BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini, akan dibahas system predator-prey dengan respon fungsi tak monoton, titik ekuilibrium, pelinieran, analisa kestabilan titik ekuilibriumnya dengan menggunakan Software Maple 16 dan untuk mengetahui perilaku dari pemangsa-mangsa berdasarkan system predator-prey dengan respon fungsi tak monoton. 4.1 Analisis Titik Ekuilibrium Sistem Predator-Prey dengan Respon Fungsi Tak Monoton Bentuk umum system predator-prey dengan respon fungsi tak monoton (Prihantoso, Kus [4]): π₯Μ = π₯(1 β ο¬π₯) β
π₯π¦ πΌπ₯ 2 + π½π₯ + 1 (4.1)
π₯π¦ π¦Μ = βπΏπ¦ β ππ¦ 2 + 2 πΌπ₯ + π½π₯ + 1 Untuk memperoleh titik ekulibrium dari persamaan (4.1) maka harus dipenuhi persamaan berikut : π₯Μ = 0 dan π¦Μ = 0 Sehingga masing-masing persamaan (4.1) memberikan : π₯π¦
π₯Μ = 0, maka π₯(1 β ο¬π₯) β πΌπ₯ 2 +π½π₯+1 = 0, π₯π¦
π¦Μ = 0, maka = βπΏπ¦ β ππ¦ 2 + πΌπ₯ 2 +π½π₯+1 = 0 Berdasarkan persamaan (4.2), maka titik ekulibrium yang diperoleh yakni : 1. Untuk titik ekuilibrium pertama, π1 (0,0).
20
(4.2)
πΏ
2. Untuk titik ekuilibrium pertama, π2 (0, β π). 1
3. Untuk titik ekuilibrium pertama, π3 (ο¬ , 0). Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa pada system predator-prey dengan respon fungsi tak monoton diperoleh tiga titik ekulibrium, yakni π1 (0,0), πΏ
1
π2 (0, β π)dan π3 (ο¬ , 0). 4.2 Pelinieran 4.2.1 Pelinieran Titik Ekuilibrium π1 (0,0) Untuk proses pelinieran pada titik ekuilibrium π1 (0,0) tidak akan mengubah bentuk umum dari system predator-prey dengan respon fungsi tak monoton. Misal : π = π₯ β π₯0 , maka π = π₯ atau π₯ = π. Misal : π = π¦ β π¦0 , maka π = π¦ atau π¦ = π. Kemudian mensubtitusikan nilai π₯ dan π¦ ke persamaan (4.1), sehingga diperoleh : π₯Μ = π(1 β ο¬π) β
πΌπ2
ππ + π½π + 1
ππ π¦Μ = βπΏπ β ππ 2 + 2 πΌπ + π½π + 1 Jika persamaan (4.3) disajikan dalam bentuk matriks, diperoleh : ππ βο¬ π 2 β 2 π π₯Μ πΌπ + π½π + 1 1 0 ( )=( )( ) + ( ) ππ π¦Μ 0 βπΏ π βππ 2 + 2 πΌπ + π½π + 1 πΏ
4.2.2 Pelinieran Titik Ekuilibrium π2 (0, β π) πΏ
Untuk proses pelinieran pada titik ekuilibrium π2 (0, β π). Misal : π = π₯ β π₯0 , maka π = π₯ atau π₯ = π.
21
(4.3)
πΏ
πΏ
Misal : π = π¦ β π¦0 , maka π = π¦ + π atau π¦ = π β π. Kemudian mensubtitusikan nilai π₯ dan π¦ ke persamaan (4.1), sehingga diperoleh :
π₯Μ = π β ο¬π2 β
πΏ (ππ β π π) πΌπ2 + π½π + 1 (4.4)
πΏ (ππ β π π) π¦Μ = πΏπ β ππ 2 + 2 πΌπ + π½π + 1 Jika persamaan (4.4) disajikan dalam bentuk matriks, diperoleh :
βο¬π 2 β
πΏ (ππ β π π)
πΌπ2 + π½π + 1 πΏ (ππ β π π) βππ 2 + 2 πΌπ + π½π + 1
π₯Μ 1 0 π ( )=( )( ) + π¦Μ 0 πΏ π (
)
1
4.2.3 Pelinieran Titik Ekulibrium π3 (ο¬ , 0) 1
Untuk proses pelinieran pada titik ekuilibrium π3 (ο¬ , 0). 1
1
Misal : π = π₯ β π₯0 , maka π = π₯ β ο¬ atau π₯ = π + ο¬. Misal : π = π¦ β π¦0 , maka π = π¦ atau π¦ = π. Kemudian mensubtitusikan nilai π₯ dan π¦ ke persamaan (4.1), sehingga diperoleh :
π₯Μ = βπ β ο¬π2 β
1 (ππ + ο¬ π) 2πΌ πΌ π½ πΌπ2 + ο¬ π + π½π + 2 + ο¬ + 1 ο¬
π¦Μ = βπΏπ β ππ 2 +
1 (ππ + ο¬ π) 2πΌ πΌ π½ πΌπ2 + ο¬ π + π½π + 2 + ο¬ + 1 ο¬
Jika persamaan (4.5) disajikan dalam bentuk matriks, diperoleh :
22
(4.5)
1 (ππ + ο¬ π) βο¬ π 2 β 2πΌ πΌ π½ πΌπ2 + ο¬ π + π½π + 2 + ο¬ + 1
π π₯Μ β1 0 ( )=( )( ) + π¦Μ 0 βπΏ π
1
βππ 2 + (
ο¬
(ππ + ο¬ π) 2πΌ πΌ π½ πΌπ2 + ο¬ π + π½π + 2 + ο¬ + 1 ) ο¬
4.3 Analisa Kestabilan Titik Ekuilibrium Dalam menentukan jenis titik ekuilibrium stabil atau tidak, diperlukan matriks Jacobi dan nilai eigen. Dari proses pelinieran, diperoleh matriks Jacobi berikut: π¦ π₯π¦ + 2 + π½π₯ + 1 (πΌπ₯ + π½π₯ + 1)2 π¦ π₯π¦(2πΌπ₯ + π½) β 2 2 πΌπ₯ + π½π₯ + 1 πΌπ₯ + π½π₯ + 1
1 β 2ο¬ π₯ β π½(π₯,π¦) = (
πΌπ₯ 2
π₯ + π½π₯ + 1 π₯ βπΏ β 2ππ¦ + 2 πΌπ₯ + π½π₯ + 1) β
πΌπ₯ 2
4.3.1 Titik Ekuilibrium π1 (0,0) Berdasarkan matriks Jacobi yang diperoleh, didapatkan matriks Jacobi untuk titik ekuilibrium π1 (0,0) sebagai berikut : 1 0 π½(0,0) = ( ) 0 βπΏ
Dengan nilai eigen, ππΈ = 1, βπΏ. Karena salah satu nilai eigennya positif, 1 > 0 dan βπΏ < 0, maka titik ekuilibrium π1 (0,0) merupakan titik sadel yang tidak stabil. πΏ
4.3.2 Titik Ekuilibrium π2 (0, β π) Berdasarkan matriks Jacobi yang diperoleh, didapatkan matriks Jacobi untuk titik πΏ
ekuilibrium π2 (0, β π) sebagai berikut : πΏ π = πΏ β ( π 1+
π½
πΏ π
(0,β )
23
0 πΏ )
Dengan nilai eigen, ππΈ =
π+πΏ π
, πΏ.
Karena nilai eigennya positif,
π+πΏ π
> 0 dan πΏ > 0, maka titik ekuilibrium
πΏ
π2 (0, β π) merupakan titik tidak stabil. 1
4.3.3 Titik Ekuilibrium π3 ( , 0) ο¬
Berdasarkan matriks Jacobi yang diperoleh, didapatkan matriks Jacobi untuk titik 1
ekuilibrium π3 (ο¬ , 0) sebagai berikut :
π½
1
( ,0)
ο¬
1
β1
β
0
βπΏ +
= (
Dengan nilai eigen, ππΈ = β1, β
πΌ
π½
ο¬ ( 2 + ο¬ + 1) ο¬
1 πΌ π½ ο¬ ( 2 + ο¬ + 1) ) ο¬
πΏπΌ+πΏπ½ο¬+πΏο¬2 βο¬ πΌ+π½ο¬+ο¬2
Karena salah satu nilai eigennya negatif, β1 < 0 dan β diketahui β
πΏπΌ+πΏπ½ο¬+πΏο¬2 βο¬ πΌ+π½ο¬+ο¬
2
< 0 atau β
πΏπΌ+πΏπ½ο¬+πΏο¬2 βο¬ πΌ+π½ο¬+ο¬2
πΏπΌ+πΏπ½ο¬+πΏο¬2 βο¬ πΌ+π½ο¬+ο¬2
belum
> 0, maka titik ekuilibrium
1
π3 (ο¬ , 0) belum diketahui kestabilannya. 4.4 Metode Manifold Center Pada metode manifold center ini, yang akan dibahas hanya bagian titik ekuilibrium 1
π3 (ο¬ , 0). Untuk menyelesaikan persamaan (4.5), kita menyertakan parameter πΏ sebagai variable baru, sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :
24
π₯Μ = βπ β ο¬π2 β
1 (ππ + ο¬ π) 2πΌ πΌ π½ πΌπ2 + ο¬ π + π½π + 2 + ο¬ + 1 ο¬ (4.6)
πΏΜ = 0
π¦Μ = βπΏπ β ππ 2 +
1 (ππ + ο¬ π) 2πΌ πΌ π½ πΌπ2 + ο¬ π + π½π + 2 + ο¬ + 1 ο¬
Jika persamaan (4.6) disajikan dalam bentuk matriks, diperoleh : 1 (ππ + ο¬ π)
βο¬ π 2 β
π₯Μ β1 (π¦Μ ) = ( 0 0 πΏΜ
2πΌ πΌ π½ πΌπ2 + ο¬ π + π½π + 2 + ο¬ + 1 0 0 π ο¬ 1 0 0) (π ) + (ππ + π) ο¬ 0 0 πΏ βπΏπ β ππ 2 + 2πΌ πΌ π½ πΌπ2 + ο¬ π + π½π + 2 + ο¬ + 1 (
0
ο¬
)
Setelah dilakukan langkah-langkah metode center manifold, diperoleh persamaan : πΜ = ππ2 + ππΏπ + ππ3 + ππΏπ2 + π(π, πΏ)4 (4.7)
πΏΜ = 0 Dimana :
π=
πΌο¬ + 2 ο¬ , π½ πΌ + 1 + 2 ο¬
βπ½ β ο¬ β
πΌ
ο¬
π=β
1 π½
ο¬ (ο¬ + 1 +
25
, ) 2
πΌ
ο¬
2πΌ 2 2 3 1 (β2π½ο¬ β 2ο¬ β 2 + πΌ ο¬ )ο¬ (π½ + ο¬ ) βπ½ο¬ β 2 πΌ β 2 ( ) π½ο¬ + ο¬ 2 + πΌ π=
π½
ο¬+1+
,
πΌ
ο¬2 2πΌ
π=
ο¬ (π½ + ο¬ ) β1 + π½ο¬ + ο¬ 2 + πΌ π½
πΌ
ο¬ + 1 + ο¬2
Setelah itu, persamaan (4.7) dilakukan scalling variable sehingga diperoleh persamaan : πΜ = ππΏπ + π 2 dan πΜ = ππΏπ + π 3 4.5 Analisis Bifurkasi Satu Parameter pada Sistem Predator-Prey dengan Respon Fungsi Tak Monoton Bifurkasi adalah perubahan kestabilan yang terjadi pada sistem ketika melewati sebuah titik ekuilibrium. Bifurkasi terjadi pada penyelesaian titik setimbang yang mempunyai paling sedikit satu nilai eigen sama dengan nol pada bagian realnya. Nilai dari parameter ο¬ = ο¬0 yang menyebabkan bagian real dari nilai-nilai eigen π·π₯ πο¬ adalah nol, disebut nilai bifurkasi. (Thomas,[7]) Pada pembahasan sebelumnya diketahui bahwa system predator-prey dengan respon fungsi tak monoton, setelah manifold center dan scalling variable diperoleh persamaan πΜ = ππΏπ + π 2 . Hal ini menunjukkan bahwa terjadi bifurkasi transkritikal, digambarkan dengan πΜ = ππΏπ + π 2 . Terdapat dua solusi ekuilibrium
26
yaitu π = 0 dan π = ππΏ, keduanya mengalami perubahan kestabilan pada saat ππΏ melewati 0.
Gambar 4.1: Bifurkasi Transkiritikal pada Sistem predator-prey Selain itu, system predator-prey dengan respon fungsi tak monoton, setelah manifold center dan scalling variabel diperoleh persamaan πΜ = ππΏπ + π 3 . Hal ini menunjukkan
bahwa
terjadi
bifurkasi
pitchfork,
digambarkan
dengan
πΜ = ππΏπ + π 3 . Jika ππΏ > 0 tidak ada solusi ekuilibrium, yaitu π = 0 yang merupakan solusi yang stabil. Jika ππΏ < 0 ada tiga buah solusi, yaitu solusi takstabil π = 0, dan dua buah solusi stabil π = Β±βππΏ.
27
Gambar 4.2: Bifurkasi Pitchfork pada Sistem predator-prey Berdasarkan uraian di atas, jadi pada system predator-prey dengan respon fungsi tak monoton terjadi bifurkasi satu parameter yaitu bifurkasi transkritikal dan bifurkasi pitchfork.
28