BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian Perusahaan emiten manufaktur sektor (Consumer Goods Industry) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memiliki beberapa perusahaan, dan dalam penelitian ini peneliti menggunakan sampel perusahaan yang memenuhi kriteria yang digunakan dalam penelitian ini. Sedangkan laporan keuangan yang digunakan untuk penelitian ini diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia selama periode tahun berakhir 31 Desember 2010 sampai dengan 2012. Namun data laporan keuangan yang dapat dipakai dalam periode tersebut secara keseluruhan terdapat 124 data laporan keuangan tahunan, sehingga diperoleh hanya 12 data tabulasi yang diolah lebih lanjut untuk masing-masing tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 yang di jumlahkan menjadi 36 data. Berikut gambaran lebih lanjut mengenai sampel yang digunakan dalam penelitian ini.
B. Analisis Data 1.
Statistik Deskripstif Hasil pengujian statistik deskriptif dari variabel NPM, ROA, dan ROE
untuk tahun 2010 -2012 disajikan dalam tabel dibawah ini :
36
37
Tabel 4.1 Descriptive Statistics
N
Minimum
Harga Saham
36
46.8720
NPM
36
ROA
36
ROE
36
Valid N (listwise)
36
Maximum
Mean
Std. Deviation
99.8708
328.3521
337.2069
.0150
.3640
.1199
.0919
.0110
2.0200
.1565
.3373
.0200
.9570
.2101
.2389
Berdasarkan hasil dari statistik deskriptif pada tabel 4.1 diatas diperoleh 36 perusahaan sampel, Rata-rata ROE mempunyai nilai sebesar 0,2101
dengan
standar deviation sebesar 0.2389. Rata-rata Harga Saham mempunyai nilai 328.3521 dengan standar deviation sebesar 337.2069. Hasil tersebut menunjukkan bahwa data variabel mengindikasikan hasil yang kurang baik karena mempunyai nilai mean yang lebih kecil dari pada standar deviation. Sementara variabel NPM, ROA dan ROE menunjukkan bahwa nilai standar deviation lebih besar dari pada mean dan nilai minimumnya lebih kecil dari pada rata-ratanya. Rata-rata NPM mempunyai nilai sebesar 0.1199 dengan standar deviation sebesar 0.0919, nilai minimum 0.0150 dan nilai maksimum 0.3640. Rata-rata ROA mempunyai nilai 0.1565 dengan standar deviation sebesar 0.3373. Nilai minimum 0.0110 dan nilai maksimum 2.0200. Dan ROE sebesar 0.2101 dengan standar deviation sebesar 0.2389. Nilai minimum 0.0200. Nilai maksimum 0.9570. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel NPM, ROA dan ROE mengindikasikan hasil yang baik, dikarenakan nilai rata-rata dari variabel NPM, ROA dan ROE lebih besar dari pada standar deviation.
38
Terlihat bahwa ROA tahun 2010 – 2012 dari 12 perusahaan yang menjadi sampel, besar nilai maksimum 2,0200 dialami oleh PT. Indofood Tbk. Nilai ROA terendah dialami oleh PT. Indofood Tbk dengan nilai minimum sebesar 0.0110. Pada ROE besar nilai maksimum 0.9570 dialami oleh PT. Indofood Tbk dan besar nilai minimum sebesar 0.0200 dialami oleh PT. Indofood. Untuk nilai NPM besar nilai maksimum sebesar 0.3640 dialami oleh PT. Indofood Tbk dan besar nilai minimum sebesar 0.0150 dialami oleh PT. Indofood Tbk. 2.
Uji Asumsi Klasik a.
Uji Normalitas Dasar pengambilan keputusannya adalah apabila nilai asymptotic
significance lebih dari 5%, berarti bahwa nilai residual terdistribusi secara normal (Ghozali,2005). Dalam mendapatkan proksi manajemen laba pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan uji statistik KolmogorovSmirnov.
Tabel 4.2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
36 Mean
Normal Parameters
a,b
Most Extreme Differences
Std. Deviation
0E-7 291240.257263 95
Absolute
.154
Positive
.154
Negative
-.075
Kolmogorov-Smirnov Z
.924
Asymp. Sig. (2-tailed)
.360
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
39
Hasil pengujian statistik One Sample Kolmogorov Smirnov pada tabel di atas menunjukkan bahwa besarnya Kolmogorov Smirnov Z adalah 0.924 dan signifikan pada 0.360 karena Asymp. Sig. (2-tailed) > 0.05. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa data nilai residual terdistribusi normal atau memenuhi syarat uji normalitas. b. Uji Heteroskedastisitas Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian proksi manajemen laba ini adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen dengan residualnya. Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas – Scatterplot
Berdasarkan Gambar 4.3 diatas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y,
dengan
demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
tidak
terjadi
heteroskedastisitas pada proksi profitabilitas dan layak digunakan untuk memprediksi variabel dependen berdasarkan masukan variabel independen.
40
c.
Uji Multikolinearitas Uji Multikolinearitas salah satunya dapat dilihat dari nilai tolerance dan
lawannya variance inflation factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan nilai-nilai tolerance dan VIF untuk masing-masing variabel sebagai berikut : Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas a
Coefficients Model
Collinearity Statistics Tolerance
1
VIF
net profit margin
.781
1.281
return on asset
.854
1.171
return on equity
.685
1.460
a. Dependent Variable: harga saham
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai tolerance untuk semua variabel independen di atas 0.10 dan nilai VIF untuk semua variabel independen di bawah 10. Hal ini sesuai dengan syarat tidak terjadinya multikolinearitas, sehingga semua variabel independen tersebut layak digunakan untuk variabel prediktor. d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan utnuk menguji apakah dalam model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
41
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Uji autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin –Watson (DW-test), dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi- Durbin Watson b
Model Summary Model
Durbin-Watson
1
a
1.347
a. Predictors: (Constant), return on equity, return on asset, net profit margin b. Dependent Variable: harga saham
Dari hasil pengujian dalam tabel summary diperoleh nilai DW (d) sebesar 1.347 a, sedangkan nilai du menurut tabel untuk sampel (n) 36 dengan variabel independen 1 (k=3) adalah 1.0715, sehingga didapat nilai du < d < 4 – du (1.0715 < 1.347 < 2.9285). Nilai ini merupakan syarat tidak terjadinya autokorelasi. Dengan kata lain HO diterima yang berarti tidak ada autokorelasi. 3.
Analisis Regresi
a.
Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel independen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtut waktu (timeseries) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali,2005). Berikut adalah tabel hasil uji koefisiensi determinasi :
42
Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisiensi Determinasi Model Summaryb Model
1
R
R Square
.504a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.254
.184
304586.3517128
a. Predictors: (Constant), return on equity, return on asset, net profit margin b. Dependent Variable: harga saham
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa
nilai R diperoleh 0,504a,
sedangkan Nilai R Square diperoleh sebesar 0.254. Hal ini berarti bahwa hanya 25.4% variabel harga saham dapat dijelaskan oleh profitabilitas. Sedangkan sisanya, 74.6% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar penelitian. b. Uji Simultan ( Uji Statistik F ) Uji statistik F pada dasarnya digunakan untuk menunjukkan apakah variabel independent atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Tabel 4.7 Uji Statistik F a
ANOVA Model Regression
Sum of Squares 1011066340633.312
df
Mean Square 3 337022113544.438
1 Residual
2968731060790.993
32
Total
3979797401424.305
35
F
Sig. b
3.633 .023
92772845649.719
a. Dependent Variable: harga saham b. Predictors: (Constant), return on equity, return on asset, net profit margin
43
Berdasarkan Tabel diatas diperoleh nilai F hitung sebesar 3.633 dengan signifikan 0.023. karena signifikan dibawah 0.05 sehingga model regresi dapat digunakan untuk memprediksi Akrual Diskresioner atau dapat dikatakan bahwa profitabilitas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Dengan demikian Hipotesis H1 diterima. c.
Uji Parsial (Uji Statistik t) Uji statistik t pada dasarnya bertujuan menunjukkan seberapa jauh pengaruh
suatu variabel penjelas (independen) secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,2005). Hasil statistik t untuk penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.8 Uji Statistik T Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B
Std. Error
(Constant)
159.330
86057.513
NPM
430.470
633743.521
ROA
305.326
ROE
331.099
Beta 1.851
.043
.117
.679
.002
165168.962
.305
1.849
.014
260379.795
.235
1.272
.113
1
a. Dependent Variable: harga saham
Berdasarkan tabel coefisien, persamaan garis regresi menggunakan metode kuadrat terkecil (least square method) yang didapat adalah Y = 159.330 + 430.470NPM + 305.326ROA + 331.099ROE, dimana harga saham dan
44
profitabilitas pada taraf signifikan dapat
disimpulkan bahwa dari variabel
independen profitabilitas berpengaruh dan signifikan terhadap harga saham, hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansi sebesar 0.043 yang lebih kecil dari pada 0.05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Hipotesis HA Diterima. Hasil pembahasan pengujian model regresi secara parsial diperoleh bahwa Hipotesis yang diajukan dalam pengujian hipotesis adalah : Ho
: Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham
Ha
: Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap harga saham
C. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan pengujian regresi berganda tentang pengaruh variabel NPM, ROA dan ROE terhadap Harga Saham, diperoleh hasil sebagai berikut : 1.
Pengaruh Net Profit Margin Terhadap Harga Saham Berdasarkan hasil uji t yang disajikan pada tabel 4.8 diatas diperoleh nilai
untuk NPM 430.470 dan nilai t hitung sebesar 0.679 dengan signifikansi 0.002 yang nilai signifikansinya lebih kecil dari tingkat signifikansi (α)=5% atau 0.05 atau ternyata p-value 0.002< 0.05. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa NPM berpengaruh siginifikan terhadap Harga Saham. Pengaruh signifikan pada NPM menunjukkan bahwa semakin besar NPM maka kinerja perusahaan dinilai produktif, sehingga kepercayaan investor untuk menanamkan modal pada perusahaan tersebut akan meningkat dan apabila semakin kecil NPM, maka perusahaan dianggap tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan laba yang
45
rendah. Hubungan antara laba bersih setelah pajak dan penjualan bersih menunjukkan kemampuan manajemen dalam mengemudikan perusahaan berhasil untuk menyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang menyediakan modalnya untuk suatu resiko.
2.
Pengaruh Return On Asset Terhadap Harga Saham
Berdasarkan hasil uji t yang disajikan pada tabel 4.8 diatas diperoleh nilai untuk ROA 305.326 dan nilai t hitung sebesar 1.849 dengan signifikansi 0.014 yang nilai signifikansinya lebih kecil dari tingkat signifikansi (α)=5% atau 0.05 atau ternyata p-value 0.014< 0.05. Hasil ini menunjukkan bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Pengaruh signifikan pada ROA menunjukkan bahwa semakin besar ROA maka menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang baik, karena tingkat pengembalian yang semakin besar. Perusahaan yang mempunyai ROA yang besar mempunyai kesempatan untuk memperoleh laba yang tinggi, para pemegang saham lebih menginginkan perusahaan dengan ROA yang tinggi karena akan meningkatkan laba yang diharapkan tanpa mengurangi pengendaliannya terhadap perusahaan. Oleh karena itu perusahaan dituntut untuk lebih meningkatkan kinerja keuangannya agar tetap dapat mempertahankan kepercayaan krediturnya.
3.
Pengaruh Return on Equity Terhadap Harga Saham Berdasarkan hasil uji t yang disajikan pada tabel 4.8 diatas diperoleh nilai
untuk ROE 331.009 dan nilai t hitung sebesar 1.272 dengan signifikansi 0.113 yang nilai signifikansinya lebih besar dari tingkat signifikansi (α)=5% atau
46
0,05 atau ternyata p-value 0.113 > 0,05.Hasil ini menunjukkan bahwa ROE tidak berpengaruh terhadap harga saham. Pengaruh tidak signifikan pada ROE menunjukkan semakin kecil ROE, semakin kecil pula pengembalian yang diperoleh investor. Tingkat ROE memiliki hubungan yang positif dengan harga saham, sehingga semakin besar ROE semakin besar pula harga pasar, karena besarnya ROE memberikan indikasi bahwa pengembalian yang akan diterima investor akan tinggi sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut, dan hal itu menyebabkan harga pasar saham cendrung naik.