BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Analisis 1. Deskripsi Hasil Penelitian a. Gambaran Umum Identitas Responden Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha bunga di Sentra Bunga Wastukencana Kota Bandung yang berjumlah 28 orang. Seluruh jumlah populasi tersebut secara otomatis dijadikan sampel penelitian karena jumlahnya yang kurang dari 100. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh gambaran mengenai identitas responden sebagaimana akan diuraikan berikut ini. Tabel 4.1 Penyebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Laki-laki 23 82,14 Perempuan 5 17,86 Jumlah 28 100 Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa umumnya pengusaha bunga di sentra bunga Wastukencana Bandung berjenis kelamin laki-laki yakni sebesar 82,14% atau 23 orang. Adapun jumlah pengusaha yang berjenis kelamin perempuan sebesar 17,86 % atau berjumlah 5 orang. Gambaran lebih jelas tentang perbandingan pengusaha yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan di Sentra Bunga Wastukencana Bandung dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut:
81
Gambar 4.1 Penyebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 25
20
15 23 10
5 5 0 Laki-laki
Perempuan
Berdasarkan golongan usia, diketahui bahwa umumnya pengusaha bunga di Sentra Bunga Wastukencana Bandungberusia antara 30 – 40 tahun yakni sebesar 59,79 % atau 58 orang. 4 orang diantaranya berumur di atas 40 tahun atau sebesar 4,12%. Sedang sisanya sebanyak 35 orang berusia di bawah 30 tahun. Hal tersebut terangkum dalam tabel berikut. Tabel 4.2 Penyebaran Responden Berdasarkan Umur Golongan Umur Frekuensi Persentase < 36 tahun 3 10,71 36 – 50 tahun 19 67,86 > 50 tahun 6 21,43 Jumlah 28 100%
Gambaran lebih jelas tentang perbandingan pengusaha bunga di Sentra Bunga Wastukencana Bandung berdasarkan golongan usia dapat dilihat pada gambar berikut:
82
Gambar 4.2 Penyebaran Responden Berdasarkan Umur 20 18 16 14 12 10
19
8 6 4 2
6 3
0 < 36 Tahun
35 - 50 Tahun
> 50 Tahun
Berdasarkan tingkat pendidikan, diketahui bahwa tingkat pendidikan para pengusaha bunga di Sentra Bunga Wastukencana Bandung umumnya adalah SMA/sederajat yakni sekitar 53,57 % atau 15 orang. Sedangkan sisanya bervariasi mulai dari tingkat SD sampai dengan sarjana. Gambaran lebih rinci tentang tingkat pendidikan para pengusaha bunga di sentra Bunga Wastukencana terangkum dalam tabel berikut. Tabel 4.3 Penyebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase SD 4 14,29 SMP 1 3,57 SMA/SMK 15 53,57 Diploma 2 7,14 S1 3 10,71 S2 3 10,71 Jumlah 28 100
83
Gambaran lebih jelas tentang perbandingan pengusaha di Sentra Bunga Wastukencana Bandung berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.3 Penyebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 16 14 12 10 8
15
6 4 2
4 2
1
3
3
S1
S2
0 SD
SMP
SMA/SMK
Dipl.
Dilihat berdasarkan lama usaha, diketahui bahwa umumnya pengusaha bunga di Sentra Bunga Wastukencana Bandung telah menjalankan usahanya antara 15 – 25 tahun yakni sekitar 60,71% dari populasi atau 17 orang. 4 orang telah menjalankan usaha kurang dari 15 tahun atau sebesar 14,29%. Sedang sisanya sebanyak 7 orang telah menjalankan usaha lebih dari 25 tahun. Hal tersebut terangkum dalam tabel berikut. Tabel 4.4 Penyebaran Responden Berdasarkan Lama Usaha Lama Usaha Frekuensi Persentase < 15 tahun 4 14,29 15 – 25 tahun 17 60,71 > 25 tahun 7 25,00 Jumlah 28 100%
84
Gambaran lebih jelas tentang perbandingan pengusaha bunga di Sentra Bunga Wastukencana Bandung berdasarkan lama usaha dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.4 Penyebaran Responden Berdasarkan Lama Usaha 18 16 14 12 10 17
8 6 4 2
7 4
0 < 15 Tahun
15 - 25 Tahun
> 25 Tahun
Adapun berdasarkan jumlah tenaga kerja yang dimiliki, diketahui bahwa pengusaha bunga di Sentra Bunga Wastukencana Bandung yang memiliki jumlah tenaga kerja kurang dari 6 orang adalah 14 pengusaha atau sekitar 50%. 12 pengusaha lain memiliki jumlah tenaga kerja antara 6 – 10 orang, sedangkan sisanya sebanyak 2 pengusaha memiliki jumlah tenaga kerja lebih dari 10 orang. Hal tersebut terangkum dalam tabel berikut. Tabel 4.5 Penyebaran Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Tenaga Kerja Frekuensi Persentase < 6 Orang 14 50,00 6 – 10 Orang 12 42,86 > 10 Orang 2 7,14 Jumlah 28 100%
85
Gambaran lebih jelas tentang perbandingan pengusaha bunga di Sentra Bunga Wastukencana Bandung berdasarkan jumlah tenaga kerja dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.5 Penyebaran Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja 16 14 12 10 8 14 6
12
4 2 2 0 < 6 Orang
6 - 10 Orang
> 10 Orang
b. Gambaran Umum Variabel Penelitian 1) Variabel Promosi (X1) Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa biaya promosi yang dikeluarkan para pengusaha di Sentra Bunga Wastukencana Bandung bervariasi mulai dari yang terkecil sebesar Rp.300.000 sampai dengan Rp 50.000.000. Namun demikian, umumnya para pengusaha bunga mengeluarkan biaya promosi berkisar antara 1 juta hingga 5 juta rupiah. Gambaran lebih rinci berkenaan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan para pengusaha untuk melakukan promosi ditunjukkan oleh tabel 4.6 berikut.
86
Tabel 4.6 Penyebaran Responden Berdasarkan Besarnya Biaya Promosi Jumlah Biaya Promosi Frekuensi Persentase < 1.100.000 4 14,29 1.100.000 - 5.000.000 13 46,43 5.100.000 - 10.000.000 2 7,14 10.100.000 - 20.000.000 6 21,43 > 20.000.000 3 10,71 Jumlah 28 100 Gambaran lebih jelas tentang perbandingan pengusaha bunga di Sentra Bunga Wastukencana Bandung berdasarkan jumlah biaya promosi yang dikeluarkan dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.6 Penyebaran Responden Berdasarkan Jumlah Biaya Promosi 14 12 10 8 13
6 4 2
6
4
2
3
-
Dilihat dari segi media promosi yang digunakan, umumnya para pengusaha bunga di Sentra Bunga Wastukencana Bandung masih mengandalkan kartu nama sebagai media promosi. Dari 28 orang pengusaha yang ada, 26 pengusaha diantaranya menggunakan kartu nama sebagai salah satu bentuk media promosi usaha mereka. Selain kartu nama, beberapa pengusaha juga menggunakan media lain sebagai alat untuk melakukan promosi usaha seperti menggunakan web, potongan harga, yellow pages, media cetak, serta kalender. 87
Belum ada satu pun pengusaha bunga yang telah melakukan promosi melalui media elektronik/TV. Gambaran secara rinci tentang media promosi yang banyak digunakan para pengusaha bunga di sentra Bunga Wastukencana Bandung nampak pada tabel berikut. Tabel 4.7 Gambaran Media Promosi yang digunakan Pengusaha Bunga di Sentra Bunga Wastukencana Bandung Jumlah Biaya Promosi Frekuensi Persentase TV 0,00 Kartu Nama 26 92,86 Web 13 46,43 Potongan Harga 14 50,00 Yellow Pages 16 57,14 Media Cetak 7 25,00 Brosur 3 10,71 Pamflet 0,00 Kalender 1 3,57 Gambaran lebih jelas tentang perbandingan media promosi yang banyak digunakan para pengusaha bunga di Sentra Bunga Wastukencana Bandung dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.7 Gambaran Media Promosi yang digunakan Pengusaha Bunga di Sentra Bunga Wastukencana Bandung 30 25 20 15 26
10 13
5
16
14
7 -
3
-
1
Brosur
Pamflet
Kalender
TV
Kartu Nama
Web
Potongan Harga
Yellow Pages
88
Media Cetak
2) Variabel Harga Produk (X2) Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, produk yang secara umum dijual di sentra buang Wastukencana Bandung terdiri dari jenis bunga tangkai, buang rangkai, dan bunga papan. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa harga rata-rata produk tersebut adalah sebagaimana ditunjukkan tabel berikut. Tabel 4.8 Rata-rata Harga Produk Bunga di Sentra Bunga Wastukencana Bandung Jenis Produk Kisaran Harga Rata-rata Bunga Tangkai 2.000 – 27.500 6.500 Bunga Rangkai 50.000 – 550.000 160.000 Bunga Papan 100.000 – 1.700.000 585.000 Rata-rata Total 55.000 – 760.000 250.500 Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa harga produk sejenis yang dijual oleh para pengusaha bunga di sentra bunga wastukencana Bandung cukup bervariasi. Hal tersebut dikarenakan banyaknya variasi produk bunga serta desain yang ditawarkan sehingga harga produknya pun bervariasi. Namun demikian umumnya harga jual produk sejenis antara satu pengusaha dengan pengusaha lainnya tidak begitu jauh berbeda.
3) Variabel Diferensiasi Produk (X3) Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, produk yang secara umum dijual di sentra buang Wastukencana Bandung terdiri dari jenis bunga tangkai, buang rangkai, dan bunga papan. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa diferensiasi produk dari masing-masing jenis bunga tersebut adalah sebagaimana ditunjukkan tabel 4.9 berikut.
89
Tabel 4.9 Diferensiasi Produk Bunga di Sentra Bunga Wastukencana Bandung Jenis Produk Banyaknya Variasi Rata-rata Bunga Tangkai 3 – 50 14 Bunga Rangkai 3 – 50 12 Bunga Papan 3 – 50 14 Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa diferensiasi produk sejenis yang ditawarkan oleh para pengusaha bunga di sentra bunga wastukencana Bandung cukup bervariasi mulai dari hanya 3 variasi sampai dengan 50. Variasi tersebut umumnya tergantung pada besar kecil serta lama usaha yang digeluti para pengusaha. Semakin berpengalaman pengusaha, maka semakin kaya pula variasi produk yang ditawarkan. Selain ketiga jenis produk yang umumnya ditawarkan oleh semua pengusaha bunga di sentra bunga Wastukencana Bandung tersebut, ada pula pengusaha bunga yang menawarkan produk selain ketiga jenis produk tadi seperti dekorasi taman, dekorasi gedung, bunga pot, bunga kering/bunga hias, pembibitan, dan lain sebagainya.
4) Variabel Lingkungan Persaingan (X4) Dalam penelitian ini, lingkungan persaingan dikur berdasarkan banyaknya jumlah pedagang bunga di sentra bunga Wastukencana Bandung, serta berdasarkan besaran modal, besar kios, dan juga produk yang ditawarkan. Gambaran umum lingkungan persaingan yang menjadi kendala bagi pengusaha bunga sentra Bunga Wastukencana Bandung adalah sebagaimana ditunjukkan tabel 4.10 berikut.
90
Tabel 4.10 Lingkungan Persaingan di Sentra Bunga Wastukencana Bandung Keterangan Kisaran Jumlah Rata-rata Jumlah Pedagang 28 28 Pesaing Berdasar Modal 4 – 28 15 Pesaing Berdasar Besar Kios 2 – 28 13 Pesaing Berdasar Jml Produk 2 – 28 24 Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa lingkungan persaingan yang menjadi salah satu tantangan para pengusaha bunga di Sentra Bunga Wastukencana Bandung umumnya merata menurut anggapan para pengusaha bunga. Artinya, umumnya masing-masing pengusaha menganggap bahwa pengusaha lainnya sebagai pesaing. Oleh karena itu, maka mereka dituntut untuk lebih mengembangkan usahanya dari segi diferensiasi produk yang ditawarkan sehingga dapat meminimalisir resiko persaingan yang ada.
5) Variabel Fasilitas/Pelayanan (X5) Dalam penelitian ini, fasilitas/pelayanan diukur berdasarkan variasi layanan yang diberikan para pengusaha bunga terkait pemesanan, pengiriman, area parker, layout toko, serta sistem pembayaran yang digunakan. Gambaran umum variasi layanan yang diberikan pengusaha bunga di Sentra Bunga Wastukencana Bandung adalah sebagaimana ditunjukkan tabel 4.11 berikut.
Tabel 4.11 Pelayanan di Sentra Bunga Wastukencana Bandung Keterangan Baik Cukup Kurang Pemesanan 3 13 12 Pengiriman 7 21 0 Area Parkir 28 0 0 Layout Toko 5 18 5 Sistem Pembayaran 5 4 19
91
Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa variasi layanan pada aspek pemesanan para pengusaha bunga di sentra Bunga Wastukencana Bandung berada pada kategori cukup. Hal tersebut mengindikasikan bahwa variasi bentuk pemesanan yang dapat dilakukan konsumen umumnya terdiri pada 3-4 cara. Variasi layanan pada aspek pengiriman para pengusaha bunga di sentra Bunga Wastukencana Bandung juga berada pada kategori cukup. Hal tersebut mengindikasikan bahwa variasi bentuk pengiriman yang dilakukan para pengusaha umumnya terdiri pada 2 cara yakni datang langsung ke toko atau diantar. Variasi layanan dalam hal area parkir berada pada kategori tinggi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semua pengusaha memiliki area parkir yang cukup untuk konsumen. Variasi layanan pada aspek layout toko berada pada kategori cukup. Hal tersebut mengindikasikan bahwa layout toko para pengusaha bunga di sentra bunga Wastukencana Bandung umumnya memiliki layout ruang tunggu dan ruang kerja tempat merangkai bunga yang cukup. Variasi layanan pada aspek system pembayaran berada pada kategori kurang. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sistem pembayaran yang digunakan para pengusaha bunga di sentra bunga Wastukencana Bandung umumnya masih kurang karena terbatas pada sistem pembayaran konvesnional yaitu pembayaran langusng tunai.
6) Pendapatan Usaha (Y) Variabel pendapatan usaha dilihat berdasarkan besarnya pendapatan/omzet usaha yang diterima oleh pengusaha pada periode bulan Januari sampai dengan Juli 2009. Berdasarkan hasil penelitian, jumlah omzet bulan Januari – Juli pengusaha bunga di Sentra Bunga Wastukencana Bandung berkisar antara 35 juta
92
hingga yang terbesar senilai 554 juta. Namun demikian, dari 28 pengusaha bunga tersebut, hanya dua pengusaha saja yang omzetnya mencapai lebih dari 500 juta. Tabel 4.12 Pendapatan Usaha Harga Frekuensi < 100 Juta 5 101 Juta – 200 Juta 14 > 200 Juta 9 Jumlah 97
Persentase (%) 17,86 50,00 32,14 100,00
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa selama 7 bulan antara bulan Januari – Juli 2009, umumnya responden memperoleh pendapatan usaha antara Rp 100.000.000 – Rp 200.000.000,- yakni sebanyak 14 pengusaha atau 50,00%. 9 orang diantaranya atau 32,14% memperoleh pendapatan lebih dari Rp 200.000.000. Sedangkan sisanya sebanyak 5 orang atau 17,86% memperoleh pendapatan antara kurang dari Rp 100.000.000. Pengusaha yang mendapatkan omzet usaha tinggi biasanya adalah pengusaha yang memiliki daya saing tinggi baik berupa harga produk, diferensiasi produk yang ditawarkan serta kemampuan melakukan promosi yang baik. Selain itu, penulis juga mencoba untuk menelaah pendapatan para pengusaha bunga di sentra bunga wastukencana Bandung berdasarkan identitas mereka. Hasil analisis tersebut ditunjukkan sebagaimana tabel 4.13 berikut.
93
36 - 50 Tahun
LAKI-LAKI
< 36 Thn
JK Usia Pend. SMA SI SD SMP
SMA
Dipl. S1
Perempuan > 50 36 - 50 Tahun > 50 Tahun Th n
S2 SD
SMA SD SMA S2
SMA
Tabel 4.13 Crosstab Pendapatan – Identitas Responden PENDAPATAN Lama Usaha Jml Tenaga Kerja < 100 100 – 200 > 200 Juta Juta Juta < 6 Orang < 15 Tahun 1 6 10 Orang 15 - 25 Tahun 1 < 6 Orang < 15 Tahun 1 6 10 Orang > 25 Tahun 1 < 6 Orang 15 - 25 Tahun 1 < 6 Orang 1 1 < 15 Tahun 6 - 10 Orang 2 < 6 Orang 1 1 15 - 25 Tahun 6 - 10 Orang 1 6 - 10 Orang > 25 Tahun 1 < 6 Orang < 15 Tahun 1 < 6 Orang 15 - 25 Tahun 1 < 6 Orang 1 15 - 25 Tahun 6 - 10 Orang 1 6 10 Orang 15 - 25 Tahun 1 < 6 Orang 15 - 25 Tahun 1 < 6 Orang > 25 Tahun 1 < 6 Orang 1 1 > 25 Tahun > 10 Orang 1 < 6 Orang 15 - 25 Tahun 1 < 6 Orang < 15 Tahun 1 < 6 Orang < 15 Tahun 1 > 10 Orang > 25 Tahun 1 < 6 Orang 15 - 25 Tahun 1 TOTAL
5
14
9
Berdasarkan tabel di atas, kita dapat menginterpretasikan beberapa hal sebagai berikut.
94
Total 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 28
Pengusaha dengan pendapatan < 100.000.000 Dari 5 orang pengusaha bunga yang memiliki pendapatan kurang dari atau sama dengan 100 juta, semuanya berjenis kelamin laki-laki dimana 3 orang diantaranya berusia antara 36 – 50 tahun. Dari 3 orang tersebut, dua orang diantaranya memiliki tingkat pendidikan SMA dan 1 orang Diploma. Satu orang pengusaha dengan tingkat pendidikan SMA tersebut telah memiliki pengalaman usaha antara 15 – 25 tahun dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 6 orang. Sedangkan yang lainnya telah memiliki pengalaman usaha lebih dari 25 tahun dengan jumlah tenaga kerja antara 6 – 10 orang. Adapun pengusaha bunga dengan tingkat pendidikan terakhir diploma memiliki pengalaman usaha antara 15 – 25 tahun dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 6 orang. Adapun dua pengusaha sisanya berusia lebih dari 50 tahun dimana tingkat pendidikan terakhir satu diantaranya adalah SD dengan pengalaman usaha antara 15 – 25 tahun dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 6 orang. Sedangkan tingkat pendidikan terakhir yang satu lagi adalah SMA dengan pengalaman usaha lebih dari 25 tahun, namun jumlah tenaga kerjanya kurang dari orang.
Pengusaha dengan pendapatan 101.000.000 – 200.000.000 Dari 14 orang pengusaha bunga yang memiliki pendapatan antara 101 juta – 200 juta, 11 orang diantaranya berjenis kelamin laki-laki dan 3 orang lainnya perempuan. Dari 11 orang laki-laki tersebut, 3 orang diantaranya berusia kurang dari 36 tahun dimana tingkat pendidikan terakhir 2 diantaranya adalah SMA dan satu lainnya S1. Satu orang pengusaha dengan tingkat pendidikan SMA tersebut telah memiliki pengalaman usaha antara < 15 tahun dengan jumlah tenaga kerja
95
kurang dari 6 orang. Sedangkan yang lainnya telah memiliki pengalaman usaha antara 15 – 25 tahun dengan jumlah tenaga kerja antara 6 – 10 orang. Adapun pengusaha bunga dengan tingkat pendidikan terakhir S1 memiliki pengalaman usaha kurang dari 15 tahun dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 6 orang. Selanjutnya, 6 orang pengusaha laki-laki dengan tingkat pendapatan antara 101 juta
- 200 juta tersebut berusia antara 36 – 50 tahun dimana tingkat
pendidikan terakhir 3 diantaranya adalah SMA, 1 diantaranya diploma, dan 1 lainnya S1. Dua orang pengusaha dengan tingkat pendidikan SMA tersebut memiliki pengalaman usaha < 15 tahun dimana satu diantaranya memiliki tenaga kerja kurang dari 6 orang dan satu lainnya memiliki tenaga kerja dengan jumlah antara 6 – 10 orang. Adapun Pengusaha dengan tingkat pendidikan terakhir SMA lainnya telah memiliki pengalaman usaha antara 15 – 25 tahun dengan jumlah tenaga kerja antara 6 – 10 orang. Pengusaha bunga dengan tingkat pendidikan terakhir Diploma memiliki pengalaman usaha antara 15 – 25 tahun dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 6 orang, begitu pula halnya satu orang pengusaha dengan tingkat pendidikan terakhir S1 memiliki pengalaman usaha antara 15 – 25 tahun dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 6 orang pula. Adapun dua pengusaha sisanya berusia lebih dari 50 tahun dimana tingkat pendidikan terakhir satu diantaranya adalah SD dengan pengalaman usaha lebih dari 25 tahun namun memiliki jumlah tenaga kerja kurang dari 6 orang. Sedangkan tingkat pendidikan terakhir yang satu lagi adalah SMA dengan pengalaman usaha lebih dari 25 tahun, dan jumlah tenaga kerja lebih dari 10 orang.
96
Adapun dari 3 orang pengusaha perempuan yang memiliki pendapatan antara 101 juta – 200 juta, 2 orang diantaranya berusia antara 36 – 50 tahun dimana tingkat pendidikan terakhir 1 diantaranya adalah SMA dan lainnya S2. Pengusaha dengan tingkat pendidikan SMA tersebut memiliki pengalaman usaha < 15 tahun dan memiliki tenaga kerja dengan jumlah kurang dari 6 orang. Adapun Pengusaha dengan tingkat pendidikan terakhir S2 memiliki pengalaman usaha kurang dari 15 tahun dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 6 orang pula. Adapun satu pengusaha sisanya berusia lebih dari 50 tahun dimana tingkat pendidikan terakhirnya adalah SMA dengan pengalaman usaha antara 15 – 25 tahun, dan jumlah tenaga kerja kurang dari 6 orang.
Pengusaha dengan pendapatan > 200.000.000 Dari 9 orang pengusaha bunga yang memiliki pendapatan lebih dari 200 juta, 7 orang diantaranya berjenis kelamin laki-laki dan 2 orang lainnya perempuan. Dari 7 orang laki-laki tersebut, 6 orang diantaranya berusia antara 36 – 50 tahun dimana tingkat pendidikan terakhir 1 diantaranya adalah SD, 1 orang SMP, 2 orang SMA, 1 diantaranya S1, dan 1 lainnya S2. Pengusaha dengan tingkat pendidikan terakhir SD telah memiliki pengalaman usaha lebih dari 25 tahun dengan jumlah tenaga kerja antara 6 – 10 orang. Pengusaha dengan tingkat pendidikan terakhir SMP telah memiliki pengalaman usaha antara 15 - 25 tahun dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 6 orang. Dua orang pengusaha dengan tingkat pendidikan SMA memiliki pengalaman usaha < 15 tahun dengan jumlah tenaga kerja kurang dari 6 orang, sedangkan satu lainnya memiliki pengalaman usaha 15 – 25 tahun dengan tenaga kerja dengan jumlah kurang dari 6 orang.
97
Pengusaha bunga dengan tingkat pendidikan terakhir S1 memiliki pengalaman usaha antara 15 – 25 tahun dengan jumlah tenaga kerja kurang antara 6 – 10 orang, sedangkan satu orang pengusaha dengan tingkat pendidikan terakhir S2 memiliki pengalaman usaha antara 15 – 25 tahun dengan jumlah tenaga kerja antara 6 – 10 orang. Adapun satu pengusaha sisanya berusia lebih dari 50 tahun dimana tingkat pendidikan terakhirnya adalah SMA dengan pengalaman usaha lebih dari 25 tahun namun memiliki jumlah tenaga kerja kurang dari 6 orang. Adapun dari 2 orang pengusaha perempuan yang memiliki pendapatan antara > 200 juta, mereka sama-sama berusia antara 36 – 50 tahun dimana tingkat pendidikan terakhir 1 diantaranya adalah SD dan lainnya S2. Pengusaha dengan tingkat pendidikan SD tersebut memiliki pengalaman usaha antara 15 - 25 tahun dan memiliki tenaga kerja dengan jumlah kurang dari 6 orang. Adapun Pengusaha dengan tingkat pendidikan terakhir S2 memiliki pengalaman usaha lebih dari 25 tahun dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 10 orang. Adapun satu pengusaha sisanya berusia lebih dari 50 tahun dimana tingkat pendidikan terakhirnya adalah SMA dengan pengalaman usaha antara 15 – 25 tahun, dan jumlah tenaga kerja kurang dari 6 orang.
2. Hasil Analisis Data a. Pengujian Persyaratan Uji Hipotesis Sebelum uji hipotesis dilakukan, terlebih dahulu akan dilakukan uji normalitas. Hal ini dilakukan karena pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi.
98
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan Kolmogorov Smirnov Test, dengan bantuan SPSS 12 for Windows, terhadap data variabel perilaku promosi (X1) harga produk (X2), diferensiasi produk (X3) lingkungan persaingan (X4), fasilitas/pelayanan (X5), dan Penapatan usaha (Y). Hasil perhitungan uji normalitas untuk masing-masing variabel tampak pada tabel 4.12 berikut: Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N a,b Mean Normal Parameters Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Diferensiasi Lingkungan Fasilitas/ PendapatanPromosiHarga Produk Produk Persaingan Pelayanan 28 28 28 28 28 28 18.8821 15.5314 12.2450 1.7579 2.2921 2.1643 .60594 1.32385 .58032 .32155 .17291 .32708 .112 .145 .160 .159 .158 .123 .099 .141 .160 .159 .158 .123 -.112 -.145 -.155 -.126 -.141 -.106 .595 .767 .847 .843 .837 .650 .871 .598 .470 .475 .486 .793
a.Test distribution is Normal. b.Calculated from data.
Sumber: Data hasil angket
Kriteria pengujian normalitas data adalah jika nilai probabilitas > 0,05, maka data berdistribusi normal. Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa nilai probabilitas masing-masing variabel lebih besar dari 0,05 yakni 0,871 untuk variabel pendapatan, 0,598 untuk variabel promosi, 0,470 untuk variabel harga produk, 0,475 untuk variabel diferensiasi produk, 0,486 untuk variabel lingkungan persaingan serta 0,793 untuk variabel fasilitas/pelayanan yang diberikan. Karena masing-masing variabel memiliki nilai probabilitas lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data hasil penelitian untuk semua variabel berdistribusi 99
normal. Hasil ini menunjukkan bahwa data semua variabel ini dapat dilanjutkan dengan perhitungan regresi.
b. Menguji Hipotesis Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh promosi, harga produk, diferensiasi produk lingkungan persaingan serta fasilitas/pelayanan terhadap pendapatan usaha pengusaha bunga di sentra Bunga Wastukencana Bandung. Adapun analisis data dan pengujian hipotesisnya adalah sebagai berikut: 1) Merumuskan Hipotesis Statistik Ho: ρ = 0 : tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara promosi, harga produk, diferensiasi produk, lingkungan persaingan serta fasilitas/pelayanan terhadap pendapatan usaha pengusaha bunga di Sentra Bunga Wastukencana Bandung Ha: ρ ≠ 0 : terdapat pengaruh yang signifikan antara promosi, harga produk, diferensiasi
produk,
lingkungan
persaingan
serta
fasilitas/pelayanan terhadap pendapatan usaha pengusaha bunga di Sentra Bunga Wastukencana Bandung 2) Membuat persamaan regresi Rumus persamaan regresi antara variabel promosi, harga produk, diferensiasi produk, lingkungan persaingan dan fasilitas/pelayanan dengan pendapatan usaha adalah Ŷ = a + bX1 + bX2 + bX3 + bX4 + bX5. Hasil perhitungan dengan bantuan SPSS 12 for Windows tampak pada tabel berikut:
100
Tabel 4.15 Persamaan Regresi Y atas X1, X2, X3, X4, X5 Coefficientsa
Model 1
(Constant) Promosi Harga Produk Diferensiasi Produk Lingkungan Persaingan Fasilitas/Pelayanan
Unstandardized Coefficients B Std. Error 15.182 1.102 .084 .040 .147 .083 1.453 .306 -.661 .260 .207 .178
Standardized Coefficients Beta .184 .141 .771 -.189 .112
t 13.774 2.116 1.778 4.750 -2.546 2.746
a. Dependent Variable: Pendapatan
Berdasarkan tabel di atas persamaan regresi Y atas X1, X2, X3, X4 dan X5 adalah Ŷ = 15,182 + 0,084X1 + 0,147X2 + 1,453X3 - 0,661X4 + 0,207X5. Berdasarkan persamaan di atas diketahui bahwa tanpa adanya variabel X1, X2, X3, X4, dan X5, pendapatan usaha pengusaha bunga di Sentra Bunga Wastukencana Bandung adalah sebesar Rp 15,182. Koefisien regresi untuk promosi adalah 0,084 artinya setiap ada kenaikan satu rupiah pada promosi, maka hal tersebut akan meningkatkan pendapatan usaha sebesar Rp 0,084. Sedangkan koefisien regresi untuk harga produk adalah sebesar 0,147. Hal ini menunjukan bahwa setiap ada kenaikan satu (satuan) pada harga produk, maka pendapatan usaha pengusaha bunga di Sentra Bunga Wastukencana Bandung akan meningkat sebesar Rp 0,147. Koefisien regresi untuk diferensiasi produk adalah sebesar 1,453. Hal ini menunjukan bahwa setiap ada kenaikan satu (satuan) pada diferensiasi produk, maka pendapatan usaha pengusaha bunga di Sentra Bunga Wastukencana Bandung akan meningkat sebesar Rp 1,453. Koefisien regresi untuk lingkungan persaingan adalah sebesar -0,661. Hal ini
101
Sig. .000 .046 .089 .000 .018 .013
menunjukan bahwa setiap ada kenaikan satu (satuan) pada lingkungan persaingan, maka pendapatan usaha pengusaha bunga di Sentra Bunga Wastukencana Bandung akan turun sebesar Rp 0,661. Terakhir, koefisien regresi untuk fasilitas/pelayanan adalah sebesar 0,207. Hal ini menunjukan bahwa setiap ada kenaikan satu (satuan) pada fasilitas/pelayanan yang diberikan para pengusaha bunga, maka pendapatan usaha pengusaha bunga di Sentra Bunga Wastukencana Bandung akan naik sebesar Rp 0,207.
3) Menguji keberartian persamaan regresi a) Uji F Uji F digunakan untuk menguji variabel independen secara keseluruhan dan bersama-sama, untuk melihat apakah variabel independen secara keseluruhan mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Kriteria pengujian nilai F adalah tolak Ho jika probabilitas lebih kecil dari alpha = 0,05 atau jika Fhitung > Ftabel dengan taraf keyakinan 95% maka H0 ditolak yang berarti bahwa ada pengaruh secara serempak atau bersamasama dari keseluruhan variabel independen terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika probabilitas lebih besar dari alpha = 0,05 atau jika Fhitung < Ftabel maka H0 tidak dapat ditolak (dapat diterima), yang berarti bahwa tidak ada pengaruh secara serempak dari keseluruhan variabel independen terhadap variabel dependen. Berdasarkan perhitungan dengan bantuan SPSS 12 for Windows, untuk pengujian keberartian regresi tampak pada tabel berikut;
102
Tabel 4.16 Uji Keberartian Persamaan Regresi Y atas X1, X2, X3, X4 dan X5 ANOVA b Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 8.904 1.009 9.913
df 5 22 27
Mean Square 1.781 .046
F 38.830
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), Fasilitas/Pelayanan, Lingkungan Persaingan, Harga Produk, Promosi, Diferensiasi Produk b. Dependent Variable: Pendapatan
Nilai probabilitas sebagaimana ditunjukkan kolom Sig. (Signicance) pada tabel di atas adalah 0,000, sehingga nilai probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05. Selain itu, nilai Fhitung sebesar 38,830 lebih besar jika dibandingkan dengan Ftabel dengan alpha 0,05 serta dk1 = 5, dan dk2 = 22 sebesar 2,661. Dapat disimpulkan koefisien regresi signifikan, atau promosi, harga produk, diferensiasi produk, lingkungan persaingan dan fasilitas/pelayanan
secara
simultan
(bersama-sama)
benar-benar
berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan usaha. Artinya Ha yang diajukan diterima pada α = 0,05.
b) Uji t Pengujian t-statistik bertujuan untuk menguji signifikansi masingmasing variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen. Kriteria pengujian nilai t adalah tolak Ho jika probabilitas lebih kecil dari alpha = 0,05 atau jika thitung > ttabel dengan taraf keyakinan 95% maka H0 ditolak yang berarti bahwa secara parsial ada pengaruh dari masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika probabilitas lebih besar dari alpha = 0,05 atau jika thitung < ttabel maka H0
103
tidak dapat ditolak (dapat diterima), yang berarti bahwa secara parsial tidak ada pengaruh signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Berdasarkan perhitungan dengan bantuan SPSS 12 for Windows, untuk pengujian pengaruh masing-masing variable independent terhadap variabel dependen tampak pada tabel berikut; Tabel 4.17 Uji Keberartian Pengaruh Masing-masing Variabel Independen terhadap Variabel Dependen a Coefficients
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta 1 (Constant) 15.182 1.102 Promosi .084 .040 .184 Harga Produk .147 .083 .141 Diferensiasi Produk 1.453 .306 .771 Lingkungan Persaingan -.661 .260 -.189 Fasilitas/Pelayanan .207 .178 .112
t 13.774 2.116 1.778 4.750 -2.546 2.746
Sig. .000 .046 .089 .000 .018 .013
a. Dependent Variable: Pendapatan
Nilai probabilitas sebagaimana ditunjukkan kolom Sig. (Signicance) pada tabel di atas untuk variabel promosi adalah 0,046. Selain itu, nilai thitung sebesar 2,116 lebih besar jika dibandingkan dengan nilai ttabel dengan alpha 0,05 dan dk = 22 sebesar 2,074. Hal ini menunjukkan bahwa secara parsial, variabel promosi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan usaha. Nilai probabilitas untuk variabel harga produk, adalah 0,089. Selain itu, nilai thitung sebesar 1,778 ternyata lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai ttabel dengan alpha 0,05 dan dk = 22 sebesar
104
2,074. Hal ini
menunjukkan bahwa secara parsial, variabel harga produk tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan usaha. Nilai probabilitas untuk variabel diferensiasi produk, adalah 0,000. Selain itu, nilai thitung sebesar 4,750 jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai ttabel dengan alpha 0,05 dan dk = 22 sebesar
2,074. Hal ini
menunjukkan bahwa secara parsial, variabel diferensiasi produk memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan usaha. Nilai probabilitas untuk variabel lingkungan persaingan adalah 0,018. Selain itu, nilai thitung sebesar 2,546 juga masih lebih besar jika dibandingkan dengan nilai ttabel dengan alpha 0,05 dan dk = 22 sebesar 2,074. Hal ini menunjukkan bahwa secara parsial, variabel lingkungan persaingan juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan usaha. Terakhir, nilai probabilitas untuk variabel fasilitas/pelayanan adalah 0,013. Selain itu, nilai thitung sebesar 2,746 juga masih lebih besar jika dibandingkan dengan nilai ttabel dengan alpha 0,05 dan dk = 22 sebesar 2,074.
Hal
ini
menunjukkan
bahwa
secara
parsial,
variabel
fasilitas/pelayanan juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan usaha.
4) Menghitung Koefisien Korelasi Untuk mengetahui besarnya hubungan masing-masing variabel independent yakni variabel promosi, harga produk, diferensiasi produk,
105
lingkungan persaingan, dan fasilitas/pelayanan dengan variabel Y (pendapatan usaha) dapat dilihat pada tabel correlations berikut.
Tabel 4.18 Correlations Diferensiasi Lingkungan Fasilitas/ PendapatanPromosiHarga Produk Produk Persaingan Pelayanan Pearson Correlation Pendapatan 1.000 .691 .485 .912 -.462 .780 Promosi .691 1.000 .318 .616 -.245 .526 Harga Produk .485 .318 1.000 .446 .021 .481 Diferensiasi Produk .912 .616 .446 1.000 -.335 .884 Lingkungan Persaingan-.462 -.245 .021 -.335 1.000 -.243 Fasilitas/Pelayanan .780 .526 .481 .884 -.243 1.000 Sig. (1-tailed) Pendapatan . .000 .004 .000 .007 .000 Promosi .000 . .050 .000 .104 .002 Harga Produk .004 .050 . .009 .459 .005 Diferensiasi Produk .000 .000 .009 . .041 .000 Lingkungan Persaingan.007 .104 .459 .041 . .107 Fasilitas/Pelayanan .000 .002 .005 .000 .107 . N Pendapatan 28 28 28 28 28 28 Promosi 28 28 28 28 28 28 Harga Produk 28 28 28 28 28 28 Diferensiasi Produk 28 28 28 28 28 28 Lingkungan Persaingan 28 28 28 28 28 28 Fasilitas/Pelayanan 28 28 28 28 28 28
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui koefisien korelasi promosi (X1) dengan pendapatan usaha (Y) sebesar 0,691. Artinya terdapat hubungan yang kuat antara promosi dengan pendapatan usaha pengusaha bunga di Sentra Bunga Wastukencana Bandung. Koefisien korelasi antara variabel harga produk (X2) dengan pendapatan usaha (Y) sebesar 0,485. Artinya terdapat hubungan yang cukup antara variabel harga produk dengan
pendapatan
usaha
pengusaha
bunga
di
Sentra
Bunga
Wastukencana Bandung. Koefisien korelasi antara variabel diferensiasi produk (X3) dengan pendapatan usaha (Y) sebesar 0,912. Artinya terdapat
106
hubungan yang sangat kuat antara variabel diferensiasi produk dengan pendapatan usaha pengusaha bunga di Sentra Bunga Wastukencana Bandung. Koefisien korelasi antara variabel lingkungan persaingan (X4) dengan pendapatan usaha (Y) sebesar -0,462. Artinya terdapat hubungan yang cukup antara variabel lingkungan persaingan dengan pendapatan usaha pengusaha bunga di Sentra Bunga Wastukencana Bandung dengan arah yang negatif atau berbanding terbalik. Terakhir, koefisien korelasi antara variabel fasilitas/pelayanan (X5) dengan pendapatan usaha (Y) sebesar 0,780. Artinya terdapat hubungan yang kuat antara variabel fasilitas/pelayanan dengan pendapatan usaha pengusaha bunga di Sentra Bunga Wastukencana Bandung
5) Menghitung Koefisien Determinasi Untuk mengetahui besarnya kontribusi antara promosi, harga produk, diferensiasi produk, lingkungan persaingan dan fasilitas/pelayanan secara bersama-sama terhadap pendapatan usaha pengusaha bunga di Sentra Bunga Wastukencana Bandung, dapat dilihat pada tabel model summary berikut. Tabel 4.19 Model Summary b Model 1
R .948a
Adjusted R Square .875
R Square .898
Std. Error of the Estimate .21416
a. Predictors: (Constant), Fasilitas/Pelayanan, Lingkungan Persaingan, Harga Produk, Promosi, Diferensiasi Produk b. Dependent Variable: Pendapatan
107
DurbinWatson 2.263
Tabel di atas menunjukkan bahwa besarnya kontribusi variabel promosi (X1), harga produk (X2), diferensiasi produk (X3), lingkungan persaingan (X4), dan fasilitas/pelayanan (X5) terhadap pendapatan usaha (Y) adalah 0,875 x 100% = 87,5%. Artinya, pendapatan usaha dipengaruhi oleh promosi, harga produk, diferensiasi produk lingkungan persaingan, dan fasilitas/pelayanan secara bersama-sama sebesar 87,5%. Sisanya sebesar 12,5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini.
B. Pembahasan Permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah “sejauhmana kontribusi/pengaruh promosi, harga produk, diferensiasi produk, lingkungan persaingan dan fasilitas/pelayanan terhadap pendapatan usaha pengusaha bunga di Sentra Bunga Wastukencana Bandung?” Berdasarkan permasalahan tersebut, analisis kontribusi promosi, harga produk, diferensiasi produk, lingkungan persaingan, fasilitas/pelayanan terhadap pendapatan usaha yang akan dipaparkan berikut ini didasarkan pada hasil perhitungan
analisis
regresi
ganda
yang
bertujuan
untuk
mengetahui
kontribusi/pengaruh variabel promosi, harga produk, diferensiasi produk, lingkungan persaingan dan fasilitas/pelayanan secara bersama-sama terhadap pendapatan usaha. Perhitungan regresi ganda antara variabel promosi, harga produk, diferensiasi produk, lingkungan persaingan dan fasilitas/pelayanan secara
108
bersama-sama terhadap pendapatan usaha menghasilkan persamaan regresi Ŷ = 15,182 + 0,084X1 + 0,147X2 + 1,453X3 - 0,661X4 + 0,207X5. Persamaan regresi di atas mengindikasikan adanya hubungan antara variabel promosi, harga produk, diferensiasi produk, lingkungan persaingan, dan fasilitas/pelayanan dengan pendapatan usaha. Perhitungan koefisien korelasi antara variabel promosi, harga produk, diferensiasi produk, lingkungan persaingan, fasilitas/pelayanan secara bersama-sama dengan pendapatan usaha diperoleh nilai sebesar 0,948. Hasil ini menunjukkan terdapat hubungan yang sangat kuat antara variabel promosi, harga produk, diferensiasi produk, lingkungan persaingan, dan fasilitas/pelayanan secara bersama-sama dengan pendapatan usaha. Berdasarkan perhitungan determinasi, besarnya hubungan tersebut memberikan kontribusi sebesar 87,5%. Artinya pendapatan usaha dipengaruhi oleh promosi, harga produk, diferensiasi produk, lingkungan persaingan, dan fasilitas/pelayanan secara bersama-sama sebesar 87,5%, sisanya sebesar 12,5% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini. Walaupun demikian, dari kelima variabel yang dianalisis dalam hal pengaruhnya terhadap pendapatan usaha, diketahui bahwa secara parsial harga produk tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usaha. Hal ini dimungkinkan karena para pengusaha bunga di sentra bunga wastukencana bandung telah menetapkan patokan harga standar untuk setiap produk yang dijual. Karenanya, harga produk tidak begitu berpengaruh terhadap penapatan usaha para pengusaha bunga di sentra bunga Wastukencana Bandung.
109
Hubungan dan pengaruh antara promosi, harga produk, diferensiasi produk, lingkungan persaingan, fasilitas/pelayanan terhadap pendapatan usaha sebagaimana diuraikan di atas, telah membuktikan teori yang telah terakumulasi selama ini mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha. 4.3.1 Pengaruh Promosi Terhadap Pendapatan Dari hasil analisis yang diperoleh, variabel promosi mempunyai pengaruh yang signifikan. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh beberapa ahli ekonomi yang menyatakan bahwa salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan usaha yaitu dengan cara promosi. Hal ini sejalan dengan Alderson dan Green dalam Komarudin Sastradipoera (2003:187) pengertian promosi meliputi: “Promosi adalah setiap upaya marketing yang fungsinya adalah untuk memberikan informasi atau meyakinkan para konsumen actual atau potensial mengenai kegunaan (merits) suatu produk dan jasa (tertentu) dengan tujuan untuk mendorong konsumen baik melanjutkan atau memulai pembelian pada suatu produk barang dan jasa suatu perusahaan.” Promosi sendiri memiliki beberapa tujuan, beberapa tujuan promosi itu meliputi: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Menyebarkan informasi produk kepada target pasar potensial Untuk mendapatkan kenaikan penjualan dan profit Untuk mendapatkan pelanggan baru dan menjaga kesetiaan pelanggan Untuk menjaga kestabilan penjualan ketika terjadi lesu pasar Membedakan serta mengunggulkan produk dibanding produk pesaing Membentuk citra produk di mata konsumen sesuai dengan yang diinginkan.
Sedangkan keuntungan-keuntungan yang didapat dari promosi dalam (http://dhonowarkap.blogspot.com/2009/02/teknik-teknik-promosi.html) meliputi:
110
1. Dapat meningkatkan omzet penjualan produk 2. Dapat memperpendek piutang-piutang yang diberikan perusahaan 3. Meningkatkan para pembeli tentang barang-barang yang akan dibeli 4. Membetuk produk motives dan patronage motives 5. Meningkatkan barang-barang perusahaan supaya lebih terkenal 6. Dapat meningkatkan produksi perusahaan 7. Meningkatkan keuntungan atau laba perusahaan 8. Perputaran modal kerja perusahaan menjadi lebih cepat
Promosi memang salah satu cara jitu untuk dapat meningkatkan pendapatan yang tinggi. Namun promosi juga dapat mempengaruhi kegiatan pendapatan atau volume penjualan. Hal ini senada dengan Swastha Irawan (1990) yang menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan pendapatan atau volume pendapatan yaitu diantaranya adalah promosi atau periklanan. Namun untuk melaksanakan promosi atau periklanan ini memerlukan dana atau modal yang cukup besar. Biasanya promosi ini dilakukan oleh pengusaha yang memiliki modal yang besar, sedangkan bagi perusahaan kecil kegiatan promosi ini lebih jarang dilakukan. Promosi itu sendiri dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Dari jawaban responden, hampir semua media promosi digunakan, baik menggunakan media cetak ataupun media elektonik.
4.3.2 Pengaruh Harga Produk Terhadap Pendapatan Dalam analisis data yang telah dilakukan, harga produk tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan yang diperoleh pengusaha bunga di Wastukencana Kota Bandung.
111
Jika dilihat dari struktur pasar yang ada, pasar bunga Wastukencana ini merupakan merupakan jenis pasar monopolistik. Case and Fair (2002:372) dalam persaingan monopolistic, persaingan dapat dilakukan melalui : “Harga dapat ditetapkan oleh perusahaan akan berpengaruh pada besarnya penjualan dan jumlah laba atau pendapatan yang akan diterima oleh perusahaan”
Oleh karena itu, penetapan harga yang dilakukan pengusaha akan berpengaruh terhadap pendapatan yang akan diterima oleh mereka. Hal ini juga sejalan dengan yang diutarakan oleh Samuelson yang menyatakan bahwa “tinggi rendahnya total revenue (TR) ditentukan oleh jumlah output yang dihasilkan dan output yang dikeluarkan. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa harga merupakan komponen yang sangat melekat dalam pembentukan jumlah pendapatan yang akan diterima, dan pembentuk laba juga jika sudah dikurangi oleh beban/biaya-biaya”. Begitupun yang dikatakan oleh Sadono Sukirno, dimana pada pasar monopolistic, pengusaha dapat menentukan harga produknya. Dari beberapa pendapat tersebut dapata ditarik kesimpulan bahwa penentuan harga yang dilakukan oleh pengusaha/pedangang akan menentukan pendapatan yang akan didapatnya. Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun, namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh organisasi perusahaan. Tujuan penetapan harga adalah sebagai berikut: 1. Mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya
112
Dengan menetapkan harga yang kompetitif maka perusahaan akan mendulang untung yang optimal. 2. Mempertahankan perusahaan Dari marjin keuntungan yang didapat perusahaan akan digunakan untuk biaya operasional perusahaan. Contoh : untuk gaji/upah karyawan, untuk bayar tagihan listrik, tagihan air bawah tanah, pembelian bahan baku, biaya transportasi, dan lain sebagainya. 3. Menggapai ROI (Return on Investment) Perusahaan pasti menginginkan balik modal dari investasi yang ditanam pada perusahaan sehingga penetapan harga yang tepat akan mempercepat tercapainya modal kembali / roi. 4. Menguasai Pangsa Pasar Dengan menetapkan harga rendah dibandingkan produk pesaing, dapat mengalihkan perhatian konsumen dari produk kompetitor yang ada di pasaran.
5. Mempertahankan status quo Ketika perusahaan memiliki pasar tersendiri, maka perlu adanya pengaturan harga yang tepat agar dapat tetap mempertahankan pangsa pasar yang ada.
113
Namun, pada kenyataannya harga tidak berpengaruh terhadap pendapatan para pengusaha bunga Wastukencana Kota Bandung ini. Hal ini dikarenakan tidak beragamnya harga yang ditetapkan antara pedagang yang satu dengan pedagang yang lainnya. Kalaupun ada perbedaan harga antar pedagang hanya sedikit sekali perbedaannya. Sehingga dapat disimpulkan mereka sudah mematok harga ratarata yang sama pada produknya. Hal ini menyebabkan harga produk hamper sama setiap pedagang. Jadi tidak berpengaruh terhadap pendapatan yang dihasilkan.
4.3.3 Pengaruh Diferensiasi Produk Terhadap Pendapatan Pada pasar bunga Wastukencana Kota Bandung, jelas sekali terdapat beragam variasi produk yang mereka tawarkan pada pembeli. Hal ini dapat dilihat dari beragam contoh desain yang mereka miliki pada produk yang mereka jual. Sebagaimana hasil dari analisis data yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari diferensiasi produk yang dimiliki dengan pendapatan yang diperoleh. Dilihat dari struktur pasar yang ada (monopolistik) di pasar bunga Wastukencana Kota Bandung, sangat wajar bila terdapat diferensiasi yang beragam yang dilakukan oleh para pedangang yang ada disana. Hal ini dilakukan untuk menambah variasi produk mereka agar dapat sesuai dengan permintaan konsumen, dan juga memberikan pilihan produk yang beragam pada konsumen. Menurut Porter (1993 :117), perusahaan melakukan differensiasi terhadap pesaingnya bilamana dia berhasil menampilkan keunikan yang dinilai penting oleh pembeli, selain sekedar harga rendah. Differensiasi memungkinkan
114
perusahaan meraih prestasi unggul jika harga premi yang ditawarkan lebih besar dari pada biaya tambahan maupun dari usaha memperoleh keunikan itu. Hal ini juga sejalan dengan yang ditarakan oleh Joesron, jika kita melakukan diferensiasi terhadap produk
dengan keunikan tersendiri akan
membuat harga jual lebih tinggi dan output yang diasilkan lebih sedikit. Namun, produk yang telah dideferensiasikan tersendiri itu memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan produk awalnya yang akan berakibat keputusan pada konsumen
untuk
membeli
produk
yang
lebih
unik
atau
yang
telah
dideferensiasikan. Kekhasan dan keunikan itu akan meningkatkan permintaan konsumen terhadap produk yang dijual sehingga akan menambah pendapatan yang diperoleh.
4.3.4 Pengaruh Lingkungan Persaingan Terhadap Pendapatan Sebagaimana hasil pada analisis data, yang menunjukkan bahwa lingkungan persaingan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan. Artinya jika semakin banyak pengusaha, maka semakin ketat juga saingan yang dimiliki, begitupun sebaliknya. Sedangkan pengaruhnya terhadap pendapatan akan berbanding terbalik. Semakin banyak pengusaha mengakibatkan semakin kecilnya pendapatan yang akan diperolehnya, sebaliknya. Lingkungan persaingan merupakan suatu patokan atau acuan baik bagi penjual maupun pembeli. Lingkungan persaingan dapat kita lihat dari struktur pasarnya.
115
Lingkungan persaingan akan semakin ketat jika semakin banyak pesaing baru yang muncul. Selain itu, kekreatifan penjual/pedagang dalam menjual produknya dituntut sangat tinggi. Hal ini dikarenakan jika pedagang tidak dapat berkreasi dan berinofasi terhadap produknya maka dengan sendirinya akan tergeser dari persaingan yang ada. Inofasi dalam membuat produk baru dapat dilakukan dengan cara mendiferensiasikan produk yang sudah ada menjadi produk baru yang lebih unik dan lebih menarik. Inofasi ini akan mengakibatkan beragamnya produk yang ditawarkan kepada konsumen, sehingga terdapat banyak pilihan produk yang dapat ditawarkan kepada konsumen. Banyaknya pilihan atau ragam produk yang ditawarkan kepada konsumen bertujuan agar konsumen tidak pindah pada pedagang lain. Menurut Kotler (1995: 22) produk pengganti yang perlu mendapatkan perhatian besar adalah: 1. Produk-produk yang mempunyai kecenderungan untuk memiliki harga atau prestasi yang lebih baik ketimbang produk industri 2. Produk-produk yang dihasilkan oleh industri yang berlaba tinggi Kekuatan pertawaran (tawar menawar) pembeli, menentukan sejauh mana pembeli mempertahankan sebagian besar nilai yang diciptakan untuk diri mereka, sehingga menyebabkan perusahaan dalam suatu industri memperoleh keuntungan yang sedang saja.
116
Lingkungan persaingan sangat menentukan jumlah pendapatan yang akan diterima oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan menyangkut banyak sedikitnya pesaing yang terdapat dilingkungan persaingan tersebut atau dipasar tersebut. Selain banyaknya jumlah pesaing yang ada dan menjaga produknya agar selalu unik dan memiliki ragam pilihan, lingkungan persaingan juga dipengaruhi oleh tempat atau usahanya. Wasis (1992:43) berpendapat bahwa lokasi usaha adalah tempat dimana perusahaan menjalankan usahanya baik secara administrative maupun produktif. Adapun faktor-faktor yang harus dipertimbangkan untuk pemilihan lokasi yaitu sebagai berikut: 1. luas perdagangan 2. kemudahan untuk dicapai 3. potensi pertumbuhan 4. saingan Porter menjelaskan (1995: 5) bahwa terdapat lima kekuatan yang dapat memungkinkan datangnya pesaing baru, yaitu: ”Lima kekuatan persaingan masuknya pendatang baru, ancaman produk pengganti, kekuatan tawar-menawar pembeli, kekuatan tawar-menawar pemasok (supplier) serta persaingan diantara pesaing yang ada mencerminkan kenyataan bahwa persaingan dalam suatu industri tidak hanya terbatas pada para pemain yang ada. Pelanggan, pemasok, produk pengganti, serta pendatang baru potensial semuanya merupakan ”pesaing” bagi perusahaan-perusahaan dalam industri dan dapat lebih atau kurang menonjol tergantung pada situasi tertentu. Persaingan
117
dalam artian yang lebih luas ini dapat disebut sebagai persaingan yang diperluas (extented rivalry)”.
4.3.4 Pengaruh Pelayanan Terhadap Pendapatan Pelayanan merupakan salah satu indicator untuk meningkatkan pendapatan dari sebuah usaha. Pelayanan terhadap para pelanggan atau konsumen, dilakukan karena beberapa hal, diantanyanya untuk menjaga kesetiaan konsumen dalam menggunakan produk yang dijual oleh pedagang atau produsen. Pelayanan dapat berbentuk dapat dilihat namun ada juga yang dapat dirasakan. Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain. Sedangkan pelayanan atau jasa (service) menurut Oleh DR. H. Surachman Surjaatmadja adalah semua bentuk aktifitas manusia yang tidak berujud (intangible) yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pihak lain untuk saling memuaskan melalui pertukaran secara bersamaan (insperability). Pelayanan atau jasa bersifat tidak berujud (tangible), heterogen (bervariasi), diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan (insperability) dan tidak dapat disimpan atau tidak dapat busuk (perishability). Dari uraian diatas jelan dapat disimpulakan bahwa pelayanan memberikan pengaruh yang besar pula terhadap tinggi rendahnya pendapayan yang akan didapat oleh pedagang/produser.
118
Hal ini sejalan pula dengan apa yang diutarakan oleh Parasursaman (dalam Tjiptono), terdapat sepuluh faktor yang menentukan kualitas jasa/pelayanan, yaitu: a. Realibility, mencakup dua hal pokok yaitu konsistensi kerja dan kemampuan untuk dipercaya b. Responsiveness, yaitu kemauan atau kesiapan para karyawan untuk memberikan jasa yang dibutuhkan pelanggan c. Competence, yaitu keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan dalam memberikan jasa tersebut d. Access, meliputi kemudahan dihubungi atau ditemui e. Courtesy, sikap yang sopan santun, respek, perhatian dan keramahan f. Communication, memberikan informasi kepada pelanggan dengan bahasa yang mudah dipahami g. Credibillity, sifat jujur dan dapat dipercaya terhadap pelanggan h. Security, meliputi keamanan fisik, financial dan kerahasiaan i. Understanding Knowing the costumer, usaha untuk memahami kebutuhan pelanggan j. Tangible, yaitu bukti fisik dari jasa yang bisa berupa fasilitas fisik, peralatan yang digunakan dan representative fisik dari jasa Semakin banyak pelayanan yang diberikan oleh pedagang atau produsen akan mengakibatkan semakin banyak konsumen yang tertarik untuk berbelanja di perusahaannya, akibatnya akan semakin meningkat pula pendapatannya.
119
4.4 Implikasi Pendidikan Persaingan dunia usaha semakin ketat. Siapa bermodal besar, dia yang akan menang. Tapi, para pelaku usaha kecil menengah (UKM) tak sepatutnya ciut nyali. Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah, tidak terkecuali di Indonesia. Sebagai gambaran, kendati sumbangannya dalam output nasional (PDRB) hanya 56,7 persen dan dalam ekspor nonmigas hanya 15 persen, namun UKM memberi kontribusi sekitar 99 persen dalam jumlah badan usaha di Indonesia serta mempunyai andil 99,6 persen
dalam penyerapan tenaga kerja (Kompas,
14/12/2001). Peran UKM tidak bisa lagi dinafikan karena hampir 90 persen sektor ekonomi nasional ditopang oleh UKM dan hampir seluruh rakyat menengah ke bawah terbantu dengan sektor ini. Tidak dapat kita pungkiri bahwa sektor informal (UKM) yang menjadi tumpuan hidup masyarakat Indonesia pada saat terjadinya krisis yang melanda pada tahun 1997 silam bahkan sampai sekarang. Setiap sektor informal yang ada di Indonesia setidaknya menyumbangkan lapangan pekerjaan dan pendapatan pada pembangunan nasional pada negeri ini. Sektor informal ini dapat direalisasikan dengan pembentukan usaha-usaha kecil yang dibuat oleh para pelaku ekonomi. Kedudukan usaha kecil di tengah-tengah kehidupan masyarakat telah mendapat tempat yang mantap, banyak menyerap tenaga kerja, mampu berdampingan dengan perusahaan besar dan ikut memperlancar kegiatan perekonomian negara.
120
Apalagi dengan akan adanya Praktik penyaluran kredit mikro oleh individu pemilik dana yang diberikan kepada masyarakat golongan ekonomi lemah akan diatur melalui surat keputusan bersama tiga menteri. Praktik kredit mikro yang saat ini disalurkan sekitar 40 juta orang tersebut bisa dilakukan tanpa rasa takut dituduh ilegal. Deputi Bidang Koordinasi Perdagangan dan Perindustrian
Menteri
Koordinator
Perekonomian
Eddy
Putra
Irawady
mengungkapkan hal itu di Jakarta, Selasa (9/12). Soal kredit mikro itu akan diatur menggunakan surat keputusan bersama (SKB) Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Perdagangan. Selama ini praktik kredit mikro dinilai melanggar aturan perbankan dan perkoperasian. SKB ini akan menjamin usaha keuangan mikro nonbank dan nonkoperasi sehingga penyalur kreditnya bisa berpraktik lebih aman. Perlindungan ini perlu agar pemilik dana bisa memberi sumbangan dalam pengembangan sektor riil yang saat ini membutuhkan suntikan dana cepat dan bersyarat ringan. ”Ini nantinya bisa dihubungkan dengan lembaga penjaminan daerah sehingga setiap kredit yang diberikan akan dijamin oleh daerah,” ujar Eddy. Pembentukan lembaga penjaminan daerah masih terbentur Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU ini tidak membenarkan ada dana APBD dijadikan sebagai jaminan pinjaman. Salah satu kunci keberhasilan usaha mikro, kecil dan menengah adalah adalah tersedianya pasar yang jelas bagi produk UMKM. Sementara itu kelemahan mendasar yang dihadapi UMKM dalam bidang pemasaran adalah orientasi pasar rendah, lemah dalam persaingan yang kompleks dan tajam serta tidak memadainya infrastruktur pemasaran. Menghadapi mekanisme pasar yang
121
makin terbuka dan kompetitif, penguasaan pasar merupakan prasyarat untuk meningkatkan daya saing. Untuk meningkatkan daya saing yang dimiliki oleh para pelaku UKM, baik itu para pengusaha maupun karyawannya, diperlukan suatu keterampilan dan pengetahuan yang luas dalam menjalankan roda usahanya. Untuk meningkatakan pengetahuan dan keterampilan tersebut, dibutuhkan pendidikan yang menunjang. Peningkatan kualitas SDM sangat berkaitan dengan pendidikan. Pendidikan dapat dipandang memiliki peranan penting untuk mengembangkan kepribadian, pengetahuan, keterampilan, produktifitas dan sebagainya. Melalui penyelenggaraan pendidikan perindustrian diharapkan masalah-masalah yang sering timbul khususnya dalam industri kecil dapat segera diatasi, baik itu menyangkut masalah pengelolaan ataupun pengembangan industri kecil. Tujuan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui jalur pendidikan adalah untuk mengembangkan usahanya, baik melalui jalur pendidikan formal maupun non formal. Mengingat pendidikan merupakan salah satu unsur yang dapat mengubah sikap dan perilaku, meningkatkan dan mengembangkan pola pikir, wawasan serta mempermudah pengusaha dalam menyerap informasi yang sifatnya membawa pemahaman dan kemajuan bagi usahanya. Factor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan yang diteliti oleh penulis, yaitu promosi, harga produk, diferensiasi dan lingkungan persaingan. Berkaitan dengan factor tersebut maka pengusaha atau wirausaha harus memiliki pengetahuan yang baik. Hal itu dapat diperoleh melalui pendidikan formal dan nonformal.
122
Misalnya saja untuk meningkatkan pendapatan melalui promosi, pengusaha atau wirausaha dapat mengetahui cara-cara jitu promosi yang efektif melalui pendidikan formal. Dengan pendidikan pun mereka akan lebih dapat membuat strategi yang baik dalam mengambil keputusan dalam usahanya. Mereka dapat mengetahui struktur pasar apa yang akan mereka masuki, bias memiliki kreatifitas yang tinggi untuk menciptakan produk baru dengan cara mendiferensiasikan produknya. Sehingga terdapat variasi yang banyak pada produk yang dimiliki, yang akan berakibat pada banyaknya konsumen yang tertarik untuk membeli produknya yang variatif. Selain itu, pengusaha setelah mengetahui mereka berada dalam struktur pasar tertentu, akan memudahkan meeka untuk menetapkan harga produk yang tepat dan dapat bersaing dengan competitor lainnya. Oleh karena itu, dibutuhkan pendidikan untuk para pengusaha/pedagang bunga Watstukencana Kota Bandung. Pendidikan formal dan pendidikan nonformal akan sangat membantu para pengusaha dalam menentukan strategi bisnisnya dalam upaya pencapaian pendapatan yang maksimal.
123