45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan secara rinci mengenai hasil penelitian yang meliputi temuan-temuan dari seluruh kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Sedangkan untuk pembahasan akan diuraikan pada bagian akhir untuk menjelaskan implementasi pembelajaran dan menyimpulkan hasil penelitian serta menjawab masalah yang diajukan. A. Analisis Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas tiga siklus pembelajaran yaitu siklus I, II, dan III. Dimana pada setiap akhir siklus dilaksanakan tes formatif yang terdiri dari tes formatif I, tes formatif II, dan tes formatif III. Hasil dari ketiga tes formatif ini dapat dilihat pada lampiran B. Ketiga data dari hasil tes formatif ini digunakan untuk mengukur : Tingkat pemahaman konsep siswa Ketuntasan belajar siswa Daya Serap Kelas Deskripsi mengenai hasil ketiga tes formatif tersebut akan diuraikan di bawah ini.
Tes Formatif I II III
Tabel 4.1 Rata-Rata Nilai Tes Formatif ഥ SD Xmin X 67,5 12,10 40 87,22 9,06 65 85,28 8,78 70
45
Xmaks 90 100 100
Smi 100 100 100
46
Dilihat dari nilai rata-rata, terjadi peningkatan dari tes formatif I ke tes formatif II. Namun dari tes formatif II terjadi penurunan ke tes formatif III. Akan tetapi kita tidak dapat melihat secara langsung peningkatan tersebut melalui nilai rata-ratanya, sebab peningkatan tersebut juga dipengaruhi oleh simpangan baku. Pada tes formatif I rata-ratanya 67,5 dan simpangan bakunya 12,10, artinya sebaran nilai yang diperoleh siswa agak jauh dari rataratanya. Sedangkan pada tes formatif II rata-ratanya meningkat menjadi 87,22 dan simpangan bakunya lebih kecil yaitu 9,06 ini berarti sebaran nilai yang diperoleh siswa berada dekat dengan rata-ratanya. Pada tes formatif III rataratanya menurun menjadi 85,28 dan simpangan bakunya juga menurun menjdi 8,78 hal ini berarti sebaran nilai yang diperoleh siswa makin mendekati rata-rata. Sehingga meskipun nilai rata-ratanya turun tetap dikatakan naik, hal ini dilihat berdasarkan simpangan bakunya. Oleh karena itu untuk melihat peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep matematika, akan dikaji secara mendalam berdasarkan TSkor (Tabel terlampir), Holistic Skoring Rubric dan Standar Ketuntasan Belajar serta Daya Serap Kelas (Tabel terlampir). 1. Analisis Data Hasil Tes Berdasarkan Indeks Gain dari T-Skor
Tes Formatif Siklus I ke II Siklus II ke III
Tabel 4.2 Kriteria Indeks Gain Tingkat Pemahaman Siswa Jumlah Dilihat dari Kriteria IG Meningkat Tidak Meningkat Tinggi Sedang Rendah (%) (%) 8 5 8 58,33 41,67 5 4 7 44,44 55,56
47
Persentase tingkat pemahaman siswa pada Tabel 4.2 dikonversikan kedalam diagram 4.1 Tingkat Pemahaman Siswa Berdasarkan Kriteria Indeks Gain 80% 60%
58,33% 41,67%
55,56% 44,44%
40%
Meningkat
20%
Tidak Meningkat
0% Siklus I ke II
Siklus II ke III
Diagram 4.1 Tingkat Pemahaman Siswa Berdasarkan Kriteria Indeks Gain
Dari Tabel 4.2 di atas terlihat bahwa tingkat pemahaman siswa pada siklus I ke siklus II meningkat, hal ini terlihat dari jumlah siswa yang meningkat lebih besar daripada jumlah siswa yang tidak meningkat yaitu sebesar 58,33%. Sedangkan pada siklus II ke siklus III jumlah siswa yang meningkat mengalami penurunan yaitu dari 21 siswa menjadi 16 siswa dengan persentase sebesar 44,44%. 2. Analisis Data Hasil Tes Berdasarkan Holistic Skoring Rubrics a.
Analisis Data Hasil Tes Siklus I
Tabel 4.3 Persentase Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Pada Tes Formatif Siklus I Kriteria Tingkat Pemahaman Siswa pada Siklus I Nomor Soal P (%) PS (%) MS (%) M (%) TP (%) 1 30.56 58.33 0 0 11.11 2 0 0 77.78 13.89 8.33 3 41.67 38.89 16.67 0 2.78 4 25 16.67 50 8.33 0 5 38.89 13.89 44.44 2.78 0
48
Persentase tingkat pemahaman konsep siswa pada tes formatif I pada Tabel 4.3 4. dikonversikan kedalam diagram 4.2
Persentase
Persentase Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Pada Tes Formatif I
90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
P PS MS M TP 1
2
3 Soal
4
5
Diagram 4.2 Persentase Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Pada Tes Formatif I Berdasarkan Tabel 4.3 4. terlihat bahwa tingkat pemahaman siswa untuk soal nomor 1 masih rendah hal ini terlihat dari hasil tes formatif siklus I. I. Siswa yang masuk pada kategori paham seluruhnya hanya sebesar 30,56%, 30, , sedangkan pada kategori paham sebagian jumlah siswa yang masuk dalam kategori ini lebih besar yaitu 58,33%. Hanya sebagian kecil saja siswa yang masuk dalam kategori miskonsepsi sebagian, miskonsepsi dan tidak paham. Pada soal nomor 2,, sebagian besar siswa masuk dalam kategori miskonsepsi sebagian dengan persentase sebesar 77,78%. %. Untuk soal nomor 2 sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam memahami tugas yang diberikan. Siswa mengalami kesulitan dalam menyebutkan syarat yang harus harus dipenuhi agar suatu bangun ruang dapat dikatakan sebagai kubus. Walaupun siswa memberikan jawaban namun jawaban yang
49
diberikan hanya memberikan sebagian informasi tapi menunjukkan adanya kesalahan dalam menjelaskannya dan juga jawabannya salah, tidak relevan bahkan kosong. Untuk soal nomor 3, kurang dari setengahnya siswa paham seluruhnya yaitu dengan persentase 41,67%. Pada soal nomor 4, setengah dari jumlah siswa masuk dalam kategori miskonsepsi sebagian dengan persentase sebesar 50%. Sedangkan pada soal nomor 5, hampir setengahnya siswa yang paham seluruhnya.
Hal
ini
dikarenakan
siswa
masih
sulit
untuk
mengidentifikasi gambar jaring-jaring kubus. b. Analisis Data Hasil Tes Siklus II Persentase tingkat pemahaman konsep siswa pada tes formatif II dirangkum dalam Tabel 4.4 Tabel 4.4 Persentase Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Pada Tes Formatif II Kriteria Tingkat Pemahaman Siswa pada Siklus II Nomor Soal
P (%)
PS (%)
MS (%)
M (%)
TP (%)
1
50
50
0
0
0
2
77.78
5.56
16.67
0
0
3
91.67
0
0
8.33
0
4
83.33
16.67
0
0
0
5
19.44
44.44
22.22
13.89
0
Persentase tingkat pemahaman konsep siswa pada tes formatif siklus II pada tabel 4.4 dikonversikan kedalam diagram 4.3 sebagai berikut:
50
Persentase
Persentase Tingkat Pemahaman Siswa pada Tes Formatif II 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
P PS MS M TP
1
2
3 Soal
4
5
Diagram 4.3 Persentase Tingkat Pemahaman Siswa Pada Tes Formatif II Berdasarkan Tabel 4.4 dan diagram 4.3 dari siklus II diperoleh hasil bahwa untuk soal nomor no 1 setengah tengah dari jumlah siswa masuk dala kategori paham “P” dan setengahnya lagi masuk dalam kategori paham sebagian “PS”. Hal ini dikarenakan siswa kurang teliti dalam perhitungan hasil akhir. Untuk soal nomor 2, sebagian besar siswa sudah dapat menjawab dengan benar sehingga dikategorikan paham “P” dengan persentase sebesar 77,78%.
Untuk soal no 3 hampir
seluruh siswa sudah suda paham “P” sehingga persentasenya sebesar 91,67%. Pada soal nomor 4 siswa yang paham “P” dan dapat menjawab dengan benar lebih dari setengahnya, sehingga skor yang diperoleh siswa dianalisis dan diperoleh persentase sebesar 83,33%. Sedangkan untuk soal nomor nomor 5, didominasi oleh siswa yang paham sebagian “PS” yaitu 44,44%.
51
c. Analisis Data Hasil Tes Formatif III Tabel 4.5 Persentase Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Pada da Tes Formatif III Kriteria Tingkat Pemahaman Siswa pada Siklus III P (%) PS (%) MS (%) M (%) TP (%) Nomor Soal 1 38.89 16.67 38.89 0 5.56 2 100 0 0 0 0 3 66.67 13.89 19.44 0 0 4 55.56 19.44 16.67 0 8.33 5 100 0 0 0 0
Persentase tingkat pemahaman konsep siswa pada tes formatif III pada Tabel 4.5 dikonversikan ke dalam Diagram D 4.4 Persentase Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Pada Tes Formatif III 120%
Persentase
100% 80%
P
60%
PS
40%
MS
20%
M
0%
TP 1
2
3
4
5
Soal
Diagram 4.4 Persentase Tingkat Pemahaman Siswa Pada Tes Formatif Siklus III Hasil dari tes formatif pada siklus III sebagaimana pada Tabel 4.5 dan diagram 4.4 di atas dapat dijelaskan bahwa untuk kriteria indikator pemahaman konsep mampu menyajikan situasi matematika kedalam berbagai cara serta mampu mengetahui perbedaannya, sebagian jawaban siswa didominasi jawaban paham seluruhnya “P”
52
tetapi sebagian lagi didominasi jawaban miskonsepsi “M” sehingga persentasenya sama yaitu sebesar 38,89%. Pada soal nomor 2 dengan indikator pemahaman konsep mampu mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut dan mampu menerapkan konsep secara algoritma, pada umumnya siswa sudah paham “P” sehingga persentasenya sebesar 100%, hal ini berarti siswa sudah mampu mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan persyaratan yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan suatu konsep. Pada soal nomor 3 dengan indikator pemahaman konsep mampu menerapkan hubungan antar konsep dan prosedur, sebagian besar siswa masuk dalam kategori paham “P” dengan persentase sebesar 66,67%. Selanjutnya untuk soal nomor 4 dengan indikator pemahaman konsep mampu menerapakan rumus untuk menyelesaikan berbagai masalah, jumlah siswa yang paham seluruhnya “P” yaitu sebesar 55,56%. Untuk soal nomor 5, dengan indikator mampu mengklasifikasikan objek-objek dengan menerapkan persyaratan suatu bangun ruang sehingga dapat mendefinisikan suatu konsep, siswa yang paham seluruhnya “P” mencapai persentase 100%. Hal ini berarti pemahaman konsep matematika siswa sudah mulai terbentuk melalui pembelajaran tipe STAD.
53
Siklus
I II III
Tabel 4.6 Persentase Pemahaman Siswa Pada Siklus I,, II, dan III Tingkat Pemahaman Paham Paham Miskonsepsi Miskonsepsi Seluruhnya Sebagian Sebagian (M) (PS) (MS) (P) 27,22% 25,56% 40% 5% 64,33% 23,33% 8,33% 3,33% % 72,22 7,78 10,56 7,78
Tidak Paham (TP) 2,22% 0,56% 1,67%
Persentase tingkat pemahaman konsep siswa pada tes formatif I, II, dan III pada Tabel 4.6 dikonversikan ke dalam Diagram D 4.5 Persentase Kenaikan Tingkat Pemahaman Siswa dari Setiap Siklus 80% 70%
Persentase
60% 50% 40%
Siklus I
30%
Siklus II Siklus III
20% 10% 0% P
PS
MS
M
TP
Kriteria Tingkat Pemahaman
Diagram 4.5 Persentase Kenaikan Tingkat Pemahaman Siswa dari Setiap Siklus Berdasarka pada Tabel 4.6 dan diagram 4.5 Berdasarkan 4. di atas dapat dijelaskan bahwa pada siklus I tingkat pemahaman siswa pada kriteria paham “P” masih rendah hanya sebesar 27,22%. %. Pada siklus II meningkat menjadi 64,44%. Pada ada siklus III juga meningkat menjadi
54
72,22%. Untuk kategori paham sebagian “PS” pada siklus I sebesar 25,56%. Pada siklus II meningkat menjadi 23,33%. Sedangkan pada siklus III turun menjadi 7,78%. Untuk kategori miskonsepsi sebagian “MS” pada siklus I sebesar 40%. Pada siklus II terjadi penurunan yang sangat signifikan yaitu menjadi 8,33%. Pada siklus III kategori “MS” naik 2% menjadi 10,56%. Kategori miskonsepsi “M” pada siklus I sebesar 5% dan pada siklus II menjadi 3,33%.Dan pada siklus III terjadi peningkatan yaitu menjadi 7,78%. Hal ini dikarenakan siswa kebingungan dalam menerapkan rumus antara kubus dan balok. Untuk kategori tidak paham “TP” pada siklus I sebesar 2,22%. Pada siklus II turun menjadi 0,56%. Pada siklus III naik menjadi sebesar 1,67%. d. Kriteria Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa pada Setiap Siklus Gambaran tentang kriteria kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada setiap siklus tindakan pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut: Tabel 4.7 Kriteria kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Persentase (%) No Kriteria Siklus I Siklus II Siklus III 1 Sangat Baik 2,78 63,89 38,89 2 Baik 33,33 22,22 58,33 3 Cukup 55,56 13,89 2,78 4 Kurang 8,33 5 Jelek Data dari Tabel 4.7 dapat disajikan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut:
55
70
Persentase (%)
60 50 40 30
Siklus I
20
Siklus II Siklus III
10 0 Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Jelek
Kriteria
Diagram 4.6 Kriteria Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa
Berdasarkan Tabel 4.7 4. dan diagram 4.6 di atas dapat dilihat bahwa kemampuan pemahaman konsep matematika siswa untuk masing-masing masing kriteria pada setiap tindakan pembelajaran meningkat. Kriteria iteria sangat baik mengalami peningkatan, yaitu dari 2,78% hingga mencapai 63,89% hal ini berarti, lebih dari setengahnya siswa berkemampuan pemahaman konsep matematika sudah sangat baik. Akan tetapi di siklus ke III menurun menjadi sebesar 38,89%. Untuk kriteria riteria baik terjadi peningkatan peningkatan dari siklus I sampai ke siklus III, yaitu dari 33,33% 33,33 menjadi 58,33%. %. Hal ini dikarenakan siswa yang pada siklus I berada pada kriteria cukup dan kurang pada siklus kedua dan ketiga mengalami kenaikan sehingga berada pada kriteria k sangat baik dan baik. baik. Untuk kriteria cukup bila dilihat dari hasil Tabel dan diagram sepintas terlihat terjadi penurunan yaitu dari 55,56% 55,56 hingga
56
mencapai 2,78%. Hal ini sebenarnya kriteria cukup mengalami peningkatan dalam setiap siklusnya. Artinya siswa yang berkriteria cukup untuk siklus I berkurang dan beralih kepada kriteria sangat baik dan kriteria baik. Hal ini berarti kemampuan pemahaman konsep siswa meningkat dan hal ini sesuai dengan harapan peneliti. Untuk kriteria kurang bila dilihat dari Tabel dan diagram mengalami penurunan yaitu dari 8,33% hingga mencapai 0%. Hal ini sebenarnya kriteria kurang mengalami peningkatan dalam setiap siklusnya. Artinya siswa yang berkriteria kurang untuk siklus I berkurang dan beralih kepada kriteria sangat baik dan kriteria baik sehingga pada siklus II dan siklus III tidak ada lagi siswa yang masuk dalam kriteria kurang. Hal ini berarti kemampuan pemahaman konsep siswa meningkat dan hal ini sesuai dengan harapan peneliti. 3. Analisis Data Hasil Tes Berdasarkan Daya Serap Kelas dan Ketuntasan Belajar Berdasarkan kriteria ketuntasan belajar yang telah ditetapkan, siswa disebut tuntas belajarnya jika tingkat penguasaannya ≥ 65%. Sedangkan suatu kelas disebut tuntas belajarnya jika kelas tersebut telah mencapai 85% siswa yang memiliki tingkat penguasaan paling sedikit 65%. Tingkat ketuntasan siswa disajikan dalam Tabel 4.8
57
Tabel 4.8 Ketuntasan Belajar Siswa Tindakan I Jumlah siswa yang tuntas belajar 21 Daya Serap Klasikal (%) 58,33 Rata-Rata Rata Skor Tes 67,50 Persentase rata-rata rata skor tes (%) 67,5
II 36 100 87,22 87
III 36 100 85,28 85
Persentase Daya Serap Klasikal 100%
100%
100% 68%
Persentase
80% 60% 40%
DSK
20% 0% TF I
TF II
TF III
Tes
Diagram 4.7 Persentase Daya Serap Klasikal
Persentase Rata-Rata Kelas
Persentase
87% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
85%
68%
Rata-Rata
TF I
TF II
TF III
Tes
Diagram 4.8 4. Persentase Rata-rata Kelas
58
Ketuntasan belajar yang disajikan dalam Tabel 4.8 memperlihatkan bahwa pada siklus I daya serap klasikal belum mencapai 85% yaitu hanya sebesar 58,33%, sedangkan pada siklus II daya serap klasikal telah mencapai lebih dari 85% yaitu sebesar 100%, sehingga pada siklus II kelas tersebut telah tuntas belajarnya. Pada tindakan pembelajaran siklus I, 21 siswa dikatakan telah tuntas belajarnya. Pada tindakan pembelajaran siklus II, 36 siswa telah tuntas belajarnya dengan persentase 100%. Rata-rata skor tes yang dicapai siswa pada tes formatif II adalah 87,22. Pada tindakan pembelajaran siklus III, 36 siswa telah tuntas belajarnya dengan persentase 100%. Sedangkan rata-rata skor tes formatif III mengalami penurunan dari siklus II ke siklus III dengan persentase sebesar 85,28. Dilihat dari daya serap klasikal dan standar ketuntasan belajar, menunjukkan
bahwa
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe STAD menyebabkan kelas tersebut telah tuntas belajarnya karena pada tes formatif II dan tes formatif III kelas tersebut telah mencapai 85% siswa yang mencapai ≥ 65%. 4. Analisis Dan Pembahasan Data Angket Siswa Hasil angket siswa digunakan untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD sebagai upaya meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. Angket ini diberikan pada akhir seluruh pertemuan yang terdiri dari 20 pernyataan dengan 4 pilihan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) yang sesuai
59
dengan sikapnya terhadap pernyataan yang diajukan. Berikut ini akan disajikan hasil persentase sikap siswa yang diperoleh dari hasil data angket siswa (Tabel Terlampir). Berdasarkan hasil angket tersebut, sebagian besar siswa berpendapat positif mengenai pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan jika menggunakan cara belajar seperti ini sehingga siswa lebih termotivasi untuk belajar matematika. 5. Analisa Hasil Observasi a.
Analisa Hasil Observasi Aktivitas Siswa Berdasarkan Tabel pada lampiran B diketahui bahwa pada siklus I observer I memberikan skor 25 dan observer II memberikan skor 27 sehingga jumlah skor kedua observer adalah 52 dengan ratarata skor 26. Pada siklus II observer I memberikan skor 26 dan observer II memberikan skor 27 sehingga jumlah skor kedua observer adalah 53 dengan rata-rata skor 26,5. Berdasarkan hasil pengolahan data di atas dapat ditentukan kriteria sebagai berikut: Skor tertinggi ideal=28 Skor terendah ideal=7 = ݅ܯ
1 ሺ ݈ܽ݁݀݅ ݅݃݃݊݅ݐݎ݁ݐ ݎ݇ݏ+ ܽ݀݊݁ݎ݁ݐ ݎ݇ݏℎ ݈݅݀݁ܽሻ 2
= ݅ܯ
1 1 ሺ28 + 7ሻ = ሺ35ሻ = 17.5 2 2
ܵ݀݅ =
1 1 = ݅ܯ17.5 = 5,83 3 3
60
Berdasarkan mean ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (Sdi) dapat ditentukan kriteria aktivitas siswa (A) sebagai berikut: a. 26,25 ≤ A
: Sangat aktif
b. 20,42 ≤ A<26,25
: Aktif
c. 14,59 ≤ A<20,42
: Cukup aktif
d. 8,76 ≤ A<14,59
: Kurang aktif
e. A<8,76
: Sangat kurang aktif
Dari kriteria di atas rata-rata skor aktivitas siswa pada siklus I dan siklus II termasuk ke dalam kategori aktif. b. Analisa Hasil Observasi Aktifitas Guru Observasi aktifitas guru juga dilaksanakan pada pembelajaran siklus I dan II. Data hasil analisis observasi aktifitas guru dapat dilihat pada lampiran B. 6. Analisis Hasil Jurnal Siswa Hasil analisis jurnal siswa, disajikan pada Tabel 4.11 sebagai berikut; Tabel 4.9 Data Hasil Analisis Jurnal Siswa No.
Sifat Pernyataan
Siklus I Jml %
Siklus II
Siklus III
Jml
%
Jml
%
Rata-rata (%)
1.
Positif
31
86,11
33
91,67
31
86,11
87,96
2.
Negatif
5
13,89
3
8,33
5
13,89
11,97
Berdasarkan Tabel 4.9 diketahui bahwa pada siklus I, jumlah pernyataan siswa yang bersifat positif sebanyak 31 siswa atau sebesar
61
86,11%. Jumlah pernyataan siswa yang bersifat negatif sebanyak 5 siswa atau sebesar 13,89%. Pada siklus II, jumlah pernyataan siswa yang bersifat positif sebanyak 33 siswa atau sebesar 91,67%. Jumlah pernyataan siswa yang bersifat negatif sebanyak 3 siswa atau sebesar 8,33%. Jumlah pernyataan siswa pada siklus III sama dengan jumlah pernyataan siswa pada siklus I. Rata-rata persentase untuk tiap-tiap sifat pernyataan adalah: • Pernyataan yang bersifat positif sebesar 87,96%. • Pernyataanyang bersifat negatif sebesar 11,97%. B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Pembelajaran dengan Metode Student Team Achivement Division Gambaran
umum
pembelajaran
pada
penelitian
ini
yaitu
pembelajaran akan dilakukan menjadi tiga siklus tindakan pembelajaran. Setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Proses pembelajaran yang dilakukan di setiap siklus meliputi empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi, yang berulang pada siklus berikutnya. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan materi pembelajaran bangun ruang sisi datar tentang kubus dan balok. Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan hasil observasi lapangan dan observasi awal (pratindakan). Hal ini dimaksudkan untuk
62
mengetahui tingkat kemampuan siswa selama ini sehingga peneliti dapat memfokuskan masalah dalam penelitian ini. Selama ini dalam melaksanakan pembelajaran, guru MTs AlInayah hanya menggunakan model pembelajaran matematika dengan metode ekspositori. Siswa hanya menerima saja infomasi yang diberikan oleh guru, pada pembahasan tugas-tugas sekalipun. Guru sangat dominan, sehingga berdampak siswa sangat pasif. Hal ini berarti proses pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered), bukan berpusat pada siswa (student centered). Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti beranggapan akan lebih baik jika guru menggunakan pilihan metode yang tepat terhadap materi yang diajarkan. Berdasarkan pengamatan awal serta informasi yang peneliti peroleh dari guru di MTs Al-Inayah ini, bahwa pada dasarnya guru sudah mengenal model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini hanya saja para guru selama ini belum pernah melaksanakan pembelajaran dengan metode tersebut. Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk mencoba melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe STAD ini. Peneliti beranggapan bahwa model pembelajaran tersebut akan lebih mempermudah siswa dalam memahami konsep matematika. Selanjutnya peneliti mengadakan refleksi awal dalam rangka perbaikan pembelajaran di kelas. Perbaikan-perbaikan yang disarankan antara lain :
63
1. Mencoba model dan metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. 2. Mencoba metode pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih memahami materi yang dipelajari. 3. Mengoptimalkan
perangkat
pembelajaran
yang
berupa
bahan
ajar/lembar kerja siswa dan alat evaluasi. 2. Implementasi Pembelajaran Secara umum pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas selama penelitian ini telah berlangsung sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun sebagai implementasi pembelajaran bangun ruang sisi datar kubus dan balok menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penelitian ini dilakukan dalam tiga siklus yang berlangsung dari tanggal 31 Maret sampai 28 April 2011, dilaksanakan dalam sembilan kali pertemuan dengan melibatkan 41 orang siswa kelas VIIIA MTs Al-Inayah Sarijadi Bandung tahun pelajaran 2010/2011. Data yang diambil adalah
nilai tes formatif
I, nilai tes
formatif II dan nilai tes formatif III, observasi aktifitas siswa dan guru, angket siswa, jurnal siswa dan wawancara siswa. Data yang telah dikumpulkan dianalisis sesuai dengan teknik analisis data yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam penelitian ini dapat dijelaskan pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut:
64
1. Pembelajaran siklus I a. Tahap perencanaan Pada tahap perencanaan, peneliti mempelajari kurikulum madrasah
kelas
VIII,
merancang
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran, dan Lembar Kerja Siswa, membuat soal kuis, membuat soal tes beserta kisi-kisinya dan membuat alat peraga yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berisi tentang skenario pembelajaran yang harus dilaksanakan dalam pembelajaran, agar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai. Sebelum tindakan pembelajaran siklus I dilakukan, peneliti membagi siswa menjadi kelompok-kelompok yang terdiri dari empat orang. Pemilihan anggota-anggota kelompok dilakukan secara heterogen yang terdiri dari siswa kelompok bawah, tengah, dan atas. b. Tahap pelaksanaan Pembelajaran siklus I dilakukan dalam dua kali pertemuan yang dilaksanakan pada hari Kamis, 31 Maret 2011, pukul 07.0008.10 wib dan pada hari Selasa, 5 April 2011, pukul 08.10-09.20 wib. Sub pokok bahasan yang diajarkan adalah tentang unsur-unsur kubus, jaring-jaring kubus, luas permukaan dan volume kubus dengan alokasi waktu 4 jam pelajaran (4 x 35 menit). Observer terdiri atas dua orang guru yang bertugas mengamati aktivitas guru
65
dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan mengisi lembar observasi yang diberikan oleh peneliti. Pada tahap pendahuluan proses pembelajaran, peneliti yang bertindak sebagai guru mengawali dengan memberikan salam, memeriksa kehadiran siswa, memberikan prosedur pembelajaran, dan memberikan motivasi dan apersepsi. Prosedur pembelajaran yang diinformasikan kepada siswa adalah pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Peneliti kembali memberikan motivasi untuk mendorong siswa agar tidak ragu-ragu untuk memberikan respon dan dapat berpartisipasi aktif dalam mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan. Pada langkah selanjutnya, Peneliti menggali pengetahuan siswa tentang kubus, mengenali dan menyebutkan unsur-unsur kubus, membuat jaring-jaring kubus yang berbeda dan menyebutkan rumus luas permukaan dan volume kubus. Kemudian meminta siswa untuk
menjelaskannya
dan
memberikan
contoh
yang
lain.
Selanjutnya peneliti membagikan Lembar Kerja Siswa dan kubus kecil untuk peraga kepada tiap-tiap kelompok. Setelah tiap-tiap kelompok mendapatkan LKS, maka guru mempersilahkan kepada para siswa dalam kelompoknya untuk menyimak, mengamati, dan mempelajari isi materi yang diberikan. Lembar Kerja Siswa ini dikerjakan oleh siswa secara bersama-sama dalam kelompok. Hal ini dimaksudkan agar mereka dapat berdiskusi dalam kelompoknya
66
masing-masing. Kemudian guru selanjutnya membimbing siswa dengan serangkaian pertanyaan yang mengarah pada pengertian atau konsep dari materi pelajaran yang diberikan. Diharapkan dengan diberikannya serangkaian pertanyaan, siswa dapat menyimpulkan materi yang telah diajarkan. Setelah dilakukan proses membimbing siswa, selanjutnya dilaksanakan diskusi kelompok yang kemudian dilanjutkan diskusi kelas. Pada saat diskusi kelompok berlangsung, peneliti yang bertindak sebagai guru mengamati jalannya proses diskusi dari satu kelompok ke kelompok lainnya sambil sekali-kali melakukan hal-hal berikut: mengajukan pertanyaan yang mengarah pada pembentukan konsep matematika siswa, mendorong siswa untuk aktif berdiskusi di dalam kelompok, dan menstimulus siswa untuk aktif berfikir. Setelah diskusi kelompok selesai, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi kelas untuk membahas permasalahan yang belum terselesaikan dalam diskusi kelompok. Agar diskusi berjalan lancar maka guru memimpin diskusi secara langsung. Selanjutnya, peneliti mempersilahkan kepada masing-masing kelompok untuk menunjuk wakilnya untuk mempresentasikan hasil kerja mereka di depan kelas. Karena waktunya sangat sedikit maka peneliti hanya menunjuk dua kelompok saja untuk mempresentasikan hasil kerja mereka sedangkan yang lain harus menyimak dan mendengarkan. Setelah selesai mempresentasikan hasil kelompoknya, selanjutnya kelompok
67
yang lain memberikan tanggapannya. Setelah itu peneliti bersamasama siswa membahas materi dan tugas yang terdapat dalam Lembar Kerja Siswa sambil mereka mencocokkan penemuan mereka dalam mengisi Lembar Kerja Siswa dengan hasil yang telah dibahas. Jika ada perbedaan pendapat maka siswa yang lain dipersilahkan untuk menyanggah atau jika sependapat bisa melengkapinya. Dengan demikian kesalahan yang mereka buat dapat diketahui dan dapat dibenarkan sendiri oleh mereka sendiri, sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat melekat dalam ingatan mereka. Dalam pembelajaran siklus pertama ini masih ada siswa yang kurang antusias mengerjakan tugas-tugas yang terdapat dalam Lembar Kerja Siswa. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas mereka yang sebagian masih suka berbicara sendiri dengan teman yang ada di kelompok lain namun mereka terlihat lebih aktif untuk belajar dengan model yang peneliti lakukan karena ada peraga didepan mereka. Peneliti menyadari, bahwa dalam proses pembelajaran yang baru saja mereka rasakan siswa memerlukan pendekatan dan bimbingan. Pada siklus pertama ini siswa masih merasa canggung dan malu karena pembelajaran kooperatif tipe STAD baru kali ini mereka peroleh. Namun, dengan lebih memberikan motivasi akhirnya
mereka
berani
untuk
bertanya
dan
memberikan
pendapatnya pada saat temannya presentasi. Kemudian guru mengumumkan kelompok yang terkompak komunikatif dan teraktif
68
sebagai pemenangnya dan diberi penghargaan, terlihat siswa sangat termotivasi dengan pemberian penghargaan tersebut untuk belajar lebih giat lagi agar pertemuan berikutnya bisa menjadi pemenang. Pada bagian penutup, peneliti meminta siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran siklus pertama ini. Selanjutnya peneliti yang bertindak sebagai guru memberikan kuis kepada siswa untuk mengetahui apakah siswa dapat menggunakan rumus-rumus yang telah ditemukan dalam berbagai macam soal. Dilanjutkan memberitahukan
kembali kepada siswa bahwa
pertemuan
berikutnya adalah pelaksanaan tes akhir siklus I yang dilaksanakan pada hari Kamis, 7 April 2011 pada pukul 07.00-08.10 wib. Pada akhir siklus I, guru memberikan tes formatif 1 dengan alokasi waktu 50 menit. Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada pertemuan 1 dan pertemuan 2. Selain diberikan tes formatif 1, siswa juga diberi jurnal harian untuk mengetahui pendapat siswa atau kesan siswa terhadap pembelajaran yang telah mereka terima pada siklus I. Pada bagian penutup, peneliti menginformasikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya dengan tujuan agar siswa membaca terlebih dahulu materi yang akan diajarkan selanjutnya di rumah dan diharapkan siswa menjadi lebih siap dalam menghadapi pelajaran berikutnya.
69
2. Pembelajaran siklus II Tindakan pembelajaran siklus II merupakan refleksi dari tindakan siklus I, sehingga pada pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus II ini peneliti berusaha memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi pada tindakan pembelajaran siklus I, sedangkan keunggulan-keunggulannya
tetap
dipertahankan,
agar
tercipta
pembelajaran yang kondusif dan tercapainya tujuan pembelajaran. Pada pembelajaran pada siklus II dilaksanakan tetap menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sub pokok bahasan yang dipelajari adalah Unsur-unsur dan jaring-jaring balok. Observer terdiri atas dua orang yang tetap bertugas untuk mengamati secara langsung aktivitas guru dan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung, Tahapan-tahapan pada siklus II ini dilaksanakan melalui empat tahapan yang sama pada siklus I, Tahapan-tahapan pada siklus II ini dapat dijelaskan sebagi berikut: a. Tahap perencanaan Pada pembelajaran
tahap yang
ini,
peneliti
termuat
mempersiapkan
dalam
Rencana
skenario
Pelaksanaan
Pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa disusun dengan mengacu pada peggunaan pembelajaran kooperatif. Lembar Kerja Siswa berisi tentang tugas-tugas dan panduan untuk menentukan unsur-unsur dan menggambar jaring-jaring balok.
70
b. Tahap pelaksanaan Pembelajaran siklus II dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 12 April 2011, pukul 08.10-09.20 wib, dan hari Kamis tanggal 14 April 2011, pukul 07.00-08.10 wib dengan alokasi waktu (5 X 35 menit). Materi yang dibahas adalah mengenai cara menentukan unsur-unsur balok, jaring-jaring balok, dan luas permukaan balok. Proses pembelajaran diawali dengan memberi salam, memeriksa kehadiran siswa, memberikan prosedur pembelajaran bahwa pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Peneliti memotivasi siswa agar siswa tetap berpartisipasi
aktif
mengikuti
proses
pembelajaran
dan
mengingatkan kembali materi selanjutnya. Peneliti juga memberikan apersepsi dengan meminta siswa menyebutkan benda-benda di dalam kehidupan sehari-hari yang berbentuk balok. Pada awal
pembelajaran
siswa langsung membentuk
kelompoknya sendiri sesuai dengan kelompok pada siklus I dengan tujuan untuk mengefektifkan waktu. Setelah itu guru mengumumkan nilai yang dicapai siswa pada tes formatif I dengan maksud untuk memotivasi siswa agar dalam menjawab soal pada tes formatif II lebih baik lagi. Pada kegiatan inti, peneliti mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya, karena materi pada pertemuan keempat terdapat hubungan yang sangat erat dengan materi pada siklus I, dari hasil tersebut terlihat siswa telah
71
memahami konsep bangun ruang sisi datar (kubus). Selanjutnya peneliti mengajak siswa untuk bersama-sama menjelaskan materi hari ini dengan memberikan contoh, kemudian dilanjutkan dengan membagikan Lembar Kerja Siswa yang berisi tentang tugas-tugas yang harus mereka kerjakan dalam kelompoknya masing-masing. Siswa terlihat sangat antusias melakukan diskusi dalam kelompok mereka masing-masing. Para siswa banyak yang mengajukan pertanyaan kepada peneliti. Peneliti secara bergilir memberikan bimbingan kepada tiap-tiap kelompok. Pada kegiatan selanjutnya, peneliti mempersilahkan kepada masing-masing
kelompok
untuk
menunjuk
wakilnya
untuk
mempresentasikan hasil kerja mereka di depan kelas. Peneliti meminta salah satu kelompok untuk maju mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Peneliti memberikan koreksi yang bersifat tidak langsung, yakni dengan memberikan contoh lain. Siswa
juga secara langsung menuliskan jawaban yang telah
mendapat koreksi. Selanjutnya peneliti meminta siswa kembali ke tempat duduk semula dan memberikan penghargan kepada kelompok yang aktif dan komunikatif, Sebelum kegiatan diakhiri peneliti memberikan kuis untuk dikerjakan siswa. Pada bagian penutup, peneliti bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran pertemuan ini. Selanjutnya peneliti menginformasikan materi yang akan dipelajari pada
72
pertemuan berikutnya dan memberikan beberapa soal untuk latihan dirumah. 3. Pembelajaran siklus III Tindakan pembelajaran siklus III merupakan refleksi dari tindakan pembelajaran pada siklus II, sehingga pada pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus III ini peneliti berusaha memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi pada tindakan pembelajaran siklus II, sedangkan keunggulan-keunggulannya tetap dipertahankan, agar tercipta
pembelajaran
yang
kondusif
dan
tercapainya
tujuan
pembelajaran. Pada pembelajaran siklus III dilaksanakan tetap menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sub pokok bahasan yang dipelajari adalah mengenai volume balok. Observer terdiri atas dua orang yang tetap bertugas untuk mengamati secara langsung aktivitas guru dan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Tahapan-tahapan pada siklus III ini dilaksanakan melalui dua tahapan yang sama pada siklus I dan II, Tahapan-tahapan pada siklus III ini dapat dijelaskan sebagi berikut: a. Tahap perencanaan Pada pembelajaran
tahap yang
ini,
peneliti
termuat
mempersiapkan
dalam
Rencana
skenario
Pelaksanaan
Pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa disusun dengan mengacu pada peggunaan pembelajaran kooperatif. Lembar Kerja Siswa berisi
73
tentang tugas-tugas dan panduan untuk menentukan unsur-unsur dan menggambar jaring-jaring balok. b. Tahap pelaksanaan Pembelajaran siklus III dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 19 April 2011, pukul 08.10-09.20 wib (2 X 35 menit). Materi yang dibahas adalah mengenai cara menentukan volume balok. Pada siklus III ini tindakan pembelajaran hanya dilaksanakan satu kali pertemuan dikarenakan materi yang diajarkan hanya mengenai volume balok. Materi ini tidak dapat dilaksanakan pada siklus II dikarenakan cakupan materi pada siklus II terlalu banyak sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi yang diajarkan pada siklus II. Proses pembelajaran diawali dengan memberi salam, memeriksa kehadiran siswa, memberikan prosedur pembelajaran bahwa pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Peneliti memotivasi siswa agar siswa tetap berpartisipasi
aktif
mengikuti
proses
pembelajaran
dan
mengingatkan kembali materi selanjutnya. Peneliti juga memberikan apersepsi dengan meminta siswa menyebutkan benda-benda di dalam kehidupan sehari-hari yang berbentuk balok. Pada awal kelompoknya
pembelajaran
sendiri
sesuai
siswa langsung membentuk
dengan
kelompok
pada
siklus
sebelumnya dengan tujuan untuk mengefektifkan waktu. Setelah itu
74
guru mengumumkan nilai yang dicapai siswa pada tes formatif II dengan maksud untuk memotivasi siswa agar dalam menjawab soal pada tes formatif III lebih baik lagi. Pada kegiatan inti, peneliti mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya, karena materi pada pertemuan siklus III terdapat hubungan yang sangat erat dengan materi pada siklus I dan II, dari hasil tersebut terlihat siswa telah memahami konsep bangun ruang sisi datar (kubus) dan juga balok. Selanjutnya peneliti mengajak siswa untuk bersama-sama menjelaskan materi hari ini dengan memberikan contoh,
kemudian dilanjutkan dengan membagikan
Lembar Kerja Siswa yang berisi tentang tugas-tugas yang harus mereka kerjakan dalam kelompoknya masing-masing. Siswa terlihat sangat antusias melakukan diskusi dalam kelompok mereka masingmasing. Para siswa banyak yang mengajukan pertanyaan kepada peneliti. Peneliti secara bergilir memberikan bimbingan kepada tiaptiap kelompok. Pada kegiatan selanjutnya, peneliti mempersilahkan kepada masing-masing
kelompok
untuk
menunjuk
wakilnya
untuk
mempresentasikan hasil kerja mereka di depan kelas. Peneliti meminta salah satu kelompok untuk maju mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Peneliti memberikan koreksi yang bersifat tidak langsung, yakni dengan memberikan contoh lain.
75
Siswa
juga secara langsung menuliskan jawaban yang telah
mendapat koreksi. Selanjutnya peneliti meminta siswa kembali ke tempat duduk semula dan memberikan penghargan kepada kelompok yang aktif dan komunikatif, Sebelum kegiatan diakhiri peneliti memberikan kuis untuk dikerjakan siswa. Pada bagian penutup, peneliti bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran pertemuan ini. Selanjutnya peneliti menginformasikan bahwa pertemuan selanjutnya adalah pelaksanaan tes formatif ke III. 3. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Berdasarkan hasil deskripsi penelitian dan analisis data penelitian, tampak bahwa kemampuan pemahaman konsep matematika siswa meningkat pada setiap siklusnya. Berdasarkan hasil observasi pada tindakan pembelajaran siklus I sebagian besar siswa sudah aktif dalam berdiskusi. Namun masih ada beberapa siswa yang terlihat kurang antusias dan serius pada saat pembelajaran berlangsung. Siswa masih kesulitan dalam memahami materi serta tugas yang diberikan. Tetapi pada tindakan pembelajaran siklus II siswa mulai aktif berdiskusi. Sebagian besar siswa mulai antusias dan mulai serius dalam mengikuti pelajaran. Siswa juga sudah mulai terbiasa berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing dan sudah mulai terbentuk pemahaman konsep matematikanya. Pada siklus III pelaksanaannya hanya 1 kali pertemuan hal ini dilakukan sebagai refleksi dari tindakan pembelajaran siklus II.
76
Tingkat pemahaman konsep siswa pada umumnya meningkat untuk setiap siklusnya, hal ini terlihat dengan meningkatnya persentase pemahaman siswa pada setiap siklus. Pada tes formatif I rata-rata nilai siswa sebesar 67,50 sedangkan pada tes formatif II rata-rata nilai yang diperoleh siswa mengalami peningkatan menjadi sebesar 87,22, sedangkan pada tes Formatif III rata-ratanya mengalami penurunan yaitu menjadi 85,28. Hal ini dikarenakan skor yang diperoleh siswa pada siklus II menurun pada siklus III. Jika dilihat dari simpangan baku, untuk siklus I simpangan bakunya sebesar 12,10, sedangkan pada siklus II simpangan bakunya menurun menjadi 9,06. Pada siklus III simpangan bakunya menurun menjadi 8,78. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman meskipun rata-ratanya mengalami penurunan. Terjadinya penurunan skor hasil tes siswa kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: siswa kurang memahami maksud dari pada soal, materinya yang lebih sulit dan juga faktor ketelitian. Sebagian besar siswa kurang teliti dalam prosedur maupun perhitungan sehingga terkadang ada kekeliruan baik dalam prosedur maupun perhitungan hasil akhirnya. Pada tes formatif I jumlah siswa yang tuntas sebanyak 21 siswa, pada tes II jumlah siswa yang tuntas 36 siswa atau 100% dan pada tes III jumlah siswa yang tuntas juga 36 siswa atau 100%. Oleh karena itu pada tes formatif I daya serap klasikalnya belum mencapai 85%, sehingga kelas tersebut belum bisa disebut tuntas. Tetapi pada tes formatif II daya serap klasikalnya sudah mencapai 100%, sehingga kelas tersebut sudah
77
dikatakan tuntas pada tindakan pembelajaran siklus II. Pada tindakan pembelajaran siklus III daya serap klasikalnya mencapai 100%. Terdapatnya matematika
siswa
peningkatan pada
setiap
kemampuan siklus
pemahaman
tindakan
konsep
pembelajaran
mengindikasikan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. Hal ini disebabkan pembelajaran dengan metode STAD dapat melatih siswa untuk berfikir kreatif, aktif dalam pembelajaran, menumbuhkan keberanian untuk bertanya dan menjawab, serta dapat meningkatkan komunikasi siswa. 4. Sikap Siswa Berdasarkan hasil analisis data angket siswa, pada umumnya siswa merespon positif atau mendukung terhadap pembelajaran matematika. Hal ini terlihat dari hasi analisis angket siswa yang telah diberikan (lihat lampiran B) 5. Hasil Jurnal Siswa Berdasarkan
analisis
hasil
jurnal
siswa
dari
tiga
siklus
pembelajaran dapat diketahui persentase rata-rata pernyataan siswa. Persentase rata-rata pernyataan siswa didasarkan atas kedua sifat, yaitu positif, dan negatif. Persentase rata-rata pernyataan siswa yang bersifat positif sebesar 88,89% berarti pada umunya siswa mempunyai sikap yang positif terhadap pembelajaran matematika menggunakan model STAD. Sedangkan persentase rata-rata pernyataan siswa yang bersifat negatif
78
sebesar 11,11% berarti sebagian kecil siswa mempunyai sikap yang negatif terhadap pembelajaran matematika menggunakan model STAD. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada umumnya siswa bersikap positif terhadap pembelajaran matematika menggunakan model STAD
pada materi
bangun ruang sisi datar (kubus dan balok). 6. Hasil wawancara Berdasarkan analisis hasil wawancara siswa dari dua siklus pembelajaran dari 36 siswa dipilih 10 siswa secara heterogen,
dapat
diketahui bahwa semua memberi respon positif terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan alasan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran yang tidak membosankan karena ada peraganya sehingga mereka tidak hanya membayangkan tapi dapat langsung berhadapan dengan bendanya atau minimal gambar yang jelas, sehingga memudahkan memahami materi dan jauh dari perasaan ngantuk dan bosan. Umumnya mereka menyatakan senang dengan pembelajaran tipe STAD ini.