perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Tempat Penelitian
dengan prosedur yang telah ditetapkan. Kegiatan persiapan penelitian seperti surat ijin penelitian, wawancara dan pengambilan dokumen sekolah diawali dari kesediaan Kepala Sekolah untuk membantu peneliti setelah peneliti survey dan kemudian menyerahkan surat izin penelitian. Kepala sekolah mengarahkan peneliti untuk dokumen yang dibutuhkan terkait penelitian kepada TU dan waka kesiswaan. Peneliti mendapatkan banyak bantuan dari bagian TU dan waka kesiswaan utamanya terkait dengan dokumen yang peneliti butuhkan serta informasi-informasi yang peneliti butuhkan untuk penelitian seperti wawancara, kontak HP informan lain seperti guru dan koordinator jenjang. Biodata sekolah sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak Kepala sekolah Bapak Mutijab, M.Pd.I dapat dilihat dalam Catatan Lapangan Hasil Wawancara (Informan CLHW-01-01). Hal ini juga disajikan dalam dokumen dokumen yang dapat dilihat di dokumen CLAD-01 tentang profil sekolah dan CLAD-02 tentang data jumlah guru.
menerapkan kurikulum terpadu yaitu kurikulum dari pemerintah dipadukan
telah bergabung dengan Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) sebagaimana yang dijabarkan oleh Bpk TJ selaku kepala sekolah (Lihat CLHW01-01 Kode
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
jwaban 4) dan dokumen buku kurikulum sekolah islam terpdu. Salah sau dampak dari penggabungan dua kurikulum ini adalah sekolah ini menerapkan full Day school dan joyfull learning dalam pembelajaran.
yang islami sebagai salah satu solusi dalam menanggapi tuntutan zaman. Salah satu faktor utamanya adalah adanya kemerosotan moral yang terjadi pada anak di saat itu. Maka dalam situasi tersebut ada sekelompok orang yang terpanggil untuk membentuk sebuah lembaga yang dapat memberikan solusi dan mampu untuk mencetak manusia berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur yang didasari oleh ilmu agama dan ilmu umum Kemudian yayasan ini membentuk Teman Kanak-kanak Islm Terpadu yang kemudian berkembang membentuk Sekolah Dasar Islam Terpadu sebagaimana yang disampaikan oleh Bpk TJ (Lihat CLHW01-01) yaitu :
beberapa orang yang peduli dengan masa depan generasi muda membentuk sebuah yayasan/lembga. Kemudian lembaga itu membentuk Taman Kanak-kanak (TK), setelah itu dibentuklah SD. Jadi dulu yang dibuka jenjang TK dulu. Untuk kurikulum kami menerapkan kurikulum terpadu yang artinya kami menggunakan kurikulum umum dari dinas pendidikan atau pemerintah dan kami juga integraikan dengan kurikulum -01-01) full day yang jam belajarnya dari pagi hari hingga sore hari (07.00-15.30). Full day ini bertujuan agar siswa lebih banyak dibina di sekolah sehingga lingkungan yang terbentuk adalah suasana belajar yang positif mengingat lingkungan sangat berpengaruh terhadap karakter anak. Selain itu full day juga meminimalisir pergaulan negative yang dilakukan anak diluar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
jam sekolah seperti bermai game on line, ke warnet untuk menonton video terlarang dll sebagaimana yang disampaikan oleh Bpk TJ (Lihat CLHW-01-01).
Nologaten, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo Kode Pos 63411, no telpon (0352) 484 162 (lihat dokumen CLAD-
Jalan Batoro Katong dengan Nomor telepon (0352) 488 808. yun Ponorogo dekat dengan Pndok Duri Sawoo. Tepat berada di belakang pondok durisawoo. Sebelah selatan berbatasan dengan perumahan warga. Sebelan utara ada sungai yang membenatnang dari timur ke barat. Pintu masuk dan pintu keluar sekolah dalam dua pintu yang bersebelahan.
No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jenjang Pendidikan Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 Kelas 5 Kelas 6 Jumlah
Jumlah Murid L P 67 61 74 54 83 57 63 61 53 57 49 39 390 329
Total 128 128 140 124 110 88 718
-01). Kepala sekolah saat ini adalah Bapak Mutijab, M.Pd.I. Jumlah muridnya ada 718 Anak yang terbagi kedalam 6 jenjang yaitu kelas 1-Kelas 6. Saat ini ada 24 Ruang kelas diatas tanah seluas 3650 m2. dengan jumlah guru 42 Orang dengan spesifikasi S1 dan S2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
yang berkepribadian islami, berprestasi optimal, kreatif dan mandiri. Sedangkan misinya adalah Menjadi lembaga dakwah berbasis sekolah, kedua, menjalin kerjasama dengan lembaga pendidikan lain demi terwujudnya sekolah islam berkualitas, dan ketiga, menjadi sekolah islam percontohan. (Lihat CLAD-05). B. Temuan Penelitian 1. Perencanaan pendidikan karakter
dilakukan dengan mendalami visi dan misi sekolah kemudian diturumuskan kedalam jaminan kualitas sekolah atau Quality Assurance. Quality Assurance merupakan tujuan uta menyelenggarakan pendidikan. Jaminan kualitas sekolah tersebut kemudian dijabarkan kedalam target tiap jenjang. Penentuan jenjang berdasarkan tingktan kelas. Kelas 1 jenjang 1, sampai kelas 6 jenjang 6. Dalam setiap jenjang dibentuk coordinator jenjang. Setiap jenajg berhak menentukan strategipunishment dan reward di kelas masing-masing. Setiap jenjang memiliki target utama dengan indicator-indikator tertentu sesuai
jenjang. Jaminan kualitas juga digunakan
sebagai patokan untuk mengembangkan budaya sekolah dan program-program unggulan sekolah. Perencanaan pendidikan karakter dilakukan dengan perencanaan program sekolah, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan kegiatan kokulikuler dan ekstrakulikuler. Semua aktivitas itu diintegrasikan dengan pembiasaan karakter
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
yang baik. Berikut point-point hasil temuan lapangan terkait perencaan
a. Visi, Misi dan Tujuan ikan salah satu tujuannya yaitu untuk membentuk karakter yang baik bagi generasi masadepan
islami, berprestasi oleh Bapak Tijab (lihat CLHW01-01).
sekolah yaitu untuk Terbentuknya siswa siswi yang berkepribadian islami, berprestasi optimal, kreatif dan mandiri. Dari visi yang menjadi harapan bersama ini kemudian disusun dan disesuaikan dengan hukum-hukum yang berlaku dimasyarakat atau norma-norma yang dikombinasikan -01-01) Adapun arti dari visi tersebut adalah sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Kepala Sekolah sebagai berikut :
berkepribadian islami artinya siswa memiliki kepribadian islam dan berakhlak yang baik seperti akhlak yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, para wali songo di jawa dan para ulama terdahulu. Berikutnya, Berpikir optimal atau cerdas, kami berharap siswa mampu memaksimalkan kecerdasan intelektualnya sehingga karunia otak ini benar-benar termaksimalkan. Ketiga, kreatif, di zaman sekarang dan masa depan berikutnya sangat dibutuhkan kreatifitas, maka kami berharap agar siswa memiliki kreatiitas yang baik agar ampu bersaing dan mampu menemukan solusi-solusi dalam kehidupan ini. Terakhit, mandiri, kami berharap siswa menjadi anak yang mandiri, mampu mencukupi -D-I-T, siswa menjawab Cerdas-Kreatif-Mandiri-Allahuakbar, CLHW-01-01)
commit to user
SDIT
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
memiliki empat tujuan utama yaitu 1)Membentuk siswa berkepribaian islami artinya siswa berperilaku sebagai seorang muslim yang sempurna., 2) Membentuk siswa yang berpikir optimal, 3) Membentuk siswa yang kreatif, dan 4) Membentuk siswa yang mandiri.
untuk peserta didiknya. Quality Assurance
.
Dari 10 karakter ini kemudian sekolah kembangkan lagi menjadi 10 jaminan mutu atau disebut Quality Assurance sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Kepala Sekolah (Lihat CLHW01-01). Hal ini dikuatkan dengan adanya dokumen Quality Assurance untuk setiap karakter yang kemudian dijabarkan lagi disetiap jenjang sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Kepala sekolah (lihat CLHW01-01) dan juga dibenarkan oleh Ibu Guru sekaligus Koordinator jenjang Kelas 6 yaitu Bu Titik sebagaimana terdapat dalam CLHW-02-01. Sedangkan dokumen yang mendukung yaitu dokumen Quality Assurance tiap jenjang yang dapat dilihat dalam Catatan Lapangan Analisis Dokumen CLAD-09. orogo merupakan jaminan
Quality Assurance dilakukan berjenjang sesuai dengan tingkatan pendidikan sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Kepala Sekolah (Lihat CLAW-01-01). Jadi Indikator QA untuk tingkat kelas 1 berbeda dengan tingkat kelas 2, begitujuga untuk tingkat kelas 2, berbeda dengan tingkat kelas 3 dan seterusnya. Dalam CLAW-03-01 Bu Titik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
selaku koordinator jenjang kelas VI membenarkan adanya perbedaan indkcator tersebut, beliau menyampaikan bahwa setiap jenjang memiliki tingkat indikator yang berbeda-beda :
yang memiliki indikator pencapaian berjenjang. Kalau di kelas VI, indikatornya sudah bisa dikatakan indikator sempurna. Karena sebentar lagi siswa akan lulus. Jadi intinya di kelas VI ini puncak dari qa yang kita VI ini indikatornya agak berat, missal untuk sholat dengan kesadaran, di -03-01) Sejalan dengan hal tersebut, Bu Patoya selaku koordinator Jenjang kelas V menyampaikan hal yang sama indikator kelas IV ditambah dengan indicator-indikator yang lebih berbobot untuk kelas V. Misalnya untuk sholat ditambah dengan indikator satu, Shalat dengan kesadaran tanpa disuruh-suruh, dua, Terbiasa sholat sunnah seperti sholat dhuha, rawatib, dan tahajjud -03-01) Sebagaimana termuat dalam Catatan Lapangan Hasil Observasi dimana ketika sholat duha siswa tidak perlu di suruh-suruh. Siswa sudah dengan sadar sholat dengan sendirinya, meskipun setelah sholat usai terdengar gaduh dari bagian belakang (Lihat CLHO-01-02). Tentang Quality Assurance yang berjenjang ini dikuatkan dengan adanya dokumen CLAD-09 tentang Quality Assurance yang memang setiap jenjang memiliki
indikator-indikator
yang
berbeda-beda.
Intinya
karakter
yang
ang dalam Quality Assurance tersebut. Berikut ini 10 Quality Assurance. : 1. Terbiasa sholat dengan kesadaran 2. Berbakti pada orang tua 3. Berperilaku baik terhadap sesama
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
4. Tartil membaca Al5. Hafal 2 juz Al6. Nilai semua bidang studi tuntas 7. Gemar membaca 8. Kemampuan komunikasi baik 9. Disiplin dan percaya diri 10. Memiliki budaya bersih dan peduli lingkungan Dari masing-masing Quality Assurance merupakan cerminan dari karakter yang dikembangkan. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Kepala Sekolah dalam Catatan Lapangan Hasil Wawancara (CLAW-01-01) : indikator capaian yang kami harapkan dan ini merupakan bagian dari karakter yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Problem saat ini, missal seseorang dikatakan berkarakter jujur, pertanyaannya apa buktinya? Maka Qa ini sebagai bukti yaitu indicator-indikator karakter. Misalnya sholat dengan kesadaran, ini merupakan bukti adanya karakter disiplin, bertanggungjawab dan taat beragama atau religius. Begitu juga dengan qa yang l -01-01). Selain Quality Assurance progam harian dan program semester sekolah sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Kepala Sekolah dalam Catatan Hasil Wawancara CLHW-01hari ada kegiatan wajib bagi Ustadz dan ustadzah. Ada juga MABIT untuk anakanak. Ada juga kegiatan pengajian keluarga Sakinah untuk wali Murid. Dll. File ini diberikan kepada guru, murid maupun wali murid sebagaimana terdapat dalam dokumen CLAD-07 tetang program semester sekolah. Sebagai penguat data ada program harian untuk Uatadz dan Ustadzah sebagaimana terdapat dalam CLAD02. Kegiatan belajar mengajar sebagaimana dalam transkrip observasi Kode
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
CLHO-03 membenarkan adanya kegiatan sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu Patoya. Tabel 4.2 J JAMINAN KUALITAS Shalat dengan kesadaran
Berbakti pada orang tua
Tertib dan disiplin
Percaya diri
Senang membaca
Perilaku sosial baik
Memiliki budaya bersih
jenjang kelas 5 INDIKATOR 1. Paham arti bacaan sholat 2. Bersegera sholat bila mendengar adzan 3. Shalat dengan kesadaran (tanpa disuruh-suruh) 4. Terbiasa sholat sunnah (dhuha, rawatib, tahajjud) 1. Selalu berpamitan dan mencium tangan ayah/ibu/wali sebelum berangkat 2. Selalu mendoakan orang tua 3. Bersikap dan berbicara santun terhadap orang tua 4. Menaati nasehat orang tua 5. Mau melaksanakan tugas harian di rumah 6. Membantu meringankan pekerjaan orang tua 1. Datang ke sekolah tepat waktu 2. Mampu menyelesaikan tugas tepat waktu 3. Peralatan/pakaian sekolah lengkap 4. Membiasakan diri mengecek barang-barang miliknya 5. Makan dan minum dengan tertib (laa yasrobanna ahadukum qaaiman ) 6. Selalu meminta ijin bila menginginkan sesuatu 7. Menjaga inventaris sekolah 8. Menghargai barang milik orang lain 1. Terbiasa tampil di depan kelas 2. Mandiri dalam melaksanakan aktifitas di sekolah dan dirumah 3. Tidak menyontek 4. Berani tampil di depan umum 5. Memiliki jiwa kompetisi yang tinggi 1. Tumbuh kesukaan membaca 2. Mengaktifkan perpustakaan kelas 3. Terbiasa membaca materi yang akan dipelajari di sekolah 4. 80% siswa mau meminjam dan membaca buku minimal 2 buku tiap pekan 1. Terbiasa senyum, salam, sapa, sopan dan santun (5 S) 2. Terbiasa 3. Terbiasa berperilaku jujur 4. Memiliki jiwa empati terhadap orang lain 5. Menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang muda 6. Bisa berteman dan bekerja sama dengan orang lain 7. Memahami etika pergaulan islami 1. Terbiasa membuang sampah di tempatnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
Tuntas dalam pembelajaran
Membaca alHafal minimal Memiliki kemampuan membaca efektif Memiliki komunikasi yang baik
2. Mau mengambil sampah yang ada di dekatnya 3. BAK/BAB dengan memperhatikan kesucian tempat/pakaian 4. Selalu memakai alas kaki saat di halaman 5. Menjaga kebersihan badan dan pakaian 6. Menjaga kebersihan gigi, kuku, dan rambut 1. Tumbuh semangat dan motivasi belajar 2. Joyfull learning 3. Mampu menjadi tutor bagi teman sebayanya 1. Senang belajar Al2. Mampu membaca AlMemiliki motivasi untuk menambah hafalan secara mandiri Mau membaca minimal 1 buku per hari 1. Tumbuh semangat untuk menuliskan apa yang telah dibaca minimal 1 halaman per hari 3. Menerapkan sopan santun dalam berkomunikasi, terutama dengan yang lebih tua
Sumber : CLAD-09
Selain itu, sekolah juga memiliki program semester (lihat CLAD-07) tentang agenda-agenda sekolah. selain itu, sekolah juga mempunyai perencanaan untuk pendidikan siswa sebagaimana terdapat dalam program semester yang dirancang oleh guru (Lihat CLAD-08). Dari hasil informasi dari beberapa informan, temuan di lapangan serta data do ponorogo dalam merencanakan pendidikan karakter dikembangkan melalui program jaminan mutu, budaya sekolah, dan program semester sekolah. n Ponorogo merupakan dasar utama dari perencanaan pendidikan karakter di SDIT Qurrota -hukum yang berlaku dipadukan dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
Ponorogo secara garis besar untuk mewujudkan anak yang terbiasa sholat dengan kesadaran, berbakti pada orang tua, berperilaku baik terhadap sesama, tartil membaca al-
, hafal 2 juz al-
, nilai semua bidang studi
tuntas, gemar membaca, kemampuan komunikasi baik, disiplin dan percaya diri, serta memiliki budaya bersih dan peduli lingkungan b. Perencanaan Pengembangan Budaya Sekolah
mencakup beberapa aktifitas utama (Lihat lampiran 9) yaitu ibadah, ketertiban, kerapian dan kebersihan, perilaku sosial, makan dan minum, mekanisme tata tertib, dan konsekwensilogis. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Kepala Sekolah yaitu :
membuat budaya sekolah. Budaya sekolah kami rancang sedemikian rupa sehingga siswa secara terbiasa akan melakukan budaya-budaya kebaikan itu. Selain itu kami juga membuat tulisan-tulisan di kelas yang kaya dengan makna yang tentunya ini akan memperdalam makna dari budaya -01-01 Bu Titik selaku guru juga menyampaikan hal yang sama
i sekolah kami
ada budaya sekolah yang diharapkan itu bisa menjadi kebiasaan siswa di sekolah -03-01 ogo dikembangkan untuk memberikan pembiasaan karakter kepada Siswa. Aturan ini diperuntukkan kepada seluruh siswa dan guru. Berikut ini beberapa point perilaku sosial di SDIT Qu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
Tabel 4.3 Kegiatan Membiasakan 5 S ( Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun) Menghormati orang tua, guru, dan teman Membiasakan berjabat tangan Menghindari berkata kotor dan menyakitkan Ikhlas menerima dan memberi nasihat Memegang teguh kejujuran dalam segala hal
Tidak berkelahi
Meminta ijin bila meminjam barang milik orang lain Tidak segan minta maaf dan bertanggung jawab atas kesalahan Membiasakan mengucapkan terima kasih dan minta tolong Berusaha lebih mandiri Melatih berempati kepada sesama dengan berinfaq dan gemar menolong Mengucapkan permisi jika hendak lewat di depan orang lain
Punishmen Diberi peringatan
Kelas 1 6
Mengulang perjalanan dan berkata permisi Diberi peringatan Menulis kata kata baik 50 X lipat dan diberi pengertian Diberi peringatan
1
6
1 1
6 6
1
6
Kultum tentang kejujuran di kelas lain sejenjang Jika berkelahi 1 X dinasehati Jika berkelahi 2 X dinasehati dan tilawah setengah juz Jika berkelahi 3 X dinasehati dan tilawah 1 Juz dan memungut sampah 1 kresek saat istirahat Jika berkelahi 1 X dinasehati Jika berkelahi 2 X dinasehati dan tilawah satu juz Jika berkelahi 3 X dinasehati dan tilawah 1 Juz dan diskors Kultum akibat meminjam barang tanpa ijin di kelas lain sejenjang Dinasehati, dan segera memperbaiki kesalahan Dinasehati
1
6
1
2
3
6
1
6
1
6
1
6
Dinasehati Dinasehati
1 1
6 6
Pelaksana
Sumber : Observasi Dari
table
4.2
diatas
maka
dapat
diambil
kesimpulan
bahwa
beberapa kegiatan yang berkarakter yaitu (1) membiasakan budaya 5 S, (2) menghormati orangtua dan guru, (3) membiasakan berjabat tangan, (4)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
menghindari berkata kotor dan menyakitkan, (4) memegang teguh kejujuran dan lain-lain. Selain itu, sekolah membiasakan adanya punishment sebagai evaluasi untuk penerapan budaya sekolah. dalam hal ini sudah cukup jelas budaya apa yang harus dibiasakan dan apa konsekuensinya. berdasarkan hasil observasi, budaya sekolah ini sleain dibiasakan juga ditempel di dalam kelas sebagai salah satu srana kampanye dan sosialisai. Dari temuan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa perencanaan pendidikan karakter melalui pengembangan budaya sekolah yang mencakup budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun), kejujuran, kemandirian, kepedulian, kekeluargaankasih sayang, saling menghormati, dan religius , dengan indikator masingmasing jenjang berbeda-beda..
c. Perencanaan Pembelajaran
Ponorogo direncanakan dengan adanya analisis terhadap peserta didik yang meliputi analisis terhadap karakter yang dimiliki, materi yang disajikan, sumber yang digunakan serta sarana dan prasarana yang memadai. Karakter yang dimasukkan disesuaikan dengan materi yang akan diberikan, kemudian guru merancang Program Pelaksanaan Pembelajaran. Dalam
penyusunan
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran,
guru
memasukkan karakter yang dapat dikembangkan secara implicit dari kegiatan belajar. Selain itu, guru juga menyediakan kolom observasi terhadap kegiatan yang dikalukan siswa. Kolom ini bertujuan untuk memberikan penilaian karakter atau perilaku siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
Sebagaimana hasil wawancara didapatkan data bahwa dalam perencanaan pembelajaran, semua guru diminta untuk memasukkan karakter dalam RPP sebagai berikut : masukkan karakter dalam RPP. Kalau strategi di kelas, kami ada reward and punishment untuk siswa. Misalkan siswa dalam hari itu tuntas sholat 5 waktu, kami dari guru memberikan kartu warna hijau untuk ditempel, jika ada pelanggaran dari budaya yang kami sepakati dengan anak-0301
Hal ini juga dibuktikan dengan adanya dokumen dari Guru Kelas V Bu Yuli dalam catatan lapangan analisis dokumen CLAD-10 dimana beliau memasukkan karakter gemar membaca, komunikatif, mandiri, dan rasa ingin tahu dalam penyusunan RPPnya. Begitu juga dokumen yang diberikan oleh guru kelas VI Bu Lia dalam Catatan Lapangan Analisis Dokumen CLAD-11 dimana dalam RPP tersebut Bu Lia memasukkan karakter disiplin, rasa hormat dan perhatian, tekun, tanggung jawab dan ketelitian.
menggunakan RPP KTSP yang memuat kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dn kegiatan penutup. Kegiatan pedahuluan diawali dengan appersepsi dan motivasi. Sedangkan kegiatan inti dimulai degan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Untuk kegiatan penutup guru memberikan kesimpulan. Dari RPP yang ditemukan dilapangan, guru memasukkan karakter inti yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Misalnya RPP dari Bu Nafisah untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) untuk Kompetensi Dasar Mendeskripsikan perjuangan para tokoh perjuangan pada penjajah Belanda dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
Jepang memiliki tujuan karakter semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan gemar membaca. Format RPP yang d menggunakan format RPP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang memuat kegiatan awal, eksplorasi, elaborasi, konfirmasi dan kegiatan penutup. Dalam penilaian, guru membuat indikator secara detail dari masing-masing nilai karakter yang dikembangkan. Teknik penialaian, bentuk instrument dan instrument dimasukkan dalam rubric penialaian. Berikut ini salah satu contoh table penilaian karakter dari Bu Nafisah : Tabel 4.4 Nilai budaya dan karakter bangsa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Nilai Budaya dan Indikator pencapaian Teknik Bentuk Karakter Bangsa Kompetensi Penilaian Instrumen Menceritakan sebab jatuhnya Tertulis Uraian Semangat kebangsaan : cara daerah-daerah nusantara ke berpikir, bertindak, dalam kekuasaan pemerintah dan berwawasan belanda. yang Menjelaskan system kerja menempatkan paksa dan penarikan pajak kepentingan yang memberatkan rakyat. bangsa dan Negara Menceritakan perjuangan diatas kepentingan para tokoh daerah dalam diri dan mengusir penjajah Belanda. kelompoknya. Menceritakan pendudukan Cinta tanah air : jepang di Indonesia. cara berpikir, Menceritakan sebab dan bertindak, dan akibat pengerahan tenaga berbuat yang romusa oleh jepang terhadap menunjukkan penduduk Indonesia. kesetiaan, Membuat ringkasan riwayat kepedulian, dan hidup tokoh penting penghargaan yang pergerakan nasional. tinggi terhadap Lporan tentng tokoh bahasa, lingkungan pergerakan nasional yang ada fisik, social di provinsinya. budaya, ekonomi, Menceritakan peristiwa dan politik bangsa. sumpah pemuda.
commit to user
Instrumen / Soal jelaskan sebab jatuhnya daerahdaerah nusantara ke dalam kekuasaan pemerintah Belanda
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
Gemar membaca : Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
Menceritakan peranan tokoh dalam sumpah pemuda 28 Okt 1928 Menceritakan peranan tokoh dalam peristiwa sumpah pemuda 28 Okt 1928 dalam mempersatukan Indonesia
Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa dalam perencanaa, nilai-nilai yang dmasukkan adalah nilai semangat kebangsaan, nilai cinta tanah air, nilai gemar membaca. Nilai-nilai yang diintegrasikan dalam RPP adalah nilai-nilai yang termuat dalam KTSP yaitu 18 Nilai dan karakter bangsa. Sedangkan untuk penilaian, dalam RPP menggunakan penilaian peforma yang memuat pengetahuan dan sikap, serta penilaian produk. Untuk karakter dinilai berdasarkan sikap siswa ketika mengikuti proses pembelajaran. Selain dalam RPP, didalam syllabus juga dicantumkan karakter yang diharapkan sebagaimana termuat dalam dokumen syllabus bahasa Indonesia yang didalamya terdapat kolom Nilai Karakter. Adapun nilai yang dimasukkan dalam
bersahabat, komunikatif, kerja keras, mandiri, tanggungjawab, toleran, disiplin, gemar membaca, mandiri, kreatif, dan rasa ingin tahu. Jadi karakter yang dimuat didalam syllabus juga diuat ulang didalam RPP. Dari temuan lapangan diatas dapat disimpulkan bahwa intergasi karakter dalam pembelajaran dilaksanakan dengan melakukan analisis peserta didik untuk merancang Rencana Pelaksanan Pembelajaran yang berkarakter.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
d. Perencanaan Program-program sekolah Perencanan
program-program
sekolah
adalah
perencanaan
yang
direncanakan oleh sekolah untuk mencapai keberhasilan pendidikan karakter.
oleh sekolah untuk guru, wali murid dan siswa. Pertama, program untuk guru. Guru diberikan kegiatan-kegiatan dalam rangka mewujudkan guru yang professional sebagaimana harapan dunia pendidikan.
miliki oleh
seorang guru yaitu
mursyid atau cerdas mental -01-01. Guna mewujudkan kelima karakter inti tersebut, maka
kapasitas Sumber Daya Manusia sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Tijab selaku Kepala Sekolah yaitu :
Ketiga, Tausyiah setiap pecan untuk guru. Keempat, Check List jadwal harian Ustadz dan Ustadzah, Kelima kami adakan KKG (Kelompok Kerja G memberikan pencerahan kepada guru dengan mewajibkan mereka menghatamkan tiga buku dalam satu tahun. Buku yang dibaca tentang -01-01 Up grading guru merupakan agenda untuk meningkatkan kapasitas guru. Sebagaimana dalam CLAD-07 menyebutkan adanya agenda tersebut. Begitu juga ketika dikroscek kepada salah satu guru kelas V yaitu Bu Yuli yang menyebutkan bahwa ada agenda up grading sebagaimana dalam CLHW-04-01. Bu Yuli menyampaikan bahwa agenda up grading dapat meningkatkan mutu dan kualitas guru sebagaimana yang beliau tuturkan :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
akan memberikan bekal tambahan bagi seorang guru. Apalagi biasanya dalam up grading kami akan mendapatkan ilmu-ilmu baru dan biasanya pematerinya juga dari luar kota yang memang pemateri itu pkraktisi dalam -04-01 a rutin setiap hari sabtu yang berangotkan para guru. Dalam hal ini, guru diberikan motivasi dan sharing keampuan dasar agar guru juga memiliki karakter yang baik.
sepuluh karakter yang dikembangkan. Sehingga harapannya sebelum siswa menjadi baik, guru mengawali untuk berbuat baik. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bu Lia (lihat CLHW-03-01). Hal ini dibenarkan pula oleh Bu Yuli (lihat CLHW-04-01). Selain agenda di atas, untuk para guru juga ada check list agenda guru atau hal-hal wjib yang harus dilakukan guru diantaranya yaitu tilawah (membaca Al-02. Bu Yuli W-0401). Sedangkan untuk pembinaan karakter bagi orang tua atau wali murid, ada beberapa agenda pendukung sebagaimana yang disampaikan Bapak Kepala
wali murid yaitu :yang ini juga dikuatkan oleh Bapak Marsudin selaku wali murid Kelas VI (Lihat CLHW-07-01). Berikut pernyataan Bapak Tijab :
siswa selama di rumah. Kami meminta agar orang tua atau wali murid memantau aktifitas belajar anaknya selama diluar jam sekolah. Selain itu kami juga ada parenting bulanan. Kami undang seluruh wali murid untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
hadir yang intinya semoga wali murid mulai memiliki kesadaran bahwa keberhasilan belajar juga butuh peran serta orang tua. Selain itu kami juga -01-01) Jadi dapat disimpulkan bahwa perencanaan pendidikan karakter di SDIT -program untuk siswa dan juga untuk pengkondisian lingkungan yang mendukung untuk pendidikan karakter.
Dari temuan lapangan diatas dapat ditampilka dengan diagram alir sebagai berikut :
Budaya Sekolah Visi Misi dan Tujuan
KBM
SIswa
Program Sekolah
Gambar 4.1 Strategi perencanaan Pendidikan Karakter
dirancang dari visi, misi dan tujuan sekolah yang kemudian dijabarkan dalam pembiasaan (1) budaya sekolah diantaranya budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun), kejujuran, kemandirian, kepedulian, kekeluargaan, kasihsayang, saling menghormati, dan religius, (2) intergasi karakter dalam pembelajaran dilaksanakan
dengan melakukan analisis peserta didik untuk merancang Rencana Pelaksanan Pembelajaran yang berkarakter, (3) program-program untuk siswa dan juga untuk pengkondisian lingkungan yang mendukung untuk pendidikan karakter.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
2. Pelaksanaan Pendidikan Karakter
dilaksanakan dengan keteladanan, pembiasaan serta pengulangan dari budaya sekolah yang telah dirancang, hingga pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Budaya sekolah yang disampaikan oleh Bapak Kepala Sekolah melalui strategi-strategi budaya sekolah, integrasi kegiatan pebelajaran, dan kegiatan kokulikuler dan ekstra kulikuer. Berikut ini hasil temuan lapangan dalam pelaksanaan pendidikan
a. Pengembangan budaya sekolah Budaya sekolah dirancang sebagai sarana pembiasaan bagi seluruh warga sekolah dalam rangka membentuk karakter yang baik. Sebagaimana dijelaskan dalam perencaan pendidikan karakter, maka dalam pelaksanaan budaya sekolah ini disesuaikan dengan perencanaan yang telah dibuat. Dari hasil lapangan ditemukan bahwa dalam pelaksanaannya, budaya sekolah menggunakan strategi sosialisasi, penguatan, keteladanan dan juga pembiasaan. Sosialisasi dilakukan sekolah dengan menggunakan spanduk kecil/banner berupa tulisan dan katakamar mandi (lihat Gambar 4.4). Selain itu sekolah juga melakukan penguatan karakter dengan cara menguang-ulang secara kognitif melalui hafalan sebelum masuk ke raung kelas. Keteladanan dan pembiasaan dilakukan oleh guru dan siswa setiap waktu dan keadaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
sore hari dari Pukul 07.15-15.30 WIB. Dalam hasil observasi ditemukan bahwa siswa bersalaman sebelum berangkat sekolah ini sesuai dengan indicator keberhasilan dari budaya sekolah point berjabat tangan dengan orangtua dan guru. Selain itu, ditemukan pula bahwa guru berbaris di depan sekolah menyambut siswa yang baru datang. Dengan senyum ceria dan semangat anak-anak langsung menuju ke Bapak dan Ibu guru, kemudian berjabat tangan. Setelah itu siswa menuju ke kelas. Pembiasaan ini melatih siswa untuk memiliki karakter tanggungjawab. Tampak keluar dari kelas, kemudian mereka berbaris berbanjar ke belakang dan dipimpin oleh salah satu siswa. Setelah disiapkan, siswa kemudian membaca ikrar siswasiswa SDIT Qur
erisi point (1) tegakkan sholat
sepanjang hayat, (2) senang mengaji setiap hari, (3) berbakti kepada ayah dan ibu, (4) taat dan hormat kepada guru, dan (5) gemar belajar dan giat mencari ilmu. ebagai sarana mengingat dan membiasakan karakter kepada siswa. Tegakkan sholat sepanjang hayat memberikan muatan agar anak memiliki karakter religius, disiplin dan taat beragama. Sedangkan senang mengaji setiap hari memiliki tujuan agar anak memiliki rasa tanggungjawab dan disiplin. Berbakti kepada ayah dan ibu membentuk karakter cinta damai dan peduli social. Taat dan hormat kepada guru mebentuk sikap tanggungjawab dan menghargaia orang lain. Gemar belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82
dan giat mencari ilmu memberikan motivasi siswa untuk memiliki karakter senang membaca dan memiliki rasa ingin tahu. Budaya sekolah ini dibiasakan oleh semua civitas sekolah, baik guru, karyawan maupun siswa. Hal ini juga dibuktikan dengan adanya dokumen tentang budaya sekolah dalam Catatan Lapangan Analisis Dokumen (Lihat CLAD-08). Begitu juga berdasarkan Catatan Lapangan Hasil Observasi ditemukan bahwa memang sesuai antara dokumen budaya sekolah dengan apa yang ditemukan (Lihat CLHO-01). Adapun isi dari budaya sekolah meliputi kegiatan-kegiatan siswa selama berada di sekolah yaitu : 1) Kegiatan ibadah Dalam dokumen budaya sekolah disebutkan bahwa budaya yang dibangun dalm ibadah adalah (a) Shalat dan wudhu dengan sungguh-sungguh, (b)
menj dari hasil observasi ditemukan bahwa sebagian besar siswa berwudhu dengan sungguh-sungguh, bersama-sama setelah (lihat CLHO-0101) dan juga gambar 4.4.
Gambar 4.2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
2) Ketertiban Dalam dokumen budaya sekolah diatur beberapa hal berikut (a) Datang ke sekolah tepat waktu, (b) Masuk kelas tepat waktu setelah istirahat, (c) Membiasakan antri, (d) Bermain di tempat yang sesuai
dengan aturan dan
peruntukannya, (e) Selalu memakai alas kaki sesuai aturan selama di sekolah, dan (f) Tidak membawa HP dan barang berharga sesuai dengan hasil Observasi. 3) Kerapian dan kebersihan Siswa diajak untuk bersih dan rapi dalam segala hal, termasuk membuang sampah pada tempatnya. Berikut ini beberapa budaya sekolah terkait kerapian dan kebersihan : (a) dating sekolah tepat waktu, (b) masuk kelas tepat waktu setelah istirahat, dan (c) membiasakan antri. Berdasarkan hasil observasi sebagaimana terlihat bahwa siswa tertib membuang sampah. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Bapak Afthon ketika ditanya tentang Budaya Sekolah dan juga dokumen gambar 4.6 Siswa membuang sampah pada tempatnya berdasarkan observasi.
Gambar 4.3 Siswa membuang sampah pada tempatnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
4) Perilaku sosial Adapun beberapa perilaku social yang dikembangkan adalah (a) Membiasakan 5 S ( Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun), (b) Menghormati orang tua, guru, dan teman, (c) Membiasakan berjabat tangan, (d) Memegang teguh kejujuran dalam segala hal, (d) Menghindari berkata kotor dan menyakitkan, (e) Ikhlas menerima dan memberi nasihat. Lihat Gambar 4.7 siswa berjabat tangan dengan orang tua sebelum berangkat sekolah.
Gambar 4.4 Siswa Bersalaman mencium tangan orang tua Jadi dalam pelaksanaan budaya sekolah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan yang telah direncanakan yang meliputi kegiatan ibadah, ketertiban, kebersihan dan kerapian serta kegiatan sosial. b. Iintegrasi karakter dalam pembelajaran Selain menggunakan pembiasaan melalui indikator dalam budaya sekolah,
indikator indikator karakter yang ingin dicapai kedalam RPP sebagaimana yang
juga melalui kegiatan belajar mengajar. Biasanya di dalam RPP juga kita
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85
CLHW-02-01. Sejalan dengan hal itu, Bu titik mengatakan bahwa :
ada reward and punishment untuk siswa. Misalkan siswa dalam hari itu tuntas sholat 5 waktu, kami dari guru memberikan kartu warna hijau untuk ditempel, jika ada pelanggaran dari budaya yang kami sepakati dengan anak-0301
Adanya karakter yang dimasukkan kedalam RPP ini dibenarkan dengan adanya dokumen yang peneliti temukan dari Guru Kelas V Bu Yuli yang dikuatkan dengan adanya dokumen dalam catatan lapangan analisis dokumen CLAD-10. Begitu juga dokumen yang diberikan oleh guru kelas VI Bu Lia dalam Catatan Lapangan Analisis Dokumen CLAD-11.
Gambar 4.5 Guru menggunakan strategi berbeda dalam pembelajaran Dari temuan diatas dapat disimpulkan bahwa integrasi dalam pembelajaran dilakukan oleh guru untuk memaksimalkan pendidikan karakter dengan menggunakan strategi berbeda-beda. c. Melalui kegiatan kokulikuler dan ekstrakulikuler Kegiatan kokulikuler dan ekstrakulikuler dijadikan sebagai sarana pengembangan pendidikan karakter sebagaimana yang disamaikan oleh Bapak TJ
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86
kulikulernya, misalnya pramuka untuk melatih karakter disiplin, siswa dan lain-01-01. yaitu ekstrakulikuler wajib dan ektrakulikuer pilihan : 1. Ekstrakulikuler wajib yaitu kegiatan diluar jam sekolah yang wajib untuk diikuti oleh semua siswa. Yang termasuk kegiatan ekstrakulikuler wajib
2. ekstrakulikuler pilihan yaitu siswa diberikan kebebasan memilik ekstrakulikuler apa saja yang ingin diikuti. Yang termasuk kegiatan ekstrakulikuler pilihan diantaranya adalah Lukis, Hadroh, Musik, Enterpreneur, , Sepak Bola, Karate, Bola Volly, Panjat tebing, Robotik, Panahan, Renang, Jurnalistik, English Club dan Pramuka. Masing-masing ekstra ini memiliki keunggulan masing masing dalam penanaman pendidikan karakter sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Afthon selaku Pembina Pramuka menyebutkan bahwa kegiatan pramuka melatih tentang kedisiplinan, semangat juang, kebersamaan, gotong royong, ketaatan dan ketertiban. Selain itu aa juga kegiata unggulan kunjungan, Pondok ramadhan ceria, kelas Takhasus tahfidz MABIT (Malam Bina Iman dan Taqwa), dan Training Motivasi. Hal ini sebagaimana yang disampaikan bapak kepala Sekolah (Lihat CLHW-01-01) dan juga hasil analisis dokumen yang ada di waka kesiswaan (Lihat CLAD-14).
Gambar 4.6 Siswa Mengikuti kegiatan Eksul Pramuka
Untuk menanamkan karakter mengajak siswa melakukan kunjungan sebagaimana yang telah dilaksanakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
dalam dokumen kegiatan siswa mengunjungi Pondok Yatim dan Dhuafa Budi Luhur Desa Muneng Balong.
Gambar 4.7
h
Berdasarkan hasil temuan lapangan diatas maka dapat disimpulkan bahwa ada banyak kegiatan ekstra yang menunjang pendidika karakter di SDIT Qurrota
d. Pembiasaan perilaku Dalam mengimplementasikan pendidikan karakter, ternyata tak cukup hanya siswa yang dibina. Maka pendidikan karakter ini juga harus didukung oleh guru sebagai teladan di sekolah dan orang tua wali murid sebagai teladan di
program untuk orang tua dalam rangka mendukung pembiasaan karakter sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak Kepala Sekolah bahwa pembiasaan terus dilakukan untuk penanaman karakter bagi siswa. Berdasarkan CLHO-01-01 terlihat bahwa siswa menjalankan SOP yang telah ditentukan oleh Sekolah sepeti membaca ikarar sebelum masuk ke kelas, berjabat tangan dengan guru dan orang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88
tua, berkata sopan, membuang sampah pada tempatnya dan juga belajar dengan tertib. Selain itu, sekolah juga membiasakan kepada siswa untuk melaksanakan kegiatan upacara bendera. Menurut Bu Wiji selaku waka kesiswaan menjelaskan
menegakkan karakter disiplin, cinta tanah air kami biasakan kegiatan melalui . Dari temuan di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi pendidikan
yang telah ditetapkan yaitu 1)pengembangan budaya sekolah, 2)Integrasi karakter dalam kegiatan Belajar Mengajar, 3)kegiatan ekstra kulikuler, dan 4)Kegiatan kunjungan, Mabit dan training motivasi, dan 5)Keteladanan. Sedangkan evaluasi melalui observasi sebagaimana yang disampaikan oleh
agenda siswa selama di rumah. Kami meminta agar orang tua atau wali murid -0101) Jadi pelak dilaksanakan dengan keteladanan dan pembiasaan melalui kegoatan belajar mengajar, pembiasaan budaya sekolah, kegiatan ekstrakulikuler dan kokulikuler. Dari uraian diatas dapat dibuat bagan sebgaimana tertuang dalam gambar
Dalam gambar dijelaskan bahwa keteladanan dan pembiasaan diintergasikan dalam kegiatan KBM, Budaya sekolah, kegiatan kokulikuler dan ekstrakulikuler.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89
Gambar 4.8 Strategi Pelaksanaan pendidikan karakter.
3. Hasil Pendidikan Karakter elah memberikan dampak yaitu : a. Siswa mendapatkan prestasi akademik Bedasarkan dokumen yang peneliti dapatkan, ternyata SDIT Qurrota
akademik yang ini juga tidak lepas dari adanya pembinaan karakter yang baik seehingga siswa mampu berprestasi. Diantara prestasi tersebut adalah sebagai berikut : a) Juara 2, 3, dan 5 Lomba mewarnai di PCC (September-2014) b) Juara 2 Bahasa Inggris, juara 3 IPS dan juara 6 Matematika HUT SMPN 1 Ponorogo (Oktober-2014) c)
-2014)
d) Juara 1 MILO Futsal Cup Ponorogo (Nopember-2014) e) Menjadi juara di ratusan even perlombaan yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah dan organisasi swasta tingkat kabupaten (2008-2014)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
90
f) Juara 1 MIPA, Tahfidz, dan cerpen OLSIT Regional 5 Jatim (2014) g) Juara 2 IPS, Robotik, KIR, dan Bhs Inggris OLSIT Regional 5 Jatim (2014) h) Juara 2 Robotik Final OLSIT JSIT jatim (2014) i) Juara harapan 1 Olimpiade Aritmatika anak bangsa Madiun (2014) j) Finalis Fakhruddin Arrazi Competition di Bogor (2014) a) Finalis Kompetisi Matematika Nalaria Realistik di Bogor (2014) Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dampak pendidikan karakter
b. Terbentuknya karakter yang baik
terbentuknya karakter yang baik. Hal ini disampaikan oleh Bpk Lukman Hakim selaku wali murid dalam Catatan Lapangan Hasil Wawancara ketika ditanya tentang alasan m berikut :
diri, rajin ke masjid dan pandai membaca alagenda yang full day, jadi saya lebih simple meididik anak. Saya piker siswa juga lebih kondusif di sekolah. Kalau saya sebagai orang tua merasa lebih tenang karena anak akan minim untuk ikut-ikutan pergaulan bebas yang dilingkungan rumah. Karena dilingkungan rumah itu saya amati anak-anaknya sering ngomong jorok. Ngeri sekali. Terus yang menurut saya membantu juga yaitu adanya pembinaan untuk wali murid. Ada pertemuan rutin dan ada juga kajian keluarga sakinah. Terus ada lagi kegiatan parenting biasanya dipertemuan walimurid itu. Ya menurut saya itu m 06-01 Senada dengan hal diatas, Bapak Sunaryo mengatakan bahwa hasil
beliau dalam Catatan Lapangan Hasil Wawancara
rut saya cukup berhasil.
Beberapa hari yang lalu anak saya minta dibangunkan sholat subuh. Katanya dia mau ikut sholat subuh berjamaah karena kata dia sholat subuh berjamaah itu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
91
pahalanya besar dan hanya orang-orang yang berhati bersih yang sanggup melakuk
-07-01
Gambar 4.9 Sepatu siswa tertata dengan rapi Selain itu, ada perbedaan mencolok antara siswa yang bersekolah di SDIT
Lukman selaku wali murid mengatakan bahwa
ulillah Mas, kalau
dibanding dengan anak-anak yang lain, anak saya termasuk mudah diatur. Nggak bantah. Kalau disuruh bantu orang tua juga langsung membantu. Beda dengan yang di sekolah umum. Kalau di sekolah umum mereka biasanya diatur sulit dan sering be
- 06-01
Dari beberapa informasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil menghasilkan peserta didik yang berprestasi dan beberapa karakter yang menonjol yaitu karakter religius, rajin, disiplin, gemar membaca, sopan, santun, penyayang dan berbakti kepada orang tua.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
92
4.
Faktor pendukung, faktor penghambat serta solusi
a.
Faktor pendukung penerapan pendidikan karakter faktor
pendukung sebagaimana yang disampaikan oleh bapak kepala sekolah yaitu (1) sarana dan prasarana yang mendukung, (2) kualitas guru dan peran orangtua peserta didik dan (3) siswa yang sudah dipilih sebelum masuk ke SDIT Qurrota (CLHW-01-01). Hal ini juga sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Bu Menurut saya pertama adanya siswa pilihan sebelum masuk sehingga ini juga mempermudah kami dalam mendidik. Kedua adanya sarana dan prasarana -02-01. Berdasarkan pengakuan
beberapa informan
diatas
maka peneliti
melakukan pengamatan dalam konteks pendidikan karakter yang menjadi faktor pendukung yaitu adanya keteladanan guru, serta adanya sarana dan prasarana yang memadai. b.
Fakor penghambat dan solusi Dalam mengimplementasikan p
ini ada dua faktor penghambat sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Tijab selaku kapala sekolah yang mengatakan bahwa adanya wali murid yang masih belum sadar untuk juga ikut berperan dalam mendidik anaknya, dan adanya anak yang berbeda karakter ( CLHW-01-01). Hal serupa juga disampaikan oleh Bu Patoya selaku guru dan juga koordinator jenjang. Beliau menyampaikan ada dua hambatan yang pertama dari siswanya dan yang kedua dari orang tua (CLHW-0201)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
93
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa faktor penghambat penerapan pendidikan karakter di SDIT Qurrot
adanya wali murid yang
kurang memiliki kesadaran untuk ikut mendidik anak dan karakter awal siswa yang berbeda-beda. Solusi dari hambatan penerapan pendidikan karakter di SDIT Qurrota yaitu memberikan program-program untuk dan sarana edukasi untuk walimurid sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Kepala Sekolah (CLHW-01-01). Sedangkan solusi untuk siswa berbeda-beda disesuaikan oleh tingkatan jenjang mereka. Namun secara garis besar solusinya yaitu guru harus sering memberikan nasihat kepada siswa, guru harus bersabar dan guru harus lebih kreatif.
C. Pembahasan Deskripsi Temuan Penelitian pada bagian B diatas, maka dapat dikonstruksikan dalam empat teori sebagai berikut: 1)Perencanaan pendidikan karakter
berdasarkan visi dan perencanaan
budaya sekolah, 2) Implementasi pendidikan karakter tercermin dalam kehidupan sehari- hari, 3)Hasil pendidikan karakter di SDIT
Assurance, dan 4)Faktor pendukung dan penghambat serta solusi pelaksanaan pendidikan karakter wali murid.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
94
Penelitian menguraikan analisa dari hasil penelitian implementasi pendidikan karakter
dengan teori yang telah ada
dan dari hasil penelitian sebelumnya sebagai berikut: 1. Dari temuan di SDIT Qurrot
simpulkan
bahwa dirancang dari visi, misi dan tujuan sekolah yang kemudian dijabarkan dalam pembiasaan (1) budaya sekolah diantaranya budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun), kejujuran, kemandirian, kepedulian, kekeluargaan, kasihsayang, saling menghormati, dan religius, (2) intergasi karakter dalam pembelajaran dilaksanakan
dengan melakukan analisis peserta didik untuk merancang Rencana Pelaksanan Pembelajaran yang berkarakter, (3) prencanaan program-program untuk siswa dan juga untuk pengkondisian lingkungan yang mendukung untuk pendidikan karakter. Pentingya pendidikan karakter harus direncanakan ini sesuai dengan Kemdiknas (2011: 64) yang menyebutkan mengelolan lembaga pendidikannya menggunakan basis pendidikan karakter Dan juga disebutkan pula oleh Abdul Latif (2007 : 7) mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Sejalan dengan hasil penelitian sebelaumnya oleh Mia di SMA Boyolali tahun 2014
menerangkan bahwa perencanaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
95
pendidikan karakter dimulai dari visi dan misi serta tujuan. Sejalan dengan hal ini Nurul Zuriah (2007: 107) menguatkan bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor) secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidik diterapkan ke dalam kurikulum melalui kegiatan-kegiatan a) Kegiatan rutin sekolah seperti beribadah bersama/sembahyang bersama setiap duha, dluhur -sama sesudahnya, berdoa waktu mulai dan selesai pelajaran, mengucap salam bila bertemu guru/tenaga kependidikan yang lain dan sebagainya. b) Kegiatan spontan yaitu yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga, misalnya membuang sampah tidak pada tempatnya, berteriak-teriak sehingga mengganggu pihak lain, dan berkelahi. c) Keteladanan, ini dapat dicontohkan langsung melalui perilaku Pendidik, misalnya berpakaian rapi dan berkata santun. Dan d) pengkondisian. Jadi pembiasaan tidak hanya dilakukan di sekolah, tetapi juga di rumah ketika siswa bersama keluarga. 2.
dilaksanakan dengan keteladanan dan pembiasaan melalui integrasi karakter dalam kegiatan belajar mengajar, pembiasaan budaya sekolah, kegiatan ekstrakulikuler dan kokulikuler, hal ini sesuai dengan strategi implementasi yang dalam Kebijakan Nasional tahun 2010-2025 yang menyebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan karakter dilakukan dengan menggunakan (a) pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajaran, (b) pengembangan budaya satuan pendidikan , (c) pelaksanaan kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
96
serta (d) pembiasaan perilaku dalam kehidupan di lingkungan satuan pendidikan (Kebijakan Nasional th 2010 tentang Pembangunan Karakter Bangsa th 20102025, 2010: 5), hal ini dikuatkan oleh pendapat Marten dan WInarni (2013:96) bahwa pembelajaran juga membutuhkan strategi dalam pembelajaran melalui identifikasi nilai, pembelajaran nilai dan memberikan kesempatan untuk menerapkan nilai. Dalam hal ini
menguatkan bahwa Guru
memegang peranan strategis dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Pelaksanaan pendidikan karakter untuk berperilaku baik, hal ini sesuai dengan pendapat Zuchdi (2008:6-8) yang menyatakan bahwa saran agar dalam implementasi pendidikan moral/nilai (pendidikan karakter) tidak bersifat indoktrinatif, siswa perlu didorong untuk dapat menemukan alasan-alasan yang mendasari keputusan moral. Pernyataan tersebut dikuatkan oleh arahan pemerintah melalui Kebijakan Nasional Pemerintah RI (2010 : 5) bahwa salah satu kunci keberhasilan program pengembangan karakter pada satuan pendidikan adalah keteladanan dari para pendidik dan tenaga kependidikan. Pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajaran dikuatkan oleh pendapat Menurut Marten dalam Winarni (2013 : 96) ada tiga hal yang harus dilakukan dalam pendekatan pengintegrasian karakter dalam mata pelajaran yaitu : identifikasi nilai, pembelajaran nilai, dan memberikan
kesempatan
untuk
menerapkan
nilai
tersebut.
Sedangkan
kesempatan untuk mengimplementasikan nilai diberikan kepada siswa melalui budaya sekolah melalui pembiasaan oleh seluruh warga sekolah. Pembiasaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
97
perilaku dalam kehidupan di lingkungan satuan pendidikan dikuatkan oleh pendapat Nurul Zuriah (2007: 107) perencanaan dan pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan (konselor) secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidik diterapkan ke dalam kurikulum melalui kegiatan-kegiatan a) Kegiatan rutin sekolah seperti beribadah bersama/sembahyang bersama setiap duha, dluhur dan -sama sesudahnya, berdoa waktu mulai dan selesai pelajaran, mengucap salam bila bertemu guru/tenaga kependidikan yang lain dan sebagainya. b) Kegiatan spontan yaitu yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga, misalnya membuang sampah tidak pada tempatnya, berteriak-teriak sehingga mengganggu pihak lain, dan berkelahi. c) Keteladanan, ini dapat dicontohkan langsung melalui perilaku Pendidik, misalnya berpakaian rapi dan berkata santun. Dan d) pengkondisian. Jadi pembiasaan tidak hanya dilakukan di sekolah, tetapi juga di rumah ketika siswa bersama keluarga.
3. Hasil yang dicapai dalam pendidikan karakter Dari temuan lapangan dapat disimpulkan bahwa siswa mampu memiliki prestasi akademik dan siswa memiliki karakter yang baik. Adapun beberapa karakter yang menonjol yaitu karakter religius, rajin, disiplin, gemar membaca, sopan, santun, penyayang dan berbakti kepada orang tua.
Siswa memiliki
prestasi akademik hal ini sesuai dengan teori hasil penelitian Jacques S. Benninga dkk. Pada tahun 2003 yng dimuat dalam jurnal dengan judul The relationship of character education implementation and academic achievement
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
98
in elementary schools yang diterbitkan dalam jurnal California State University, Fresno Journal of Research in Character Education, tahun 2013 disebutkan bahwa sekolah dasar di Kalifornia yang menerapkan pendidikan karakter mampu menjadikan siswa lebih berprestasi daripada yang tidak menerapkan pendidikan karakter, begitu juga hasil penelitian Ida Nuryani tahun 2015 yang menyebutkan bahwa siswa sangat tertarik dengan model pendidikan karakter di sekolah islam terpadu yang menerapkan sistam full day school, karena ketertarikannya inilah maka siswa prestasinya meningkat. Sedangkan Elmubarok, (2008:3) menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha atau proses yang ditujukan untuk membina kualitas sumber daya manusia seutuhnya yang artinya siswa yang memiliki prestasi baik dan berkarakter. Zubaedi (2011:11) menguatkan bahwa karakter adalah keseluruhan nilai-nilai, pemikiran, perkataan, dan perilaku atau perbuatan yang telah membentuk diri seseorang. Jadi secara tidak langsung pembinaan karakter akan mampu menjadikan seseorang bernilai dan berprestasi. Selain itu, hasil dari pendidikan karakter ini mampu membentuk siswa memiliki akhlak yang baik hal ini dikuatkan oleh hasil dari Zahrotul Mufida tahun 2015 yang meneliti tentang pendidikan karakter di pondok pesantren dengan hasil siswa yang diberi pendidikan karakter di pondok memiliki karakter lebih baik daripada yang tidak diberi pendidikan karakter, hal ini sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional yang terdapat pada pasal 2 yang secara implisit menyebutkan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, hal ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
99
dikuatkan juga oleh Elmubarok, (2008:3) menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha atau proses yang ditujukan untuk membina kualitas sumber daya manusia seutuhnya yang artinya tidak hanya berprestasi, tetapi juga berahlak mulia. Sedangkan menurut Lickona dalam Marzuki (2012 : 4) menguatkan bahwa karakter mengacu kepada serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap (attitides), dan motivasi (motivations), serta perilaku (behaviors) dan keterampilan (skills) yang artinya siswa dibentuk untuk memiliki karakter yang baik. Sukro (2010: 46-48) menguatkan bahwa tujuan umum dari Sekolah Islam Terpadu adalah membina peserta didik untuk menjadi insan muttaqien yang cerdas, berahlak mulia dan memiliki keterampilan yang memberi manfaat dan maslahat bagi ummat manusia dengan ciri karakter tertentu. Jadi
membentuk siswa berkarakter cerdas, kreatif dan mandiri. 4. Faktor pendukung dan faktor penghambat a. Faktor pendukung penerapan pendidikan karakter Dalam mengimplementasikan pendidika Ponorogo memiliki faktor pendukung yaitu adanya keteladanan guru, dan adanya sarana dan prasarana yang memadai. 1. Adanya keteladanan guru Keteladanan guru menjadi salah satu faktor penting dalam mendukung kesuksesan penerapan pendidikan karakter. Hal ini sesuai dengan Kebijakan Nasional Pemerintah RI (2010 : 5) yang menyatakan bahwa salah satu kunci keberhasilan program pengembangan karakter pada satuan pendidikan adalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
100
keteladanan dari para pendidik dan tenaga kependidikan. Hal ini juga dikuatkan oleh pendapat Nurwahid (2006 : 65) yang menyatakan bahwa keteladanan sangat ditekankan untuk sekolah yang berbasis full day school yang jam belajarnya dari pagi hingga sore sebagai sarana untuk mengkondisikan anak agar memiliki pembiasaan hidup yang baik. Guru sebagai teladan juga memiliki peranan sebagai pendorong siswa untuk berperilaku baik sebagaimana Zuchdi (2008:6-8) menguatkan agar pendidikan moral/nilai (pendidikan karakter) tidak bersifat indoktrinatif, siswa perlu didorong untuk dapat menemukan alasan-alasan yang mendasari keputusan moral.
identifikasi nilai, pembelajaran nilai dan menerapkan nilai sebagaimana Marten dalam Winarni (2013 : 96) menguatkan bahwa strategi pembelajaran karakter yang efektif, yakni dilakukan secara lebih konkret dengan tiga tahapan yang perlu dilakukan dalam pembelajaran karakter, yaitu : identifikasi nilai, pembelajaran nilai, dan memberikan kesempatan untuk menerapkan nilai tersebut, sedangkan menurut strategis dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. 2. Adanya sarana dan prasarana yang memadai n Ponorogo memiliki sarana dan prasarana yang baik untuk menunjang proses pendidikan karakter seperti bangku, ruang kelas, perpustakaan, meja, LCD, Laboratorium dan sarana penunjang pendidikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
101
lainnya. Pentingnya sarana dan prasarana untuk menunjang proses pendidikan telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa setiap satuan pendidikan formal dan non formal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi yang memenuhi keperluan pendidikan. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah juga mewajibkan atau menyarankan agar ada
prioritas penyediaan sarana dan
prasarana bagi sekolah guna memperlancar proses pendidikan. Sarana dan prasarana yang memadai dapat menunjang penanaman pendidikan karakter. Hal ini sesuai dengan pendapat oleh penelitian sebelumnya oleh Mia (2014) yang menyebutkan bahwa sarana prasarana menjadi faktor penunjang dalam pembelajaran. Begitu juga pendapat Nur Afifah (2013) yang menyatakan bahwa sarana dan prasarana menjadi faktor pendukungnya. Sejalan dengan hal itu E Mulyasa menyatakan bahwa Sarana Pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar, mengajar, seperti bangunan, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa jika sarana dan prasarana baik, maka proses pendidikan juga akan berjalan dengan baik. b.
Fakor penghambat dan solusi penerapan pendidikan karakter Faktor penghambat penerapan pendidikan karakter di SDIT Qurrot
adanya wali murid yang kurang memiliki kesadaran untuk ikut mendidik anak dan karakter awal siswa yang berbeda-beda. Solusi untuk siswa berbeda-beda disesuaikan oleh tingkatan jenjang siswa. Solusi untuk guru, guru harus sering memberikan nasihat kepada siswa, guru harus bersabar dan guru harus lebih kreatif. Winarni (2013 : 97 ) menguatkan bahwa dengan membentuk kebiasaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
102
rutin yang bermuatan nilai-nilai dan memberikan reward dapat mensukseskan ketercapaian karakter yang ingin dicapai, ini artinya guru kreatiflah yang dapat menentukan nilai-nilai yang akan diintegrasikan kedalam pembelajaran, begitu juga dengan reward yang akan diberikan.
commit to user