BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Kegiatan wawancara dilakukan pada pihak-pihak yang berkaitan dengan objek penelitian yaitu guru dan santri Madrasah Aliyah Sabrun Jamil Kecamatan Botupingge Kabupaten Bone Bolango dengan menggunakan wawancara secara langsung pada guru yang terdiri dari 4 orang guru dan santri berjumlah 18 orang. Serta dilengkapi dengan angket dan observasi. Wawancara, pengisian angket serta observasi ini dilakukan untuk memperoleh gambaran pengembangan bakat santri dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan bakat santri. Berdasarkan hasil wawancara dan pengisian angket dari siswa serta hasil observasi, bahwa diperoleh gambaran tentang pengembangan bakat santri dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan bakat santri Madrasah Aliyah Sabrun Jamil Kecamatan Botupingge Kabupaten Bone Bolango adalah sebagai berikut: 4.1.1 Pengembangan Bakat Santri Berdasarkan wawancara diperoleh hasil sebagai berikut : a. Kegiatan guru mengembangkan bakat santri 1) Identifikasi anak berbakat Sebagaimana yang terungkap dari pendapat yang dikemukakan oleh beberapa responden sebagai berikut:
“Cara menulusuri bakat santri, kami hanya melalui pengisian formulir saja tidak seperti sekolah-sekolah lain yang menggunakan tes tertulis. Kami menjaring siswa sesuai kemauan santri sendiri masuk di sekolah ini. Dari tahun-tahun kemarin kami hanya menggunakan melalui permulir karena sekolah ini jumlah siswanya sedikit jadi kami menerima siswa tidak memilih-melih harus siswa yang ini” (kepala sekolah, hari Jum’at 14 Juni 2013) Sebagaimana juga disampaikan oleh responden “Yang kami lakukan untuk mengembangkan bakat santri yaitu pertama mereka masuk di sekolah ini mereka mengisi formulir, di dalam formulir itu berisikan pertanyaan mengenai hobby mereka nantiya diisi sesuai hobby mereka. Kemudian dalam kegiatan orientasi siswa baru kami memberikan kesempatan untuk mengimplementasikan bakat-bakat mereka. (kesiswaan, hari Jum’at 14 juni 2013) Sebagaimana juga disampaikan oleh responden “Di sekolah ini kami menelusuri bakatnya santri hanya melalui formulir dari formulir itu kami biasa mengetahui hobbinya, saya melatih mereka sesuai dengan hobbinya mereka yang saya peroleh dari guru yang bertanggung jawab kesiswaan. Saya sendiri sebagai guru penjas jadi kegiatan pada bidang olahraga yang saya pegang. Dan bakat-bakat yang mereka miliki atau hobbi mereka saya latih” (guru bidang studi penjas kes hari hari Jum’at 14 Juni 2013) Sebagaimana juga disampaikan oleh responden “Penelusuran bakat mereka ini haya lewat hobbi mereka yang mana kegiatan yang mereka sukai dalam bidang tertentu dan saya sebagai guru bahasa Inggris, saya melihat dari kemampuan mereka di dalam kelas baik itu kemampuan mereka dalam pengucapan, kosa kata yang meraka miliki dan kuasai dan masih banyak” (guru bidang studi bahasa Inggris, hari sabtu 15 Juni 2003) Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 4 orang guru sebagai responden di peroleh data pada umumnya guru mengidentifikasi santri yang berbakat melalui pengisian formulir.
2) Mengelompokan santri berbakat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki santri Sebagaimana yang terungkap dari pendapat yang dikemukakan oleh beberapa responden sebagai berikut: “Kami tidak mengelompokannya kami hanya mencatat hobby siswa, pekerjan orang tua dan masih ada juga yang lain. Di dalam kelas kami pariasaikan siswanya tidak berdasarkan kemampuan mereka dan apabila ada kegiatan dimana siswa ingin ikut kami ikutkan” (kepala sekolah, hari Jum’at 14 Juni 2013) Sebagaimana juga disampaikan oleh responden “Kami tidak mengelompokan karena santri disini sedikit. Saya sebagai kesiswaan saya membuat daftar nama-nama santri lengkap dengan boby mereka seperti saya katakan tadi dan mencatat identitas orang tua mereka. Setiap ada kegiatan seperti olahraga apabila ada guru yang membutuhkan data itu saya berikan.”(kesiswaan, hari Jum’at 14 Juni 2013) Sebagaimana juga disampaikan oleh responden “Saya melatih mereka berdasarkan hobby mereka sesuai dengan kemanpuan mereka, dan ada juga saya ikutkan mereka semua dalam kegiatan. Adapun saya mengikutkan siswa semua yang satu kelas itu dapat melihat siswa yang mempu dibidang ini dan ada juga dibidang yang lain” (guru bidang studi penjas kes, hari Jum’at 14 Juni 2013) Sebagaimana juga disampaikan oleh responden “Kalau saya sendiri dalam program saya tidak dikelompokan saya ikutkan semua kemudian saya menilai kemampuan mereka masing-masing, ada sekitar 3 orang siswa yang memiliki kelebihan dalam bidang berbahasa Inggris” (guru bidang studi bahasa Inggris, hari sabtu 15 Juni 2013) Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 4 orang guru sebagai responden diperoleh data pada umumnya guru tidak mengelompokan
santri berdasarkan bakat yang mereka miliki, guru hanya mencatat hobby santri dan mengikutkan semua santri dalam kegiatan tidak dilihat sesuai kemampuan santri, apabila santri ingin mengikuti atau suka maka diikutkan. 3) Membuat program Sebagaimana yang terungkap dari pendapat yang dikemukakan oleh beberapa responden sebagai berikut: “Iya kami juga memprogramkan sesuai bakat dan minat santri. Banyak kegiatan yang kami lakukan, Kegiatan-kegiatan ini berupa latihan pidato ada juga dalam bidang olahraga seperti takraw, silat, hadang, tenis meja dan kegiatan kegiatan-kegiatan agama seperti kultum, marawis dan tilawah. Kegiatan agama ini jadwal latihan waktunya sore dan bidang olahraga waktu latihannya diwaktu-waktu kosong dan waktu jam pelajaran penjas kes. Saya sebagai kepala sekolah mengajak guru-guru agar melatih siswa” (kepala sekolah, hari jum’at 14 Juni 2013) Sebagaimana juga disampaikan oleh responden “Di sekolah Madrasah Aliyah Sabrun Jamil ada program pengembangan bakat dalam bidang olahraga, kesenian dan kegiatan pondok. Olahraga seperti silat, takraw, hadang, bulutangkis dan tenis meja; kesenian seperti kaligrapi dan marawis; dan kegiatan pondok seperti pidato, ceramah dan tilawah” (kesiswaan, hari jum’at 14 Juni 2013) Sebagaimana juga disampaikan oleh responden “Iya, kegiatan pengembangan bakat santri yang saya lakukan yaitu di bidang olahraga ada takraw, tenis meja, hadang, silat yang sekarang ini mereka mengikuti kegiatan ponpenas. Ada juga program kegiatan lain yaitu kegiataan keagamaan ada marawis, cerama dan pidato. Pidato ini ada tiga bahasa yaitu bahasa arab, bahasa inggris dan bahasa Indonesia. Santrisantri disini juga mereka mengikuti olimpiade pada mata pelajaran geografi, ekonomi, matematika, biologi dan fisika” (guru bidang studi penjas kes, hari jum’at 14 Juni 2013)
Sebagaimana juga disampaikan oleh responden “Saya sendiri sebagai bidang studi bahasa Inggris, program saya yaitu kegiatan kursus yang mana saya melatih meraka pidato yang berbahasa Inggris. Jadwal latihannya malam selasa dam malam kamis. Disamping melatih mereka pidato dapat juga melatih mereka dalam berbahasa Inggris” (guru bidang studi bahasa Inggris, hari sabtu 15 Juni 2013) Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 4 orang guru sebagai responden diperoleh data bahwa di sekolah Madrasah Aliyah ada program pengembangan bakat seperti Kegiatan-kegiatan ini berupa
pidato dalam tiga
bahasa yaitu bahasa Inggris, bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Ada juga dalam bidang olahraga seperti takraw, silat, hadang, tenis meja, polly ball dan kegiatan kegiatan-kegiatan agama seperti kultum, marawis dan tilawah. b. Mutu dan jumlah pelatih Sebagaimana yang terungkap dari pendapat yang dikemukakan oleh beberapa responden sebagai berikut: “Menurut saya pelatih itu sangat penting apalagi pelatih yang benar-benar memilki keahlian di bidangnya. Mengenai pelatih dan mutunya di sekolah ini masih kurang guru pelatih seperti dalam bidang olahraga pelatihnya guru penjas sedangkan guru penjas hanya satu gurunya. Semua bidang olahraga guru penjas yang memegang. Begitu juga dengan guru-guru bidang studi yang lain masih kurang. Jumlah guru seluruh 16 guru, yang PNS hanya 6 guru dan sisanya non PNS. Jadi kami di sekolah ini masih butuh guru-guru pelatih dan guru yang profesional. Alhamdulillah walaupun begitu santrisantri di sini berprestasi” (kepala sekolah, hari jum’at 14 Juni 2013) Sebagaimana juga disampaikan oleh responden “Menurut saya masi kurang guru pelatih yang profesianal di sekolah ini, yang menjadi pelatih mengembangkan bakat santri guru-guru di sekolah ini sesuai dengan bidang studi. Sebagian besar guru di sini tidak menetap
dan belum PNS. Ada juga pelatih yang dari luar yang mengembangkan bakat santri, itupun hanya bidang olahraga saat santri akan bertanding di kabupaten atau provinsi” (kesiswaan, hgari jum’at 14 Juni 2013) Sebagaimana juga disampaikan oleh responden “Menurut saya guru pelatih masih kurang seperti saya sendiri sebagai guru penjas kes, semua bidang olahraga saya melatih baik itu tenis meja, takraw dan masih banyak. Guru di sekolah ini masih kurang” (guru bidang studi penjas kes, hari jum’at 14 Juni 2013) Sebagaimana juga disampaikan oleh responden “Menurut saya mutu itu sangat penting karena kita mengembangkan bakat seseorang butuh ketrampilan, pengetahuan dan pribadi yang baik begitupun dengan jumlah pelatih harus berpariasi agar siswa kaya dengan pengetahuan. Di sekolah ini kurang guru-guru, banyak guru yang tidak tetap seperti guru BK sampai sekarang saja guru BK itu hanya namanya saja tetapi orangnya tidak ada dan masih kurang guru yang studinya S1 bahkan ada guru yang hanya lulusan SMA di sekolah ini. Saya juga di sekolah ini masih mengabdi sementara saya dalam penyelesain studi akhir saya bahasa Inggris di Universitas Negeri Gorontalo” (guru bidang studi bahasa Inggris, hari sabtu 15 Juni 2013) Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 4 orang guru sebagai responden diperoleh data bahwa di sekolah Madrasah Aliyah berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa mutu dan jumlah pelatih mengembangkan bakat santri di sekolah Madrasah Aliyah Sabrun Jamil masih butuh guru pelatih dan guru yang profesional baik dibidang olahraga dan bigang studi lainnya. Jumlah seluruh guru terdapat 16 guru, 6 PNS guru dan sisanya Non PNS bahkan ada yang lulusan SMA.
c. Peran guru mengembangkan bakat santri Sebagaimana yang terungkap dari pendapat yang dikemukakan oleh beberapa responden sebagai berikut: “Kami sebagai guru saling kerja sama dengan orang tua siswa, kami memberikan dukungan seperti empati, simpati, memberikan mereka waktu latihan memberikan dukungan dan memotivasi mereka. Disaat mengadakan rapat saya memberi motivasi dan penghargaan seperti katakata penyemangat untuk memotivasi mereka” (kepala sekolah, hari Jum’at 14 Juni 2013 Sebagaimana juga disampaikan oleh responden “Usaha yang dilakukan saling kerja sama dengan guru-guru lain, kerja sama dengan orang tua siswa, memberika kesempatan pada santri untuk mengembangkan bakat meraka dengan memeberikan latihan-latihan yang cukup dan memberi dukungan, memotivasi santri agar mereka punya semangat meraih prestasi”(kesiswaan, hari Jum’at 14 Juni 2013) Sebagaimana juga disampaikan oleh responden “Usaha saya untuk mengembangkan bakat santri memberikan latihan, penguatan. Penguatan yang saya maksut itu berupa saya memberikan pujian dengan begitu santri-santri termotivasi apalagi dalam latihan mereka rajin. Dan saya juga memerlukan kerja sama dengan guru-guru lain seperti perlengkapan untuk latihan itu butuh alat jadi saya harus ada kerja sama dengan guru-guru lain”(guru bidang studi penjas kes, hari Jum’at 14 Juni 2013) Sebagaimana juga disampaikan oleh responden “Usaha saya lakukan memberikan latihan, mendukung mereka dan memberikan yang terbaik untuk santri-santri disini dan ada guru yang tidak berperan juga yaitu guru BK kerena guru BK di sini tidak ada karena gurunya tidak tetap hanya namanya yang ada jadi katakanlah tidak ada ” (guru bidang studi bahasa Inggris, hari Sabtu 15 Juni 2013)
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 4 orang guru sebagai
responden
diperoleh
data
bahwa
guru
ikut
berperan
dalam
mengembangkan bakat santri yaitu mereka memberi motivasi, dukungan, memberikan latihan yang cukup, ada kerja sama dengan orang tua, kerja sama dengan guru-guru lain dan ada juga guru yang tidak berperan yaitu guru BK kerana gurunnya tidak ada. 4.1.2 Faktor-faktor yang memperngaruhi pengembangan bakat santri Sebagaimana yang terungkap dari pendapat yang dikemukakan oleh beberapa responden sebagai berikut: “Yang menjadi kendala kami yaitu sarana dan prasarana seperti perpustakaan ada tetapi belum pada ketentuannya, tidak ada lep komputer, lep IPA kurang alat-alatnya, tidak ada lapangan olahraga dan alat-alat olahraga lainnya. Faktor dari santri sendiri tidak ada kecali mereka lapar ada santri yang malas belajar dan faktor ekonomi orang tua santri, orang tua santri disini rata-rata di bawah sejatra jadi kebutuhan santri kurang terpenuhi bahkan tidak terpenuhi” (kepala sekolah, hari Jum’at 14 Juli 2013) Sebagaimana juga disampaikan oleh responden “Faktor utama itu fasilitas, fasilitas disini kurang menunjang seperti lapangan olahraga, lep kurang memadai, buku-buku penunjang kurang kemudian dana tidak ada, dana tidak rutin dari pemerintah. Dan masalah dari santri ada yang sebagian dari mereka rajin, meraka semangat belajar dan latihan tapi mereka sedikit malu-malu apalagi dengan orang-orang baru, mereka sepertinya masih kurang percaya diri. Sebagian besar orang tua santri ekonomi mereka tergolong kurang mampu” (kesiswaan, Jum’at 14 Juni 2013)
Sebagaimana juga disampaikan oleh responden “Kendalanya sarana dan prasarana, fasilitas di sekolah ini kurang sekali memadai. Lapangan olahraga saja tidak ada apalagi alat-alatnya kurang menunjang, saya kalau memberikan latihan seperti volly ball terkadang di kampus. Kemudian faktor dari santri sendiri sebahagian mereka kurang percaya dengan kemampuan mereka tetapi santri-santri rajin, meraka disiplin, dan sopan” (guru bidang studi penjas kes, hari Jum’at 14 Juni 2013) Sebagaimana juga disampaikan oleh responden “Alhamdulillah dalam bidang saya fasilitas mendukung, buku-buku penunjang saya sudah siapkan kemarin beserta video dan rekamannya. Klu dalam bidang lain itu banyak kendalanya seperti bidang olahraga tidak ada lapanganya. Faktor dari orang tua kurang memenuhi kebutuhan anaknya” (guru bidang studi bahasa Inggris, hari Sabtu 15 Juni 2013) Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 4 orang guru sebagai
responden
diperoleh
data
bahwa
faktor
yang
mempengaruhi
pengembangan bakat santri yakni fasilitas yang paling utama dan dana dari pemerintah tidak rutin selain itu juga faktor dari santri yaitu sebagian mereka sedikit malu-malu apalagi dengan orang-orang baru, mereka masih kurang percaya diri tetapi santri-santri rajin, meraka disiplin, dan sopan. Sebagian besar orang tua santri ekonomi mereka tergolong kurang mampu, orang tua santri di sini rata-rata di bawah sejatrah jadi kebutuhan santri kurang terpenuhi bahkan tidak terpenuhi. Dapat juga ditinjau dari hasil wawancara secara langsung dengan santri yaitu sebagai berikut:
a. Faktor dari individu sendiri 1) Motivasi Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 18 santri sebagai responden diperoleh data bahwa motivasi santri ada yaitu disiplin, rajin belajar, rajin latihan, memanfaatkan waktu kosong dan selalu berusaha namun ada juga santri yang motivasinya kurang yaitu waktu latihan hanya tidur dan malas belajar. Sebagaimana yang terungkap dari pendapat yang dikemukakan oleh beberapa responden sebagai berikut: “Motivasi saya ada, saya rajin mengerjakan tugas, menaati aturan sekolah, harus belajar dan selalu barusaha walaupun gagal” (Habiba Hulopi, kelas XI, Rabu 12 Juni 2013). Jawaban yang sama diperoleh dari responden “Motivasi saya ada. Saya selalu berlatih, apabila ada jadwal latihan saya mengikutinya, selalu disiplin, rajin belajar dan saya tidak pernah menyerah” (Nindra Usuli, XI Selasa 11 Juni 2013). Sebagaimana juga disampaikan oleh responden “Motivasi saya kurang, terkadang saya malas belajar dan kalau ada latihan saya hanya tidur” (Epris Dilua, kelas X, Rabu 12 Juni 2013). Sebagaimana juga disampaikan oleh responden “Motivasi saya untuk mengembangkan bakat saya kurang, adakalanya saya malas kursus kalau jadwal kursus” (Sintia Saipi, kelas XI, Senin 10 Juni 2013) Dari hasil wawancara dengan santri dapat juga dilihat dari hasil pengisian angket sebagai berikut:
Table 1 : Motivasi Hasil yang di Presentase capai
Pernyataan
Positif
Negatif
Positif
Negatif
Mudah putus asa
-
3
-
16,7 %
Optimis mengembangkan bakat
5
-
27,8 %
-
Mudah bosan
-
3
-
16,7 %
Berlatih dengan tekun
4
-
22,2 %
-
Berusaha berprestasi
1
-
5,6 %
-
Butuh dorongan dari luar
-
14
-
77,8 %
Tabel di atas menunjukan bahwa sekitar 16,7 % responden menyatakan saya mudah putus asa, bila menghadapi masalah dalam mengembangkan bakat. Sekitar 27,8 % responden menyatakan saya optimis untuk mengembangkan bakat yang ada dalam diri saya, 16,7 % responden menyatakan saya mudah bosan berusaha untuk mewujudkan bakat saya, sekitar 22,2 % responden menyatakan saya berlatih dengan tekun untuk mewujudkan bakat saya, 5,6 % responden menyatakan saya berusaha berprestasi sebaik mungkin dan Sekitar 77,8 % responden menyatakan saya memerlukan dorongan dari luar untuk mewujudkan prestasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pengembangan bakat santri Madrasah Aliyah Sabrun Jamil Kecamatan Botupingge Kabupaten Bone Bolango. 2) Minat Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 18 santri sebagai responden diperoleh data bahwa pada umumnya minat santri ada seperti ikut kegiatan lomba, suka baca buku diperpus, latihan di mesjid masyarakat dan mereka juga berminat pada kegiatan bidang lain. Sebagaimana yang terungkap dari pendapat yang dikemukakan oleh beberapa responden sebagai berikut: “Minat ada, saya ikut kegiatan lomba dan saya suka baca buku diperpus” (Meta Udjani, kelas XI, Selasa 11 Juni 2013). Sebagaimana juga disampaikan oleh responden “Minat saya untuk bakat saya ada dan untuk kegiatan yang lain saya juga suka” (Nindra Usuli, kelas XI Selasa 11 Juni 2013). Sebagaimana juga disampaikan oleh responden “Minat saya pada bakat saya ada, apabila ada yang kurang saya paham tentang bakat saya, saya pergi ke perpus dan minat pada bidang yang lain ada juga” (Sintia Saipi, kelas XI, Senin 10 Juni 2013) Sebagaimana juga disampaikan oleh responden “Minat saya pada ceramah itu sampe sekarang ada, karena saya berminat jadi saya latihan adakalanya di mesjid masyarakat” (Kelvin Hasan, kelas X, Senin 10 Juni 2013).
Dari hasil wawancara dengan santri dapat juga dilihat dari hasil pengisian angket sebagai berikut: Table 2 : Minat Hasil yang di Presentase capai
Pernyataan
Positif
Negatif
Positif
Negatif
Membaca buku di perpustakaan
5
-
27,8 %
-
Memperdalam materi diperpustakaan
8
-
44,4 %
-
Meniru orang sukses
0
-
0%
-
Mengikuti kegiatan di sekolah
2
-
11,1 %
-
Mengikuti kegiatan di luar sekolah
5
-
27,8 %
-
Tabel di atas menunjukan bahwa sekitar 27,8 % responden menyatakan saya senang membaca buku di perpustakaan untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai bakat saya, Sekitar 44,4 % responden menyatakan setelah menerima materi/pelajaran, saya memperdalam materinya di perpustakaan, sedangkan 0 % responden menyatakan saya suka meniru orang-orang yang sukses sesuai dengan bakat saya, sekitar 11,1 % responden menyatakan saya senang mengikuti kegiatan-kegiatan di sekolah, dan 27,8 % responden menyatakan saya senang mengikuti kegiatan/lomba di luar sekolah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa minat kurang menjadi faktor yang mempengaruhi pengembangan bakat santri Madrasah Aliyah Sabrun Jamil Kecamatan Botupingge Kabupaten Bone Bolango.
3) Penilaian terhadap manfaat bakat Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 18 santri sebagai responden diperoleh data bahwa pada faktor penilaian juga menjadi faktor yang mempengaruhi pengembangan bakat santri Madrasah Aliyah Sabrun Jamil Kecamatan Botupingge Kabupaten Bone Bolango karena sebagian santri memandang positif dan sebagian memandang bahwa kurang sesuai dengan harapan lingkungannya terutama lingkungan keluarga. Sebagaimana yang terungkap dari pendapat yang dikemukakan oleh beberapa responden sebagai berikut: “Mengenai pandangan terhadap bakat saya, saya berpikir positif karena bakat saya ini bermanfaat untuk saya di masa depan nanti tetapi orang tua saya tidak setuju kalau saya di olahraga karena alasannya nanti saya sakit” (Susanti Gani, kelas XI, Senin 10 Juni 2013). Sebagaimana juga disampaikan oleh responden “Pandangan saya baik kalau untuk diri saya dan kalau di keluarga saya kurang baik tidak seperti harapan mereka ” (Dewinta Amu, kelas XI, Rabu 12 Juni 2013). Sebagaimana juga disampaikan oleh responden “Penilaian saya baik mengenai bakat saya karena dengan kemampuan yang saya miliki saya dapat mewujudkan apa yang saya inginkan dan saya bisa jalan-jalan ke tempat atau daerah orang lain kalau saya terpilih” (Alan Ishak, kelas X, Rabu 12 Juni 2013). Jawaban yang sama sebagaimana disampaikan oleh responden “Penilaian saya mengenai bakat saya yaitu bermanfaat untuk saya dan untuk masa depan saya dan juga untuk keluarga saya” (Meta Udjani, kelas XI, Selasa 11 Juni 2013).
Dari hasil wawancara dengan santri dapat juga dilihat dari hasil pengisian angket sebagai berikut: Tabel 3 : Penilaian Hasil yang di Presentase capai
Pernyataan
Positif
Negatif
Positif
Negatif
Berpengaruh buruk terhadap diri sendiri
-
5
-
27,8 %
Sesuai harapan lingkungan
9
-
50 %
-
Tidak bermanfaat
-
0
-
0%
Tidak sesuai norma agama
-
2
-
11,1 %
Tabel di atas menunjukan bahwa 27,8 % responden menyatakan saya merasa bahwa bakat saya berpengaruh buruk terhadap diri saya, sekitar 50 % responden menyatakan bakat saya sesuai dengan harapan lingkungan saya, 0 % responden menyatakan saya merasa bahwa bakat saya tidak bermanfaat, dan 11,1 % responden menyatakan
saya memandang bahwa bakat saya tidak sesuai
dengan norma-norma terutama bertentangan dengan agama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penilaian menjadi faktor yang mempengaruhi pengembangan bakat santri Madrasah Aliyah Sabrun Jamil Kecamatan Botupingge Kabupaten Bone Bolango terutama terhadap pandangan mereka mengenai lingkungan mereka.
4) Kesulitan pribadi Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 18 santri sebagai responden diperoleh data bahwa pada faktor pribadi menjadi faktor yang mempengaruhi pengembangan bakat santri Madrasah Aliyah Sabrun Jamil Kecamatan Botupingge Kabupaten Bone Bolango. Faktor pribadi yang dialami santri yaitu kurang percaya diri, sulit berinteraksi dengan orang-orang baru, kesulitan dalam melihat, sering sakit-sakitan dan merasa malu dihadapan orang banyak. Sebagaimana yang terungkap dari pendapat yang dikemukakan oleh beberapa responden sebagai berikut: “Kesulitan pribadi saya yaitu saya merasa malu apabila dihadapan orang banyak dan kurang percaya diri dan saya grogi kalau berbicara di depan orang banyak” (Sesmita Sahrain, kelas XI, selasa 11 Juni 2013 ). Jawaban yang sama sebagaimana disampaikan oleh responden “kesulitan pribadi yang saya miliki yaitu kurang PD apalagi kalau banyak orang” (Nindra Usuli, XI Selasa 11 Juni 2013). Sebagaimana juga disampaikan oleh responden “Kendala saya untuk mengembangkan bakat saya yaitu saya kurang percaya diri, sulit berinteraksi dengan orang baru kalau saya disekitar orang-orang yang baru atau yang saya tidak kenal saya diam trus tidak berbicara ada rasa takut” (Sintia Saipi, kelas XI, Senin 10 Juni 2013). Sebagaimana juga disampaikan oleh responden “Kendala dalam pribadi saya yaitu saya sering sakit mata kalau membaca terus air mata saya keluar dan kalau di dalam kelas saya duduk paling depan dan saya sering sakit-sakitan” (Sita Sari, kelas XII, hari Senin 10 Juni 2013)
Dari hasil wawancara dengan santri dapat juga dilihat dari hasil pengisian angket sebagai berikut: Tabel 4 : Pribadi Hasil yang di Presentase capai
Pernyataan
Positif
Negatif
Positif
Negatif
Belajar dalam kondisi sehat
1
-
5,6 %
-
Sulit dalam pendengaran
-
1
-
5,6 %
Sulit dalam penglihatan
-
6
-
33,3 %
Kurang percaya diri
-
9
-
50 %
Kurang mampu menyesuaikan diri
-
6
-
33,3 %
Tabel di atas menunjukan bahwa sekitar 5,6 % responden menyatakan saya senang belajar dalam kondisi sehat, sekitar 5,6 % responden menyatakan saya punya kesulitan dalam pendengaran, sadangkan 33,3 % responden menyatakan saya punya kesulitan dalam penglihatan, sehingga saya sulit membaca, sekitar 50 % responden menyatakan saya kurang percaya diri bila berhadapan dengan banyak orang, dan 33,3 % responden
menyatakan saya
merasa kurang mampu menyusuaikan diri, sehingga saya sulit
untuk
mengembangkan bakat saya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesulitan pribadi menjadi faktor yang mepengaruhi pengembangan bakat santri Madrasah Aliyah Sabrun Jamil Kecamatan Botupingge Kabupaten Bone Bolango.
b. Faktor lingkungan santri 1) Lingkungan sekolah Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 18 santri sebagai responden diperoleh data bahwa pada faktor lingkungan sekolah menjadi faktor yang mempengaruhi pengembangan bakat santri Madrasah Aliyah Sabrun Jamil Kecamatan Botupingge Kabupaten Bone Bolango yaitu kurangnya fasilitas, ada juga guru yang tidak mendukung santri dan sebagian guru-gurunya baik memberi motivasi, memberikan dukungan dan memberikan perhatikan. Sebagaimana yang terungkap dari pendapat yang dikemukakan oleh beberapa responden sebagai berikut: “Kendala utama saya dalam mengembangkan bakat yaitu fasilitas. Fasilitas di sekolah ini kurang apalagi dalam bidang olahraga tidak ada lapangan dan alat-alat lain yang dibutuhkan. Dan guru-gurunya baik memberi motivasi pada saya, mendukung saya dan memperhatikan saya” (Habiba Hulopi, kelas XI, Rabu 12 Juni 2013). Jawaban yang sama sebagaimana disampaikan oleh responden “Kendala saya dalam mengembangkan bakat yaitu sarana dan prasarana yang ada di sekolah seperti tidak ada bola volly dan lapangnnya juga tidak ada. Ada juga guru yang saya jengkel karena sering marah-marah tidak mendukung saya ” (Nindra Usuli, XI Selasa 11 Juni 2013). Sebagaimana juga disampaikan oleh responden “Kendala saya dalam mengembangkan bakat yaitu sarana dan prasarana yang ada di sekolah dan guru-guru di sekolah selalu mendukung saya ada juga yang tidak mendukung saya hanya siswa tertentu” (Selviani Ilahude, kelas XI, Rabu 12 Juni 2013)
Tidak jauh berbeda jawaban disampaikan oleh responden “Kendala saya fasilitas, karena pasilitas di sini kurang memadai dan guruguru kurang mendukung saya dan ada juga guru yang memberi motivasi pada saya” (Alan Ishak, kelas X, Rabu 12 Juni 2013). 2) Lingkungan rumah Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 18 santri sebagai responden diperoleh data bahwa pada faktor lingkungan rumah menjadi faktor yang mempengaruhi pengembangan bakat santri Madrasah Aliyah Sabrun Jamil Kecamatan Botupingge Kabupaten Bone Bolango karena sebagian besar orang tua kurang
memotivasi, memberi dukungan, perhatian pada anak mereka karena
santri tinggal di pondok dan sebagian santri ada yang tidak punya orang tua ibu atau bapak. Sebagaimana yang terungkap dari pendapat yang dikemukakan oleh beberapa responden sebagai berikut: “Orang tua saya kurang mempehatikan saya karena saya tinggal di pondok ini dan komunikasi dengan orang tua jarang karena HP dikumpul tetapi saat pulang kampung ada perhatian orang tua” (Kelvin Hasan, kelas X, Senin 10 Juni 2013). Jawaban yang sama disampaikan oleh responden “Orang tua saya kurang mendukung dan kurang memperhatikan saya karena saya tidak tinggal bersama mereka, saya tinggal di pondok ini jadi orang tua saya kurang mengetahui keperluan saya” (Sat Mey Biamenga, kelas XI, Rabu 12 Juni 2013) Sebagaimana juga disampaikan oleh responden “Orang tua saya kurang memberikan motivasi, apa yang saya butuhkan kurang terpenuhi, dan saya tidak tinggal dengan orang tua jadi orang tua
saya kurang tau apa yang saya butuhkan” (Susanti Gani, kelas XI, Senin 10 Juni 2013). Sebagaimana juga disampaikan oleh responden “Orang tua memotivasi saya, mendukung saya dalam mengembangkan bakat saya dan memberikan perhatian disaat saya pulang kampung halaman” (Alan Ishak, kelas X, Rabu 12 Juni 2013). Sebagaimana juga disampaikan oleh responden “Saya jarang mendapat perhatian karena orang tua saya ibu sudah meninggal, alhamdulillah keluarga saya mendukung saya” (Dewinta Amu, kelas XI, Rabu 12 Juni 2013) 3) Lingkungan masyarakat Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap 18 santri sebagai responden diperoleh data bahwa pada faktor lingkungan bukan menjadi faktor yang mempengaruhi pengembangan bakat santri Madrasah Aliyah Sabrun Jamil. Sebagaimana yang terungkap dari pendapat yang dikemukakan oleh beberapa responden sebagai berikut: “Hubungan saya dengan masyarakat baik, kalau kami kekantin saya lagi berbicara dengan mereka dan masyarakatnya baik-baik” (Habiba Hulopi, kelas XI, Rabu 12 Juni 2013). Sebagaimana juga disampaikan oleh responden “Hubungan dengan antar masyarakat baik, aman dan masyarakat mendukung karena disaat ada yang mereka butuhkan mereka datang kesekolah seperti saya mereka ajak thotbah di mesjidnya mereka” (Alan Ishak, kelas X, Rabu 12 Juni 2013).
Sebagaimana juga disampaikan oleh responden “Hubungan dengan masyarakat baik, tidak ada masalah sedikitpun, mereka baik-baik dan masyarakat di sini sedikit jadi masalah itu tidak ada” (Dewinta Amu, kelas XI, Rabu 12 Juni 2013). Jawaban yang sama disampaikan oleh responden “Hubungan dengan masyarakat baik, belum ada problema dengan saya dan juga dengan sekolah” (Yunus Samawati, kelas X , Selasa 11 Juni 2013).
Berdasarkan observasi diperoleh hasil sebagai berikut: No Aspek yang diobservasi
Keterangan
1.
Fasilitas di sekolah sebahagian dalam
Kondisi umum sekolah
kondisi baik dan sebahagian kondisi rusak 2.
Fasilitas
Kurangnya
sarana
dan
prasaran
seperti tidak ada lapangan olahraga, kurangnya alat-alat olahraga seperti bola,
tidak
kurangnya
ada
lep
computer,
buku-buku
di
perpustakaan, dewan gurunya kecil dan ruang osis gabungan dengan ruang BK. 3.
Mutu dan jumlah guru, dan Berdasarkan kegiatan guru
terpampan
daftar didewan
guru guru
yang bahwa
jumlah seluruh guru 16 orang , 6 orang PNS dan 10 orang bukan PNS. Masing-masing
guru
melakukan
kegiatannya sendiri. Guru bidang studi
melakukan
kegiatannya
mengajar dan memberi latihan pada santri, kepala sekolah melakukan pekerjaannya di ruang kepala sekolah mempersisapan kegiatan rapat dan guru
yang
lain pada
kesibukan
masing-masing. 4.
Kesiapan santri
Siswa rajin, mereka bangun pagi antrian mandi dan sudah siap sebelum jam masuk.
5.
Orang tua santri
Orang tua santri ada kepedulian, saat mengadakan rapat di sekolah mereka menghadirinya tetapi tidak semua orang tua hadir ada pula yang hanya diwakili (wali).
6.
Program
Program ada seperti program ceramah dan pidato
7.
Kegiatan latihan siswa
Selama saya ada dilapangan saya sempat
menyaksikan santri yang
sedang latihan marawis dan ceramah. 8.
Lingkungan masyarakat
Kondisi lingkungan masyarakatnya kurang mendukung suasanya sunyi, jauh dari perkotaan dan jalannya rusak. Ada juga tokoh masyarakat mengajak santri untuk ceramah di mesjid.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kurangnya sarana prasaran, kondisi fasilitas yang kurang mendukung, kurangnya mutu dan jumlah pelatih, santri-santri rajin, pedulinya orang tua santri namun tidak semua orang tua, pogram ada, tersedianya jadwal latihan dan masyarakat mendukung. 4.2 Pembahasan Dari hasil penelitian dengan 4 orang guru dan 18 orang santri sebagai responden, maka dapat diperoleh gambaran pengembangan bakat santri dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan bakat santri Madrasah Aliyah Sabrun Jamil Kecamatan Botupingge Kabupaten Bone Bolango adalah sebagai berikut: a. Pengembangan bakat santri. 1) Kegiatan yang dilakukan guru untuk mengembangkan bakat santri yaitu cara mengidentifikasi santri berbakat hanya melalui formulir, santri yang berbakat tidak dikelompokan berdasarkan masing-masing bakat yang dimiliki santri hanya dicatat bakat-bakat santri,
program pengembangan bakat santri ada. 2) kurangnya mutu dan jumlah pelatih. 3) sebagian guru kurang berperan mengembangkan bakat santri. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan bakat santri adalah: a) faktor dari individu sendiri yaitu kurangnya motivasi santri, kurangnya minat santri, penilaian santri yang kurang baik terhadap bakat yang dimikinya dan memiliki kesulitan pribadi. b) faktor lingkungan santri adalah (1) faktor lingkungan sekolah yaitu kurangnya fasilitas yang memadai, kurangnya dana karena dana dari pemerintah tidak rutin dan tidak ada guru BK, (2) faktor lingkungan rumah yaitu kurangnya peranan orang tua dan keadaan ekonomi yang kurang menunjang karena ekonomi orang tua santri yang rata-rata di bawah sejatrah. Berdasarkan penjelasan di atas dapat digambarkan bahwa pengembangan bakat santri Madrasah Aliyah Sabrun Jamil Kecamatan Botupingge Kabupaten Bone Bolango kurang optimal. Berhasil tidaknya bakat seseorang terletak pada diri sendiri, tentulah mengembangkan bakat harus dimulai dengan menumbuhkan minat karena pengembangan bakat adalah usah diri dalam mempercepat penguasaan, sehingga terampil pada bidang yang akan digelutinya. Di samping itu dibutuhkan pula
dukungan dari
berbagai
pihak
agar
berperan untuk
mengembangkan bakat-bakat santri. Menurut Elroy (dalam http://olah raga indonesia.blogspot.com/2012/04/un sur-unsur-pokok-dalam-pengembangan.html), mengemukakan beberapa aspek penting untuk pengembangan bakat yaitu: a) Adanya jalur atau mekanisme langkah-langkah yang dapat dikelola dengan jelas. Jalur ini harus dipahami oleh pelatih, atlet, administrator dan pemerintah, b) Mutu dan jumlah pelatih yang
memadai, c) Adanya dukungan administrasi, organisasi, dan dana yang memadai, d) Tersedianya fasilitas untuk latihan dan kompetisi, e) Pemanfaatan dukungan ilmu dan kedokteran olahraga. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, unsur-unsur dalam pengembangan bakat mencakup lingkup yang sangat luas. Elemen-elemen yang berperan dalam pengembangan bakat meliputi pemerintah, pelatih yang baik, atlet yang potensial, organisasi dan administrasi yang baik, dana yang memadai, ilmu yang relevan dan dokter olahraga. Elemen-elmen tersebut saling berkaitan satu dengan lainnya, sehingga bakat yang dimiliki seseorang dapat dikembangakan secara maksimal dan prestasi yang tinggi dapat tercapai dengan baik.