45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Profil Final Cut For Real Film Final Cut For Real adalah perusahaan Film yang memproduksi Film-film
dokumenter. Didirikan di Denmark pada tahun 1993 oleh Thomas Stenderup dan Mikael Opsturp. Pada akhir 2008 Thomas dan Mikael memutuskan untuk meninggalkan perusahaan untuk melanjutkan proyek dokumenternya. Dan pada tahun 2009 staf inti terdiri dari tiga produser yaitu, Signe Byrge Sørensen, Anne Köhncke dan Monica Hellstrom. Para pembuat film dokumenter dibentuk untuk menciptakan pengalaman dan pendekatan baru untuk pembuatan film. Kami mencari cerita menarik, karakter besar dan mendalam serta menganalisis issue sosial. Dan kami juga mencoba untuk memberikan film twist humor pada setiap film-film yang kami produksi. 4.1.1
Filmografi 1.
Footbal is God
(2010)
2.
Klovn for Livet
(2011)
3.
Hjemvendt
(2011)
4.
Vendens Bedste Kok
(2011)
46
5.
Gulabi Gong
(2012)
6.
The Act of Killing
(2012)
7.
The Human Scale
(2012)
8.
Traveling with Mr. T.
(2012)
9.
The Pirate Bay Away from Keyboard
(2013)
10.
The Look of Sillence
(2014 )
4.1.2 Logo Gambar 4.1.2 Logo Final Cut For Real
47
4.2
Gambaran Umum Film Jagal The Act of Killing Gambar 4.2.1 Cover Film Jagal The Act of Killing
48
Judul Film
:
Jagal (The Act of Killing)
Pemain
:
Anwar Congo Herman Koto Syamsul Arifin Yapto Soerjosoemarno Jusuf Kalla Adi Zulkadry Soaduon Siregar Ibrahim Sinik Anif Shah Rahmat Shah Ali Usman Safit Pardede Marzuki Sakhyan Asmara
Departemen Produksi a. Sutradara
:
Joshua Oppenheimer
b. Ko Sutradara
:
Christine Cynn, Anonymous
c. Produser Eksekutif
:
Werner Herzog, Errol Morris, Andre Singer, Torstein Grude, Joram ten Brink, Bjarte Morner
49
d. Produser
:
Joram ten Brink, Anne Kohncke, Michael Uwemedimo, Joshua Oppenheimer
e. Associate Produser
:
Christine Cynn, Anonymous
f. Manajer Produksi
:
Signe Byrge Sorensen
:
Carlos Arango de Montis, Lars Skree,
Departemen Kamera a. Cinematographer
Anonymous b. Kameraman
:
Anonymous, Anonymous, Anonymous
c. Penyunting Gambar
:
Niels Adersen, Janus Billeskov, Mariko Montepetit, Erik Anderson, Ariadna Fatjo Vilas
Departemen Artistik a. Penata Artistik
:
Anonymous, Anonymous
b. Perancang Rias
:
Anonymous, Anonymous, Anonymous
c. Efek Khusus
:
Anonymous
Departemen Suara dan Musik a. Penata Musik
:
Anonymous, Anonymous
b. Perekam Suara
:
Anonymous
c. Penata Suara Asli
:
Elin Oyen Vister
Departemen Penyuntingan a. Penata Warna
:
Tom Chr. Lilletvedt
50
b. Efek Visual
:
Christoper Berge Hove, Tom Chr. Lilletvedt
Produksi
:
Final Cut For Real
Durasi
:
159 Menit
4.2.1
Sinopsis Film Jagal The Act of Killing Film Jagal, The Act of Killing, adalah film dokumenter karya Joshua
Oppenheimer. Sutradara berkebangsaan Amerika Serikat yang meraih 72 penghargaan Internasional sekaligus mendapatkan nominasi Piala Oscar 2014. Jagal bercerita tentang seorang algojo PKI yang diperankan oleh Anwar Congo. Sebagai preman bioskop Anwar dan kawan-kawan membantu tentara membunuh lebih dari satu juta orang yang dituduh komunis, etnis tionghoa, dan kaum intelektual dalam waktu kurang dari satu tahun. Kemudian sutradara film menantang Anwar dan kawan-kawannya untuk mengembangkan adegan-adegan fiksi mengenai pengalaman mereka membunuh dengan mengadaptasi genre film favorit mereka dari gangster, koboi, musikal dan mereka menulis naskahnya. Mereka memerankan diri sendiri, juga memerankan korban mereka sendiri. Keingintahuan Joshua untuk meliput dari satu pasukan ke pasukan pembunuh lain, dari kampung sampai ke kota. Menghabiskan waktu 7 tahun dan menghasilkan 1.000 jam rekaman gambar dan wawancara. Terlebih Jagal bukanlah film pertama Joshua yang mengangkat hak-hak asasi manusia.
51
1.2.2
Pemeran Film Jagal The Act of Killing Table 4.2.2
Anwar CongoAlgojo 1965 Pimpinan Pemuda Pancasila
52
Herman Koto Preman dan Pimpinan Pemuda Pancasila
53
Syamsul Arifin Gubernur Sumatra Utara.
Yapto Soerjosoemarno Ketua Umum Pemuda Pancasila
54
Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia
55
Adi Zulkadry Sejawat Algojo1965
56
Soaduon Siregar Sejawat Algojo1965
Ibrahim Sinik Penerbit Koran Medan Pos
57
Anif Shah Pengusaha dan Sesepuh Pemuda Pancasila
58
Rahmat Shah Anggota MPR Republik Indonesia
59
Ali Usman Anggota Pemuda Pancasila
Safit Pardede Ketua Pemuda Pancasila Sumatra Utara
60
Marzuki Anggota Dprd Sumatra Utara 4.3 Hasil Penelitian Table 4.1 Scene 4.3.1 Nilai Moral Kasih Sayang Terhadap Binatang Peliharaan Sign Gambar 4.1
62
00:50:30 Dialog 4.1 Anwar : Liat kakinya kan udah rusak dipukul Ami tuh. ”Jangan diusir mi” Kasian diakan masih kecil. Bilang maaf. mi, minta maaf ya itik, bilang.
63
Ami : “Minta maaf ya tik” Anwar : Aku gak sengaja, aku takut. Takut aku pukul Ami : Minta maaf ya itik, Ami gak sengaja Object
Intepretant
Dari dialog diatas Anwar Congo Anwar
Congo
memberikan
nasihat
menasehati kedua cucunya untuk kepada kedua cucunya dengan perkataan meminta
maaf
kepada
Itik yang
lemah
lembut.
Hal
tersebut
peliharaannya. Karena cucunya telah ditandai dengan kata-kata “Liat kakinya memukul Itik peliharaanya hingga kan udah rusak dipukul Ami. “Bilang pincang.
maaf. mi, minta maaf ya itik bilang” Ikon Dimana Ami cucu Anwar Congo, meminta
maaf
kepada
itik
peliharaannya, dengan kata-kata “Minta maaf ya itik, Ami gak sengaja”
Qualisign
Angle :
64
Sudut pengambilan gambar pada scene diatas menggunakan tekhnik Low Angle dengan komposisi Medium Shoot, dalam gambar diatas menunjukan bahwa posisi objek berada ditengah dan terlihat jelas objek sedang berinteraksi dengan itik peliharaannya. Sinsign Terlihat di gambar bahwa sinsignnya adalah Anwar Congo tertawa sehabis melihat cucunya meminta maaf kepada itik kesayangannnya. Legisign Dengan nada pelan Anwar menasehati kedua cucunya, dengan berkata, “Kasian diakan masih kecil. Bilang maaf. mi, minta maaf ya itik”. Analisa: Perlakuan Anwar mengatasi masalah ketika kedua cucunya memukul Itik peliharaanya hingga pincang. Kemudian dengan lemah lembut Anwar menasehati cucunya agar meminta maaf kepada Itik peliharaannya. Dalam scene ini, sudut pengambilan gambarnya menggunakan tekhnik Low Angle dengan komposisi Medium Shoot. Gambar diatas menunjukan bahwa posisi objek berada ditengah sehingga dengan jelas kita dapat melihat objek secara keseluruhan. Tak lama kemudian cucunya meminta maaf kepada Itik peliharaannya dengan mengelus Itik tersebut dengan kata-kata, “Minta maaf ya itik, Ami gak sengaja”. Senyum lebar terlihat dari raut wajah Anwar Congo sehabis memberikan perlajaran akan lemah lembut terhadap binatang peliharaan. Sikap Anwar merupakan nilai moral kasih
65
sayang terhadap binatang, dimana nilai kasih sayang bukan semata-mata hanya dengan manusia. Table 4.2 Scene 4.3.2 Pidato Yapto Soerjosoemarno Didepan Anggota Pemuda Pancasila Sign Gambar 4.2
66
00:24:00 Dialog 4.2 Yapto Soerjosoemarno : Pancasila! Pancasila! Pancasila! Semua kader Pemuda Pancasila di Sumatra ini, adalah pahlawan-pahlawan. Dari mulai memberantas komunisme. Adanya nanti lagi neokomunisme, adanya ekstrim kiri, adanya orang-orang yang ingin mengadakan suatu perpecahan atau disintegrasi bangsa, bukan hanya tugas tentara dan polisi. Kita! Pemuda Pancasila harus mengambil keputusan. Ini adalah suatu perbuatan yang membahayakan bangsa kita. Dan kita, harus bertindak. Dikatakan Pemuda Pancasila ini organisasi preman. Kalau Pemuda Pancasila organisasi preman. Saya! Lebih preman, dari pada orang yang ngomong itu! Object
Intepretant
Dari gambar ini terlihat Yapto Dalam Soerjosoemarno
Ketua
sebuah
umum mengatakan
Pemuda Pancasila, berdiri diatas Pancasila
ini
orasinya
Yapto
“Dikatakan
Pemuda
organisasi
preman.
sebuah mimbar dan memberikan Kalau Pemuda Pancasila organisasi pidato
politik
Kepada
ribuan preman. Saya! Lebih preman, dari
anggota Pemuda Pancasila yang pada orang yang ngomong itu!”
67
hadir disebuah lapangan terbuka.
Simbol dimana diatas sebuah mimbar Yapto
.
berpidato
ribuan
politik
kader-kader
didepan Pemuda
Pancasila.
Qualisign
Angle : Sudut pengambilan gambar diatas menggunakan tekhnik Medium Angle dengan komposisi rule of third agar objek terlihat lebih kuat dalam point of interest. Dan gambar yang dibuat “still” seakan memberikan perhatian penuh terhadap objek yang digambarkan.
Sinsign Terlihat di gambar bahwa sinsignnya adalah Yapto Soerjosoemarno berdiri diatas sebuah mimbar dengan mengepalkan tangan diudara. Legisign Dengan penuh semangat membara, Yapto Soerjosoemarno mengatakan “Kalau Pemuda Pancasila organisasi preman. Saya! Lebih preman, dari pada orang yang ngomong itu!” Analisa:
68
Sudut pengambilan gambar dalam scene ini menggunakan tekhnik Medium Angle dengan komposisi rule of third agar objek terlihat lebih kuat dalam point of interest. Gambar yang dibuat “still” seakan memberikan perhatian penuh terhadap objek yang digambarkan. Dalam scene ini Yapto Soerjosoemarno berdiri diatas sebuah mimbar dan memberikan pidato politik didepan ribuan anggota Pemuda Pancasila yang hadir disebuah lapangan terbuka. Dalam pidatonya Yapto meyakinkan setiap anggota Pemuda Pancasila adalah seorang pahlawan yang terlah berjuang menumpas komunisme. Kemudian diakhir pidatonya Yapto berkata dengan penuh semangat membara mengatakan “Kalau Pemuda Pancasila organisasi preman. Saya! Lebih preman, dari pada orang yang ngomong itu! Sikap Yapto memberikan penegasan bahwa bangsa ini dapat merdeka karena bantuan Pemuda Pancasila yang telah berjasa membantu tentara dan elite militer. Dalam Hal ini termasuk dari lahirnya moral sosial bahwa Pemuda Pancasila adalah organisasi yang turut berjasa membela bangsa dan negara dalam menumpas komunisme. Table 4.3 Scene 4.3.3 Anggota Pemuda Pancasila Melakukan Pemerasan Terhadap Pengusaha Tionghoa Sign Gambar 4.3
69
00:35:04 Dialog 4.3 Safit Pardede : “Aku tidak mau segitu tuh! Acik terus gitu nampaknya”. Herman Koto : “Orang bapak, udah kami anggap bapak pak Cik, Acik tambah aja udah kami
70
terima oke lah Cik. Karena ini bukan untuk siapa-siapa Cik ya!” Object
Intepretant
Dari gambar diatas pimpinan Pemuda Dari dialog diatas pimpinan Pemuda Pancasila Safit Pardede, Herman Pancasila Safit Pardede dan kawanKoto melakukan pemerasan terhadap kawan melakukan pemerasan terhadap Pengusaha kain.
pengusaha kain, dengan berkata “Aku tidak mau segitu tuh! Acik terus gitu nampaknya”. Ditambah dengan ucapan Herman Koto berkata, “Orang bapak, udah kami anggap bapak pak Cik, Acik tambah aja udah kami terima oke lah Cik. Karena ini bukan untuk siapa-siapa Cik
ya!”
Simbol
Pengusaha
kain
tersebut mengambil uang dalam laci dan dimasukkan kedalam amplop.
Qualisign
Angle : Sudut pengambilan gambar diatas menggunakan tekhnik Medium Angle dengan komposisi Medium Shoot, dalam gambar diatas menunjukan posisi
71
objek berada ditengah dan terlihat jelas objek sedang berinteraksi disebuah toko kain. Sinsign Terlihat di gambar bahwa sinsignnya adalah kedua tangan Safit Pardede diatas sebuah etalase dengan memegang sebuah amplop. Dan terlihat juga kepanikan pemilik toko ditandai memengang kepalanya. Legisign Safit Pardede berkata kepada pemilik toko kain tersebut berkata “Aku tidak mau segitu tuh! Acik terus gitu nampaknya”. Analisa: Sudut pengambilan gambar diatas menggunakan tekhnik Medium Angle dengan komposisi Medium Shoot, pengambilan gambar diatas menunjukan posisi objek berada ditengah dan terlihat jelas objek sedang berinteraksi disebuah toko kain untuk meminta uang kepada sang pemilik toko. Safit Pardede berkata, berkata “Aku tidak mau segitu tuh! Acik terus gitu nampaknya”. Ditambah dengan ucapan Herman Koto “Orang bapak, udah kami anggap bapak pak Cik, Acik tambah aja udah kami terima oke lah Cik. Karena ini bukan untuk siapa-siapa Cik ya!”. Bentuk premanisme seperti pemerasan adalah contoh moral yang tidak baik, karena hal tersebut sangat merugikan orang yang ditindasnya. Dengan alasan pengamanan. Jatah mingguan anggota Pemuda Pancasila adalah berkeliling pasar untuk meminta-minta uang
72
kepada pemilik toko. Hal ini adalah bentuk premanisme yang dilakukan Pemuda Pancasila untuk tetap hadir dikalangan masyarakat pada umumnya.
Table 4.4 Scene 4.3.4 Pidato Jusuf Kalla Didepan Anggota Pemuda Pancasila Sign Gambar 4.4
73
00:35:51 Dialog 4.4 Jusuf Kalla : Semangat. Yang ada dikalangan Pemuda Pancasila, yang banyak orang seperti katakan, mengatakan preman. Preman itu adalah artinya orang yang bekerja diluar. Bukan pemerintah. Berasal adalah Freeman. Karena itu
74
Freeman dibutuhkan bangsa ini untuk membangun bangsa ini. Kalau semua ingin bekerja dipemerintah penuhlah birokrasi, kapan sampainya bangsa ini ? Kita butuh preman yang melaksanakan jalan, artinya orang orang bebas! Orang swasta melaksanakan jalan. Kita butuh orang, preman yang berani mengambil resiko untuk berdagang. Pergunakan otot kita! Otot kita, bukan untuk berkelahi. Walaupun berkelahi bukan hal yang tidak perlu. Sekali lagi, Pancasila!! Pancasila!! Merdekaa!! Object
Intepretant
Wakil presiden republik Indonesia Wakil presiden republik Indonesia Jusuf politik
Kalla,
memberikan
didepan
Pemuda Pancasila.
ratusan
pidato Jusuf
Kalla,
anggota politiknya
memberikan
didepan
pidato
ratusan
dan
pimpinan Pemuda Pancasila. Dalam pidatonya
Jusuf
Kalla
berkata
“Freeman dibutuhkan bangsa ini untuk membangun bangsa ini. Kalau semua ingin bekerja dipemerintah penuhlah birokrasi, kapan sampainya bangsa ini ?” Ikon Riuh tepuk tangan meriah dari seluruh audiens yang hadir.
75
Qualisign
Angle : Sudut pengambilan gambar diatas menggunakan tekhnik Medium Angle dengan komposisi rule of third agar objek terlihat lebih kuat dalam point of interest.
Sinsign Terlihat di gambar bahwa sinsignnya adalah Jusuf Kalla berdiri diatas sebuah mimbar untuk berpidato dihadapan ratusan anggota Pemuda Pancasila. Legisign Dengan penuh semangat membara, Jusuf Kalla mengatakan “Karena itu Freeman dibutuhkan bangsa ini untuk membangun bangsa ini”. Analisa: Didepan ratusan anggota Pemuda Pancasila Jusuf Kalla memberikan pemahaman Arti preman yang sesungguhnya. Menurutnya Preman berasal dari bahasa Inggris yang berarti Freeman. Orang Bebas, orang swasta yang mampu bekerja diluar kepemerintahan. Dalam Pengambilan gambar saat Jusuf Kalla berpidato diatas sebuah mimbar. Pengunaan tekhnik Medium Angle dengan komposisi rule of third menghasilkan gambar yang baik, dan objek terlihat lebih kuat dalam point of interest. Dalam pidatonya yang singkat, Jusuf Kalla mengatakan “Karena itu Freeman dibutuhkan bangsa ini untuk membangun bangsa ini”. Sebuah opini wakil presiden Jusuf Kalla, bahwa bangsa ini dapat terbangun dari bantuan
76
para preman-preman yang membantu para tentara untuk membasmi komunis. Pandangan moral sosial yang terbangun dalam scene ini merupakan pidato Jusuf Kalla yang merekonstruksikan akan akan pengertian preman itu sendiri.
Table 4.5 Scene 4.3.5 Penggambaran Anwar Congo Seperti Dalam Film-film Gangster Amerika Sign Gambar 4.5
77
01:13:57 Dialog 4.5 Anwar Congo : Pada masa muda aku. Aku suka menonton film-film Amerika yang saya selalu meniru. Saya selalu mengikuti dengan cermat, teliti, seperti saya telah mengikuti dalam film. Dan saya selalu menonton film gangster, film kasar ya.
78
Dimana saya menonton, asik cara membunuh. Dan saya selalu meniru sistim pembunuhan itu dimana gangster selalu menggunakan dengan kawat. Object
Intepretant
Dari gambar diatas Anwar Congo Dari gambar diatas Anwar Congo sedang menunggang kuda seperti sedang
menunggang
kuda
seperti
Gangster yang ada dalam film-film Gangster yang ada dalam film-film Amerika
Amerika. Index Dari narasi gambar tersebut, Anwar berkata “Pada masa muda aku. Aku suka menonton film-film Amerika yang saya selalu meniru. Saya selalu mengikuti dengan cermat, teliti, seperti saya telah mengikuti dalam film. Dan saya selalu menonton film gangster, film kasar ya. Dimana saya menonton, asik cara membunuh. Dan saya selalu meniru sistim pembunuhan itu dimana gangster selalu menggunakan dengan kawat.
Qualisign
Angle :
79
Sudut pengambilan gambar diatas menggunakan tekhnik Medium Angle dengan tekhik Follow Shoot. Sehingga menghasilkan gambar yang bergerak dan menimbulkan efek yang dramatis. Sinsign Terlihat di gambar bahwa sinsignnya adalah Anwar Congo bersama temannya menunggangi kuda seperti dalam film-film gangster Amerika, lengkap dengan tali ,topi dan sepatu yang dipakai. Legisign Narasi dalam Scene tersebut adalah “Pada masa muda aku. Aku suka menonton filmfilm Amerika yang saya selalu meniru. Saya selalu mengikuti dengan cermat, teliti, seperti saya telah mengikuti dalam film. Dan saya selalu menonton film gangster, film kasar ya. Dimana saya menonton, asik cara membunuh. Dan saya selalu meniru sistim pembunuhan itu dimana gangster selalu menggunakan dengan kawat”. Analisa: Sudut pengambilan gambar pada scene diatas menggunakan tekhnik Medium Angle dengan tekhik Follow Shoot. Sehingga menghasilkan gambar yang bergerak dan menimbulkan efek yang dramatis. Seketika Anwar berada diatas pelana kuda bersama kawannya. Terdapat narasi “Pada masa muda aku. Aku suka menonton filmfilm Amerika yang saya selalu meniru. Saya selalu mengikuti dengan cermat, teliti, seperti saya telah mengikuti dalam film. Dan saya selalu menonton film gangster, film kasar ya. Dimana saya menonton, asik cara membunuh. Dan saya selalu meniru
80
sistim pembunuhan itu dimana gangster selalu menggunakan dengan kawat”. Pengaruh film-film Gangster Amerika sangat menginspirasi Anwar dalam membunuh korban-korbannya. Sebagai penjagal komunis, Anwar lebih senang menjerat korbankorbanya dengan kawat. Yaitu sebuah sistem yang lebih manusiawi, kurang sadis dan juga tidak menggunakan kekerasan. Akan tetapi, perbuatan Anwar merupakan moral yang tidak baik untuk dicontoh, karena sudah memutus hak untuk hidup seseorang. Table 4.6 Scene 4.3.6 Rekonstruksi Adegan Pemuda Pancasila Dalam Menumpas Komunisme Sign Gambar 4.6
81
01:58:27 Gambar 4.7
82
02:03:00 Object
Intepretant
Dari gambar 4.6 adalah proses Dari rekonstruksi
adegan
gambar
4.6
adalah
proses
Pemuda rekonstruksi adegan Pemuda Pancasila
Pancasila sedang menyeret paksa sedang menyeret paksa seseorang yang seseorang yang dituduh komunis.
dituduh komunis. Pada gambar 4.7
Pada gambar 4.7 adalah proses adalah proses rekonstruksi adegan yang rekonstruksi
adegan
yang menggambarkan
Pemuda
Pancasila
menggambarkan Pemuda Pancasila dalam membakar rumah-rumah para
83
dalam membakar rumah-rumah para anggota anggota komunis.
komunis.
Ikon
dimana
ditunjukan dengan gambar rumah yang terbakar.
Qualisign
Angle : Gambar 4.6 Sudut pengambilan gambar diatas menggunakan tekhnik Medium Angle dengan tekhik Follow Shoot. Sehingga menghasilkan gambar yang bergerak dan menimbulkan efek yang dramatis. Gambar 4.7 Sudut pengambilan gambar diatas menggunakan tekhnik Medium Angle dengan komposisi Long Shoot. Sehingga menghasilkan gambar dari keseluruhan objek.
Sinsign Terlihat di Gambar 4.6 bahwa sinsignnya adalah sejumlah anggota Pemuda Pancasila sedang menyeret seorang bapak yang dituduh komunis. Terlihat di Gambar 4.7 bahwa sinsignnya adalah rumah penduduk yang terbakar oleh api. Legisign
84
tidak ada tanda-tanda bahasa dalam scene ini Analisa: Dalam film Jagal The Act of Killing, kurang lebihnya 30% berisi proses rekonstruksi adegan-adegan para penjagal dalam merekonstruksikan setiap kejadian dimasa lampau. Melalui cara ini sutradara mencoba menggambarkan ulang setiap kejadian kepada audiens sehingga audiens dapat masuk kedalam lorong waktu, dari keseharian para preman. sampai pidato politik para pejabat-pejabat negara. Dalam proses penggambaran rekonstruksi setiap adegan diatas
menggunakan tekhnik
Medium Angle dengan tekhik Follow Shoot. Sehingga menghasilkan gambar yang bergerak dan menimbulkan efek yang dramatis.
Selain itu pengambilan juga
menggunakan tekhnik Medium Angle dengan komposisi Long Shoot. Sehingga menghasilkan gambar yang luas dari keseluruhan objek.
85
Table 4.7 Scene 4.3.7 Herman Koto Menasehati Anaknya Agar Selalu Ingat Kepada Tuhan Sign Gambar 4.8
86
01:24:36 Dialog 4.6 Herman Koto : “Febby harus ingat saja kepada Tuhan, doa-doakan ayah biarpun gimana ceritanya. Ya Febby lah yang mengganti generasi ayah. Febby harus berani, berkeinginan kek mana-kek mana, nantinya. Hidup ini harus berani Febby, harus berani menerima tantangan. Dan harus berani menghadapi kenyataan.” Object
Intepretant
Dari gambar diatas Herman Koto Dari dialog diatas Herman Koto berkata bersama anaknya
berbaring diatas kepada anaknya bawasannya “Febby
sebuah tempat tidur. Setelah Herman harus ingat saja kepada Tuhan”. “Ya kalah
dalam
pemilihan
umum, Febby lah yang mengganti generasi
Herman menasehati anaknya Febby ayah. Febby harus berani, berkeinginan agar selalu ingat kepada Tuhan.
kek mana-kek mana, nantinya”. “Hidup ini harus berani Febby, harus berani menerima tantangan. Dan harus berani menghadapi kenyataan.” Tanda diatas menunjukan Simbol, dimana Herman Koto berada diatas sebuah tempat tidur bersama anaknya.
87
Qualisign
Angle : Sudut pengambilan gambar diatas menggunakan tekhnik High Angle dengan komposisi Medium Shoot, penggambaran dengan metode High Angel menghasilkan gambar yang luas sehingga objek terlihat lebih detail.
Sinsign Terlihat di gambar bahwa sinsignnya adalah Herman Koto berada diatas sebuah tempat tidur bersama anaknya. Legisign Dengan nada pelan Herman Koto menasehati anaknya untuk selalu ingat kepada Tuhan dengan berkata, “Febby harus ingat saja kepada Tuhan, doa-doakan ayah biarpun gimana ceritanya. Ya Febby lah yang mengganti generasi ayah. Febby harus berani, berkeinginan kek mana-kek mana, nantinya. Hidup ini harus berani Febby, harus berani menerima tantangan. Dan harus berani menghadapi kenyataan”. Analisa: Sikap Herman dalam memotivasi anaknya agar selalu ingat kepada Tuhan, menunjukkan moral baik dalam menjalani kehidupan. Herman memotivasi anaknya dengan berkata, “Febby harus ingat saja kepada Tuhan, doa-doakan ayah biarpun gimana ceritanya. Ya Febby lah yang mengganti generasi ayah. Febby harus berani, berkeinginan kek mana-kek mana, nantinya. Hidup ini harus berani Febby, harus berani
menerima
tantangan.
Dan
harus
berani
menghadapi
kenyataan”.
88
Penggambaran dalam sebuah scene diatas menggunakan tekhnik High Angle dengan komposisi Medium Shoot, ditambah juga dengan tekhnik High Angel untuk menghasilkan gambar yang luas, sehingga objek terlihat lebih detail dan sempurna. Kemudian Herman memberikan nasihat bahwa hidup ini harus berani menerima tantangan. Karena putrinyalah yang nantinya akan menggantikan generasi Herman selanjutnya. Walaupun Herman Koto merupakan penjagal sekalipun, sikap Herman sebagai orang tua yang baik selalu mengingatkan putrinya agar selalu ingat kepada tuhan. 4.4
Pembahasan Penelitian dalam film berjudul Jagal, The Act of Killing memfokuskan pada
nilai Moral Sosial yang terkandung dalam film tersebut, baik secara audio maupun visual. Berdasarkan Penelitian ini dilakukan dengan semiotika Charles Sanders Peirce, dimana semiotika tersebut memiliki Sign, Object dan Interpretant. Merupakan sebuah teori yang mengupas tentang bagaimana makna yang dapat muncul dari sebuah tanda. Tanda atau sign adalah sesuatu yang dapat ditangkap panca indera manusia yang menjadi rujukan diluar tanda itu sendiri. Sedangkan, object atau obyek adalah konteks yang dirujuk oleh tanda, atau sebagai referensi dari tanda tersebut. Interpretant atau penafsiran adalah suatu pemikiran seseorang yang menggunakan tanda dan menterjemahkan tanda tersebut ke dalam sebuah makna.
89
Menjelaskan nilai Moral Sosial dalam film Jagal, The Act of Killing dapat digambarkan melalui serangkaian kegiatan yang dimunculkan dalam film. Nilai Moral Sosial dalam film Jagal The Act of Killing ditunjukan dengan audio atau dialog yang mencerminkan sikap Moral tertuang pada Tabel 4.1, Scene 4.3.1. Perlakuan Anwar mengatasi masalah ketika kedua cucunya memukul Itik peliharaanya hingga pincang. Kemudian dengan lemah lembut Anwar menasehati cucunya agar meminta maaf kepada Itik peliharaannya. Dalam scene ini, sudut pengambilan gambarnya menggunakan tekhnik Low Angle dengan komposisi Medium Shoot. Gambar diatas menunjukan bahwa posisi objek berada ditengah sehingga dengan jelas kita dapat melihat objek secara keseluruhan. Tak lama kemudian cucunya meminta maaf kepada Itik peliharaannya dengan mengelus Itik tersebut dengan kata-kata, “Minta maaf ya itik, Ami gak sengaja”. Senyum lebar terlihat dari raut wajah Anwar Congo sehabis memberikan perlajaran akan lemah lembut terhadap binatang peliharaan. Sikap Anwar merupakan nilai moral kasih sayang terhadap binatang, dimana nilai kasih sayang bukan semata-mata hanya dengan manusia. Ikon Dimana Ami cucu Anwar Congo, meminta maaf kepada itik peliharaannya, dengan kata-kata “Minta maaf ya itik, Ami gak sengaja” Pada Tabel 4.2, Scene 4.3.2 Sudut pengambilan gambar dalam scene ini menggunakan tekhnik Medium Angle dengan komposisi rule of third agar objek terlihat lebih kuat dalam point of interest. Gambar yang dibuat “still” seakan memberikan perhatian penuh terhadap objek yang digambarkan. Dalam scene ini
90
Yapto Soerjosoemarno berdiri diatas sebuah mimbar dan memberikan pidato politik didepan ribuan anggota Pemuda Pancasila yang hadir disebuah lapangan terbuka. Dalam pidatonya Yapto meyakinkan setiap anggota Pemuda Pancasila adalah seorang pahlawan yang terlah berjuang menumpas komunisme. Kemudian diakhir pidatonya Yapto berkata dengan penuh semangat membara mengatakan “Kalau Pemuda Pancasila organisasi preman. Saya! Lebih preman, dari pada orang yang ngomong itu! Sikap Yapto memberikan penegasan bahwa bangsa ini dapat merdeka karena bantuan Pemuda Pancasila yang telah berjasa membantu tentara dan elite militer. Dalam Hal ini termasuk dari lahirnya moral sosial bahwa Pemuda Pancasila adalah organisasi yang turut berjasa membela bangsa dan negara dalam menumpas komunisme. Simbol dimana diatas sebuah mimbar Yapto berpidato politik didepan ribuan kader-kader Pemuda Pancasila. Pada Table 4,3, Scene 4.3.3 Sudut pengambilan gambar diatas menggunakan tekhnik Medium Angle dengan komposisi Medium Shoot, pengambilan gambar diatas menunjukan posisi objek berada ditengah dan terlihat jelas objek sedang berinteraksi disebuah toko kain untuk meminta uang kepada sang pemilik toko. Safit Pardede berkata, berkata “Aku tidak mau segitu tuh! Acik terus gitu nampaknya”. Ditambah dengan ucapan Herman Koto “Orang bapak, udah kami anggap bapak pak Cik, Acik tambah aja udah kami terima oke lah Cik. Karena ini bukan untuk siapasiapa Cik ya!”. Bentuk premanisme seperti pemerasan adalah contoh moral yang tidak baik, karena hal tersebut sangat merugikan orang yang ditindasnya. Dengan
91
alasan pengamanan. Jatah mingguan anggota Pemuda Pancasila adalah berkeliling pasar untuk meminta-minta uang kepada pemilik toko. Hal ini adalah bentuk premanisme yang dilakukan Pemuda Pancasila untuk tetap hadir dikalangan masyarakat pada umumnya. Simbol Pengusaha kain tersebut mengambil uang dalam laci dan dimasukkan kedalam amplop. Pada Tabel 4.4, Scene 4.3.4 Didepan ratusan anggota Pemuda Pancasila Jusuf Kalla memberikan pemahaman Arti preman yang sesungguhnya. Menurutnya Preman berasal dari bahasa Inggris yang berarti Freeman. Orang Bebas, orang swasta yang mampu bekerja diluar kepemerintahan. Dalam Pengambilan gambar saat Jusuf Kalla berpidato diatas sebuah mimbar. Pengunaan tekhnik Medium Angle dengan komposisi rule of third menghasilkan gambar yang baik, dan objek terlihat lebih kuat dalam point of interest. Dalam pidatonya yang singkat, Jusuf Kalla mengatakan “Karena itu Freeman dibutuhkan bangsa ini untuk membangun bangsa ini”. Sebuah opini wakil presiden Jusuf Kalla, bahwa bangsa ini dapat terbangun dari bantuan para preman-preman yang membantu para tentara untuk membasmi komunis. Pandangan moral sosial yang terbangun dalam scene ini merupakan pidato Jusuf Kalla yang merekonstruksikan akan akan pengertian preman itu sendiri. Ikon Riuh tepuk tangan meriah dari seluruh audiens yang hadir. Pada Tabel 4.5, Scene 4.3.5 Sudut pengambilan gambar pada scene diatas menggunakan tekhnik Medium Angle dengan tekhik Follow Shoot. Sehingga menghasilkan gambar yang bergerak dan menimbulkan efek yang dramatis. Seketika
92
Anwar berada diatas pelana kuda bersama kawannya. Terdapat narasi “Pada masa muda aku. Aku suka menonton film-film Amerika yang saya selalu meniru. Saya selalu mengikuti dengan cermat, teliti, seperti saya telah mengikuti dalam film. Dan saya selalu menonton film gangster, film kasar ya. Dimana saya menonton, asik cara membunuh. Dan saya selalu meniru sistim pembunuhan itu dimana gangster selalu menggunakan dengan kawat”. Pengaruh film-film Gangster Amerika sangat menginspirasi Anwar dalam membunuh korban-korbannya. Sebagai penjagal komunis, Anwar lebih senang menjerat korban-korbanya dengan kawat. Yaitu sebuah sistem yang lebih manusiawi, kurang sadis dan juga tidak menggunakan kekerasan. Akan tetapi, perbuatan Anwar merupakan moral yang tidak baik untuk dicontoh, karena sudah memutus hak untuk hidup seseorang. Index Dari narasi gambar tersebut, Anwar berkata “Pada masa muda aku. Aku suka menonton film-film Amerika. Dan saya selalu meniru sistim pembunuhan itu dimana gangster selalu menggunakan dengan kawat”. Pada Tabel 4.7, Scene 4.3.7 Sikap Herman dalam memotivasi anaknya agar selalu ingat kepada Tuhan, menunjukkan moral baik dalam menjalani kehidupan. Herman memotivasi anaknya dengan berkata, “Febby harus ingat saja kepada Tuhan, doa-doakan ayah biarpun gimana ceritanya. Ya Febby lah yang mengganti generasi ayah. Febby harus berani, berkeinginan kek mana-kek mana, nantinya. Hidup ini harus berani Febby, harus berani menerima tantangan. Dan harus berani menghadapi kenyataan”. Penggambaran dalam sebuah scene diatas menggunakan tekhnik High Angle dengan komposisi Medium Shoot, ditambah juga dengan tekhnik High Angel
93
untuk menghasilkan gambar yang luas, sehingga objek terlihat lebih detail dan sempurna. Kemudian Herman memberikan nasihat bahwa hidup ini harus berani menerima tantangan. Karena putrinyalah yang nantinya akan menggantikan generasi Herman selanjutnya. Walaupun Herman Koto merupakan penjagal sekalipun, sikap Herman sebagai orang tua yang baik selalu mengingatkan putrinya agar selalu ingat kepada tuhan. Simbol, dimana Herman Koto berada diatas sebuah tempat tidur bersama anaknya. Selain Pesan Moral Sosial secara audio atau dialog, terdapat juga nilai Moral dengan visual atau gambar yang tercermin pada potongan-potongan gambar atau adegan-adegan menunjukan nilai Moral dalam film Jagal, The Act of Killing. Nilai Moral secara visual atau gambar yang menunjukan tindakan dari Moral tertuang pada Tabel 4.6, Scene 4.3.6 Dalam film Jagal The Act of Killing, kurang lebihnya 30% berisi proses rekonstruksi adegan-adegan para penjagal dalam merekonstruksikan setiap kejadian dimasa lampau. Melalui cara ini sutradara mencoba menggambarkan ulang setiap kejadian kepada audiens sehingga audiens dapat masuk kedalam lorong waktu, dari keseharian para preman. sampai pidato politik para pejabat-pejabat negara. Dalam proses penggambaran rekonstruksi setiap adegan diatas menggunakan tekhnik Medium Angle dengan tekhik Follow Shoot. Sehingga menghasilkan gambar yang bergerak dan menimbulkan efek yang dramatis. Selain itu pengambilan juga menggunakan tekhnik Medium Angle dengan komposisi
93
Long Shoot. Sehingga menghasilkan gambar yang luas dari keseluruhan objek. Ikon dimana ditunjukan dengan gambar rumah yang terbakar.