perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian Orientasi kancah penelitian merupakan istilah yang merujuk pada lokasi tempat dilaksanakannya penelitian. Pemahaman mengenai kancah atau loka si penelitian merupakan salah satu tahap yang harus dilalui sebelum penelitia n dilaksanakan. Penentuan tempat penelitian disesuaikan dengan populasi yang sebelumnya telah ditetapkan oleh peneliti. Penelitian mengenai kesepian ditinjau dari kohesivitas keluarga dan harga diri pada remaja akhir di Pulau Jawa dilaksanakan pada mahasiswa di Pulau Jawa yang memiliki kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan survei untuk mengetahui infor mas i yang berkaitan dengan responden penelitian. Mahasiswa pada rentang usia remaja akhir (18-21 tahun) biasanya berada pada tingkat pendidikan perguruan tinggi. Sebagai mahasiswa, remaja akhir dituntut untuk lebih mandiri baik dalam lingkungan kampus ataupun di luar lingkungan kampus. Di lingkungan kampus, dalam bidang akademis, seorang mahasiswa harus mampu menyelesaikan kontrak kuliahnya yang dikenal
dengan
istilah
SKS (Sistem
Kredit Semester).
Tidak
hanya
mengandalkan materi yang diberikan oleh dosen, mahasiswa harus mempunya i kesadaran sendiri untuk menambah wawasan mata kuliah tanpa harus diperinta h commit to user
67
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
oleh dosen, sehingga proses belajar tidak hanya dilakukan di dalam ruangan ketika pembelajaran sedang berlangsung. Aktif di organisasi kemahasiswaa n internal kampus juga dapat menjadikan remaja akhir sebagai pribadi yang mandiri,
menemukan
masalah-masalah
baru
dan
harus
mampu
menyelesaikannya dengan cara yang dewasa. Di luar lingkungan kampus, di lingkungan tempat tinggal, mahasiswa bisa berperan aktif dengan masyarakat, bisa menjadi
penghubung
masyarakat
dengan
lembaga-lembaga
yang
dibutuhkan masyarakat. Di samping itu, karakteristik mahasiswa juga beragam. Berdasarkan kota asal, banyak mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang jauh dari kota asalnya, sehingga banyak remaja akhir yang harus tinggal terpisah dari keluarganya selama kuliah. Selain tinggal terpisah dengan keluarga, remaja akhir yang memasuki dunia perkuliahan juga dihadapkan pada kondisi meninggalkan teman-teman lama dan bertemu dengan orang-orang baru di perguruan tinggi masing- masing. Hal ini dapat menjadi pemicu munculnya rasa kesepian pada remaja akhir. Berdasarkan jurusan perkuliahan, mahasiswa memiliki penjurusan yang berbeda-beda. Terdapat banyak jurusan, berbagai jurusan
dalam rumpun
diantaranya
kedokteran,
hukum,
jurusan
Psikologi,
keguruan,
ilmu
komunikasi, ilmu sosial dan politik, sastra dan budaya, serta matematika dan ilmu pengetahuan alam. Tiap mahasiswa dalam rumpun tertentu memilik i himpunan kemahasiswaan berupa himpunan maupun lembaga, dari tingkat jurusan hingga tingkat internasional. Seperti pada mahasiswa Psikologi, pada commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tingkat program studi terdapat himpunan mahasiswa psikologi (Himapsi), pada tingkat fakultas terdapat Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Psikologi (BEMFPsi), pada tingkat nasional terdapat Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia (ILMPI). Dalam penelitian ini, mahasiswa yang tergabung sebagai pengurus dan anggota ILMPI (Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia) merupakan jaringan untuk menyampaikan jarkom (jaringan komunikasi) berisi sosialisas i penelitian yang memuat tentang identitas peneliti, garis besar penelitian, kriteria subjek yang diteliti, dan alamat web untuk mengakses skala melalui media sms, whatsapp, dan line ini kepada mahasiswa fakultas lain di universitasnya. Jumlah mahasiswa di Pulau Jawa tidak dapat diketahui secara pasti, karena banyaknya jumlah perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta. Pulau Jawa secara administratif terbagi menjadi enam provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Banten; serta dua wilayah khusus, yaitu DKI Jakarta dan DI Yogyakarta. Terdapat 46 perguruan tinggi anggota Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia (ILMPI) dari 54 perguruan tinggi negeri dan 121 perguruan tinggi swasta di Pulau Jawa. 2. Persiapan Alat Ukur Sebelum melakukan penelitian, hal yang dipersiapkan adalah alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga macam skala sikap, yaitu skala kesepian, skala kohesivitas keluarga, dan skala harga diri. commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Skala kesepian Skala kesepian digunakan untuk mengukur tingkat kesepian yang dirasakan oleh subjek. Skala kesepian disusun sendiri oleh peneliti dengan menggunakan dimensi kesepian menurut Weiss (dalam Gierveld & Tilbur g, 2006), yaitu kesepian emosi (emotional loneliness) dan kesepian sosial (social loneliness). Skala kesepian ini terdiri atas 33 aitem pernyataan dengan 17 aitem favorable dan 16 aitem unfavorable. Skala kesepian ini disusun dengan menggunakan empat piliha n jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Pemberian skor pada aitem favorable secara berurutan pada pilihan sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai adalah 4, 3, 2, 1, sedangkan pemberian skor pada aitem unfavorable secara berurutan pada pilihan sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai adalah 1, 2, 3, 4. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi tingkat kesepian yang dirasakannya, begitu pula sebaliknya. b. Skala kohesivitas keluarga Skala kohesivitas keluarga digunakan untuk mengukur tingkat kohesivitas keluarga yang dirasakan oleh subjek. Skala kohesivitas keluarga dimodifikasi oleh peneliti dari skala kohesivitas keluarga Moos dan Moos (2009) dengan melakukan alih bahasa dan menambahkan sembilan aitem. Skala kohesivitas keluarga ini berdasarkan aspek kohesivitas keluarga meliputi aspek sosial dan emosional. Skala kohesivitas keluarga dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
71 digilib.uns.ac.id
penelitian ini terdiri dari 18 aitem pernyataan dengan 13 aitem favorable dan 5 aitem unfavorable. Skala kohesivitas keluarga ini disusun dengan menggunakan empat pilihan jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Pemberian skor pada aitem favorable secara berurutan pada pilihan sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai adalah 4, 3, 2, 1, sedangkan pemberian skor pada aitem unfavorable secara berurutan pada pilihan sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai adalah 1, 2, 3, 4. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi tingkat kohesivitas keluarga yang dirasakannya, begitu pula sebaliknya. c. Skala harga diri Skala harga diri digunakan untuk mengukur tingkat harga diri yang dirasakan oleh subjek. Skala harga diri disusun oleh peneliti berdasarkan aspek harga diri Tafarodi dan Swann (dalam Richardson, Ratner, dan Zumbo, 2009) yang meliputi aspek self competency dan self liking. Skala harga diri yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 24 aitem pernyataan dengan 15 aitem favorable dan 9 aitem unfavorable. Skala harga diri ini disusun dengan menggunakan empat piliha n jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Pemberian skor pada aitem favorable secara berurutan pada pilihan sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai adalah 4, 3, 2, 1, sedangkan pemberian skor pada aitem unfavorable secara berurutan pada pilihan sangat sesuai hingga sangat tidak sesuai adalah 1, 2, 3, 4. Semakin commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin tinggi tingkat harga diri yang dirasakannya, begitu pula sebaliknya.
B. Pelaksanaan Penelitian 1. Penentuan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah remaja akhir yang tinggal di Pulau Jawa dengan karakteristik berusia 18-21 tahun, sedang menempuh pendidikan di tingkat perguruan tinggi, dan sehari-hari tinggal bersama keluarga kandung. Sampel diambil dengan menggunakan teknik insidental sampling, karena sampel yang representatif dalam penelitian ini diambil secara kebetulan, yaitu yang mengisi skala online dan yang sesuai dengan kriteria subjek penelitia n. Roscoe (dalam Sugiyono, 2012), berpendapat bahwa dalam penelitian yang melakukan analisis multivariat (korelasi atau regresi berganda), jumlah minima l anggota sampel adalah 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Penelitian ini memiliki tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu variabel tergantung, maka jumlah anggota sampel yang diperlukan adalah sebanyak minimal 30 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 260 orang. 2. Pengumpulan Data Pengumpulan data penelitian menggunakan uji-coba terpakai, yaitu skala hanya satu kali disebar dan diuji cobakan kepada responden. Penentuan pengumpulan data dengan cara ini terkait dengan jumlah mahasiswa usia 18-21 tahun yang tinggal dengan keluarga kandung tidak diketahui dengan pasti jumlah populasinya dan adanya keterbatasan waktu. Uji-coba terpakai memilik i commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kelemahan, diantaranya tidak dapat menghindari aitem-aitem yang kurang jelas maksudnya, tidak dapat memperbaiki aitem yang menghasilkan jawaban yang dangkal, dan tidak dapat menghilangkan aitem yang tidak relevan dengan tujuan penelitian. Pengumpulan data penelitian dilakukan sejak tanggal 25 Desember 2015 hingga 4 Januari 2016 dengan cara melakukan jarkom (jaringan komunikasi) berisi sosialisasi penelitian yang memuat tentang identitas peneliti, garis besar penelitian, kriteria subjek yang diteliti, dan alamat web untuk mengakses skala melalui media sms, whatsapp, dan line kepada mahasiswa melalui pengurus dan anggota ILMPI (Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia) sebagai jaringan untuk menyampaikan kembali jarkom ini kepada mahasiswa fakultas lain di universitasnya. Jarkom juga disampaikan oleh peneliti langsung kepada beberapa responden yang memenuhi kriteria dan meminta responden tersebut untuk menyampaikan kembali jarkom ini kepada mahasiswa lain di universitasnya. Jumlah respons yang diterima oleh peneliti sebanyak 350. Setelah dilakukan pemeriksaan, sebanyak 260 respons layak dianalisis, sedangkan 90 respons tidak memenuhi kriteria subjek penelitian. 3. Pelaksanaan Skoring Data yang terkumpul dan memenuhi kriteria selanjutnya dilakukan skoring atau penilaian pada jawaban masing- masing responden sesuai dengan kriteria skoring yang telah ditentukan. Kriteria skor skala kesepian, skala kohesivitas keluarga, dan skala harga diri bernilai sama, disesuaikan dengan commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kategori aitem, favorable dan unfavorable. Kriteria skor tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 5 Kriteria Skoring Skala Kategori Jawaban Favorable Sangat Sesuai (SS) 4 Sesuai (S) 3 Tidak Sesuai (TS) 2 Sangat Tidak Sesuai (STS) 1
Unfavorable 1 2 3 4
4. Validitas dan Reliabilitas Data yang terkumpul kemudian
ditabulasi dan dianalisis
untuk
mengetahui validitas tiap aitem dan reliabilitas dari ketiga skala penelitian. Uji validitas muka (face validity) dilakukan berdasarkan professional judgment, yang
dilakukan
oleh
pembimbing
sebagai pihak
yang
berkompeten.
Selanjutnya, pengujian validitas pada ketiga skala menggunakan teknik pengujian Cronbach’s Alpha yang menggunakan program IBM Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 22 untuk mempermudah pengolahan data. Pengujian
validitas
menggunakan
taraf signifikansi 0,05. Kriteria
pengujian adalah sebagai berikut (Priyatno, 2008): a. Jika r hitung ≥ r tabel maka aitem-aitem pertanyaan berkorelasi signifika n terhadap skor total (dinyatakan valid). b. Jika r hitung ≤ r tabel maka aitem-aitem pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid). Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur. Pengujian reliabilitas skala penelitian ini menggunakan formula Cronbach’s commit to user Alpha dengan program IBM Statistical Product and Service Solution (SPSS)
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
versi 22. Reliabilitas dinyatakan dengan koefisien reliabilitas yang berada dalam rentang angka dari 0 sampai dengan 1,00 (Azwar, 2013). Batasan reliabilitas penelitian ini menggunakan pendapat Sekaran (dalam Priyatno, 2008), yaitu koefisien reliabilitas kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas 0,8 adalah baik. a. Skala kesepian Berdasarkan hasil analisis product-moment Pearson, didapatkan nilai korelasi antara skor aitem dengan skor total. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel pada signifikansi 0,05 dan jumlah data (N) = 260, diperoleh nilai r tabel sebesar 0,138. Hasil perbandingan nilai r tabel dengan nilai korelasi (r hitung) dari 33 aitem yang dianalisis, terdapat satu aitem yang nilainya kurang dari 0,138, yaitu aitem nomor 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa aitem tersebut tidak valid. Sedangkan 32 aitem yang lain dinyatakan valid dengan indeks daya beda berkisar antara 0,150 sampai dengan 0,771. Hasil uji daya beda aitem selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Distribusi aitem skala kesepian yang valid dan gugur dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
76 digilib.uns.ac.id
Tabel 6 Distribusi Aitem Skala Kesepian yang Valid dan Gugur Nomor Aitem No Aspek Indikator Perilaku Fav Unfav Valid Gugur Valid Gugur Tidak memiliki ikatan emosi dengan 2, 19 28 10 seseorang Kesepian Memiliki hubungan emosi 3, 12, 21, 29, 1 yang kurang (emotional 20 30 memuaskan loneliness) Merasa lingkungan 5, 13, sosial kurang 4, 31 14, 33 memahami Kurangnya jaringan 11, 15, sosial yang dapat 1, 6, 23 24 diperoleh Kesepian Tidak adanya jaringan sosial sosial dalam berbagi 7, 16, 2 8 (social aktivitas dan 17, 25 loneliness) kepentingan 9, 18, Terasing dari 22, 26, lingkungan sosial 27, 32 17 15 1
Hasil pengujian reliabilitas skala kesepian menunjukkan nilai Alpha sebesar 0,927. Hal ini menunjukkan bahwa skala kesepian dapat dinyatakan reliabel sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian. b. Skala kohesivitas keluarga Berdasarkan hasil analisis product-moment Pearson, didapatkan nilai korelasi antara skor aitem dan skor total. Nilai ini kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel pada signifikansi 0,05 dan jumlah data (N) = 260, diperoleh nilai r tabel = 0,138. Hasil perbandinga n nilai r tabel dengan nilai korelasi (r hitung) dari 18 aitem yang dianalis is, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
77 digilib.uns.ac.id
tidak terdapat aitem yang nilainya kurang dari 0,138, sehingga 18 aitem dinyatakan valid dengan indeks daya beda berkisar antara 0,473 - 0,795. Hasil uji daya beda aitem selengkapnya dapat dilihat pada lampira n. Distribusi aitem skala kohesivitas keluarga yang valid dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
No
1
2
Tabel 7 Distribusi Aitem Skala Kohesivitas Keluarga yang Valid dan Gugur Nomor Aitem Aspek Indikator Perilaku Fav Unfav Valid Gugur Valid Gugur Melakukan aktivitas 2, 14, 10, 16 bersama 18 sosial Kerja sama 3, 5, 11, antaranggota keluarga 17 Anggota keluarga memiliki perasaan 8 15 saling dekat dan akrab Anggota keluarga Emosional saling memberi 4, 9 13 perhatian dan kasih sayang Anggota keluarga 1, 6, 7 12 saling mendukung 13 5 -
Hasil pengujian reliabilitas skala kohesivitas keluarga menunjukka n nilai Alpha sebesar 0,918. Hal ini menunjukkan bahwa skala kohesivitas keluarga dapat dinyatakan reliabel sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian. c. Skala harga diri Berdasarkan hasil analisis product-moment Pearson, didapatkan nilai korelasi antara skor aitem dan skor total. Nilai ini kemudian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
78 digilib.uns.ac.id
dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel pada signifikansi 0,05 dan jumlah data (N) = 260, diperoleh nilai r tabel = 0,138. Hasil perbandinga n nilai r tabel dengan nilai korelasi (r hitung) dari 24 aitem yang dianalis is, terdapat dua aitem kurang dari 0,138, yaitu aitem nomor 16, 19 dan 21, sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga aitem tersebut tidak valid. Sedangkan 21 aitem yang lain dinyatakan valid dengan indeks daya beda berkisar 0,248 - 0,634. Hasil uji daya beda aitem selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Distribusi aitem skala harga diri yang valid dan gugur dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 8 Distribusi Aitem Skala Harga Diri yang Valid dan Gugur Nomor Aitem No Aspek Indikator Perilaku Fav Unfav Valid Gugur Valid Gugur Menilai diri berdasarkan pengalaman dari upaya 1, 6, 14, 9, 20 untuk mencapai tujuan 23 yang mengarahkan pada Self rasa kompetensi diri 1 competency Pemahaman secara menyeluruh kompetensi positif dan negatif 4, 8, 13, 11, 24 dalam diri yang 17 menjadikan sumber efikasi dan kekuasaan Memberikan penilaian terhadap diri berdasarkan 2, 5, 18 21 10 19 pengalaman sebagai 2 Self liking objek sosial Memiliki kriteria yang terinternalisasi untuk 3, 7, 15, 12, 22 16 penilaian diri 14 1 7 2 commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil pengujian reliabilitas skala harga diri menunjukkan nilai Alpha sebesar 0,832. Hal ini menunjukkan bahwa skala harga diri dapat dinyatakan reliabel sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian.
C. Analisis Data Penelitian Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (kohesivitas keluarga dan harga diri) dengan variabel tergantung (kesepian). Perhitungan analisis data dilakukan setelah syarat uji asumsi, baik uji asumsi dasar maupun klasik terpenuhi. Uji asumsi dasar terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas, sedangkan uji asumsi klasik terdiri dari uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Perhitungan analisis data dalam penelitian ini menggunakan program IBM Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 22. 1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji normalitas data Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data berdistrib us i normal atau tidak. Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunaka n uji One Sample Kolmonogrov-Smirnov dengan menggunakan
taraf
signifikansi 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifika ns i lebih besar dari 5% atau 0,05 (Priyatno, 2008). Hasil perhitungan uji normalitas penelitian ini disajikan dalam tabel berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
80 digilib.uns.ac.id
Tabel 9 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Kohesivitas Kesepian Keluarga N 260 260 Kolmogorov-Smirnov Z 1.016 1.223 Asymp. Sig. (2-Tailed) .253 .101 a. Test distribution is Normal.
Harga Diri 260 1.090 .185
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai signifikansi kesepian pada kolom Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,253 > 0.05, nilai signifika ns i kohesivitas keluarga sebesar 0,101 > 0,05 serta nilai signifikansi harga diri sebesar 0,185 > 0,05. Nilai signifikansi seluruh variabel lebih besar dari 0,05,
maka dapat disimpulkan bahwa data penelitian ini terdistrib us i
normal. b. Uji linearitas Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui dua variabel mempunya i hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Pengujia n linear itas dalam penelitian ini menggunakan Test for Linearity dengan taraf signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai hubungan yang linear jika signifikansi (Linearity) kurang dari 0,05. Hasil perhitungan uji linearitas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 10 Hasil Uji Linearitas antara Kesepian dan Kohesivitas Keluarga Sum Of Mean Df F Squares Square (Combined) 16524.765 37 446.615 3.927 Linearity 12403.055 1 12403.055 109.062 K * Between Deviation KK Groups from commit 4121.710 36 114.492 1.007 to user Linearity
Sig. .000 .000 .465
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Within Groups Total
25246.847 41771.612
Berdasarkan hasil perhitungan
222 259
113.725
pada tabel 9, diketahui nilai
signifikansi (linearity) antara kesepian dan kohesivitas keluarga sebesar 0,000. Nilai signifikansi kurang dari 0,05 (p-value < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel kesepian dan kohesivitas keluarga terdapat hubungan yang linear. Tabel 11 Hasil Uji Linearitas antara Kesepian dan Harga Diri ANOVA Table Sum of Mean Squares df Square F K* Between (Combined) 16836.655 33 510.202 4.624 HD Groups Linearity 13471.459 1 13471.459 122.100 Deviation from 3365.196 32 105.162 .953 Linearity Within Groups 24934.956 226 110.332 Total 41771.612 259
Sig. .000 .000 .544
Selanjutnya, pada tabel 10, dapat diketahui bahwa nilai signifika ns i (linearity) antara kesepian dan harga diri sebesar 0,000. Nilai signifika ns i kurang dari 0,05 (p-value < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel kesepian dan harga diri terdapat hubungan yang linear. c. Uji multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui adanya adanya hubungan linear antar variabel bebas dalam model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Uji multikolinearitas dalam penelitian ini menggunakan nilai variance commit to user inflation factor (VIF) (Priyatno, 2008). Menurut Santoso (dalam Priyatno,
perpustakaan.uns.ac.id
82 digilib.uns.ac.id
2008), pada umumnya jika VIF lebih besar dari 5, maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel lainnya. Hasil uji multikolinearitas disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 12 Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa Standa rdized Unstandardized Coeffic Coefficients ients Collinearity Statistics Std. Model B Error Beta t Sig. Tolerance VIF K (Constant) 141.635 5.381 26.320 .000 KK -.581 .070 -.401 -8.293 .000 .890 1.123 HD -.747 .083 -.435 -9.004 .000 .890 1.123 a. Dependent Variable: Kesepian Berdasarkan perhitungan pada tabel 11, dapat diketahui nilai variance inflation factor (VIF) kedua variabel, yaitu kohesivitas keluarga dan harga diri adalah 1,123 lebih kecil dari 5 (VIF < 5), sehingga dapat disimpulkan bahwa antarvariabel bebas dalam penelitian ini tidak terjadi persoalan multikolinearitas. d. Uji otokorelasi Uji otokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak adanya otokorelasi dalam model regresi. Uji otokorelasi dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut (Priyatno, commit 2008): to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a) Jika DW lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL), maka terdapat otokorelasi. b) Jika DW terletak antara dU dan (4-dU), maka tidak terdapat otokorelasi. c) Jika DW terletak antara dL dan dU atau di antara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti. Hasil uji otokorelasi disajikan dalam tabel berikut: Tabel 13. Hasil Uji Otokorelasi Model Summaryb Adjusted R Std. Error of Model R R Square Square the Estimate a 1 .682 .466 .461 9.321 a. Predictors: (Constant), kohesivitas keluarga, harga diri b. Dependent Variable: kesepian
DurbinWatson 1.966
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai DW sebesar 1,966, sedangkan dari tabel DW dengan signifikansi 0,05 dan jumlah data (n) = 260, serta k = 2 (k adalah jumlah variabel bebas) diperoleh nilai dL sebesar 1,748 dan dU sebesar 1,789 dan nilai (4-dU) adalah sebesar 2,252. Nilai DW sebesar 1,966 berada pada daerah antara dU dan (4-dU) (1,748 < 1,966 < 2,252), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat otokorelasi. e. Uji heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas
digunakan
untuk
mengetahui
adanya
ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas (Priyatno, 2008). commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Cara mendeteksi apakah telah terjadi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan membuat plot data antara nilai-nilai prediksi (ZPRED = Regression Standardized Predicted Value) pada sumbu X dengan nilai residualnya (SRESID = Regression Studentized Predicted Value) pada sumbu Y. Jika dalam plot tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka dapat dikatakan
bahwa
tidak
terdapat
heteroskedastisitas.
Hasil
uji
heteroskedastisitas pada penelitian ini dapat dilihat pada pola gambar scatterplot berikut:
Gambar 1. Scatterplot Hasil Uji Heteroskedastisitas
commit to user
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan pola gambar scatterplot di atas, dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak membentuk pola yang jelas. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas.
2. Uji Hipotesis Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda, yaitu hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel bebas (X 1 , X2 ) dengan variabel tergantung (Y) (Priyatno, 2008). Analisis regresi linear berganda dibantu program IBM Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 22 untuk pengolahan datanya. a. Uji simultan F Uji simultan F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas (X1 , X2 ) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tergantung (Y). Prasyarat hasil uji F menunjukkan variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tergantung jika nilai signifikansi lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditentukan, yaitu p-value < 0,05 atau nilai Fhitung > Ftabel. Signifikan berarti hubungan
yang
terjadi
dapat
berlaku
untuk
populasi
(dapat
digeneralisasikan) (Priyatno, 2008). Hasil uji F disajikan dalam tabel berikut: Tabel 14 Hasil Uji F ANOVAa commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sum of Mean df Squares Square Regression 19445.365 2 9722.682 1 Residual 22326.247 257 86.873 Total 41771.612 259 a. Dependent Variable: Kesepian b. Predictors: (Constant), kohesivitas keluarga, harga diri Model
F
Sig.
111.919
.000b
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, diperoleh nilai Fhitung sebesar 111,919 dan nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,000. Nilai Ftabel pada taraf signifikansi 0,05, df 1 (jumlah variabel – 1) = 2, dan df 2 (n – k – 1) = 257 (n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel bebas) adalah sebesar 3,031. Nilai Fhitung > Ftabel (111,919 > 3,031) dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara kohesivitas keluarga dan harga diri dengan kesepian. b. Analisis korelasi ganda (R) Analisis korelasi ganda (R) digunakan untuk mengetahui hubunga n antara dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel tergantung secara serentak. Nilai koefisien
korelasi ganda (R) pada model summary
menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara variabel bebas secara serentak terhadap variabel tergantung. Nilai R berkisar antara 0 sampai 1, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah (Priyatno, 2008). Pedoman untuk memberikan interpretas i koefisien korelasi sebagai berikut (Sugiyono, 2012): commit to user Tabel 15
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat kuat Hasil analisis korelasi ganda (R) untuk penelitian ini dapat diliha t pada output model summary berikut: Tabel 16 Hasil Analisis Korelasi Ganda Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .682a .466 .461 9.321 a. Predictors: (Constant), kohesivitas keluarga, harga diri b. Dependent Variable: Kesepian
Hasil analisis korelasi ganda yang disajikan dalam output model summary menunjukkan nilai koefisien R sebesar 0,682. Berdasarkan pedoman interpretasi koefisien korelasi menurut Sugiyono (2012), nilai koefisien tersebut berada pada rentang 0,60 – 0,799, yang menunjukka n bahwa terjadi hubungan yang kuat antara kohesivitas keluarga dan harga diri dengan kesepian. c. Analisis determinasi (R2 ) Analisis determinasi (R2 ) digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel bebas secara serentak terhadap variabel tergantung (Y). Koefisien ini menunjukkan seberapa besar persentase variasi variabel bebas dalam penelitian ini mampu menjelaskan variasi commit to user variabel tergantung. R2 sama dengan 0, maka tidak ada sedikitpun
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel bebas terhadap variabel tergantung. Sebaliknya, R2 sama dengan 1, maka persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel bebas terhadap variabel tergantung adalah sempurna (Priyatno, 2008). Hasil analisis determinasi untuk penelitian ini dapat dilihat pada output model summary berikut: Tabel 17 Hasil Analisis Determinasi Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .682a .466 .461 9.321 a. Predictors: (Constant), kohesivitas keluarga, harga diri b. Dependent Variable: Kesepian Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai R2 (R Square) sebesar 0,466 atau 46,6%. Hal ini menunjukkan bahwa sumbangan pengaruh variabel bebas (kohesivitas keluarga dan harga diri) terhadap variabel tergantung (kesepian) sebesar 46,6% atau variabel bebas (kohesivitas keluarga dan harga diri) mampu menjelaskan variabel tergantung (kesepian) sebesar 46,6%. Sedangkan sisanya sebesar 53,4% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. d. Uji korelasi parsial Uji korelasi parsial dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel dengan mengendalikan atau membuat tetap variabel lainnya yang dianggap berpengaruh. Nilai korelasi (r) berkisar antara 1 sampai -1, commit to user nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah (lihat tabel 17 dan 18). Nilai positif menunjukka n hubungan searah (X naik maka Y naik) dan nilai negatif menunjukka n hubungan terbalik (X naik maka Y turun) (Priyatno, 2008). Hasil uji korelasi parsial pada penelitian ini disajikan dalam tabel berikut:
Harga Diri
Tabel 18 Hasil Uji Korelasi Kesepian dengan Kohesivitas Keluarga Correlations Kohesivitas Control Variables Kesepian Keluarga Correlation 1.000 -.459 Kesepian Significance (2-tailed) . .000 df 0 257 Correlation -.459 1.000 Kohesivitas Significance (2-tailed) .000 . Keluarga df 257 0 Berdasarkan tabel di atas, nilai korelasi antara variabel kesepian
dengan
variabel
kohesivitas
keluarga
yang
diperoleh
dengan
mengendalikan variabel harga diri adalah sebesar -0,459 (p-value 0,000 < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sedang antara kesepian dengan kohesivitas keluarga
jika tingkat harga diri tetap.
Sedangkan arah hubungan adalah negatif karena nilai r negatif, artinya semakin tinggi kohesivitas keluarga, maka semakin rendah kesepian. Nilai signifikansi kurang dari 0,05 menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara variabel kesepian dengan variabel kohesivitas keluarga. Tabel 19 Hasil Uji Korelasi Kesepian dengan Harga Diri Correlations commit to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Control Variables Correlation Significance df Kohesivitas Keluarga Correlation Harga Diri Significance df Berdasarkan tabel di atas, nilai Kesepian
Harga Diri 1.000 -.490 (2-tailed) . .000 0 257 -.490 1.000 (2-tailed) .000 . 257 0 korelasi antara variabel kesepian Kesepian
dengan variabel harga diri yang diperoleh dengan mengendalikan variabel kohesivitas keluarga adalah sebesar -0,490 (p-value 0,000 < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sedang antara kesepian dengan harga diri jika tingkat kohesivitas keluarga tetap. Sedangkan arah hubunga n adalah negatif karena nilai r negatif, artinya semakin tinggi harga diri, maka semakin rendah kesepian. Nilai signifikansi kurang dari 0,05 menunjukka n terdapat hubungan yang signifikan antara variabel kesepian dengan variabel harga diri. e. Uji analisis berganda dengan metode stepwise Uji analisis regresi berganda dengan metode stepwise digunakan untuk
mengetahui variabel bebas yang memberikan
pengaruh
atau
sumbangan efektif lebih besar terhadap variabel tergantung. Variabel yang dapat dimasukkan dalam metode stepwise hanyalah variabel yang memilik i pengaruh secara signifikan (sig F < 0,05), sedangkan variabel yang tidak signifikan akan dikeluarkan kemudian dieliminasi. Sebelum melakukan analisis stepwise, perlu diketahui nilai signifikansi dari masing- mas ing variabel bebas terhadap variabel tergantung. commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hasil perhitungan sebelumnya, yaitu pada hasil analisis korelasi parsial menunjukkan bahwa kedua variabel bebas (kohesivitas keluarga dan harga diri) memiliki hubungan yang signifikan dengan variabel tergantung (signifikansi < 0,05), sehingga kedua variabel ini dapat dimasukkan dalam metode stepwise. Hasil analisis regresi berganda dengan metode stepwise disajikan dalam tabel berikut: Tabel 20 Hasil Analisis Regresi Berganda dengan Metode Stepwise Model Summary Adjusted R Std. Error of Model R R Square Square the Estimate 1 .568a .323 .320 10.473 b 2 .682 .466 .461 9.321 a. Predictors: (Constant), Harga Diri b. Predictors: (Constant), Harga Diri, Kohesivitas Keluarga
Berdasarkan tabel 20, nilai R square pada model 1 sebesar 0,323. Hal ini memperlihatkan bahwa sumbangan variabel harga diri secara parsial terhadap variabel kesepian adalah sebesar 0,323 atau 32,3%. Kemudian, untuk persentase sumbangan variabel kohesivitas keluarga didapat dengan mengurangkan persentase simultan dengan parsial, sehingga diperoleh sumbangan variabel kohesivitas keluarga secara parsial terhadap variabel kesepian sebesar 0,143 atau 14,3% (46,6% − 32,3%). Dapat disimpulka n bahwa harga diri memberikan sumbangan efektif yang lebih besar terhadap kesepian daripada kohesivitas keluarga. 3. Analisis Deskriptif
commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran tentang ringkasan data-data penelitian (Priyatno, 2008). Deskripsi data penelitian ini disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 21 Deskriptif Data Empirik N Kesepian Kohesivitas Keluarga Harga Diri Valid N (listwise)
260 260 260 260
Data Hipotetik Skala
N
K KK HD
260 260 260
Skor Skor Min Maks 32 18 21
Range Minimum
128 72 84
69 41 40
80 45 52,5
16 9 10,5
32 31 44
Std. Deviation 62.27 12.700 57.72 8.758 61.35 7.400
Mean
101 72 84
M
101 72 84
SD
62.27 57.72 61.35
12.700 8.758 7.400
KK : Kohesivitas Keluarga
Berdasarkan hasil analisis kategorisasi
32 31 44
Tabel 22 Deskriptif Data Penelitian Data Empirik M SD Skor Skor Min Maks
Keterangan: K: Kesepian HD: Harga Diri
dilakukan
Maximum
responden
deskriptif pada tabel 22, selanjutnya secara normatif
untuk
memberika n
interpretasi skor pada skala kesepian, kohesivitas keluarga, dan harga diri. Kategorisasi yang digunakan
adalah kategori jenjang,
tujuannya
untuk
menempatkan individu dalam commit kelompok-kelompok yang posisinya berjenjang to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur (Azwar, 2013). Kontinum ini akan dibagi menjadi lima kategori pada tiap skala, yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Kategorisasi responden pada tiap variabel penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 23 Kategorisasi Responden Penelitian Variabel
Kategorisasi
Norma
Sangat Rendah 32 ≤ X < 51,2 Rendah 51,2 ≤ X < 70,4 Sedang 70,4 ≤ X < 89,6 Kesepian Tinggi 89,6 ≤ X < 108,8 Sangat Tinggi 108,8 ≤ X ≤ 128 Sangat Rendah 18 ≤ X < 28,8 Rendah 28,8 ≤ X < 39,6 Kohesivitas Sedang 39,6 ≤ X < 50,4 Keuarga Tinggi 50,4 ≤ X < 61,2 Sangat Tinggi 61,2 ≤ X ≤ 72 Sangat Rendah 21 ≤ X < 33,6 Rendah 33,6 ≤ X < 46,2 Harga Diri Sedang 46,2 ≤ X < 58,8 Tinggi 58,8 ≤ X < 71,4 Sangat Tinggi 71,4 ≤ X ≤ 84 Berdasarkan tabel kategorisasi di atas, maka
Jumlah Responden Frek % 52 20% 197 75,8% 9 3,5% 2 0,7% 7 2,7% 37 14,2% 114 43,9% 102 39,2% 1 0,4% 91 35% 143 55% 25 9,6% penjelasan untuk tiap
kategorisasi skala adalah sebagai berikut: a. Kesepian Hasil analisis kategorisasi variabel kesepian menunjukkan bahwa 20% remaja akhir dalam penelitian ini memiliki tingkat kesepian yang sangat rendah, 75,8% memiliki tingkat kesepian yang rendah, 3,5% memiliki tingkat kesepian yang sedang, dan 0,3% memiliki tingkat kesepian commit to user
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara umum remaja akhir dalam penelitian ini memiliki tingkat kesepian yang sedang. b. Kohesivitas keluarga Hasil
analisis
kategorisasi
variabel
kohesivitas
keluarga
menunjukkan bahwa 2,7% remaja akhir dalam penelitian ini memilik i tingkat
kohesivitas
keluarga
yang rendah, 14,2% memiliki
tingkat
kohesivitas keluarga yang sedang, 43,9% memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang tinggi, dan 39,2% memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara umum remaja akhir dalam penelitian ini memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang tinggi. c. Harga diri Hasil analisis kategorisasi variabel harga diri menunjukkan bahwa 0,4% remaja akhir dalam penelitian ini memiliki tingkat harga diri yang rendah, 35% memiliki tingkat harga diri yang sedang, 55% memiliki tingkat harga diri yang tinggi, dan 9,6% memiliki tingkat harga diri yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara umum remaja akhir dalam penelitian ini memiliki tingkat harga diri yang tinggi.
4. Analisis Tambahan Penelitian ini menggunakan kuesioner yang berisi tentang keterangan jenis kelamin responden. Sebagai data pelengkap, peneliti juga melakukan commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
analisis tambahan dengan melakukan kategorisasi berdasarkan jenis kelamin. Subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin terdiri dari 40 mahasiswa laki- laki dan 220 mahasiswa perempuan. Setelah dilakukan kategorisasi, dilakukan penghitungan t-test untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara subjek lakilaki dan perempuan pada tiap variabel.
a. Kesepian Kategorisasi pada skala kesepian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pada perempuan dan laki-laki dengan lima kategorisasi tingkat kesepian. Kategorisasi skala kesepian berdasarkan jenis kelamin disajikan pada tabel berikut: Tabel 24 Kategorisasi Responden Penelitian pada Skala Kesepian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Perempuan (N=220)
Laki-laki (N=40)
Kategorisasi
Frekuensi
Persentase
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi
46 117 55 2 8 18 12 2
20,9 % 53,2% 25% 0,9% 20% 45% 30% 5%
Berdasarkan kategorisasi responden laki-laki pada skala kesepian, dapat diketahui bahwa sebanyak 20% laki-laki memiliki tingkat kesepian yang sangat rendah, 45% memiliki tingkat kesepian yang rendah, 30% memiliki tingkat kesepian yang sedang dan 5% memiliki tingkat kesepian commit to user
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang tinggi. Sementara itu, kategorisasi responden perempuan pada skala kesepian menunjukkan bahwa sebanyak 0,9% perempuan memiliki tingkat kesepian yang tinggi, 25% memiliki tingkat kesepian yang sedang, 53,2% memiliki tingkat kesepian yang rendah, dan 20,9% memiliki tingkat kesepian sangat rendah. Secara umum, responden laki-laki dan perempuan memiliki tingkat kesepian yang rendah. Selanjutnya dilakukan uji sebagai berikut: Tabel 25 Data Deskriptif Kesepian Berdasarkan Kategorisasi Jenis Kelamin Group Statistics Std. Std. Error Jenis Kelamin N Mean Deviation Mean Laki-laki 40 65.3500 15.61976 2.46970 Kesepian Perempuan 220 61.7136 12.05182 .81253 Tabel 26 Hasil Uji Perbedaan Kesepian Berdasarkan Kategorisasi Jenis Kelamin Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Kesepian
Equal variances assumed Equal variances not assumed
3.880
Sig.
t
df
Sig. (2tailed)
Mean Difference
.050 1.672
258
.096
3.63636
1.399
47.8 00
.168
3.63636
Berdasarkan data pada tabel 25, didapat nilai rata-rata kesepian responden laki-laki sebesar 65,350 dan nilai rata-rata kesepian responden perempuan sebesar 61,714. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa commit to user
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terdapat perbedaan tingkat
kesepian pada responden laki-laki
dan
perempuan. Berdasarkan data pada tabel 26, nilai signifikansi Levene’s Test sebesar 0,050 (p-value > 0,05), yang berarti kelompok pria dan wanita adalah sama (homogen). Kemudian dilihat hasil uji independent sample ttest untuk mengetahui signifikan atau tidaknya perbedaan tingkat kesepian berdasarkan jenis kelamin. Hasil ouput data didapatkan nilai thitung sebesar 1,672 dan nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,096. Nilai thitung < ttabel (1,672 < 1,970) dan p-value > 0,05 (0,096 > 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa secara statistik
tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara rata-rata tingkat kesepian pada responden laki-laki dan perempuan. b. Kohesivitas keluarga Kategorisasi pada skala kohesivitas keluarga dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pada perempuan dan laki-laki dengan lima kategorisasi tingkat kohesivitas keluarga. Kategorisasi skala kohesivitas keluarga berdasarkan jenis kelamin disajikan pada tabel berikut: Tabel 27 Kategorisasi Responden Penelitian pada Skala Kohesivitas Keluarga Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Perempuan (N=220) Laki-laki (N=40)
Kategorisasi
Frekuensi
Persentase
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Rendah commit to user Sedang
6 33 92 89 1 8
2,7% 12% 41,8% 40,5% 2,5% 20%
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tinggi Sangat Tinggi
19 12
47,5% 30%
Berdasarkan kategorisasi responden laki-laki pada skala kohesivitas keluarga, dapat diketahui bahwa sebanyak 2,5% laki-laki memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang rendah, 20% memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang sedang, 47,5% memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang tinggi dan 30% memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang sangat tinggi. Sementara itu, kategorisasi responden perempuan pada skala kohesivitas keluarga menunjukkan bahwa sebanyak 40,5% perempuan memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang sangat tinggi, 41,8% memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang tinggi, 12% memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang sedang, dan 2,7% memiliki tingkat kohesivitas keluarga rendah. Secara umum, responden laki-laki dan perempuan memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang tinggi. Selanjutnya dilakukan uji sebagai berikut: Tabel 28 Data Deskriptif Kohesivitas Keluarga Berdasarkan Kategorisasi Jenis Kelamin Group Statistics Std. Std. Error Jenis Kelamin N Mean Deviation Mean Kohesivitas Laki-laki 40 56.0250 8.90833 1.40853 Keluarga Perempuan 220 58.0318 8.71486 .58756 Tabel 29 Hasil Uji Perbedaan Kohesivitas Keluarga Berdasarkan Kategorisasi Jenis Kelamin Independent Samples Test Levene's Test for commit Equalityto user of Variances t-test for Equality of Means
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F Kohesivitas Keluarga
Sig.
Equal variances .008 assumed Equal variances not assumed
.928
t
df
-1.335
Sig. Mean (2Differen Std. Error tailed) ce Difference
258
.183 -2.00682
1.50305
-1.315 53.465
.194 -2.00682
1.52617
Berdasarkan data pada tabel 28, didapat nilai rata-rata kohesvitas keluarga responden laki-laki sebesar 56,0250 dan nilai rata-rata kesepian responden perempuan sebesar 58,0318. Oleh karena itu dapat disimpulka n bahwa terdapat perbedaan tingkat kohesivitas keluarga pada responden lakilaki dan perempuan. Berdasarkan data pada tabel 29, nilai signifikansi Levene’s Test sebesar 0,928 (p-value > 0,05), yang berarti kelompok pria dan wanita adalah sama (homogen). Kemudian dilihat hasil uji independent sample ttest untuk
mengetahui
kohesivitas
keluarga
signifikan
atau tidaknya
berdasarkan jenis
kelamin.
perbedaan tingkat Hasil ouput data
didapatkan nilai thitung sebesar -1,335 dan nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,183. Nilai thitung < ttabel (-1,335< 1,970) dan p-value > 0,05 (0,183 > 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa secara statistik
tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara rata-rata tingkat kohesivitas keluarga pada responden laki-laki dan perempuan. c. Harga diri commit to user
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kategorisasi pada skala harga diri dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pada perempuan dan laki-laki dengan lima kategorisasi tingkat harga diri. Kategorisasi skala harga diri berdasarkan jenis kelamin disajikan pada tabel berikut:
Tabel 30 Kategorisasi Responden Penelitian pada Skala Harga Diri Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Perempuan (N = 220)
Laki-laki (N = 40)
Kategorisasi
Frekuensi
Persentase
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
1 79 121 19 14 20 6
0,5% 35,9% 55% 8,6% 35% 50% 15%
Berdasarkan kategorisasi responden laki-laki pada skala harga diri, dapat diketahui bahwa sebanyak 0% (tidak ada) laki-laki yang memilik i tingkat harga diri yang rendah dan sangat rendah, 35% memiliki tingkat harga diri yang sedang, 50% memiliki tingkat harga diri yang tinggi, serta 15% memiliki tingkat harga diri yang sangat tinggi. Sementara itu, kategorisasi responden perempuan pada skala harga diri menunjukka n bahwa sebanyak 8,6% perempuan memiliki tingkat harga diri yang sangat tinggi, 55% memiliki tingkat harga diri yang tinggi, 35,9% memiliki tingkat to user tingkat harga diri rendah. Secara harga diri yang sedang, dancommit 0,5% memiliki
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
umum, responden laki-laki dan perempuan memiliki tingkat harga diri yang tinggi. Tabel 31 Data Deskriptif Harga Diri Berdasarkan Kategorisasi Jenis Kelamin Group Statistics Std. Std. Error Jenis Kelamin N Mean Deviation Mean Harga Laki-laki 40 61.9750 8.71629 1.37817 Diri Perempuan 220 61.2318 7.15171 .48217
Tabel 32 Hasil Uji Perbedaan Harga Diri Berdasarkan Kategorisasi Jenis Kelamin Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Harga Diri
Equal variances assumed Equal variances not assumed
3.327
Sig.
t
.069 .584
df
Sig. Mean (2Differen tailed) ce
Std. Error Difference
258
.560
.74318
1.27359
.509 49.001
.613
.74318
1.46008
Berdasarkan data pada tabel 31, didapat nilai rata-rata harga diri responden laki-laki sebesar 61,9750 dan nilai rata-rata kesepian responden perempuan sebesar 61,2318. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat harga diri pada responden laki-laki dan perempuan. Berdasarkan data pada tabel 32, nilai signifikansi Levene’s Test sebesar 0,069 (p-value > 0,05), yang berarti kelompok pria dan wanita adalah sama (homogen). Kemudian commit to dilihat user hasil uji independent sample t-
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
test untuk mengetahui signifikan atau tidaknya perbedaan tingkat harga diri berdasarkan jenis kelamin. Hasil ouput data didapatkan nilai thitung sebesar 0,584 dan nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,560. Nilai thitung < ttabel (0,584 < 1,970) dan p-value > 0,05 (0,560 > 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa secara statistik
tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara rata-rata tingkat harga diri pada responden laki-laki dan perempuan. D. Pembahasan Hasil uji hipotesis pertama menggunakan uji korelasi parsial antara variabel kesepian dengan kohesivitas keluarga pada remaja akhir menunjukkan nilai korelasi (r) sebesar -0,549 dengan nilai signifikansi 0,000 (p-value < 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama dari penelitian ini dapat diterima, yaitu ada hubungan yang negatif, signifikan, dan sedang antara kohesivitas keluarga dengan kesepian pada remaja akhir. Nilai r yang negatif menunjukkan arah hubungan yang dimiliki kedua variabel adalah hubungan yang negatif, yaitu semakin tinggi kohesivitas keluarga yang dimiliki remaja akhir, maka semakin rendah kesepian yang dialami remaja akhir. Sebaliknya, semakin rendah kohesivitas keluarga yang dimiliki remaja akhir, maka semakin tinggi tingkat kesepian yang dialami. Hubungan antara variabel kohesivitas keluarga dengan kesepian berada pada kategori sedang (r = -0,549). Hal ini didukung oleh hasil perhitungan regresi dengan metode stepwise yang menunjukkan bahwa besar sumbangan efektif kohesivitas keluarga terhadap kesepian sebesar 14,3%. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
103 digilib.uns.ac.id
Sesuai dengan hasil penelitian ini, bahwa kohesivitas keluarga memilik i hubungan dengan kesepian, maka dapat disimpulkan bahwa remaja akhir yang memiliki kohesivitas keluarga yang tinggi akan cenderung terhindar dari kesepian. Kohesivitas keluarga dalam kaitannya dengan kesepian, seperti yang diutarakan bahwa konflik interparental dan kohesi keluarga rendah berhubungan dengan berbagai kesulitan kepribadian dan sosial termasuk depresi, kesepian, agresi, dan penyesuaian sosial (dalam Johnson, 2001). Dalam penelitian Johnson, dkk. (2001), ditemukan bahwa keluarga yang memburuk dapat memberikan konteks ya ng berkaitan dengan perasaan kesepian remaja serta memberikan dampak pada kemampuan mereka untuk terlibat dalam interaksi sosial di luar sistem keluarga. Kohesivitas keluarga merupakan ikatan antaranggota keluarga yang memunculka n penerimaan dan dukungan, perasaan kedekatan, perasaan saling memiliki, serta pembentukan keterampilan interpersonal. Remaja akhir yang memiliki kohesi keluarga yang tinggi akan terpenuhi kebutuhan akan ikatan emosi yang kuat dari keluarga, memiliki pengalaman dekat dengan orang sekitar, memiliki rasa saling memiliki dengan orang lain, serta memiliki keterampilan sosial yang adekuat, sehingga dapat mengalami kesepian yang rendah. Hasil uji hipotesis kedua menggunakan korelasi parsial antara variabel kesepian dengan harga diri pada remaja akhir menunjukkan nilai korelasi (r) sebesar -0,490 dengan nilai signifikansi 0,000 (p-value < 0,05). Hasil ini menunjukka n bahwa hipotesis kedua dari penelitian ini dapat diterima, yaitu terdapat hubunga n yang negatif, signifikan, dan sedang antara harga diri dengan kesepian pada remaja akhir. Nilai r yang negatif menunjukkan arah hubungan yang dimiliki kedua commit to user
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
variabel adalah hubungan yang negatif, yaitu semakin tinggi harga diri yang dimiliki remaja akhir, maka semakin rendah kesepian yang dialami remaja akhir. Sebaliknya, semakin rendah harga diri yang dimiliki remaja akhir, maka semakin tinggi tingkat kesepian yang dialami. Hubungan antara variabel harga diri dengan kesepian berada pada kategori sedang (r = -0,490). Hal ini didukung oleh hasil perhitungan regresi dengan metode stepwise yang menunjukkan bahwa besar sumbangan efektif harga diri terhadap kesepian sebesar 32,3%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa harga diri memiliki hubunga n dengan kesepian. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya yang diasosiasikan pada sikap menerima atau menolak,
serta kepercayaan individu
terhadap kemampuannya,
keberartian,
kesuksesan dan keberhargaan dirinya, dalam hal ini adalah harga diri. Individ u dengan harga diri tinggi memiliki suatu bentuk mekanisme pertahanan diri tertentu yang memberikan
individu
tersebut kepercayaan diri pada penilaian
dan
kemampuan dirinya, serta meningkatkan perasaan mampu untuk menghadap i situasi yang menyulitkan. Remaja yang memiliki harga diri tinggi akan cenderung terhindar dari rasa kesepian. Seperti yang dijelaskan oleh Santrock (2002) bahwa individu yang paling optimis dan memiliki harga diri tinggi lebih mungkin untuk mengatasi kesepian mereka pada akhir tahun pertama mereka. Peplau dan rekan (1982) menyatakan bahwa remaja dengan harga diri yang rendah terlibat dalam perilaku tertentu dan proses kognitif tertentu yang menghambat hubungan sosial yang memuaskan, dan, akibatnya dapat meningkatkan perasaan kesepian mereka. Oleh karena itu, remaja akhir yang memiliki harga diri yang tinggi lebih mampu commit to user
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
membangun hubungan sosial yang memuaskan, sehingga kesepian cenderung rendah. Hasil uji hipotesis ketiga menggunakan teknik analisis regresi berganda diperoleh nilai signifikansi (p-value) sebesar 0,000 dengan taraf signifikansi 0,05 (p-value < 0,05). Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai F hitung sebesar 111,191 dan nilai Ftabel pada taraf signifikansi 0,05, sebesar 3,031, maka dapat disimpulkan nilai Fhitung > Ftabel (111,919 > 3,031). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga yang dikemukakan dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu terdapat hubungan antara kohesivitas keluarga dan harga diri dengan kesepian pada remaja akhir. Variabel kohesivitas keluarga dan harga diri secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan dan kuat terhadap variabel kesepian. Nilai koefisien korelasi ganda (R) yang didapat sebesar 0,682. Hal ini menunjukka n bahwa hubungan yang terbentuk antara kohesivitas keluarga dan harga diri dengan kesepian adalah hubungan yang kuat, yaitu berada pada rentang koefisien 0,600,799. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kohesivitas keluarga dan harga diri, secara bersama-sama, dapat dijadikan prediktor yang kuat untuk memprediksi kesepian. Hal ini diperkuat oleh hasil perhitungan regresi linear berganda yang menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2 ) sebesar 0,466, artinya persentase sumbangan pengaruh yang diberikan kohesivitas keluarga dan harga diri, secara bersamaan, terhadap kesepian pada remaja akhir adalah sebesar 46,6%. Sedangkan sumbangan efektif kohesivitas keluarga saja terhadap kesepian sebesar 14,3% dan sumbangan efektif harga diri saja terhadap kesepian sebesar 32,3%. commit to user
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui bahwa kohesivitas keluarga dan harga diri menjadi prediktor kuat kesepian jika keduanya hadir secara bersamaan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kohesivitas dan harga diri, secara bersamaan, semakin rendah kesepian. Kohesivitas keluarga dirasakan oleh remaja ketika kebutuhan akan cinta, kasih sayang, penerimaan, dan komunikasi yang baik dalam sistem keluarga terpenuhi dengan baik. Kohesivitas keluarga menumbuhka n pengalaman dekat dengan orang sekitar dan menumbuhkan keterampilan sosial yang adekuat, sehingga remaja akan terhindar dari kesepian. Kondisi ini akan semakin optimal dengan harga diri yang positif. Remaja dengan harga diri yang positif akan lebih mampu dan lebih percaya diri membangun hubungan sosial. Berdasarkan hasil persentase sumbangan efektif tiap variabel bebas terhadap variabel tergantung, terlihat bahwa sumbangan harga diri lebih besar daripada kohesivitas keluarga (32,3% > 14,3%). Penjelasan hal tersebut adalah meskipun lingkungan berupa kohesivitas keluarga telah terjadi dalam sistem keluarga, namun faktor yang lebih penting bagi remaja akhir menghindar dari kesepian berasal dari dalam diri. Faktor internal berupa harga diri untuk menghindar dari kesepian sangat dibutuhkan. Dengan memiliki harga diri yang tinggi, remaja akhir memperoleh pengetahuan yang akurat tentang diri sendiri yang akan dikembangkan untuk mencapai penerimaan, serta percaya akan keberartian, kemampuan, dan keberhargaan dirinya yang dapat mengarahkan pada keterampila n intrapersonal dan keterampilan interpersonal yang adekuat, sehingga terhindar dari kesepian. commit to user
dapat
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kategorisasi data deskriptif pada skala variabel kesepian menunjukka n bahwa 20% remaja akhir dalam penelitian ini memiliki tingkat kesepian yang sangat rendah, 75,8% memiliki tingkat kesepian yang rendah, 3,5% memilik i tingkat kesepian yang sedang, dan 0,3% memiliki tingkat kesepian yang tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara umum remaja akhir dalam penelitian ini memiliki tingkat kesepian yang sedang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum remaja akhir memiliki tingkat kesepian yang sedang. Hal ini berarti bahwa kebutuhan untuk berkomunikasi dan membina hubungan yang akrab pada diri remaja akhir sudah cukup terpenuhi. Seperti yang diungkapkan oleh Lake (1986), kesepian adalah tidak terpenuhinya
kebutuhan
untuk
berkomunikasi
dan
membina
hubunga n
persahabatan yang akrab sampai cinta yang mendalam. Kategorisasi data deskriptif pada skala variabel kohesivitas keluarga menunjukkan bahwa 2,7% remaja akhir dalam penelitian ini memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang rendah, 14,2% memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang sedang, 43,9% memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang tinggi, dan 39,2% memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara umum remaja akhir dalam penelitian ini memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum remaja akhir memiliki tingkat kohesivitas keluarga yang tinggi. Hal ini berarti bahwa secara umum ikatan antaranggota
keluarga
sudah memunculkan
penerimaan
dan
dukungan, perasaan kedekatan, perasaan saling memiliki, serta pembentukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
108 digilib.uns.ac.id
keterampilan interpersonal dalam sistem keluarga. Seperti yang dijelaskan bahwa kohesivitas keluarga diasosiasikan sebagai hubungan yang menyenangkan dan memuaskan di dalam keluarga yang menumbuhkan kemampuan untuk mengala mi empati, rasa percaya diri yang tinggi, dan kepercayaan interpersonal (Baron dan Byrne, 2005). Kategorisasi data deskriptif pada skala variabel harga diri menunjukka n bahwa 0,4% remaja akhir dalam penelitian ini memiliki tingkat harga diri yang rendah, 35% memiliki tingkat harga diri yang sedang, 55% memiliki tingkat harga diri yang tinggi, dan 9,6% memiliki tingkat harga diri yang sangat tinggi. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara umum remaja akhir dalam penelitian ini memiliki tingkat harga diri yang tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum remaja akhir memiliki tingkat harga diri yang tinggi. Hal ini berarti bahwa remaja akhir memilik i evaluasi yang mengarah pada meyakini diri sebagai individu yang mampu, bahagia, penting, dan berharga. Seperti yang dikemukakan oleh Branden (1992), harga diri memberikan keyakinan terhadap diri sendiri bahwa individu berhak untuk bahagia, merasa sukses, merasa berharga, memenuhi kebutuhan dan keinginan, mencapai standar nilai tertentu, dan menikmati hasil dari kerja keras yang telah dilakukan. Penelitian ini juga memiliki analisis tambahan sebagai pelengkap data penelitian. Analisis tambahan ini menggunakan uji independent sample t-test yang digunakan untuk menguji perbandingan rata-rata kelompok sampel yang tidak berhubungan (Priyatno, 2008). Berdasarkan kategorisasi responden laki-laki dan perempuan pada skala kesepian, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kesepian commit to user
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tertinggi berdasarkan jenis kelamin dimiliki oleh responden laki-laki (mean = 65,350) dan nilai rata-rata terendah dimiliki oleh responden perempuan (mean = 61,714). Hasil uji independent sample t-test pada skala kesepian menunjukkan nilai thitung < ttabel (1,672 < 1,970) dan p-value > 0,05 (0,096 > 0,05). Dapat disimpulka n bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata tingkat kesepian pada responden laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian ini seperti yang dijelaskan
dalam banyak studi tentang kesepian yang tidak
mengindikasikan adanya perbedaan menyeluruh antara laki-laki dan perempuan (dalam Brehm, 2002). Berdasarkan kategorisasi responden laki-laki dan perempuan pada skala kohesivitas keluarga, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kohesvitas keluarga terendah berdasarkan jenis kelamin dimiliki oleh responden laki-laki (mean = 56,0250) dan nilai rata-rata tertinggi dimiliki oleh responden perempuan (mean = 58,0318). Hasil uji independent sample t-test pada skala kohesivitas keluarga menunjukkan nilai thitung < ttabel (-1,335< 1,970) dan p-value > 0,05 (0,183 > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifika n antara rata-rata tingkat kohesivitas keluarga
pada responden laki-laki dan
perempuan. Remaja perempuan lebih cenderung memiliki keintiman emosional yang tinggi, serta mampu bersosialisasi dan menyelaraskan hubungan dengan kedua orang tua dibandingkan
dengan remaja laki-laki.
Namun,
dengan
perkembangan dasar yang sangat kohesif dalam keluarga, ada pemahaman yang tinggi dan kehangatan di antara anggota keluarga (Choi, 2012). Hal ini berarti commit to user
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bahwa kehangatan antaranggota keluarga, rasa saling memahami dan memilik i antaranggota keluarga lebih berpengaruh dalam kohesivitas keluarga. Berdasarkan kategorisasi responden laki-laki dan perempuan pada skala harga diri, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata harga diri tertinggi dimiliki oleh responden laki-laki (mean = 61,9750) dan nilai rata-rata terendah dimiliki oleh responden perempuan (mean = 61,2318). Hasil uji independent sample t-test untuk mengetahui signifikan atau tidaknya perbedaan tingkat pada skala harga diri diperoleh nilai thitung < ttabel (0,584 < 1,970) dan p-value > 0,05 (0,560 > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata tingkat harga diri pada responden laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian ini seperti yang dijelaskan oleh Harter (dalam Santrock, 2012) yang menjelaskan lebih lanjut bahwa perubahan perkembangan dan perbedaan gender yang menyangkut penghargaan diri pada masa remaja terlalu dibesar-besarkan. Berdasarkan pemaparan hasil analisis dan pembahasan, penelitian ini telah mampu menjawab hipotesis mengenai hubungan antara kohesivitas keluarga dan harga diri dengan kesepian pada remaja akhir, baik secara simultan maupun secara parsial. Hasil penelitian ini nantinya dapat menjadi masukan bagi remaja akhir untuk meningkatkan kohesivitas keluarga dan harga diri agar dapat menghindarka n kesepian. Penelitian
ini
tidak
terlepas
dari
keterbatasan
selama
proses
pelaksanaannya. Pertama, jumlah responden penelitian ini kurang representatif. Hal ini disebabkan oleh tidak diketahui secara pasti jumlah remaja akhir di Pulau Jawa. commit to user
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kedua, lemahnya kontrol peneliti terhadap responden karena peneliti tidak dapat mendampingi responden secara langsung saat pengisian skala. Keterbatasan dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti selanjutnya agar dapat memberikan hasil yang lebih baik dengan menyempurnakan prosedur pelaksanaan penelitian dan memperhatikan faktorfaktor yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Penelitian ini juga mempunya i kelebihan, yaitu belum terdapat penelitian terdahulu mengenai hubungan antara kohesivitas keluarga dan harga diri dengan kesepian pada remaja akhir, sehingga data yang dihasilkan dapat dijadikan rujukan informasi bagi peneliti selanjutnya. Selain itu, semua hipotesis yang ditetapkan di awal penelitian ini terbukti.
commit to user