BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian
1. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kantor UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya yang beralamat di Jalan Sidotopo Wetan Surabaya, Jawa Timur. UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya dipimpin oleh seorang Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang memiliki tugas pokok merencanakan jumlah dan kemampuan teknis, membuat dinasan, melakukan pemantauan dan pembinaan kualitas, mengevaluasi dan menilai kinerja individu Asisten Urusan, Penyelia dan awak KA (masinis dan asisten masinis), pengawasan akomodasi (penginapan dan transportasi). Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) dibantu oleh asisten urusan administrasi dan asisten urusan masinis/asisten masinis. UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya merupakan salah satu unit yang dikelola oleh unit operasi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 8 Surabaya. PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 8 Surabaya beralamat di Jalan Gubeng Masjid Surabaya, Jawa Timur. PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 8 Surabaya memiliki visi dan misi sebagai berikut:
68
69
a. Visi: Menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik yang fokus pada pelayanan pelanggan dan memenuhi harapan stakeholders. b. Misi: Menyelenggarakan bisnis perkeretaapian dan bisnis usaha penunjangnya, melalui praktek bisnis dan model organisasi terbaik untuk memberikan nilai tambah yang tinggi bagi stakeholders dan kelestarian lingkungan berdasarkan 4 pilar utama : Keselamatan, Ketepatan waktu, Pelayanan dan Kenyamanan.
2. Persiapan Administrasi dan Alat Ukur Penelitian a. Persiapan Administrasi 1) Peneliti mengajukan surat izin penelitian dari Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Sebelas Maret Surakarta dengan nomor surat: 3573/UN27.06.6.2/PN/2016 tertanggal 07 Maret 2016 yang ditujukan kepada Executive Vice President (EVP) PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 8 Surabaya guna memperoleh persetujuan mengadakan penelitian. 2) Setelah mendapatkan persetujuan dan diijinkan untuk melakukan penelitian dari pihak perusahaan, peneliti membuat jadwal pelaksanaan penelitian dengan pihak Asisten Urusan (Asur) Masinis serta mendiskusikan sebaran jumlah sampel yang akan menjadi responden dalam penelitian di UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya agar dapat terkoordinasi dengan baik.
70
b. Persiapan Alat Ukur Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa skala psikologi, yaitu
skala stres kerja, skala hardiness, dan skala kecerdasan
adversitas. 1) Skala Stres Kerja Skala stres kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Daily Hassles and Stress Scale (DHSS) yang disusun berdasarkan aspek-aspek dalam penelitian Kohn P.M dan Macdonald J.E. (1992), yaitu kesulitan sosial budaya, pekerjaan, tekanan waktu, keuangan, penerimaan sosial, dan korban sosial. Jumlah aitem dalam skala ini adalah 41 butir. Skala stres kerja ini disusun dengan menggunakan empat pilihan jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS).
No. 1.
Tabel. 5 Blue Print Skala Stres Kerja Daily Hassles and Stress Scale (DHSS) Aspek Indikator Kesulitan Sosial Budaya
l. m. n. o. p. q. r. s. t. u.
Pembicaraan tentang orang yang disayangi. Dikecewakan atau kecewa dengan teman. Kepercayaan karena dihianati oleh teman. Konflik dengan teman. Pembicaraan tentang diri. Keputusan tentang hubungan akrab dengan orang lain. Konflik anggota keluarga. Mengalami kebisingan yang tinggi. Konflik etnis atau ras. Kesulitan menangani teknologi modern (komputer).
Nomor Aitem 37 5 11 27 39 19 25 23 3 40
71
Lanjutan 2.
3.
Pekerjaan
Tekanan Waktu
4.
Keuangan
5.
Penerimaan Sosial
6.
Jumlah
Korban Sosial
v. Konflik dengan mertua atau kekasih. h. Ketidakpuasan dengan pekerjaan. i. Tidak menyukai pekerjaan yang dilakukan. j. Mendapatkan pekerjaan yang tidak menarik. k. Tidak menyukai kegiatan rutin. l. Konflik dengan atasan di tempat kerja. m. Penurunan penilaian pekerjaan dari yang dipikirkan pantas mendapatkan yang baik. n. Penurunan penilaian pekerjaan dari yang diharapkan. i. Banyak hal yang harus dilaksanakan sekaligus. j. Kehabisan waktu untuk memenuhi kewajiban. k. Banyak tanggung jawab. l. Tidak mempunyai waktu luang. m. Mendapatkan pekerjaan yang terlalu menuntut. n. Bekerja keras untuk menjaga dan memelihara kelangsungan hidup. o. Tidak diinginkan interupsi dari pekerjaan yang dilakukan. p. Berjuang dalam memenuhi standar diri dari kinerja dan prestasi. g. Kesulitan keuangan. h. Mengalami beban keuangan. i. Mencoba mencari pinjaman hutang. j. Gagal mendapatkan uang yang diharapkan. k. Kondisi keuangan rumah tidak baik. l. Konflik keuangan dengan keluarga. f. Ketidakpuasan dengan kebugaran fisik diri. g. Diacuhkan dari sosial. h. Isolasi sosial. i. Ketidakpuasan dengan penampilan fisik diri. j. Penolakan sosial. e. Diambil begitu saja. f. Dimanfaatkan. g. Ditipu dalam membeli barang. h. Kontribusi diabaikan.
4 18 2 35 1 6 22 24 8 20 17 15 26 41 30 13 16 21 28 36 34 10 38 7 31 33 32 9 14 29 12 41
72
2) Skala Hardiness Skala hardiness yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala hardiness yang disusun dengan memodifikasi skala dari Sheila (2011) dengan nilai reliabilitas 0,933. Skala hardiness ini terdiri dari 42 aitem, masing-masing terdiri atas 21 aitem favorable dan 21 aitem unfavorable. Skala hardiness disusun berdasarkan aspek yang dikembangkan oleh Kobasa (dalam Kreitner & Kinicki, 2005), yaitu komitmen (commitment), kontrol (control), dan tantangan (challenge). Skala hardiness ini disusun dengan menggunakan empat pilihan jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS).
73
No. Aspek 1.
2.
3.
Tabel. 6 Blue Print Skala Hardiness Indikator Favorable
Komitmen c. Kemampuan (commitment) terlibat dalam aktivitas yang harus dilakukan d. Menganggap sesuatu yang tidak menyenangkan menjadi sesuatu yang bermakna dan menarik Kontrol d. Mampu mencapai (control) hasil yang diinginkan melalui tindakannya sendiri e. Mampu mengontrol dirinya ketika sedang menghadapi situasi tertentu f. Cenderung berhasil menghadapi masalah Tantangan d. Memandang suatu (challenge) perubahan yang terjadi sebagai sesuatu yang wajar e. Memiliki kemauan untuk maju f. Tidak pernah merasa terancam ketika perubahan terjadi Jumlah
30, 32, 34
Unfavorable 15, 17, 19, 21
Jumlah 7
36, 38, 40, 23, 25, 27 42
7
1, 3
16, 18
4
5, 7, 9
20, 22, 24
6
11, 13
26, 28
4
29, 31, 33
2, 4, 6
6
35, 37
8, 10
4
39, 41
12, 14
4
21
21
42
74
3) Skala Kecerdasan Adversitas Skala
kecerdasan
adversitas
dalam
penelitian
ini
menggunakan skala kecerdasan adversitas yang disusun sendiri oleh peneliti, skala kecerdasan adversitas ini terdiri dari 34 aitem, masing-masing terdiri atas 17 aitem favorable dan 17 aitem unfavorable. Skala kecerdasan adversitas disusun berdasarkan aspek yang dikembangkan oleh Stoltz (2007), yaitu control (kendali), origin and ownership (asal usul dan pengakuan), reach (jangkauan), dan endurance (daya tahan). Skala kecerdasan adversitas ini disusun dengan menggunakan empat pilihan jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS).
75
No. Aspek 1.
2.
3.
4.
Control (Kendali)
Origin and Ownership (Asal Usul dan Pengakuan) Reach (Jangkauan)
Endurance (Daya Tahan)
Jumlah
Tabel. 7 Blue Print Skala Kecerdasan Adversitas Indikator Favorable Unfavorable c. respon terhadap 1, 19 6, 20 kesulitan d. memiliki kendali 2, 21 7, 24 kuat dalam menghadapi peristiwa yang menimbulkan kesulitan c. menganggap 3, 22 9, 25 kesulitan berasal dari luar d. memiliki rasa 4, 23 10, 26 tanggung jawab c. merespon kesulitan 5, 29 14, 27 bukan sebagai peristiwa buruk d. sejauh mana 8, 30 15, 28 kesulitan menjangkau aspek kehidupan yang lain d. sikap dalam 11, 33 16, 31 menghadapi kesulitan e. menganggap 12, 34 17, 32 kesulitan dan penyebabnya bersifat sementara f. kemampuan dalam 13 18 menghadapi kesulitan 17 17
Jumlah 4 4
4
4 4
4
4
4
2
34
76
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Penentuan Sampel Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini mengambil keseluruhan anggota populasi, yaitu masinis di UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya yang berjumlah 70 orang. Penentuan sampel tersebut berdasarkan penjelasan Sugiyono (2012) bahwa sehubungan dengan jumlah populasi yang terbatas, maka teknik penenentuan sampel menggunakan semua anggota populasi sebagai sampel. Hal ini dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil. Istilah ini disebut juga sensus atau studi populasi, di mana semua anggota populasi dijadikan sampel. 2. Pengumpulan Data Penelitian Pengumpulan data penelitian dilaksanakan di UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya dimulai pada tanggal 15 Maret 2016 hingga 28 Maret 2016. Sehubungan dengan terbatasnya jumlah responden, maka penelitian ini menerapkan prosedur try out terpakai pengukuran yang dilakukan secara bersamaan dengan pengambilan data penelitian pada responden yang sama. Oleh karena itu, pengambilan data pada penelitian ini dilakukan satu kali yang digunakan untuk dua analisis, yaitu uji validitas dan reliabilitas alat ukur, serta uji hipotesis.
77
Selanjutnya, peneliti menyampaikan dan mendiskusikan prosedur teknis yang akan dilakukan dalam proses penyebaran skala psikologi sebagai alat ukur pengumpulan data penelitian kepada pihak Asisten Urusan (Asur) Masinis. Pada tanggal 15 Maret 2016, peneliti mulai mendatangi subjek di UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya dan menyerahkan alat ukur skala psikologi yang terdiri dari skala stres kerja, skala hardiness, dan skala kecerdasan adversitas kepada subjek secara langsung. Skala psikologi tersebut langsung diisi oleh subjek dan langsung diberikan kembali pada peneliti setelah selesai diisi. Skala psikologi yang diserahkan sebanyak jumlah masinis yang menjadi sampel sesuai kriteria populasi penelitian, yaitu 70 eksemplar dengan masing-masing skala telah diberikan nomor urut untuk memudahkan peneliti dalam memantau dan mengecek kembalinya skala. Tahap terakhir yaitu peneliti melakukan pengecekan kembali skala yang telah diisi dan terkumpul pada 28 Maret 2016, dari 70 eksemplar skala yang terkumpul terdapat enam eksemplar skala rusak karena terdapat jawaban yang kosong, sehingga jumlah total skala yang dapat dianalisis berjumlah 64 eksemplar.
3. Pelaksanaan Skoring Setelah data penelitian terkumpul, tahap selanjutnya yaitu memberikan skor untuk keperluan uji kualitas alat ukur dan analisis
78
data penelitian. Skor skala stres kerja, skala hardiness, dan skala kecerdasan adversitas bergerak dari angka 1 (satu) hingga 4 (empat) dengan memperhatikan sifat aitem antara pernyataan favorable dan unfavorable. Skor aitem favorable adalah 4 untuk pilihan jawaban (SS), 3 untuk (S), 2 untuk (TS), dan 1 untuk pilihan jawaban (STS), sedangkan skor aitem unfavorable adalah 1 untuk pilihan jawaban (SS), 2 untuk (S), 3 untuk (TS), dan 4 untuk pilihan jawaban (STS). Selanjutnya, skor yang diperoleh masing-masing responden peneletian ini terlebih dahulu digunakan dalam uji validitas dan reliabilitas.
4. Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas Setelah skala penelitian yang dikerjakan oleh masinis UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya, selanjutnya dilakukan uji daya beda aitem untuk mengetahui aitem yang valid dari masing-masing skala. Pengujian daya beda aitem ketiga skala penelitian ini dilakukan dengan menggunakan korelasi Product Moment Pearson dengan bantuan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 20.0. Pengujian daya beda aitem menggunakan uji two tailed dengan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian yang dinyatakan oleh Priyatno (2008) adalah sebagai berikut:
79
1) Jika r hitung ≥ r tabel (uji two tailed dengan signifikansi 0,05) maka aitem tersebut berkorelasi signifikan terhadap skor total dan dinyatakan valid. 2) Jika r hitung ≤ r tabel (uji two tailed dengan signifikansi 0,05) maka aitem tersebut tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total dan dinyatakan tidak valid. Berdasarkan kriteria pengujian yang telah dijelaskan di atas, maka analisis terhadap aitem-aitem masing-masing skala penelitian adalah sebagai berikut: 1) Skala Stres Kerja Keseluruhan aitem dalam skala stres kerja sebelum diuji validitasnya berjumlah 41 butir. Setelah dilakukan uji validitas, terdapat 8 aitem yang dinyatakan gugur, yaitu aitem pada nomor 1, 12, 13, 15, 17, 28, 29 dan 41. Jumlah aitem yang dinyatakan valid berjumlah 33 butir. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan korelasi antara skor aitem dengan skor total. Skor ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel. Pada taraf signifikansi 0,05 dan N sebesar 64 diperoleh nilai r tabel sebesar 0,2461. Hasil uji daya beda menunjukkan indeks daya beda berkisar antara 0,308 sampai dengan 0,718. Hasil uji daya beda aitem selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Distribusi aitem skala stres kerja yang valid dan gugur dapat dilihat pada Tabel 8.
80
No.
1.
2.
Tabel. 8 Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur Skala Stres Kerja Aspek Indikator
Kesulitan Sosial Budaya
Pekerjaan
a. Pembicaraan tentang orang yang disayangi. b. Dikecewakan atau kecewa dengan teman. c. Kepercayaan karena dihianati oleh teman. d. Konflik dengan teman. e. Pembicaraan tentang diri. f. Keputusan tentang hubungan akrab dengan orang lain. g. Konflik anggota keluarga. h. Mengalami kebisingan yang tinggi. i. Konflik etnis atau ras. j. Kesulitan menangani teknologi modern (komputer). k. Konflik dengan mertua atau kekasih. a. Ketidakpuasan dengan pekerjaan. b. Tidak menyukai pekerjaan yang dilakukan. c. Mendapatkan pekerjaan yang tidak menarik. d. Tidak menyukai kegiatan rutin. e. Konflik dengan atasan di tempat kerja. f. Penurunan penilaian pekerjaan dari yang dipikirkan pantas mendapatkan yang baik. g. Penurunan penilaian pekerjaan dari yang diharapkan.
Nomor Aitem Aitem Aitem Valid Gugur 37 5 11 27 39 19 25 23 3 40 4
18 2 35 6 22
24
1
81
Lanjutan 3.
4.
Tekanan Waktu
Keuangan
5.
Penerimaan Sosial
6.
Korban Sosial
a. Banyak hal yang harus dilaksanakan sekaligus. b. Kehabisan waktu untuk memenuhi kewajiban. c. Banyak tanggung jawab. d. Tidak mempunyai waktu luang. e. Mendapatkan pekerjaan yang terlalu menuntut. f. Bekerja keras untuk menjaga dan memelihara kelangsungan hidup. g. Tidak diinginkan interupsi dari pekerjaan yang dilakukan. h. Berjuang dalam memenuhi standar diri dari kinerja dan prestasi. a. Kesulitan keuangan. b. Mengalami beban keuangan. c. Mencoba mencari pinjaman hutang. d. Gagal mendapatkan uang yang diharapkan. e. Kondisi keuangan rumah tidak baik. f. Konflik keuangan dengan keluarga. a. Ketidakpuasan dengan kebugaran fisik diri. b. Diacuhkan dari sosial. c. Isolasi sosial. d. Ketidakpuasan dengan penampilan fisik diri. e. Penolakan sosial. a. Diambil begitu saja. b. Dimanfaatkan. c. Ditipu dalam membeli barang. d. Kontribusi diabaikan.
Jumlah
8 20 26
17 15
-
41
30 16 21 36
13
28
34 10 38 7 31 33 32 9 14 33
2) Skala Hardiness Keseluruhan aitem dalam skala hardiness sebelum diuji validitasnya berjumlah 42 butir. Setelah dilakukan uji validitas,
29 12 8
82
terdapat 9 aitem yang dinyatakan gugur yaitu aitem-aitem pada nomor 6, 7, 8, 13, 14, 17, 19, 20, dan 21. Jumlah aitem yang dinyatakan valid berjumlah 33 butir, yang terdiri dari 19 pernyataan
favorable
dan
14
pernyataan
unfavorable.
Berdasarkan hasil analisis, didapatkan korelasi antara skor aitem dengan skor total. Skor ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel. Pada taraf signifikansi 0,05 dan N sebesar 64 diperoleh nilai r tabel sebesar 0,2461. Hasil uji daya beda menunjukkan indeks daya beda berkisar antara 0,278 sampai dengan 0,652. Hasil uji daya beda aitem selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Distribusi aitem skala hardiness yang valid dan gugur dapat dilihat pada tabel 9. Tabel. 9 Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur Skala Hardiness Aspek
Komitmen (commitment)
Kontrol (control)
Tantangan (challenge)
Jumlah
Nomor Aitem Favorable Unfavorable Valid Gugur Valid Gugur 30, 32, 15, 23, 17, 19, 34, 36, 25, 27 21 38, 40, 42 1, 3, 5, 7, 13 16, 18, 20 9, 11 22, 24, 26, 28 29, 31, 33, 35, 37, 39, 41 19
Jumlah Valid 11
Gugur 3
11
3
-
2, 4, 10, 12
6, 8, 14
11
3
2
14
7
33
9
83
3) Skala Kecerdasan Adversitas Keseluruhan aitem dalam skala kecerdasan adversitas sebelum diuji validitasnya berjumlah 34 butir. Setelah dilakukan uji validitas, terdapat 6 aitem yang dinyatakan gugur yaitu aitem-aitem pada nomor 3, 9, 14, 21, 22 dan 25. Jumlah aitem yang dinyatakan valid berjumlah 28 butir, yang terdiri dari 14 pernyataan favorable dan 14 pernyataan unfavorable. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan korelasi antara skor aitem dengan skor total. Skor ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel. Pada taraf signifikansi 0,05 dan N sebesar 64 diperoleh nilai r tabel sebesar 0,2461. Hasil uji daya beda menunjukkan indeks daya beda berkisar antara 0,306 sampai dengan 0,672. Hasil uji daya beda aitem selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Distribusi aitem skala kecerdasan adversitas yang valid dan gugur dapat dilihat pada tabel 10.
84
Tabel. 10 Distribusi Butir Aitem Valid dan Gugur Skala Kecerdasan Adversitas Aspek
Control (Kendali)
Nomor Aitem Favorable Unfavorable Valid Gugur Valid Gugur 1, 19, 2 21 6, 20, 7, 24
Jumlah Valid 7
Gugur 1
Origin and 4, 23 Ownership (Asal Usul dan Pengakuan) Reach 5, 29, 8, (Jangkauan) 30
3, 22
10, 26
9, 25
4
4
-
27, 15, 28
14
7
1
Endurance (Daya 11, 33, Tahan) 12, 34, 13 Jumlah 14
-
16, 31, 17, 32, 18 14
-
10
-
3
28
6
3
b. Uji Reliabilitas Reliabilitas mengacu pada keterpercayaan atau konsistensi hasil pengukuran yang mengandung makna tingkat kecermatan pengukuran (Azwar, 2014). Reliabilitas alat ukur ditunjukkan oleh taraf konsistensi skor yang diperoleh para responden dengan alat yang sama, atau diukur dengan alat yang setara pada kondisi yang berbeda. Reliabilitas dapat dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang 0 hingga 1,00. Skala dalam penelitian ini akan diuji dengan Alpha Cronbach melalui program komputer yaitu Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 20.0 for windows.
85
1) Skala Stres Kerja Hasil uji reliabilitas skala stres kerja dari 33 aitem valid menunjukkan Cronbach’s Alpha sebesar 0,922. Hal ini berarti bahwa nilai koefisien reliabilitas skala ini termasuk dalam kategori sangat tinggi, sehingga skala stres kerja ini dianggap baik, andal, dan reliabel untuk digunakan sebagai alat ukur suatu penelitian. Hasil perhitungan dan perincian reliabilitas dapat dilihat pada tabel 11. Tabel. 11 Reliabilitas Skala Stres Kerja Reliability Statistics Cronbach's N of Alpha Items ,922 33 2) Skala Hardiness Hasil uji reliabilitas skala hardiness dari 33 aitem valid menunjukkan Cronbach’s Alpha sebesar 0,896. Hal ini berarti bahwa nilai koefisien reliabilitas skala ini termasuk dalam kategori sangat tinggi, sehingga skala hardiness ini dianggap baik, andal, dan reliabel untuk digunakan sebagai alat ukur suatu penelitian. Hasil perhitungan dan perincian reliabilitas dapat dilihat pada tabel 12.
86
Tabel. 12 Tabel Reliabilitas Skala Hardiness Reliability Statistics Cronbach's N of Alpha Items ,896 33
3) Skala Kecerdasan Adversitas Hasil uji reliabilitas skala kecerdasan adversitas dari 28 aitem valid menunjukkan Cronbach’s Alpha sebesar 0,898. Hal ini berarti bahwa nilai koefisien reliabilitas skala ini termasuk dalam kategori sangat tinggi, sehingga skala kecerdasan adversitas ini dianggap baik, andal, dan reliabel untuk digunakan sebagai alat ukur suatu penelitian. Hasil perhitungan dan perincian reliabilitas dapat dilihat pada tabel 13. Tabel. 13 Tabel Reliabilitas Skala Kecerdasan Adversitas Reliability Statistics Cronbach's N of Alpha Items ,898 28
C. Hasil Analisis Data Penelitian Teknik analisi regresi linier berganda dua prediktor yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini dilakukan setelah uji prasyarat analisis terpenuhi, yaitu uji asumsi dasar dan uji asumsi klasik. Perhitungan
87
analisis ini dilakukan dengan bantuan program komputer yaitu Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 20.0 for windows. 1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Asumsi Dasar 1) Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui populasi data berdistribusi
normal
atau
tidak.
Jika
analisis
data
akan
menggunakan metode statistik parametrik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi (Priyatno, 2010). Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan taraf signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 0,05 (Priyatno, 2010).
Tabel. 14 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Stres Kecerdasan Kerja Hardiness Adversitas N 64 64 64 Normal Parametersa,b Mean 58,66 104,69 89,14 Std. Deviation 9,247 7,613 7,423 Most Extreme Absolute ,103 ,122 ,160 Differences Positive ,062 ,122 ,160 Negative -,103 -,080 -,106 Kolmogorov-Smirnov Z ,821 ,979 1,283 Asymp. Sig. (2-tailed) ,511 ,294 ,074 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
88
Berdasarkan hasil output One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dapat diketahui bahwa nilai Sig. untuk variabel yaitu stres kerja, hardiness, dan kecerdasan adversitas masing-masing yaitu 0,511; 0,294; dan 0,074. Oleh karena signifikansi untuk semua variabel lebih besar 0,05, maka disimpulkan bahwa populasi data stres kerja, hardiness, dan kecerdasan adversitas berdistribusi normal. 2)
Uji Linearitas Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui variabel prediktor dan variabel kriterium memiliki hubungan linier atau tidak secara signifikan. Dua variabel dikatakan memiliki hubungan linier apabila signifikansi (linearity) kurang dari 0,05 (Priyatno, 2010). Pengujian pada SPSS dengan menggunakan Test for Linearity pada taraf signifikansi 0,05. Hasil uji linearitas dapat dilihat pada output ANOVA Table berikut:
89
Tabel. 15 Hasil Uji Linearitas antara Stres Kerja dengan Hardiness ANOVA Table
Stres Between Kerja * Groups Hardiness
(Combined)
Sum of Squares 3470,832
Mean df Square F 23 150,906 3,151
Linearity
2823,227
1 2823,227 58,95 2 22 29,437 ,615
Deviation from Linearity
647,605
Within Groups
1915,606
40
Total
5386,437
63
Sig. ,001 ,000 ,888
47,890
Tabel. 16 Hasil Uji Linearitas antara Stres Kerja dengan Kecerdasan Adversitas ANOVA Table Sum of Squares Stres Kerja Between
(Combined)
4212,112
*
Linearity
2470,953
Groups
Mean df
Square
23
F
Sig.
183,135 6,238
,000
1 2470,953 84,16
,000
Kecerdasan
6
Adversitas
Deviation from 1741,160
22
79,144 2,696
29,358
Linearity Within Groups
1174,325
40
Total
5386,437
63
Berdasarkan hasil output tabel 15, pada kolom Linearity dapat diketahui bahwa nilai Sig. antara variabel stres kerja dan hardiness sebesar 0,000 (p < 0,05). Selanjutnya, berdasarkan tabel 16, nilai Sig.
,003
90
pada kolom Linearity antara variabel stres kerja dan kecerdasan adversitas sebesar 0,000 (p < 0,05). Oleh karena signifikansi kurang dari 0,05 maka disimpulkan bahwa antara variabel stres kerja dengan hardiness maupun antara stres kerja dengan kecerdasan adversitas terdapat hubungan linier. b. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linier antarvariabel prediktor dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak ada multikolinieritas. Pengujian multikolinieritas dalam penelitian ini melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Prasyarat tidak adanya multikolinearitas ditunjukkan oleh nilai Tolerance lebih dari 0,1 dan VIF kurang dari 10 (Priyatno, 2012). Santoso (dalam Priyatno, 2010) menambahkan pada umumnya jika VIF lebih besar dari 5, maka variabel tersebut memiliki persoalan multikolinearitas.
91
Tabel. 17 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model
1
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
B Std. Error 151,482 11,098 -,645 ,198
(Constant) Hardiness
Kecerdasan -,283 Adversitas a.Dependen Variable: Stres Kerja
Beta
,203
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
-,531
,284
3,527
-,227
,284
3,527
Berdasarkan hasil output Coefficients pada tabel 17, dalam kolom Collinearity Statistiscs dapat diketahui nilai Tolerance untuk variabel hardiness dan kecerdasan adversitas masing-masing 0,284. Hasil pengujian melalui nilai Varaince Inflation Factor (VIF) untuk masing-masing variabel prediktor sebesar 3,527. Oleh karena nilai Tolerance lebih dari 0,1 serta nilai VIF kurang dari 10 dan lebih kecil dari 5, maka disimpulkan bahwa pada model regresi dalam
penelitian
ini
tidak
ditemukan
adanya
masalah
multikolinearitas. 2) Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak sama pada semua pengamatan model regresi. Prasyarat yang harus dipenuhi
dalam
model
regresi
adalah
tidak
adanya
heteroskedastisitas, yaitu dengan melihat pola pada diagram Scatterplot (Priyatno, 2008). Jika ada pola tertentu, seperti titiktitik
yang
ada
membentuk
pola
tertentu
yang
teratur
92
(bergelombang,
melebar
kemudian
menyempit),
maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas, sedangkan jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka
0
pada
sumbu
Y,
maka
tidak
terjadi
heteroskedastisitas (Priyatno, 2008). Hasil pengujian heteroskedastisitas melalui scatterplot dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar. 2 Hasil Uji Heteroskedastisitas Melalui Scatterplot Berdasarkan pada output pola scatterplot, terlihat penyebaran titik-titik data tidak teratur, berada di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, plot yang terpencar, dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Dengan demikian disimpulkan bahwa melalui pola scatterplot tersebut, model regresi terbebas dari adanya gejala heteroskedastisitas.
93
Metode uji heteroskedastisitas lain yakni uji Glejser. Hasil uji heteroskedastisitas dengan uji Glejser sebagai berikut: Tabel. 18 Hasil Uji Heteroskedastisistas Coefficientsa Model
1
(Constant) Hardiness Kecerdasan Adversitas
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta -12,427 6,797 ,233 ,121 ,436 -,080
,125
-,147
t
Sig.
-1,828 1,915
,072 ,060
-,646
,521
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas pada tabel 18, dapat diketahui bahwa nilai Sig. variabel hardiness sebesar 0,060 (0,060 > 0,05) dan pada kecerdasan adversitas sebesar 0,521 (0,521 > 0,05). Nilai signifikansi antara variabel residual absolut dengan variabel hardiness dan variabel kecerdasan adversitas masing-masing lebih dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. 3) Uji Autokorelasi Priyatno (2010) menjelaskan uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Apabila ditemukan adanya korelasi, maka ada problem autokorelasi. Prasyarat yang harus dipenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya autokorelasi, yaitu dengan uji Durbin
94
Watson (DW) jika DW terletak antara du dan (4-du) (Priyatno, 2008). Tabel. 19 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model R 1
Adjusted R
Std. Error of
Durbin-
Square
the Estimate
Watson
R Square
,734a
,539
,524
6,382
2,239
a. Predictors: (Constant), kecerdasan adversitas, hardiness b. Dependent Variable: stres kerja
Berdasarkan output Model Summary di atas, diperoleh nilai Durbin-Watson (D-W) yang dihasilkan dari model regresi adalah 2,239. Nilai ini dibandingkan dengan nilai dari tabel D-W pada taraf signifikansi 0,05 dengan jumlah sampel (n) = 64 dan jumlah variabel prediktor yang diteliti (k) = 2, maka diperoleh dL = 1,5315 dan nilai dU = 1,6601. Perhitungan selanjutnya adalah 4-dL (4 – 1,5315 = 2,4685. Dan 4-dU (4 - 1,6601 =
2,3399). Dengan
demikian, nilai D-W pada penelitian ini terletak di antara dU dan 4-dU yaitu (1,6601 < 2,239 < 2,3399). Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa model regresi penelitian ini tidak terdapat autokorelasi.
2. Uji Hipotesis Setelah uji asumsi dasar dan uji asumsi klasik terpenuhi, langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang
95
diajukan dengan teknik uji regresi berganda (Multiple Regression Analysis). Langkah pengujian melalui dua tahap yaitu: a. Pengujian secara simultan (Uji F) Hasil F test menunjukkan variabel prediktor secara bersamasama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel kriterium jika nilai p-value (pada kolom Sig.) lebih kecil dari level of significance yang ditentukan, yaitu pada taraf signifikansi 0,05 atau F hitung > F tabel. Signifikan berarti bahwa hubungan yang terjadi dapat berlaku untuk populasi, atu dengan kata lain dapat digeneralisasikan. Hasil F test melalui program komputer yaitu Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 20.0 for windows dapat dilihat pada tabel 20. Tabel. 20 Hasil Pengujian Hipotesis Secara Simultan ANOVAb Model
Sum of Squares
1
df
Mean Square
Regression
2902,272
2
1451,136
Residual
2484,165
61
40,724
Total
5386,438
63
F
Sig.
35,633
a. Predictors: (Constant), kecerdasan adversitas, hardiness b. Dependent Variable: stres kerja
Dari hasil output ANOVA di atas, diperoleh nilai F hitung sebesar 35,633 dengan p-value yang ditunjukkan pada kolom Sig. sebesar 0,000. Dengan menggunakan taraf signifikansi 0,05, nilai df 1 (jumlah variabel yang diteliti-1) yaitu (3-1) = 2; dan df 2 (n-k-1) yaitu
,000a
96
(64-2-1) = 61 (n adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah variabel prediktor), maka nilai F tabel adalah 3,148. Dengan demikian nilai F hitung = 35,633 > F tabel = 3,148 (p < 0,05) sehingga disimpulkan bahwa salah satu hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, yaitu secara bersama-sama terdapat hubungan yang signifikan antara hardiness dan kecerdasan adversitas dengan stres kerja. b. Analisis Korelasi Parsial Analisis korelasi parsial digunakan untuk mengetahui kekuatan atau keeratan hubungan antardua variabel dengan membuat variabel lainnya yang dianggap berpengaruh dikendalikan atau dibuat tetap (sebagai variabel kontrol). Nilai korelasi (r) berkisar antara 1 sampai 1. Nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat dan sebaliknya, nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah (priyatno, 2010). Nilai positif menunjukkan hubungan searah (jika X naik, maka Y naik) dan nilai negatif menunjukkan hubungan terbalik (jika X naik, maka Y turun). Hasil pengujian analisis korelasi parsial ditunjukkan melalui output program komputer yaitu Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 20.0 for windows dapat dilihat pada tabel 22.
97
Tabel. 21 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi No.
Interval Koefisien Korelasi
Interpretasi
1.
0,000 – 0,199
Sangat Lemah
2.
0,200 – 0,399
Lemah
3.
0,400 – 0,599
Sedang
4.
0,600 – 0,799
Kuat
5.
0,800 – 1,000
Sangat Kuat
Tabel. 22 Hasil Analisis Korelasi Parsial antara Hardiness dengan Stres Kerja Correlations Control Variables Stres Kerja Hardiness Kecerdasan Stres Kerja Correlation 1,000 -,385 Adversitas Significance . ,002 B (2-tailed) df 0 61 Hardiness Correlation -,385 1,000 Significance ,002 . (2-tailed) df 61 0 Berdasarkan hasil uji korelasi parsial pada tabel 22 di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi pada significance (2-tailed) sebesar 0,002 (p < 0,05). Nilai korelasi 0,385, yang berarti ada hubungan yang lemah antara hardiness dengan stres kerja, karena berada pada rentang 0,200 – 0,399. Arah hubungan yang terbentuk adalah negatif karena nilai koefisien korelasi (r) bertanda negatif. Artinya, semakin tinggi hardiness, maka stres kerja akan semakin rendah. Signifikan berarti bahwa hipotesis yang telah terbukti pada
98
sampel dapat digeneralisasikan pada populasi (Priyatno, 2012). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara hardiness dengan stres kerja.
Tabel. 23 Hasil Analisis Korelasi Parsial Kecerdasan Adversitas dengan Stres Kerja Correlations Control Variables
Kecerdasan Stres Kerja Adversitas Hardiness Stres Kerja Correlation 1,000 -,176 Significance . ,169 (2-tailed) Df 0 61 Kecerdasan Correlation -,176 1,000 B Adversitas Significance ,169 . (2-tailed) Df 61 0 Berdasarkan hasil uji korelasi parsial pada tabel 23 di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi pada significance (2-tailed) sebesar 0,169 (p > 0,05), maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini ditolak. Nilai korelasi 0,176, yang berarti hubungan antara kecerdasan adversitas dengan stres kerja sangat lemah, karena berada pada rentang 0,00–0,199. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kecerdasan adversitas dengan stres kerja, karena signifikansinya lebih besar dari 0,05.
99
3. Sumbangan
Pengaruh
Variabel
Prediktor
terhadap
Variabel
Kriterium Secara Serentak (Analisis Determinasi) Besarnya presentase sumbangan pengaruh variabel prediktor secara serentak terhadap variabel kriterium dapat diketahui dengan menggunakan analisis determinasi. Pada output Model Summary juga didapatkan nilai koefisien determinasi R2 (R Square) untuk mengetahui presentase sumbangan pengaruh variabel prediktor (X1 dan X2) secara serentak terhadap variabel kriterium (Y). Apabila nila R2 (R Square) sama dengan 0 maka tidak ada sedikitpun presentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel prediktor terhadap variabel kriterium dan sebaliknya, apabila nilai R2 (R Square) sama dengan 1 maka presentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel prediktor terhadap variabel kriterium adalah sempurna (Priyatno, 2010).
Tabel. 24 Hasil Sumbangan Pengaruh Variabel Prediktor terhadap Variabel Kriterium Secara Serentak Model Summaryb Model 1
R R Square ,734a ,539
Adjusted R Std. Error of Square the Estimate ,524 6,382
DurbinWatson 2,239
a. Predictors: (Constant), kecerdasan adversitas, hardiness b. Dependent Variable: stres kerja Berdasarkan output Model Summary pada tabel 24 di atas, koefisien determinasi untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variasi variabel prediktor yang digunakan, yaitu hardiness dan kecerdasan adversitas mampu menjelaskan variasi variabel kriterium stres kerja ditunjukkan oleh
100
nilai R Square sebesar 0,539 yang berarti bahwa 53,9% stres kerja pada masinis Unit Pelaksana Teknis (UPT) Crew Kereta Api (KA) Surabaya Kota Daop 8 Surabaya dapat dijelaskan oleh hardiness dan kecerdasan adversitas. Dapat pula dikatakan bahwa hal ini menunjukkan presentase sumbangan pengaruh variabel hardiness dan kecerdasan adversitas memiliki hubungan positif dengan variabel stres kerja sebesar 53,9%. Sisanya sebesar 46,1% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel atau faktor lain yang tidak termasuk dalam model penelitian ini.
4. Sumbangan Relatif (SR) dan Sumbangan Efektif (SE) Sumbangan relatif dan sumbangan efektif memberikan informasi mengenai besarnya sumbangan atau kontribusi pengaruh masing-masing variabel prediktor terhadap variabel kriterium dalam model regresi. a. Sumbangan Relatif (SR) Sumbangan relatif menunjukkan ukuran besarnya sumbangan dari variabel prediktor terhadap jumlah kuadrat regresi. Jumlah sumbangan relatif dari semua variabel prediktor adalah 100%. Dari hasil perhitungan dalam penelitian ini diperoleh bahwa sumbangan relatif variabel hardiness terhadap variabel stres kerja sebesar 84,1% dan sumbangan relatif variabel kecerdasan adversitas terhadap variabel stres kerja sebesar 15,9% .
101
b. Sumbangan Efektif (SE) Sumbangan efektif menunjukkan besarnya sumbangan variabel prediktor terhadap keseluruhan efektivitas garis regresi
yang
digunakan sebagai dasar prediksi. Jumlah sumbangan efektif dari semua variabel prediktor sama dengan nilai koefisien determinasi R2 (R Square). Dari hasil perhitungan dalam penelitian ini, diperoleh bahwa sumbangan efektif variabel hardiness terhadap variabel stres kerja sebesar 45,3% dan sumbangan efektif variabel kecerdasan adversitas terhadap variabel stres kerja sebesar 8,6%. Total sumbangan efektif yang diberikan variabel hardiness dan kecerdasan adversitas terhadap stres kerja ditunjukkan oleh nilai R2 (R Square) sebesar 0,539 atau 53,9%.
5. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif menggambarkan tentang deskripsi data-data hasil penelitian (Priyatno, 2012). Analisis deskriptif dalam penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum tentang kondisi stres kerja, hardiness, dan kecerdasan adversitas dari responden yang diteliti. Hasil deskripsi statistik dapat dilihat pada tabel 25.
102
Tabel. 25 Deskriptif Data Empirik Descriptive Statistics N Stres Kerja Hardiness Kecerdasan Adversitas Valid N (listwise)
Minimum Maximum 64 38 74 64 94 126 64 76 107
Std. Mean Deviation 58,66 9,247 104,69 7,613 89,14 7,423
64
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa skor minimum yang diperoleh responden pada skala stres kerja adalah 38 dan skor maksimumnya yaitu 74, dengan rerata empirik sebesar 58,66. Skor minimum yang diperoleh responden pada skala hardiness adalah 94 dan skor maksimumnya yaitu 126, dengan rerata empirik sebesar 104,69. Skor minimum yang diperoleh responden pada skala kecerdasan adversitas adalah 76 dan skor maksimumnya yaitu 107, dengan rerata empirik sebesar 89,14. Selain deskripsi data empirik, terdapat pula deskripsi data penelitian mencakup data hipotetik dan empirik yang dapat dilihat pada tabel 26 berikut: Tabel. 26 Deskriptif Data Penelitian Skala
Jumlah Respon Den
Data Hipotetik Skor Skor Min Max
M
SD
Data Empirik Skor Min
Skor Max
M
SD
Stres Kerja
64
33
132
82,5 16,5
38
74
58,66
9,247
Hardiness
64
33
132
82,5 16,5
94
126
7,613
Kecerdasan Adversitas
64
28
112
76
107
104,6 9 89,14
70
14
7,423
103
Berdasarkan
tabel
hasil
analisis
deskriptif,
dilakukan
kategorisasi responden secara normatif untuk memberikan interpretasi skor skala.
Kategorisasi
yang
digunakan
adalah
kategorisasi
jenjang
berdasarkan pada model distribusi normal. Tujuan dari kategorisasi ini adalah untuk menempatkan responden ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2012). Kontinum panjang ini akan dibagi menjadi lima kategori, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Katrgorisasi pada penelitian ini yaitu: a. Skala Stres Kerja Skala stres kerja dikategorikan untuk mengetahui tinggi rendahnya nilai responden. Perhitungan dan perincian secara lebih lengkap dijelaskan pada lampiran. Kategorisasi subjek digolongkan dalam lima kategorisasi, maka akan didapat distribusi seperti pada tabel berikut: Tabel. 27 Hasil Kategorisasi Responden berdasarkan Stres Kerja Kategorisasi
Norma
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
33 ≤ x < 52,8 52,8 ≤ x < 72,6 72,6 ≤ x 92,4 92,4 ≤ x <112,2 112,2 ≤ x < 132
Jumlah Responden 14 47 3 0 0
% 22 73 5 0 0
Berdasarkan hasil kategorisasi variabel stres kerja pada tabel 27, dapat diketahui bahwa secara umum responden berada pada kategori rendah yaitu sebanyak 73% responden. Sehingga dapat disimpulkan
104
bahwa sebagian besar masinis dalam penelitian ini memiliki tingkat stres kerja yang rendah terhadap pekerjaannya sebagai masinis. b. Skala Hardiness Skala hardiness dikategorikan untuk mengetahui tinggi rendahnya nilai responden. Perhitungan dan perincian secara lebih lengkap dijelaskan pada lampiran. Kategorisasi subjek digolongkan dalam lima kategorisasi, maka akan didapat distribusi seperti pada tabel berikut: Tabel. 28 Hasil Kategorisasi Responden berdasarkan Hardiness Jumlah Kategorisasi Norma Responden Sangat Rendah 33 ≤ x < 52,8 0 Rendah 52,8 ≤ x < 72,6 0 Sedang 72,6 ≤ x 92,4 0 Tinggi 92,4 ≤ x <112,2 54 Sangat Tinggi 112,2 ≤ x < 132 10
% 0 0 0 84 16
Berdasarkan hasil kategorisasi variabel hardiness pada tabel 28, dapat diketahui bahwa secara umum responden berada pada kategori tinggi yaitu sebanyak 84% responden. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masinis dalam penelitian ini memiliki tingkat hardiness yang tinggi. c. Skala Kecerdasan Adversitas Skala kecerdasan adversitas dikategorikan untuk mengetahui tinggi rendahnya nilai responden. Perhitungan dan perincian secara lebih lengkap dijelaskan pada lampiran. Kategorisasi subjek digolongkan dalam lima kategorisasi, maka akan didapat distribusi seperti pada tabel berikut:
105
Tabel. 29 Hasil Kategorisasi Responden berdasarkan Kecerdasan Adversitas Kategorisasi
Norma
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
28 ≤ x < 44,8 44,8 ≤ x < 61,6 61,6 ≤ x < 78,4 78,4 ≤ x < 95,2 95,2 ≤ x < 112
Jumlah Responden 0 0 3 46 15
% 0 0 5 72 23
Berdasarkan hasil kategorisasi variabel kecerdasan adversitas pada tabel 29, dapat diketahui bahwa secara umum responden berada pada kategori tinggi yaitu sebanyak 72% responden. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masinis dalam penelitian ini memiliki tingkat kecerdasan adversitas yang tinggi.
D. Pembahasan Hasil uji hipotesis membuktikan hipotesis pertama dalam penelitian ini terpenuhi, yaitu terdapat hubungan antara hardiness dan kecerdasan adversitas dengan stres kerja pada masinis UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai F hitung yaitu 35,633 yang lebih besar dari F tabel yaitu 3,148 dengan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05), dengan demikian, hardiness dan kecerdasan adversitas secara bersama-sama berhubungan signifikan dengan stres kerja. Semakin tinggi tingkat hardiness dan kecerdasan adversitas, maka semakin rendah tingkat stres kerja. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah tingkat hardiness dan kecerdasan adversitas, maka semakin tinggi tingkat stres kerja.
106
Hasil penelitian ini mendukung salah satu pernyataan yang diungkapkan oleh Robbins (2015), menyebutkan bahwa karakteristik kepribadian yang inheren dapat mempengaruhi stres kerja. Kobasa, Maddi, dan Kahn (dalam Maddi, 2013) mengungkapkan bahwa hardiness merupakan konstelasi dari karakteristik kepribadian yang mempunyai sumber perlawanan di saat individu menemui suatu kejadian yang menimbulkan stres dan dapat membantu untuk melindungi individu dari pengaruh negatif stres. Hardiness adalah salah satu hal yang dapat menentukan tinggi rendahnya tingkat stres kerja yang dialami oleh individu. Selain itu, Stoltz (2007) mengatakan bahwa kecerdasan adversitas adalah suatu ukuran untuk mengetahui bagaimana respon dan kemampuan individu dalam menghadapi suatu kesulitan. Maltz (2004) juga mengatakan bahwa individu yang memiliki kecerdasan adversitas adalah individu yang tidak menyalahkan diri sendiri dan individu lain atas masalah yang dihadapinya, akan tetapi terus menyelesaikannya karena semua masalah pasti dapat diatasi, sehingga individu tersebut tidak mengalami stres apabila dihadapkan pada suatu masalah atau kesulitan di dalam pekerjaannya. Uji hipotesis juga membuktikan hipotesis kedua dalam penelitian ini diterima, yaitu terdapat hubungan antara hardiness dengan stres kerja pada masinis UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya. Nilai koefisien korelasi antara variabel hardiness dengan stres kerja (rx1y) sebesar 0,385 dengan p-value 0,002 (p<0,05). Hubungan yang terbentuk antara hardiness dengan stres kerja termasuk dalam kategori lemah. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi parsial (r) yang diperoleh dari hasil analisis sebesar 0,385. Selain itu, koefisien
107
korelasi (r) yang bertanda negatif menunjukkan arah hubungan antara variabel hardiness dengan stres kerja bersifat negatif, dengan demikian, secara parsial hardiness berhubungan negatif yang signifikan dengan stres kerja. Semakin tinggi tingkat hardiness yang dimiliki oleh masinis, maka stres kerja yang dialami pun semakin rendah. Demikian juga sebaliknya, semakin rendah tingkat hardiness yang dialami oleh masinis, maka semakin tinggi stres kerja yang dialami oleh masinis. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya keselarasan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kobasa (dalam Bartone, 2006) yang telah melakukan penelitian mengenai hardiness dan kesehatan pada diri para eksekutif, penelitian telah menunjukkan bahwa hardiness mampu melindungi terhadap efek buruk stres pada kesehatan dan kinerja. Studi dengan berbagai kelompok kerja telah menemukan bahwa hardiness berperan sebagai moderator yang signifikan atau sebagai penyangga stres sebagaimana yang telah dikatakan oleh Bartone, Contrada, Kobasa, dkk. (dalam Bartone, 2006). Suzanne Kobasa (dalam Kreitner & Kinicki, 2005), seorang ilmuwan perilaku, mengidentifikasi karakteristik individu yang dapat menetralisir stres kerja. Karakter tersebut disebut sebagai hardiness, yang melibatkan kemampuan untuk mempersepsi atau perilaku mengubah stres negatif menjadi tantangan positif. Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan oleh Amiruddin dan Ambarini (2014) mengenai pengaruh hardiness dan coping stress terhadap tingkat stres pada Kadet Akademi TNI Angkatan Laut, hasilnya menunjukkan bahwa
108
hardiness berpengaruh negatif terhadap tingkat stres yang dialami oleh kadet AAL. Hal ini berarti apabila subjek memiliki tingkat hardiness yang tinggi, maka tingkat stresnya akan menurun. Hasil pengujian hipotesis ketiga pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara kecerdasan adversitas dengan stres kerja pada masinis UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya. Nilai koefisien korelasi antara variabel kecerdasa adversitas dengan stres kerja (rx2y) sebesar 0,176 dengan p-value 0,169 (p > 0,05). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara kecerdasan adversitas dengan stres kerja. Penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Shen (2014) yang mengatakan bahwa kecerdasan adversitas menunjukkan sikap dan kemampuan untuk menangani sumber stres. Ketika kemampuan kontrol dari kecerdasan adversitas lebih tinggi, maka persepsi stres kerja harus lebih rendah. Apabila kecerdasan adversitas tinggi, kehidupan individu tidak akan dipengaruhi oleh rasa frustrasi, mereka akan dengan mudah mengatasi hambatan, dan tidak akan memiliki hubungan negatif dengan kesulitan. Tidak signifikannya hubungan antara kecerdasan adversitas dengan stres kerja dalam penelitian ini dapat disebabkan oleh faktor lain yang mempengaruhi hubungan langsung antarkedua variabel. Dwiyanti (2001) mengungkapkan bahwa faktor penyebab stres kerja, yaitu faktor lingkungan kerja dan faktor personal. Dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa rendahnya tingkat stres kerja masinis UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya tidak berhubungan dengan tingginya kecerdasan adversitas. Hal ini bisa terjadi mungkin kareana faktor lain,
109
seperti adanya dukungan sosial, adanya kesempatan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, dan manajemen yang sehat (Dwiyanti, 2001). Stres akan cenderung muncul pada karyawan yang tidak mendapat dukungan dari lingkungan sosial mereka serta manajemen yang kurang sehat, namun situasi ini berbeda dengan yang dialami oleh masinis UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan kepala UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya, masinis dibina oleh seorang asisten urusan masinis yang bertugas untuk memberikan pembinaan kualitas serta membuat penilaian kinerja masinis. Asisten urusan masinis dan penyelia masinis UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya kerap memberikan bimbingan tidak hanya kepada asisten masinis yang baru saja, tetapi juga masih senantiasa memberikan bimbingan dan pembinaan kepada seluruh masinis yang sudah berpengalaman sekalipun agar tetap mampu melaksanakan tugas sebagai seorang masinis dengan baik dan sesuai dengan prosedur atau standar operasional yang berlaku. Bimbingan dan pembinaan yang diberikan bukan hanya mengenai teknis tapi juga berupa moril. Selain itu, masinis juga diberikan kewenangan sepenuhnya dalam pembuatan keputusan selama melakukan tugas mengemudi kereta api. Seorang masinis diberi tugas sebagai pemimpin selama dalam perjalanan kereta api, jadi apabila terjadi sesuatu selama perjalanan kereta api masinis yang akan membuat sebuah keputusan. Banyak orang mengalami stres kerja ketika mereka tidak dapat memutuskan persoalan yang menjadi tanggung jawab dan kewenangannya. Stres
110
kerja juga bisa terjadi ketika seorang individu tidak dilibatkan dalam pembuatan keputusan yang menyangkut dirinya. Faktor lain yang dapat mempengaruhi stres kerja adalaha masa kerja. Masa kerja merupakan kurun waktu tertentu atau lamanya tenaga kerja bekerja di suatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun negatif. Memberi pengaruh positif pada kinerja apabila semakin lamanya masa kerja personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya. Sebaliknya akan memberi pengaruh negatif apabila dengan semakin lamanya masa kerja akan timbul kebiasaan pada tenaga kerja. Hal ini biasanya terkait dengan pekerjaan yang bersifat monoton dan berulang-ulang (M.A. Tulus, 1992). Berdasarkan fenomena yang terjadi, melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan salah satu penyelia masinis UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya saat melakukan pengambilan data, penyelia masinis mengatakan bahwa masinis sebelum menjadi seorang masinis, mereka menjadi asisten masinis terlebih dahulu. Selama menjadi seorang asisten masinis, mereka memiliki kewajiban untuk bekerja mendampingi masinis sebagai asisten dan belajar menghafal jalan. Asisten masinis ketika ikut bekerja mendampingi seorang masinis otomatis dia juga pasti akan melihat bagaimana seorang masinis dalam bekerja mengemudikan dan menjalankan kereta api, selain itu asisten masinis juga otomatis akan tahu bagaimana cara untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi selama perjalanan kereta api, secara tidak langsung dia akan otomatis belajar dan ikut membantu masinis dalam bekerja sehingga terbiasa. Oleh karena seorang masinis sebelum menjadi masinis dia harus menjadi asisten masinis terlebih
111
dahulu, maka otomatis masinis setidaknya sudah tahu dan mulai terbiasa dengan tuntutan tugas serta tanggung jawab yang harus dilaksanakannya, hal ini menjadi sebuah rutinitas bagi seorang masinis untuk melaksanakan kewajibannya dengan baik dan benar, sehingga masa kerja bisa menjadi sebuah faktor yang mempengaruhi tingkat stres kerja pada seseorang. Ismirani (2011) mengatakan bahwa seseorang yang tidak mengalami stres kerja mungkin disebabkan oleh dirinya yang hanya sebatas bisa mengontrol emosinya saja tetapi belum pada tindakannya sehingga tidak berpengaruh terhadap stres kerjanya. Kemudian, juga bisa disebabkan karena individu tersebut terlalu menganggap kesulitan berasal dari luar, sehingga dia tidak melakukan introspeksi diri dan telah menyalahkan orang lain, sehingga tidak berpengaruh pada tingkat stresnya. Sari (2014) mengatakan bahwa perbedaaan tingkat stres pada masing-masing individu dengan stressor yang sama dipengaruhi oleh banyak hal, seperti cara koping stres, ketahanan psikologi, kecerdasan emosional, self efficacy, dan dukungan sosial. Asumsi yang melatarbelakangi penelitian ini adalah masinis UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya mengalami stres kerja akibat tuntutan tugas dan beban mental yang dialami masinis selama bekerja sebagai seorang masinis. Namun, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa stres kerja yang dialami oleh responden termasuk dalam kategori rendah. Sehingga, berdasarkan hasil tersebut, maka asumsi peneliti berdasarkan teori mengenai stres kerja yang dialami oleh masinis UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya belum bisa dikatatakan tepat.
112
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pernyataan yang dikatakan oleh Aryanto, dkk. (2015) dalam penelitiannya mengenai analisis stres kerja yang menyebutkan bahwa beban kerja dan tanggung jawab dapat menjadi faktor pemicu stres kerja pada masinis. Sebagian besar masinis merasakan beban dan tanggung jawab menjadi seorang masinis sangatlah besar. Hal ini dikarenakan masinis memegang peran utama dalam melakukan perjalanan kereta api, dan bertanggung jawab dalam hal keselamatan, keamanan, kepuasan, dan kenyamanan penumpang. Di dalam penelitian tersebut juga dipaparkan bahwa tuntutan mental juga menjadi penyebab stres kerja pada masinis. Tuntutan mental ini meliputi konsentrasi, daya ingat, dan fokus. Konsentrasi dan fokus sangat dibutuhkan selama masinis mengendalikan kereta, jika masinis lengah akibatnya bisa fatal, kemungkinan besar kecelakaan dapat terjadi dan dapat membahayakan seluruh awak kereta. Daya ingat masinis juga diperlukan dalam mengingat simbol atau semboyan yang berlaku, hal ini akan membantu masinis dalam mengendalikan kereta sampai dengan tujuan. Selain kedua faktor tersebut terdapat lima faktor lain yang menjadi penyebab stres kerja pada masinis, yaitu lingkungan fisik, peluang kerja, aktivitas di luar pekerjaan, kepuasan terhadap pekerjaan, dan masalah di tempat kerja (Aryanto, dkk., 2015). Adapun fenomena yang terjadi pada masinis UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa tuntutan tugas dan tanggung jawab seorang masinis sudah menjadi sebuah rutinitas sehari-hari yang wajib dilaksanakan, sehingga masinis sudah terbiasa dengan hal tersebut. Berkaitan dengan lingkungan fisik tempat masinis bekerja, yaitu lokomotif, saat
113
ini kondisi lokomotif sudah didesain sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kebisingan yang dapat mempengaruhi kinerja masinis selama bertugas. Selain itu, diduga kepuasan kerja juga menjadi faktor rendahnya stres kerja yang dialami masinis UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya. Hal ini berkaitan dengan upah atau gaji pokok yang diberikan kepada seorang masinis tidaklah sedikit, masinis juga memperoleh tunjangan dan premi tambahan apabila dia bekerja lebih dari jam kerja yang ditetapkan. Masinis juga senantiasa diberikan pembinaan khusus oleh asisten urusan masinis agar masinis dapat melaksanakan tugasnya sebagai seorang pemimpin perjalanan kereta api serta mampu memimpin seluruh awak kereta api dengan baik. Rendahnya tingkat stres kerja pada subjek penelitian dapat disebabkan karena hanya faktor pribadi saja yang dimasukkan sebagai variabel penelitian, sedangkan faktor lingkungan dan faktor organisasional tidak dimasukkan sebagai variabel penelitian. Berdasarkan hasil analisis determinasi, diperoleh nilai R Square sebesar 0,539. Hasil ini menunjukkan stres kerja sebagai variabel kriterium dapat dijelaskan oleh hardiness dan kecerdasan adversitas sebagai variabel prediktor sebesar 53,9%. Dapat dikatakan bahwa hardiness dan kecerdasan adversitas secara bersama-sama mampu memberikan kontribusi pengaruh terhadap stres kerja pada masinis UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya sebesar 53,9%. Sisanya 46,1% dipengaruhi variabel atau faktor lain di luar penelitian ini. Selanjutnya, hasil perhitungan sumbangan relatif dan sumbangan efektif dari masing-masing variabel prediktor (hardiness dan kecerdasan adversitas) terhadap variabel kriterium (stres kerja) menunjukkan hardiness lebih dominan dalam
114
mempengaruhi stres kerja daripada kecerdasan adversitas. Hasil sumbangan relatif hardiness terhadap stres kerja sebesar 84,1% sedangkan dari kecerdasan adversitas sebesar 15,9% . Selain itu, hasil sumbangan efektif hardiness terhadap stres kerja sebesar 45,3%, sedangkan dari kecerdasan adversitas sebesar 8,6%. Lebih dominannya sumbangan relatif dan sumbangan efektif hardiness dalam mempengaruhi stres kerja dapat dijelaskan melalui hasil pembuktian uji hipotesis. Hal ini disebabkan oleh signifikannya hubungan secara parsial antara hardiness dengan stres kerja, sehingga memberikan kontribusi yang lebih dominan. Berbeda dengan hubungan secara parsial antara kecerdasan adversitas dengan stres kerja yang ditemukan tidak signifikan, sehingga kurang dominan dalam memberikan kontribusi pengaruh terhadap stres kerja. Berdasarkan kategorisasi skala stres kerja dapat diketahui responden penelitian memiliki tingkat stres kerja berada pada tingkat sangat rendah sebesar 22%, pada tingkat rendah sebesar 73%, dan pada tingkat sedang sebesar 5%. Sehingga, secara keseluruhan responden dalam penelitian ini memiliki tingkat stres kerja yang rendah. Berdasarkan kategorisasi skala hardiness dapat diketahui responden penelitian memiliki tingkat hardiness berada pada tingkat tinggi sebesar 84%, dan pada tingkat sangat tinggi sebesar 16%. Sehingga, secara keseluruhan responden dalam penelitian ini memiliki tingkat hardiness pada tingkat yang tinggi. Selanjutnya, berdasarkan kategorisasi skala kecerdasan adversitas dapat diketahui responden penelitian memiliki tingkat kecerdasan adversitas berada pada tingkat sedang sebesar 5%, pada tingkat tinggi 72%, dan pada tingkat sangat
115
tinggi sebesar 23%. Sehingga, secara keseluruhan responden dalam penelitian ini memiliki tingkat kecerdasan adversitas yang tinggi. Berdasarkan hasil uraian dan pembahasan diatas, hasil penelitian ini telah mampu menjawab hipotesis mengenai hubungan antara hardiness dan kecerdasan adversitas dengan stres kerja pada masinis UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya baik secara bersama-sama maupun secara parsial. Namun, dalam penelitian ini tidak lepas dari keterbatasan dan kelemahan selama penelitian. Keterbatasan dan kelemahan dalam penelitian ini adalah waktu yang diperlukan oleh peneliti untuk bertemu dengan responden, karena responden yang merupakan seorang masinis tidak selalu datang setiap hari ke UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya dan responden juga tidak memiliki waktu yang cukup banyak, karena mereka selalu diburu oleh waktu untuk bekerja. Oleh karena itu, penelitian ini memakan waktu yang cukup panjang, yakni hingga 2 minggu lamanya. Selain itu, karena penelitian ini adalah studi populasi, maka generalisasi penelitian hanya dapat dilakukan sebatas pada populasi masinis UPT Crew KA Surabaya Kota Daop 8 Surabaya saja, sedangkan penerapan penelitian untuk populasi yang lebih luas dan dengan karakteristik berbeda memerlukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan variabel-variabel yang belum diteliti dalam penelitian ini.