurangnya komunikasi internal sehingga program yang dibuat terkadang tidak berjalan dengan baik dan brand awareness belum secara universal menjangkau khalayak luas. Untuk kesempatan atau peluang yang dimiliki terlihat cukup baik, Jakarta Culinary Center mempunyai kesempatan untuk mengembangkan program pendidikannya ke jenjang akademi. Namun terdapat pula beberapa ancaman yang dihadapi yaitu sudah mulai banyak sekolah kuliner yang mulai berkembang yang diminati masyakat umum karena
biaya
pendidikan yang terjangkau, mudah mendirikan usaha sejenis (Low barries to entry), persaingan sangat ketat (Highly competitive industry) dengan sekolah kuliner lainnya.
4.2.2. STP (Segmentasi, Targeting, Positioning) Pada awal pendirian usaha segmentasi sangat penting untuk dilakukan agar dapat mengetahui siapa target marketnya. Adapun segmentasi Jakarta Culinary Center adalah :35 Demografis : Pria dan wanita, 10-50 tahun 25% ekspatriat, 75% domestic, ibu rumah tangga, wiraswasta, karyawan, pelajar, mahasiswa dan pecinta kuliner. Geografis
: Jakarta dan Semarang
Jakarta sebagai pusat perekonomian mempunyai banyak tempat strategis untuk dijadikan tempat bisnis, sedangkan Semarang merupakan salah satu daerah kota besar di Indonesia, dan Jakarta Culinary Center melihat hal ini sebagai peluang yang bagus untuk membuka cabang. Psikografis meliputi kebutuhan konsumen yaitu untuk pengetahuan dan praktek kuliner serta bisnis. Gaya hidup yaitu bagi orang yang ingin belajar dan hobi dibidang kuliner. Jakarta Culinary Center mempunyai target market dengan SES A+, A, B+, B dan mempunyai selera gaya hidup yang tinggi dan tinggal di daerah perkotaan dengan positioning the first culinary center , Jakarta Culinary Center harus memberikan bimbingan program memasak terbaik kepada para siswa. Di dalam brand awareness-nya Jakarta Culinary Center dapat menggunakan
35
Ibid
positioningnya sebagai salah satu bagian dari strategi promosinya. Karena
tidak
banyak
sekolah
kuliner
yang
benar-benar
memberikan bimbingan program memasak secara spesifik dan terarah seperti yang dilakukan oleh Jakarta Culinary Center. 4.2.3. Strategi Promosi Strategi promosi merupakan suatu hal yang terpenting dalam mengkomunikasikan produk yang akan kita pasarkan. Menurut penuturan dari Bapak Achmad Djariat selaku Marketing & Communication Manager berdasarkan hasil wawancara tanggal 25 & 26 Maret 2010 di kantor Jakarta Culinary Center, strategi promosi yang dilakukan Jakarta Culinary Center adalah :36 “…menggunakan event internal dan eksternal, dengan bekerja sama dengan pihak lain yang menyelenggarakan event/seminar/pameran
dlsb.
Di
samping
itu
JCC
melakukan perluasan pemasaran program memasak ke rumah-rumah melalui
iklan
elite, sekolah-sekolah,kedutaan,corporate di
media
cetak,brosur/leaflet,spanduk,
website dan worth of mouth. Hal tersebut tentunya bertujuan meningkatkan penjualan dan awareness dari konsumen akan keberadaan JCC...
”
Jika dilihat dari hasil wawancara yang peneliti lakukan pada tanggal 25 dan 26 Maret 2010 dengan Bapak Achmad Djariat, 36
Hasil Wawancara dengan Bapak Achmad Djariat, Marketing & Communication Manager Jakarta Culinary Center
Jakarta Culinary Center menggunakan gabungan strategi promosi yaitu push strategy dan pull strategy. Dimana strategi push adalah mendorong penjualan dengan memperluas pemasaran program memasak ke perumahan elite, sekolah-sekolah, kedutaan, corporate melalui iklan di media cetak, brosur atau leaflet,spanduk, website dan worth of mouth. Selain strategi push Jakarta Culinary Center juga menggunakan strategi pull untuk menarik perhatian siswa atau calon siswa agar mengenal atau bersekolah di Jakarta Culinary Center dengan cara melakukan seminar yang diadakan oleh Jakarta Culinary Center ataupun Jakarta Culinary Center sebagai media partner atau sponsorship. Dan semua strategi yang telah direncanakan itu, bertujuan untuk mengangkat dan mengenalkan nama Jakarta Culinary Center kepada khalayak umum, mempromosikan Jakarta Culinary Center untuk meraih awareness masyarakat serta membangun product knowledge.
4.2.4. Pelaksanaan Strategi Promosi Selama tahun 2009 Jakarta Culinary Center melakukan beberapa kegiatan promosi, yaitu :37 a.
37
Ibid
Advertising
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Achmad Djariat, pemasangan iklan yang dilakukan Jakarta Culinary Center adalah : “Kita beriklan di media cetak seperti Kompas, Tabloid komunitas d’Jaxel, Warta Grogol, Majalah Resto. Selain itu JCC juga menggunakan media lain seperti
brosur/leaflet,
spanduk,
banner
yang
dipasang dan disebarkan pada saat pameran ,seminar maupun kegiatan atau event internal yang diadakan oleh JCC.” Dalam hal pemasangan iklan sudah cukup banyak menggunakan media untuk berpromosi. Untuk media above the line Jakarta Culinary Center menggunakan media cetak seperti Koran Kompas , Tabloid komunitas d’Jaxel, Warta Grogol,
Majalah Resto.
Pemasangan iklan tersebut
dilakukan secara rutin setiap pembukaan program-program kelas memasak yang ada di Jakarta Culinary Center. Sedangkan untuk media below the line, Jakarta Culinary Center menggunakan brosur/leaflet, spanduk dan banner. Biasanya brosur itu disebarkan di acara-acara pameran dan seminar serta pada saat berpromosi ke beberapa tempat khusus
seperti
perumahan
elite,
sekolah-sekolah
(SD,SMP,SMU/SMK) maupun sekolah internasional, serta
perusahaan-perusahaan di Jakarta dan Semarang. Banner pun dipasang didepan stand Jakarta Culinary Center yang biasanya dipakai ketika ada event atau seminar agar para calon konsumen tertarik untuk sekedar melihat atau bersekolah di Jakarta Culinary Center. Spanduk juga dipasang di setiap tempat Jakarta Culinary Center mengadakan event. b.
Publisitas Dalam menjalin dan menjaga hubungan baik dengan para konsumen, Jakarta Culinary Center membuat beberapa event internal maupun eksternal yang melibatkan para siswa dan calon siswa sebagai para pesertanya. Event-event internal yang diadakan oleh Jakarta Culinary Center meliputi lomba memasak antar siswa Jakarta Culinary Center
yang
bertujuan
untuk
memajukan
dan
mengembangkan kreativitas serta motivasi para siswa, market survey ke pasar-pasar tradisional, tour the hotel & restaurant.
Sedangkan
event-event
eksternal
Jakarta
Culinary Center meliputi Launching Jakarta Culinary Center di Puri Indah Mall kegiatan Exhibition, Talk Show dan Cooking Demo (Januari 2009),Cooking Demo di Kinokuniya Bookstore Plaza Senayan dan Plaza Indonesia (Maret 2009), Mengikuti pameran Entrepeneur di Prasetiya
Mulya (Mei 2009), Cooking Demo bersama Periplus dan Talkshow di “EX Plaza” Plaza Indonesia (Juli 2009), Home Cooking Demo di Perumahan (September
2009),
Franchise
Bali
View,
Exhibition
di
Ciputat Jakarta
Convention Center (November 2009). Selain kegiatan di atas terdapat pula liputan khusus dari berbagai media cetak seperti Majalah Femina, Her World Megazine, Harian Warta Kota. Ketiga media tersebut meliput kegiatan program memasak yang diselenggarakan oleh Jakarta Culinary Center. c.
Sales Promotion Jakarta Culinary Center dalam hal elemen sales promotion memberikan Discount berupa potongan harga pada program Profesional Class yang merupakan salah satu program memasak yang dimiliki Jakarta Culinary Center yang memberikan bimbingan praktek dan teori selama satu tahun. Bagi calon siswa Profesional Class yang membayar langsung secara lunas program ini selama 1 tahun sebelum kelas dimulai, akan mendapatkan discount 10%. Selain itu dalam hal berorientasi menjalin kedekatan dengan khalayak luas agar terbentuk brand awareness, Jakarta Cuinary Center membuat program khusus yaitu ”One Day Hand’s on Cooking”. Program ini ditujukan bagi sekolah-sekolah
(SD,SMP,SMU,SMK), sekolah internasional, universitas, departemen, corporate dan masyarakat luas . Program hand’s on cooking ini berlangsung selama satu hari yang dapat diikuti minimal 10 peserta. Program ini dapat menyesuaikan budget, metode dan waktu yang diinginkan oleh para peserta. d.
Personal Selling Personal
Selling
merupakan
bentuk
komunikasi
berpasangan dan saling berbalasan yang melibatkan dua orang atau lebih dalam interaksi dua arah. Oleh karena itu kegiatan personal selling dilakukan ketika Jakarta Culinary Center sedang ada event atau mengikuti pameran-pameran. Dimana Jakarta Culinary Center mengutus karyawannya untuk
memprospek,
menawarkan
serta
mendorong
konsumen untuk bersekolah di Jakarta Culinary Center. Kegiatan personal selling juga dilakukan tim marketing pada saat calon siswa berkunjung ke Jakarta Culinary Center
untuk
menanyakan
informasi
dan
prosedur
bersekolah. Dalam hal ini merupakan kesempatan bagi para marketing Jakarta Culinary Center untuk menjelaskan secara langsung segala informasi tentang program-program yang ada di Jakarta Culinary Center. Melalui kegiatan personal selling ini cukup banyak masyarakat yang
merespon positif tentang program-program yang ada di Jakarta Culinary Center. Hal ini ditunjang oleh pemasangan iklan, word of mouth dan website. e.
Direct marketing Terdapat beberapa cara dalam elemen direct marketing ini, salah satunya direct mail online (email) dan telemarketing. Direct mail online dimana menggunakan email untuk menawarkan
atau
mempromosikan
program-program
Jakarta Culinary Center. Email merupakan salah satu direct mail online yang cukup efektif bagi perusahaan untuk menjalin hubungan dengan pelanggan mereka. Namun Jakarta Culinary Center memakai direct mail online ini berbarengan dengan telemarketing, sehingga tercipta kesinambungan jalinan hubungan dengan pelanggan. Melalui gabungan kedua elemen direct marketing ini mempermudah kinerja marketing dalam menyampaikan informasi dan merespon balik dengan cepat pertanyaanpertanyaan tentang program-program Jakarta Culinary Center yang ingin diketahui oleh calon siswa. Hal ini dipertegas oleh Bapak Achmad Djariat, bahwa : “ Email merupakan salah satu direct mail online yang cukup efektif bagi perusahaan untuk menjalin hubungan dengan pelanggan mereka. Namun
Jakarta Culinary Center memakai direct mail online ini berbarengan dengan telemarketing, sehingga tercipta kesinambungan jalinan hubungan dengan pelanggan.” Selain elemen-elemen promosi di atas , Jakarta Culinary Center juga melakukan beberapa elemen promosi lainnya yaitu : 1. Internet Jakarta Culinary Center mempunyai website sendiri yaitu www.jakartaculinarycenter.com di tahun 2006. Isi website ini mengenai program-program memasak yang dimiliki oleh Jakarta Culinary Center, informasi-informasi terbaru tentang dunia kuliner, jadwal pembukaan kelas, profile Jakarta Culinary Center dan lain-lain. Dengan adanya website ini sangat membantu Jakarta Culinary Center dalam berpromosi untuk
meraih awareness
teknologi
komunikasasi
masyarakat. saat
ini
Mengingat
semakin
dunia
berkembang.
Sebagian besar masyarakat tahu akan keberadaan Jakarta Culinary Center melalui website. Hal ini dituturkan kembali oleh Bapak Achmad Djariat, yaitu : “....sebagian orang-orang tahu JCC melalui internet. Berkat adanya website JCC ini, cukup banyak orang-orang yang menanyakan informasi tentang JCC melalui via telephone, email bahkan datang langsung ke sekolah kami.
Dengan pemasangan website, mempermudah JCC dalam berpromosi secara efektif, efisien dan tidak terlalu banyak memakan biaya promosi yang tinggi. Di samping itu perlahanlahan awareness JCC semakin terbentuk.” 2. Word of mouth Sebenarnya word of mouth, bukan promosi utama dari Jakarta Culinary Center. Tetapi promosi ini berlangsung secara tidak sengaja. Hal ini biasanya terjadi di kalangan siswa Jakarta Culinary Center. Bagi siswa yang pernah bersekolah di Jakarta Culinary Center
biasanya akan memberitahu rekan-rekan
lainnya yang memiliki minat di bidang kuliner. Awalnya promosi melalui elemen ini berlangsung secara tidak sengaja, tetapi karena Jakarta Culinary Center melihat ini sebagai peluang yang bagus untuk penjualan maka Jakarta Culinary Center membuat program promosi yaitu “Student get Student” ini di peruntukan bagi seluruh siswa Jakarta Culinary Center baik yang masih belajar maupun yang telah menyelesaikan pendidikan untuk ikut serta memasarkan program yang ada dan menarik siswa untuk belajar dan bergabung pada Program PROFESSIONAL CLASS di Jakarta Culinary Center. Bagi siswa yang berhasil menarik dan mengajak rekan/teman menjadi siswa Jakarta Culinary Center akan diberikan tuition fee sebesar 1,5%. Efek dari word of mouth ini sebenarnya
cukup efektif. Selain itu Jakarta Culinary Center juga menggunakan jasa teman-teman dari staf untuk membantu menyebarkan brand dari Jakarta Culinary Center.
4.2.5. Tujuan Strategi Promosi Sebagaimana yang dijelaskan pada tinjauan pustaka di bab II, bahwa promosi mempunyai tujuan diantaranya menumbuhkan kesadaran keberadaan sebuah produk atau jasa baru (awareness), memberikan informasi yang dibutuhkan atas penggunaan sebuah produk atau jasa (knowledge), berusaha membujuk atau mempengaruhi khalayak untuk melakukan pembelian dan menggunakan produk. Hal ini dipaparkan juga oleh Bapak Achmad Djariat mengenai tujuan strategi promosi yang ingin dicapai oleh Jakarta Culinary Center, berikut pemaparannya : “Hal tersebut tentunya bertujuan meningkatkan penjualan dan awareness dari konsumen akan keberadaan JCC” 4.3.
Pembahasan Sebuah strategi promosi memang sangat dibutuhkan oleh setiap pemasar dalam mempromosikan produk-produknya, begitu juga dengan Jakarta Culinary Center yang membutuhkan suatu strategi promosi yang terencana dan tersusun dengan baik untuk mengenalkan Jakarta Culinary Center kepada masyarakat, khususnya pecinta kuliner. Dalam menyusun sebuah strategi promosi yang baik beberapa langkah yang harus dilakukan,
yaitu : dengan menganalisis kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang atau kesempatan (opportunity) dan ancaman (threats) mengenai produk, lalu dilakukan analisis segmentasi, targeting dan positioning. Setelah itu baru kita bisa menentukan strategi promosi apa yang cocok digunakan oleh produk kita dan dari strategi promosi yang telah ditetapkan kita dapat menentukan elemen-elemen promosi apa yang akan kita lakukan. Di dalam hasil penelitian mengenai analisa SWOT, pada poin kekuatan , kekuatan yang dimiliki oleh Jakarta Culinary Center yaitu merupakan sekolah dibidang tata boga (culinary) pertama di Indonesia yang memberikan bimbingan komprehensif bagi pencinta dunia tata boga dan bisnis Food & Beverage, didukung oleh para professional serta chef terkenal dengan reputasi baik yang memiliki pengalaman bekerja di hotelhotel berbintang lima ternama, memiliki fasilitas perlengkapan dan bahan kebutuhan memasak yang berkualitas dan bermerk baik, Program atau Kurikulum dirancang khusus secara praktikal dan spesifik sesuai kebutuhan dan keinginan calon siswa, materi pembelajaran yang disampaikan
mengikuti
standar
internasional
dan
lebih
banyak
menerapkan praktek dibanding teori dengan menggunakan metode hand’s on cooking serta lokasi sekolah strategis karena berada di tengah kota. Kelemahan yang dimiliki Jakarta Culinary Center adalah biaya pendidikan yang cukup mahal sehingga belum bisa menjangkau khalayak menengah ke bawah dan biaya promosi yang masih terbatas
sehingga brand awareness belum secara universal menjangkau khalayak luas. Tidak ada produk yang benar-benar sempurna, dengan itu kita perlu melakukan analisis SWOT ini sebelum membuat suatu strategi promosi untuk produk kita agar kita dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan dari produk kita, sehingga kita bisa merencanakan suatu strategi komunikasi ataupun promosi yang dapat mengangkat sisi kekuatan yang kita punya dan dapat menutupi kelemahan yang kita punya ataupun dengan meningkatkan kelemahannya menjadi suatu kekuatan. Seperti yang
dikatakan
Hesel
Nogi
S.
Tangkilisan
mengenai
tujuan
dilakukannya identifikasi terhadap analisa SWOT, dimana SWOT merupakan pusat proses perencanaan strategis yang melibatkan pengembangan strategi untuk merespon ancaman dan peluang eksternal dengan mengeksploitasi kekuatan dan menghindari atau meningkatkan kelemahan internal.38 Kalau melihat dari peluang Jakarta Culinary Center memang cukup besar yaitu sebagai sekolah kuliner, Jakarta Culinary Center mempunyai kesempatan untuk mengembangkan program pendidikannya ke jenjang akademi. Lalu dari segi ancaman, sekolah kuliner ini juga memiliki beberapa ancaman seperti sudah mulai banyak sekolah kuliner yang mulai berkembang yang diminati masyarakat umum karena biaya pendidikan yang terjangkau sehingga dapat menjadi ancaman bagi usaha yang dijalankan, mudah
38
http//:www.damandiri.or.id
mendirikan usaha sejenis (Low barries to entry), persaingan sangat ketat (Highly competitive industry) dengan sekolah kuliner lainnya. Namun dengan keberadaan pesaing bukanlah suatu hambatan bagi Jakarta Culinary Center untuk berkembang, malah dengan adanya pesaing itulah sekolah kuliner ini bisa berkembang untuk terus menjaga keeksistensiannya di pasar dan memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ia punya sehingga tidak kalah bersaing dengan sekolah kuliner lainnya. Setelah
analisis
SWOT
peneliti
membahas
tentang
segmentasi Jakarta Culinary Center yaitu : Demografis : Pria dan wanita, 10-50 tahun 25% ekspatriat, 75% domestic, ibu rumah tangga, wiraswasta, karyawan, pelajar, mahasiswa dan pecinta kuliner. Geografis
: Jakarta dan Semarang
Jakarta sebagai pusat perekonomian mempunyai banyak tempat strategis untuk dijadikan tempat bisnis, sedangkan Semarang merupakan salah satu daerah kota besar di Indonesia, dan Jakarta Culinary Center melihat hal ini sebagai peluang yang bagus untuk membuka cabang. Psikografis meliputi kebutuhan konsumen yaitu untuk pengetahuan dan praktek kuliner serta bisnis. Gaya hidup yaitu bagi orang yang ingin belajar dan hobi dibidang kuliner. Jakarta Culinary Center mempunyai target market dengan SES A+, A, B+, B dan mempunyai selera gaya hidup yang tinggi
dan tinggal di daerah perkotaan dengan positioning the first culinary center , Jakarta Culinary Center harus memberikan bimbingan program memasak terbaik kepada para siswa. Di dalam brand awareness-nya Jakarta Culinary Center dapat menggunakan positioningnya sebagai salah satu bagian dari strategi promosinya. Karena
tidak
banyak
sekolah
kuliner
yang
benar-benar
memberikan bimbingan program memasak secara spesifik dan terarah seperti yang dilakukan oleh Jakarta Culinary Center. Ketika unsur-unsur tersebut sudah dianalisa, selanjutnya kita akan merumuskan strategi apa yang akan kita gunakan untuk mengenalkan Jakarta Culinary Center kepada khalayak. Dalam mengenalkan,
memberitahukan
dan
mengingatkan
kembali
manfaat suatu produk agar mendorong para calon siswa untuk bersekolah di Jakarta Culinary Center adalah dengan menggunakan kegiatan promosi. Oleh karena itu, Jakarta Culinary Center mempunyai sebuah strategi promosi yang telah direncanakan yaitu dengan menggabungkan dua elemen strategi yang ada yakni push dan pull strategi. Dimana strategi push adalah mendorong penjualan dengan memperluas pemasaran program memasak ke perumahan elite, sekolah-sekolah, kedutaan, corporate melalui iklan di media cetak, brosur atau leaflet,spanduk, website dan word of mouth. Selain strategi push Jakarta Culinary Center juga menggunakan strategi pull untuk menarik perhatian siswa atau
calon siswa agar mengenal atau bersekolah di Jakarta Culinary Center dengan cara melakukan seminar yang diadakan oleh Jakarta Culinary Center ataupun Jakarta Culinary Center sebagai media partner atau sponsorship. Dan semua strategi yang telah direncanakan itu, bertujuan untuk mengangkat dan mengenalkan nama
Jakarta
Culinary
Center
kepada
khalayak
umum,
mempromosikan Jakarta Culinary Center untuk meraih awareness masyarakat serta membangun product knowledge. Setelah kita membahas strategi promosi, dapat kita jabarkan secara spesifik mengenai pelaksanaan strategi promosi yang dilakukan oleh Jakarta Culinary Center. Kita mulai dari Advertising, dalam hal pemasangan iklan, Jakarta Culinary Center sudah cukup banyak menggunakan media untuk berpromosi. Untuk media above the line Jakarta Culinary Center menggunakan media cetak seperti Koran Kompas , Tabloid komunitas d’Jaxel, Warta Grogol, Majalah Resto. Pemasangan iklan tersebut dilakukan secara rutin setiap pembukaan program-program kelas memasak yang ada di Jakarta Culinary Center. Sedangkan untuk media below the line, Jakarta Culinary Center menggunakan brosur/leaflet, spanduk dan banner. Biasanya brosur itu disebarkan di acara-acara pameran dan seminar serta pada saat berpromosi ke beberapa tempat khusus seperti perumahan elite, sekolah-sekolah (SD,SMP,SMU/SMK) maupun sekolah internasional, serta perusahaan-perusahaan di
Jakarta dan Semarang. Banner pun dipasang didepan stand Jakarta Culinary Center yang biasanya dipakai ketika ada event atau seminar agar para calon konsumen tertarik untuk sekedar melihat atau bersekolah di Jakarta Culinary Center. Spanduk juga dipasang di setiap tempat Jakarta Culinary Center mengadakan event. Dalam hal elemen publisitas (public relition) , Jakarta Culinary Center membuat beberapa event internal maupun eksternal yang melibatkan para siswa dan calon siswa sebagai para pesertanya. Event-event internal yang diadakan oleh Jakarta Culinary Center meliputi lomba memasak antar siswa Jakarta Culinary
Center
yang
bertujuan
untuk
memajukan
dan
mengembangkan kreativitas serta motivasi para siswa, market survey ke pasar-pasar tradisional, tour the hotel & restaurant. Sedangkan event-event eksternal Jakarta Culinary Center meliputi Launching Jakarta Culinary Center di Puri Indah Mall kegiatan Exhibition, Talk Show dan Cooking Demo (Januari 2009),Cooking Demo di Kinokuniya Bookstore Plaza Senayan dan Plaza Indonesia (Maret 2009),
Mengikuti pameran Entrepeneur di
Prasetiya Mulya (Mei 2009), Cooking Demo bersama Periplus dan Talkshow di “EX Plaza” Plaza Indonesia (Juli 2009), Home Cooking Demo di Perumahan
Bali
View,
Ciputat
(September 2009), Franchise Exhibition di Jakarta Convention Center (November 2009). Selain kegiatan di atas terdapat pula
liputan khusus dari berbagai media cetak seperti Majalah Femina, Her World Megazine, Harian Warta Kota. Ketiga media tersebut meliput kegiatan program memasak yang diselenggarakan oleh Jakarta Culinary Center. Jakarta Culinary Center dalam hal elemen sales promotion memberikan Discount berupa potongan harga pada program Profesional Class yang merupakan salah satu program memasak yang
dimiliki
Jakarta
Culinary Center yang memberikan
bimbingan praktek dan teori selama satu tahun. Bagi calon siswa Profesional Class yang membayar langsung secara lunas program ini selama 1 tahun sebelum kelas dimulai, akan mendapatkan discount 10%. Selain itu dalam hal berorientasi menjalin kedekatan dengan khalayak luas agar terbentuk brand awareness, Jakarta Cuinary Center membuat program khusus yaitu ”One Day Hand’s on Cooking”. Program ini ditujukan bagi sekolah-sekolah (SD,SMP,SMU,SMK),
sekolah
internasional,
universitas,
departemen, corporate dan masyarakat luas . Program hand’s on cooking ini berlangsung selama satu hari yang dapat diikuti minimal 10 peserta. Program ini dapat menyesuaikan budget, metode dan waktu yang diinginkan oleh para peserta. Kegiatan personal selling dilakukan ketika Jakarta Culinary Center sedang ada event atau mengikuti pameran-pameran. Dimana Jakarta Culinary Center mengutus karyawannya untuk
memprospek, menawarkan serta mendorong konsumen untuk bersekolah di Jakarta Culinary Center. Kegiatan personal selling juga dilakukan tim marketing pada saat calon siswa berkunjung ke Jakarta Culinary Center untuk menanyakan informasi dan prosedur bersekolah. Dalam hal ini merupakan kesempatan bagi para marketing Jakarta Culinary Center untuk menjelaskan secara langsung segala informasi tentang program-program yang ada di Jakarta Culinary Center. Melalui kegiatan personal selling ini cukup banyak masyarakat yang merespon positif tentang programprogram yang ada di Jakarta Culinary Center. Hal ini ditunjang oleh pemasangan iklan, word of mouth dan website. Dalam elemen Direct Marketing, Jakarta Culinary Center memakai direct mail online ini berbarengan dengan telemarketing, sehingga tercipta kesinambungan jalinan hubungan dengan pelanggan. Melalui gabungan kedua elemen direct marketing ini mempermudah kinerja marketing dalam menyampaikan informasi dan merespon balik dengan cepat pertanyaan-pertanyaan tentang program-program Jakarta Culinary Center yang ingin diketahui oleh calon siswa. Selain kelima elemen promosi diatas terdapat elemen penunjang yang digunakan Jakarta Culinary Center yaitu penggunaan internet dan word of mouth. Dalam hal internet, Jakarta Culinary Center mempunyai website sendiri yaitu
www.jakartaculinary.com di tahun 2006. Isi website ini mengenai program-program memasak yang dimiliki oleh Jakarta Culinary Center, informasi-informasi terbaru tentang dunia kuliner, jadwal pembukaan kelas, profile Jakarta Culinary Center dan lain-lain. Dengan adanya website ini sangat membantu Jakarta Culinary Center dalam berpromosi untuk meraih awareness masyarakat. Mengingat dunia teknologi komunikasasi saat ini semakin berkembang. Sebagian besar masyarakat tahu akan keberadaan Jakarta Culinary Center melalui website. Satu lagi elemen penunjang kegiatan promosi Jakarta Culinary Center yaitu word of mouth. Dalam hal ini biasanya terjadi di kalangan siswa Jakarta Culinary Center. Bagi siswa yang pernah bersekolah di Jakarta Culinary Center biasanya akan memberitahu rekan-rekan lainnya yang memiliki minat di bidang kuliner. Awalnya promosi melalui elemen ini berlangsung secara tidak sengaja, tetapi karena Jakarta Culinary Center melihat ini sebagai peluang yang bagus untuk penjualan maka Jakarta Culinary Center membuat program promosi yaitu “Student get Student” ini di peruntukan bagi seluruh siswa Jakarta Culinary Center baik yang masih belajar maupun yang telah menyelesaikan pendidikan untuk ikut serta memasarkan program yang ada dan menarik siswa untuk belajar dan bergabung pada Program PROFESSIONAL CLASS
di Jakarta Culinary
Center. Bagi siswa yang berhasil menarik dan mengajak
rekan/teman menjadi siswa Jakarta Culinary Center akan diberikan tuition fee sebesar 1,5%. Efek dari word of mouth ini sebenarnya cukup
efektif.
Selain
itu
Jakarta
Culinary
Center
juga
menggunakan jasa teman-teman dari staf untuk membantu menyebarkan brand dari Jakarta Culinary Center.Dari keseluruhan rangkaian strategi promosi yang telah dijalankan, hampir semuanya membawa pengaruh yang cukup baik terhadap Jakarta Culinary Center, terlebih lagi dalam perkembangan Jakarta Culinary Center yang saat ini semakin baik dan juga sudah terciptanya awareness dari para pecinta kuliner dan masyarakat. Karena tujuan dari semua rangkaian strategi promosi yang dijalankan itu untuk meningkatkan brand awareness Jakarta Culinary Center. Sehingga dengan terbentuknya awareness dari para konsumen membuat Jakarta Culinary Center lebih mudah dalam menjalankan strategi-strategi atau kegiatan lainnya.