BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan metode bermain peran dalam mengatasi masalah belajar siswa memerankan tokoh drama di kelas V SDN 12 Limboto Kabupaten Gorontalo, yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V yang berjumlah 22 orang yang terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan. Untuk mendapatkan gambaran dan data yang akurat tentang penerapan metode bermain peran dalam memerankan tokoh drama mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas V SDN 12 Limboto Kabupaten Gorontalo, peneliti melakukan pengamatan dengan cara menggunakan lembar pengamatan kegiatan guru dalam proses pembelajaran, lembar pengamatan aktivitas siswa dalam belajar serta hasil wawancara kepada guru dan angket siswa. Dari hasil pengamatan yang peneliti lakukan selama proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan menerapkan metode bermain peran, guru sebagai objek yang diamati dalam proses pembelajaran tersebut telah berupaya semaksimal mungkin untuk menerapkan metode bermain peran dalam memerankan tokoh drama. Salah satu gambaran yang membuktikan bahwa dengan menerapkan metode bermain peran, siswa mampu memerankan tokoh drama yakni setelah proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, peneliti mengambil sampel hasil penilaian siswa. Dari 25 orang siswa yang dibelajarkan terdapat 17 orang siswa
45
2
dikategorikan sudah mampu, sedangkan 8 orang belum mampu dalam memerankan tokoh drama. Selain data di atas, dengan prosedur pengumpulan data yang dilakukan, yaitu angket serta hasil wawancara, peneliti menemukan beberapa temuan lainnya yang diklasifikasikan datanya sebagai temuan dalam proses pembelajaran. Adapun deskripsi dari data yang diperoleh sebagai hasil penelitian akan diuraikan sebagai berikut: 4.1.1 Temuan Umum
Pembelajaran yang dilaksanakan sebelum
dalam memerankan tokoh drama
diterapkannya metode bermain peran, belum begitu optimal.
Pelaksanaan pembelajaran belum terprogram dengan baik, guru melaksanakan kegiatan rutin pembelajaran dengan metode yang kurang bervariasi, seperti metode bercerita, bercakap-cakap dan tanya jawab. Pembelajaran lebih didominasi oleh guru (teacher center), sehingga siswa tidak tertarik dengan bermain drama. Disamping itu siswa kurang percaya diri dan sulit memahami peran masing-masing. Hal ini menyebabkan kemampuan siswa dalam memerankan tokoh drama masih perlu ditingkatkan. Setelah diterapkan metode bermain peran sebagian besar siswa melakukannya dengan konsentrasi, walaupun ada beberapa yang masih kurang fokus dan melamun. 4.1.2 Temuan Khusus
Dalam proses pembelajaran yang peneliti amati, guru menerapkan metode bermain peran dalam memerankan tokoh drama pada pelajaran bahasa Indonesia. Adapun langkah-langkah penerapan metode bermain peran dalam pembelajaran memerankan tokoh drama yang dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut;
3
a) Guru meminta siswa untuk duduk berhadapan di sebelah kiri dan kanan sisi
guru untuk memudahkan pengamatan dan penerimaan materi, setelah itu guru memberikan materi mengenai apa saja yang harus dilakukan dalam pembelajaran bermain drama. b) Siswa diajak berdiskusi tentang drama dan hal-hal yang perlu diperhatikan
ketika bermain drama, mulai dari persiapan hingga pementasannya. c) Guru memberi penjelasan kepada siswa terkait dengan metode bermain peran. d) Memberikan pelatihan akting yang pertama yaitu dimulai dari pemahaman
naskah drama, pemahaman karakter tokoh yang diperankan. e) Melakukan diskusi dengan siswa tentang materi yang belum dipahami f) Siswa diminta untuk membaca naskah drama dan mengamati untuk aspek
pemahaman karakter tokoh. g) Melakukan diskusi dengan siswa dan pengamat. h) Peneliti
bersama
guru
mengamati
keseriusan,
keaktifan,
keberanian,
konsentrasi, dan keantusiasan siswa dalam memerankan drama. i) Melakukan refleksi bersama siswa dan pengamat.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, semua informan baik guru maupun siswa yang diwawancarai memberikan jawaban yang hampir sama tentang penerapan metode bermain peran dalam memerankan tokoh drama pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Berikut adalah analisis hasil wawancara yang telah dilakukan, yaitu; dengan metode bermain peran dalam pembelajaran bermain drama, guru tidak mengalami kesulitan, sebab metode ini sudah pernah diterapkan oleh guru pada materi yang sama. Demikian pula siswa mendapatkan manfaat yang cukup besar.
4
Siswa terlihat konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran ini. Siswa lebih mengerti persiapan seorang pemeran dalam bermain drama, yang semua itu dilakukan dengan beberapa tahap. Sebagian besar siswa mengikuti pembelajaran dengan antusias, walaupun masih ada yang suka melamun dan kurang berani dalam memerankan drama. Berdasarkan pernyataan dari informan di atas, maka peneliti
menyimpulkan bahwa penerpaan metode bermain peran dalam
memerankan tokoh drama di kelas V SDN 12 Limboto Kabupaten Gorontalo sudah berjalan secara optimal. Disamping itu informasi peneliti peroleh melalui angket yang dibagikan kepada siswa tentang pengalaman mereka dalam memerankan tokoh drama melalui metode bermain peran. Adapun hasil angket yang diperoleh adalah sebagai beriku: No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pernyataan Apakah kamu memahami karakter tokoh yang kamu perankan? Apakah metode bermain peran dapat membantu kamu dapat bermain drama dengan lebih baik. Apakah melalui pembelajaran ini kamu lebih percaya diri dalam bermain drama? Apakah pembelajaran dengan metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan kamu dalam bermain drama? Apakah kamu senang dengan permainan drama ? Apakah guru memberi kesempatan anda untuk bertanya? Apakah guru mengkondisikan anda untuk melaksanakan bermain drama? Apakah kamu diajak berdiskusi tentang kelebihan dan kelemahan tentang metode bermain peran? Apakah kamu sangat senang dengan penerapan metode bermain peran? Apakah kamu sudah menguasai cerita drama yang
Jawaban Ya Tidak 18 7 (72%) (28%) 20 5 (80%) (20%) 15 10 (60%) (40%) 19 6 (76%) (24%) 12 (48%) 17 (68%) 20 (80%) 15 (60%) 23 (92%) 17
13 (52%) 8 (32%) 5 (20%) 10 (40%) 2 (8%) 8
5
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
kamu mainkan? Apakah kamu sudah menguasai lafal drama yang kamu mainkan? Apakah kamu sudah hafal dialog yang kamu mainkan? Apakah kamu sudah menguasai kelenturan tubuh pada drama yang kamu mainkan? Apakah kamu menyukai peranmu? Apakah tempat yang dijadikan pementasan drama menurutmu telah cocok? Apakah kamu merasa kesulitan dengan peran tersebut? Apakah kamu bisa mengembangkan nilai-nilai dalam pementasan drama ke dalam kehidupan sehari-hari? Apakah karakter yang kamu mainkan sudah kamu kuasai? Apakah kamu sudah puas dengan drama yang kamu mainkan? Apakah kamu merasa kesulitan dalam menghafal dialog? Apakah kamu sudah mimik pada drama yang kamu mainkan? Apakah menurutmu penampilan fisikmu sudah baik? Apakah menurutmu penampilan vokalmu atau intonasi sudah baik? Apakah menurutmu kamu sudah berkonsentrasi? Menurutmu, perlukah drama tersebut diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari?
(68%) 14 (56%) 14 (56%) 12 (48%) 16 (64%) 22 (88%) 20 (80%) 15 (60%)
(32%) 11 (44%) 11 (44%) 13 (52%) 9 (36%) 3 (12%) 5 (20%) 10 (40%)
15 (60%) 20 (80%) 17 (68%) 15 (60%) 14 (56%) 15 (60%) 21 (85%) 20 (80%)
10 (40%) 5 (20%) 8 (32%) 10 (40%) 11 (44%) 10 (40%) 4 (16%) 5 (20%)
Berdasarkan angket tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa menyukai pembelajaran bahasa Indonesia, namun kesukaan mereka dalam mempelajari bahasa Indonesia tidak menjamin kegemaran mereka dalam pembelajaran bermain drama. Tetapi masih ada sebagian siswa menganggap bahwa pembelajaran bermain drama kurang menyenangkan, hal ini menjadi alasan mereka kurang menyukai pembelajaran bermain drama. Pernyataan
6
tersebut diperkuat dari presentase bahwa sebanyak 52% siswa kurang menyukai pembelajaran bermain drama. Kondisi tersebut menuntut guru untuk memberikan pembelajaran yang menarik, inovatif, dan kreatif. Semua itu dapat diwujudkan dengan pemanfaatan metode yang mampu menumbuh kembangkan minat siswa dalam pembelajaran bermain drama. Selain dorongan dari pengajaran guru, dorongan dari diri sendiri juga sangat diperlukan untuk menciptakan ketertarikan dalam bermain drama dengan cara menyadari bahwa pembelajaran drama sangat bermanfaat bagi perkembangan pribadi. Secara umum berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, menunjukkan bahwa proses pembelajaran bermain drama sesuai dengan harapan ideal peneliti. Sebagian besar siswa sangat serius selama mengikuti pembelajaran, siswa sangat aktif dalam pembelajaran, siswa sudah berani dalam mengemukakan pendapat dan berani tampil di depan kelas, siswa sangat konsentrasi selama mengikuti pembelajaran. 4.1.3 Penerapan Metode Bermain Peran terhadap Kemampuan Siswa
dalam Memerankan Tokoh Drama Berdasarkan hasil pengamatan dapat dikatakan bahwa metode bermain peran sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran bermain drama pada siswa kelas V. Kemampuan siswa dalam bermain drama tampak pada kualitas proses pembelajaran yang ditunjukkan oleh keaktifan dan antusias siswa ketika memerankan tokoh dalam bermain drama sehingga dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, siswa merasa tidak bosan karena
7
mereka terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini siswa menjadi lebih mandiri dan tidak terlalu banyak bergantung pada guru. Berdasarkan hasil wawancara serta dokumentasi juga diperoleh bahwa penerapan metode bermain peran sangat berdampak pada
kemampuan siswa
dalam bermain drama. Hal ini ditunjukkan dari kegiatan siswa saat memerankan tokoh drama yang ditampilkan selama proses pembelajaran. Metode bermain peran membantu siswa untuk lebih mudah memahami naskah drama ketika bermain drama. Metode bermain peran membantu siswa untuk lebih mengetahui mengenai persiapan seorang pemeran sebelum bermain drama. Disamping pembelajaran bermain drama sudah sangat baik, namun guru masih mengalami kendala dalam pembelajaran. Kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan metode bermain peran (role playing), akan diuraikan berikut ini: 4.1.4 Kendala-Kendala dalam Penerapan Metode Bermain Peran
Dari hasil pengamatan proses pembelajaran khususnya penerapan metode bermain peran dalam memerankan tokoh drama, ada beberapa permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran serta cara guru mengatasi permasalahan dalam penerapan metode bermain peran. Hal ini berdasarkan angket dan instrumen penilaian yang dibagikan kepada responden. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa ada beberapa permasalahan yang ditemui oleh guru dan menjadi kendala dalam proses pembelajaran, yaitu; a. Waktu yang disiapkan masih kurang. b. Materi/bahan drama yang sangat panjang sehingga tidak semua kelompok bisa
bermain drama karena waktu yang tidak cukup.
8
c. Kurangnya kekompakan setiap anggota kelompok yang disebabkan oleh
ketidak cocokan anggotanya. d. Kesiapan siswa yang sangat kurang, sehingga pada saat bermain drama ada
beberapa siswa yang tidak bisa berbicara. 4.1.5 Upaya Guru dalam Mengatasi Masalah dalam Penerapan Metode
Bermain Peran Kendala- kendala tersebut bisa diatasi oleh guru dengan cara ; a. Menambah alokasi waktu di luar jam pelajaran, sehingga semua siswa bisa memerankan drama sesuai dengan perannya masing-masing. b. Memilih materi teks-teks drama yang tidak terlalu panjang, sehingga waktu yang dipersiapkan bisa terpenuhi. c. Guru mempersiapkan diri dengan baik sebelum mengajar, d. Melatih siswa dengan baik dan sering mengadakan kegiatan bermain drama di luar jam belajar efektif. Dengan demikian jelas bahwa penerapan metode bermain peran dapat mengatasi masalah belajar siswa kelas V SDN 12 Limboto Kabupaten Gorontalo dalam memerankan tokoh drama. 4.2 Pembahasan Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh dapat dikatakan bahwa metode bermain sangat tepat diterapkan untuk memerankan tokoh drama pada siswa. Kemampuan siswa dalam bermain drama tampak pada kualitas proses pembelajaran yang ditunjukkan oleh keaktifan dan antusias siswa ketika memerankan tokoh dalam bermain drama sehingga dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, siswa merasa tidak bosan karena mereka harus terlibat aktif dan pembelajaran yang diajarkan secara bervariatif. Dalam hal ini siswa menjadi lebih mandiri dan tidak terlalu banyak bergantung pada guru.
9
Dalam proses pembelajaran sangat diperlukan kesiapan guru, sehingga siswa dapat memahami materi yang dibelajarkan. Oleh karena itu setiap kegiatan pembelajaran membutuhkan metode belajar sebagai salah satu teknik yang digunakan dalam pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan dan jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran. Salah satunya adalah dengan penerapan metode bermain peran dalam memerankan tokoh drama. Adapun langkah-langkah penerapan metode bermain peran dalam memerankan tokoh drama yaitu; (1) Guru meminta siswa untuk duduk berhadapan di sebelah kiri dan kanan sisi guru untuk memudahkan pengamatan dan penerimaan materi, setelah itu guru memberikan materi mengenai apa saja yang harus dilakukan dalam pembelajaran bermain drama, (2) Siswa diajak berdiskusi tentang drama dan hal-hal yang perlu diperhatikan ketika bermain drama, mulai dari persiapan hingga pementasannya, (3) Guru memberi penjelasan kepada siswa terkait dengan metode bermain peran, (4) Memberikan pelatihan akting yang pertama yaitu tentang pemahaman karakter. Dimulai dari pengenalan diri sendiri, pemahaman karakter khususnya karakter pribadi, (5) Melakukan diskusi dengan siswa dan pengamat terkait degan pelatihan yang baru saja dilakukan, (6) Siswa diminta untuk membaca naskah drama dan mengamati untuk aspek pemahaman karakter, (7) Melakukan diskusi dengan siswa tentang drama yang akan diperankan, (8) Melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang dilakukan. Dalam penerapan metode bermain peran, terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh guru, yaitu; (1) Waktu yang kurang tepat, (2) Materi/bahan drama yang sangat panjang sehingga tidak semua kelompok bisa bermain drama karena waktu yang tidak cukup, (3) Kurangnya kerjasama setiap anggota kelompok yang
10
disebabkan oleh ketidak cocokan anggotanya, (4) Kesiapan siswa yang sangat kurang, sehingga pada saat bermain drama ada beberapa siswa yang tidak bisa berbicara. Namun kendala tersebut dapat diatasi dengan cara: (1) Menambah alokasi waktu di luar jam pelajaran, sehingga semua siswa bisa memerankan drama sesuai dengan perannya masing-masing, (2) Memilih materi teks-teks drama yang tidak terlalu panjang, sehingga waktu yang dipersiapkan bisa terpenuhi, (3) Guru mempersiapkan diri dengan baik sebelum mengajar, (4) Melatih siswa dengan baik dan sering mengadakan kegiatan bermain drama di luar jam belajar efektif. Berdasarkan deskripsi data tersebut, jelaslah bahwa dengan penerapan metode bermain peran dapat berdampak sangat baik terhadap kemampuan siswa kelas V dalam memerankan tokoh drama.