BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum dan Deskriptif Dalam bab ini akan dijelaskan hal-hal yang berkaitan dengan data-data
yang berhasil diokumpulkan, hasil pengolahan data dan pembahasan dari hasil pengolahan tersebut. 4.1.1
Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1.1 Sejarah RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang Sejarah
perkembangan
Rumah
Sakit
Jiwa
Daerah
dr.
Amino
Gondohutomo cukup panjang. Rumah sakit jiwa ini pertama kali berdiri pada tahun 1814 di Jl. Sompok Semarang, sebagai tempat penampungan bagi pasien psikotik akut (Doorgangshuizen). Tahun 1912 Doorgangshuizen Sompok dipindah ke gedung Kleedingmagazjin, sebuah gedung tua yang dibangun kurang lebih pada tahun1878 di Jl. Cendrawasih, Tawang dengan nama Doorgangshuizen Tawang. Kemudian pada tanggal 21 Januari 1928 Doorgangshuizen Tawang berubah
status
menjadi
Rumah
Sakit
Jiwa
Pusat
Semarang
(Kranzinnigenggestichten). Menerima perawatan pasien-pasien psikotik mulai tanggal 2 Februari 1928. Tanggal tersebut kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Rumah Sakit Jiwa Pusat Semarang. Pada tanggal 4 Oktober 1986 seluruh kegiatan Rumah Sakit Jiwa Pusat Semarang dipindahkan ke gedung baru di Jl. Brigjen Sudiarto No. 347 Semarang. Tanggal 9 Oktober 2001 Rumah Sakit Jiwa Pusat Semarang berubah nama menjadi Rumah Sakit Jiwa Pusat dr. Amino
60
61
Gondohutomo Semarang. dr. Amino Gondohutomo 60 adalah nama psikiater pertama di Indonesia kelahiran Surakarta, Jawa Tengah. Tanggal 1 Januari 2002 Rumah Sakit Jiwa Pusat dr. Amino Gondohutomo Semarang berubah menjadi Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Semarang Provinsi Jawa Tengah sesuai dengan SK Gubernur No 440/09/2002, Pebruari 2002. Sesuai dengan kedudukannya mempunyai dasar hukum: 1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintah Daerah. 2) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2005, tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. 3) Peraturan pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah. 4) SK.
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor:
303/MENKES/SK/IV/1994, tentang Rumah Sakit Jiwa Kelas A, di lingkungan Departemen Kesehatan RI. 5) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 6 Tahun 2006 tentang Pembentukan, Kedudukan, tugas pokok, fungsi dan susunan organisasi Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Jawa Tengah. 6) SK. Gubernur Jawa Tengah No. 37 Tahun 2006, tentang penjabaran tugas pokok dan fungsi serta kerja Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Semarang dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah.
62
Direktur-direktur yang pernah menjabat di Rumah Sakit Jiwa dr. Daerah Amino Gondohutomo: 1) dr. RMKH Pranowo pada tahun 1970 – 1984 2) dr. H. Achmad Hardiman, SpKJ, MARS pada tahun 1984 – 1996 3) dr. H. Nanang A. Parwoto, SpKJ, MARS pada tahun 1996 – 2003 4) dr. H. Izzudin Sa’dullah, SpKJ, Mkes pada bulan Mei 2003 – Juni 2008 5) dr. Hj. Isi Mularsih, MARS pada tanggal 1 Juli 2008 – 30 Juni 2009 6) dr. Hj. Trilastiti Widowati, SpRM, Mkes pada tanggal 1 Juli 2009 – 30 September 2009 7) dr. Hj. Sri Widyayati, SpPK, Mkes (ARS) pada tanggal 1 Oktober 2009 – sekarang. 4.1.1.2 Letak Geografis Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Semarang terletak pada ruas jalan utama merupakan rangkaian jalur tengah yang meghubungkan kota Semarang dengan kota Purwodadi, atau tepatnya pada Jalan Brigjen Sudiarto No. 347 Semarang. Pada pusat kota Semarang dan Pusat Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah sangat menguntungkan dan strategis karena peran RSJD dr. Amino Gondohutomo sebagai rumah sakit khusus jiwa kelas A yang merupakan pusat rujukan pelayanan kesehatan jiwa bagi masyarakat Jawa Tengah. Posisi tersebut memiliki aksesibilitas yang sangat strategis dan mudah dijangkau dari seluruh wilayah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah dengan berbagai transportasi yang tersedia. Dengan jumlah penduduk Jawa Tengah yang mencapai + 33 juta jiwa, maka keberadaan RSJD dr. Amino Godohutomo beserta 3 rumah sakit jiwa lainnya yang berada di Jawa Tengah di antaranya Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
63
Soeroyo Magelang, Rumah Sakit Jiwa Klaten dan Rumah Sakit Jiwa Surakarta mempunyai peranan yang sangat besar dalam upaya pemberian pelayanan kesehatan jiwa secara terpadu dan menyeluruh. 4.1.1.3 Falsafah, Visi, Misi, Motto dan Budaya Kerja Komitmen Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Semarang memiliki falsafah, visi dan misi sebagai berikut: a. Falsafah 1) Pelayanan terbaik adalah budaya kami 2) Kepuasan pelanggan adalah tujuan utama 3) Bekerja adalah ibadah dan menjaga amanah b. Visi Menjadi Rumah Sakit Jiwa pusat pelayanan dan pendidikan kesehatan jiwa kebanggaan Jawa Tengah c. Misi 1) Mengembangkan pelayanan kesehatan jiwa secara menyeluruh unuk mewujudkan pelayanan prima yang didukung oleh sumber daya manusia yang professional dan handal 2) Meningkatkan sarana, prasarana dan teknologi untuk mendukung pelayanan prima di seluruh jajaran rumah sakit. 3) Mengembangkan pendidikan, pelatihan dan penelitian di bidang medik psikiatrik, keperawatan, penunjang dan administrasi rumah sakit untuk perbaikan mutu pelayanan yang berkelanjutan. 4) Mengembangkan kapasitas dan profesionalisme sumber daya manusia untuk mendukung pelayanan prima.
64
5) Mengembangkan Learning
Organization
dan
meningkatkan
kesejahteraan pegawai 6) Meningkatkan peran serta masyarakat di bidang kesehatan jiwa melalui penyuluhan dan pendidikan utuk memperbaiki kualitas hidup. d. Motto Aman, Professional, Inovatif, dan Kebersamaan e. Budaya Kerja 1) Professional 2) Akurat, sesuai standar pelayanan 3) Tepat dan cepat dalam memberikan pelayanan 4) Ramah terhadap pelanggan 5) Indah dan rapi baik pribadi maupun lingkungan kerja 6) Obyektif dalam memberikan pelayanan 7) Tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban 8) Ikhlas 9) Komunikatif 4.1.1.4 Sarana dan Fasilitas Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo ini memiliki luas lahan: 60.000 m2. Sarana dan fasilitas yang ada di rumah sakit jiwa ini daiantaranya yaitu: a) Terdapat satu buah masjid yang dilengkapi dengan alat ibadah dan kegiatan bagi pegawai, mahasiswa, maupun pasien sakit jiwa.
65
b) Instalasi Rehabiitasi yang dilengkapi dengan perlengkapan untuk melatih ketrampilan pasien sakit jiwa, disediakan perpustakaan sebagai terapi baca yang berisi tentang buku keagamaan dan pengetahuan umum serta digunakan sebagai tempat pelatihan dan bimbingan agama. Fasilitas yang ada di instalasi rehabilitasi selain bimbingan agama diantaranya:
Day Care
Kegiatan menyulam, kristik, manik-manik
Kegiatan pertukangan
Kegiatan pertamanan/kebun
Kegiatan kerajinan kayu/triplek
Kegiatan lukis
Kegiatan kerajinan plastik, rafia, tali
Kegiatan kesenian
Kegiatan terapi rekreasi/rekreasi rehabilitan4
c) Bangunan fisik rumah sakit jiwa daerah ini meliputi:
1 gedung administrasi
1 gedung auditorium
4 gedung pelayanan
13 gedung perawatan
1 gedung rehabilitasi
1 gedung diklat
3 gedung penunjang
1 gedung asrama
1 rumah dinas
66
2 mess
3 lapangan tenis
1 kamar jenazah5
d) Fasilitas pelayanan yang ada di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo ini di antaranya adalah:
Instalasi Gawat Darurat Jiwa dan Umum 24 Jam Instalasi Gawat Darurat (IGD) ditangani oleh psikiater, dokter dan perawat yang handal. Selain itu ditunjang pula oleh fasilitas dan peralatan yang lengkap, laboratorium, radiologi, ruang observasi dan mobil ambulan.
Instalasi Rawat Jalan Instalasi Rawat Jalan terdiri dari: Poliklinik Spesialis Jiwa, meliputi: klinik anak dan remaja, klinik dewasa, klinik psikogeriatri, klinik napza, klinik psikoterapi, dan pelayanan KESWAMAS (Kesehatan Jiwa Masyarakat) Klinik Spesialis Saraf Klinik Gigi Klinik Psikologi, melayani pemeriksaan dan pengkuran: -
IQ (kecerdasan)
-
EQ (kecerdasan emosi)
-
Kemampuan Khusus/Bakat
-
Jurusan Pendidikan
-
Seleksi Pekerjaan
67
-
Pengembangan SDM
Electro Convulsive Therapy (ECT) dengan anaesthesi Klinik Fisioterapi, dilengkapi dengan alat mutakhir menunjang keakuratan pemeriksaan. Rehabilitasi Medik dan Mental Klinik/Konsultasi Gizi Memberi konsultasi gizi pada pasien dengan kasus obesitas/kegemukan, diabetes mellitus, hipertensi dan jantung. e) Setelah fasilitas pelayanan, ada pula pelayanan penunjang yang ada di Rumah Sakit Jiwa dr. Amino Gondohutomo, yaitu:
Brainmapping
Elektro Encefalografi (EEG)
Epilepsi Monitoring
Elektro Kardiografi (EKG)
Densitometri
Neurokognitif
Stress Analyzer
Personality Test/Mental Capacity
Farmasi Melayani resep dari dalam maupun luar rumah sakit. Melayani obat generik dan non generik antara lain: obat anti cemas, obat anti depresan, obat anti epilepsi, obat anti insomnia, obat anti psikosis, obat neutropik, obat umum, alat kesehatan, dan lain-lain.
68
Instalasi Laundry
Instalasi Gizi
Instalasi Pengolahan Limbah6
f) Fasilitas rawat inap di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo diantaranya: 1) Ruang VIP A
1 bed (kamar lebih luas, interior mewah)
Bed set cabinet
Sofa santai
Kamar mandi dalam
TV bersama
Dokter pilihan spesialis
AC
2) Ruang VIP B
1 atau 2 bed
Bed set cabinet
Sofa tunggu
Kamar mandi dalam
TV bersama
Dokter pilihan spesialis
AC
3) Ruang Kelas I
3 bed
Kamar mandi dalam
69
TV dan tape recorder bersama
Kipas angin
4) Ruang Kelas II
4 bed
Kamar mandi luar
TV dan tape recorder bersama
Kipas angin
5) Ruang Kelas III
7 – 10 bed
Kamar mandi luar
TV dan tape recorder bersama
Kipas angin7
g) Kegiatan Perawatan di Rumah Sakit
Jiwa
Daerah dr.
Amino
Gondohutomo Kegiatan perawatan pasien yang dilaksanakan di RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang adalah Model Praktek Keperawatan Professional (MPKP). Manajemen asuhan keperawatan ditunjang: 1) Terapi aktivitas kelompok 2) Terapi bermain 3) Terapi musik 4) Terapi gerak 5) Terapi Okupasi/kerja 6) Relaksasi 7) Family Gathering
70
8) Terapi rekreasi pasien 9) Pendidikan kesehatan h) Rendiklitbang di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo di antaranya adalah: 1) Tempat pendidikan dan magang unuk profesi kedokteran, psikologi, keperawatan, kesehatan, dan pendidikan lainnya. 2) Tempat penelitian bagi profesi kedokteran, psikologi, keperawatan, kesehatan dan pendidikan lainnya. 3) Mengadakan kerjasama dengan berbagai instansi maupun institusi pendidikan/pelayanan 4) Perencanaan dan pengembangan, monitoring dan evaluasi Rumah Sakit. Adapun fasilitas diklat diantaranya: -
Tersedia berbagai ruang kelas
-
AC
-
Multimedia (komputer, LCD, OHP)
-
Internet/Hoot Spot area
-
Internet
-
Perpustakaan
-
Laboratorium pendidikan
-
Pembimbing yang professional
71
4.1.1.5 Struktur Organisasi
Rumah
Sakit
Jiwa Daerah
dr.
Amino
Gondohuomo Semarang Struktur organisasi Rumah Sakit Jiwa dr. Amino Gondohutomo Semarang disusun berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2006, tentang pembentukan kedudukan, tugas pokok, fungsi dan susunan organisasi Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jawa Tengah. Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Semarang berdasarkan SOTTK, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan menurut Peraturan Gubernur JawaTengah Nomor 37 Tahun 2006, tentang penjabaran tugas pokok dan fungsi serta tata kerja Rumah Sakit Jiwa dr. Amino Gondohutomo Semarang dan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Provinsi Jawa Tengah, telah dilantik pejabat-pejabat struktural dengan kedudukannya. Struktur yang ada di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo adalah:
1
STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH DIREKTUR Dr. Sri Widyayati, Sp.PK, M. Kes KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL - KOMITE MEDIK - KOMITE KEPERAWATAN
BIDANG PELAYANAN MEDIS Dr. Erlina Rumanti, M.Kes
BIDANG KEPERAWATAN Ratna Dewi, S.Kep, Ns, M.M.
SEKSI PELAYANAN RAWAT INAP DAN RUJUKAN Dr. Nufaisah, Sp.An.
SEKSI KEPERAWATAN RAWAT INAP DAN RUJUKAN Rudi Widiyanto, S.Kep, MH.Kes.
SEKSI PELAYANAN RAWAT JALAN, REHABILITASI DAN KESEHATAN JIWA MASYARAKAT Dr.Widya Ariani
SEKSI KEPERAWAT-AN RAWAT JALAN, REHABILITASI DAN KESEHATAN JIWA MASYARAKAT Komariyatun,S.Kep,M,Kes
INSTALASI GAWAT DARURAT INSTALASI RAWAT JALAN INSTALASI REHABILITASI MEDIS INSTALASI REHABILITASI PSIKIATRI INSTALASI REKAM MEDIS
1. INSTALASI RAWAT INAP 2. Pemulasaraan Jenasah 3. INSTALASI ECT
WADIR ADMINSTRASI Dra. Sri Mulyani, M. Kes
BIDANG PENUNJANG MEDIS Drs. Sunardi
SEKSI PENUNJANG DIAGNOSTIK Iskarno, SH, MH SEKSI PENUNJANG NON DIAGNOSTIK Sasongko PS, SKM.
BAGIAN PERENCANAAN, PENDIDIKAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Drs. Sugeng, MM, M.Si SUBBAGIAN PERENCANAAN, MONITORING DAN EVALUASI Eko Mulyadi, SPd, MM. SUBBAGIAN PENDIDIKAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Andhi Kristiono, SH, MSi.
1. INSTALASI FARMASI 2. INSTALASI RADIOLOGI 3. INSTALASI LABORATORIU M 1. INSTALASI GIZI 2. INSTALASI SANITASI & LIMBAH 3. INSTALASI LAUNDRY & STERILISASI
TIM TIM TIM TIM TIM
ETIK MUTU PKRS PPI K3
BAGIAN KEUANGAN R. Soeprijono W, DCN, M.Kes.
BAGIAN UMUM Woro Boedi Sayekti, S.Sos, MSi.
SUBBAGIAN AKUNTANSI Dra. Anggraeni Eka P.
SUBBAGIAN KEPEGAWAIAN, TATA USAHA DAN HUKUM Suharwito, SH, MM.
SUBBAGIAN PERBENDAHARAA N DAN VERIFIKASI Dono Utomo, S.Kom, M. Kes.
SUBBAGIAN RUMAH TANGGA DAN UMUM Eko Maryanto, S.Kom, M.Kom 1. 2. 3.
INSTALASI PDE INSTALASI HUMAS IPSRS
72
1. 2. 3. 4. 5.
WADIR PELAYANAN MEDIS Dr. Retno Dewi Suselo, MM.
-
73
Tugas dan Fungsi : 1.
Direktur RSJD Dr. Amino Gondohutomo
Mempunyai tugas memimpin pelaksanaan tugas dalam rangka menyelenggarakan pelayanan rumah sakit, khususnya usaha pelayanan kesehatan jiwa dengan upaya penyembuhan,
peningkatan,
pencegahan,
pelayanan
rujukan,
dan
menyelenggarakan diklat tenaga kesehatan. Tanggung Jawab : -
Merumuskan kebijakan teknis di bidang pelayanan rumah sakit.
-
Pelayanan Penunjang dalam menyelanggarakan pemerintahan daerah di bidang pelayanan rumah sakit.
-
Penyusunan rencana dan program, monitoring, evaluasi dan pelaporan di bidang pelayanan rumah sakit.
-
Pelayanan medis khususnya kesehatan jiwa.
-
Pelayanan penunjang medis dan non medis.
-
Pelayanan dan asuhan keperawatan.
-
Pelayanan rujukan.
-
Pendidikan dan palatihan tenaga kesehatan khususnya kesehatan jiwa.
-
Penelitian dan pengembangan serta pengabdian masyarakat.
-
Pengelolaan urusan kepergawaian, keuangan, hokum, hubungan masyarakat, organisasi dan taa laksana, rumah tangga, perlengkapan dan umum.
2. Wakil Direktur bidang pelayanan Medis Eselon III/a
74
Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas di bidang pelayanan medis, bidang perawatan, dan pembinaan professional tenaga fungsional rumah sakit jiwa. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas. 3. Wakil Direktur Bidang Administrasi Eselon III/a Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas di sekretariat. Bidang perencanaan, pendidikan, penelitian dan Bidang Penunjang Medis serta pembinaan pegawai dan pengawasan. Bagian Sekretariat : Dalam Bagian Sekretariat yang dibawahi oleh Direktur, Wadir Pelayanan Medik, dan Wadir Administrasi mempunyai tugas pokok dan tanggung jawab antara lain sebagai berikut : Tugas Pokok : - Menyediakan bahan rencana dan program kerja. - Pelaksanaan dan Pelayanan Ketata Usahaan dan Protokol - Organisasi dan Tata Laksana Kepegawaian, Humas, Hukum, Pemasaran, Rumah Tangga, Perlengkapan, Keuangan Rumah Sakit, Keamanan
dan
Ketertiban,
Fasilitasi
dan
Koordinasi
serta
Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan. Tanggung Jawab : - Penyiapan
dan
pelaksanaan
perencanaan,
pengorganisasian,
pengawasan, fasilitasi dan koordinasi serta evaluasi di bidang : a. Ketata Usahaan dan Protokol b. Organisasi dan Tata Laksana
75
c. Kepegawaian dan Hukum d. Pengelolaan Keuangan e. Kerumah Tanggaan dan Umum - Melakukan penilaian DP3 dan menegakkan disiplin pegawai dibawahnya. 4. Bidang Pelayanan Medis Pada bagian ini mempunyai tugas pokok dan tanggung jawab sebagai berikut Tugas Pokok : - Menyediakan bahan rencana dan program kerja di bidang pelayanan medis - Pelaksanaan, Pelayanan administrasi dan Teknis bidang pelayanan medis - Memfasilitasi dan koordinasi, pemantauan, evaluasi serta pelaporan bidang mutu pelayanan medis Tanggung Jawab : - Penyiapan dan pelaksanaan perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, fasilitasi dan koordinasi serta evaluasi pelaporan di bidang : a. Pelayanan medis umum dan elektromedik b. Pelayanan medis spesialis dan pelayanan medis rujukan c. Pelayanan kesehatan jiwa masyarakat dan rehabilitasi d. Peningkatan cakupan pelayanan e. Pemberdayaan sumber daya pelayanan f. Pengembangan dan peningkatan mutu pelayanan
76
-
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan langsung dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas.
5. Bid Keperawatan Pada bagian ini mempunyai tugas pokok dan tanggung jawab sebagai berikut : Tugas Pokok : -
Menyediakan bahan rencana dan program kerja bidang pelayanan media spesialis dan rujukan
-
Pelaksanaan, Pelayanan administrasi dan teknis bidang pelayanan medis spesialis dan rujukan
-
Menyediakan bahan rencana dan program kerja bidang pelayanan kesehatan jiwa masyarakat dan Rehabilitasi
-
Pelaksanaan, Pelayanan administrasi dan teknis bidang pelayanan kesehatan jiwa masyarakat dan rehabilitasi
-
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan langsung dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas
Tanggung Jawab : -
Pemantapan sistem dan prosedur pelayanan medis spesialis dan rujukan sesuai standar
-
Pengendalian proses pelayanan medis spesialis dan rujukan pada pelayanan kesehatan jiwa dewasa dan lanjut usia
-
Pelayanan kesehatan jiwa anak dan remaja
-
Pelaksanaan
peningkatan
pelayanan
medis
masyarakat dan rehabilitasi dalam arngka kegiatan :
kesehatan
jiwa
77
a. Pemantapan sistem dan prosedur pelayanan medis kesehatan jiwa masyarakat dan rehabilitasi sesuai standar b. Pengendalian proses pelayanan medis kesehatan jiwa masyarakat dan rehabilitasi pada pelayanan kesehatan jiwa masyarakat c. Pelayanan rehabilitasi dan pelayanan psikologi d. Pemantauan, Evaluasi dan pelaporan bidang pelayanan medis kesehatan jiwa masyarakat dan rehabilitas 6. Bidang Penunjang Medis Pada bagian ini mempunyai tugas pokok dan tanggung jawab sebagai berikut : Tugas Pokok : -
Menyediakan bahan rencana dan program kerja di bidang pelayanan medis
-
Pelaksanaan, Pelayanan administrasi dan Teknis bidang pelayanan medis
-
Memfasilitasi dan koordinasi, pemantauan, evaluasi serta pelaporan bidang mutu pelayanan medis
Tanggung Jawab : -
Penyiapan
dan
pelaksanaan
perencanaan,
pengorganisasian,
pengawasan, fasilitasi dan koordinasi serta evaluasi pelaporan di bidang : a. Pelayanan medis umum dan elektromedik b. Pelayanan medis spesialis dan pelayanan medis rujukan c. Pelayanan kesehatan jiwa masyarakat dan rehabilitasi d. Peningkatan cakupan pelayanan
78
e. Pemberdayaan sumber daya pelayanan f. Pengembangan dan peningkatan mutu pelayanan -
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan langsung dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas.
7. Bidang Perencanaan, Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan Pada bagian ini mempunyai tugas pokok dan tanggung jawab sebagai berikut : Tugas Pokok : -
Menyiapkan bahan rencana dan program kerja bidang pendidikan dan kerjasama
-
Pelaksanaan, Pelayanan Adiministrasi dan Teknis bidang pendidikan
-
Memfasilitasi dan koordinasi bidang pendidikan dan penelitian
-
Pemantauan dan evaluasi serta pelaporan bidang perencanaan, pendidikan dan penelitian
-
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan langsung dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas
Tanggung Jawab : -
Melaksanakan kegiatan Perencanaan, Pendidikan dan Penilian meliputi : Penyiapan dan pelaksanaan, pengorganisasian, pengawasan, fasilitasi dan koordinasi serta evaluasi dan pelaporan bidang : a. Penyusunan rencana dan program RSJD b. Monitoring dan Evaluasi serta pelaporan RSJD
79
c. Fasilitasi pendidikan di bidang kesehatan dan perumahsakitan d. Pelatihan profesi kesehatan dan perumahsakitan e. Penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan dan perumahsakitan f. Pelaksanaan dan pelayanan rekam medis 8. Bagian Keuangan Pada bagian ini yang dipimpin oleh bagian Sekretariat mempunyai tugas pokok dan tanggung jawab sebagai berikut : Tugas Pokok : -
Menyediakan bahan rencana dan program kerja
-
Pelaksanaan dan Pelayanan administrasi keuangan
-
Pengelolaan keuangan Rumah Sakit Jiwa Daerah
-
Penyusunan Anggaran
-
Pengelolaan Perbendaharaan
-
Ferifikasi, Akuntansi dan Mobilisasi dana
-
Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Keuangan
-
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan langsung dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas
Tanggung Jawab : -
Pemantauan, evaluasi dan penyusunan pelaporan bidang keuangan
-
Pemantauan pelaksanaan penerimaan uang, pencatatan dan penyetoran pendapatan uang rumah sakit
80
-
Melakukan penilaian DP3 dan menegakkan disiplin pegawai dibawahnya
9.
Bagian Umum
Pada bagian ini yang dipimpin oleh Bagian Sekretariat mempunyai tugas pokok dan tanggung jawab sebagai berikut : Tugas Pokok : -
Menyediakan bahan rencana dan program kerja
-
Pelaksanaan dan Pelayanan administrasi kepegawaian
-
Pengorganisasian dan ketata laksanaan rumah sakit
-
Pelaksanaan kajian produk hukum rumah sakit
-
Kajian aspek hukum kerja sama dengan pihak ketiga
-
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atas langsung dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas.
-
Melakukan penilaian DP3 dan menegakkan disiplin pegawai dibawahnya.
-
Menyediakan bahan rencana dan program kerja
-
Pelaksanaan dan Pelayanan administrasi kepegawaian
-
Pengorganisasian dan ketata laksanaan rumah sakit
-
Pelaksanaan kajian produk hukum rumah sakit
-
Kajian aspek hukum kerja sama dengan pihak ketiga
-
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atas langsung dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas.
81
Tanggung Jawab : -
Pembinaan dengan pihak ketiga dan penyelenggaraan sistem informasi dan publikasi.
-
Pemantauan, evaluasi dan penyusunan pelaporan bidang kepegawaian dan hukum.
-
Melakukan penilaian DP3 dan menegakkan disiplin pegawai di bawahnya
4.1.2 Deskriptif Responden Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah 100 responden dan hasil kuesioner yang disebar dapat dilihat pada tabel 4.1: Tabel 4.1 Perolehan Kuesioner Kuesioner yang disebar 110 Kuesioner yang kembali 106 Kuesioner yang hilang 4 Kuesioner yang rusak 9 Kuesioner yang dipakai 97 Sumber : Data primer yang diolah, 2017 Hasil penyebaran kuesioner memperlihatkan bahwa sebanyak 110 kuesioner yang disebar, dapat kembali sebanyak 106 kuesioner, kuesioner hilang sebanyak 4 kuesioner, kuesioner rusak sebesar 9 dan hasil kuesioner dapat diproses lebih lanjut untuk diolah menjadi data penelitian sebesar 97 kuesioner. Selain itu dari hasil pengisian kuesioner dapat dilakukan proses identifikasi dengan mengelompokkan responden menurut jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jabatan dan status penkawinan.
82
4.1.3 Identitas Responden Identitas responden adalah segala sesuatu yang erat hubungannya dengan diri responden secara individual atau dengan kata lain identitas responden adalah keadaan, sifat atau ciri khusus yang dapat memberikan gambaran umum tentang objek penelitian. Sedangkan identitas responden dapat dilihat dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jabatan dan status penkawinan. 4.1.3.1 Jenis Kelamin Berdasarkan penelitian jenis kelamin responden dapat dilihat pada tabel 4.2 : Tabel 4.2 Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Laki-Laki 30 31% Perempuan 67 69% Jumlah 97 100% Sumber : Data primer yang diolah, 2017 Dapat dilihat pada tabel 4.2 yang menunjukkan bahwa dari 97 responden 30 orang atau 31% adalah laki-laki dan 67 orang atau 69% adalah perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah perempuan. 4.1.3.2 Umur Responden Berdasarkan hasil penelitian, gambaran mengenai umur responden dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :
83
Tabel 4.3 Umur Responden Umur Frekuensi Persentase 15-30 thn 25 25,8% 31-45 thn 55 56,7% 46-60 thn 17 17,5% Jumlah 97 100% Sumber : Data primer yang diolah, 2017 Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa usia dari 97 responden yang memiliki umur 15-30 tahun adalah 25 orang atau 25,8%, yang memiliki umur 3145 tahun adalah 55 orang atau 56,7% dan yang memiliki usia 46-60 tahun adalah 17 orang atau 17,5%. Dari data tersebut maka dapat diidentifikasi bahwa umur perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah berusia produktif. 4.1.3.3 Tingkat Pendidikan Berdasarkan penelitian pendidikan terakhir responden dapat dilihat dari tabel 4.4 berikut ini : Tabel 4.4 Tingkat Pendidikan Pendidikan Frekuensi Persentase D3 64 66% S1 30 31% S2 3 3% Jumlah 97 100% Sumber : Data primer yang diolah, 2017 Perawat yang menjadi responden dalam penelitian ini dapat dilihat dari tabel 4.4 di atas yang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden bervariatif. Dari 97 responden dengan tingkat pendidikan D3 sebanyak 64 orang atau 66%, responden dengan tingkat pendidikan S1 sebanyak 30 orang atau 31%
84
dan responden dengan tingkat pendidikan S2 sebanyak 3 orang atau 3%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan D3. 4.1.3.4. Status Perkawinan Berdasarkan penelitian status perkawinan responden dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini : Tabel 4.5 Status Perkawinan Status Perkawinan Frekuensi Persentase Menikah 88 90,7% Belum Menikah 9 9,3% Jumlah 97 100% Sumber : Data primer yang diolah, 2017 Dari hasil penelitian status perkawinan dapat diidentifikasi bahwa dari 97 responden penelitian 88 orang atau 90,7% telah menikah dan 9 orang atau 9,3% belum menikah. 4.2
Analisis Deskripsi Berdasarkan dari tanggapan responden 97 orang responden maka akan
menguraikan secara rinci jawaban responden yang dikelompokkan dalam kategori sebagai berikut : (Sugiono, 2009). STS
atau “Sangat Tidak Setuju”
diberi skor = 1
TS
atau “Tidak Setuju”
diberi skor = 2
N
atau “Netral”
diberi skor = 3
S
atau “Setuju”
diberi skor = 4
SS
atau “ Sangat Setuju”
diberi skor = 5
85
Maka interval dari kriteria rata-rata dapat diinterprestasikan sebagai berikut : Sangat Rendah
: 1,00 – 1,79
Rendah
: 1,80 – 2,59
Cukup
: 2,60 – 3,39
Tinggi
: 3,40 – 4,19
Sangat Tinggi
: 4,20 – 5,00
4.2.1 Kinerja Perawat (Y) Untuk mengetahui tanggapan responden dalam variabel kinerja perawat pada Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat dalam tabel 4.6 dibawah ini : Tabel 4.6 Tanggapan Responden Terhadap Kinerja Perawat
Item Saya selalu memberikan hasil pekerjaan dengan kualitas yg terbaik sesuai dengan profesi saya Saya selalu bekerja sesuai target volume pekerjaan yang dibebankan Dalam bekerja saya selalu mampu bekerja dalam tim Saya selalu sadar akan tanggung jawab terhadap pekerjaan yang diberikan kepada saya Saya selalu take action (berbuat) tanpa harus menunggu perintah saat
F
S
Kinerja Perawat TS N F S F S
0
0
0
0
1
3
65
260
31
155
97
418
4,30
0
0
0
0
10
30
55
220
32
160
97
410
4,22
0
0
1
2
7
21
59
236
30
150
97
409
4,21
0
0
0
0
2
6
55
220
40
200
97
426
4,39
0
0
1
2
8
24
56
224
32
160
97
410
4,22
STS
S
SS
F
S
F
S
N
Jml S
Indeks
86
Item
STS F
S
Kinerja Perawat TS N F S F S
S F
SS S
F
S
N
Jml S
Indeks
bekerja Maksimum Minimum Rata-rata
4,39 4,21 4,26
Sumber : Data primer yang diolah, 2017 Berdasarkan data yang didapat dari jawaban para responden mengenai kinerja perawat pada kuesioner yang telah dibagikan, yang dilakukan perawat pada Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dapat tercermin pada besarnya nilai rata-rata total sebesar 4,26 (interval 4,20 – 5,00) yang artinya berdasarkan rentang skala termasuk tinggi. Dalam indikator tersebut dapat dilihat bahwa responden memberikan penilaian tertinggi mengenai kesadaran akan tanggung jawab terhadap pekerjaan yang diberikan yaitu sebesar 4,39, responden memberikan penilaian mengenai perawat selalu memberikan hasil pekerjaan dengan kualitas yg terbaik sesuai dengan profesi sebesar 4,30, responden memberikan penilaian mengenai perawat selalu bekerja sesuai target volume pekerjaan yang diberikan sebesar 4,22, responden memberikan penilaian mengenai perawat selalu take action (berbuat) tanpa harus menunggu perintah saat bekerja sebesar 4,22, dan indikator paling kecil hasilnya responden memberikan penilaian mengenai perawat selalu mampu bekerja dalam tim yaitu sebesar 4,21. Dalam indikator terendah hal ini harus menjadi perhatian Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah karena menurut perawat mereka belum dapat bekerja dalam tim dengan baik.
87
4.2.2 Pelatihan (X1) Untuk mengetahui tanggapan responden dalam variabel pelatihan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat dalam tabel 4.7 dibawah ini : Tabel 4.7 Tanggapan Responden Terhadap Pelatihan
Item Saya selalu mendapatkan kualitas materi pelatihan yang baik dan sesuai dengan bagian dari pekerjaan Saya selalu mendapatkan metode pelatihan/training yang sesuai dengan pekerjaan yang ditanganinya Saya selalu dapat memahami dan menerima intruksi pelatihan yang telah disampaikan Sarana dan fasilitas pelatihan/training selalu memadai dan sesuai dengan keahlian saya Saya selalu mengikuti berjalannya pelatihan yang ada dengan baik
STS F S
Pelatihan TS N F S F S
F
S
F
S
0
0
5
10
10
30
63
252
19
0
0
2
4
15
45
63
252
0
0
1
2
17
51
59
0
0
2
4
15
45
0
0
2
4
11
33
Maksimum Minimum Rata-rata
S
SS
Indeks
N
jml
95
97
387
3,98
17
85
97
386
3,97
236
20
100
97
389
4,01
60
240
20
100
97
389
4,01
64
256
20
100
97
393
4,05 4,05 3,97 4,00
Sumber : Data primer yang diolah, 2017 Berdasarkan data yang didapat dari jawaban para responden mengenai pelatihan pada kuesioner yang telah dibagikan, yang dilakukan perawat pada Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah memiliki persepsi yang tinggi mengenai pelatihan yang telah diberikan, tercermin pada besarnya nilai rata-rata total sebesar 4,00 (interval 3,40 – 4,19). Pelatihan yang diukur dengan menggunakan indikator materi yang dibutuhkan, metode yang
88
digunakan, kemampuan intruksi pelatih, sarana & fasilitas pelatihan dan peserta pelatihan itu sendiri. Dalam indikator tersebut dapat dilihat bahwa responden memberikan penilaian tertinggi mengenai perawat dapat mengikuti pelatihan dengan baik yaitu sebesar 4,05, responden memberikan penilaian mengenai perawat selalu dapat memahami dan menerima intruksi pelatih yang telah diberikan sebesar 4,01, responden memberikan penilaian mengenai sarana dan fasilitas pelatihan/trainning yang selalu memadai dan sesuai dengan keahlian perawat sebesar 4,01, responden memberikan penilaian mengenai perawat selalu mendapatkan kualitas materi pelatihan yang baik dan sesuai dengan bagian dari pekerjaan sebesar 3,98, dan responden memberikan penilaian terendah mengenai indikator metode dalam pelatihan yang didapatkan sesuai dengan pekerjaan yang ditanganinya yaitu sebesar 3,97 yang berkategori baik. Dalam indikator terendah hal ini harus menjadi perhatian Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah karena metode pelatihan yang diberikan dengan baik dapat meningkatkan pengetahuan peserta pelatihan. 4.2.3 Kompetensi (X2) Untuk mengetahui tanggapan responden dalam variabel kompetensi pada Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat dalam tabel 4.8 dibawah ini :
89
Tabel 4.8 Tanggapan Responden Terhadap Kompetensi
Item Saya selalu dapat menyelesaikan tugas dengan pengetahuan yang saya miliki Saya selalu paham terhadap pekerjaan yang saya tangani Saya selalu mampu menyelesaikan tugas yang dibebankan dengan skill yang dimiliki Saya selalu melakukan pekerjaan dengan baik agar mendapatkan nilai yg terbaik Saya selalu bersikap baik terhadap semua yang ada dilingkungan kerja Saya selalu antusias / berminat terhadap semua pekerjaan yang diberikan kepada saya
F
Kompetensi N S F S
F
S
F
S
0
1
2
9
27
58
232
29
0
0
1
2
15
45
58
232
0
0
0
0
12
36
62
0
0
2
4
7
21
0
0
1
2
13
0
0
1
2
15
STS F S
0
TS
N
Jml S
Indeks
145
97
406
4,18
23
115
97
394
4,06
248
23
115
97
399
4,11
66
264
22
110
97
399
4,11
39
51
204
32
160
97
405
4,17
45
59
236
22
110
97
393
4,05
Maksimum Minimum Rata-rata
S
SS
4,18 4,05 4,13
Sumber : Data primer yang diolah, 2017 Berdasarkan data yang didapat dari jawaban para responden mengenai kompetensi pada kuesioner yang telah dibagikan, yang dilakukan perawat pada Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah memiliki persepsi yang tinggi mengenai kompetensi yang dimiliki, tercermin pada besarnya nilai rata-rata total sebesar 4,13 (interval 3,40 – 4,19). Kompetensi yang diukur dengan menggunakan indikator pengetahuan (knowledge), pemahaman (understanding ), kemampuan (skill), nilai (value), sikap (atitude), minat (interest). Dalam indikator tersebut dapat dilihat bahwa responden memberikan
90
penilaian tertinggi mengenai pengetahuan yang dimiliki perawat dapat digunakan untuk menyelesaikan tugas yaitu sebesar 4,18, responden memberikan penilaian mengenai selalu dapat bersikap dengan baik terhadap semua yang ada dilingkungan kerja sebesar 4,17, responden memberikan penilaian mengenai perawat selalu mampu menyelesaikan tugas yang dibebankan dengan skill yang dimiliki sebesar 4,11, responden memberikan penilaian mengenai perawat selalu melakukan pekerjaan dengan baik agar mendapat nilai yang baik sebesar 4,11, responden memberikan penilaian mengenai perawat selalu paham terhadap pekerjaan yang ditangani sebesar 4,06, dan responden memberikan penilaian terendah mengenai antusias perawat dalam menerima semua pekerjaan yang diberikan yaitu sebesar 4,05. Dalam indikator terendah hal ini harus menjadi perhatian Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah karena antusias perawat yang ditingkatkan terhadap semua pekerjaan yang diberikan dapat membuat pekerjaan diselesaikan dengan baik. 4.2.4
Kepuasan Kerja (Z) Untuk mengetahui tanggapan responden dalam variabel kepuasan kerja
pada Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat dalam tabel 4.9 dibawah ini : Tabel 4.9 Tanggapan Responden Terhadap Kepuasam Kerja
Item Saya selalu merasa puas dengan gaji yang diberikan sesuai dengan tanggung jawab saya Saya selalu puas dengan adanya promosi di rumah sakit
F
S
Kepuasan Kerja TS N F S F S
1
1
2
4
14
42
58
232
22
1
1
2
4
16
48
59
236
19
STS
S
SS
Indeks
N
jml
110
97
389
4,01
95
97
384
3,95
F
S
F
S
91
Item Saya puas bisa bekerjasama dengan rekan kerja dalam melakukan pekerjaan Saya selalu merasa puas dengan pekerjaan yang saya lakukan
F
S
Kepuasan Kerja TS N F S F S
0
0
1
2
11
33
59
236
26
130
97
401
4,13
0
0
0
0
8
24
64
256
25
125
97
405
4,17
STS
Maksimum Minimum Rata-rata
S
SS
F
S
F
S
N
jml
Indeks
4,17 3,95 4,06
Sumber : Data primer yang diolah, 2017 Berdasarkan data yang didapat dari jawaban para responden mengenai kepuasan kerja pada kuesioner yang telah dibagikan, yang dilakukan perawat pada Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah memiliki persepsi yang tinggi mengenai kepuasan kerja, tercermin pada besarnya nilai rata-rata total sebesar 4,06 (interval 3,40 – 4,19). Kepuasan kerja yang diukur dengan menggunakan indikator gaji, promosi, rekan kerja dan perusahaan itu sendiri. Dalam indikator tersebut dapat dilihat bahwa responden memberikan penilaian tertinggi mengenai perawat selalu merasa puas dengan pekerjaan yang dilakukan yaitu sebesar 4,17, responden memberikan penilaian mengenai perawat merasa puas dapat bekerjasama dengan rekan kerja dalam melakukan pekerjaan sebesar 4,13, responden memberikan penilaian mengenai perawat merasa puas dengan gaji yang diberikan sesuai dengan tanggung jawabnya sebesar 4,01, dan responden memberikan penilaian terendah mengenai perawat merasa puas dengan adanya promosi yang ada di rumah sakit yaitu sebesar 3,95. Dalam indikator terendah hal ini harus menjadi perhatian Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah karena menurut perawat promosi yang dilakukan di rumah sakit belum sesuai.
92
4.3
Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
4.3.1 Pengujian Validitas Instrumen Pengujian validitas instrumen digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner (Ghozali, 2013:52). Untuk mengetahui apakah kuesioner yang digunakan valid atau tidak, maka r yang diperoleh r hitung dikonsultasikan dengan r tabel maka instrumen dikatakan valid apabila r hitung > r tabel dan nilai positif maka instrumen dikatakan valid, dan apabila r hitung < r tabel maka instrumen dikatakan tidak valid. Dibawah ini pada tabel 4.10 dapat dilihat pengujian validitas setiap variabel yang dihitung berdasarkan setiap item pertanyaan sebagai berikut : Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Validitas Indikator Pertanyaan No
Variabel dan Indikatornya
r hitung
>Atau<
r table
Keterangan
1
Kinerja Perawat (Y) : - Pertanyaan Indikator Y1 - Pertanyaan Indikator Y2 - Pertanyaan Indikator Y3 - Pertanyaan Indikator Y4 - Pertanyaan Indikator Y5
0.756 0.666 0.726 0.692 0.557
> > > > >
0,1680 0,1680 0,1680 0,1680 0,1680
Valid Valid Valid Valid Valid
2
Pelatihan (X1) : - Pertanyaan Indikator X1.1 - Pertanyaan Indikator X1.2 - Pertanyaan Indikator X1.3 - Pertanyaan Indikator X1.4 - Pertanyaan Indikator X1.5
0.760 0.869 0.841 0.914 0.716
> > > > >
0,1680 0,1680 0,1680 0,1680 0,1680
Valid Valid Valid Valid Valid
3
Kompetensi (X2) : - Pertanyaan Indikator X2.1 - Pertanyaan Indikator X2.2 - Pertanyaan Indikator X2.3 - Pertanyaan Indikator X2.4
0.783 0.707 0.787 0.834
> > > >
0,1680 0,1680 0,1680 0,1680
Valid Valid Valid Valid
93
No
4
Variabel dan Indikatornya - Pertanyaan Indikator X2.5 - Pertanyaan Indikator X2.6
r hitung 0.710 0.639
>Atau< > >
r table 0,1680 0,1680
Keterangan Valid Valid
Kepuasan Kerja (Z) : - Pertanyaan Indikator Z1 - Pertanyaan Indikator Z2 - Pertanyaan Indikator Z3 - Pertanyaan Indikator Z4
0.595 0.702 0.616 0.591
> > > >
0,1680 0,1680 0,1680 0,1680
Valid Valid Valid Valid
Sumber : Data primer yang diolah, 2017 Dari hasil pengujian diatas maka dapat dilihat bahwa setiap indikator instrumen dinyatakan valid. 4.3.2 Pengujian Reliabilitas Instrumen Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk (Ghozali, 2013:47). Apabila Cronbach’s Alpha yang dihasilkan dari perhitungan SPSS 0,7 atau lebih maka item dapat dikatakan memberikan tingkat reliabel yang cukup. Adapun hasil perhitungan reliabel yang dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS terhadap setiap butir jawaban adalah sebagai berikut : Tabel 4.11 Uji Reliabilitas Instrumen No 1 2 3 4
Variabel Kinerja Perawat (Y) Pelatihan (X1) Kompetensi (X2) Kepuasan Kerja (Z)
Alpha 0.857 0.931 0.906 0.805
Keterangan Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Sumber : Data primer yang diolah, 2017 Dari data diatas dapat diketahui bahwa masing-masing variabel dapat dinyatakan reliabel karena mempunyai nilai alpha > 0,7
94
4.4 Uji Asumsi Klasik 4.4.1 Pengujian Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghozali, 2013:160). Uji normalitas data ini dilakukan dengan melihat normal probability plot. Hasil uji yang yang telah dilakukan menunjukkan bahwa data terdistribusi normal, hal ini ditunjukkan pada gambar 4.1 dan gambar 4.2 :
Gambar 4.1 (Uji normalitas Data) Sumber : Hasil Output SPSS
Gambar 4.2 (Uji normalitas Data) Sumber : Hasil Output SPSS
Namun uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan apabila tidak berhati-hati secara visual kelihatan normal, namun secara statistik bisa sebaliknya oleh karena itu dalam penelitian ini uji grafik dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas dalam penelitian ini adalah uji
95
statistik non-parametik kolmgrov-smirnov (K-S) (Ghozali, 2013:163). Uji K-S dilakukan dengan kriteria pengujian jika nilai signifikansi (Asymp.Sig) < 0,05 maka data residual berdistribusi tidak normal. Jika nilai signifikansi (Asymp.Sig) > 0,05 maka data residual berdistribusi secara normal. Adapun hasil perhitungan statistik non-parametik kolmgrov-smirnov (K-S) yang dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS untuk menguji normalitas data dapat dilihat pada tabel 4.12 dan tabel 4.13 sebagai berikut :
Tabel 4.12 Hasil Uji Statistik Non-Parametik Kolmgrov-Smirnov (K-S) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardize d Residual N Normal Parametersa,b
97 Mean Std. Deviation Absolute
Most Extreme Differences Positive Negative
0E-7 .31012722 .090 .090 -.069
Kolmogorov-Smirnov Z
.882
Asymp. Sig. (2-tailed)
.419
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Hasil Output SPSS
96
Tabel 4.13 Hasil Uji Statistik Non-Parametik Kolmgrov-Smirnov (K-S) One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardiz ed Residual N Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
97 Mean Std. Deviation
0E-7 .39938575
Absolute
.109
Positive
.089
Negative
-.109
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
1.074 .199
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Hasil Output SPSS Dari kedua tabel diatas dengan variabel Y (Kinerja perawat) dan variabel Z (Kepuasan kerja) yang telah diuji statistik non-parametik kolmgrov-smirnov (KS) menunjukkan bahwa data berdistribusi secara normal dapat dilihat hasil pada tabel uji statistik non-parametik kolmgrov-smirnov (K-S) dengan variabel dependen Kinerja perawat (Y) hasil sig menunjukkan > 0,05 yaitu sig 0,419 ini artinya data berdistribusi normal dan pada pada tabel uji statistik non-parametik kolmgrov-smirnov (K-S) dengan variabel dependen kepuasan kerja (Z) hasil sig menunjukkan > 0,05 yaitu sig 0,199 ini artinya data juga berdistribusi normal. 4.4.2 Pengujian Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas (Ghozali, 2013:105). Untuk mendeteksi gejala Multikolinearitas dapat dilakukan dengan cara melihat nilai (VIF) Variance Inflation Factor. Pada perhitungan ini
97
menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang memiliki VIF lebih dari 10 dan tolerance lebih dari 0,1 maka data ini dikatakan bebas dari Multikolinearitas. Untuk hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.14 dan tabel 4.15 sebagai berikut : Tabel 4.14 Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
t
Sig.
Beta
(Constant)
1.384
.272
Pelatihan
.162
.079
Kompetensi
.272
Kepuasan Kerja
.275
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
5.090
.000
.206
2.045
.044
.474
2.110
.089
.314
3.074
.003
.460
2.172
.081
.328
3.421
.001
.523
1.913
1
a. Dependent Variable: Kinerja Perawat
Sumber : Hasil Output SPS Tabel 4.15 Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
1
Std. Error
(Constant)
1.031
.332
Pelatihan
.333
.096
Kompetensi
.411
.105
T
Sig.
Beta
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
3.109
.002
.355
3.480
.001
.535
1.869
.398
3.907
.000
.535
1.869
a. Dependent Variable: Kepuasan Kerja
Sumber : Hasil Output SPSS 4.4.3 Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance (selisih) dari residual (jarak) satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Tujuannya untuk melihat selisih skor dari indikator satu terhadap indikator lain. Jika variance dari residual satu pengamatan
98
ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
Heteroskedastisitas.
Model
regresi
yang
baik
adalah
yang
Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Kebanyakan data crossection mengandung situasi Heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar) (Ghozali, 2013:139). Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas maka dilakukan dengan menggunakan grafik heteroskedastisitas untuk memprediksi nilai variabel dependen dengan variabel independen. Dari scatterrplots terlihat titik-titik yang menyebar secara acak serta tersebar diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bawah tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Hasil uji heteroskedastisitas ini dapat dilihat pada gambar 4.3 dan gambar 4.4 dibawah ini :
Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas Sumber : Hasil Output SPSS
99
Gambar 4.4 Uji Heteroskedastisitas Sumber : Hasil Output SPSS Analisis dengan grafik plots memiliki kelemahan yang cukup signifikan karena jumlah pengamatan mempengaruhi jumlah ploting. Semakin sedikit jumlah pemngamatan semakin sulit menginterprestasikan hasil grafik plots. Oleh sebab itu diperlukan uji statistik yang lebih dapat menjamin keakuratan hasil (Ghozali, 2013:141). Berikut ini uji statistik dengan uji glejser dapat dilihat dari tabel 4.16 dan tabel 4.17 dibawah ini : Tabel 4.16 Uji Glejser Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients B (Constant)
Pelatihan Kompetensi Kepuasan Kerja a. Dependent Variable: AB_RES1 1
Sumber : Hasil Output SPSS
Std. Error .466
.165
.006 -.079 .019
.048 .054 .049
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta .020 -.222 .055
2.825
.006
.135 -1.477 .393
.893 .143 .695
100
Tabel 4.17 Uji Glejser a
Coefficients Unstandardized Coefficients
Model
B (Constant)
Std. Error .437
.227
Pelatihan -.020 Kompetensi -.016 a. Dependent Variable: AB_RES2
.066 .072
1
Standardized Coefficients Beta -.044 -.031
t
Sig.
1.920
.058
-.311 -.223
.757 .824
Sumber : Hasil Output SPSS Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi Heteroskedastisitas. Hasil tampilan output SPSS dengan jelas menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut Ut (AbsUt). Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya Heteroskedastisitas. 4.5
Analisis Regresi Regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh
pelatihan dan kompetensi terhadap kinerja perawat pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dengan kepuasan kerja sebagai variabel intervening secara bersama-sama melalui suatu persamaan regresi linear berganda. Melalui proses perhitungan SPSS diperoleh hasil yang dapat dilihat pada tabel 4.18 dan tabel 4.19 sebagai berikut :
101
Tabel 4.18 Hasil Pengolahan Data Regresi Linier Berganda a
Coefficients Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
1
Std. Error
(Constant)
1.384
.272
Pelatihan
.162
.079
Kompetensi
.272 .275
Kepuasan Kerja
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
5.090
.000
.206
2.045
.044
.474
2.110
.089
.314
3.074
.003
.460
2.172
.081
.328
3.421
.001
.523
1.913
a. Dependent Variable: Kinerja Perawat
Sumber : Hasil Output SPSS Sehingga dari persamaan rumus regresi linier berganda dapat diperoleh hasil sebagai berikut : Y = α1 + b1X1 + b2X2 + b3Z Y = 1.384 + 0.162 X1 + 0.272 X2 + 0.275 Z Hasil persamaan regresi berganda diatas tersebut memberikan pengertian bahwa : a) Konsta (α) sebesar 1.384 artinya apabila pelatihan, kompetensi dan kepuasan kerja tidak berubah, maka perubahan kinerja perawat cenderung positif. b) Nilai koefisien regresi X1 sebesar 0.162 apabila pelatihan (X1) lebih ditingkatkan sedangkan variabel lain X2 dan Z
tidak berubah/tetap
(konstan). Artinya jika karyawan diberikan pelatihan lebih rutin maka akan membuat karyawan lebih terampil dalam melaksanakan pekerjaannya maka kinerja perawat akan meningkat.
102
c) Nilai koefisien regresi X2 sebesar 0.272 apabila kompetensi (X2) lebih ditingkatkan sedangkan variabel lain X1 dan Z
tidak berubah/tetap
(konstan). Artinya jika kompetensi yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan pekerjaaan ditingkatkan maka kinerja perawat akan meningkat. d) Nilai koefisien regresi Z sebesar 0.275 apabila kepuasan kerja (z) lebih ditingkatkan sedangkan variabel lain X1 dan X2 tidak berubah/tetap (konstan). Artinya jika kepuasan kerja ditingkatkan dalam melakukan pekerjaan maka kinerja perawat akan meningkat. Tabel 4.19 Hasil Pengolahan Data Regresi Linier Berganda Model
Unstandardized Coefficients B Std. Error
(Constant) 1.031 .332 1 Pelatihan .333 .096 Kompetensi .411 .105 a. Dependent Variable: Kepuasan Kerja
Coefficientsa Standardized Coefficients Beta .355 .398
T
Sig.
Collinearity Statistics Tolerance
3.109
.002
3.480 3.907
.001 .000
.535 .535
VIF 1.869 1.869
Sumber : Hasil Output SPSS Sehingga dari persamaan rumus regresi linier berganda dapat diperoleh hasil sebagai berikut : Z = α2 + b1X1 + b2X2 Z = 1.031 + 0.333 X1 + 0.411 X2 a) Konsta (α) sebesar 1.031 artinya apabila pelatihan dan kompetensi tidak berubah, maka perubahan kepuasan kerja cenderung positif. b) Nilai koefisien regresi X1 sebesar 0.333 apabila pelatihan (X1) lebih ditingkatkan sedangkan variabel lain X2 tidak berubah/tetap (konstan). Artinya jika karyawan diberikan pelatihan lebih rutin maka akan membuat
103
karyawan lebih terampil dalam melaksanakan pekerjaannya maka kepuasan kerja akan meningkat. c) Nilai koefisien regresi X2 sebesar 0.411 apabila kompetensi (X2) lebih ditingkatkan sedangkan variabel lain X1 tidak berubah/tetap (konstan). Artinya jika kompetensi yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan pekerjaaan ditingkatkan maka kepuasan kerja akan meningkat. 4.6
Uji Model (Goodness Of Fit)
4.6.1 Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (
) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai
yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masingmasing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali, 2013:97). Pada tabel 4.20 dan 4.21 dibawah ini dapat dilihat hasil koefisien determinasi penelitian ini antara lain sebagai berikut :
104
Tabel 4.20 Koefisien Determinasi b
Model Summary Model
R
R Square
a
1
.744
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.553
.539
.3151
a. Predictors: (Constant), Pelatihan, Kompetensi, Kepuasan Kerja b. Dependent Variable: Kinerja Perawat
Sumber : Hasil Output SPSS Dalam tabel 4.20 diatas dapat dilihat hasil perhitungan SPSS ditunjukkan pada kolom Adjusted R Square
yaitu sebesar 0,539 atau 53,9%. Hal ini
menunjukkan bahwa 53,9% variabel kinerja perawat dijelaskan oleh variabel pelatihan, kompetensi dan kepuasa kerja sisanya (100%-53,9%) yaitu sebesar 46,1% kinerja perawat dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak disebut dalam penelitian ini Tabel 4.21 Koefisien Determinasi Model Summaryb Model
1
R
.691a
R Square
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.477
.466
.4036
a. Predictors: (Constant), Kompetensi, Pelatihan b. Dependent Variable: Kepuasan Kerja
Sumber : Hasil Output SPSS Dalam tabel 4.21 diatas dapat dilihat hasil perhitungan SPSS ditunjukkan pada kolom Adjusted R Square yaitu sebesar 0,466 atau 46,6%. Hal ini menunjukkan bahwa 46,6% variabel kepuasan kerja dijelaskan oleh variabel pelatihan dan kompetensi sisanya (100%-46,6%) yaitu sebesar 53,4% kepuasan kerja dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak disebut dalam penelitian ini.
105
4.6.2 Uji Signifikan (Uji F) Uji keterandalan model atau uji kelayakan model atau yang sering dikatakan dengan uji F merupakan tahapan awal mengidentifikasi model regresi yang diestimasi layak atau tidak. Apabila nilai probabilitas F hitung (output SPSS ditunjukkan pada kolom sig) < dari tingkat kesalahan/error (alpha) 0,05 maka dapat dikatakan bahwa model regresi yang diestimasi layak dan dapat dikatakan Ho ditolak dan Ha diterima, sedangkan apabila nilai probabilitas F hitung (output SPSS ditunjukkan pada kolom sig) > dari tingkat kesalahan/error (alpha) 0,05 maka dapat dikatakan bahwa model regresi yang diestimasi tidak layak dan dapat dikatakan Ho diterima dan Ha ditolak (Ghozali, 2013:98). Hasil perhitungan dengan SPSS dapat dilihat pada tabel 4.22 dan 4.23 dibawah ini : Tabel 4.22 Uji F (Fit Model) ANOVAa Model Regression 1
Sum of Squares 11.432
Residual Total
Df 3
Mean Square 3.811
9.233
93
.099
20.666
96
F 38.384
Sig. b .000
a. Dependent Variable: Kinerja Perawat b. Predictors: (Constant), Pelatihan, Kompetensi, Kepuasan Kerja
Sumber : Hasil Output SPSS Dari hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat signifikan menunjukkan hasil 0,000 yaitu < 0,05 dapat dikatakan bahwa model regresi yang diestimasi layak dan dapat dikatakan Ho ditolak dan Ha diterima.
106
Tabel 4.23 Uji F (Fit Model) a
ANOVA Model
1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
13.980
2
6.990
Residual
15.313
94
.163
Total
29.293
96
F 42.910
Sig. b
.000
a. Dependent Variable: Kepuasan Kerja b. Predictors: (Constant), Pelatihan, Kompetensi
Sumber : Hasil Output SPSS Dari hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat signifikan menunjukkan hasil 0,000 yaitu < 0,05 dapat dikatakan bahwa model regresi yang diestimasi layak dan dapat dikatakan Ho ditolak dan Ha diterima. 4.6.3 Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t) Tujuan dari uji t ini adalah untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel independen secara individual terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lain bersifat konstan. Dasar pengambilan keputusan uji t apabila nilai sig < 0,05 maka variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat, ini artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Sedangkan jika sig > 0,05 maka variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terikat, ini artinya Ho diterima dan Ha ditolak (Ghozali, 2013:101). Hasil perhitungan SPSS dapat dilihat pada tabel 4.24 dan tabel 4.25 berikut ini :
107
Tabel 4.24 Uji t (t test) a
Coefficients Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
1.384
.272
Pelatihan
.162
.079
Kompetensi
.272
Kepuasan Kerja
.275
t
Sig.
Beta
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
5.090
.000
.206
2.045
.044
.474
2.110
.089
.314
3.074
.003
.460
2.172
.081
.328
3.421
.001
.523
1.913
1
a. Dependent Variable: Kinerja Perawat
Sumber : Hasil Output SPSS Berdasarkan uji t dari tabel 4.24 diatas dapat dianalisa sebagai berikut : 1. Pengaruh variabel pelatihan terhadap kinerja perawat. Hasil nilai koefisien pelatihan 0,162 dan sig 0,044 < α 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima dengan demikian menyatakan bahwa pelatihan berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perawat. 2. Pengaruh variabel kompetensi terhadap kinerja perawat. Hasil nilai koefisien kompetensi 0,272 dan sig 0,003 < α 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima dengan demikian menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja karyawan. 3. Pengaruh variabel kepuasan kerja terhadap kinerja perawat. Hasil nilai koefisien kompetensi 0,275 dan sig 0,001 < α 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima dengan demikian menyatakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perawat.
108
Tabel 4.25 Uji t (t test) a
Coefficients Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
1
Std. Error
(Constant)
1.031
.332
Pelatihan
.333
.096
Kompetensi
.411
.105
T
Sig.
Beta
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
3.109
.002
.355
3.480
.001
.535
1.869
.398
3.907
.000
.535
1.869
a. Dependent Variable: Kepuasan Kerja
Sumber : Hasil Output SPSS Berdasarkan uji t dari tabel 4.25 diatas dapat dianalisa sebagai berikut : 1. Pengaruh variabel pelatihan terhadap kinerja perawat. Hasil nilai koefisien pelatihan 0,333 dan sig 0,001 < α 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima dengan demikian menyatakan bahwa pelatihan berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan kerja. 2. Pengaruh variabel kompetensi terhadap kinerja perawat. Hasil nilai koefisien antara kompetensi 0,411 dan sig 0,000 < α 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima dengan demikian menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan kerja. 4.7 Uji Sobel Uji sobel digunakan untuk mengetahui seberapa jauh variabel intervening signifikan memediasi hubungan antara variabel independen dan dependen. Pengujian variabel intervening dapat
dilakukan dengan prosedur yang
dikembangkan oleh sobel (1982) yang dikenal dengan uji sobel (sobel test). Apabila nilai one tailed probability < α = 0,05 maka variabel intervening signifikan memediasi hubungan antara variabel independen dan variabel
109
dependen. Uji sobel dalam penelitian ini menggunakan aplikasi online dengan link www.danielsoper.com. Hasil uji sobel dapat dilihat pada gambar 4.5 dan gambar 4.6 : Kepuasan Kerja (Z) Kinerja Perawat (Y)
Pelatihan (X1)
Gambar 4.5 Hasil Uji Sobel Sumber : Hasil Output www.danielsoper.com Sobel test merupakan uji untuk mengetahui apakah hubungan yang melalui sebuah variabel mediasi secara signifikan mampu sebagai mediator dalam hubungan tersebut. Sebagai contoh pengaruh variabel X terhadap variabel Y melalui variabel Z. Dalam hal ini variabel Z merupakan mediator hubungan dari variabel X ke variabel Y. Untuk menguji seberapa besar peran variabel Z memediasi pengaruh variabel X terhadap variabel Y digunakan uji Sobel test. Uji sobel variabel kepuasan kerja terhadap hubungan variabel pelatihan dan variabel
110
kinerja perawat menghasilkan nilai one-tailed probability sebesar 0,007 kurang dari 0,05 sehingga variabel kepuasan kerja signifikan memediasi hubungan antara variabel pelatihan dan variabel kinerja perawat. Mediasi berarti variabel kepuasan kerja mampu menjadi perantara yang menghubungkan variabel pelatihan dan variabel kinerja perawat. Ini artinya variabel kepuasan kerja memberikan pengaruh tidak langsung antara hubungan variabel pelatihan dan kinerja perawat, adanya variabel ini dapat memperkuat hubungan antara variabel pelatihan dan kinerja perawat. Dimana semakin ditingkatkannya pelatihan maka semakin tinggi kepuasan kerja dan akan berpengaruh terhadap kinerja perawat.
Kepuasan Kerja (Z) Kompetensi (X2)
Kinerja Perawat (Y)
Gambar 4.6 Hasil Uji Sobel Sumber : Hasil Output www.danielsoper.com
111
Sobel test merupakan uji untuk mengetahui apakah hubungan yang melalui sebuah variabel mediasi secara signifikan mampu sebagai mediator dalam hubungan tersebut. Sebagai contoh pengaruh variabel X terhadap variabel Y melalui variabel Z. Dalam hal ini variabel Z merupakan mediator hubungan dari variabel X ke variabel Y. Untuk menguji seberapa besar peran variabel Z memediasi pengaruh variabel X terhadap variabel Y digunakan uji Sobel test. Uji sobel variabel kepuasan kerja terhadap hubungan variabel kompetensi dan variabel kinerja perawat menghasilkan nilai one-tailed probability sebesar 0,005 kurang dari 0,05 sehingga variabel kepuasan kerja signifikan memediasi hubungan antara variabel kompetensi dan variabel kinerja perawat. Mediasi berarti variabel kepuasan kerja mampu menjadi perantara yang menghubungkan variabel kompetensi dan variabel kinerja perawat. Ini artinya variabel kepuasan kerja memberikan pengaruh tidak langsung antara hubungan variabel kompetensi dan kinerja perawat, adanya variabel ini dapat memperkuat hubungan antara variabel kompetensi dan kinerja perawat. Dimana semakin ditingkatkannya kompetensi maka semakin tinggi kepuasan kerja dan akan berpengaruh terhadap kinerja perawat. 4.8
Pengaruh Total Perhitungan pengaruh total digunakan untuk menganalisis pola hubungan
antara variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). Teknik analisis jalur ini akan digunakan dalam menguji besarnya sumbangan (kontribusi) yang ditunjukkan oleh koefisien jalur pada setiap digram jalur dari hubungan kausal antar variabel X1, dan X2 terhadap Y serta dampaknya
112
kepada Z. Melalui analisis jalur ini akan dapat ditemukan jalur mana yang paling tepat dan singkat suatu variabel eksogen menuju variabel endogen yang terkait. Untuk melakukan perhitungannya kita dapat melihat nilai B pada Unstandardized Coefficients. Pengaruh langsung 0,162
Pelatihan (X1)
Kompetensi (X2)
Pengaruh tdk langsung 0,333 x 0,275 = 0,091
Kepuasan Kerja (Z) ))
Kinerja Kryawan (Y)
Pengaruh tdk langsung 0,411 x 0,275 = 0,113
Pengaruh langsung 0,272
Gambar 4.7 Hasil Pengaruh Total Sumber : Data primer yang diolah, 2017
Dari perhitungan yang telah dilakukan maka dapat diketahui pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung dari yang tertinggi hingga terendah : 1. Dengan nilai Coefficients sebesar 0,272, kompetensi merupakan variabel yang mempengaruhi kinerja perawat secara langsung paling dominan pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. 2. Dengan nilai Coefficients sebesar 0,162, Pelatihan merupakan pengaruh kedua yang mempengaruhi kinerja perawat secara langsung pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
113
3. Dengan hasil kali nilai Coefficients sebesar 0,411 x 0,275 = 0,113, kompetensi
merupakan pengaruh ketiga yang secara tidak langsung
mempengaruhi kinerja karyawan dengan kepuasan kerja sebagai variabel intervening pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. 4. Dengan hasil kali nilai Coefficients sebesar 0,333 x 0,275 = 0,091, Pelatihan merupakan pengaruh terendah yang secara tidak langsung mempengaruhi kinerja karyawan dengan kepuasan kerja sebagai variabel intervening pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. 4.9
Pembahasan Hasil penelitian mengenai pengaruh pelatihan dan kompetensi terhadap
kinerja perawat pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dengan dengan kepuasan kerja sebagai variabel intervening dapat dibuat pembahasan sebagai berikut : 4.9.1 Pengaruh Pelatihan Terhadap Kinerja Perawat Hasil uji hipotesis membuktikan bahwa pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perawat, dengan hasil nilai koefisien pelatihan 0,162 dan sig 0,044 < α 0,05. Hal ini dapat diartikan bahwa adanya pelatihan dapat meningkatkan kinerja perawat pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Pengertian pelatihan menurut Mondy (2008:210) menjelaskan bahwa pelatihan memberi para pembelajar pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk pekerjaan mereka saat ini. Berdasarkan data yang diperoleh dari jawaban responden pada kuesioner yang dilakukan
114
kepada perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah memiliki persepsi yang tinggi mengenai pelatihan yang diberikan, tercermin pada besarnya nilai rata-rata total sebesar 4,00 (interval 3,40 – 4,19). Dari hasil yang telah didapat dari tanggapan responden variabel pelatihan yang memiliki pengaruh paling dominan adalah para perawat selalu dapat mengikuti pelatihan dengan baik yaitu sebesar 4,05, responden memberikan tanggapan mengenai perawat dapat memahami dan menerima intruksi pelatihan yang disampaikan sebesar 4,01, responden memberikan tanggapan mengenai sarana dan fasilitas pelatihan yang memadai dan sesuai keahlian sebesar 4,01, responden memberikan tanggapan mengenai kualitas materi pelatihan sesuai bagian pekerjaan sebesar 3,98 dan responden memberikan tanggapan mengenai indikator terendah adalah metode pelatihan yang diberikan sesuai dengan pekerjaan yang ditanganinya sebesar 3,97. Pada variabel pelatihan indikator tertinggi adalah perawat selalu dapat mengikuti pelatihan dengan baik karena pelatihan yang diberikan memiliki mutu yang baik maka dapat menghasilkan hasil yang baik pula dan memberi dampak yang efektif dan dapat menambah ketrampilan perawat sehingga kinerja meningkat. Contoh pelatihan yang mungkin dapat diberikan terhadap perawat salah satunya mengenai “Bimbingan Teknis Pelayanan Prima”. Tujuannya diberikan pelatihan ini yaitu untuk menjaga konsistensi dalam pelayanan. Melalui pelatihan dengan tema “Bimbingan Teknis Pelayanan Prima” ini diharapkan perawat dapat memiliki personality dan citra diri yang baik, dapat berkomunikasi dengan efektif dan mampu memberikan pelayanan kepada para pelanggan dengan berpedoman pada budaya kerja.
115
Hasil penelitian ini sesuai dengan pelatihan yang dilakukan oleh Ataunur dan Ariyanto (2015) dan Rosa (2015) menyatakan bahwa pelatihan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja. 4.9.2 Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Perawat Hasil uji hipotesis membuktikan bahwa kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perawat, dengan hasil nilai koefisien kompetensi 0,272 dan sig 0,003 < α 0,05. Hal ini membuktikan bahwa apabila perawat memiliki kompetensi yang baik terhadap pekerjaannya maka dapat meningkatkan kinerjanya. Seorang yang kompeten akan dianggap pantas untuk menjadi pemimpin oleh orang lain. Orang yang akan disegani dan diikuti oleh orang-orang yang ada disekitarnya dan hal itu akan mendorong terciptanya sebuah kepemimpinan kemampuan untuk melakukan suatu tugas, peran atau kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan, sikap-sikap dan nilainilai pribadi, dan kemampuan untuk membanguhn pengetahuan dan ketrampilan yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan. Menurut Siagian (2008:8) kompetensi dapat diartikan sebagai tindakan atau perilaku yang dapat diukur melalui kombinasi pengetahuan, keahlian dan kemampuan untuk melakukan sesuatu. Berdasarkan data yang diperolehdari jawaban responden pada kuesioner, yang dilakukan kepada perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah memiliki penilaian yang tinggi mengenai kompetensi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah, tercermin pada besarnya nilai rata-rata total sebesar 4,13 (interval 3,40 – 4,19).
116
Dari hasil yang telah didapat dari tanggapan responden variabel kompetensi yang memiliki pengaruh paling dominan adalah perawat yang selalu dapat mnyelesaikan tugas dengan pengetahuan yang dimiliki yaitu sebesar 4,18, responden memberikan tanggapan mengenai perawat selalu bersikap baik terhadap semua yang ada dilingkungan kerja sebesar 4,17, responden memberikan tanggapan mengenai perawat selalu mampu menyelesaikan tugas yang dibebankan dengan skill yang dimiliki sebesar 4,11, responden memberikan tanggapan mengenai perawat selalu melakukan pekerjaan dengan baik agar mendapat nilai baik sebesar 4,11, responden memberikan tanggapan mengenai perawat selalu paham terhadap pekerjaan yang ditangani sebesar 4,06 dan responden memberikan tanggapan mengenai indikator terendah adalah perawat selalu antusias/berminat terhadap semua pekerjaan yang diberikan sebesar 4,05. Pada variabel kompetensi indikator tertinggi adalah selalu dapat menyelesaikan tugas dengan pengetahuan yang dimiliki hal ini dikarenakan seorang perawat sangat penting untuk memiliki pengetahuan-pengetahuan sesuai pekerjaannya karena hasil kerja mereka langsung dirasakan oleh pasien. Dengan dikuasainya pengetahuan akan diikuti penguasaan pengaplikasiannya maka ini dapat meningkatkan kinerja perawat. Kompetensi yang dimiliki perawat pada Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat dimana perawat tidak hanya sekedar membutuhkan ilmu dan pengalaman yang cukup, melainkan juga tingkat kepedulian dalam merawat pasien dengan komunikasi yang efektif. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi antar perawat dengan pasien, keluarga pasien serta unit lain. Perawat wajib berkomunikasi dengan pasien sadar
117
pada saat melakukan tindakan keperawatan dan komunikasi penting dilakukan dalam menentukan tingkat kesadaran pasien. Kepada pihak keluarga, perawat perlu mengorientasikan ruangan, kondisin pasien yang berubah-ubah setiap saat dan hal-hal penting lainnya agar informasi tentang pasien diterima dengan baik oleh keluarganya. Hubungan perawat dengan unit lain atau profesi kesehatan lain juga memerlukan komunikasi dan kerjasama yang baik agar penanganan pasien kritis dapat optimal serta sasaran keselamatan pasien dapat tercapai. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Madjir dan Yuniar (2013) dan Posuma (2013) menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kinerja karyawan. 4.9.3 Pengaruh Pelatihan Terhadap Kepuasan Kerja Penelitian ini menggunakan variabel intervening yaitu kepuasan kerja sebagai mediator antara pelatihan dan kinerja perawat, sehingga pelatihan secara tidak langsung berpengaruh terhadap kinerja perawat. Hasil uji sobel variabel kepuasan kerja terhadap variabel pelatihan dan variabel kinerja perawat menghasilkan nila one-tailed probability sebesar 0,007 kurang dari 0,05 sehingga variabel kepuasan kerja memediasi hubungan antara variabel pelatihan dan variabel kinerja perawat. Hasil uji hipotesis membuktikan bahwa pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja, dengan hasil nilai koefisien pelatihan 0,333 dan sig 0,001 < α 0,05. Hal ini dapat diartikan dengan adanya pelatihan yang diberikan dengan baik dapat menumbuhkan kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki dengan baik pula sehingga tercapai kepuasan dalam bekerja saat mengaplikasikan kemampuan dan ketrampilan dalam kerja nyata. menurut Keith Davis dan Werther W.B (2006) dalam mangkuprawira (2004:136)
118
mengungkapkan bahwa pelatihan perasaan
kepuasan
kerja.
meningkatkan pemberian pengakuan dan
Mangkuprawira
(2007:
135)
mengemukakan
pendapatnya bahwa pelatihan bagi karywan adalah sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar karyawan semakin baik sesuai dengan standarnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari jawaban responden pada kuesioner yang dilakukan kepada perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah memiliki persepsi yang baik mengenai pelatihan yang diberikan, tercermin pada besarnya nilai rata-rata total sebesar 4,00 kategori tinggi (interval 3,40 – 4,19). Dari hasil yang telah didapat dari tanggapan responden variabel pelatihan yang memiliki pengaruh paling dominan adalah para perawat selalu dapat mengikuti pelatihan dengan baik yaitu sebesar 4,05, responden memberikan tanggapan mengenai perawat selalu dapat memahami dan menerima intruksi pelatihan yang disampaikan sebesar 4,01, responden memberikan tanggapan mengenai sarana dan fasilitas pelatihan yang memadai dan sesuai keahlian sebesar 4,01, responden memberikan tanggapan mengenai kualitas materi pelatihan sesuai bagian pekerjaan sebesar 3,98 dan responden memberikan tanggapan mengenai indikator terendah adalah metode pelatihan yang diberikan sesuai dengan pekerjaan yang ditanganinya sebesar 3,97. Pada variabel pelatihan indikator tertinggi adalah perawat selalu dapat mengikuti pelatihan dengan baik dengan begitu maka diharapkan dapat memberikan keterampilan dan pengetahuan baru untuk digunakan dan diaplikasikan dalam pekerjaannya saat ini. Salah satu contoh pelatihan yang mungkin dapat diberikan kepada perawat yaitu tentang “Asuhan Keperawatan
119
Profesional Jiwa”, pelatihan ini mengupas tentang penerapan secara langsung mengenai prinsip-prinsip dasar Asuhan Keperawatan pada pasien gangguan jiwa. Tujuan lain dari pelatihan ini juga untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, ketrampilan sehingga mampu menerapkan pelayanan melalui prinsip-prinsip dasar Asuhan Keperawatan Profesional Jiwa. Hasil penelitian ini sesuai dengan pelatihan yang dilakukan oleh Lodjo (2013), Saputra dan Sudharma (2017) Pelatihan karyawan berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan kerja. 4.9.4 Pengaruh Kompetensi Terhadap Kepuasan Kerja Penelitian ini menggunakan variabel intervening yaitu kepuasan kerja sebagai mediator antara kompetensi dan kinerja perawat, sehingga kompetensi secara tidak langsung berpengaruh terhadap kinerja perawat. Hasil uji sobel variabel kepuasan kerja terhadap variabel kompetensi dan variabel kinerja perawat menghasilkan nila one-tailed probability sebesar 0,005 kurang dari 0,05 sehingga variabel kepuasan kerja memediasi hubungan antara variabel kompetensi dan variabel kinerja perawat. Hasil uji hipotesis membuktikan bahwa kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja, dengan hasil nilai koefisien kompetensi sebesar 0,411 dengan sig 0,000 < α 0,05. Hal ini membuktikan bahwa apabila perawat memiliki kompetensi yang baik terhadap pekerjaannya antara lain meliputi sekumpulan luas pengetahuan, ketrampilan, sifat dan perilaku yang bisa bersifat teknis, berkaitan dengan keterampilan antar pribadi atau berorientasi bisnis, apabila seseorang menguasai dan paham terhadap pekerjaannya maka akan dapat memicu tibulnya kepuasan dalam bekerja kare dirinya dapat mengaplikasikan kompetensi yang ia miliki dalam bekerja. Menurut
120
Wibowo (2007:325) kompetensi merupakan landasan dasar karakteristik orang dan mengindikasikan cara berperilaku atau berpikir,menyamakan situasi,dan mendukung untuk periode waktu cukup lama. Berdasarkan data yang diperolehdari jawaban responden pada kuesioner, yang dilakukan kepada perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah memiliki penilaian yang tinggi mengenai kompetensi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah, tercermin pada besarnya nilai rata-rata total sebesar 4,13 (interval 3,40 – 4,19). Dari hasil yang telah didapat dari tanggapan responden variabel kompetensi yang memiliki pengaruh paling dominan adalah perawat yang selalu dapat mnyelesaikan tugas dengan pengetahuan yang dimiliki yaitu sebesar 4,18, responden memberikan tanggapan mengenai perawat selalu bersikap baik terhadap semua yang ada dilingkungan kerja sebesar 4,17, responden memberikan tanggapan mengenai perawat selalu mampu menyelesaikan tugas yang dibebankan dengan skill yang dimiliki sebesar 4,11, responden memberikan tanggapan mengenai perawat selalu melakukan pekerjaan dengan baik agar mendapat nilai baik sebesar 4,11, responden memberikan tanggapan mengenai perawat selalu paham terhadap pekerjaan yang ditangani sebesar 4,06 dan responden memberikan tanggapan mengenai indikator terendah adalah perawat selalu antusias/berminat terhadap semua pekerjaan yang diberikan sebesar 4,05. Pada variabel kompetensi indikator tertinggi adalah selalu dapat menyelesaikan tugas dengan pengetahuan yang dimiliki hal ini sangat baik karena kemampuan bersikap, berfikir dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki seseorang. Maka dengan
121
kata lain kompetensi merupakan kemampuan untuk bekerja (ability to do) yang dilatar belakangi dengan penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Ini menunjukkan bahwa kualitas untuk bekerja itu ditentukan dengan kualitas penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Semakin tinggi kualitas penguasaan, sikap dan keterampilan maka semakin tinggi pula kualitas kerja yang didapatkan. Memberikan asuhan keperawatan merupakan kompetensi yang dilakukan oleh perawat terdiri dari tahapan asuhan keperawatan dan format dokumentasi askep. Tahapan dalam memberikan asuhan keperawatan meliputi pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi sesuai dengan Standar Procedur Operasional (SPO). SPO berfungsi sebagai acuan untuk memastikan bahwa strategi implementasi tidak diabaikan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Putra dan Mujiati (2016), Dhermawan dan Utama (2012) menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh positif signifikan pada kepuasan kerja karyawan. 4.9.5 Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Perawat Hasil uji hipotesis membuktikan bahwa Kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perawat, dengan hasil nilai koefisien kepuasan kerja sebesar 0,275 dengan sig 0,001 < α 0,05. Hal ini menyatakan bahwa apabila seorang mencapai kepuasan dalam bekerja maka dapat meningkatkan kinerja perawat. Menurut Kreitner dan Kinicki (2014:169) juga mengatakan bahwa kepuasan kerja adalah tanggapan efektif atau emosional terhadap berbagai segi pekerjaan seseorang. Berdasarkan data yang diperolehdari jawaban responden pada kuesioner, yang dilakukan kepada perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah memiliki
122
penilaian yang tinggi mengenai kepuasan kerja di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah, tercermin pada besarnya nilai ratarata total sebesar 4,06 (interval 3,40 – 4,19). Dari hasil yang telah didapat dari tanggapan responden variabel kepuasan kerja yang memiliki pengaruh paling dominan adalah puas dengan pekerjaan yang dilakukan yaitu sebesar 4,17, responden memberikan tanggapan mengenai perawat selalu dapat bekerjasama dengan rekan kerja dalam bekerja sebesar 4,13, responden memberikan tanggapan mengenai selalu merasa puas dengan gaji yang diberikan sesuai dengan tanggung jawab sebesar 4,01 dan responden memberikan tanggapan mengenai indikator terendah adalah adanya promosi di rumah sakit yaitu sebesar 3,95. Pada variabel kepuasan kerja indikator tertinggi adalah puas dengan pekerjaan yang dilakukan hal ini sangat bagus dan harus dipertahankan. Seseorang yang merasa puas dalam pekerjaannya akan menunjukkan sikap yang baik secara keseluruhan ditempat kerja dan menyebabkan meningkatnya kinerja karyawan, kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang
terhadap
pekerjaannya. Hal ini tampak pada sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi dilingkungan kerjanya. Kepuasan kerja yang tercermin pada perawat Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah yaitu dimana hubungan interpersonal antara rekan kerja terjalin dengan baik, karena seperti yang diketahui bahwa merawat pasien dengan penderita sakit jiwa dibutuhkan kerja sama yang baik dalam mengkombinasikan hal-hal yang bertujuan untuk proses penyembuhan pasien. Maka hubungan
123
interaksi sosial terhadap rekan kerja dapat memacu kepuasan dalam bekerja dan dapat memberikan hasil kinerja yang maksimal. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bagia dan Suwendra (2016), Rahman (2014) menyatakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif signifikan pada kinerja perawat.