BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap 30 perusahaan emiten sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2006 dan 2007, serta mengeluarkan dividen pada tahun 2007. Dari 30 perusahaan yang diteliti yang terdiri dari 14 sub sektor industri. Pertama yaitu sub sektor industri otomotif, dalam sub sektor ini terdapat enam perusahaan yang menjadi obyek penelitian yaitu pertama PT Tunas Ridean Tbk, PT Gajah Tunggal Tbk, PT Indo Kordsa Tbk, PT Selamat Sempurna Tbk, PT Hexindo Adiperkasa Tbk, dan PT Goodyear Indonesia Tbk. Ruang lingkup usaha meliputi ekspor impor kendaraan roda dua dan empat, industri ban, dan lain-lain. Pangsa pasar sub sektor industri otomotif ini yaitu dalam dan luar negeri (ekspor dan impor). Pada tahun 2007 ini secara umum, sub sektor otomotif mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah permintaan dan penjualan barang yang dihasilkan sekitar 36% dari tahun sebelumnya. Untuk rata-rata jumlah seluruh modal saham yang ditempatkan dan disetor penuh yaitu 61,85% dari seluruh jumlah modal saham yang dimiliki perusahaan. Dan kepemilikkan saham yang dimiliki publik pada sub sektor otomotif ini adalah sebesar 19,61%. Perusahaan tertinggi kepemilikkan saham publik untuk sub sektor ini adalah PT
75
76
Gajah Tunggal Tbk sebesar 35% dan yang terendah PT Goodyear Indonesia Tbk sebesar 8,36%. Sub sektor kedua yaitu sub sektor industri logam. Dalam sub sektor ini terdapat empat perusahaan yang diteliti yaitu, PT Lion Metal Works Tbk, PT Citra Tubindo Tbk, PT Lionmesh Prima Tbk, PT Alumindo Light Metal Industry Tbk. Dari keempat perusahaan tersebut rata-rata memproduksi dan mengolah produk yang berasal dari logam besi dan baja. Pangsa pasar industri ini di dalam negeri dan untuk diekspor ke luar negeri. Secara keseluruhan tingkat pertumbuhan untuk sub sektor industri logam ini rata-rata 8%, rata-rata jumlah modal saham yang ditempatkan dan disetor penuh sebesar 37,49% dari seluruh modal saham perusahaan, dan rata-rata jumlah saham yang dimiliki publik yaitu sebesar 31,63%. Kepemilikkan saham oleh publik tertinggi yaitu PT Lionmesh Prima Tbk sebesar 42, 22% dan terendah PT Alumindo Light Metal Industry Tbk sebesar 17,42%. Selanjutnya untuk sub sektor industri kimia, jumlah perusahaan yang diteliti yaitu dua perusahaan terdiri dari PT Budi Acid Jaya Tbk dan PT Colorpak Indonesia Tbk, segmen usaha dari industri ini adalah industri pengolahan bahan makanan dan bahan kimia serta tinta cetak. Secara keseluruhan untuk sub sektor industri kimia rata-rata pertumbuhan industri sebesar 6% dan rata-rata jumlah modal saham yang ditempatkan dan disetor penuh sebesar 59,30% dari seluruh modal saham perusahaan, serta jumlah saham yang dimiliki oleh publik memiliki rata-rata 34,01%.
77
Sub sektor selanjutnya yang diteliti adalah sub sektor industri pakaian dan tekstil lainnya. Hanya satu perusahaan yang diteliti, yaitu PT Sepatu Bata Tbk, perusahaan ini bergerak di bidang industri sepatu. Pangsa pasar perusahaan didalam dan di luar negeri, namun pendapatan perusahaan terbanyak tetap dari pasar dalam negeri. Rata-rata tingkat pertumbuhan industri pada tahun 2007 sebesar 13%. Dan dari 65% modal saham yang ditempatkan dan disetor penuh, sebesar 15,02% dimiliki oleh publik. Untuk sub sektor industri tembakau, seperti halnya industri pakaian dan tekstil diatas, perusahaan yang diteliti hanya satu yaitu PT Gudang Garam Tbk perusahaan ini bergerak di bidang industri rokok. Pangsa pasar perusahaan adalah di dalam negeri, penghasilan perusahaan pada tahun 2007 naik sebesar 7% dari tahun sebelumnya karena naiknya harga jual produk. Modal saham yang ditempatkan dan disetor penuh sebesar dari seluruh modal saham perusahaan 83% sebesar 25,82% dimiliki publik. Sub sektor industri selanjutnya yang diteliti adalah industri barang konsumsi, dalam sub sektor ini ada dua perusahaan yang menjadi obyek penelitian yaitu PT Mustika Ratu Tbk dan PT Unilever Indonesia Tbk. Pangsa pasar perusahaan yaitu didalam negeri. Rata-rata pertumbuhan industri tahun 2007 sebesar 18%, selain itu dari kedua perusahaan diatas modal saham yang ditempatkan dan disetor penuh oleh PT Mustika Ratu Tbk sebesar 53,5% sedangkan PT Unilever Tbk seluruh modal sahamnya ditempatkan dan disetor penuh, rata-rata kepemilikkan saham oleh publik adalah sebesar 17,26%.
78
Selanjutnya yaitu sub sektor industri makanan dan minuman. Dari sub sektor ini ada tiga perusahaan yang diteliti, yaitu PT Mayora Indah Tbk, PT Multi Bintang Indonesia Tbk, dan PT Aqua Golden Misisssippi Tbk. Pangsa pasar perusahaan didalam negeri, tetapi untuk PT Aqua Golden Misissippi Tbk telah memperluas pangsa pasar hingga luar negeri. Untuk sub sektor industri makanan dan minuman ini rata-rata pertumbuhan industri sebesar 5%, jumlah saham yang ditempatkan dan disetor penuh sebesar 51,30% dari jumlah modal saham perusahaan dan rata-rata kepemilikkan saham oleh publik adalah sebesar 28,28%. Kepemilikkan saham oleh publik tertinggi yaitu PT Mayora Indah Tbk yaitu sebesar 61,81% dan terkecil PT Aqua Golden Missisippi Tbk sebesar 6,40%. Sub sektor selanjutnya yang juga menjadi obyek penelitian ini adalah sub sektor perdagangan besar dan eceran. Obyek penelitian pada sub sektor ini yaitu PT Tigaraksa Satria Tbk dan PT Matahari Putra Prima Tbk. Pangsa pasar industri ini adalah di dalam negeri, dan pada tahun 2007 telah membukukan tingkat pertumbuhan rata-rata 8%, selain itu rata-rata modal saham perusahaan yang ditempatkan dan disetor penuh sebesar 45% dari seluruh modal saham perusahaan dan kepemilikkan saham publik pada sub sektor perdagangan besar dan eceran ini yaitu sebesar 20,34%. Sub sektor selanjutnya yaitu industri pelayanan transportasi. Untuk sub sektor ini ada tiga perusahaan yang diteliti. Yaitu PT Berlian Laju Tanker Tbk, PT Rig Tenders Indonesia Tbk, dan PT Samudera Indonesia Tbk. Secara umum, pada sub sektor pelayanan transportasi ini tumbuh 14% dari tahun sebelumnya dan ratarata modal saham perusahaan yang ditempatkan dan disetor penuh sebesar 54%
79
dari seluruh modal saham perusahaan, dan kepemilikkan saham oleh publik sebesar 29,30%. Untuk sub sektor elektronik dan peralatan kantor terdapat dua perusahaan yang diteliti, yaitu PT Metrodata Electronics Tbk dan PT Astra Graphia Tbk. Secara umum, pada sub sektor elektronik ini tumbuh 28% dari tahun sebelumnya dan rata-rata modal saham perusahaan yang ditempatkan dan disetor penuh sebesar 65% dari seluruh modal saham perusahaan, rata-rata kepemilikkan saham oleh publik pada sub sektor ini adalah sebesar 54,25%. Untuk sub sektor Telekomunikasi, Industri Adhesive, Industri Kabel, dan Industri Batu, Gelas dan Beton masing-masing hanya satu perusahaan yang diteliti. Untuk sub sektor telekomunikasi, obyek yang diteliti adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, pada umumnya pertumbuhan sub sektor ini sebesar 14%, modal saham ditempatkan dan disetorkan seluruhnya dan sebesar 30,98% dimiliki oleh publik. Pada sub sektor adhesive, kabel dan industri gelas, batu, dan beton masing-masing tumbuh sebesar 0,45%, untuk sub sektor adhesive obyek yang diteliti adalah PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk modal saham perusahaan yang ditempatkan dan disetor penuh sebesar 61% dari seluruh modal saham perusahaan dan sebesar 29,59% dimiliki oleh publik. Pada sub sektor batu, gelas dan beton obyek yang diteliti yaitu PT Arwana Citramulia Tbk modal saham perusahaan yang ditempatkan dan disetor penuh sebesar 60% dari seluruh modal saham perusahaan dan sebesar 24,81% saham dimiliki publik dengan masingmasing kepemilikkan kurang dari 5%. Pada sub sektor industri kabel obyek penelitian yaitu PT Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk modal
80
saham perusahaan yang ditempatkan dan disetor penuh sebesar 65% dari seluruh modal saham perusahaan sebesar 32,74% dimiliki oleh publik.
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu Profitabilitas sebagai Variabel Independen (Variabel X) dan Return Saham sebagai Variabel Dependen (Variabel Y). Sebelum menguji hipotesis penelitian dari kedua variabel tersebut, terlebih dahulu mengetahui data mengenai kedua variabel tersebut. Dibawah ini adalah deskripsi data untuk Variabel X (Profitabilitas) dan Variabel Y (Return Saham):
4.2.1 Data Profitabilitas Profitabilitas
perusahaan
adalah
kemampuan
perusahaan
dalam
memperoleh laba, profitabilitas dapat dihitung dengan menggunakan rasio keuangan (Munawir, 2004:33). Dalam penelitian ini, profitabilitas dihitung dengan menggunakan indikator Return On Asset (ROA). ROA adalah rasio profitabilitas pengembalian
yang
menggambarkan
(return)
seberapa
besar
persentase
jumlah
yang dihasilkan manajemen atas modal yang
diinvestasikan pemegang saham, sesudah dikurangi kewajiban kepada kreditur dengan menggunakan aset yang dimiliki perusahaan (Munawir, 2004:89). Return On Asset dihitung dengan membandingkan antara laba bersih dengan total aset yang dimiliki perusahaan tersebut. Berikut ini adalah perhitungan ROA dari sampel perusahaan yang diteliti, data yang digunakan bersumber dari laporan keuangan tahun 2007.
81
TABEL 4.1 PERHITUNGAN RETURN ON ASSET (ROA) PERUSAHAAN EMITEN SEKTOR MANUFAKTUR TAHUN 2007 No
Nama Perusahaan
Net Income (Rp)
Asset (Rp)
ROA
1
2
3
4
5 = 3/4
1 PT Tunas Ridean Tbk. 2 PT Gajah Tunggal Tbk. 3 PT Indo Kordsa Tbk. 4 PT Selamat Sempurna Tbk. 5 PT Hexindo Adiperkasa Tbk. 6 PT Goodyear Indonesia Tbk. 7 PT Telkom Tbk. 8 PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk. 9 PT Lion Metal Works Tbk. 10 PT Citra Tubindo Tbk. 11 PT Lion Mesh Prima Tbk. 12 PT Alumindo Light Metal Tbk. 13 PT Budi Acid Jaya Tbk. 14 PT Colorpak Indonesia Tbk. 15 PT Sepatu Bata Tbk. 16 PT Gudang Garam Tbk. 17 PT Unilever Indonesia Tbk. 18 PT Mustika Ratu Tbk. 19 PT Mayora Indah Tbk. 20 PT Multi Bintang Indonesia Tbk. 21 PT Aqua Golden Tbk. 22 PT Arwana Citramulia Tbk. 23 PT Tigaraksa Satria Tbk. 24 PT Matahari Putra Prima Tbk. 25 PT Berlian Laju Tanker Tbk. 26 PT RigTenders Indonsia Tbk. 27 PT Samudera Indonesia Tbk. 28 PT Metrodata Electronics Tbl. 29 PT Astra Graphia Tbk. 30 PT Supreme Cable Tbk. Jumlah Rata-Rata
189.816 3.345.245 0,0567420 90.841 8.454.693 0,0107444 39.149 1.554.863 0,0251784 80.325 830.050 0,0967713 49.522 1.383.840 0,0357859 42.399 579.661 0,0731445 12.857.018 82.058.760 0,1566806 1.377 156.052 0,0088240 25.298 216.130 0,1170499 21.951 1.601.065 0,0137102 5.942 62.812 0,0945998 3.172 1.370.928 0,0023138 46.177 1.485.651 0,0310820 9.758 16.758 0,5822891 34.578 33.208 1,0412551 1.443.585 23.928.968 0,0603279 1.962.147 5.333.406 0,3678975 1.113 315.998 0,0035222 141.589 1.893.175 0,0747892 84.385 621.835 0,1357032 65.913 891.530 0,0739325 43.433 630.587 0,0688771 47.191 1.348.755 0,0349886 180.191 8.403.470 0,0214425 758.982 20.668.625 0,0367215 28.244 950.401 0,0297180 135.633 3.971.871 0,0341484 28.480 1.162.251 0,0245042 72.074 624.557 0,1154002 53.860 1.293.677 0,0416333 18.544.143 175.188.822 0,1058523 618.138 5.839.627 0,0035284
(sumber: laporan keuangan tahun 2007 dalam jutaan rupiah, data diolah kembali)
82
TABEL 4.2 PERHITUNGAN RATA-RATA RETURN ON ASSET SUB SEKTOR MANUFAKTUR TAHUN 2007 No
Sub Sektor
Rata-Rata Net Income
Rata-Rata Aset
Rata-Rata ROA
1
2
3
4
5 = 3/4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Automotive and Allied Products Telecommunication Adhesive Metal and Allied Product Chemical and Allied Products Apparel and Other Textile Products Tobacco Manufacturers Consumer Goods Food and Beverages Stone, Clay, Glass and Concrete Products Wholesale and Retail Trade Transportation Services Electronic and Office Equiptment Cable
82.009 2.691.392 0,0497278 12.857.018 82.058.760 0,1566806 1.377 156.052 0,0088240 14.091 812.734 0,0569184 27.968 751.205 0,3066855 34.578 33.208 1,0412551 1.443.585 23.928.968 0,0603279 981.630 2.824.702 0,1857099 97.296 1.135.513 0,0948083 43.433 630.587 0,0688771 90.272 3.460.937 0,0417694 307.620 8.530.299 0,0335293 50.277 893.404 0,0699522 53.860 1.293.677 0,0416333
(sumber: laporan keuangan tahun 2007 dalam jutaan rupiah, data diolah kembali) Berdasarkan data diatas, didapat keterangan perolehan ROA yang berbeda di setiap perusahaan. Hal ini dikarenakan net income/laba bersih perusahaan dan jumlah aset yang dimiliki masing-masing perusahaan berbeda. Rata-rata rasio ROA perusahaan manufaktur secara keseluruhan yaitu sebesar 0,35%, dengan rata-rata net income sebesar Rp 618.138.000.000,00 dan rata-rata aset Rp 5.839.627.000.000,00. Ini berarti bahwa rata-rata kemampuan perusahaan menghasilkan laba setiap Rp 100,00 aset adalah Rp 0,35, tentu saja ini merupakan nilai yang sangat rendah. Hal ini disebabkan karena masih tersisanya dampak dari subprime mortgage di pasar global, terlebih lagi pada tahun 2007 ini terjadi kenaikkan harga minyak dunia, yang kemudian berdampak pada permintaan ekspor barang dari Indonesia, sehingga mengganggu pendapatan perusahaan,
83
walaupun secara umum pada tahun 2007 perekonomian mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Dilihat dari masing-masing sub sektor perusahaan manufaktur, untuk sub sektor otomotif, rata-rata rasio ROA yaitu 4,97% dengan rata-rata net income sebesar Rp 82.009.000.000,00 dan aset sebesar Rp 2.691.392.000.000,00, artinya bahwa di sub sektor otomotif rata-rata kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aset yang dimiliki setiap Rp 100,00 adalah Rp 4,97. Untuk sub sektor industri logam, rata-rata rasio ROA yaitu 5,69% dengan rata-rata
net
income
Rp
14.090.000.000,00
dan
rata-rata
aset
Rp
812.733.000.000,00, ini berarti bahwa di sub sektor industri logam rata-rata kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aset yang dimiliki setiap Rp 100,00 adalah Rp 5,69. Untuk sub sektor industri makanan dan minuman, rata-rata ROA yaitu sebesar 9,48% dengan rata-rata net income Rp 97.296.000.000,00 dan rata-rata aset Rp 1.135.513.000.000,00. Artinya bahwa di sub sektor industri makanan dan minuman, rata-rata perusahaan mampu menghasilkan laba sebesar Rp 9,48 dari setiap Rp 100,00 aset yang dimilikinya. Sedangkan untuk sub sektor pelayanan transportasi, rata-rata ROA yaitu 3,35% dengan rata-rata net income Rp 307.620.000.000,00 dan rata-rata aset Rp 8.530.299.000.000,00. Ini berarti bahwa rata-rata kemampuan perusahaan memperoleh laba adalah sebesar Rp 3,35 dari setiap Rp 100,00 aset yang dimilikinya.
84
Selanjutnya yaitu sub sektor industri kimia, dari dua perusahaan yang diteliti diperoleh rata-rata ROA sebesar 30,67% dengan rata-rata net income Rp 27.968.000.000,00 dan aset Rp 751.205.000.000,00. Artinya di sub sektor industri kimia ini, rata-rata perusahaan mampu menghasilkan laba sebesar Rp 30,67 dari setiap Rp 100,00 aset yang dimilikinya. Sektor lainnya yang menjadi obyek penelitian adalah sub sektor barang konsumsi. Rata-rata ROA pada sub sektor ini yaitu 18,57%, dengan rata-rata net income sebesar Rp 981.630.000.000,00 dan aset Rp 2.824.702.000.000,00. Artinya yaitu pada sub sektor barang konsumsi, rata-rata kemampuan perusahaan memperoleh laba sebesar Rp 18,57 dari setiap Rp 100,00 aset yang dimiliki. Untuk sub sektor perdagangan besar dan eceran, sub sektor ini memiliki rata-rata ROA sebesar 2,82% dengan rata-rata net income sebesar Rp 113.691.000.000,00 dan aset Rp 4.876.113.000.000,00. Artinya rata-rata kemampuan perusahaan memperoleh laba dari setiap Rp 100,00 aset yang dimiliki adalah sebesar Rp 2,82. Sedangkan untuk sub sektor industri elektronik dan peralatan kantor, ratarata ROA yaitu sebesar 7% dengan rata-rata net income Rp 50.277.000.000,00 dan aset Rp 893.404.000.000,00. Ini berarti bahwa di sub sektor industri elektronik dan peralatan kantor, rata-rata kemampuan perusahan dalam memperoleh laba Rp 7,00 dari setiap Rp 100,00 aset yang dimilikinya. Sedangkan untuk sub sektor industri telekomunikasi karena yang diteliti hanya satu perusahaan jadi untuk rata-rata ROA, didapat dari rasio ROA perusahaan itu sendiri yaitu 15,67% dengan perolehan net income Rp
85
12.857.018,00 dan aset Rp 82.058.760,00. Artinya kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba sebesar Rp 15,67 dari setiap Rp 100,00 aset yang dimilikinya. Sama halnya seperti sub sektor telekomunikasi sub sektor adhesive pun hanya meneliti satu perusahaan saja, jadi rasio ROA yang dimiliki sub sektor ini yaitu sebesar 0,88% dengan perolehan net income Rp 1.377.000.000,00 dan aset Rp 156.052.000.000,00. Artinya perusahaan memiliki kemampuan menghasilkan laba sebesar Rp 0,88 dari setiap Rp 100,00 aset yang dimilikinya. Begitu pula dengan sub sektor industri tembakau, industri pakaian dan tekstil lainnya serta industri kabel. Ketiga sub sektor tersebut masing-masing hanya satu perusahaan yang diteliti. Untuk industri tembakau, perolehan ROA yaitu sebesar 6,03% dengan perolehan net income Rp 1.443.585.000.000,00 dan aset Rp 23.928.968.000.000,00. Yang berarti bahwa kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba sebesar Rp 6,03 dari setiap Rp 100,00 aset yang dimiliki. Sedangkan sub sektor pakaian dan industri tekstil lainnya, ROA perusahaan sebesar 104,12%. Dan untuk sub sektor industri kabel, diperoleh ROA sebesar 4,16% dengan total net income Rp 53.860.000.000,00 dan aset sebesar Rp 1.293.677.000.000,00. Ini berarti bahwa untuk sub sektor industri kabel ini kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dari setiap Rp 100,00 aset yang dimiliki yaitu Rp 4,16%. Dilihat dari hasil perhitungan diatas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata profitabilitas untuk perusahaan manufaktur ini sudah cukup baik. Untuk setiap sub sektor industri seluruhnya memiliki rata-rata ROA yang diatas rata-rata sektor manufaktur secara keseluruhan. Untuk sub sektor yang memiliki tingkat ROA
86
tertinggi adalah sub sektor industri pakaian dan tektil lainnya, hal ini karena perusahaan berhasil meningkatkan jumlah penjualan baik didalam maupun luar negeri (ekspor) serta mampu memperluas pangsa pasar dengan cara menjalin kerjasama dengan negara lain seperti Thailand. Dan terendah adalah sub sektor industri adhesive. Sub sektor ini masih belum optimal dalam menghasilkan laba bagi perusahaan, karena juga terkena dampak dari subprime mortgage di pasar dunia, sehingga dari tiga jenis lingkup usaha perusahaan, dua lingkup yang ternyata mengalami kerugian akibat kurangnya permintaan ekspor dari negara-negara eksportir sehingga menghambat operasi perusahaan dan mengakibatkan kerugian perusahaan di bidang industri lem dan pertambangan, tetapi untuk industri barang-barang kimia perusahaan masih mampu menghasilkan laba yang cukup signifikan sehingga perusahaan mampu membagikan imbal hasil investasi kepada investor. Sedangkan apabila dilihat secara keseluruhan perusahaan, untuk tingkat rasio ROA tertinggi adalah PT Sepatu Bata Tbk, perusahaan ini termasuk dalam sub sektor pakaian dan industri tekstil lainnya yaitu sebesar 1,0412 atau 104,12%, dengan net income Rp 34.578.000.000,00 dan jumlah aset Rp 33.208.000.000,00. Ini berarti bahwa kemampuan perusahaan menghasilkan laba perusahaan dari aset yang dimiliki sebesar Rp 100,00 adalah sebesar Rp 104,12. PT Sepatu Bata Tbk telah optimal dalam perolehan laba operasinya, hal ini dibuktikan rasio ROA yang diperoleh sangat tinggi. Sedangkan rasio ROA terendah dimiliki oleh PT Alumindo Metal Industry Tbk yaitu sebesar 0,0023 atau 0,23%. Ini berarti bahwa kemampuan perusahaan
87
menghasilkan laba perusahaan dari aset yang dimiliki sebesar Rp 100,00 adalah sebesar Rp 0,23. PT Alumindo Metal Industry Tbk belum mampu menghasilkan laba secara optimal, hal ini terlihat dari persentase ROA yang diperolehnya dibawah rata-rata seluruh perusahaan yang diteliti. Hal ini terjadi karena perusahaan terkena dampak dari kenaikkan harga minyak dunia, yang kemudian mempengaruhi kemampuan operasi perusahaan, terutama berkurangnya jumlah ekspor perusahaan karena berkurangnya permintaan dari negara-negara eksportir.
4.2.2 Data Return Saham Return saham merupakan imbal hasil dari suatu investasi yang dilakukan oleh investor. Return saham dapat berupa capital gain dan dividen (Jogiyanto, 2003:110). Dalam penelitian ini, return saham yang dihitung adalah dividen, yaitu dengan membandingkan antara dividen per lembar saham yang diperoleh dengan harga saham pada tahun lalu, dan mengabaikan capital gain. Return yang dicari adalah return tahunan dengan menggunakan harga saham bulanan. Ukuran harga saham (Pt-1) dilakukan dengan cara menghitung rata-rata harga saham setiap bulan, dari bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun sebelumnya, dengan mengambil harga saham pada saat penutupan perdagangan (closing price). Berikut ini adalah return saham masing-masing perusahaan emiten hasil perhitungan yang digunakan dalam penelitian.
88
TABEL 4.3 PERHITUNGAN RETURN SAHAM PERUSAHAAN EMITEN SEKTOR MANUFAKTUR TAHUN 2007 No
Nama Perusahaan
Dividen (Rp)
Harga Saham (Rp)
Return Saham
1
2
3
4
5 = 3/4
1 PT Tunas Ridean Tbk. 2 PT Gajah Tunggal Tbk. 3 PT Indo Kordsa Tbk. 4 PT Selamat Sempurna Tbk. 5 PT Hexindo Adiperkasa Tbk. 6 PT Goodyear Indonesia Tbk. 7 PT Telkom Tbk. 8 PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk. 9 PT Lion Metal Works Tbk. 10 PT Citra Tubindo Tbk. 11 PT Lion Mesh Prima Tbk. 12 PT Alumindo Light Metal Tbk. 13 PT Budi Acid Jaya Tbk. 14 PT Colorpak Indonesia Tbk. 15 PT Sepatu Bata Tbk. 16 PT Gudang Garam Tbk. 17 PT Unilever Indonesia Tbk. 18 PT Mustika Ratu Tbk. 19 PT Mayora Indah Tbk. 20 PT Multi Bintang Indonesia Tbk. 21 PT Aqua Golden Tbk. 22 PT Arwana Citramulia Tbk. 23 PT Tigaraksa Satria Tbk. 24 PT Matahari Putra Prima Tbk. 25 PT Berlian Laju Tanker Tbk. 26 PT RigTenders Indonsia Tbk. 27 PT Samudera Indonesia Tbk. 28 PT Metrodata Electronics Tbl. 29 PT Astra Graphia Tbk. 30 PT Supreme Cable Tbk. Jumlah Rata-Rata
55 5 63 20 21 88 309 1 125 1884 50 50 2 10 6361 250 167 5 40 3600 1000 5 28 12 50 25 200 3 32 30 14.491 483,03
(sumber: laporan keuangan, data diolah kembali)
675 590 1319,16667 319,166667 880 7816,66667 7796 670 1759 11666,66667 1700 587,166667 115 498 13258 10138 4688 309 1083 51717 738.333 283 240 822,5 1699,583333 997,5 7504,545455 73,75 287,9166667 650 868.474,63 28.949,15
0,0814815 0,0084746 0,0477574 0,0626632 0,0238636 0,0112580 0,0396366 0,0014916 0,0710564 0,1614857 0,0294118 0,0851547 0,0173913 0,0201005 0,4797737 0,0246609 0,0356267 0,0161943 0,0369515 0,0696101 0,0013544 0,0176991 0,1166667 0,0145897 0,0294190 0,0250627 0,0266505 0,0406780 0,1111433 0,0461538 0,0166856 0,0005562
89
TABEL 4.4 PERHITUNGAN RATA-RATA RETURN SAHAM SUB SEKTOR MANUFAKTUR TAHUN 2007 No
Sub Sektor
1
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Rata-Rata Rata-Rata Dividen Harga Saham
Automotive and Allied Products Telecommunication Adhesive Metal and Allied Product Chemical and Allied Products Apparel and Other Textile Products Tobacco Manufacturers Consumer Goods Food and Beverages Stone, Clay, Glass and Concrete Products Wholesale and Retail Trade Transportation Services Electronic and Office Equiptment Cable
3
42 309 155 527 6 6.361 250 1.696 1.547 5 15 92 18 30
Rata-Rata Return Saham
4
1.933 7.796 4.233 3.928 306 13.258 10.138 7.098 263.711 283 448 3.401 181 650
5 = 3/4
0,0392497 0,0396366 0,0205641 0,0867771 0,0187459 0,4797737 0,0246609 0,1390639 0,0359720 0,0176991 0,0496518 0,0270440 0,0759106 0,0461538
(sumber: laporan keuangan, data diolah kembali) Berdasarkan data diatas, didapat keterangan perolehan return saham yang berbeda di setiap perusahaan. Hal ini dikarenakan dividen yang dibagikan masingmasing perusahaan berbeda. Dalam hal pembagian dividen, setiap perusahaan memiliki pertimbangan tersendiri yang tentunya disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan perusahaan itu sendiri. Untuk return saham, rata-rata perusahaan manufaktur sebesar 0,06%. Dari 30 perusahaan yang diteliti, ternyata seluruh perusahaan memiliki return saham diatas rata-rata. Artinya imbal hasil atas investasi yang dilakukan oleh pemegang saham (investor) telah optimal. Untuk return saham setiap sub sektor dapat dijabarkan sebagai berikut: Pertama yaitu sub sektor otomotif, rata-rata return saham yang dihasilkan yaitu sebesar 3,92%, dengan rata-rata dividen yang dibagikan per lembar saham sebesar
90
Rp 42,00 dan harga saham Rp 1.933,00. Artinya bahwa untuk sub sektor ini, ratarata investasi satu lembar sahamnya akan memberikan imbal hasil kepada investor sebesar 3,92%. Sub sektor kedua yaitu sub sektor telekomunikasi. Untuk sub sektor telekomunikasi, return saham yang dihasilkan yaitu sebesar 3,96%, hasil ini didapat dari perbandingan dividen per lembar saham sebesar Rp 309,00 dengan harga per lembar saham Rp 7.796,00. Ini berarti bahwa untuk sub sektor ini, ratarata investasi satu lembar saham akan memberikan imbal hasil kepada investor sebesar 3,96%. Dan untuk sub sektor adhesive return saham yang dihasilkan sebesar 0,15%, dengan dividen per lembar saham Rp 1,00 dan harga saham per lembar Rp 670,00. Hasil perhitungan diatas bermakna bahwa setiap investor melakukan investasi satu lembar saham di sektor ini, akan menghasilkan imbal hasil sebesar 0,15%. Selanjutnya yaitu sub sektor industri logam, rata-rata return saham yang dihasilkan sub sektor ini adalah 8,68% dengan rata-rata dividen per lembar saham sebesar Rp 527,00 dan harga saham per lembar Rp 3.928,00. Artinya yaitu apabila investor berinvestasi di sub sektor ini, setiap satu lembar saham yang dimilikinya akan memberikan imbal hasil sebesar 8,68%. Sedangkan untuk sub sektor industri kimia, rata-rata return saham yang dihasilkan yaitu sebesar 1,87% dengan rata-rata dividen per lembar saham Rp 6,00 dan harga saham per lembar Rp 306,00. Artinya bahwa setiap satu lembar
91
saham yang diinvestasikan di sub sektor ini akan menghasilkan return saham sebesar 1,87%. Untuk
sub
sektor
industri
tembakau,
kemampuan
perusahaan
menghasilkan return saham bagi investor yaitu sebesar 2,47% dengan dividen per lembar saham sebesar Rp 250,00 dan harga per lembar saham Rp 10.138,00. Ini berarti bahwa apabila investor berinvestasi di sektor ini, setiap satu lembar sahamnya akan memberikan imbal hasil sebesar 2,47%. Dan untuk sub sektor industri barang konsumsi, dari dua perusahaan yang diteliti ternyata memiliki rata-rata kemampuan menghasilkan return saham 2,59% dengan rata-rata nilai dividen saham sebesar Rp 86,00 dan harga saham Rp 2.498,00. Artinya rata-rata kemampuan industri memberikan return saham kepada investor dari setiap satu lembar saham yang dimilikinya adalah sebesar 2,59%. Untuk sub sektor pakaian dan industri tekstil lainnya, mampu memberikan return saham 47,97%, dengan dividen per lembar sahamnya sebesar Rp 6.361,00 dan harga saham per lembar Rp 13.258,00. Artinya yaitu investor akan menerima imbal hasil sebesar 47,97% dari setiap satu lembar saham yang dimilikinya. Selanjutnya yaitu sub sektor industri pelayanan transportasi, hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata-rata return saham yang dihasilkan yaitu 2,70% dengan rata-rata dividen per lembar saham Rp 92,00 dan harga per lembar saham Rp 3.401,00. Ini berarti untuk sub sektor ini, rata-rata return saham yang dihasilkan setiap satu lembar saham yang dimiliki investor adalah sebesar 2,70%. Sedangkan sub sektor industri elektronik dan peralatan kantor rata-rata return saham yang dihasilkan yaitu sebesar 7,58% dengan kemampuan membayar
92
dividen rata-rata sebesar Rp 18,00 dan harga saham Rp 181,00. Artinya setiap investor berinvestasi di sub sektor ini, rata-rata dapat menerima imbal hasil sebesar 7,58% dari setiap satu lembar saham yang dimilikinya. Selanjutnya yaitu sub sektor industri perdagangan besar dan eceran, industri ini memiliki kemampuan menghasilkan return saham rata-rata sebesar 6,56% dengan rata-rata dividen Rp 20,00 dan rata-rata harga saham Rp 531,00. Hal ini bermakna bahwa setiap investor menginvestasikan dananya di sub sektor ini, akan menerima imbal hasil investasi sebesar 6,56% untuk setiap satu lembar saham yang dimilikinya. Untuk sub sektor industri batu, gelas dan beton,
return saham yang
dihasilkan yaitu sebesar 1,77% dengan dividen saham sebesar Rp 5,00 dan harga per lembar saham Rp 283,00. Ini berarti bahwa untuk sub sektor ini akan memberikan imbal hasil investasi sebesar 1,77% dari setiap satu lembar saham yang diinvestasikan. Sedangkan untuk industri kabel return saham yang dihasilkan yaitu sebesar 4,62% dengan dividen saham sebesar Rp 30,00 dan harga saham Rp 650,00. Maknanya yaitu investor akan menerima imbal hasil investasi sebesar 4,62% dari setiap satu lembar saham yang dimilikinya apabila berinvestasi di sub sektor ini. Selajutnya untuk sub sektor industri makanan dan minuman, rata-rata return saham yang dihasilkan yaitu 3,60% dengan rata-rata dividen Rp 1547 dan harga saham Rp 263.711,00. Artinya untuk sub sektor industri makanan dan minuman ini, rata-rata kemampuan perusahaan memberikan imbal hasil investasi kepada investor dari setiap satu lembar saham yang dimilikinya yaitu 3,60%.
93
Terakhir yaitu sub sektor industri kabel, kemampuan perusahaan dalam memberikan return saham bagi investor yaitu sebesar 4,61% dengan dividen saham yang dibagikan sebesar Rp 30,00 dan harga saham Rp 650,00. Hasil ini memiliki makna bahwa kemampuan emiten memberikan imbal hasil investasi kepada investor untuk setiap satu lembar saham yang dimilikinya sebesar 4,16%. Pada umumnya rata-rata return saham yang diberikan masing-masing sub sektor masih kecil, namun seluruhnya sudah diatas rata-rata. Rata-rata return saham tertinggi yaitu pada sub sektor pakaian dan industri tekstil lainnya, yaitu sebesar 0,4797 atau 47,97%. Dividen per lembar saham yang dibagikan oleh perusahaan sangat seimbang dengan perolehan net income yang besar. Jumlah besaran dividen yang dibagikan telah sesuai dengan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), yang secara keseluruhan persentase dividen yield sebesar 27,66% dari perolehan laba, dan sisanya dikembalikan kepada perusahaan sebagai tambahan modal disetor. Selain itu, industri ini merupakan industri yang memiliki profitabilitas tertinggi, sehingga dapat memberikan return saham yang optimal kepada investor. Untuk sub sektor yang terendah kemampuan memberikan return saham yaitu sub sektor adhesive. Hal ini dikarenakan sub sektor ini kurang optimal dalam perolehan laba (profitabilitas) dibandingkan dengan sub sektor lain dalam penelitian ini, seperti yang sudah dijelaskan dalam sub bab profitabilitas di atas. Namun secara keseluruhan perusahaan, return saham terendah dimiliki oleh PT Aqua Golden Mississippi Tbk. yaitu sebesar 0,0013 atau 0,13%, dengan dividen per lembar sahamnya sebesar Rp 1.000,00 dan harga saham per lembar Rp
94
738.333,00. Artinya perusahaan hanya mampu memberikan imbal hasil investasi sebesar 0,13% dari tiap satu lembar saham yang dimiliki investor. Rendahnya return saham yang diberikan oleh perusahaan, lebih karena harga per lembar saham yang tinggi dan kecilnya dividen yang diberikan yaitu sebesar 0,77% dari total laba yang dihasilkan, tetapi pada dasarnya kinerja perusahaan dilihat dari perolehan laba sudah baik. Dividen yang dibagikan kepada pemegang saham sudah sesuai dengan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari profitabilitas terhadap return saham. Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut: H0 : ρ = 0 : Artinya, profitabilitas tidak berpengaruh terhadap return saham perusahaan manufaktur. H1 : ρ ≠ 0 : Artinya, profitabilitas berpengaruh terhadap return saham perusahaan manufaktur. Untuk menguji hipotesis penelitian diatas, digunakan rumus statitik analisis Koefisien Korelasi Product Moment, dengan menggunakan program SPSS versi 17.0 for window. Sebelum menguji hipotesis, terlebih dahulu dipastikan bahwa data memenuhi asumsi regresi, karena apabila data tidak memenuhi asumsi klasik, maka penelitian dengan menggunakan rumus statistik analisis Koefisien Korelasi Product Moment tidak dapat dilanjutkan. Pengujian asumsi klasik yang
95
digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji linieritas, dan perhitungannya adalah sebagai berikut:
4.3.1 Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik ini dimaksudkan untuk mengetahui dan mendeteksi adanya penyimpangan asumsi klasik pada persamaan regresi sederhana. Pemenuhan uji asumsi klasik ini dimaksudkan agar variabel bebas (independent) sebagai estimator variabel terikat (dependent) tidak bias.
4.3.1.1 Uji Normalitas Uji asumsi klasik pertama yang diuji adalah uji normalitas. Uji normalitas dibutuhkan untuk menguji data yang dihubungkan berdistribusi normal atau tidak. Secara visual, asumsi ini diuji dengan menggunakan gambar grafik Normal P-P of regression standardized residual. Dasar pengambilan keputusan, data tersebut berdistribusi normal atau tidak, adalah sebagai berikut: 1. Apabila data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dapat memenuhi asumsi normalitas. 2. Apabila data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak dapat memenuhi asumsi normalitas. (Singgih Santoso,2000)
96
Dan berdasarkan output SPSS didapatkan grafik sebagai berikut:
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: returnsaham 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
GAMBAR 4.1 NORMAL P-P PLOT Dari gambar diatas, dapat dilihat nilai observasi dari residu
yang
distandarisasi berada disekitar garis normal. Sehingga dapat disimpukan bahwa, residu berdistribusi normal. Artinya taksiran parameter regresi pada model diatas telah memenuhi asumsi normalitas.
97
4.3.1.2 Uji Linieritas Uji asumsi klasik kedua yang diuji adlah uji linieritas. Uji lineritas dibutuhkan untuk menguji data yang dihubungkan berbentuk garis linier atau tidak. Secara visual, uji ini dapat dilihat dari tabel ANOVA(b). Dasar pengambilan keputusan bahwa data tersebut linier atau tidak dapat dilihat dari tingkat signifikansinya. 1. Apabila tingkat signifikansi hitung tidak melebihi 5%, maka regresi berpola linier. 2. Dan apabila tingkat signifikansi hitung melebihi 5%, maka regresi tidak berpola linier (Wahana Komputer, 2006:99). TABEL 4.5 UJI LINIERITAS ANOVA(b)
Model 1
1
Mean Square ,121
Residual
,103
28
,004
Total
,224
29
Regression
Sum of Squares ,121
df
F 32,727
Sig. ,000(a)
a Predictors: (Constant), profitabilitas b Dependent Variable: returnsaham
Berdasarkan tabel diatas, diketahui tingkat signifikansi hitung adalah 0,000, artinya hasil uji linieritas data yang diujikan memiliki tingkat signifikansi (kesalahan) 0%. Hasil signifikansi hitung tidak melebihi signifikansi yang ditetapkan yaitu sebesar 0,005. Ini berarti bahwa model regresi berpola linier. Artinya taksiran model regresi telah memenuhi asumsi linieritas. Berdasarkan hasil pengujian terhadap data penelitian diatas, maka diketahui bahwa data telah memenuhi asumsi regresi. Hal ini dibuktikan dengan
98
setelah dilakukan uji normalitas data, diketahui data dalam telah memenuhi asumsi normalitas dan setelah dilakukan uji linieritas data, diketahui pula bahwa data telah memenuhi asumsi linieritas. Berdasarkan hasil pengujian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian dengan menggunakan rumus statistik analisis korelasi product moment dapat dilanjutkan.
4.3.2 Analisis Koefisien Korelasi Product Moment Analisis koefisien korelasi product moment ditujukan untuk mengukur derajat keeratan hubungan di antara variabel-variabel dalam penelitian, apakah derajat hubungan diantara variabel-variabel tersebut sangat erat, cukup erat, atau tidak ada hubungan sama sekali. Adapun rumus koefisien korelasi product moment sebagai berikut:
r=
n(∑XY) − (∑X)(∑Y)
{n(∑X )− (∑X) }{n(∑Y )− (∑Y) } 2
2
2
2
(Sugiyono, 2008:250) Dan perhitungan korelasi product moment adalah sebagai berikut:
99
TABEL 4.6 ANALISIS KOEFISIEN KORELASI PRODUCT MOMENT Correlations profitabilitas profitabilitas
1
,734(**)
Sig. (2-tailed)
.
,000
30
30
,734(**)
1
,000
.
30
30
N returnsaham
returnsaham
Pearson Correlation
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
** Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, diantaranya dapat diartikan sebagai berikut: 1. Nilai korelasi untuk hubungan variabel profitabilitas dengan variabel return saham tersebut adalah sebesar 0,734, artinya hubungan antara kedua variabel tersebut dalam tingkat hubungan kuat. 2. Pada perhitungan korelasi diatas, koefisien X (Profitabilitas) bertanda “+” (positif).
Ini
menggambarkan
hubungan
positif
antara
variabel
X
(Profitabilitas) dengan variabel Y (Return Saham). Artinya bahwa setiap ada kenaikkan profitabilitas maka return saham akan meningkat.
4.3.3 Koefisien Determinasi Nilai korelasi ryx hanya menyatakan erat atau tidaknya hubungan antara variabel X dan variabel Y. Oleh karena itu, untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengaruh variabel independen (variabel X) terhadap variabel dependen (variabel Y), digunakan koefisien determinasi. Koefisien determinasi adalah kuadrat koefisien korelasi yang menyatakan besarnya persentase perubahan Y yang bisa diterangkan oleh X melalui hubungan X dengan Y. Adapun rumus dari koefisien determinasi adalah sebagai berikut:
100
KD = r2 x 100%
(Riduwan dan Akdon, 2007:125) Dan perhitungan korelasi product moment adalah sebagai berikut: TABEL 4.7 ANALISIS KOEFISIEN DETERMINASI Model Summary(b) Model 1
R
R Square
,734(a) ,539 a Predictors: (Constant), profitabilitas b Dependent Variable: returnsaham
Adjusted R Square ,522
Std. Error of the Estimate ,0606886971
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, diketahui nilai koefisien determinasi sebesar (0,734)2 = 0,539 = 53,9%. Dengan demikian, pengaruh profitabilitas terhadap return saham berada pada rentang cukup kuat, dan sisanya sebesar 46,1% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diantaranya adalah faktor fundamental lainnya, faktor teknis, naik turunnya nilai tukar mata uang dan keadaan suatu negara, seperti keadaan politik, ekonomi, dan sosial budaya.
4.3.4 Pengujian Hipotesis Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS versi 17.0 for window diketahui nilai rho (ρ) hitung lebih dari nol yaitu bernilai 0,734 dengan tingkat signifikansi (α) 0%. Karena rho (ρ) bernilai lebih dari nol (0), maka penelitian ini menolak hipotesis H0 dan menerima hipotesis H1. Dapat
101
disimpulkan hipotesis penelitian diterima, atau dengan kata lain, profitabilitas berpengaruh terhadap return saham.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian ini, dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh dari angka profitabilitas terhadap return saham yang akan diterima investor. Dalam penelitian ini hanya melibatkan satu rasio keuangan saja yaitu rasio profitabilitas dengan menggunakan indikator Return On Asset (ROA). Rasio profitabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba. Semakin tinggi profitabilitas perusahaan, maka akan semakin menarik perhatian investor atau calon investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Karena semua investor atau calon investor pasti menginginkan menginvestasikan dana yang dimilikinya pada perusahaan yang profitable agar perusahaan tersebut mampu memberikan imbal hasil (return) yang sesuai dengan preferensi investor. Sebuah perusahaan dapat menghasilkan laba (net income) yang optimal apabila didukung oleh keadaan perekonomian negara mengalami pertumbuhan, sehingga kemudian perusahaan dapat memberikan return yang optimal kepada para investor atas investasi yang mereka lakukan. Secara umum, keadaan ekonomi Indonesia pada tahun 2007 mengalami pertumbuhan yang cukup baik, walaupun masih tersisa dampak dari subprime mortgage di pasar global. Pertumbuhan makro ekonomi Indonesia telah mendorong seluruh pelaku ekonomi baik pemerintah maupun swasta untuk
102
tumbuh dan berkembang ke arah yang lebih baik, dan salah satu sektor yang berkembang adalah sektor manufaktur. Berdasarkan perhitungan tingkat profitabilitas perusahaan sektor manufaktur memiliki nilai rata-rata 0,35%. Hampir seluruh perusahaan telah mampu menghasilkan laba yang optimal. Hal ini terlihat dari seluruh perusahaan yang diteliti, ternyata hanya satu perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas dibawah rata-rata, yaitu PT Alumunium Metal Industry Tbk dengan perolehan rasio profitabilitas sebesar 0,23%. Namun apabila dilihat dari sub sektor perusahaan yang diteliti, profitabilitas terendah diperoleh oleh sub sektor adhesive, dengan perolehan rasio profiabilitas 0,88%. Hal ini terjadi karena perusahaan masih terkena dampak subprime mortgage terlebih lagi pada tahun 2007 ini terjadi kenaikkan harga minyak dunia, yang kemudian berdampak pada permintaan ekspor barang dari Indonesia, sehingga mengganggu pendapatan perusahaan. Tingkat keuntungan (return) yang didapat oleh investor dihitung dengan menggunakan rumus dividen. Hasil perhitungan return saham memiliki nilai ratarata 0,06%. Return yang dihasilkan cukup memuaskan, hal ini terlihat dari seluruh perusahaan yang diteliti memperoleh return saham diatas rata-rata. Perolehan return saham ini telah sesuai dengan tingkat pendapatan (net income) perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen kepada pemegang saham serta telah sesuai dengan hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Ini berarti akan semakin menarik investor atau calon investor untuk menginvestasikan dananya.
103
Untuk melihat ada tidaknya pengaruh antara variabel profitabilitas (X) dengan variabel return saham (Y), maka dilakukan uji hipotesis. Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu melakukan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik ini diwakili oleh uji normalitas data dan uji linieritas. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan gambar grafik normal P-P Plot.
Hasil uji
normalitas menggambarkan sebaran data memenuhi kriteria uji normalitas, hal ini dibuktikan berdasarkan hasil gambar grafik yang menunjukkan bahwa residu berdistribusi normal. Sedangkan untuk uji linieritas dilakukan dengan melihat tingkat signifikansi data pada tabel ANOVA(b). Hasil uji linieritas menunjukkan bahwa model regresi telah memenuhi kriteria uji linieritas, hal ini dibuktikan dengan hasil model regresi berpola linier. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui hubungan antara kedua variabel tersebut dalam tingkat hubungan kuat. Hal ini dibuktikan dengan nilai korelasi untuk hubungan variabel profitabilitas dengan variabel return saham tersebut yaitu sebesar 0,734. Selain itu, kedua variabel membuktikan memiliki hubungan yang positif. Artinya bahwa setiap ada kenaikkan profitabilitas maka return saham akan meningkat Dengan demikian, melalui hasil pengujian asumsi klasik dan koefisien korelasi product moment yang sudah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa model korelasi product moment pada penelitian ini sudah memenuhi seluruh persyaratan analisis koefisien korelasi product moment. Sedangkan hasil perhitungan koefisien determinasi menunjukkan pengaruh profitabilitas terhadap return saham berada dalam rentang cukup kuat.Hasil perhitungan untuk pengujian hipotesis, menunjukkan bahwa nilai rho (ρ) hitung
104
yang diperoleh adalah sebesar 0,734 dengan taraf signifikansi (α) 5% . Oleh karena nilai rho (ρ) lebih dari 0, maka Ha diterima. Ini berarti hipotesis pada penelitian ini diterima, atau dengan kata lain profitabilitas berpengaruh terhadap return saham perusahaan manufaktur. Hasil penelitian membuktikan kebenaran teori yang diungkapkan oleh beberapa ahli, yaitu ketika semakin baik tingkat profitabilitas perusahaan maka akan semakin tinggi return saham (imbal hasil investasi) yang akan diterima investor. Hasil penelitian juga telah membuktikan bahwa analisis fundamental terutama analisis profitabilitas perusahaan merupakan salah satu langkah penting sebelum investor memutuskan untuk berinvestasi di pasar modal. Dan juga menguatkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Rahman Hakim (2006) dan juga membantah hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ai Annisaa Utami (2008).